BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf ·...

29
16 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan nonformal atau biasa kita sebut pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan nasional yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 sistem pendidikan nasional. Menurut pasal 26 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal menurut The South East Asian Ministery of Education Organization (SEAMEO) adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan diluar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan kebutuhan hidupnya. 1 Adapun pengertian pendidkan nonformal menurut Combs dan Ahmad dalam buku pendidikan nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional, pelatihan dan andragogi yang dikarang oleh Saleh Marzuki yaitu : “Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diluar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar, yang dimaksud untuk melayani sasaran didik tertentu dan tujuan belajar tertentu. 2 1 Djuju Sudjana, Pendidikan Nonformal (Bandung: Falah Production, 2004), Hlm. 46-47 2 Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),Hlm.145

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

16

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kerangka Teori

1. Hakikat Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan nonformal atau biasa kita sebut pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan nasional yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 sistem pendidikan nasional. Menurut pasal 26 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal menurut The South East Asian Ministery of Education Organization (SEAMEO) adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang didalamnya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan diluar subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan kebutuhan hidupnya.1

Adapun pengertian pendidkan nonformal menurut Combs dan Ahmad

dalam buku pendidikan nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional,

pelatihan dan andragogi yang dikarang oleh Saleh Marzuki yaitu :

“Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diluar sistem sekolah formal, apakah dilaksanakan tersendiri ataukah merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar, yang dimaksud untuk melayani sasaran didik tertentu dan tujuan belajar tertentu.2

1 Djuju Sudjana, Pendidikan Nonformal (Bandung: Falah Production, 2004), Hlm. 46-47

2 Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,

dan Andragogi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),Hlm.145

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

17

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas maka pendidikan luar

sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang diselenggarakan diluar

pendidikan formal yang didalamnya terdapat interaksi belajar untuk

mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan berbagai

jenis usia berdasarkan kebutuhan hidupnya untuk memenuhi aktivitas

kehidupannya.

a. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah

Berkaitan dengan masalah yang mucul dalam pendidikan

formal maka pendidikan nonformal memiliki fungsi untuk membantu

sekolah dan masyarakat dalam upaya pemecahan masalahnya.

Fungsi dari pendidikan nonformal yaitu sebagai pelengkap, penambah,

dan pengganti pendidikan formal.

Pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik dengan menekankan pada

penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian professional.

b. Satuan Pendidikan Luar Sekolah

Satuan pendidikan luar sekolah adalah wahana untuk

melakukan dan meaksanakan program-program pembelajaran dalam

usaha menciptakan suasana menunjang perkembangan peserta didik

dalam kaitan ini perluasan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta

kesejahteraan keluarga.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

18

Dengan mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas pasal 26 ayat (4), tercantum bahwa satuan pendidikan

nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok

belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan

pendidikan yang sejenis.

c. Peran Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Program Pelatihan

Salah satu kelompok program pendidikan luar sekolah seperti

ini bertujuan untuk memerbaiki keterampilan, kecakapan, dan kinerja

individu dalam kehidupan sehari-harinya. Peranan pendidikan luar

sekolah sebagai program pelatihan menjadi alternative solusi bagi

individu yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya. Pelatihan tata rias

wajah di Wardah Bekasi ini bertujuan meningkatkan skill dan

mengembangkan minatnya dalam merias wajah. Sebagai bentuk

pelatihan yang berdasarkan kebutuhan warga belajar.

Tugas tenaga pendidikan luar sekolah dalam program pelatihan

sebagai berikut.3

1) Melakukan pengkajian atau analisa kebutuhan belajar

2) Merencanakan program pembelajaran

3) Mengorganisasikan pelatihan

4) Menyiapkan pelatih

5) Menentukan target klien

6) Melaksanakan pelatihan

3 Saleh Marzuki, Op.Cit,. Hlm. 219

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

19

7) Menilai

8) Mempersiapkan program pendampingan pasca latihan.

2. Hakikat Pelatihan

Pelatihan merupakan istilah kata yang memiliki arti tertentu sesuai

dengan pengalaman dan latar belakangnya. Banyak pengertian pelatihan

yang dikemukakan oleh para ahli salah satunya Robinson

mengemukakan pelatihan adalah pengajaran atau pemberian

pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku

(pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan.4

Dalam Dictionary of Education, pelatihan (training) diartikan sebagai

suatu pengajaran tertentu yang tujuannya telah ditentukan secara jelas,

biasanya dapat diragakan, yang menghendaki peserta dan penilaian

terhadap perbaikan untuk kerja peserta didik.

Simamora (1995) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu.5

Berdasarkan pengertian pelatihan diatas dapat disimpulkan bahwa

pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan

pengalaman baik itu individu atau kelompok untuk meningkatkan

4 Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,

dan Andragogi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm.174 5 Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, Model Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: Alfabeta, 2012).

Hlm. 4

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

20

pengetahuan, skill dan sikap. Pelatihan di Wardah Kota Bekasi ini salah

satunya memberikan pengetahuan dan kemampuan baru kepada warga

belajar mengenai tata rias wajah.

a. Tujuan pelatihan

Pelatihan jenis apapun tertuju pada dua sasaran, yaitu

partisipasi dan organisasi. Dengan pelatihan, diharapkan terjadi

perbaikan tingkah laku pada partisipan pelatihan yang sebenarnya

merupakan anggota organisasi dan, yang kedua, perbaikan organisasi

itu sendiri, agar menjadi lebih efektif. Pelatihan dibuat tentunya tidak

berdasarkan begitu saja namun ada tujuan yang ingin dicapai kepada

peserta pelatihan. Secara khusus pelatihan bertujuan untuk :

1) Mendidk, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki

keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program

organisasi dilapangan.

2) Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan

yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus untuk

meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,

profesional, beretos kerja yang tinggi dan produktif.

3) Medidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat,

minat, nilai, dan pengalamannya masing-masing (individual).

4) Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi

yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan.6

6 Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan

Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2005), Hlm.13

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

21

Menurut Edwin B. Flippo, secara lebih rinci tampak bahwa

tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan seseorang.7

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan pelatihan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan sebagai

mendidik dan melatih seseorang agar meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam dunia kerja. Pelatihan tata rias di Wardah juga

mendidik dan melatih warga belajar agar para perempuan bisa

memiliki kepercayaan diri pada penampilannya baik dalam dunia kerja

maupun dalam kehidupan sehari-harinya.

b. Metode Pelatihan

Metode pelatihan merupakan cara atau teknik pembelajaran

peserta dalam menyajikan materi dalam pelatihan. Untuk mencapai

tujuan pelatihan maka salah satu faktor yang mempengaruhi

pencapaian pelatihan ialah pemilihan metode yang relevan.

Andrew E. Sikula (1981) mengemukakan metode pelatihan

adalah sebagai berikut : 8

1) Metode On The Job Training

7 Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, op. cit., Hlm. 10

8 Dr. A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Drs., M.Si. Psi, Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001). Hlm. 52

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

22

Hampir 90% dari pengetahuan pekerjaan diperoleh melalui

metode on the job training. Prosedur metode ini informal, observasi

sederhana dan mudah serta praktis. Pegawai mempelajari

pekerjaannya dengan mengamati pekerja lain yang sedang bekerja,

dan kemudian mengobservasi perilakunya. Aspek-aspek lain dari on

the job training adalah lebih formal dalam format. Pegawai senior

memberikan contoh cara mengerjakan pekerjaan dan pegawai baru

memperhatikannya.

2) Metode Vestibule atau balai

Vestibule adalah suatu ruangan isolasi atau terpisah yang

disunakan untuk tempat pelatihan bagi pegawai baru yang akan

menduduki suatu pekerjaan. Metode ini merupakan metode

pelatihan yang sangat cocok untuk banyak peserta (pegawai baru)

yang dilatih dengan jenis pekerjaan yang sama dan dalam waktu

yang sama. Pelaksanaan metode ini biasanya dilakukan dalam

waktu beberapa hari sampai beberapa bulan dengan pengawasan

instruktur, misalnya pelatihan pekerjaan, pengetikan klerek, operator

mesin.

3) Metode Demonstrasi dan Contoh

Suatu demonstrasi menunjukkan dan merencanakan

bagaimana suatu pekerjaan atau bagaimana sesuatu itu dikerjakan.

Metode ini melibatkan penguraian dan memeragakan sesuatu

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

23

melalui contoh-contoh. Metode ini sangat mudah bagi manajer

dalam mengajarkan pegawai baru mengenai aktivitas nyata melalui

suatu tahap perencanaan dari “Bagaimana dan apa sebab” pegawai

mengerjakan pekerjaan yang ia kerjakan.

Metode ini sangat efektif, karena lebih mudah menunjukkan

kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas, karena

dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti : gambar-gambar,

teks materi, ceramah, diskusi.

4) Metode Simulasi

Metode ini merupakan suatu situasi atau peristiwa

menciptakan bentuk realitas atau imitasi dari realitas. Simulasi ini

merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati

kondisi nyata pada pekerjaan. Metode simulasi yang popular adalah

permainan bisnis (bussiness games)

Metode ini merupakan metode pelatihan yang sangat mahal,

tetapi sangat bermanfaat dan diperlukan dalam pelatihan.

5) Metode Apprenticeship

Metode ini adalah suatu cara mengembangkan keterampilan

(skill) pengrajin atau pertukangan. Metode ini tidak mempunyai

standar format. Pegawai peserta mendapatkan bimbingan umum

dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

24

6) Metode Ruang Kelas

Metode ini merupakan metode training yang dilakukan di

dalam kelas walaupun dapat dilakukan di area pekerjaan. Metode

ruang kelas adalah kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran

dan pengajaran berprogram (programmed instruction).

Dalam pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi

menggunakan metode pelatihan demonstrasi dan contoh, karena

dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti : gambar-gambar,

teks materi, ceramah, diskusi. Dalam pelatihan tata rias wajah,

diskusi antara tutor dengan warga belajar berlangsung secara aktif

dengan membahas materi mengenai tata rias wajah.

c. Langkah-langkah Pelatihan

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelatihan yaitu

langkah-langkah pelatihan, hal tersebut merupakan salah satu yang

mensukseskan program pelatihan berjalan sesuai rencana. Program

pelatihan terdiri dari lima langkah yaitu :

1) Analisis kebutuhan, mengetahui keterampilan kerja yang spesifik

yang dibutuhkan, menganalisis keterampilan dan kebutuhan calon

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

25

peserta pelatihan, dan mengembangkan pengetahuan khusus yang

terukur serta tujuan prestasi.

2) Merencanakan instruksi, untuk memutuskan, menyusun, dan

menghasilkan isi program pelatihan, termasuk buku kerja, latihan,

dan aktivitas.

3) Langkah validitas, dimana orang-orang yang terlibat membuat

sebuah program pelatihan kerja dengan menyajikannya kepada

beberapa peserta yang dapat diwakili.

4) Menerapkan program, melatih peserta yang ditargetkan.

5) Evaluasi dan tindak lanjut, dimana pengelola atau penyelenggara

menilai keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.9

Program pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi diadakan

karena mengikuti trend makeup setiap bulan atau tahunnya melalui

beberapa langkah atau tahapan. Mulai dari tahap identifikasi

kebutuhan masyarakat, merumuskan prioritas program, merencanakan

program, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi. Tahapan-tahapan

tersebut dilaksanakan agar tujuan dari pelatihan relevan dengan apa

yang sudah direncanakan.

3. Hakikat Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu atau hal aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat pada

dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

9 Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (PT. Mancanan Jaya Cemerlang, 2008),

Hlm.281

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

26

dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar minat.10

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008) “minat adalah

kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan

memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.” 11

Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat yaitu “Suatu

keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan

disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun

membutuhkan lebih lanjut”12

Berdasarkan menurut beberapa ahli diatas maka bisa disimpulkan

mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu warga belajar melihat bagaimana hubungan antara materi

pengetahuan yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri

sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada warga belajar

bagaimana hubungan antara pengetahuan atau kecakapan tertentu

mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, serta memuaskan

kebutuhan-kebutuhannya. Bila warga belajar menyadari bahwa minat

10

Drs. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013). Hlm. 180 11

Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hlm.132 12

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), hlm. 91

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

27

yang ia tekuni membawa pengaruh kemajuan pada dirinya, kemungkinan

besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.

a. Ciri-ciri Minat

Minat yang terjadi dalam diri individu dipengaruhi dua faktor

yang menentukan yaitu faktor keinginan dari dalam diri individu atau

keinginan dari luar diri individu. Minat dari dalam individu berupa

keinginan atau senang pada perbuatan atau aktivitas sesuatu yang

disukai. Minat dari luar individu berupa dorongan atau paksaan dari

luar individu untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Menurut Siti Rahayu Hadianto (1998), ada dua faktor yang

mempengaruhi minat seseorang, yaitu :13

1) Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan

memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya.

Disini minat datang dari diri orang itu sendiri. Orang tersebut

senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri.

2) Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan

dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang

melakukan kegiatan ini karena ia didorong atau dipaksa dari luar.

Berdasarkan menurut pengertian diatas mengenai dua faktor

yang mempengaruhi minat dapat disimpulkan bahwa, faktor dari dalam

(instrinstik) yaitu faktor dari dalam dirinya sendiri tanpa paksaan dari

13

Siti Rahayu Hadianto, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press,1998), Hlm.189

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

28

orang lain sedangkan faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu pengaruh minat

karena dorongan dari orang lain bukan dari dirinya sendiri.

b. Jenis-jenis Minat

Pengelompokkan jenis minat menurut Whiterington (1985)

adalah sebagai berikut :

1) Minat biologis atau minat primitive, yaitu minat yang timbul dari

kebutuhan-kebutuhan yang berkisar pada hal makan dan

kebebasan beraktivitas.

2) Minat sosial atau minat kultural, yaitu minat yang berasal dari

belajar yang lebih tinggi sifatnya, minat ini meliputi: kekayaan,

bahasa symbol, harga diri, atau prestise sosial, dan sebagainya.14

Dapat disimpulkan bahwa minat biologis adalah minat yang

berasal dari kebutuhan dan kebebasan beraktivitas pada diri sendiri,

sedangkan minat sosial berasal dari harga diri yang meliputi gaya

hidup seperti kekayaan atau prestise sosial (kehormatan).

c. Aspek-aspek dalam Minat

Aspek minat dibagi menjadi tiga aspek yaitu : aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotor yaitu sebagai berikut :

1) Aspek Kognitif

14

Whiterington, Psikologi Pendidikan (terjemahan Buchori), (Jakarta: CV Gramedia Cipta Jaya Offset,1985), Hlm.136

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

29

Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa

anak-anak mengenai hal yang menghubungkannya dengan minat.

Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal

yang diminati akan menguntungkan? Apakah akan mendatangkan

kepuasan? Ketika seseorang melakukan suatu aktivitas tersebut.

Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas

akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari suatu

aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikelarkan pun

berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu

aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan

terus dilakukan.

2) Aspek Afektif

Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan

konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang

ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminatinya. Seperti

aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman

pribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung

aktivitas yang diminatinya dan akan memiliki waktu-waktu khusus

atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas

yang diminatinya tersebut.

3) Aspek Psikomotor

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

30

Aspek psikomotor lebih pada mengorientasikan pada

proses tingkah laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari

nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan diinternalisasikan

melalui aspek afektif sehingga mengorganisasikan dan diaplikasikan

dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang

memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha

mewujudkannya sebagai pengungkapkan ekspresi atau tindakan

nyata dari keinginannya.15

Berdasarkan teori mengenai aspek-aspek dalam minat ini

dapat disimpulkan bahwa minat yang ada dalam diri sendiri atau

orang lain mempunyai aspek yang berbeda-beda. Penjelasan aspek

kognitif lebih kepada rasa kepuasan yang ada pada warga belajar

karena mereka melakukan pelatihan tata rias wajah ini sangat

memberi banyak manfaat terutama dalam hal penampilan dan

lainnya. Penjelasan aspek afektif yaitu warga belajar yang mengikuti

pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi ini lebih memiliki

pengalam pribadi atau dukungan oleh orang lain, dalam hal ini

warga belajar memiliki daya tarik tinggi dalam hal merias diri.

Penjelasan aspek psikomotorik yaitu warga belajar yang memiliki

minat terhadap tata rias wajah yang akan menerapkan ilmunya

tersebut dalam bentuk nyata seperti memberikan pengalaman

15

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), hlm.14

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

31

selama memperlajari materi tata rias wajahnya tersebut kepada

orang lain yang membutuhkan.

d. Kategori minat

Minat dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan sifatnya, yaitu :

1) Minat personal

Merupakan minat yang bersifat permanen dan relatif stabil

yang mengarah pada minat khusus. Minat personal merupakan

bentuk rasa senang ataupun tidak senang, tertarik tidak tertarik

pada suatu mata pelajaran tertentu. Minat ini biasanya tumbuh

dengan sendirinya tanpa pengaruh yang besar dari rangsangan

eksternal.

2) Minat Situasional

Merupakan minat yang bersifat tidak permanen dan relatif

berganti-ganti tergantung rangsangan eksternal. Rangsangan

tersebut misalnya berupa metode mengajar guru, penggunaan

sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta

dorongan keluarga.

3) Minat Psikologikal

Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya

interaksi antara minat personal dengan minat situasional yang terus-

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

32

menerus dan berkesinambungan. Dalam arti jika siswa memiliki

pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan

memiliki kesempatan untuk mendalaminya serta mempunyai

penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikiologikal.16

Maka disimpulkan bahwa minat memiliki kategori sifat yaitu :

1) minat personal yang diartikan sebagai minat yang tumbuh

dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar, 2) minat

situasional yaitu minat yang tumbuh karena dorongan dari luar

selain pada dirinya sendiri, dan 3) minat psikologikal yaitu minat

yang berkesinambungan karena memiliki kesempatan untuk

mendalaminya secara terus-menerus.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Menurut Slameto beberapa indikator minat belajar yaitu:

perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan

siswa. Dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu: 17

1) Perasaan Senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap

pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.

16

Suhartini Dewi, Minat Siswa Terhadap Topik-Topik Pelajaran dan Beberapa Faktor yang MelatarBelakanginya(tesis), Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2001, hlm 23 17

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2010), hlm.180

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

33

Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan

bosan, dan hadir saat pelajaran. Minat dari warga belajar tata rias

wajah di Wardah Bekasi ini salah satunya adalah faktor senang atau

rasa tertarik pada makeup. Menurut hasil wawancara yang telah

saya lakukan 85% mereka yang hobby ber-makeup tertarik

mengikuti pelatihan ini karena selain menambah ilmu tips dan trick

cara ber-makeup akan mendapat produk dari wardah setelah

mengikuti pelatihan tersebut.

2) Keterlibatan Siswa

Keterlibatan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang

tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan

kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif

bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan dengan penjelasan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa keterlibatan seseorang dilakukan karena orang

tersebut tertarik atau senang untuk melakukan suatu kegiatan yang

disukainya. Dalam pelatihan ini keterlibatan warga belajar antara

lain adalah kesadaran warga belajar untuk bertanya kepada tutor

mengenai materi merias wajah, partisipasi warga belajar saat

mengikuti pelatihan dan keterlibatan dengan tutor dalam pelatihan

ttaa rias wajah di Wardah Bekasi.

3) Ketertarikan

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

34

Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap

ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa

pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas

dari guru.

Dalam hal ini ketertarikan menjadi salah satu sebuah

kebiasaan yang dapat menumbuhkan rasa senang atau tertarik

terhadap sesuatu hal. Pelatihan tata rias wajah ketertarikan warga

belajar dapat di nilai dari keikutsertaan warga belajar dalam

mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi, kehadiran

warga belajar dan konsentrasi warga belajar saat pelatihan sedang

berlangsung.

4) Perhatian Siswa

Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama

dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan

konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan

mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek

tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek

tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat

materi.

Dalam perhatian warga belajar pada pelatihan tata rias wajah

di Wardah Kota Bekasi ini dapat dinilai dari keterlibatan warga

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

35

belajar dalam pelatihan tata rias wajah dan kemauan warga belajar

saat mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi.

f. Indikasi atau ciri-ciri warga belajar yang memiliki minat

Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang diperlajari secara terus-menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu

yang diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minat daripada yang

lainnya. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas

kegiatan.18

Ciri-ciri yang terdapat dalam penjelasan diatas ialah ciri-ciri

yang harus dimiliki oleh warga belajar yang berminat dalam pelatihan

tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi.

18

Ibid., hlm.180

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

36

4. Manfaat Merias

Tata rias wajah merupakan ilmu yang mempelajari tentang

keahlian seni merias wajah untuk menampilkan kecantikan diri sendiri

atau orang lain menggunakan kosmetika yang dapat menutupi atau

menyamarkan kekurangan yang ada pada wajah, serta dapat

menonjolkan kelebihan yang ada pada wajah sehingga tercapai

kecantikan yang sempurna.

Sedangkan fungsi dan tujuan dari tata rias wajah itu sendiri secara

umum adalah dapat merias wajah, baik untuk diri sendiri maupun orang

lain sesuai dengan karakter wajah dan kesempatan yang akan dihadiri.

a. Tujuan dari pembelajaran rias wajah

Tata rias wajah merupakan suatu seni yang bertujuan untuk

mempercantik wajah dengan menonjolkan bagian-bagian yang sudah

indah dan menyamarkan atau menutupi kekurangan pada wajah. Tata

rias juga bertujuan untuk menunjang rasa percaya diri seseorang. 19

Tujuan dari pembelajaran merias wajah antara lain :

1) Menerapkan prinsip utama merias wajah.

2) Menggunakan peralatan merias wajah secara tepat.

3) Menjelaskan fungsi dari kosmetika yang digunakan untuk merias.

19

Marta Tilaar, Tata Rias Korektif, (Jakarta: Grasindo, 1995), hlm. 29

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

37

4) Mengoreksi bentuk wajah menjadi lebih baik, sehingga kekurangan

yang ada pada wajah dapat dikamuflasekan menjadi lebih baik.

5) Dapat mempraktekkan rias wajah untuk kesempatan malam hari.

Lengkap dengan tindakan mengoreksi wajah di bagian yang

diperlukan20.

Kesimpulan dari tujuan tata rias adalah memperbaiki

penampilan pada diri sendiri untuk menunjang rasa percaya diri

seseorang baik dalam penampilan sehari-hari maupun dalam

penampilan formal.

b. Manfaat Merias Wajah

Manfaat merias wajah antara lain :

1) Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan warga belajar.

Dalam hal ini pelatihan tata rias wajah membantu warga belajar

untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam merias diri

sehigga warga belajar dapat percaya diri dalam penampilannya.

2) Membantu dalam mendorong dan mencapai pengembangan dalam

kepercayaan diri.

Dalam hal ini penerapan lebih kepada metode penyajian dalam

pelatihan sudah sesuai atau tidak sesuai dengan jenis pelatihan

20

Fesyen Zee, https://fesyenzee.blogspot.com/2017/01/pengertian-tata-rias-dan-fungsi-tujuan.html, dikunjungi pada tanggal 31 Mei 2018 pada pukul 19.00

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

38

yang dibutuhkan warga belajar dalam pelatihan tata rias wajah

tersebut.

3) Meningkatkan pemberian pengakuan dan perasaan kepuasan

dalam pelatihan.

Warga belajar yang mengikuti pelatihan dapat memberi penilaian

terhadap pelatihan yang sudah mereka ikuti. Dalam hal ini warga

belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah dapat

menilai seberapa banyak manfaat dan dapat memberi saran

terhadap pelatihan yang sudah diikuti oleh mereka di Wardah Kota

Bekasi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang minat pelatihan tata rias wajah telah dilakukan

oleh beberapa orang, diantaranya oleh Diah Ayu Alamita dari Universitas

Negeri Semarang tahun 2009 dengan judul “Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Minat Masyarakat Dalam Menggunakan Tata Rias

Pengantin Muslim Modifikasi Di Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten

Pekalongan”, menyatakan bahwa minat masyarakat dalam menggunakan

tata rias pengantin muslim modifikasi di Kecamatan Wonopringgo

Kabupaten Pekalongan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari beberapa

indikator, diantaranya adalah perasaan senang terhadap objek,

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

39

pengetahuan individu terhadap objek, dan faktor kebutuhan.

Sedangkan faktor ekstrinsik juga terdiri dari beberapa indikator,

diantaranya adalah faktor lingkungan sosial, faktor status sosial ekonomi,

dan faktor culture. Persamaan dalam penelitian ini ialah, Diah sama-

sama mencari minat warga belajar dalam segi faktor intrinsik maupun

faktor ekstrinsik.

Penelitian lain yang disusun oleh Ika Nurjanah dari Universitas

Jember tahun 2016 dengan judul “Hubungan Antara Hasil Pelatihan Tata

Rias Pengantin Dengan Minat Berwirausaha Peserta Pelatihan Di

Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) Yuli, Kabupaten Jember”

menyatakan bahwa jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional

dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitiannya adalah peserta

pelatihan yang berjumlah 20 orang. Analisis data pada penelitian ini

menggunakan tekanik analis tata jenjang. Kesimpulan yang dapat peneliti

berikan yaitu ada hubungan antara hasil tata rias pengantin dengan minat

berwirausaha peserta Pelatihan di Lembaga Kursus dan Pelatihan “YULI”

kabupaten Jember bisa dikatakan kuat.21 Persamaan dalam penelitian ini

ialah, Ika sama-sama mencari minat warga belajar dalam pelatihan akan

tetapi yang dilihat oleh warga belajar disini difokuskan untuk hubungan

21

Ika Nurjanah, Hubungan Antara Hasil Pelatihan Tata Rias Pengantin Dengan Minat Berwirausaha Peserta Pelatihan Di Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) Yuli, Kabupaten Jember, (Jember: Univeristas Jember, 2016), hlm.iii

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

40

antara hasil pelatihan dengan minat berwirausaha bukan mencari faktor-

faktor minat yang mendukung pada warga belajar .

Penelitian lain yang disusun oleh Mita Fitriani dari Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2013 dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Brand Endorse Terhadap Minat Beli Produk Wardah Oleh

Mahasiswi Di Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penggunaan brand endorse terhadap minat beli produk Wardah

pada mahasiswi di Yogyakarta dan Untuk mengetahui faktor lain yang

ikut berperan dalam pengaruh penggunaan brand endorse terhadap

minat beli produk Wardah pada mahasiswi di Yogyakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

brand endorse terhadap minat beli. Hal tersebut ditunjukan dari hasil uji

hipotesis yang signifikan dengan tingkat kesalahan 5%. Semakin bagus

brand endorse yang digunakan dalam sebuah iklan produk maka akan

meningkatkan minat beli mahasiswa di Yogyakarta, begitu pula

sebaliknya. Variabel intervening yang meliputi indikator tingkat

pendapatan, harga, kualitas produk dan merek secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen minat beli konsumen. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa peranan variabel intervening adalah

memediasi secara parsial hubungan antara brand endorse terhadap

minat beli produk Wardah oleh mahasiswa di Yogyakarta. Artinya adanya

brand endorse dalam mempengaruhi minat beli mahasiswa di Yogyakarta

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

41

terhadap produk Wardah baik secara langsung maupun dengan

pertimbangan pendapatan, harga, kualitas dan merek. Tingkatan faktor

lain dalam hal ini variabel intervening dalam mempengaruhi brand

endorse pada minat beli adalah harga, merek, kualitas produk dan

pendapatan ekonomi konsumen. Persamaan dalam penelitian ini adalah

peneliti mencari faktor minat, perbedaannya peneliti dalam penelitian

minat pelatihan tata rias wajah lebih mencari faktor yang mempengaruhi

dirinya dalam mengikuti pelatihan sedangkan Mita lebih kepada minat

dalam produk Wardah.

Dari beberapa uraian mengenai hasil penelitian terdahulu, peneliti

menyimpulkan bahwa hasil penelitian terdahulu memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang minat.

Adapun perbedaan dengan penelitian yang penulis teliti adalah pada

kaitan pembahasan fokus hasil dari minat warga belajar mengikuti

pelatihan tata rias wajah di Wardah Bekasi. Persamaan lain adalah

sama-sama menggunakan pendekatan kuantitaif, adapun perbedaannya

jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu korelasional dengan

pendekatan kuantitatif. Korelasi digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh antara minat dengan warga belajar. Pada penelitian

ini, pembahasan lebih difokuskan pada minat warga belajar yang

mengikuti pelatihan tersebut.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

42

C. Kerangka Berpikir

Pelatihan tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi menyediakan

tempat untuk warga belajar Kota Bekasi supaya dapat memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam tata rias wajah. Dalam penelitan ini

minat warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di Wardah

Bekasi tentunya berbeda-beda, berdasarkan hasil studi pendahuluan

sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang masalah dan rumusan

masalah tersebut, serta memperhatikan teori dan konsep yang

mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka berfikir sebagai berikut :

SKEMA Kerangka Berfikir

Sumber : Data Penelitian, 2018

Pada pelatihan tata rias wajah di Wardah Kota Bekasi, warga

belajar yang mengikuti pelatihan tersebut bisa dilihat dari faktor-faktor

yang mempengaruhi minatnya, yaitu :

1. Perasaan senang

Minat

Keinginan

Perasaan senang Ketertarikan Perhatian Keterlibatan

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

43

Dalam hal ini warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di

Wardah Kota Bekasi dapat dilihat dari antusias dan respon warga

belajar selama mengikuti pelatihan tersebut.

2. Perhatian

Warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah dapat diketahui

dari seberapa besar keterlibatan warga belajar dalam pelatihan

tersebut dan kemauan warga belajar dalam mengikuti pelatihan tata

rias wajah di Wardah Kota Bekasi.

3. Ketertarikan

Dalam hal ini ketertarikan warga belajar dapat dilihat dari keikutsertaan

warga belajar dalam mengikuti pelatihan, kehadiran warga belajar dan

konsentrasi warga belajar yang mengikuti pelatihan tata rias wajah di

Wardah Kota Bekasi.

4. Keterlibatan

Keterlibatan warga belajar saat mengikuti pelatihan antara lain adalah

kesadaran warga belajar untuk bertanya, partisipasi warga belajar dan

keterlibatan dengan tutor pada saat pelatihan berlangsung.

5. Manfaat Merias

Dalam hal ini manfaat merias yang dapat diperoleh warga belajar

untuk memperbaiki pengetahuan dan keterampilan warga belajar

dalam merias wajah, membantu dalam mendorong dan mencapai

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kerangka Teori 1. Hakikat ...repository.unj.ac.id/2151/6/12. BAB 2.pdf · pelatihan merupakan sebuah proses pemberian pengetahuan dan pengalaman baik itu

44

pengembangan dalam kepercayaan diri, dan meningkatkan pemberian

pengakuan dan perasaan kepuasaan dalam pelatihan.