BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta,...

22
15 BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM KONTEKS KOMUNITAS IMAN Gambaran keadaan sosial anak-anak dalam masyarakat dapat kita gunakan sebagai salah satu indikator perkembangan kualitas karakter dan moral suatu masyarakat bahkan sebagai indikator peradaban suatu bangsa secara lebih luas. Kedudukan remaja dalam suatu masyarakat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Demikian pula dampak yang ditimbulkan oleh semua aktivitas remaja dalam masyarakat di mana mereka tinggal. Salah satunya kenakalan remaja yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, beberapa penelitian menunjukkan fakta yang cukup mengejutkan. Tindak kriminal lainnya menjadi suatu pemandangan yang tidak asing lagi di lingkungan masyarakat kita khususnya remaja dengan latar belakang tingkat ekonomi yang rendah. Lickona menyatakan bahwa:“situasi yang demikian memberikan gambaran mendalam betapa perilaku anak-anak pada masa ini telah berubah lebih jauh dalam hal keterlibatan diri mereka sebagai bagian dari masyarakat” 1 . Sebagai suatu materi yang penting untuk diperhatikan, dapat dikatakan bahwa karakter merupakan desteni dari pendidikan, karena karakterlah yang mendasari sikap suatu generasi dalam kehidupannya. Karakter perlu mendapat perhatian karena karakter sangat berpengaruh dalam kehidupan individu, masyarakat dan bagi suatu bangsa. Signifikansi karakter dapat kita lihat ketika pemerintah mulai mengeluarkan sosialisasi tentang pentingnya dunia pendidikan memberikan perhatian lebih 1 Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), Hal.5

Transcript of BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta,...

Page 1: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

15

BAB II

KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA

DALAM KONTEKS KOMUNITAS IMAN

Gambaran keadaan sosial anak-anak dalam masyarakat dapat kita

gunakan sebagai salah satu indikator perkembangan kualitas karakter dan

moral suatu masyarakat bahkan sebagai indikator peradaban suatu bangsa

secara lebih luas. Kedudukan remaja dalam suatu masyarakat mengalami

perubahan dari waktu ke waktu. Demikian pula dampak yang ditimbulkan oleh

semua aktivitas remaja dalam masyarakat di mana mereka tinggal. Salah

satunya kenakalan remaja yang mengalami peningkatan dari waktu ke waktu,

beberapa penelitian menunjukkan fakta yang cukup mengejutkan. Tindak

kriminal lainnya menjadi suatu pemandangan yang tidak asing lagi di

lingkungan masyarakat kita khususnya remaja dengan latar belakang tingkat

ekonomi yang rendah. Lickona menyatakan bahwa:“situasi yang demikian

memberikan gambaran mendalam betapa perilaku anak-anak pada masa ini

telah berubah lebih jauh dalam hal keterlibatan diri mereka sebagai bagian dari

masyarakat”1. Sebagai suatu materi yang penting untuk diperhatikan, dapat

dikatakan bahwa karakter merupakan desteni dari pendidikan, karena

karakterlah yang mendasari sikap suatu generasi dalam kehidupannya.

Karakter perlu mendapat perhatian karena karakter sangat

berpengaruh dalam kehidupan individu, masyarakat dan bagi suatu bangsa.

Signifikansi karakter dapat kita lihat ketika pemerintah mulai mengeluarkan

sosialisasi tentang pentingnya dunia pendidikan memberikan perhatian lebih

1 Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), Hal.5

Page 2: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

16

kepada karakter, karena bagi individu karakter merupakan identitas seseorang

yang nampak dalam tindakan orang tersebut ketika dihadapkan kepada suatu

situasi tertentu. Klann menyatakan “Everything we choose to do is a reflection

of our personal value system. This includes our habits, how we talk, how and

what we eat, our work ethic, who we have as friends and who we hang around

with, our hobbies, how we spend our time, the movis we see, the book we read,

how we spend our money, how we vacation, our spiritual life, and the quality

of our relationships2. hal ini menjelaskan bahwa tampilan seluruh kehidupan

seseorang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimiliki orang tersebut.

2.1 Signifikansi Karakter

Karakter seseorang merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

Filsuf Yunani Heraklitus mengatakan dengan sederhana: “ Karakter adalah

takdir” karakter membentuk takdir seorang pribadi. Karakter membentuk takdir

seluruh masyarakat. “Di dalam karakter warga negara” , kata Cicero, “ Terletak

kesejahteraan bangsa”3

2.1.1. Signifikansi Karakter Bagi Pribadi

Karakter pribadi merupakan sesuatu yang penting, khususnya ketika

seseorang mengharapkan keberhasilan seseorang sebagai salah satu cita-cita

ideal dalam rangka menjalani kehidupan dengan baik. Dalam dunia yang tidak

sempurna ini, karakterlah yang memungkinkan orang mampu untuk bertahan

hidup, memikul dan mengatasi kemalangan mereka.4

2 Klann, Gene, Building Character: Strengthening the Heart of Good Leadership,(USA: Jossey-

Bass,2007),163. 3 Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012),4.

4Ibid.

Page 3: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

17

2.1.2. Karakter Individu Dalam Masyarakat

Sebuah masyarakat membutuhkan pendidikan nilai untuk bertahan

hidup dan tumbuh subur, untuk membuat dirinya tetap utuh dan berkembang

menuju kondisi-kondisi yang mendukung perkembangan penuh semua manusia

yang menjadi anggotanya5.

Karakter juga menjadi identitas seseorang dalam suatu

masyarakat, menurut Wright, ” No, having xpanded Jesus’s

challenge, and developed from the New Testament the idea of a

christian virtue-based answer to the question “how shall we

live?” we come to the final bit of the “how” question. If the initial

answer to “ how shall we live?” is “by faith, hope, and love” (

and all the rest), and the second part of the answer is “ by the

practice of virtue,” the final question now faces us: How then can

virtue be practiced? if it isn’t, after all, a matter of self-help

moralism making oneself better entirely by one’s own efforts_how

is it done? 6

2.1.3. Karakter Individu Dalam Suatu Bangsa

Pembangunan karakter juga penting mendapat perhatian serius bagi

sebuah bangsa yang ingin mempertahankan keberadaannya. Penerusan nilai-

nilai,” seperti ditunjukan esais Lance Morrow, “adalah karya peradaban.”

Peradaban runtuh ketika inti moral memburuk, ketika suatu masyarakat gagal

meneruskan kebajikan-kebajikan pokok, keuatan-kekuatan karakternya,

kepada generasi berikutnya. Sejarawan Arnold Toynbee mengamati, “Lebih

5 Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan

Baik, (Bandung: Nusa Media, 2014),25. 6 Wright, N,T, After You Believe : Why Christian Charakter Matters, (New York:

HarperCollins,2010), 322.

Page 4: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

18

dari dua puluh satu peradaban yang terkemuka, sembilan belas musnah bukan

oleh penaklukan dari luar tetapi karena kerusakan moral dari dalam7.

Pentingnya karakter mendapat perhatian juga perlu dipertimbangkan

ketika kita dihadapkan dengan situasi dimana mulai muncul beberapa tren anak

muda yang mengkhawatirkan saat ini. Thomas Lickona menyatakan, terdapat

10 indikasi yang perlu mendapat perhatian masyarakat berkaitan dengan

perilaku remaja kini, diantaranya: kekerasan dan tindak anarki, pencurian,

tindakan curang, pengabaian terhadap aturan yang berlaku, tawuran antar

siswa, ketidak toleran, penggunaan bahasa yang tidak baik, kematangan

seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, dan sikap perusakan diri8.

Pendidikan karakter kini menjadi sangat penting untuk diperhatikan,

ketika kita memahami bagaimana munculnya suatu konflik di masyarakat

disebabkan oleh perbedaan pandangan dasar menyangkut etika.9 Namun akan

berbeda halnya bila interaksi dalam perbedaaan tersebut didasari oleh karakter

yang baik dalam masyarakat, konflik mungkin dapat dikurangi.

2.2 Definisi Karakter

Terdapat beberapa definisi yang dimunculkan para ahli berkaitan

dengan karakter. Menurut Ryan kata “karakter” berasal dari bahasa Latin

“Kharakter”, “Kharassein” yang berarti mengukir diatas batu, logam atau lilin

dan “kharax” bermakna “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed

stake”. Pada abad ke-14 dalam bahasa Prancis disebut “caractere” dan dalam

7 Ibid

8Lickona, Thomas, 2013. Educating for Character. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 20-31.

9 Ibid. Hal 32.

Page 5: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

19

bahasa inggris diubah menjadi”character” sehingga dalam bahasa Indonesia

disebut “karakter”10

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ to mark “atau

menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam

bentuk tindakan atau tingkah laku.11

Menurut Lickona, karakter merupakan

sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan nilai, yang terdiri atas nilai-nilai

operatif, nilai-nilai yang berfungsi dalam praktek, yang mengalami

pertumbuhan, dan membuat sesuatu menjadi budi pekerti, sebuah watak batin

yang dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk merespon berbagai situasi

dengan cara yang bermoral12

. Dari definisi yang dikemukakan, karakter dapat

diartikan sebagai ciri khas yang ditunjukan oleh seseorang yang muncul dalam

perilaku seseorang sebagai kebiasaan seseorang yang berasal dari hati maupun

pikirannya. Ryan dan Likcona menyimpulkan bahwa karakter yang baik adalah

known the good, loving the good, do the good

Terdapat beberapa definisi karakter diantaranya karakter merupakan

ciri khas dalam kepribadian seseorang yang mempu menjadi identitas sehingga

dapat dibedakan dengan individu lain13

. Wibowo menyatakan bahwa karakter

adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari

hasil internalisasi dari hasil kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan

sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak14

.

Definisi lain karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri

individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standart nilai

10

Gunawan Heri,Pendidikan Karakter. Konsep dan Implementasinya,(Bandung: Alfabeta,2012), 1. 11

Ibid, 60 12

Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), 72. 13

Suharjana, Kebiasaan Berperilaku Hudup Sehat dan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, (Jurnal

Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14

Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 66.

Page 6: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

20

dan norma yang tinggi. Relatif stabil disini diartikan sebagai suatu kondisi

yang apabila telah terbentuk akan tidak mudah diubah.15

Menurut Emmanuel Mounier, karakter adalah “ what is truest of an

individual, and the most him self, is his possibility, that’s only shown in

distinctly in his history. To know a characters is to know and love its promise

and not to imprison it in a carapate”.16

Menurut Koesoema “karakter secara etimologis berasal dari Yunani “

karasso”, berarti cetak biru, format dasar, sidik seperti dalam sidik jari.17

Secara umum, kita sering mengasosiasikan istilah karakter dengan apa yang

disebut dengan temperamen yang memberinya suatu definisi yang menekankan

pada unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan.18

Karakter merupakan kondisi dinamis struktur antropologis individu

yang tidak mau berhenti atas determinasi kodratinya, melainkan juga sebuah

kisah hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam

dirinya untuk proses penyempurnaan dirinya terus-menerus.19

John menulis “karakter adalah kunci untuk menjalani suatu kehidupan

berintegritas dan unggul secara etis”.20

Menurut Wiratman et al, “karakter

adalah budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan

(feeling), dan tindakan (action).21

Michael Novak mengatakan karakter adalah

“campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi

religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang

15

Ibid 16

Koesoema A.Dani, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:

Grasindo, 2007), 79. 17

Ibid 18

Ibid,90 19

Ibid, 123 20

Jhon, C.M, Etika, (Jakarta: BPK Gunungmulia, 2008),48. 21

Wiratman et al, Jembatan dan Menjembatani, ( Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2008),264.

Page 7: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

21

ada dalam sejarah.”22

Lickona menulis “karakter yang baik terdiri dari

mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal

yang baik kebiasaan dalam berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan

dalam tindakan.23

Pendidikan karakter merupakan suatu upaya untuk untuk membuat

orang tahu apa yang baik, membuat orang mencintai dan melatih orang untuk

melakukan apa yang baik sebagai suatu kebiasaan.

2.3 Kebajikan-Kebajikan Yang Penting Bagi Karakter Yang Kuat

Menurut Lickona terdapat sepuluh kebajikan pokok yang

penting bagi karakter yang kuat24

:

1. Kebajikan, memungkinkan kita memilah-milah dengan

tepat, melihat apa yang benar-benar penting di dalam

kehidupan, dan menetapkan prioritas-prioritas.

2. Keadilan, hal ini berarti menghargai hak semua orang.

Kaidah kencana, yang mengarahkan kita untuk

memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin

diperlakukan.

3. Ketabahan, memungkinkan kita melakukan yang benar

dalam menghadapi kesukaran.

4. Pengendalian-diri, sesuatu yang memampukan kita

mengendalikan tabiat kita, megatur nafsu berahi, dan hasrat

kita, dan mengejar kesenangan yang masuk akal dengan

tidak berlebih-lebihan.

22

Lickona, T., Educating For Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2012) ,81. 23

Ibid 24

Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), 9-13.

Page 8: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

22

5. Kasih, sesuatu yang melampaui keadilan; ia memberikan

lebih dari pada persyaratan keadilan. Kasih adalah kesediaan

berkorban demi orang lain.

6. Sikap positif, terwujud dalam kekuatan karakter dalam

harapan, semangat, keluwesan, dan rasa humor.

7. Kerja Keras, meliputi prakarsa, kerajinan, penetapan tujuan,

dan panjang akal.

8. Ketulusan hati, melekat kepada prinsip moral, setia kepada

nurani, moral, menepati janji, dan berpegang teguh pada apa

yang kita yakini.

9. Berterima kasih, sering dilukiskan sebagai rahasia kehidupan

yang bahagia.

10. Kerendahan hati, dapat dianggap sebagai fondasi seluruh

kehidupan moral. Kerendahan hati memungkinkan kita

bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan dan kegagalan-

kegagalan kita, meminta maaf untuknya, dan berusaha

memperbaiki.

Menurut Wright, Character is transformed by three things.

Firts, you have to aim at the right goal. Second, you have to

figure out the steps you need to take to get to that goal. Third,

those steps have to become habitual, a matter of second

nature.25

25

Wright, N,T, After You Believe : Why Christian Charakter Matters, (New York:

HarperCollins,2010),39.

Page 9: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

23

2.4 Komponen Karakter Yang Baik

Menurut Lickona, karakter yang baik memiliki 3 komponen dasar

yang terdiri dari pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan

moral26

.

1. Pengetahuan moral

a. Kesadaran moral

b. Mengetahui nilai moral

c. Penentuan perspektif

d. Pemikiran moral

e. Pengambilan keputusan

f. Pengetahuan pribadi

2. Perasaan moral

a. Hati nurani

b. Harga diri.

c. Empati

d. Mencintai hal yang baik

e. Kendali diri

f. Kerendahan Hati

3. Tindakan moral

a. Kompetensi

b. Keinginan

c. Kebiasaan

26

Lickona, Thomas., Educating For Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter ( Jakarta:

Bumi Aksara, 2012), 81.

Page 10: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

24

2.5 Ruang Lingkup Pembinaan Karakter

Permasalahan sosial dan moral kita telah berlangsung selama

berpuluh-puluh tahun, dan tidak akan dapat dipulihkan dengan mudah.

Hal ini membutuhkan solusi yang didukung di semua level, dari

komunitas-komunitas lokal hingga pemerintah27

.

Pendidikan karakter juga merupakan hal yang baik dan sangat

penting untuk kita lakukan. Berfokus pada karakter di dalam keluarga,

sekolah, dan komunitas akan menghasilkan pengaruh yang baik-sudah

menghasilkan pengaruh yang baik-bagi orang-orang yang terlibat28

.

Penjabaran ketiga lingkup pembinaan karakter anak adalah sebagai

berikut:

2.5.1. Lingkungan Keluarga

Dalam melakukan pembinaan karakter di lingkungan keluarga,

berikut ini ada sebelas prinsip, yang didasarkan pada penelitian, dan

kearifan sepanjang masa, yang dapat membimbing kita dalam pekerjaan

membangun karakter yang banyak menuntut namun bermanfaat29

.

1. Buatlah pembangunan karakter sebagai prioritas yang

tinggi.

2. Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita.

kebiasaan-kebiasaan yang kita bentuk semasa kanak-kanak

dan remaja kerap bertahan hingga masa dewasa30

.

3. Jadilah orang tua yang otoritatif.

27

Ibid,37. 28

Ibid. 29

Ibid, 44. 30

Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), 45.

Page 11: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

25

Orang tua harus mempunyai perasaan yang kuat atas

otoritas moral mereka, yang berhak untuk dihargai dan

dipatuhi. Anak diarahkan dengan sungguh-sungguh, secara

konsisten dan rasional; orang tua menjelaskan alasan di

balik tuntutan dan mendorong untuk memberi dan

menerima orng tua menggunakan kekuasaan bila

diperlukan; nilai-nilai orang tua adalah kepatuhan kepada

syarat-syarat orang dewasa dan juga kemerdekaan pada

sang anak; orang tua menetapkan standar-standar dan

menjalankannya dengan sungguh-sungguh tetapi tidak

memandangnya sebagai hal yang mutlak; orang tua

mendengarkan anak tetapi tidak mendasarkan

keputusannya semata-mata pada keinginan31

.

4. Cintailah anak-anak.

Banyak studi menunjukan pentingnya cinta orang tua bagi

perkembangan kesehatan anak. Cinta membuat anak-anak

merasa aman, berarti, dan bernilai. Ketika mereka merasa

dicintai, mereka menjadi terkait kepada kita secara

emosional. Keterikatan itu membuat mereka lebih tanggap

kepada otoritas dan bersikap menerima nilai-nilai kita32

.

5. Ajarkan melalui contoh.

Mengajar melalui contoh termasuk memperlakukan anak-

anak kita dengan cinta dan pengharapan, namun lebih dari

itu. Ada hubungannya dengan bagaimana kita sebagai

31

Ibid. 32

Ibid, 47.

Page 12: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

26

pasangan saling memperlakukan satu sama lain, sesuatu

yang selalu diamati oleh anak-anak33

.

Sikap-sikap kita menunjukan nilai-nilai kita. Hal-hal itu

membuat anak kita tahu apa yang sangat kita perhatikan.

Hal ini sangat penting jika kita berharap menyampaikan

nila-nilai kita dan pentingnya ketulusan hati dalam hidup

yang berkarakter. Jika anak kita tidak pernah melihat kita

mempertahankan apa yang kita percayai, tidak pernah

melawan arus, bagaimana kita bisa mengharapkan mereka

mempunyai keberanian untuk bertahan menghadapi

tekanan dari teman sebaya34

.

6. Kelola lingkungan moral.

Mengatur lingkungan moral masa kini juga berarti

melakukan derajat pengawasan yang lebih tinggi dari pada

yang dilakukan di masa lampau35

.

7. Gunakan pengajaran langsung untuk membentuk hati

nurani dan kebiasaan.

Kita perlu mempraktikan apa yang kita khotbahkan, tetapi

kita juga perlu mengkhotbahkan apa yang kita praktikan.

Pengajaran moral yang langsung membantu membentuk

hati nurani dan kebiasaan-kebiasaan perilaku anak36

.

Ajaran moral yang langsung juga mencakup pengajaran

33

Ibid, 51. 34

Ibid, 52. 35

Ibid, 54. 36

Ibid, 55.

Page 13: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

27

alternatif yang positif kepada anak untuk perilaku yang

sedang kita coba37

.

8. Ajarkan pertimbangan yang baik.

Mengembangkan keahlian si anak membuat keputusan

berarti mengajarkan pada mereka pertanyaan-pertanyaan

atau “ujian-ujian” tertentu yang dapat mereka gunakan

untuk mengevaluasi setiap perilaku yang ada38

.

9. Disiplin secara bijaksana.

Konsekuensi disiplin sering dibutuhkan untuk membantu si

anak menyadari keseriusan perbuatannya dan memotivasi

mereka agar jangan melakukan itu lagi39

. Anak kita

mengingat bagaimana kita menanggapi pelanggaran moral

mereka40

.

10. Menyelesaikan konflik secara adil.

Pendekatan keadilan mendorong pertumbuhan moral anak

dengan tiga cara41

:

a. Pendekatan itu menghargai mereka dengan mendengar

parasaannya.

b. Pendekatan itu mengharuskan mereka mengambil

perspektif terhadap orang lain.

c. Pendekatan itu melibatkan mereka untuk membantu

memecahkan masalah-masalah keluarga dan

mempertahankan keserasian keluarga42

.

37

Ibid, 56. 38

Ibid, 58. 39

Ibid, 62. 40

Ibid, 63. 41

Ibid, 64.

Page 14: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

28

11. Beri kesempatan untuk mempraktikan kebajikan.

Semua kabajikan berkembang melalui praktik. Kita tidak

mengembangkan kebaikan hanya dengan

membicarakannya. Seperti dinyatakan John Agresto,

seorang pendidik, “ Pengembangan karakter bukanlah olah

raga tontonan.” Ada banyak cara kita memberikan berbagai

kesempatan kepada anak-anak kita untuk mempraktikan

kebajikan43

.

12. Memupuk perkembangan spiritual.

Komunitas iman juga dapat menjadi salah satu media

pembentukan karakter seseorang. Bagi sebagian besar orang, agama

memberikan makna kehidupan yang lebih tinggi dan alasan terahir untuk

menjalani kehidupan yang bermoral: Tuhan mengharapkannya44

.

Religion is the key to any culture. A people finds its meaning in being

part of larger context, owes its legitimacy to being part of an overall

design, measures its wisdom and mores against some ultimate yardstick,

explains its purposes in term of the laws of nature, the movement of

history, or the will of the gods45

.

Riset menunjukan bahwa orang muda yang sering mengikuti

pelayanan religius, yang mengatakan bahwa agama penting bagi mereka,

yang masuk dalam denominasi religiusnya yang jelas-jelas melarang

penggunaan obat bius, lebih mungkin untuk menghindarkan keterlibatan

obat bius dari pada rekan sebayanya yang kurang terlibat secara

42

Ibid, 68. 43

Ibid. 44

Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), 71. 45

Marstin, Ronald. Beyond our tribal gods, (New York: Orbis Books, 1979), 73.

Page 15: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

29

religius46

. Demikian juga bagi kegiatan seksual remaja, dengan orang tua

tunggal, dan perilaku tak bertanggung jawab; para remaja yang paling

sering ke gereja mempunyai peringkat terendah dari masalah-masalah ini.

Salah satu cara agama mencegah keterlibatan orang dewasa dalam

perilaku melukai diri sendiri dan anti sosial adalah dengan

mempengaruhi mereka untuk memilih teman yang tidak terlibat di dalam

perbuatan itu47

.

Studi terhadap orang dewasa menghasilkan temuan-temuan

serupa. Dr. Martin Seligman, mantan presiden Asosiasi Psikologi

Amerika, menyatakan, “ Orang-orang Amerika yang religius jelas kurang

mungkin untuk menyalahgunakan obat-obat bius, melakukan kejahatan,

perceraian, dan bunuh diri. Mereka secara fisik juga lebih sehat dan

hidup lebih lama. Agama menanamkan harapan bagi masa depan dan

menciptakan makna dalam kehidupan48

.

2.5.2. Lingkungan Kelas Tempat Anak Belajar

Dalam kenyataannya proses belajar anak terjadi di banyak

tempat dan lingkungan. Selain pembelajaran yang diperoleh dari

dalam keluarganya, anak juga mengalami pembelajaran dari

lingkungan yang lebih luas jika dibandingkan dengan lingkup

keluarga. Menurut Licona, lingkungan kelas tempat anak belajar turut

mempengaruhi karakter anak.

Licona menyarankan agar kelas tempat anak-anak belajar

menjadi suatu komunitas moral yang baik. Menciptakan komunitas

46

Lickona, Thomas, Pendidikan Karakter, ( Bantul : Kreasi Wacana, 2012), 71 47

Ibid 48

Ibid, 72.

Page 16: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

30

moral di dalam kelas dapat dilakukan dengan tiga kondisi dasar,

diantaranya49

:

1. Membantu para siswa untuk saling mengenal satu sama lain

melalui kegiatan-kegiatan seperti50

:

a. Berpasangan

b. Direktori kelas

c. Kantung harta karun

d. Sahabat pena dengan kelas lain

e. Undian tempat duduk (untuk mengurangi pengaruh kubu-

kubu yang ada)

f. Perasaan nyaman/ tak nyaman (untuk meningkatkan

kualitas diskusi)

g. Jaket pelindung (untuk saling berbagi aspirasi, pencapian,

dll)

2. Mengajari siswa untuk menghormati, mendukung, dan peduli

terhadap satu sama lain51

.

a. Membangun empati dengan menyediakan informasi

tentang diri orang lain.

b. Menghentikan kekejaman terhadap anak yang berbeda.

c. Melakukan kegiatan seperti “waktu apresiasi,” “pohon

perbuatan baik,” “kekuatan kata-kata positif,” dan

“pelukan menentramkan” yang memampukan siswa untuk

membangun kebiasaan saling mendukung dan

49

Lickona, Thomas., Educating For Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter (Jakarta:

Bumi Aksara, 2012), 135-136. 50

Ibid 51

Ibid

Page 17: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

31

menghidupkan norma-norma kepedulian dan saling tolong

menolong yang positif.

3. Membantu siswa membangun perasaan menjadi anggota dan

rasa bertanggung jawab kepada kelompok52

..

a. Membangun kohesi dan identitas kelas melalui berbagai

macam tradisi dan simbol.

b. Membangun perasaan menjadi sosok yang unik dan

anggota yang berharga dari sebuah komunitas kelas;

mengintervensi untuk membantu anak yang dikucilkan

agar dapat diterima oleh teman-temannya.

c. Menciptakan rasa tanggung jawab terhadap peraturan

kelompok.

d. Mendorong tumbuhnya etika saling ketergantungan (“siapa

yang punya masalah yang bisa dibantu penyelesaiannya

oleh kita semua?”)

2.5.3. Lingkungan Komunitas Anak

Menurut Lickona, “Kita perlu menciptakan komunitas-

komunitas Karakter, yang mengelilingi anak-anak dengan panutan-

panutan dan pesan-pesan yang mendukung sekolah-sekolah dan para orang

tua dalam usaha mereka melakukan pembangunan karakter53

. Lima belas

strategi yang telah dilakukan komunitas-komunitas besar dan kecil untuk

52

Ibid 53

Ibid, 320.

Page 18: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

32

mengusahakan lingkungan yang membangun karakter yang baik pada

warganya yang muda dan tua54

.

1. Perkuat kemitraan sekolah-komunitas

2. Perkuat keluarga

3. Bertekat untuk menjadi komunitas karakter

4. Ciptakan suatu kelompok kepemimpinan

5. Berikan kesempatan bagi setiap orang tua untuk memberikan

masukan

6. Kenali kebajikan-kebajikan yang ditargetkan

7. Berikan pelatihan kepemimpinan

8. Libatkan bisnis

9. Dorong kesadaran komunitas atas karakter

10. Padukan karakter ke dalam semua program komunitas

11. Ciptakan peran istimesa untuk polisi

12. Beri peran kepemimpinan pada anak-anak

13. Akui karakter yang baik

14. Minta para relawan komunitas mengajarkan karakter di

sekolah-sekolah

15. Nilai dampak prakarsa karakter komunitas

2.6 Strategi Pendidikan Karakter Anak

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai – nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai – nilai

54

Ibid, 321-333.

Page 19: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

33

tersebut.55

Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru,

yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.56

Pendidikan karakter merupakan upaya – upaya yang dirancang dan

dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami

nilai – nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma –

norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.57

Menurut Lickona ada empat strategi yang dapat digunakan dalam

rangka membentuk karakter anak diantaranya adalah, keteladanan

karakter, pengenalan nilai-nilai dasar karakter, membiasakan dengan

praktik, mengajarkan tata krama.

2.6.1. Keteladanan Karakter

Mengajar melalui contoh termasuk memperlakukan anak-anak

kita dengan cinta dan pengharapan, namun lebih dari itu. Ada

hubungannya dengan bagaimana kita sebagai pasangan saling

memperlakukan satu sama lain, sesuatu yang selalu diamati oleh anak-

anak58

.

Sikap-sikap kita menunjukan nilai-nilai kita. Hal-hal itu

membuat anak kita tahu apa yang sangat kita perhatikan. Hal ini sangat

penting jika kita berharap menyampaikan nila-nilai kita dan pentingnya

ketulusan hati dalam hidup yang berkarakter. Jika anak kita tidak pernah

55

Lickona, Thomas. Pendidikan Karakter (Bantul: Kreasi Wacana, 2012) ,55. 56

Ibid, 56. 57

Ibid, 58. 58

Ibid, 51.

Page 20: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

34

melihat kita mempertahankan apa yang kita percayai, tidak pernah

melawan arus, bagaimana kita bisa mengharapkan mereka mempunyai

keberanian untuk bertahan menghadapi tekanan dari teman sebaya59

.

2.6.2. Pengenalan Nilai-Nilai Dasar Karakter

memperkenalkan nilai-nilai dasar pembentuk karakter yang baik akan

membantu membentuk karakter anak. seberapa banyak nilai-nilai

karakter yang mereka ketahui akan turut menentukan keputusan

bertindak anak tersebut. menurut Lickona, mengembangkan keahlian

si anak membuat keputusan berarti mengajarkan pada mereka

pertanyaan-pertanyaan atau “ujian-ujian” tertentu yang dapat mereka

gunakan untuk mengevaluasisetiap perilaku yang ada.60

2.6.3. Pembiasaan Melalui Praktik

Semua kabajikan berkembang melalui praktik. Kita tidak

mengembangkan kebaikan hanya dengan membicarakannya. Seperti

dinyatakan John Agresto, seorang pendidik, “ Pengembangan karakter

bukanlah olah raga tontonan.” Ada banyak cara kita memberikan berbagai

kesempatan kepada anak-anak kita untuk mempraktikan kebajikan61

.

59

Ibid, 52. 60

Ibid, 58. 61

Ibid,52.

Page 21: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

35

2.6.4. Mengajarkan Tata Krama

Tata krama adalah akhlak yang kecil. Tata krama adalah cara kita

sehari-hari menghargai orang lain dan memfasilitasi hubungan-hubungan

sosial. Tatakrama membentuk jaringan moral kehidupan kita bersama62

.

Jika kita gagal mengajarkan kepada anak-anak kita kebiasaan

sehari-hari perihal sopan santun dan kepedulian terhadap orang lain, kita

tidak akan mempersiapkan mereka menjadi orang yang mampu dan

disukai secara sosial. Ketika masyarakat secara keseluruhan gagal

mengajarkan tata krama kepada orang muda, itu memperkasar hubungan

manusia dan membuka jalan bagi besarnya pelanggaran terhadap sopan-

santun yang kan semakin lazim63

.

Rosworth Kidder dalam “ How Good People Make Tough

Choices”(1995) yang dikutip oleh Majid (2010) menyampaikan tujuh

kualitas yang diperlukan dalam pendidikan karakter64

:

1. Pemberdayaan (empowerid), Maksudnya bahwa guru harus mampu

memberdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter

dengan dimulai dari dirinya sendiri

2. Efektif (effective), proses pendidikan karakter harus dilaksanakan

dengan efektif.

3. Extended into community, maksudnya bahwa komunikasi harus

membantu dan mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai

tersebut kepada peserta didik.

62

ibid, 204 63

ibid, 205. 64

Gunawan Heri, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi, (bandung: Alfa beta, 2012), 37

– 38.

Page 22: BAB II KARAKTER DAN PEMBANGUNANNYA DALAM …...(Jurnal Pendidikan FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 193. 14. Wibowo Agus, Pendidikan Karakter Usia Dini, ... yang baik kebiasaan

36

4. Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh

rangkaian proses belajar.

5. Engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang

cukup esensial.

6. Epistemological, harus ada koherensi antara cara berpikir makna etik

dengan upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik

menerapkannya secara benar.

7. Evaluative, menurut Kidder terdapat lima hal yang harus diwujudkan

dalam menilai manusia berkarakter65

;

a. Diawali dengan adanya kesadaran etik;

b. Adanya kepercayaan diri untuk berpikir dan membuat keputusan

tentang etik;

c. Mempunyai kapasitas untuk menampilkan kepercayaan diri

secara praktis dalam kehidupan;

d. Mempunyai kapasitas dalam menggunakan pengalaman praktis

tersebut dalam sebuah komunitas

Mempunyai kapasitas untuk menjadi agen perubahan (agent of

change) dalam merelasikan ide-ide etik dan menciptakan suasana yang

berbeda66

.

65

Ibid 66

Ibid