BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A....

62
17 BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan {LAPAS} Dalam kamus hukum (Dictionary of Law Complete Edition), Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 1 Sedangkan pengertian Lembaga Pemasyarakatan menurut kamus bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 2 Lembaga adalah organisasi atau badan yang melakukan suatu penyelidikan atau melakukan suatu usaha. Pemasyarakatan adalah nama yang mencakup semua kegiatan yang keseluruhannya dibawah pimpinan dan pemilikan Departemen Hukum dan HAM, yang berkaitan dengan pertolongan bantuan atau tuntutan kepada hukuman/ bekas tahanan, termasuk bekas terdakwa atau yang dalam tindak pidana diajukan ke depan pengadilan dan dinyatakan ikut terlibat untuk kembali ke masyarakat. 1 Marwan, M. dan Jimmy P. 2009. Kamus Hukum (Dictionary of Law Complete Edition. Reality Publisher: Surabaya, hlm. 405 2 Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar BahasaIndonesia. Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta, hlm. 655

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A....

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

17

BAB II

KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan {LAPAS}

Dalam kamus hukum (Dictionary of Law Complete Edition), Lembaga

Pemasyarakatan adalah suatu lembaga yang berfungsi untuk melaksanakan

pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.1 Sedangkan

pengertian Lembaga Pemasyarakatan menurut kamus bahasa Indonesia adalah

sebagai berikut:2

Lembaga adalah organisasi atau badan yang melakukan suatu

penyelidikan atau melakukan suatu usaha.

Pemasyarakatan adalah nama yang mencakup semua kegiatan yang

keseluruhannya dibawah pimpinan dan pemilikan Departemen Hukum

dan HAM, yang berkaitan dengan pertolongan bantuan atau tuntutan

kepada hukuman/ bekas tahanan, termasuk bekas terdakwa atau yang

dalam tindak pidana diajukan ke depan pengadilan dan dinyatakan ikut

terlibat untuk kembali ke masyarakat.

1Marwan, M. dan Jimmy P. 2009. Kamus Hukum (Dictionary of Law Complete Edition. Reality

Publisher: Surabaya, hlm. 405 2Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar BahasaIndonesia. Edisi Ketiga. Balai

Pustaka: Jakarta, hlm. 655

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

18

Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan Lembaga Pemasyarakatan

adalah suatu badan hukum yang menjadi wadah/ menampung kegiatan

pembinaanbagi narapidana, baik pembinaan secara fisik maupun pembinaan

secara rohaniah agar dapat hidup normal kembali di tengah masyarakat.

Bertitik tolak dari Pasal 1 ayat (1) Reglemen Penjara (Staatsblad 708

Tahun 1917) bahwa penjara itu dapat diartikan sebagai:

1. Tempat untuk menjalankan pidana yang dijatuhkan oleh hakim

2. Tempat untuk mengasingkan orang yang melanggar tata tertib hukum

Menurut Ramli Atmasasmita, rumah penjara sebagai tempat pelaksanaan

pidana penjara saat itu dibagi dalam beberapa bentuk, antara lain:3

a. Tuchtuis adalah rumah penjara untuk menjalankan pidana yang sifatnya

berat.

b. Rasphuis adalah rumah penjara dimana kepada para terpidana diberikan

pelajaran tentang bagaimana caranya melicinkan permukaan benda- benda

dari kayu dengan menggunakan ampelas.

Penjara dikenal di Indonesia melalui KUHP (Wetboek VanStrafrecht)

yang termuat dalam Pasal 14 yaitu:4 orang terpidana yang dijatuhi pidana

penjara wajib menjalankan segala pekerjaan yang dibebankan kepadanya

menurut aturan yang diadakan pelaksanaan Pasal 29 KUHP.”

3Ramli Atmasasmita, 1982, Strategi Pembinaan Pelanggaran Hukum dalamPenegakan Hukum di

Indonesia, Alumni Bandung, Bandung, hlm. 44. 4 Soesilo, R. 1998. Pasal 10 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana(KUHP). Politeia: Bogor, hlm. 38

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

19

Sementara dalam Pasal 29 ayat (1) yaitu hal menunjuk tempat untuk

menjalani pidana penjara, pidana kurungan, atau kedua-duanya, begitu juga

hal mengatur dan mengurus tempat-tempat itu, hal membedakan orang

terpidana dalam golongan-golongan, hal mengatur pemberian pengajaran,

penyelenggaraan ibadah, hal tata tertib, hal tempat untuk tidur, hal makanan,

dan pakaian, semuanya itu diatur sesuai dengan Kitab Undang- Undang ini.5

Pembagian rumah penjara pada saat itu erat kaitannya dengan

kebiasaan saat itu dalam hal menempatkan para terpidana secara terpisah

sesuai dengan berat ringannya pidana yang harus mereka jalani di rumah-

rumah penjara manapun di dunia ini. Di Indonesia saat ini, hal demikian juga

diikuti namun bentuk dan namanya bukan rumah penjara lagi melainkan

Lembaga Pemasyarakatan.

2. Tujuan Pemidanaan

Perkembangan perlakuan bagi narapidana berkaitan erat dengan tujuan

pemidanaan. Alasan pemidanaan dapat digolongkan dalam tiga golongan pokok

yaitu:6

1. Teory absolute atau teori pembalasan

Menurut teori ini bahwa membenarkan pemidanaan karena seseorang

telah melakukan suatu tindak pidana. Terhadap pelaku tindak pidana

mutlak harus diadakan pembalasan berupa pidana.

2. Teory relative atau teori tujuan

Menurut teori ini bahwa suatu kejahatan tidak mutlak arus diikuti suatu

pidana. Penjatuhan pidana tidak cukup hanya dengan suatu kejahatan

melainkan harus dipikirkan manfaatnya dari pidana itu bagi masyarakat

5 Ibid, hlm. 51.

6S.R Sianturi, 1996, Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,

Alumni Anhaem- Perehaem, Jakarta, hlm. 96.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

20

atau bagi si penjahat. Dasar pemidanaan dalam teori ini adalah

mempertahankan tata tertib masyarakat. Oleh sebab itu tujuan

pemidanaannya adalah mencegah atau menghindarkan (prevensi)

dilakukannya atau pelanggaran hukum. Sifat prevensi itu sendiri terdiri

dari prevensi umum yaitu jika seseorang mengetahui terlebih dahulu

bahwa ia akan mendapat suatu pidana apabila ia melakukan kejahatan

maka ia akan lebih berhati- hati. Sedangkan menurut prefensi khusus

adalah menahan niat buruk pembuat, menahan pelanggar melakukan

perbuatan jahat yang telah direncanakan

3. Teori penggabungan

Teori penggabungan muncul dikarenakan adanya keberatan- keberatan

terhadap teori- teori pembalasan dan teori- teori relatif. Menurut teori-

teori ini bahwa pidana hendaknya berdasarkan atas tujuan pembalasan-

pembalasan dan mempertahankan ketertiban masyarakat.

Oleh karena itu, tidak hanya saja mempertimbangkan masa lalu

(terdapat dalam teori pembalasan) tetapi juga harus bersamaan

mempertimbangkan masa yang akan datang (yang dimaksud pada teori

tujuan), dengan demikian penjatuhan suatu pidana harus memberikan rasa

kepuasaan bagi si hakim maupun kepada penjahat itu sendiri, disamping

kepada masyarakat. Jadi, harus ada keseimbangan antara pidana yang

dijatuhkan dengan kejahatan yang telah dilakukan.

Lembaga Pemasyarakatan harus memperhatikan hak-hak narapidana

dan di sisi lain petugas harus dapat melaksanakan ketertiban dan penegakan

hukum. Saat ini, seiring dengan era reformasi, wacana hak asasi manusia

begitu gencarnya ditegakkan, baik itu dari lembaga swadaya masyarakat

(LSM). Praktisi hukum, bahkan sampai pada masyarakat umum dengan

penerapan program bernama keluarga sadar hukum ( kadarkum).

Seiring dengan berjalannya waktu, struktur organisasi lembaga

pemasyarakatan berubah dengan berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

21

Kehakiman RI No.01.-PR.07.03 Tahun 1985 dalam Pasal 4 ayat (1)

diklasifikasikan dalam 4 Klas yaitu :

1. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I;

2. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A;

3. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B dan

4. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas III.

Klasifikasi tersebut didasarkan atas kapasitas, tempat kedudukan dan

kegiatan kerja. Lembaga Pemasyarakatan menurut Kementerian Hukum dan

HAM RI adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) pemasyarakatan yang

menampung, merawat dan membina narapidana.

Lembaga Pemasyarakatan selain sebagai tempat pemidanaan juga

berfungsi untuk melakukan program pembinaan terhadap para narapidana,

dimana melalui program yang dijalankan diharapkan narapidana yang

bersangkutan setelah kembali ke masyarakat dapat menjadi warga yang

berguna di masyarakat. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan

kualitas kepada Tuhan yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,

profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik

pemasyarakatan.7

Lembaga pemasyarakatan diharapkan sebagai wadah bagi narapidana

untuk menjalani masa pidananya serta memperoleh berbagai pembinaan dan

keterampilan. Berbagai kegiatan yang dilakukan dan diberikan oleh petugas

7PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan Pasal 1 ayat ( 1)

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

22

Lembaga Pemasyarakatan hendaknya mempercepat proses resosialisasi

narapidana.

3. Tujuan Sistem Permasyarakatan

Proses penegakan hukum sangat berkaitan erat dengan eksistensi dari

pemasyarakatan. Pemasyarakatan sebagai salah satu penyelenggara negara

yang mempunyai tugas dan fungsi dalam proses penegakan hukum.

Eksistensi pemasyarakatan sebagai instansi penegakan hukum telah diatur

secara tegas di dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 dalam Pasal 1

angka (1) bahwa Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan

pembinaan Narapidana berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara

pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata

peradilan pidana.”

Istilah Pemasyarakatan ini mengandung tujuan tertentu yaitu didikan,

asuhan dan bimbingan terhadap narapidana yang ketika setelah masa pidana

dapat kembali ke masyarakat sebagai anggota masyarakat yang berguna.

Sementara dalam Pasal 1 angka (2) Bab I Ketentuan Umum Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang dimaksud dengan Sistem

Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara

pembinaan Narapidana Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang

dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat

untuk meningkatkan kualitas Narapidana agar menyadari kesalahan,

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

23

memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat

diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam

pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan

bertanggungjawab.

Dalam Sistem Pemasyarakatan seseorang yang bersalah itu bukanlah

untuk disiksa, melainkan untuk diluruskan dan diperbaiki kembali ke jalan

yang benar sesuai moral Pancasila. Para narapidana harus dididik, diasuh,

dibimbing dan diarahkan pada tujuan yang bermanfaat baik untuk diri

sendiri dan keluarganya maupun bagi masyarakat setelah pada waktunya

dapat kembali ke masyarakat.

Tujuan diselenggarakannya Sistem Pemasyarakatan pada Pasal 2

Undang- Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan

adalah dalam rangka membentuk Narapidana agar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,

dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.

Yang dimaksud dengan “agar menjadi manusia seutuhnya” adalah

upaya untuk memulihkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan kepada

fitrahnya dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

24

pribadinya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan

lingkungannya.

Fungsi sistem pemasyarakatan yaitu menyiapkan Narapidana dapat

berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan

kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab.

Yang dimaksud dengan “berintegrasi secara sehat” adalah pemulihan

kesatuan hubungan narapidana dengan masyarakat.

Selain itu, dalam Pasal 8 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan juga menyatakan bahwa Petugas

pemasyarakatan merupakan pejabat fungsional penegak hukum yang

melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan

narapidana pemasyarakatan.8

Dengan demikian maksud dan tujuan dari munculnya istilah

pemasyarakatan mengandung arti bahwa adanya itikad baik yang tidak

hanya terfokus pada proses menghukum untuk memberikan efek jera, namun

juga lebih berorientasi pada pembinaan agar kondisi narapidana yang

bersangkutan nantinya akan lebih baik.

Pemasyarakatan bagi terpidana dikemukakan oleh Sahardjo yang

dikenal sebagai tokoh pembaruan dalam dunia kepenjaraan sebagai berikut:9

8 Lihat pasal 8 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

9Koesnan, 1961, Politik Penjara Nasional, Sumur Bandung, Bandung, hlm.8.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

25

a. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia.

b. Tiap orang adalah makluk kemasyarakatan, tidak ada orang di luar

masyarakat.

c. Narapidana hanya dijatuhi hukuman hilang kemerdekaan bergerak.

Istilah pemasyarakatan ini mengandung tujuan tertentu yaitu adanya

didikan, bimbingan terhadap narapidana yang pada akhirnya nanti dapat

kembali ke masyarakat sebagai anggota masyarakat yang berguna.

Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas :

a. Pengayoman;

b. Persamaan perlakuan dan pelayanan;

c. Pendidikan;

d. Pembimbingan;

e. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan; dan

g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-

orang tertentu.

Dalam sistem pemasyarakatan, Narapidana tidak dianggap lagi sebagai

objek dan pribadi yang inheren dengan tindak pidana yang dilakukannya.

Narapidana dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan,

itikad dan potensi positif yang dapat digali dan dikembangkan dalam rangka

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

B. KETENTUAN HAK NARAPIDANA

1. Pengertian Narapidana

Narapidana adalah orang tersesat yang mempunyai waktu dan

kesempatan untuk bertobat. Pada pasal 1 angka (7) Undang- Undang Nomor

12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang

menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

26

(LAPAS). Terpidana yang dimaksud yaitu seseorang yang dipidana

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap.10

Menurut Soedjono Dirdjosisworo, terpidana adalah seseorang yang telah

merugikan pihak lain, kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

Tuhan dan masyarakat serta tidak menghormati hukum, setelah habis

menjalani pidananya mereka mau tidak mau harus kembali ke masyarakat.11

Menurut kamus hukum (Dictionary of Law Complete Edition),

narapidana adalah orang yang tengah menjalani masa hukuman atau pidana

dalam Lembaga Pemasyarakatan.12

Sementara itu, menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahwa:13

“ Narapidana adalah

orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak

pidana: terhukum).”

Sebelum istilah narapidana digunakan, yang lazim dipakai adalah orang

penjara atau orang hukuman. Dalam Pasal 4 ayat (1) Gestichtenreglement

(Reglemen Penjara) Stbl. 1917 No. 708 disebutkan bahwa orang terpenjara

adalah :

a. Orang hukuman yang menjalani hukuman penjara (Gevengenis Straff)

atau suatu status/ keadaan dimana orang yang bersangkutan berada

dalam keadaan Gevangen atau tertangkap;

b. Orang yang ditahan buat sementara;

c. Orang di sel dan

10

Lihat Pasal 1 angka 7 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentangLembaga Pemasyarakatan. 11

Soedjono Dirdjosisworo, 1984, Sejarah dan Asas-Asas Penologi, Armico, Jakarta, hlm. 26. 12

M. Marwan & Jimmy P, 2009, Kamus Hukum ( Dictionary of Law CompleteEdition), Reality

Publisher, Surabaya, hlm. 447. 13

Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai

Pustaka, Jakarta, hlm. 774

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

27

d. Sekalian orang-orang yang tidak menjalani hukuman orang.

Menurut Arimbi Heroepoetri, imprisoned person atau orang yang

dipenjarakan adalah seseorang yang dihilangkan kebebasan pribadinya atas

tindak kejahatan.14

Dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) pada Pasal 1 angka (32), terpidana adalah seseorang yang

dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.

Tujuan dari menjalani pidana hilangnya kemerdekaan pada narapidana

adalah untuk mengikuti proses pemasyarakatan. Maksud dari

pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan

narapidana pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara

pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata

peradilan pidana.

Pidana yang sering kita kenal dengan hukuman yaitu merupakan sanksi

yang sangat berat karena berlakunya dapat dipaksakan secara langsung

kepada setiap pelanggar hukum. Adapun macam- macam hukuman yang

berlaku sekarang ini yaitu diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum

Pidana yang terdapat dalam pasal 10 yaitu:15

Pidana pokok terdiri dari:

14

Arimbi Heropoetri, 2003, Kondisi Tahanan Perempuan di Nangroe AcehDarussalam, Sebuah

Pemantauan Komnas Perempuan, Komnas Perempuan ,Jakarta, hlm. 6. 15

R. Soesilo, 1998, Pasal 10 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana ( KUHP), Politeia, Bogor, hal. 34.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

28

1) Pidana mati

2) Pidana penjara

3) Pidana kurungan

4) Pidana denda

Pidana tambahan terdiri dari:

1) Pencabutan hak- hak tertentu

2) Perampasan barang- barang tertentu

3) Pengumuman putusan hakim

Tujuan adanya hukuman ini timbul karena orang yang melakukan

pelanggaran terhadap aturan- aturan yang telah ditetapkan serta merugikan

masyarakat dianggap sebagai musuh dan sudah sepantasnya mereka dijatuhi

hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.

Dalam usaha untuk melindungi masyarakat dari gangguan yang

ditimbulkan oleh pelanggar hukum, maka diambil tindakan yang paling baik

dan yang berlaku hingga sekarang yaitu dengan menghilangkan

kemerdekaan bergerak si pelanggar hukum tersebut berdasarkan keputusan

hakim. Mereka yang diputuskan pidana penjara dan pidana kurungan

berdasarkan vonis dari hakim itulah dinamakan narapidana.

Rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan

narapidana adalah setiap individu yang telah melakukan pelanggaran hukum

yang berlaku dan kemudian diajukan ke pengadilan dijatuhi vonis pidana

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

29

penjara dan kurungan oleh hakim, yang selanjutnya ditempatkan di Lembaga

Pemasyarakatan untuk menjalani masa hukumannya.

Pembagian mengenai narapidana yang terdiri atas narapidana dan anak

didik pemasyarakatan sudah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Dalam penulisan ini yang akan dibahas yakni mengenai perbedaan

antara hak narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Menurut Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, narapidana

berhak atas:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

e. Menyampaikan keluhan;

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa

lainnya yang tidak dilarang;

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

h. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang

tertentu lainnya;

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti

mengunjungi keluarga;

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

30

Cara Pelaksanaan Hak Narapidana Pemasyarakatan dimana Anak Didik

Permasyarakatan mempunyai hak sebagai berikut:16

a. Berhak untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

b. Berhak untuk mendapat perawatan jasmani dan rohani. Perawatan jasmani

berupa:

1) Pemberian kesempatan melakukan olahraga dan rekreasi;

2) Pemberian perlengkapan pakaian; dan

3) Pemberian perlengkapan tidur dan mandi Perawatan rohani diberikan

melalui bimbingan rohani dan pendidikan budi pekerti.

c. Berhak untuk menerima pendidikan dan pengajaran.

d. Berhak memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dari instansi yang berwenang

apabila Anak Didik Permasyarakatan telah berhasil menyelesaikan pendidikan

dan pengajaran.

e. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak .

f. Berhak mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah kalori

yang memenuhi syarat kesehatan.

g. Berhak mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter bagi

Anak Didik Permasyarakatan yang sedang sakit.

h. Berhak menyampaikan keluhan kepada Kepala Lapas atas perlakuan petugas

atau sesama penghuni terhadap dirinya.

i. Berhak mendapatkan upah atau premi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

j. Berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasihat hukum atau orang

tertentu lainnya.

k. Berhak mendapatkan remisi.

l. Berhak mendapatkan kebebasan bersyarat

Dalam rangka memberikan pendidikan dan pengajaran terhadap

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan juga terdapat penggolongan

narapidana atas dasar:17

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Lama pidana yang dijatuhkan

16

Cindy Elviyany Tarigan. Skripsi. PELAKSANAAN HAK ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN

SEBAGAI WARGA BINAAN (Studi di LPKA Klas II Bandar Lampung). Universitas Lampung, 2017 17

Lihat Pasal 12 ayat 1 Undang- Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

31

4. Jenis kejahatan, dan

5. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan

pembinaan.

2. Hak-hak Narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan

Dalam kamus bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang

sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk

berbuat sesuatu.18

Konsep hak memiliki dua pengertian dasar, pertama merupakan hak-

hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut. Hal ini adalah hak- hak moral

yang berasal dari kemanusiaan setiap insan dan hak- hak itu bertujuan untuk

menjamin martabak setiap manusia. Kedua, hak menurut hukum yang dibuat

sesuai proses pembuatan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara

nasional maupun internasional. Adapun dasar dari hak- hak ini adalah

persetujuan orang yang diperintah yaitu persetujuan dari para warga, yang

tunduk pada hak- hak itu dan tidak hanya tertib alamiah, yang merupakan

dasar dari arti yang pertama tersebut di atas.19

Menurut prinsip- prinsip untuk perlindungan semua orang yang berada

di bawah tentu bentuk apapun atau pemenjaraan (Body of Principles for the

Protection of All Persons Under Any Form Detentionor Imprisonment) yang

18

Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar BahasaIndonesia. Edisi Ketiga. Balai

Pustaka: Jakarta, hlm. 381 19

Syahruddin, 2010, Hak Asasi Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Melakukan Hubungan Biolgis

Suami Istri, Disertasi. Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar,hlm.

11.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

32

dikeluarkan oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) pada

tanggal 9 Desember 1988 dengan Resolusi 43/173, tidak boleh ada

pembatasan atau pelanggaran terhadap setiap hak- hak asasi manusia dari

orang- orang yang berada di bawah bentuk penahanan atau pemenjaraan,

penangkapan, penahan, atau pemenjaraan harus diperlakukan dalam cara

yang manusiawi dan dengan menghormati martabat pribadi manusia yang

melekat.20

Pengaturan hak narapidana ini harus mengacu pada hak asasi manusia

secara internasional, karena setiap negara diwajibkan untuk menghormati

hukum hak asasi manusia tanpa terkecuali. Dengan penetapan hukum

Internasional HAM, maka jaminan kolektif untuk perlindungan dan

pemenuhannya secara otomatis juga terus dikembangkan. Secara hukum

Internasional standar perlakuan narapidana ini diatur dalam setidaknya dua

macam konvensi. Hak seseorang untuk tidak dikenakan penganiayaan atau

perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, atau hukuman yang

merendahkan harkatnya jelas termasuk dalam Konvensi Hak- Hak Sipil dan

Politik.21

Hak- hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat

dan melekat pada manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh

negara agar manusia bebas menikmati hak- hak dan kebebasannya dalam

bidang sipil dan politik.

20

Bahri, 2009, Perlindungan Hukum Warga Binaan Pemasyarakatan di RumahTahanan Negara,

Tesis, Perpustakaan FH-UH, Makassar, hlm. 32. 21

Lihat pasal 7 Konvensi Hak- Hak Sipil dan Politik.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

33

Pasal 10 Konvensi Hak Sipil dan Politik menentukan:

1. Setiap orang yang dirampas kebebasannya wajib diperlakukan secara

manusiawi dan dengan menghormati martabat yang melekat pada diri

manusia.

2. Tersangka, kecuali dalam keadaan yang sangat khusus, hanya

dipisahkan dari orang yang telah dipidana , dan diperlakukan secara

bebeda sesuai dengan statusnya sebagai orang yang belum dipidana.

3. Terdakwa di bawah umur harus dipisahkan dari orang dewasa dan

secepat mungkin segera dihadapkan ke sidang pengadilan.

4. Sistem pemasyarakatan harus memiliki tujuan utama memperbaiki dan

melakukan rehabilitasi dalam memperlakukan narapidana

Materi hak narapidana yang terdapat pada pedoman PBB mengenai

standar peraturan untuk perlakuan narapidana yang menjalani hukuman

(Standard Minimum Rules for the Treatment Prisoner) 31 Juli 1957, yang

meliputi:22

1. Buku register;

2. Pemisahan tegur napi;

3. Fasilitas akomodasi yang harus memiliki fentilasi;

4. Fasilitas tempat sanitasi yang memadai;

5. Mendapatkan air dan perlengkapan toilet;

6. Pakaian dan tempat tidur yang layak;

7. Makanan yang sehat;

8. Hak untuk berolahraga di udara terbuka;

9. Hak untuk mendapatkan pelayanan dokter;

10. Hak untuk diperlakukan adil menurut peraturan dan membela diri

apabila dianggap indisipliner;

11. Tidak diperkenankan pengurungan pada sel gelapdan hukuman badan;

12. Borgol dan jaket penjara tidak boleh dipergunakan narapidana;

13. Berhak mengetahui peraturan yang berlaku serta saluran resmiuntuk

mendapatkan informasi dan menyampaikan keluhan

14. Berhak untuk berkomunikasi dengan dunia luar;

15. Hak untuk mendapatkan bahan bacaan berupa buku- buku yang bersifat

mendidik;

16. Hak untuk mendapatkan jaminan penyimpanan barang-barang

berharga;

22

Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, 1995, Lembaga PemasyarakatanDalam Perspektif Sistem

Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 74.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

34

17. Pemberitahuan kematian, sakit, dari anggota keluarga

Dari apa yang tertulis di atas, dapat dilihat bahwa masih banyak

aturan-aturan yang disepakati oleh masyarakat internasional yang

dikeluarkan oleh PBB tentang Perlindungan HAM narapidana yang masih

sangat mungkin untuk diadopsi ke dalam hukum normatif di Indonesia

terkait dengan pemasyarakatan di Indonesia.

3, Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Narapidana Pemasyarakatan

Hak dan kewajiban Dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan Pasal (15) yaitu:23

1) Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan

kegiatan tertentu;

2) Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah;

Hak dan kewajiban merupakan tolak ukur berhasil tidaknya pola

pembinaan yang dilakukan oleh para petugas kepada narapidana. Dalam hal

ini dapat dilihat apakah petugas benar-benar memperhatikan hak-hak

narapidana. Dan apakah narapidana juga sadar selain hak narapidana juga

mempunyai kewajiban yang harus dilakukan dengan baik dan penuh

kesadaran. Dalam hal ini dituntut adanya kerjasama yang baik antara petugas

dan para narapidana.

23

Lihat pasal 15 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

35

Teori pidana pembebasan itu mengandung implikasi bahwa

meskipun si terpidana berada dalam lembaga pemasyarakatan, unsur-unsur

dan sifat-sifat peri kemanusiaan tidak boleh dikesampingkan dengan begitu

saja demi membebaskan yang bersangkutan dari pikiran, sifat, kebiasaan

atau tingkah laku yang dinamakan jahat. Bersumber pada Pancasila, teori

pidana pembebasan menekankan pula bahwa rasa kecintaan terhadap Tanah

Air, Nusa dan Bangsa Indonesia harus ditanam, dipupuk dan dibina. Pula

dalam kaitanya yang demikian, teori pidana pembebasan menampilkan aspek

dari sisi yang lain, yaitu bahwa pemerintah dan rakyat perlu merasa ikut

bertanggungjawab untuk membebaskan orang yang di pidana dari kemelut

dan kekejaman kenyataan sosial bilamana bersangkutan dibebaskan pada

waktunya, Dengan demikian, apa yang diutarakan diatas itu mengandung

penjabaran bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan tampak

dengan jelas sekali. Apa artinya si terpidana direhabilitasi atau dibina dan di

masyarakatkan, atau lebih tegas lagi, dibina dan diubah mentalnya

berdasarkan ajaran agama, jika kenyataan sosial tidak menjamin adanya

keadilan sosial baginya setelah ia dibebaskan dari lembaga

pemasyarakatan.24

R. Sosilo yang menggunakan istilah “hukuman” untuk menyebut

istila “pidana” merumuskan, bahwa apa yang dimaksud dengan hukuman

adalah adalah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh

hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang

24

Sahetapi, 2007, Stetsel Pidana Mati Dalam Negara Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 95

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

36

Hukum Pidana. Apabila dilihat dari filosofisnya, hukuman yang mempunyai

arti yang sangat beragam. Jerman E Kant misalnya, merumuskan hukuman

adalah suatu pembalasan. Sementara Feurbach menyatakan, bahwa hukuman

harus dapat mempertakutkan orang supaya jangan berbuat jahat.25

Berbicara masalah eksistensi pidana seumur hidup dalam sistem

hukum pidana di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kajian terhadap

tujuan pemidanaan. Kajian terhadap tujuan pemidanaan akan mengantarkan

pada pemahaman atau analisis tentang seberapa jauh sanksi pidana relevan

dan karenanya patut dipertahankan dalam sistem hukum pidana. Dari kajian

yang dilakukan oleh berbagai kalangan ahli hukum dapat dikatakan, bahwa

perkembangan teori pemidanaan cendrung beranjak dari prinsip

“penghukuman” yang berorentasi ke depan (backward-looking). Menurut

Roeslan Saleh pergeseran orentasi pemidanaan disebabkan oleh karena

hukum pidana berfungsi dalam masyarakat.26

Sifat kedinamisan tata nilai berlaku pula pada sistem pemidanaan

dan sistem sanksi dalam hukum pidana. Bila sistem pemidanaan ini diartikan

secara luas, maka pembahasannya menyangkut aturan perundang-undangan

yang berhubungan dengan sanksi (dalam hukum pidana) dan pemidanaan

karena menurut L.H.C. Hulsman The Sentencing system is the statutory

rules relating to penal sanctions and punishment. Secara lebih singkat Andi

25

Tongat, 2004, Pidana Seumur Hidup dalam Sistem Hukum Pidana di Indoensia, Universitas Muhammadiya Malang, hlm. 59 26

Andi Hamza, 1993. Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, Jakarta. Pradnya Paramita, hlm. 10

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

37

Hamza memberikan arti sistem pidana dan pemidanaan itu sebagai susunan

pidana dan cara pemidanaan.27

C. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota

Ternate

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate merupakan Unit

Pelaksana Teknis (UPT) yang kedudukannya berada di bawah naungan

Depertemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Knator

Wilayah Maluku Utara. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate

terletak di jalan Pengayoman No. 1 Kelurahan Jambula, Pulau Ternate

Provinsi Maluku Utara. Letak geografik Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A Kota Ternate mempunyai batas – batas wilayah sebagai berikut:Sebelah

barat berbatasan dengan jalan desa yang beraspal dan tanah tegalan

(perkebunan) penduduk, Sebelah Timur berbatasan dengan rumah dinas

pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Ternate dan STIKIP (Sekolah

Tinggi Ilmu Keguruan Dan Ilmu Pendidikian), Sebelah Utara berbatasan

dengan Kantor Rupbasan Ternate dan sangat tampak Gunung Gamalama,

Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah dan tanah tegalan (perkebunan)

penduduk, serta kurang lebih 550 meter kearah selatan merupakan lautan

lepas. Dari pusat pemerintahan (Kantor Wali Kota Ternate) letak Lembaga

Pemasyarakatan Klas II A Ternate kearah barat dan jaraknya kurang lebih 10

27

Ibid, hlm. 1

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

38

Kilometer. Sedangkan dari jalan raya di Kelurahan Jambula, Kecamatan

Pulau Ternate berjarak 500 meter kearah utara dengan jalan menanjak

Secara Umum bangunan LAPAS Kelas II A Kota Ternate meliputi

halaman depan, halaman dalam, dan pos jaga di setiap sudut bangunan yang

dibatasi tembok keliling. Bangunan utaman terdiri atas potir, ruang

perkantoran, ruang dharma wanita, ruang rapat, ruang sidang TPP, ruang

konseling, koperasi, gudang dan terdapat masing-masing empat sel di sudut

kanan dan kiri bangunan utama. Setelah melewati portir, terdapat ruang jaga,

gudang senjata, ruang kunjungan/ruang besuk, dan taman. Memasuki

halaman dalam tepatnya di bagian tengah terdapat sarana olahraga seperti

lapangan bulu tangkis, lapangan volly, lapangan tennis, lapangan upacara

dan sarana ibadah (mushollah). Kamar hunian yang terdiri atas 8 (delapan)

blok, yaitu empat blok terdapat di sebalah utara halaman dalam dan empat

blok lainnya terdapat di sebalah timur halaman dalam dengan jumlah kamar

sebanyak 96 kamar. Selain itu, sebelah timur halaman dalam terdapat pula

ruang pendidikan, ruang poliklinik dan gudang, sedangkan di sebelah barat

halaman dalam terdapat ruang dapur, gudang beras, ruang aula, dan dua

ruang bimbingan kerja.

Berdasarkan Keputusan Mentri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor: M. 01-PR.07.03. Tahun 1985 tentang organisasi dan tata kerja

lembaga pemasyarakatan, bahwa lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota

Ternate mempunyai susunan organisasi dan tata kerja sebagai berikut:

1. Kepala LAPAS

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

39

2. Sub Bagian Tata Usaha, Terdiri dari:

a. Urusan Kepegawaian dan Keuangan

b. Urusan umum

3. Seksi pembimbingan narapidana Anak Didik dan Kegiatan

Kerja terdiri dari:

a. Sub Seksi Legistrasi dan Bimbingan Kemasyarakatan

b. Sub Seksi Keperawatan narapidanaAnak Didik

c. Sub Seksi Kegiatan Kerja

4. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib terdiri dari:

a. Sub Seksi Keamanan

b. Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib

5. Satuan Pengamanan Lapas.

Pada garis besarnya Kepala Lapas mempunyai tugas pokok memberi

petunjuk atau bimbingan terhadap pelaksana tugasdan tanggung jawab baik

dari segi keamanan, kepegawaian dan proses pelaksanaan pembinaan

narapidanaserta melakukan hubungan dengan instansi terkait.

Dari masing-masing bagian dan sub bagian serta seksi dan sub seksi

memiliki kewenangan dan fungsinya masing-masing dalam pelaksanaan

tugas pembinaan wargabinaan, sebagaimana berikut:

Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan

tata usaha dan rumah tangga lapas, dan menyelenggarakan

fungsi melakukan urusan kepegawaian dan keuangan,

melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan

rumah tangga.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

40

Urusan kepegawaian dan keuangan mempunyai tugas

pokok melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.

Seksi bimbingan wargabinaan Anak Didik dan bimbingan

kerja, melakukan registrasi dan membuat statistik

dokumentasi dan sidik jari serta memberi bimbingan

pemasyarakatan bagi wargabinaan Anak Didik, mengurus

kesehatan dan memberikan perawatan bagi wargabinaan

anak didik, memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan

fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

Sub Seksi perawatan wargabinaan anak didik mempunyai

tugas pokok mengurus kesehatan dan memberikan

perawatan bagi wargabinaan anak didik.

Sub Seksi Kegiatan kerja mempunyai tugas pokok

memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan fasilitas

sarana kerja dan mengelola hasil kerja.

Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib mempunyai

tugas pokok mengatur jadwal tugas, penggunaan

perlengkapan dan pembagian tugas pengamanan,

menerima laporan harian dan berita acara dari satuan

pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan

berkala dibidang keamanan dan menegakan tata tertib.

Sub seksi keamanan mempunyai tugas pokok mengatur

jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian

tugas pengamanan.

Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib mempunyai tugas

pokok menerima laporan harian dan berita acara dari

satuan pengamanan yang bertugas dan mempersiapkan

laporan berkala dibidang keamanan dan menegakan tata

tertib.

Kesatuan Pengamanan Lapas mempunyai tugas pokok

menjaga keamanan dan ketertiban Lapas.

Klasifikasi kepangkatan Pegawai pada Lapas Kelas II A Kota Ternate

sangat beragam, dengan golongan tertinggi IV a sampai Golongan terendah

yakni II a. Adapun jumlah petugas berdasarkan tingkat kepangkatan pada

Lapas Kelas II A Kota Ternate dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel : 1

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

41

Jumlah Petugas Berdasarkan Urutan Kepangkatan Pada Lapas Kelas II A Kota

Ternate Pada Bulan September 2017

No

Pangkat/Golongan

Jenis Kelamin

Jumlah Pria Wanita

1. IV/ a 1 - 1

2. III/ d 2 - 2

3. III/ c 3 - 3

4. III/ b 2 - 2

5. III/ a 4 1 5

6. II/ d 2 - 2

7. II/ c - 1 1

8. II/ b 9 3 12

9. II/ a 13 3 16

Jumlah 36 8 44

Sumber Data: Kasubbag Tata Usaha LAPAS Kelas II A Kota Ternate

Sumber daya manusia pegawai juga menjadi satu faktor yang sangat

memepengaruhi kinerja Instansi Lapas Kelas II A Kota Ternate. Hal ini

dapat di lihat dari tingkat pendidikan pegawai. Adapun klasifikasi pegawai

berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagaimana berikut:

Tabel: 2

Jumlah Petugas Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Bulan September 2017

No

Pendidikan

Jenis Kelamin

Jumlah Pria Wanita

1. Pasca Sarjana (S2) 1 - 1

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

42

2. Sarjana (S1) 5 - 5

3. Sarjana Muda (D3) - 1 1

4. SMA 31 6 37

5. SMP - - 0

6. SD - - 0

Jumlah 37 7 44

Sumber: Kasubbag Tata Usaha LAPAS Kelas II A Kota Ternate

Tingkat pendidikan pegawai LAPAS Kelas II A terdiri dari, Pasca

Sarjana (S2) 1 orang, Sarjana (S1) 5 orang, sarjana muda (D3) 1 orang dan

selebihnya adalah pendidikan SMA sebanyak 37 orang.

Kepala Sub Seksi Legistrasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Kota Ternate. Bapak Iswan Idrus, S.Sos. MM28 saat ditemui di kantornya

pada tanggal 29 Agustus 2017 pukul 09.15 wit menyatakan bahwa saat ini

total jumlah tahanan dan narapidana (napi) yang menghuni LAPAS Kelas II

A Kota Ternate tersebut adalah sebanyak 104 orang dari kapasitas

maksimumnya yaitu mampu menampung 400 orang tahanan dan narapidana.

Namun dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada narapidana

saja sehingga tidak pada tahanan, maka narapidana yang terdapat pada Lapas

Kelas II A Kota Ternate sebanyak 82 (delapan puluh dua) narapidana. Dari

jumlah narapidana tersebut masih ada juga anak didik. Hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini:29

28

Wawancara dengan Bapak Iswan Idrus, S.Sos. MM. Selaku Sub Seksi Legistrasi Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate, pada tanggal 29 Agustus 2017. 29

Data dari Sub Seksi Legistrasi, senin tanggal 28 Agustus 2017

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

43

Tabel 3

Jumlah Narapidana pada LAPAS Kelas II A Kota Ternate pada bulan

September 2017

STATUS JENIS KELAMIN JUMLAH

ORANG

NARAPIDANA L P ANAK

BI 61 - 12 73

BIIA - - - -

BIIB 5 1 3 9

Jumlah 66 1 15 82

Sumber: Sub Seksi Legistrasi

B I: Narapidana dengan masa pidana 1 (satu) Tahun

BIIA: Narapidana dengan masa pidana 3 (tiga) Bulan sampai 1

(Satu) Tahun

B IIB: Narapidana yang menjalani kurungan pengganti denda.

Demikian fungsi LAPAS sebagai pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan

memperluas peran serta LAPAS dalam sistem peradilan pidana yang dimulai

sejak penyidikan, penuntutan, pemeriksaan disidang pengadilan, pelaksanaan

putusan pengadilan sampai pembebasan kembali ke masyarakat.

2. Tahapan Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota

Ternate

Pembinaan yang diberikan sesuai dengan sistem pemasyarakatan agar

narapidana dididik dan dibimbing serta diarahkan kepada tujuan yang

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

44

bermanfaat untuk dirinya, keluarganya dan bagi masyarakat setelah lepas

menjalani pidananya.

Secara formal, proses pemasyarakatan sebagi metode pembinaan

narapidana dalam sistem pemasyarakatan, diberlakukan pada tahun 1965.

Tujuan utama dari pada penetaman metode tersebut ialah sebagi petunjuk

dan sekaligus sebagi landasan bekerja para petugas lembaga pemasyarakatan

didalam kegiatan melaksanakan sistem pemasyarakatan. Penetapan proses

pemasyarakatan sebagai metode pembinaan ini meliputi emapat tahap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas LAPAS Kelas II A Kota

Ternate,30

maka tahapan pembinaan bagi narapidana. Bapak Iswan Idrus,

S.Sos. MM31 selaku Kepala Sub Seksi Legistrasi dan Bimbingan

Kemasyaraktan bahwa yang diberikan tidak jauh berbeda dengan apa yang

tercantum dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

31 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Narapidana

Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:32

1. Tahap pertama: Terhadap setiap narapidana yang masuk di lembaga

pemasyarakatan dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal

ikhwal prihal dirinya termasuk seba-sebabnya ia melakukan

pelanggaran dan segala keterangan mengenai dirinya yang dapat

diperoleh dari keluarga, bekas majikan, atau atasannya, teman sekerja,

sikorban dari perbuatannya, serta petugas dari instansi lain yang telah

menangani perkaranya.

2. Tahap kedua: jika proses pembinaan terhadap narapidana yang

bersangkuatan telah berlangsung selama-lamanya sepertiga (1/3) dari

30

Wawancara dengan Kamri Ahmad, SH. Selaku petugas Lembaga Pemasyarkatan Kelas II A Kota

Ternate, senin tanggal 28Agustus 2017 31

Wawancara dengan Bapak Iswan Idrus, S.Sos. MM, Selaku Sub Seksi Legistrasi dan Bimbingan

Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate, pada tanggal 29 Agustus 2017 32

Lihat Pasal 9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

45

massa pidana yang sebenarnya dan menurut pendapat Dewan Pembina

Pemasyarakatan (DPP) sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain:

menunjukkan keinsafan, perbaikan, disiplin dan patut pada peraturan

tata tertib yang berlaku di lembaga-lembaga, kapan wargabinaan yang

bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan di tempatkan di

lembaga pemasyarakatan mediumsecurity.

3. Tahap ketiga: jika proses pembinaan terhadap narapidana telah

dijalankan segera (1/2) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut

Dewan Pembina Pemasyarakatan (DPP) telah dicapai cukup

kemajuan-kemajuan, baik secara fisik, maupun mental dan juga segi

keterampilannya, maka wada proses pembinaannya diperluas dengan

diperbolehkan mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar, antara

lain: ikut beribada bersama dengan masyarakat luar, berolah raga,

mengikuti pendidikan di sekolah umum, bekerja di luar, akan tetapi

dalam pelaksanaannya masih berada dibawah pengawasan dan

pembinaan petugas lembaga;

4. Tahap keempat: jika proses pembinaan terhadap narapidana

sebenarnya atau sekurang-kurangnya sebilan (9) Bulan, maka kepada

narapidana yang bersangkutan dapat diberikan bebas bersyarat dan

pengusulan bebas bersyarat, ditetapkan oleh Dewan Pembina

Pemasyarakatan (DPP). (Surat Edaran, No. KP.10.13/3/1 Tanggal 8

Februari 1965).

Aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, serta

kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor

lingkungan kehidupan. Untuk itu, diperlukan penguasaan situasi untuk

menghadapi berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kestabilan

pribadinya. Kepribadian adalah organisasi psikologi dan fisik yang dinamis

dalam diri setiap manusia yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik

terhadap lingkungannya. Pembinaan kepribadian dapat membantu peserta

didik untuk mengenal ciri, karakter, watak, jiwa, moral, semangat,

kebiasaan, dan tingkah lakunya.

Demikian fungsi LAPAS sebagai pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan

memperluas peran serta LAPAS dalam sistem peradilan pidana yang dimulai

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

46

sejak penyidikan, penuntutan, pemeriksaan disidang pengadilan, pelaksanaan

putusan pengadilan sampai pembebasan kembali ke masyarakat.

3. Bentuk Implementasi Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Kota Ternate

a. Pembinaan Kesadaran Beragama

Pendidikan Kesadaran Beragama merupakan salah satu hak narapidana

dalam bidang melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan

dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam

mengamalkan ajaran agamanya. Pendidikan kesadaran beragama diberikan

kepada narapidana pemasyarakatan untuk memantapkan mereka dalam

menjalankan peranannya yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang

ajaran agama dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing.

Penghuni LAPAS Kelas II A Kota Ternate terdiri dari agama Islam,

Kristen dan Katholik. Sehingga pembinaan keasadaran beragama ini di

pisahkan antara yang Islam, yang Kristen dan yang Katholik, namun

pembinaan ini diperlukan untuk tujuan agar narapidana dapat diteguhkan

imannya terutama memberikan pengertian agar mereka menyadari akibat-

akibat dari perbuatan yang benar dan perbuatan-perbuatan yang salah.

Pembinaan ini dilakukan instansi terbaik seperti Departemen Agama ataupun

unsur keagamaan lainnya. Dari 82 narapidana di LAPAS Kelas II A Kota

Ternate, apakah sudah seluruhnya mengikuti kegiatan pembinaan kesadaran

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

47

beragama atau belum? Penulis hanya mengambil 30 respoden dari

narapidana tersebut. Pembinaan kesadaran beragama di LAPAS Kelas II A

Kota Ternate ini dapat dilihat di tabel berikut ini:

Tabel 4

Tanggapan Responden Terhadap Hak Kesadaran Beragama

Tanggapan Responden Frekuensi Persentase (%)

Mengikuti 25 83,33

Tidak mengikuti 5 16,67

Jumlah 30 100

Sumber: data primer yang diolah, 2017

Dari 30 narapidana yang dijadikan sampel yang penulis ajukan

quisioner sebanyak 25 orang atau 83,33 % mengatakan selama mereka

berada didalam Lapas, mereka mengikuti penyuluhan rohani. Sedangkan

sebanyak 5 orang atau 16,67 % mengatakan tidak mengikuti penyuluhan

tersebut.

b. Pendidikan dan Pengajaran

Dalam pendidikan dan pengajaran yang diperoleh narapidana di dalam

LAPAS antara lain, kesadaran berbangsa, bernegara, sadar hukum,

kemampuan intelektual, kecerdasan dan kemandirian (wiraswasta).

Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari

nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Identitas

nasional itu sangat berhubungan erat dengan proses berbangsa dan

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

48

bernegara. Semua warga negara termasuk warga negara yang berstatus

narapidana dituntut untuk memahami dan mengerti proses berbangsa dan

bernegara karena dengan mengerti proses itu maka setiap warga negara akan

merasa memiliki tanggung jawab untuk selalu menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara ini juga

dilakukan dengan pembinaan politik, menanamkan nilai-nilai patriotisme

dan partisipasi dalam pembangunan bangsa dan Negara.

Pembinaan sadar hukum dilakukan dengan maksud agar narapidana

mampu mengetahui norma, hukum dan peraturan yang dilarang,

diperbolehkan maupun dianjurkan untuk dilakukan. Tidak hanya dituntut

sadar hukum tetapi juga dapat taat hukum agar tidak mengulang kesalahan

yang sama atau tidak melakukanpelanggaran hukum lagi.

Pembinaan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa meliputi

penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum yang dijadwalkan oleh petugas

Lapas Kelas II A Kota Ternate dilakukan tiga bulan sekali dari pemateri

yang berasal dari Pengadilan Negeri Kota Ternate. Berdasarkan quisioner

yang diberikan ke 30 (tiga puluh) narapidana dan ada juga 3 (tiga)

narapidana yang telah menjalani masa hukuman lebih dari 1 (satu) tahun,

mereka hanya pernah sekali mengikuti kegiatan penyuluhan hukum tersebut.

Kemampuan Intelektual merupakan suatu proses kemampuan

seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam

hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.

Kapasitas intelektual umum mencakup kemampuan-kemampuan menalar

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

49

dan menilai secara menyeluruh dalam menciptakan dan merumuskan arah

berfikir spesifik.

Usaha ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir

narapidana. Pemberantasan buta huruf merupakan sasaran utama. sebagai

bentuk pendidikan formalnya adalah Kejar Paket A dan Kejar Paket B,

disamping itu bisa juga diberikan pendidikan non formal, seperti: kursus-

kursus, pesantren kilat, mendengarkan radio dan sebagainya. Program

pembinaan kemampuan intelektual dan kecerdasan ini juga mendapat respon

yang positif dari narapidana.

Pembinaan ini diberikan melalui program latihan keterampilan untuk

mendukung usaha mandiri seperti : kerajinan tangan, tukang cukur dan

pengelasan. Dapat pula keterampilan yang mendukung usaha-usaha industri

kecil, misalnya pembuatan paving blok, batu bata, dan lain-lain.

Kemungkinan bisa juga keterampilan yang mendukung usaha-usaha industri

besar bekerja sama pabrik-pabrik atau parusahan-perusahan besar. Misalnya

bekerja dipabrik tekstil, perkebunan, dan sebagainya. Mandiri adalah dimana

seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang

terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu

(barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

Pembinaan kemandirian bagi narapidana sebagai peserta didik dimaksudkan

agar dikemudian hari mereka dapat menggunakan keahliannya tersebut di

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

50

luar sehingga mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau

tergantung pada orang lain.

Tabel 5

Tanggapan Responden Terhadap HakKesadaran Berbangsa, Bernegara dan

Sadar Hukum

Tanggapan Responden Frekuensi Persentase (%)

Kurang Memahami 28 93,33

Memahami 2 6,67

Jumlah 30 100

Tanggapan Responden Terhadap Pembinaan Intelektual dan

Kecerdasan

Tanggapan Responden Frekuensi Persentase (%)

Dapat Membaca 23 76,67

Tidak dapat Membaca 7 23,33

Jumlah 30 100

Sumber: data primer yang diolah, 2017

Quisioner yang dilakukan dengan narapidana yang dijadikan sampel,

umumnya mereka baru memahami sepenuhnya mengenai kesadaran

berbangsa dan bernegara ini setelah mendapatkan pembinaan didalam Lapas.

Hal ini dikatakan oleh responden sebanyak 28 orang atau 93,33 % kurang

memahami arti pentingnya nilai-nilai kewarganegaraan dan kepatuhan

terhadap hukum. Sedangkan 2 orang atau 6,67 % mengatakan bahwa mereka

sudah memahami tentang pentingnya kesadaran berbangsa dan bernegara.

Sedangkan responden dari pembinaan kemampuan intelektual dan

kecerdaan, dari Sampel yang diambil sebanyak 30 orang, ada sebnayak 23

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

51

orang atau 76,67 % mengatakan telah mendapat informasi berupa Koran atau

buku, ada pula 7 orang atau 23,33 % yang belum bisa membaca, hingga

mereka masih tidak mau berusaha untuk dapat membaca. Diantara 7 orang

tersebut adalah anak pidana.

Dari 82 narapidana yang mengikuti kegiatan pembinaan kemandirian

yang terdiri atas kerajinan tangan, tukang cukur dan pengelasan. Penulis

mengambil sempel sebanyak 30 orang, terdapat 16 orang yang aktif

mengikuti kegiatan tersebut, sedangkan 14 orang lainnya tidak aktif

mengikuti kegiatan tersebut.

4. Faktor-faktor yang Menghambat Implementasi Hak Narapidana

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan di Lapas Kelas II A

Kota Ternate tentang pelaksanaan Pembinaan Narapidana terdapat beberapa

faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana.

Penulis melakukan wawancara dengan Bapak Iswan Idrus, S.sos. MM, selaku

Sub Seksi Legistrasi dan Bimbingan Kemasyarakatan. Menurut Bapak Iswan,

faktor yang menghambat implementasi hak narapidan antara lain33

:

1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Penegak Hukum

33

Wawancara dengan Bapak Iswan Idrus, S.sos.MM selaku Sub Seksi Legitrasi dan Bimbingan

Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

52

Penegakan hukum dalam hal ini adalah petugas Lapas. Yang akan

dikemukakan dalam hal ini adalah mentalitas dari petugas Lapas itu

sendiri. Mentalitas pegawai lapas, yaitu prilaku sering melakukan

kekerasan (pemukulan) terhadap narapidana atau melakukan pemerasan

terhadap narapidana dan keluarganya. Bahkan yang lebih nekat dari itu,

misalnya ada petugas Lapas yang terlibat dalam hal meloloskan narkotika

ke dalam Lapas untuk dikomsumsi oleh narapidana. Ini semua karena

kemampuan sumber daya manusia petugas Lapas lemah dalam tabel yang

sebelumnya, jumlah pegawai rata-rata dengan tingkat pendidikan SLTA

sehingga yang lebih banyak dikedepankan kekerasan.

Selain mentalitas harus didukung pula profesionalitas dan keahlian

yang memadai. Demikian pula potensi yang ada pada diri narapidana dapat

berguna bagi kepentingan manusia melalui tangan-tangan manusia yang

bertindak baik.

2. Anggaran

Anggaran merupakan sesuatu hal yang penting karena

anggaran dapat mendukung ataupun menghambat berbagai kegiatan

dalam Rutan. Besar atau kecilnya anggaran yang dialokasikan

pemerintah kepada Lapas Kelas II A Kota Ternate menjadi salah satu

acuan pembinaan narapidana. Apalagi pihak rutan tidak memiliki

kerjasama dengan perusahan-perusahan atau pihak luar terkait pendanaan.

Bahkan hasil kerja narapidana dari pembinaan kerajinan tangan hanya

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

53

digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pelaksanaan pembinaan

kerajinan dan sebagian diberikan kepada narapidana. Prasarana maupun

sarana yang belum memadai dikarenakan anggaran yang diterima harus

dialokasikan ke hal-hal yang lebih mendesak lainnya.

3. Budaya Hukum

Yang dimaksud dengan budaya hukun adalah keseluruhan faktor yang

menentukan bagaimana sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis

dalam kerangka budaya milik masyarakat umum.

Dengan bentuk-bentuk program pembinaan yang baik, didukung

dengan kemauan dan keahlian petugas, pada umumnya narapidana

antusias mengikuti setiap kegiatan. Memang masih ada beberapa

kelompok narapidana yang hanya pura-pura patuh dan semangat

mengikuti kegiatan pembinaan, tetapi setelah bebas mereka tetap tidak

bisa lepas dari kejahatan atau menjadi residivis. Kelompok narapidana ini

biasanya berasal dari dunia kejahatan yang terorganisir atau bersindikat,

misalnya dari kelompok preman yang menjadikan kejahatan sebagai lahan

mencari nafkah, misalnya, sindikat pencurian kendaraan bermotor,

sindikat pengedaran narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba). Namun

pada umumnya narapidana mempunyai kesadaran yang tinggi untuk

mengikuti semua kegiatan pembinaan di LAPAS, yang masih perlu

digugat adalah sikap masyarakat terhadap narapidanayang hingga

sekarang masih penuh curiga dan sukar menerima kehadiran bekas

narapidana di lingkungannya. Sesungguhnya, tidak sepatutnya masyarakat

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

54

bersikap demikian, bukankah mereka adalah warga masyarakat juga, akan

kembali ke masyarakat dan pembinaan selanjutnya merupakan

tanggungjawab masyarakat.

Namun kenyataan menunjukan bahwa masyarakat masih memberikan

cap jahat, prasangka negativ kepada setiap bekas narapidana. Reaksi

masyarakat ini cukup beralasan, dan ada dua faktor penyebabnya. Pertama

ketidakpuasan masyarakat terhadap putusan hakim, yang menjatuhkan

pidana yang dianggap tidak adil, karena tidak setimpal dengan kerugian

dengan kerugian yang diakibatkan oleh pelaku. Kedua, tidak diakuinya

pembinaan yang dilakukan oleh LAPAS sebagai sekolah kejahatan

(School Of Crime).

Maka sesungguhnya tugas LAPAS sangat berat, disamping harus

membina kesadaran narapidana, juga harus membina kesadaran

narapidana, juga harus menumbuhkan citra pemasyarakatan yang baik

dihadapan publik.

4. Sarana Fasilitas Kesehatan

Dalam system pemasyarakatan, semua bentuk bangunan penjara masih

tetap digunakan, hanya namanya saja yang dirubah menjadi Lembaga

Pemasyarakatan. Pemasyarakatan juga memperkenalkan lembaga

pemasyarakatan terbuka yang biasanya ditempatkan didaerah pertanian,

perikanan atau tambak milik orang lembaga pemasyarakatan. Jadi

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

55

penempatannya tidak berada di pertengahan pemukiman penduduk, tetapi

ditengah tanah tempat usaha Lapas.34

Fasilitas baik untuk fungsi pembinaan narapidana selalu ketinggalan

zaman. Tempat hunian untuk LAPAS Anak pun belum ada sehingga anak

dalam proses pembinaan terkadang mengalami gangguan sikologi. Hal ini

mustahil akan menghasilkan out put yang memuaskan dari fungsi tersebut.

Kekurangan-kekurangan yang menyangkut fasilitas ini antara lain meliputi

perlengkapan makan maupun tempat tidur yang kurang layak, indeks

biaya makan seorang sehari hanya Rp. 8.200 (diluar beras) masih jauh dari

standar biaya hidup minimal masa sekarang. Pakaian narapidana yang

sangat terbatas, kurangnya pelayanan kesehatan.

Departemen Hukum dan HAM Provinsi Maluku Uatara telah

menyadari hal ini merupakan penghambat pembinaan, bahkan telah

menjadi salah satu penyebab rawannya keamanan dan ketertiban.

D. ANALISIS

Perbandingan antara hak narapidan menurut Undang-undang Nomor 12

Tahun 1995 dengan yang terjadi dalam LAPAS Kelas II A Kota ternate seperti yang

terlihat dalam tabel dibawah ini:

34

Harsono. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan, hlm. 33

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

56

Tabel 6

Perbandingan hak narapidana dalam UU No. 12 Tahun 1995 dengan

yang ada di dalam LAPAS

UU No. 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan

LAPAS Kelas II A Kota Ternate

a. Melakukan ibadah sesuai

dengan agama atau

kepercayaannya.

b. Mendapat perawatan baik

rohani maupun jasmani.

c. Mendapatkan pendidikan dan

pengajaran.

d. Mendapatkan pelayanan

kesehatan dan makan yang

layak .

e. Menyampaikan keluhan.

f. Mendapatkan bahan bacaan dan

mengikuti siaran media massa

lainnya yang tidak dilarang.

g. Mendapatkan upah atau premi

atas pekerjaan yang dilakukan.

h. Menerima kunjungan keluarga,

penasehat hukum, atau orang

tertentu lainnya.

i. Mendapatkan pengurangan

masa pidana.

j. Mendapatkan kesempatan

berasimilasi termasuk cuti

mengunjungi keluarga.

k. Mendapatkan pembebasan

bersyarat cuti menjelang bebas.

l. Mendapatkan cuti menjelang

bebas

m. Mendapatkan hak-hak lain

sesuai dengan ketentuan

Perundang-undangan yang

berlaku. Serta ketentuan dan

syarat-syarat dan tata cara

pelaksanaan hak-hak

narapidana.

1. Pembinaan kesadaran

beragama.

2. Pembinaan kesadaran

berbangsa, bernegara dan

kesadaran hukum.

3. Pembinaan kemasyarakatan.

4. Pembinaan kemandirian.

5. Pemeliharaan kesehatan

jasmani dan rohani.

6. Bimbingan keterampilan.

7. Pemberian remisi.

8. Pembebasan bersyarat cuti

menjelang bebas

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

57

Berdasarkan tabel diatas diperoleh data yang menjelaskan hak yang belum diberikan

di dalam LAPAS antara lain:

a. Menyampaikan keluhan.

b. Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media masa lain yang tidak

dilarang.

c. Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

d. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu

lainnya.

e. Mendapat pengurangan masa pidana.

f. Mendapat kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.

Belum terpenuhinya hak seperti disebut diatas karena kurangnya sumber daya

manusia yang profesional serta kurangnya anggaran dalam proses pemenuhan hak

tersebut.

Sedangkan hak yang sudah diberikan oleh LAPAS antara lain:

1. Pembinaan kesadaran beragama.

2. Pembinaan kesadaran berbangsa, bernegara dan kesadaran hukum.

3. Pembinaan kemasyarakatan.

4. Pembinaan kemandirian.

5. Pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani.

6. Bimbingan keterampilan.

7. Pemberian remisi.

8. Pembebasan bersyarat cuti menjelang bebas

Dengan terpenuhinya hak narapidana seperti diatas berarti telah berjalan pula fungsi

LAPAS sebagai sarana untuk menyiapkan narapidana agar dapat berintegrasi secara

sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota

masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab seperti yang termuat dalam pasal 3 UU

No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

58

Implementasi hak narapidana diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun

1995 tentang Pemasyarakatan. Dalam hal ini saya memfokuskan penelitian ini

menganai hak-hak narapidana yang diberikan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Kota Ternate sudah sesuai dengan hak narapidana yang tercantum dalam Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1995 atau belum.

1. Hak Narapidana yang Harusnya diperoleh:

Hak-hak narapidana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 12

Tahun 1995 Pasal 14 Ayat (1) yaitu35

:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan, hal itu

ditujukan agar narapidana dapat tetap melakukan ibadah sesuai agama

dan tidak meninggalkan kewajibannya. Hal itu juga dapat

meningkatkan kesadaran baik atau tidak perbuatan yang sudah

mereeka lakukan, dibolehkan atau tidak hal yang mereka lakukan

dalam agamanya itu.

b. Mendapatkan perawatan baik rohani maupun jasmani, selain

melakukan perbaikan sikap tetapi juga turut melakukan perbaikan

rohani maupun jasmani yang bertujuan agar rohani jasmani mereka

tetap baik, terjaga.

c. Mendapat pendidikan dan pengajaran, Lembaga Pemasyarakatan

memberikan pendidikan dan pengajaran kepada para narapidana

mengenai kesadaran hukum, berbangsa dan bernegara. Agar para

35

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

59

narapidana dapat pemnelajaran tentang setiap perbuatan yang mereka

lakukan. Dan mereka sadar bahwa perbuatan tersebut melanggar

hukum. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran sebagai

narapidana di dalam LAPAS juga termasuk salah satu cara

mengembangkan diri bagi narapidana. Sehubungan dengan itu, Sri

Widayati Wiratmo Soekito menegaskan:36

“Hak asasi tidak tanpa batas, karena jika akan dilanggar hak-

hak yang sama dengan orang lain karena itu kewajiban negara

adalah memberikn batas-batas sampai seberapa jauh hak-hak

asasi kemerdekaan dapat dijalankan dan dilindungi

pelaksanaannya dengan mengutamakan kepentingan umum”.

Mulyana W. Kusumah menyatakan bahwa:37

“Bagi Indonesia semua (Hak-hak Asasi Manusia) menuju pada

penciptaan kondisi-kondisi sebagaimana yang diamanatkan

oleh Pancasila, melalui jalan yang selaras dengan sila

kemanusiaan yang adil dan beradab, oleh karena proses

pemerdekaan adalah pelaksanaan sila kemanusiaan yang adil

dan beradab itu sendiri.”

Hak pendidikan dan pengajaran untuk narapidana meliputi pendidikan

kepribadian dan kemandirian. Pendidikn kepribadian meliputi

pembinaan kesadaran hukum, berbangsa, dan pmbinaan intelektual.

Pendidikan kemandirian meliputi pembinaan kemandirian yang terdiri

dari program pendidikan keterampilan, keterampilan untuk

mendukung usaha industri, dan keterampilan yang dikembangkan

sesuai dengan bakat masing-masing. Bagi tahanan dapat diberikan

kesempatan mengikuti pendidikan dan pengajaran. Pelaksanaan

36

Sri Widyati Wiratmo Soekito, 1983, Anak dan Wanita Dalam Hukum, LP3ES, Jakarta, hlm.: 135. 37

Kusuma Mulyana W, 1981, Hukum dan HAM, Alumni Bandung, Bandung, hlm: 51.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

60

pendidikan dan pengajaran bagi tahanan berupa penyuluhan hukum,

kesaadaran berbangsa dan bernegara sesuai dengan program perawatan

tahanan.38

d. Mendapat pelayanan kesehatan dan makan yang layak.

Setiap narapidanamempunyai hak untuk mendapat pemeriksaan

kesehatan yang dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu bulan,

mendapat pelayanan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Di luar

Lembaga Pemasyarakatan, menerima makanan dan minuman dari luar

Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan jumlah kalori yang

memenuhi syarat kesehatan, jika puasa maka narapidanaberhak

mendapat makanan tambahan.

e. Menyampaikan keluhan.

Setiap narapidanaberhak menyampaikan keluhan yang benar-benar

telah mengganggu hak asasi narapidana kepada kepala lembaga

pemasyarakatan terhadap perlakuan petugas dan sesama warga binaan.

f. Mendapat bahan bacaan dan mengikuti suaran media masa lainnya

yang tidak di larang.

Berhak dapat bahan bacaan baik media cetak atau elektronik, yang

dapat menunjang pembinaan kepribadiandan tidak bertentangan

dengan Undang-undang yang berlaku. Bisa membawa bahan dari luar

lembaga pemasyaraatan atas seijin kepaa lembaga pemasyarakatan.

38

Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Wewenang Dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

61

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan ynag di lakukan.

Berhak mendapatkan upah dan premi setelah bekerja di dalam

lembaga pemasyarakatan.

h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu

lainnya.

Berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasihat hukum, atau

orang tertentu lainnya (keluarga dan rohaniawan).

i. Mendaptkan pengurangan masa pidana.

Berhak mendapatkan remisi jika selama menjalani masa hukumannya

berkelakuan baik (mentaati peraturan dan tidak pernah dikenakan

tindakan disiplin) dan telah menjalani masa pidana selama 6 (enam)

bulan.

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga.

Berhak mendapatkan pembebasan bersyarat dengan ketentuan telah

menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari

masa pidana atau minimal 9 (sembilan) bulan, telah memenuhi syarat

administrasi dan substantif, serta berkelakuan baik dengan syarat-

syarat tertentu diantaranya adalah adanya masa percobaan dan syarat-

syarat yang harus dipenuhi selama masa percobaan.

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat cuti menjelang bebas.

Berhak mendapatkan cuti menjelang bebas dengan ketentuan telah

menjalani masa pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

62

masa pidana, berkelakuan baik selama menjalani pidana sekurang-

kurangnya 9 (sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3

(dua pertiga) masa pidana, dan lamanya cuti menjelang remisi terakhir,

paling lama enam bulan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat Dan

Tata Cara Pelaksanaan Hak Narapidana Pemasyarakatan Pasal 1 yaitu:

a. Melakukan pendidikan dan pengajaran.

b. Pelayanan kesehatan.

c. Pembimbingan.

d. Remisi, pengutangan masa hukuman yang didasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

e. Pembebasan bersyarat, bebasnya narapidana setelah menjalani aekurang-

kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga

tersebut tidak kurang dari sembilan bulan.39

2. Implementasi Hak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Kota Ternate

Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, olehnya itu pemikiran-

pemikiran baru, mengenai fungsi pemidanaan yang tidak lagi sekedar

penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi

sosial NarapidanaPemasyarakatan telah melahirkan suatu sistem pembinaan

39

Pasal 12 huruf K UU No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

63

yang sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu dikenal dan dinamakan

sistem pemasyarakatan.

Perbaikan mengenai tatanan (stelsel) pemidanaan seperti pranata

pidana bersyarat (Pasal 14a KUHP), pelepasan bersyarat (Pasal 15 KUHP),

dan pranata khusus penuntutan serta penghukuman terhadap anak (Pasal 45,

46, dan 47 KUHP), namun pada dasarnya sifat pemidanaan masih bertolak

dari asas dan sistem pemenjaraan, sistem pemenjaraan sangat menekankan

pada unsur balas dendam dan penjeraan, sehingga institusi yang

dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah rumah penjara bagi

Narapidana dan rumah pendidikan negara bagi anak yang bersalah. Olehnya

itu pemberlakuan Undang-Unadang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) merupakan Lexspcialis derogate Lexgeneralis

untuk merubah fungsi penahanan sebagai mana yang diatur dalam KUHP

dimaksud.

Implemntasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga

Pemasyarakatan (LAPAS) merupakan upaya pemerintah untuk merubah

system pemenjaraan menjadi proses pembinaan, sehingga hak-hak

narapidanadi dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dapat terwujud

sebagimana yang diatur dalam undang-undang dimaksud. hak-hak

narapidanadalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate dinilai

belum maksimal seperti apa yang diharapkan. hal ini dibuktikan dengan hak-

hak narapidana yang banyak diabaikan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan, seperti: Bantuan Hukum, Penyuluhan Rohani,

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

64

Pemeliharaan Kesehatan, Bimbingan Keterampilan, Perpustakaan, yang

dijabarkan sebagi berikut:

a. Pemeliharaan Kesehatan Jasmani dan Rohani

Pemeliharaan jasmani adalah suatu proses pembinaan seseorang

sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan

sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan

jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,

kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam

rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Sedangkan pendidikan rohani (jiwa) adalah suatu proses pendidikan untuk

mewujudkan perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan

hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani diperuntukkan oleh semua

narapidana pemasyarakatan. Kegiatan kesehatan jasmani di LAPAS Kelas II

A Kota Ternate meliputi program senam pagi yang diadakan setiap pagi dan

memanfaatkan lapangan olahraga pada sore hari. Pemeliharaan rohani dapat

diwujudkan melalui bimbingan rohani dan pendidikan budi perketi40

. Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 pasal 14 ayat (2) yang berbunyi:

“Setiap LAPAS disediakan poliklinik beserta fasilitasnya dan

sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang tenaga kesehatan

lainnya.”

40

Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

65

Dan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang

Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Narapidana Pemasyarakatan pasal 16

ayat (1) yang berbunyi:

“Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1

(satu) bulan dan dicatat dalam kartu kesehatan”.

Berdasarkan quisioner terhadap 30 narapidana diperoleh hasil

beberapa narapidana tidak mendapatkan dan menikmati kegiatan rekreasi

seperti hiburan televisi, maupun pertandingan olahraga. Sedangkan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan pemasyarakat Pasal 7 sudah dijelaskan hak

apa saja yang berhak didapat dalam perawatan jasmani. Karena fasilitas dalam

LAPAS untuk menunjang kegiatan tersebut belum memadai. Begitupun

mengenai penyuluhan kesehatan yang terdapat pada Peraturan Pemerintan

Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga

Binaan Pemasyarakatan Pasal 16 ayat (1) sudah jelas bahwa pemeriksaan di

lakukan paling sedikit satu bulan sekali, namun yang terjadi di LAPAS Kelas

II A Kota Ternate pemeriksaan kesehatan dilakukan dua bulan sekali.

Sehingga terdapat narapidana yang tidak mendapat pemeriksaan kesehatan

tersebut.

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

66

Tabel 6

Tanggapan Responden Terhadap Hak Pemeliharaan Kesehatan Jasmani dan

Rohani

Tanggapan Responden Frekuensi Persentase (%)

Tidak Mendapatkan 23 76,67

Mendapatkan 7 23,33

Jumlah 30 100

Sumber: data Primer yang diolah, 2017

Sekitar 23 orang atau 76,67 mengatakan bahwa selama didalam Lapas

mereka tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan jasmani dan rohani bagi

diri mereka sendiri. Tetapi mereka sangat menginginkan dengan adanya

program pemeriksaan kesehatan jasmani dan rohani agar mereka bisa juga

mendapatkannya di Lapas mereka menyadari bahwa betapa pentingnya

pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani tersebut. Sedangkan sisanya

sebanyak 7 orang atau 23,33 % mengatakan mendapatkan pemeliharaan

kesehatan jasmani dan rohani secara teratur.

b. Pemberian Remisi

Remisi atau pengurangan hukuman selama narapidana menjalani

hukuman pidana, juga berubah dari waktu ke waktu. Sistem kepenjaraan

menempatkan remisi sebagai anugerah. Artinya remisi adalah anugerah dari

pemerintah kepada narapidana. Dalam Gestichten Reglement, remisi hanya

diberikan pada hari ulang tahun Belanda. Jadi remisi benar-benar sebagai

anugerah belaka. Baru pada tahun 1950 berdasarkan Keppres No. 156/1950

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

67

remisi diberikan setiap ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

Perubahan ini disebut dengan kelegaan hati rakyat Indonesia, sebab pada

setiap ulang Tahun RI banyak Narapidana yang mendapatkan remisi. Sejak

tahun 1950, remisi tidak lagi sebagai anugerah, tetapi menjadi hak semua

narapidana yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Salah satu

syarat dalam mendapatkan remisi berdasarkan Keppres 156/1950 adalah

narapidana harus berkelakuan baik selama menjalani pidana. Selama

menjalani pidana diartikan sebagai berkelakuan baik dalam kurun waktu

pemberian remisi, jadi penilaian itu berkisar setahun. Sedangkan Syarat

berkelakuan baik, adalah tidak melanggar pasal 69 Gestichten Reglemen.

Pasal 69 Reglemen Penjara sebenarnya merupakan tata tertib penjara, namun

disana di klasifikasikan. Selain syarat berkelakuan baik, lama pidana bagi

narapidana yang akan mendapatkan remisi tidak boleh kurang dari enam

bulan atau narapidana yang dipidana seumur hidup tetapi belum diubah

menjadi pidana sementara.41

Adapun bentuk-bentuk remisi, remisi khusus itu terdapat pada hari-

hari besar agam dan remisi umum itu terdapat pada hari-hari besar

kemerdekaan. jumlah narapidana yang mendapat remisi umum dan remisi

khusus sebanyak 50 orang,42

sebagai mana terlihat pada tabel berikut ini:

41

Harsono. 1995, Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan, hlm. 25 42

Kepala Sub Seksi Legistrasi, senin taggal 28 Agustus 2017

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

68

Tabel 7

Pemberian Hak Remisi pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

Kota Ternate

STATUS

WARGABINAAN

JENIS

KELAMIN

REMISI MENURUT

JENIS KELAMIN

KET

L P L P

BI 73 - 5 - 2 org bebas

BIIA - - - - -

BIII 8 1 2 1 1 org bebas

JUMLAH 81 1 7 1

Sumber data: Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate, 2017

Namun hak narapidana untuk mendapatkan remisi kerap menjadi

kontroversi di masyarakat, mulai dari keheranan seorang narapidana yang

dinilai terlalu cepat bebas, hingga wacana pemotongan hak narapidanauntuk

memperoleh remisi tersebut. Remisi adalah pengurangan masa hukuman yang

biasanya diberikan saat hari-hari besar keagamaan dan hari kemerdekaan.

Selain remisi, proses yang juga kerap membingungkan masyarakat umum

adalah Pembebasan Bersyarat (PB).

Remisi dasarnya masih UU No 12/95 bahwa setiap napi berhak

mendapat remisi, kemudian diatur juga dalam PP 32/28 diatur bahwa

narapidana yang berkelakuan baik berhak dapat remisi, lalu diperkuat dengan

Keppres 174/99. Sesuai Keppres 174/99 tentang jenis remisi, ada remisi

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

69

umum, khusus, tambahan, remisi dasawarsa. Remisi diberikan pada hari ulang

tahun kemerdekaan, hari raya keagamaan.43

Remisi umum diberikan kepada narapidana pada setiap peringatan 17

Agustus telah menjalani pidana lebih dari 6 bulan, berkelakuan baik, tidak

sedang dikenakan hukuman disiplin dan tidak dijatuhi pidana hukuman mati

atau seumur hidup.Bagi narapidana yang telah menjalani pidana 6 sampai 12

bulan diberikan remisi 1 bulan, untuk yang lebih 12 bulan dapat 2 bulan, bagi

yang sudah menjalani tahun kedua dapat 3 bulan, tahun ketiga 4 bulan, tahun

keempat dan kelima dapat 5 bulan, tahun keenam dan seterusnya dapat 6

bulan. Remisi khusus diberikan kepada narapidana yang merayakan hari besar

keagamaannya, pada prinsipnya syarat yang berlaku sama dengan remisi

umum.

Syarat subtantifnya sudah memenuhi 2/3 masa tahanan, sekurang-

kurangnya sembilan bulan, berkelakuan baik, ada jaminan dari keluarga atau

lingkungan bahwa dia bisa dibina di luar dan tidak akan mengulangi

perbuatannya, narapidanamenunjukkan mengikuti program kegiatan dan

memiliki kesadaran sebagai orang yang bersalah. Namun memang ada

perubahan perhitungan pembebasan bersyarat. pembebasan bersyarat

perhitungan lama (pertama), diawali sejak inkraht (dieksekusi jaksa),

sehingga walaupun sudah divonis oleh hakim tetapi belum dieksekusi JPU,

belum dihitung dalam pemberian PB, CMB (Cuti Menjelang Bebas) atau CB

43

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 174 Tahun 1999 Tentang Jenis Remisi

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

70

(Cuti Bersyarat). Perubahan yang kedua, kalau dulu pidananya secara umum,

misalnya pidana 4 tahun dikurangi masa tahanan, dikurangi remisi, baru

dihitung 2/3 tapi sejak inkraht, itu peraturan lama. Yang sekarang, sebenarnya

tidak jauh beda, akan tetapi karena dulu keputusan tidak selalu di kurangi

masa tahanan, sekarang dihitung sejak masa tahanan, jadi lebih simple.

c. Pembebasan Bersyarat Cuti Menjelang Bebas

Pembinaan dalam keluarga narapidana. bentuk pembinaan ini adalah

narapidana yang ditempatkan didalam keluarga narapidana sendiri.

Narapidana yang telah memenuhi persyaratan tertentu, kepadanya dapat

diberikan pembinaan di luar lembaga pemasyarakatan. Pembinaan dapat

berupa VI (Voolwaardelyke Invrijheidsstelling) dalam bahasa Indonesia

disebut pelepasan bersyarat, atau PRT (Pre Release Treatment) disebut

pelepasan bersyarat.44

Hak untuk mendapatkan pelepasan bersyarat sekurang-kurangnya dua

pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang

dari 9 (sembilan) bulan,dari jumlah narapidana hak mendapatkan

pembebasan bersyarat, sebanyak 30 orang sesuai dengan kurungan yang

ditetapkan oleh pengadilan.45

Tujuan dari Pemasyarakatan itu sendiri menurut pasal 2 Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

44

Harsono. 1995, Sistem Baru Pembinaan. Jakarta: Djambatan, hlm. 85 45

Sumber data: Kepala Sub Seksi Legistrasi, Bapak Iswan Idrus, S.sos. MM, pada tanggal 29 Agustus

2017.

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

71

“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk

NarapidanaPemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari

kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif

berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai

warga yang baik dan bertanggung jawab.”

Sedangkan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate belum

terlaksanakan dengan baik, karena kurangnya fasilitas dan sumber daya manusia.

Seharusnya pembinaan narapidana bukan hanya tanggungjawab Lembaga

Pemasyarakatan, tetapi secara bersama-sama dengan Pemerintah Daerah setempat

dan masyarakat diamana narapidana berdomisili. Kegiatan pembinaan narapidana

menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Permasyarakatan, Pasal 5

sudah jelas namun pihak Pemerintah Daerah berupaya memperioritaskan adanya

lapangan kerja bagi narapidana untuk mengadakan penyuluhan hukum secara

berkesinambungan dan bekerjasama dengan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia di wilayahnya.

Dalam pembinaan narapidana menurut sistem pemasyarakatan terdiri dari

pembinaan didalam lembaga, yang meliputi pembinaan agama, pembinaan umum,

kursus keterampilan, rekreasi, olahraga, kesenian, latihan kerja asimilasi, sedangkan

pembinaan diluar lembaga antara lain bimbingan selama terpidana, mendapat bebas

bersyarat, cuti menjelang bebas. Dilihat dari tujuan pemasyarakatan, Lembaga

Pemasyarakatan harus memberikan hak-hak narapidana yang tercantum dalam

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

1999.

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

72

Dari hasil penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate

memberikan hak-hak narapidana berupa:

a. Pembinaan kesadaran beragama.

b. Pembinaan kesadaran berbangsa, bernegara dan kesadaran hukum.

c. Pembinaan kemasyarakatan.

d. Pembinaan kemandirian.

e. Pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani.

f. Bimbingan keterampilan.

g. Pemberian remisi.

h. Pembebasan bersyarat cuti menjelang bebas.

Jika ditinjau dari Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tidak semua hak

narapidana diberikan oleh lapas diantaranya:

a. Menyampaikan keluhan.

b. Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media masa lain yang tidak

dilarang.

c. Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

d. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu

lainnya.

e. Mendapat pengurangan masa pidana.

f. Mendapat kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

73

Dari hasil wawancara yang sudah saya lakukan terjadi ketimpangan antara

yang menerima hak dan yang tidak menerima hak. Menurut wawancara yang saya

lakukan dengan Bapak Iswan Idrus, S.Sos.MM,46

hak narapidana yang diberikan oleh

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate meliputi:

a) Pembinaan kesadaran beragama.

b) Pembinaan kesadaran berbangsa, bernegara dan kesadaran hukum.

c) Pembinaan kemasyarakatan.

d) Pembinaan kemandirian.

e) Pemeliharaan kesehatan jasmani dan rohani.

f) Bimbingan keterampilan.

g) Pemberian remisi.

h) Pembebasan bersyarat cuti menjelang bebas.

Faktor yang menyebabkan ketimpangan seperti yang disebut diatas

antara lain:

1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Penegak Hukum

Hal tersebut diatas dapat terjadi, karena kemampuan sumber daya

manusia petugas LAPAS lemah dengan jumlah pegawai yang rata-

rata tingkat pendidikan SLTA. Petugas yang ada di dalam LAPAS

untuk tingkat pendidikan masih rendah tidak hanya berhenti di

46

Wawancara dengan Bapak Iswan Idrus, S.Sos. MM, Selaku Sub Seksi Legistrasi dan Bimbingan

Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate, pada tanggal 29 Agustus 2017

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

74

SLTA tetapi juga ada yang SLTP. Dan kurangnya tenaga

profesional dalam membimbing narapidana.

2. Anggaran

Salah satu masalah faktor berupa anggaran dikarenakan pihak

LAPAS tidak memiliki kerjasama dengan perusahaan-perusahaan

atau pihak luar terkait pendanaan. Disamping itu uang dari hasil

pembinaan kerajinan tangan digunakan untuk pemenuhan

kebutuhan dalam pelaksanaan pembinaan tersebut. Maka hak dari

narapidana tidak bisa berjalan dengan sesuai karena kurangnya

anggaran dan kurang banyaknya kerjasama dengan perusahaan-

perusahaan.

3. Budaya hukum

Budaya hukum harus ditegakkan oleh pihak LAPAS karena

selepas keluarnya narapidana dari dalam LAPAS namun

masyarakat masih menilai mereka jahat. Sesungguhnya tugas

LAPAS sangat berat karena harus membina kesadaran narapidana,

juga membina kesadaran narapidana, juga menumbuhkan citra

pemasyarakatan yang baik dihadapan publik.

4. Sarana fasilitas kesehatan

Belum adanya hunian untuk LAPAS anak, merupakan salah satu

faktor yang cukup menghambat. Karena dengan demikian anak

dapat mengalami gangguan psikologi.

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

75

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan

Narapidana dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa program pembinaan dan

pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan

kepribadian dan kemandirian. Lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 3

tentang pembinaaan dan pembimbingan keperibadian dan kemandirian:

a. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara;

c. Intelektual;

d. Sikap dan prilaku;

e. Kesehatan jasmani dan rohani;

f. Kesadaran hukum;

g. Reintegrasi sehat dngan masyarakat;

h. Ketermpilan kerja

i. Latihan kerja dan produktif

Pada Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate juga melakukan

Implementasi hak narapidana menurut undang-undang No. 12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, (LAPAS) merupakan upaya pemerintah untuk

merubah system di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat terwujud

sebagaimana yang diatur dalam undang-undang dimaksud hak-hak

narapidana dalam Lemabaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate

dinilai belum maksimal seperti apa yang diharapkan, hal dapat dibuktikan

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

76

dengan hak-hak narapidana yang banyak diabaikan oleh pihak Lembaga

Pemasyarakatan, seperti memberikan Penyuluhan Rohani, Pemiliharaan

Kesehatan.

a. Pemeliharaan Kesehatan Jasmani dan Rohani

Pemiliharaan kesehatan telah di ataur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan

Pembimbingan Narapidana pasal 2 huruf e. Dimana semua narapidana berhak

mendapatkan pemiliharaan kesahatan jasmani dan rohani. Pada Lemabga

Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate sedah melakukan kegiatan tersebut

namun masih saja ada yang belum sepenuhnya mendapatkan haknya sebagai

narapidana. Berdasarkan wawancara dan pengisian kuesioner terhadap

beberapa narapidana, mereka tidak pernah mendapatkan dan menikmati

kegiatan rekreasi seperti hiburan televisi, maupun pertandingan olahraga.

Begitupun mengenai penyuluhan kesehatan seperti penyuluhan HIV/ AIDS

dan penyuluhan bahaya narkoba belum pernah mereka dapatkan.

b. Pemberian Remisi

Namun hak narapidana untuk mendapatkan remisi kerap menjadi

kontroversi di masyarakat, mulai dari keheranan seorang narapidana yang

dinilai terlalu cepat bebas, hingga wacana pemotongan hak narapidana

untuk memperoleh remisi tersebut. Remisi adalah pengurangan masa

hukuman yang biasanya diberikan saat hari-hari besar keagamaan dan hari

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

77

kemerdekaan. Selain remisi, proses yang juga kerap membingungkan

masyarakat umum adalah Pembebasan Bersyarat (PB)

Remisi dasarnya masih UU No 12/95 bahwa setiap napi berhak

mendapat remisi, kemudian diatur juga dalam PP 32/28 diatur bahwa

narapidana yang berkelakuan baik berhak dapat remisi, lalu diperkuat

dengan Keppres 174/99. Sesuai Keppres 174/99 tentang jenis remisi, ada

remisi umum, khusus, tambahan, remisi dasawarsa. Remisi diberikan pada

hari ulang tahun kemerdekaan, hari raya keagamaan.47

Hal ini sudah dilakukan pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota

Ternate dengan memberikan remisi kepada narapidana yang telah

melakukan perlakuan baik wajib mendapatkan remisi.

Syarat subtantifnya sudah memenuhi 2/3 masa tahanan, sekurang-

kurangnya sembilan bulan, berkelakuan baik, ada jaminan dari keluarga

atau lingkungan bahwa dia bisa dibina di luar dan tidak akan mengulangi

perbuatannya, narapidana menunjukkan mengikuti program kegiatan dan

memiliki kesadaran sebagai orang yang bersalah. Namun memang ada

perubahan perhitungan pembebasan bersyarat. pembebasan bersyarat

perhitungan lama (pertama), diawali sejak inkraht (dieksekusi jaksa),

sehingga walaupun sudah divonis oleh hakim tetapi belum dieksekusi

JPU, belum dihitung dalam pemberian PB, CMB (Cuti Menjelang Bebas)

atau CB (Cuti Bersyarat). Perubahan yang kedua, kalau dulu pidananya

47

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 174 Tahun 1999 Tentang Jenis Remisi

Page 62: BAB II KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16310/2/T1_312013009_BAB II... · c. Orang di sel dan 10 Lihat Pasal 1 angka 7 Undang-

78

secara umum, misalnya pidana 4 tahun dikurangi masa tahanan, dikurangi

remisi, baru dihitung 2/3 tapi sejak inkraht, itu peraturan lama.Yang

sekarang, sebenarnya tidak jauh beda, akan tetapi karena dulu keputusan

tidak selalu di kurangi masa tahanan, sekarang dihitung sejak masa

tahanan,

c. Pembebasan Bersyarat Cuti Menjelang Bebas

Hak untuk mendapatkan pelepasan bersyarat sekurang-kurangnya dua

pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak

kurang dari 9 (sembilan) bulan, dari jumlah narapidana hak mendapatkan

pembebasan bersyarat, sebanyak 30 orang sesuai dengan kurungan yang

ditetapkan oleh pengadilan.48

Dengan hasil analisis di atas maka Pemasyarakatan di Lapas Kelas II

A Kota Ternate belum sesuai dengan tujuan Pemasyarakatan

sesungguhnya.

48

Wawancara dengan Bapak Iswan Idrus, S.Sos. MM, Selaku Sub Seksi Legistrasi dan Bimbingan

Kemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Ternate, pada tanggal 29 Agustus 2017