BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

21
BAB II LANDASAN TEORITIK A. Eskatologi Islam 1. Pengertian Eskatologi. Kata eskatologi atau eschatology berasal dari bahasa yunani yakni eschatos yang memiliki arti yang terakhir, yang terjauh,yang paling luar, masa terakhir, dan logos yang artinya kajian atau studi tentang. Sedangkan eskatologis adalah studi tentang kepercayaan yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa akhir atau final seperti kematian, hari pengadilan, hari kiamat, saat terakhir sejarah, surga dan neraka, serta hubungan manusia dengan hal tersebut. 1 Kemudian definisi eskatologis menurut para filosof adalah sebuah doktrin tentang akhir, yang membahas tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia seperti kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitankembali, pengadilan akhir, surga dan neraka dan lain sebagainya. 2 Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa eskatologi adalah 1 Tim Penulis Rosda, Kamus Filsafat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 98. Baca juga Eva, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Moderen terj. The Oxford Encyclopedia Of The Modern Islamic Word (Bandung: Mizan, 2001), 19. 2 Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 13. 22

Transcript of BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

Page 1: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

22

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Eskatologi Islam

1. Pengertian Eskatologi.

Kata eskatologi atau eschatology berasal dari bahasa yunani yakni

eschatos yang memiliki arti yang terakhir, yang terjauh,yang paling luar,

masa terakhir, dan logos yang artinya kajian atau studi tentang.

Sedangkan eskatologis adalah studi tentang kepercayaan yang dikaitkan

dengan peristiwa-peristiwa akhir atau final seperti kematian, hari

pengadilan, hari kiamat, saat terakhir sejarah, surga dan neraka, serta

hubungan manusia dengan hal tersebut.1

Kemudian definisi eskatologis menurut para filosof adalah sebuah

doktrin tentang akhir, yang membahas tentang keyakinan yang

berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia seperti

kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitan–kembali,

pengadilan akhir, surga dan neraka dan lain sebagainya.2 Dari berbagai

pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa eskatologi adalah

1Tim Penulis Rosda, Kamus Filsafat (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 98. Baca juga Eva,

Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Moderen terj. The Oxford Encyclopedia Of The Modern Islamic

Word (Bandung: Mizan, 2001), 19. 2 Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 13.

22

Page 2: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

23

ajaran keyakinan atau kepercayaan manusia terhadap hari akhir,

sedangkan eskatologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan skatologi.

Ajaran dan faham eskatologi telah diajarkan dan diperkenalkan

oleh hampir semua agama sebagai doktrin hari akhir dan merupakan

bagian dari ajaran teologi suatu agama3. Sedangkan dalam Agama Islam

sendiri konsep eskatologi telah diajarkan dan diperkenalkan sebagai

awal pondasi agama yakni berupa iman.

Konsep iman dalam Islam telah termuat dalam dasar rukun iman,

yakni iman kepada hari akhir. Hal ini mengindikasikan bahwa hari

akhir, hal-hal yang menyangkut akhirat, surga, neraka merupakan hal

pokok yang harus diimani oleh setiap muslim. Karenannya mengingkari

adanya eskatologi atau hari akhir berarti tidak mengimani sepenuhnya

dari konsep dasar rukun iman. Salah satu ayat yang menerangkan rukun

iman terdapat dalam al-Qur’an surah al-Baqarah (2): 177

من آمن ليس البر أن تـولوا وجوهكم قربل المشررقر والمغرربر ولـكرن البررر والملآئركةر والكرتابر والنبريرين وآتى المال على حبرهر ذوري واليـومر الآخر للهر بر

وابن السبريلر والسآئرلرين وفر الررقابر وأقام الصلاة القرب واليـتامى والمساكرين ين م إرذا عاهدوا والصابرررين فر البأساء والضراء وحر وآتى الزكاة والموفون برعهدرهر

ون البأسر أولـئرك الذرين صدقوا وأولـئرك هم المتـق

Artinya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah

timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang

beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan

nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,

anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan

3Menurut mistisme, eskatologi juga digambarkan sebagai faham realistas masa depan dan proses

penyatuan dengan Tuhan. Sedangkan dalam Kristen eskatologi digambarkan sebagai konsep-

konsep yang terkait dengan era mesianik atau mesias, hari akhir dan akhir zaman.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

24

(musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya,

yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang

menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam

kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah

orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang

bertakwa.

Selain itu rukun iman juga disampaikan Rasulullah SAW. dalam

hadisnya. Seperti hadis dalam S{ah{i>h{ Bukha>riy.

يم أخبن أبو حيان التـيمري عن ثـنا إرساعريل بن إربـراهر د قال حد ثـنا مسد حد صلى الل عليهر وسلم بررزا يـوما لرلناسر أبر زرعة عن أبر هريـرة قالكان النبر

بريل للر وملائركترهر وكتبرهر فأته جر يمان أن تـؤمرن بر يمان قال الر فـقال ما الرسلام أن تـعبد الل ول سلام قال الر لبـعثر قال ما الر وبرلرقائرهر ورسلرهر وتـؤمرن بر

ئا وتقريم الصلاة و تـؤدري الزكاة المفروضة وتصوم رمضان قال ما تشررك برهر شيـحسان قال أن تـعبد الل كأنك تـراه فإرن ل تكن تـراه فإرنه يـراك قال مت الر

علم مرن السائرلر وسأ ها بر ك عن أشراطرها إرذا الساعة قال ما المسئول عنـ خبربرلر البـهم فر البـنـيانر فر خس ل ا وإرذا تطاول رعاة الر ولدت المة رب صلى الل عليهر وسلم} إرن الل عرنده عرلم يـعلمهن إرل الل ث تلا النبربريل جاء يـعلرم ئا فـقال هذا جر الساعةر {الآية ث أدبـر فـقال ردوه فـلم يـروا شيـ

يمانر الناس درينـهمقال أبو عبد اللر جعل ذلرك كله مرن الرArtinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah

menceritakan kepada kami Isma>'il b. Ibra>hi>m telah

mengabarkan kepada kami Abu H}ayya>n At Taimi dari Abu Zur'ah

dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi s}allallahu 'alaihi

wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang

Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah

iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman

adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-

kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu

beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata:

"Apakah Islam itu?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

"Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya

dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat

Page 4: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

25

yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis

salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi s}allallahu 'alaihi

wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah

melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia

melihatmu". (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya

hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Yang

ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku

akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah

melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit

hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima

masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya

pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat" (QS. Luqman: 34).

Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi s}allallahu

'alaihi wasallam berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat

tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; "Dia adalah

Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama

mereka." Abu Abd. Allah berkata: "Semua hal yang diterangkan

Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dijadikan sebagai iman.4

Selain sebagai aqidah umat islam, iman kepada hari akhir juga memiliki

peran sebagai pengingat bahwa hidup di dunia tidaklah kekal selama-

lamanya, karena semua makhluk akan kembali pada Zat tunggal yakni

Allah SWT. Setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas segala

tindakan selama di dunia baik yang berkenaan dengan benar, salah, dan

baik, buruk. Selain itu mengingat hari akhir akan memberikan renungan

manusia tentang keadaan dan kondisinya ketika diakhirat kelak, serta

saling berlomba-lomba melakukan kebaikan sebagai persiapannya dalam

menghadapi hari akhir.

Pembahasan mengenai eskatologi atau hari akhir merupakan

bagian dari tema-tema futuristik yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis.

Sebagai tema-tema eskatologi kemampuan akal hanya berkisar pada

4Imam Bukha>riy, Shah{i>h{ Bukha>riy, Kitab Iman, Bab Pertanyaan malaikat Jibril kepada Nabi

Shallallahu 'alaihi wa salam tentang iman, Islam, Ihsan dan pengetahuan akan hari qiyamat (CD

Room Lidwa Pustaka I-Software Sembilan Imam), Hadis : 48.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

26

penerimaan dan penolakan, 5 karena eskatologi bersifat futuristik yaitu

kejadian masa depan yang belum dialami hingga saat ini.

Namun keberadaan kajian mengenai eskatologi telah ada dan

berkembang hingga saat ini, sehingga perkembangan ilmu tentang

eskatologi menjadi wacana tersendiri bagi para pemikir islam. 6 Para

ilmuan islam memiliki konsep-konsep yang berbeda mengenai penjelasan

eskatologi, namun para ilmuan islam secara global tetap berpegang pada

koridor dan pakem-pakem dalam agama Islam. Berikut pandangan

beberapa tokoh mengenai eskatologi.

Menurut Fazlur Rahman pembahasan mengenai ilmu eskatologis

banyak ditemukan pada tema-tema dalam al-Qur’an, sehingga tidak ada

pengelompokan-pengelompokan atau pengkotak-kotak dalam ayat al-

Qur’an, maksudnya Fazlur rahman tidak setuju adanya pembedaan

mengenai imu-ilmu agama atau ilmu non agama, ilmu syari’ah atau non

syariah.7

Menurutnya semua ilmu harus dipelajari secara mendalam

karenaya pengkotak-kotakan ilmu akan mematikan ilmu dan pemikiran

dalam Islam. menurutnya semua ilmu itu baik karena ilmu yang buruk

adalah lmu yang disalahgunakan. Sehingga pembahasan agama tidak boleh

5Redaksi yang lemah dapat ditolak dengan redaksi yang agung atau sumber utama hukum islam

yakni al-Qur’an dan Hadis. Seperti halnya hadis yang berstatus hasan gharib dapat ditolak

menggunakan hadis yang bertema sama dan berstatus masyur ataupun dengan jaran-ajaran dalam

al-Qur’an. Baca Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis Sebuah Tawaran Metodologis

(Jogjakarta:Lesfi,2003), 50-51. 6Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 3. 7Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 75.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

27

berkisyar syariah saja, pembahasan mengenai eskatologi jauh lebih

memberi makna dalam kehidupan dan landasan paling kokoh dalam

bertingkah laku.

Hal yang mendasari dari konsep berfikir Fazlur Rahman terletak

pada nilai-nilai moral pada manusia. Salah satu contoh pemikiran Fazlur

Rahman mengenai surga dan neraka adalah disebabkan oleh moral dan

keadilan sebagai konstitusi nyata yang berlandaskan al-Qur’an untuk

menilai perbuatan manusia, sementara keadilan tidak dapat dijamin

didunia. Pendapat Fazlur Rahman ini mengindikasikan bahwa moralitas

dari seluruh tindakan manusia merupakan dasar dari adanya surga dan

neraka.8

Sedangkan Mulla Shadra menggunakan rasionalitas dalam

memaknai peristiwa kebangkitan dan pengumpulan sebagai wujud dan

hasil dari kehidupan di dunia, sehingga manusia melakukan proses

penyempurnaan untuk dapat meningkatkan kuwalias dirinya. 9 Berbeda

dengan hal itu ciri khas dari pola pikir Ibn Rusyd dalam eskatologi adalah

rasional ilmiah, 10 sehingga beliau mencoba memadukan antara

pengetahuan dengan akal. Salah satu contoh pemikirannya adalah

mengenai hari kebangkitan, pada hari itu rukhanilah yang dibangkitkan

8Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004),131-132. 9 Kholid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat: Filsafat Eskatologi Mulla Shadra (Jakarta:

Sadra Press, 2012), 184-185. 10 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd dan Averroisme: Sebuah Pemberontakan Terhadap Agama

(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), 96.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

28

karena jasad manusia tidak dapat merasakan kenikmatan surga atau

kesakitan dineraka, karena surga dan neraka tidak bersifat jasmaniah.11

Terakhir menurut al-Gaza>li ilmu eskatologis merupakan bagian

dari ilmu akhirat yakni ilmu-ilmu syariah yang secara garis besar adanya

kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan dalam memahaminya.12 Seperti

penjelasan al-Ghaza>li mengenai doktrin syafa’at bahwa seseorang yang

masuk nerakapun akan dislamatkan oleh Syafaat selama ia memiliki

Tauhid13, sehingga pandangan al-Ghazali mengenai eskatologi dilihat dari

sisi teologis dan mengimaninya sebagai bentuk dasar dari akidah Islam.

2. Prinsip - prinsip Eskatologi Islam

a. Peristiwa Kematian

Kematian adalah proses alamiah setiap makhluk hidup,

setiap makhluk hidup yang diciptakan pasti mengalami

kematian (akhir hidup). Seperti halnya makhluk hidup lain,

manusia juga mengalami kematian. Kematian adalah proses

berpisahnya ruh dari jasadnya, dan ruh akan melanjutan

perjalanan spiritualnya menuju alam yang berikutnya.

Menurut al-Ghaza>li (w 1111 M/505 H) kematian

manusia adalah bentuk dari kiamat kecil, sedangkan menurut

Mulla Shadra kematian adalah proses gradasi wujud dari level

11Kamil Muhammad Uwaidah, Ibn Rusyd Filosof Muslim Dari Andalusia, Kehidupan, Karya, Dan

Pemikirannya (Jakarta: Rio Cipta), 58-59. 12 Ibid, 75. 13 Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 185-186

Page 8: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

29

wujud yang rendah (duniawi), menuju level yang lebih tinggi,

menurutnya kematian tidaklah melenyapkan kehidupan tetapi

proses menuju keidupan selanjutnya.14

b. Peristiwa Alam Barzah

Doktrin mengenai alam barzah adalah doktrin eskatologi

yang dianut dalam Islam, sedangkan dalam agama lain yakni

Zoroasterianisme (majusi) juga meyakini adanya alam

pemisah antara kehidupan dunia, dengan masa kebangkitan

kelak. Menurut pandangan al-Ghaza>li (w 1111 M/505 H)

dalam alam barzah manusia telah ditampakkan dan dibalas

atas dosa atau pahala ketika di dunia. Kemudian mayit yang

meninggal meninggalkan unsur-unsur jasmani yang nantinya

akan merasakan kenikmatan bila ia melakukan amal yang baik,

begitu pula sebaliknya.

Kondisi manusia ketika di alam barzah memiliki empat

perbedaan menurut al-Gaza>li (w 1111 M/505 H) yaitu:

pertama, keadaan seseorang yang duduk diatas tumitnya

sampai matanya hancur berantakan, kondisi tubuhnya menjadi

bengkak dan kembali ketanah. Kedua, keadaan seseorang yang

merasa kantuk hingga tidak mengetahui dan merasakan segala

hal sampai waktu peniupan terompet pertama. Ketiga, ketika

14Kholid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat: Filsafat Eskatologi Mulla Shadra (Jakarta:

Sadra Press, 2012), 169.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

30

jasad mayit telah hancur maka ia menuju terompet sangkakala.

Keempat, bagi Nabi dan Rasul dibebaskan ruhnya untuk

berkeliling dimuka bumi.15

Senada dengan hal tersebut Mulla Shadra (w 1640

M/1050 H) menerangkan bahwa kualitas alam barzah berada

di atas kualitas kehidupan dunia. Mulla Shadra (w 1640

M/1050 H) juga merumuskan keadaan manusia di alam barzah

mengalami kenikmatan seperti mendapati beragam hidangan

dalam bentuk yang menyenangkan, namun bila manusia pada

masa hidupnya penuh keburukan, maka ia akan mengalami

berbagai keburukan yang menyiksa dirinya.16

Sedangkan menurut Fazlur Rahman (w 1988 M) alam

barzah merupakan gambaran awal dari segala sesuatu yang

akan datang, sehingga Rahman (w 1988 M) meyakini bahwa

surga dan neraka telah dimulai ketika seseorang berada di

alam kubur.17 Sehingga pandangan ini menolak pendapat al-

Gaza>li (w 1111 M/505 H) yang mengatakan alam barzah

adalah perantara dari dunia menuju alam selanjutnya.

15Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 97. 16Kholid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat: Filsafat Eskatologi Mulla Shadra (Jakarta:

Sadra Press, 2012), 173-174. 17Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 99.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

31

c. Peristiwa Hari Kiamat

Kiamat merupakan kehancuran alam semesta dan

merupakan akhir dari peradaban, hal ini ditandai dengan

kematian seluruh makhluk dan tidak menyisakan satupun.

Mulla Shadra (w 1640 M/1050 H) membagi pembahasan

tentang kiamat menjadi dua yakni kiamat kecil dan kiamat

besar. Kiamat kecil adalah kematian pada diri manusia,

sedangkan kiamat besar adalah proses terfokusnya orientasi

segala yang rendah kepada yang mahatinggi, segala sesuatu

kepada sumbernya.18

Al-Ghaza>li (w 1111 M/505 H) menerangkan bahwa

setelah manusia dan alam semesta luluh lantah kemudian

ditiuplah terompet yang kedua, dimana semua makhluk hidup

dibangkitkan lagi dan menunggu hari penghitungan amal,

pada saat yang sama para makhluk hidup baru menyadari

kelengahan didunia. Menurut Al-Ghaza>li (w 1111 M/505 H)

bila digambarkan apabila manusia ketika di dunia termasuk

orang yang bermewah-mewah, dan kaya-kaya seperti raja,

maka pada hari itu mereka menjadi yang terhina, terkecil,

terendah diantara yang lainnya. 19

18Kholid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat: Filsafat Eskatologi Mulla Shadra (Jakarta:

Sadra Press, 2012), 182. 19Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 105.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

32

Sedangkan menurut Ibn Rusyd (w 1998 M/595 H) masa

kebangkitan ini hanya bersifat rukhaniah, sehingga

kebangkitan ini tidak memerlukan tubuh lagi, karena

kebangkitan rukhani lebih sesuai dengan akal karena akhirat

bersifat ghaib.20

Pada hari perhitungan amal menurut Mulla Shadra (w

1640 M/1050 H) lembaran atau kitab sebenarnya adalah hati

dan ruh manusia. Hati dan ruh adalah substansif jiwa tempat

seluruh aktivitas manusia tercatat.21 Sehingga Mulla Shadra

tidak menjelaskan yang dimaksud dengan perhitungan ialah

perhitungan dengan cara manual, tetapi lebih bersifat simbolik.

d. Makna Surga dan Neraka

Penggambaran surga dan neraka menurut Mulla Shadra

(w 1640 M/1050 H) berkisar pada dua sifat yakni bahagia dan

kehinaan. Surga digambarkan sebagai tempat yang mulia,

menyenangkan jiwa dan pandangan, penghuni di dalamnya

kekal dan abadi. Sedangkan Neraka adalah tempat yang penuh

dengan kehinaan, kederitaa, kesakitan, kelaparan dan

kehausan. Neraka diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan

20Kamil Muhammad Uwaidah, Ibn Rusyd: Filosof Muslim dari Andalusia, Kehidupan, Karya dan

Pemikirannya (Jakarta: Riora Cipta, 2001), 58. 21Kholid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat: Filsafat Eskatologi Mulla Shadra (Jakarta:

Sadra Press, 2012), 210.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

33

musyik, sedangkan pengikut ajaran Tauhid yang berdosa akan

keluar darinya dengan kasih saying Allah SWT.22

Sedangkan menurut Fazlur Rahman (w 1988 M)

gambaran mengenai perwujudan surga dan neraka merupakan

doktrin penting dari Hari Akhir. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yakni: Pertama, moral dan keadilan yang

berlandaskan al-Qur’an merupakan patokan untuk menilai

perbuatan manusia, yang didunia keadilan tidak dapat dijami.

Kedua, tujuan-tujuan hidup harus djelaskan secara gambling

untuk memperlihatkan apa tujuan manusia diciptakan. Ketiga,

berbagai perdebatan tentang orientasi-orientasi manusia harus

diselesaikan, karena hal tersebut disebabkan oleh kepentingan

diri sendiri, kelompok, bangsa, atau warisan kebudayaan.23

B. Sendawa dan Faktor-Faktor Penyebab Sendawa

Sendawa adalah udara yang keluar dari tenggorokan yang

memenuhi mulut dan berbeda dengan muntah. 24 Menurut Muhammad

Sa}lih} al-Munjab dalam kitabnya silsilah al-ada>b al-islamiah dijelaskan

dalam bab adab bersendawa bahwa, yang dimaksud dengan bersendawa

ialah mengeluarkan suara hasil dari kenyang (kekenyangan), dan yang

22 Ibid, 218. 23Sibawaihi, Eskatologi Al Gazali dan Fazlur Rahman; Studi Komparatif Epistemologi Klasik –

Kontemporer (Yogyakarta: Islamika, 2004), 131-132. 24Mahmud Al-Mihshri, 400 Kesalahan dalam Sholat Terj. Fahrur Mu’is dan Nurul Latifah (Media

Zikir:Solo, 2007), 101

Page 13: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

34

disertai dengan bau khas dari perut.25 Sedangkan menurut ilmu kesehatan

sendawa adalah udara yang keluar melalui kerongkongan dan mulut

sebagai hasil dari proses pencernan.26

Ketika seseorang makan dan minum, sebenarnya tidak hanya

makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, ketika

makan dan minum udara juga ikut masuk kedalam tubuh seperti gas

nitrogen dan oksigen. sehingga apabila seseorang makan atau minum

dengan jumlah banyak maka banyak pula udara yang masuk kedalam perut,

ketika perut menumpuk udara yang banyak maka secara otomatis akan

dikeluarkan melalui sendawa. Bila tidak dikeluarkan melalui sendawa

kemungkinan lambung akan terasa penuh sehingga menyebabkan mual

dan muntah,27 sehingga mengganggu proses pencernaan.

Ketika proses pencernaan berlangsung perut secara ideal dibagi

menjadi tiga bagian yakni makanan, air dan udara, maka dari itu ketika

udara dalam perut melebihi kapasitasnya maka secara reflek perut akan

mengeluarkan kelebihan-kelebihan udara yang masuk kedalam perus lewat

sendawa. Sendawa merupakan hal yang biasa terjadi pada manusia dan

hewan pada umumnya ketika setelah makan. Dalam hal ini sebagai muslim

harus menjaga adab ketika bersendawa seperti melirihkan suara, dan

menjauhkan muka dari orang lain agar tidak menganggu kenyamanan

25S}olih al-Munjad, silsilah al-ada>b al-islamiah, dari bab adab bersendawa,(CD ROM: al-

Maktabah al-Sha>milah Vol. 3), XIX: 14. 26Putu Oka, Akupuntur dan Minuman Untuk Mengatasi Gangguan Pencernaan (PT Elex Media

Kompetindo: Jakarta, 2001), 65. 27Putu Oka, Akupuntur dan Minuman Untuk Mengatasi Gangguan Pencernaan (PT Elex Media

Kompetindo: Jakarta, 2001), 65.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

35

orang yang berada disekitarnya. Bahkan Ima>m Ah}mad menerangkan

bahwa ketika seseorang bersendawa ketika sholat agar mengangkat kepala

agar tidak mengganggu orang lain.28

C. Ma’a>ni al-Hadi<th.

1. Pengertian Ma’a>ni al-Hadi<th.

Secara bahasa ma’ani berasal dari kata ma’na yang berarti

makna, arti, arti atau petunjuk yang dikehendaki suatu lafal.

Sehingga ilmu ma’anil hadis adalah ilmu yang membahas tentang

makna dan maksud lafal hadis Nabi SAW. secara tepat dan benar.

Kemudian secara istilah ilmu ma’anil hadis adalah ilmu yang

membahas tentang metodologi dalam memahami suatu hadis untuk

mendapatkan maksud hadis secara tepat dan proposional.29

Teori Ma’a>ni al-Hadi<th juga dikenal sebagai ilmu fiqhul

hadis atau fahm hadis, 30 dalam memahami makna hadis dapat

menggunakan beberapa pendekatan yakni:

a) Pendekatan kebahasaan. Mayoritas hadis diriwayatkan

dengan makna maka dalam menggunakan pendekatan ini

dapat diterapkan dengan hadis-hadis riwa>yah bi al-Ma’na,

selanjutnya dalam memahami isi hadis juga membutuhkan

28Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan (Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah: Yogyakarta, 2015), 4725. 29 Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadits Paradigma Interkoneksi: Berbagai Teori Dan Metode

Memahami Hadits (Yogyakarta: Idea Press, 2008), 11. 30 Abdul Majid Khon, Takhrij Dan Metode Memahami Hadis (Jakarta: Amzah, 2014), 134-144.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

36

asbabul wurud hadis untuk menangkap maksud dan hal-hal

yang melatar belakangi munculnya hadis tersebut.

b) Pendekatan dengan menggunakan penalaran induktif.

Pengajian hadis menggunakan penalaran induktif

memposisikan hadis selayaknya teks, sehingga hadis di

analisis bersama teks-teks lain untuk selanjutnya dapat

diambil kesimpulan. Yakni menghadapkan hadis dengan

ayat-ayat al-Qur’an, atau menghadapkan hadis dengan

hadis lain serta meghadapkan hadis dengan ilmu

pengetahuan.31

Sedangkan menurut Musahadi HAM Ilmu ma’anil hadis

memiliki tiga langkah kerja yakni:

1) Kritik Historis, yakni menentukan validitas dan otentitas

hadis dengan menggunakan kaedah ke-s{ah{ih{-an hadis

yang telah ditetapkan oleh para ulama’ hadis.

2) Kritik Eidetis, yakni menjelaskan makna dan kandungan

hadis. Dalam kritik eidetis terdapat tiga poin penting

yaitu: Pertama, Analisis Isi yakni memahami matan

hadis dengan berbagai kajian seperti kajian linguistik,

kajian tematik, konprehensif dan kajian konfirmatif.

Kedua, Analisis Realitas Historis yakni memahami hadis

dengan melihat situasi dan problem saat hadis muncul,

31Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis Sebuah Tawaran Metodologis (Jogjakarta:Lesfi,2003), 54-78

Page 16: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

37

baik situasi makro maupun mikro. Ketiga, Analisis

Generalisasi yakni menangkap makna universal suatu

hadis baik inti dan esensinya.

3) Kritik Praktis, yaitu perubahan makna hadis yang

diperoleh dari proses generalisasi, kedalam realitas

kehidupan kekinian.32

2. Langkah kerja Ma’a>ni al-Hadi<th

a) Ma’a>ni al-Hadi<th Melalui Kritik Historis.

Kritik historis merupakan tahapan penting dalam proses

pemaknaan hadis nantinya, sebab pemaknaan yang benar harus

pula berasal dari hadis yang sudah diuji otentitasnya. 33 Pada

pembahasan terdahulu telah disinggung mengenai kaidah-kaidah

Ke-S{ah{i>h{-an Hadis yang memiliki beberpa unsur-unsur yakni:

Pertama, Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung

mulai dari mukharrij-nya sampai pada Nabi Muhammad SAW.

Kedua, Seluruh periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil.

Ketiga, para periwayat harus memiliki sifat dhabith. Keempat,

32 Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah: Implikasi Pada Perkembanga Hukum Islam

(Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 155-159. Baca juga Miftahul Asror dan Imam Musbikin,

Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star Nine, 2015), 291-292. 33 Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star

Nine, 2015), 292-298.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

38

tidak terdapat kejanggalan (syuzu>z). kelima, tidak terdapat cacat

(‘llat).34

b) Ma’a>ni al-Hadi<th Kritik Eiditis.

Setelah mengetahui berbagai redaksi hadis yang telah diuji

keotentikannya maka langkah selanjutnya yakni memaparkan, dan

pemaknaan hadis secara tepat dan proposional. Dalam proses

memahami sebuah hadis maka kritik eidetis memiiki tiga analisis

yakni analisis matan, analisis sosio historis, dan analisis

generalisasi.

a. Analisis matan.

Perlunya penelitian matan tidak hanya karena matan

tidak dapat dilepaskan dengan sanad hadis, tetapi juga

adanya periwayatan secara makna atau Riwa>yah bil-

Ma’na>.35 Dalam buku Takhri>j dan Metode Memahami

Hadis milik Abdul Majid Khon, yang dimaksud dengan

periwayatan secara makna adalah meriwayatkan hadis

berdasarkan kesesuaian maknanya saja sedangkan

redaksinya disusun sendiri oleh (rawi) orang yang

meriwayatkan. 36

34 Dr. M. Syuhudi Ismai>l, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Muhammad SAW., Cet I. (Jakarta :

Bulan Bintang, 1992), 64. 35 Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star

Nine, 2015), 299 36 Abdul Majid Khon, Takhri>j dan Metode Memahami Hadis, Cet I, (Jakarta : AMZAH, 2014),

30-31.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

39

Cara kerja analisis matan dapat dilakukan dengan

berbagai kajian sebagai berikut: Pertama Kajian linguistik,

dalam memahami hadis yang memiliki lafad dan redaksi

yang berbeda maka perlu melihat dan mengetahui dari segi

kebahasaannya. 37 Kedua Kajian tematik komprehensif,

yakni dengan cara menghimpun semua hadis yang

berkaitan dengan tema yang sedang dicari untuk

mendapatkan informasi yang utuh dan lengkap.38 Keempat

Kajian konfirmatif, yakni memahami hadis dan sunnah

dalam kerangka bimbingan dan petunjuk daam al-Qur’an.

Sehingga makna hadis tidak boleh bertentangan dan

menyalahi al-Qur’an karena posisi hadis menjelaskan isi al-

Qur’an yang masih global.39

b. Analisis sosio historis.

Analisis sosio historis digunakan untuk melihat,

memperhatikan, mengeksplorasi, dan mengkaji situasi dan

peristiwa sejarah yang terkait dengan latar belakang

munculnya suatu hadis.40 Analisis Sosio historis digunakan

untuk mencari petunjuk bagi hadis yang sedang dicari,

37 Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star

Nine, 2015), 299. 38 Abdul Majid Khon, Takhri>j dan Metode Memahami Hadis, Cet I, (Jakarta : AMZAH, 2014),

142. 39 Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star

Nine, 2015), 308 40 Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah: Implikasi Pada Perkembanga Hukum Islam

(Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 153

Page 19: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

40

Nabi Muhammad SAW. adalah manusia biasa maka dalam

mengkaji hadis juga perlu diteliti apakah pada saat hadis

tersebut disabdakan Nabi Muhammad SAW. berposisi

sebagai Nabi atau Rasul, Manusia biasa, ayah, Suami

ataupun pemimpin.

Sehingga analisis sosio historis bertujuan untuk

mengetahui keadaan dan setting sosial hadis tersebut

disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.41 Dalam hal ini

dapat digunakan kajian situasi mikro atau asbab al-wurud

dan kajian makro yakni situasi dan kondisi secara

menyeluruh dari Arabiyah.42 Karenanya cabang ilmu asbab

al-wurud yakni suatu ilmu yang berbicara mengenai

peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi

pada saat hadis disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

yang memang telah dikenal dan diperkenalkan oleh ulama’

hadis sejak zaman dahulu43

c. Analisis generaisasi.

Analisis generalisasi digunakan untuk menemukan

ide-ide sentral atau makna universal yang terdapat dalam

hadis yang dikaji. Menurut Fazlur Rahman “Ideal Moral”

41 Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi Muhammad SAW., Cet I, (Yogyakarta : Cesad YPI al-

Rahmah, 2001), 94-96. 42 Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah: Implikasi Pada Perkembanga Hukum Islam

(Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 153 dan 158. 43 Lihat Luba>b an Nuqu>l dalam Hasyiah Tafsir al Jala>lain (Semarang: Maktabah Usaha

dalam Keluarga, t.th.), hal. 5.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

41

digunakan unntuk mengkaji setiap teks dan perkataan Nabi

SAW. dan diasumsikan mengandung tujuan moral sosial

yang bersifat universal. Dalam analisis generalisasi

memahami teks keagamaan dan menangkap hikmah (pesan)

baik dari Tuhan maupun Rasul-Nya.44

c) Ma’a>ni al-Hadi<th Melalui Kritik Praktis.

Kritik praktis bertujuan untuk memahami hadis berdasarkan

kondisi dan realitas kehidupan. Tujuan universal yang diperoleh

dari proses generalisasi ditujukan kedalam ralitas kehidupan

kekinian sehingga memiliki makna praktis bagi penyelesaian

problematika masyarakat dewasa ini.45 Sedangkan kritik praktis

berfokus pada situasi kekinian dan analisis dari berbagai realitas

yang dihadapi.46

Seperti yang diketahui hadis Nabi SAW. tidak hanya

bermuatan dogma agama saja, terkadang Hadis Nabi SAW. juga

bersentuhan dengan ilmu pengetahuan lain seperti hadis yang

menyebutkan bahwa sayap lalat itu masing-masinga terdapat racun

dan penawarnya. Hadis semacam ini tidak menyebutkan halal

haram maupun pahala atau dosa, karenanya dalam menghadapi

44 Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star

Nine, 2015), 321. 45 Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah: Implikasi Pada Perkembanga Hukum Islam

(Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 159. 46 Miftahul Asror dan Imam Musbikin, Membedah Hadis Nabii SAW, Cet.I (Yogyakarta: Jaya Star

Nine, 2015), 315.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORITIK - etheses.iainkediri.ac.id

42

hadis seperti ini hanya bisa diterima ataupun ditolak dengan akal

dan kewajaran.

Sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (kesehatan)

berkembang, lalat dianggap sebagai hewan yang dapat

menyebarkan penyakit karena lalat sering berada pada tempat-

tempat yang kumuh. Namun belakangan keilmuan kesehatan telah

membuktikan kebenaran hadis ini. 47

Sehingga dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa

dalam memahami hadis Nabi SAW. yang berkaitan dengan

kehidupan dunia agar sesuai dengan zaman kekinian perlu

menggunakan pendekatan dan pisau analisis dari berbagai

keilmuan lain sebagai bentuk langkah-langkah praktis dalam

memahami hadis Nabi SAW.

47Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis Sebuah Tawaran Metodologis (Jogjakarta:Lesfi,2003)