BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. - Portal...

51
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Olahraga a. Aktivitas Olahraga Olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, yang tercermin melalui sebuah aktivitas gerak manusia yang lahir secara hakiki. Partisipasi kegiatan olahraga muncul dari beberapa kalangan yang datang dari semua lapisan masyarakat. Mulai dari yang tua hingga yang anak-anak, dari golongan orang yang mapan maupun yang tidak mapan, dan tidak membatasi dari jenis kelamin laki-laki maupun perempuan dalam beraktivitas. Aktivitas olahraga yang digandrungi juga beragam diantaranya untuk alasan kesehatan, kebugaran, maupun dengan alasan lain seperti membentuk karakter positif dan proses bersosialisasi diri di lingkungan masyarakat. Khusus di perkotaan sendiri kegiatan berolahraga menjadi sangat urgen dengan melihat kenyataan bahwa tingkat kesibukan dan aktifitas masyarakat yang sangat padat oleh karena beban kerja yang sangat tinggi serta berbagai tuntutan dunia pekerjaan yang terus mengalami perkembangan, sehingga dirasa perlu untuk menyegarkan pikiran, berekreasi dan bermain melalui aktivitas olahraga tersebut. Sejatinya bahwa aktivitas olahraga merupakan ekspresi jiwa manusia yang timbul dari dalam diri tanpa ada paksaan dari orang lain sebagai ungkapan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam tatanan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada hakekatnya aktivitas olahraga merupakan menu yang menghadirkan kegairahan tersendiri bagi para penikmatnya. Olahraga belakangan telah berubah menjadi sebuah life style yang kian merasuk dan menjadi kebutuhan utama bagi para penggilanya. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang berbunyi: Orandum est ut sit, men sana in corpore sano yang dapat diartikan 9

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. - Portal...

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Olahraga

a. Aktivitas Olahraga

Olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia, yang tercermin melalui sebuah aktivitas gerak manusia yang lahir secara

hakiki. Partisipasi kegiatan olahraga muncul dari beberapa kalangan yang datang

dari semua lapisan masyarakat. Mulai dari yang tua hingga yang anak-anak, dari

golongan orang yang mapan maupun yang tidak mapan, dan tidak membatasi dari

jenis kelamin laki-laki maupun perempuan dalam beraktivitas. Aktivitas olahraga

yang digandrungi juga beragam diantaranya untuk alasan kesehatan, kebugaran,

maupun dengan alasan lain seperti membentuk karakter positif dan proses

bersosialisasi diri di lingkungan masyarakat. Khusus di perkotaan sendiri kegiatan

berolahraga menjadi sangat urgen dengan melihat kenyataan bahwa tingkat

kesibukan dan aktifitas masyarakat yang sangat padat oleh karena beban kerja

yang sangat tinggi serta berbagai tuntutan dunia pekerjaan yang terus mengalami

perkembangan, sehingga dirasa perlu untuk menyegarkan pikiran, berekreasi dan

bermain melalui aktivitas olahraga tersebut.

Sejatinya bahwa aktivitas olahraga merupakan ekspresi jiwa manusia yang timbul

dari dalam diri tanpa ada paksaan dari orang lain sebagai ungkapan untuk

mengaktualisasikan dirinya dalam tatanan hidup bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Pada hakekatnya aktivitas olahraga merupakan menu yang menghadirkan

kegairahan tersendiri bagi para penikmatnya. Olahraga belakangan telah berubah

menjadi sebuah life style yang kian merasuk dan menjadi kebutuhan utama bagi

para penggilanya. Sebagaimana sesuai dengan semboyan Yunani Kuno yang

berbunyi: Orandum est ut sit, men sana in corpore sano yang dapat diartikan

9

10

“semoga hendaknya di dalam badan/tubuh/raga yang kuat bersemayam jiwa yang

sehat”. Sehingga aktivitas olahraga di pandang penting dan berguna bagi

kesehatan setiap manusia yang sering melakukan kegiatan olahraga serta

memiliki kesehatan rohani dan jasmani yang lebih baik, jika dibanding dengan

manusia yang jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan olahraga. Hal ini

senada pula yang diungkapkan oleh Lutan (2013) bahwa “Olahraga adalah proses

sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong,

membangkitkan, mengembangkan dan membina potensi-potensi jasmani dan

rohani seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk

permainan, perlombaan, pertandingan dan kegiatan jasmani yang intensif untuk

memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi puncak dalam rangka

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan

Pancasila, yang di dalamnya mengandung aspek-aspek yang berkaitan dengan

tujuan, perjuangan, kerjasama, persaingan, komunikasi dan integrasi, kekuatan

fisik dan daya tahan mental, kebersamaan, sikap responsif, pengambilan

keputusan, ekspresi diri, nilai kejujuran dan sportifitas”.

Nilai akan begitu pentingnya sebuah aktivitas olahraga perlu dijadikan

sebuah skala prioritas bagi ukuran pembangunan bangsa ini. Kegiatan olahraga

sesungguhnya tidak cukup hanya diidentifikasi ukuran prestasi serta diidentikkan

dengan perolehan medali khususnya emas atau peringkat yang dicapai dalam

event olahraga seperti pekan olahraga nasional (PON) atau pekan-pekan olahraga

yang diselenggarakan secara internasional seperti SEA Games, Asian Games,

akan tetapi arah budaya beraktivitas olahraga lebih dimaknai secara luas yaitu

terkait tingkat kesegaran jasmani manusia suatu bangsa maupun daerah yang

memiliki peran sangat strategis dalam upaya pembentukan dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan suatu bangsa.

Hal ini seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor

3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional Bab I pasal I ayat 4

11

menyebutkan “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,

membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”. Ini berarti

bahwa kegiatan olahraga dilakukan seorang individu untuk membina kesegaran

jasmaninya serta upaya bersosialisasi dengan lingkungannya mengembangkan

segala yang dimiliki melalui aktivitas berolahraga tentunya. Hal ini tentunya

menjadi daya pikat tersendiri bagi para pelaku kegiatan tersebut. Menurut

Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:4) substansi olahraga mencangkup beberapa

hal yakni :

a) adanya kegiatan jasmani (fisik),

b) adanya kegiatan berupa permainan,

c) dilakukan dalam bentuk pertandingan atau perlombaan,

d) sasaran belajar olahraga diartikan pada peningkatan prestasi yang

setinggi-tingginya dalam upaya memenangkan suatu pertandingan atau

perlombaan”.

Dari gambaran di atas jelas memberikan pemahaman bahwa kegiatan

berolahraga selain membina potensi fisik seseorang, dapat pula mendorong

seseorang berpotensi untuk berprestasi dalam suatu nomor olahraga. Dengan

demikian kegiatan/aktifitas olahraga yang dilakukan teratur dan terus menerus

akan dapat membantu meningkatkan kemampuan jasmani dan rohani sekarang

maupun di masa yang akan datang. Untuk itu perlu penanganan melalui sebuah

induk organisasi amatir maupun profesional yang mampu mewadahi sehingga

tujuan berprestasi dapat direncanakan dan dibina sebaik mungkin.

b. Ruang Lingkup Olahraga

Olahraga merupakan cerminan perilaku gerak yang berlangsung pada

manusia. Perilaku gerak yang dilakukan memerlukan hubungan koordinasi yang

amat kompleks, cepat dan halus dari fungsi neurofisiologis-anatomis yang

menyatu dengan fungsi psikologis dalam hubungan fungsional yang amat teratur,

sesuai dengan ciri-ciri biologis pada manusia. Tanpa disadari aktivitas gerak yang

12

dilakukan manusia sehari-hari merupakan bagian dari olahraga, yang merupakan

hasil kerja dari seluruh sistem yang sesuai dan menyatu antara jiwa dan raga,

body and mind, yang tertuang lewat aktivitas fisik. Manusia bergerak (man in

motion) bukan pula hanya disebabkan oleh adanya dorongan secara biologis,

melainkan juga oleh faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan

aktivitas gerak dalam berolahraga, ia mengalami peristiwa fisik dan psikis yang

saling berkaitan sehingga dapat disimpulkan pengaruh olahraga sangatlah besar

terhadap perkembangan psikis yang saling berkaitan erat.

Olahraga sendiri pada dasarnya bersifat netral, namun manusia yang

kemudian mengelola kegiatan serta memberi arti bagi kegiatan tersebut. Karena

itu di Indonesia sesuai dengan fungsi dan tujuannya kita mengenal beberapa

bentuk kegiatan olahraga, seperti olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga

kesehatan dan juga olahraga prestasi. Hal ini yang menjadikan olahraga

merupakan salah satu tujuan dan aset dari pembangunan manusia keolahragaan.

Senada dengan hal tersebut di atas, menurut Undang-Undang Sistem

Keolahragaan Nasional (UUSKN), Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 17 yang

menyebutkan “ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan : a) olahraga pendidikan,

b) olahraga rekreasi, dan c) olahraga prestasi”.

a) Olahraga pendidikan

Olahraga pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mendidik. Dalam

konteks olahraga pendidikan ini merupakan dasar bagi pembangunan olahraga

suatu bangsa. Basis pembinaanya dimulai dan berakar pada lingkungan

keluarga, pendidikan formal, di lingkungan persekolahan, yang berlangsung

di masyarakat secara luas. Hal yang mendasar ini setidaknya dapat mampu

menciptakan iklim kecintaan akan kegiatan olahraga sejak awal lewat

pengenalan-pengenalan cabang-cabang olahraga kepada anak didik.

Olahraga pendidikan sering juga disebut pendidikan jasmani dan olahraga

yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan

13

berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,

kesehatan, dan kebugaran jasmani yang dijumpai pada sekolah-sekolah.

Dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, Nomor 3 Tahun 2005

Bab VI pasal 18 ayat 3 berbunyi “olahraga pendidikan dimulai pada usia

dini”. Olahraga pada anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik

secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya Hal tersebut di atas jelas

menggambarkan bahwa pondasi terciptanya atlet yang akan berprestasi

terletak pada pembinaan atlet usia dini yang berada pada lingkungan keluarga,

sekolah (formal dan non formal), maupun pada klub-klub di lingkungan

masyarakat. Pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan kebijakan

untuk meningkatkan kegiatan olahraga serta meningkatkan prestasi olahraga

harus dimulai dari sekolah dasar (SD). Hal ini senada dengan yang

diungkapkan oleh KeRihi (1998:26) yakni : “Pelajar merupakan gudang bibit

keolahragaan Nasional yang tidak akan habis-habisnya apabila program

olahraga di sekolah secara keseluruhan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya”.

Oleh karena itu, melalui kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga sekolah

yang baik dan bermutu, akan diperoleh hasil pembangunan generasi muda

mendatang yang diharapkan selain cerdas dan terampil adalah juga unggul

dalam prestasi, kompetitif, sehat dan bugar serta bermartabat dengan

mengoptimalkan pembinaan olahraga di sekolah melalui kegiatan

ektrakurikuler tentunya.

b) Olahraga rekreasi

Olahraga rekreasi berkaitan dengan aktivitas waktu luang yang terbebas

dari aktivitas rutin yang bertujuan rekreatif. Olahraga rekreasi sendiri

merupakan kegiatan masyarakat pada umumnya dalam rangka mengisi waktu

senggang yang leluasa dimanfaatkan tanpa paksaan dari luar untuk

beraktifitas untuk memperoleh manfaat seperti peningkatan kebugaran

jasmani, pemeliharaan kesehatan, dan keuntungan lainnya yang bersifat

14

sosial-psikologis yang dibangkitkan oleh partisipasi aktif seseorang secara

teratur dalam suasana kebersamaan dengan orang lain. Esensi dasar dari

waktu luang adalah tempo, kemauan sendiri, fokus pada pemenuhan diri, dan

mencari kepuasaan diri.

Menurut pandangan Miller dan Robinson dalam Kristiyanto (2012:6)

mengungkapkan waktu luang dapat menjadi sebuah tantangan, namun bisa

juga membahayakan. Sebagai tantangan apabila waktunya digunakan untuk

berkarya atau mencari solusi dari persoalan hidup yang dihadapainya. Tetapi

menjadi sangat membahayakan, manakala manusia berinovasi untuk

melakukan sesuatu yang bersifat destruktif. Pandangan di atas tentunya

beralasan dengan melihat keadaan bangsa kita yang cendrung menghabiskan

waktu luang untuk hal-hal yang terkesan negative. Rekreasi seharusnya

dimaknai dengan kegiatan positif yang dilakukan untuk mencapai kepuasan

tersendiri bagi pelakunya termasuk di dalamnya kegiatan berolahraga.

Amanat UU Nomor 3 Tahun 2005 Bab VI pasal 19 ayat 2 menyatakan

bahwa “olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan

pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga”, dan pada Bab

VII pasal 26 ayat 1 yang berbunyi “pembinaan dan pengembangan olahraga

rekreasi dilaksanakan dan diarahkan untuk memassalkan olahraga sebagai

upaya pengembangan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan,

kebugaran, kegembiraan, dan hubungan sosial. Benang merah yang dapat kita

ambil dari beberapa penjelasan-penjelasan di atas bahwa olahraga rekreasi

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kepuasan emosional

(kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan) serta untuk memperoleh kepuasan

secara fisik-fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh,

sehingga tercapainya kesehatan secara menyeluruh serta dapat menggali

potensi untuk berprestasi pada cabang olahraga. Berbagai contoh aktivitas

rekreasi yang bisa dinikmati adalah senam aerobic, jalan sehat, outbond di

15

daerah pegunungan, yang sekiranya dapat bermanfaat bagi kesehatan yang

juga ajang bersosialisasi diri kita dengan lingkungan.

c) Olahraga prestasi

Berbeda dengan olahraga pendidikan dan olahraga rekreasi, olahraga

prestasi tentunya sesuai dengan tujuannya adalah olahraga yang

mengedepankan penguasaan keterampilan yang tinggi dalam suatu cabang

olahraga yang terukur dalam suatu kompetisi berupa gelar juara, rangking

atau bahkan rekor. Artinya untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal,

maka diperlukan upaya dari berbagai pihak yang berupaya untuk

mensinergiskan hal-hal yang dapat membawa pengaruh positif untuk

tercapainya proses dimaksud, seperti dukungan organisasi olahraga yang

sehat, manajemen yang baik serta pembinaan yang berjenjang.

Olahraga prestasi yang diharapkan tentunya harus dilakukan dan dikelola

secara profesional untuk sebuah hasil yang baik. Para olahragawan/atlet yang

mempunyai sasaran untuk mencapai tujuan prestasi itu sendiri, harus memiliki

kebugaran serta keterampilan pada cabang olahraga yang lebih baik

dibandingkan dengan rata-rata non atlet atau mereka yang hanya ingin

mengisi waktu luang saja. Hal ini menjadi suatu alasan yang mutlak melihat

dari perkembangan olahraga prestasi yang belakangan ini tingkat persaingan

sangat begitu kompetitif. Hanya orang yang memiliki keterampilan yang

mumpuni dan ditunjang dengan proses latihan yang lama, maka sebuah

prestasi akan tercapai. Sistem pembinaan olahraga yang baik bukan sistem

pengolahan prestasi yang dipaksakan dalam bentuk instan, yakni sekedar

ingin “merubah bahan baku bagus menjadi barang jadi bagus dalam waktu

sesingkat-singkatnya dengan cara semudah-mudahnya, dan dengan cara

semurah-murahnya” (Kristyanto 2012). Penanganan serius melalui Program

Indonesia Emas (PRIMA) pratama, sentra PPLP, PPLM dan PPLD yang

digalakkan pemerintah saat ini tidak lain bermaksud untuk memaksimalkan

16

program pencapaian prestasi atlet melalui proses pemusatan latihan dan

pembinaan pada salah satu cabang olahraga baik di tingkat nasional maupun

pada tingkat daerah, agar lebih terarah dan teprogram baik.

Cabang olahraga unggulan yang merupakan klasifikasi dari olahraga

prestasi serta menjadi andalan suatu daerah dalam pergelaran event-event

olahraga dalam pengembangannya hendaknya harus memperhatikan berbagai

proses mulai dari pembibitan, pembinaan berjenjang dan bermuara pada suatu

latihan yang terprogram dengan baik, sehingga menjadi pondasi yang kuat

dalam mencapai sebuah hasil yang maksimal. Hasil evaluasi dan analisis

mengenai perkembangan olahraga di berbagai negara menyebutkan bahwa

sejumlah negara yang berprestasi pada cabang olahraga sudah mampu dalam

mengelola para atletnya dengan baik dan proses pembinaan tersebut dilakukan

tidak dalam kurun waktu yang cepat tetapi dengan waktu yang relative lama

dengan intensitas latihan yang sudah terprogram dan dikelola secara baik.

2. Olahraga Atletik

a. Dasar Olahraga Atletik

Olahraga atletik merupakan olahraga yang mendasari dari semua cabang

olahraga yang lain. Atletik mempunyai karakteristik gerakan alami yang paling

mendasar melalui kebiasaan kita sehari-hari seperti: berjalan, berlari, melompat

dan melempar. Secara artimologi kata Atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu

“athlon” atau “athlum” yang mangandung makna pertandingan, perlombaan,

pergulatan atau perjuangan (Purnomo,2007). Di Amerika serta sebagian Eropa

dan Asia sering memakai istilah/kata atletik dengan istilah Track and Field,

negara Jerman memakai kata Leicht Athletik, dan di Belanda memakai kata/istilah

Athletie, sehingga atletik dapat dikembangkan menjadi kegiatan olahraga yang

dapat di perlombakan dalam bentuk jalan, lari, lompat dan lempar dan merupakan

sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan kemampuan

17

biomotor diantaranya kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelenturan, koordinasi,

dan sebagainya (Purnomo 2007:3).

Melihat dari gambaran tersebut di atas sudah sewajarnya apabila atletik

menjadi induk atau mother of sport dari semua cabang olahraga dimana gerakan-

gerakan yang ada dalam atletik, dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga

(Husdarta dan Syarifuddin :1996). Gerak-gerak fundamental yang terkandung

dalam atletik pada hakekatnya sudah dilakukan sejak adanya peradaban manusia

di muka bumi ini. Bahkan gerak tersebut sudah dilakukan sejak manusia

dilahirkan yang secara bertahap berkembang sejalan dengan tingkat

perkembangan, pertumbuhan dan kematangan biologisnya, mulai dari gerak yang

sangat sederhana sampai pada gerakan yang sangat kompleks.

Pada jaman purba, ketika peradaban manusia masih sangat primitif, hukum

rimba masih berlaku dimana yang kuat memakan yang lemah. Untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya manusia saat itu harus bertahan dari gangguan binatang buas

atau harus berburu binatang untuk dijadikan santapan hidupnya atau mencari

makanan berupa umbi-umbian atau buah-buahan. Dalam upaya tersebut mereka

melakukan berbagai ketangkasan seperti: memanjat pohon, melempar, melompat

dan berlari. Mereka harus berjalan bermil-mil jauhnya, kadangkala harus berlari

secepat-cepatnya serta terampil dalam melempar atau melompat untuk

mendapatkan buruannya atau menghindar dari sergapan binatang buas. Gerakan

tersebut merupakan cikal bakal gerakan atletik yang ada sekarang ini. Dan

olahraga atletik yang kita kenal saat ini tergolong sebagai cabang olahraga yang

paling tua di dunia.

Dilihat dari taksonomi gerak umum, atletik secara lengkap diwakili oleh

gerak-gerak dasar yang membangun pola gerak yang lengkap, dari mulai gerak

lokomotor, nonlokomotor sekaligus gerak manipulative (Bahagia, 1996:19). Dari

struktur pola gerak lokomotor, atletik dapat meningkatkan aspek kekuatan,

kecepatan, daya tahan, daya ledak, fleksibilitas dan aspek lainnya. Dihubungkan

18

dengan pola gerak nonlokomotor, atletik mampu mengembangkan aspek

kelentukan serta keseimbangan. Dari pola gerak manipulatif, anak-anak atau pun

para atlet bisa diajarkan kegiatan-kegiatan seperti: melempar, melompat,

melewati rintangan, memanjat dan aspek koordinasi gerak, termasuk rasa kinetik.

Jika dirinci lebih jauh, maka karakteristik gerak dan struktur gerak atletik dapat

diuraikan dalam buku Pedoman Lomba Atletik PB PASI dalam (Zidik,2010)

sebagai berikut:

1. Gerak dasar jalan dapat dilakukan dengan:

a) Jalan cepat ke depan satu garis atau jalan di sebelah dalam garis

menyilang

b) Jalan cepat di atas garis dalam bentuk lurus, berkelok-kelok,

melingkar, persegi

c) Jalan cepat sendiri, berpasangan atau berkelompok

d) Jalan cepat secara berkompetisi atau bermain kejar-kejaran

2. Gerak dasar lari dapat dilakukan dengan :

a) Lari ke depan, ke belakang, ke samping

b) Lari di lintasan lurus dan atau di jalur lintasan tikung

c) Melakukan gerak lari dengan gerakan cepat dan atau lambat

d) Lari yang disertai/sambil bercakap (running conversation pace) dan

atau tanpa suara (silent run)

e) Lari mendaki/naik dan atau menurun

f) Lari berirama (tempo) atau tidak berirama

g) Lari dengan memanfaatkan koordinasi gerak tungkai dan lengan

h) Lari langkah pendek dan terus menerus

i) Lari dilakukan sendiri, berpasangan atau dalam kelompok/grup

j) Lari dengan menggunakan peralatan, melewati rintangan dan atau

melewati gawang

19

k) Lari di lapangan rumput atau pada lintasan lari sintetis, di hutan (cross

country) atau jalan

l) Melakukan gerakan dalam bentuk lari sambung/estafet

3. Gerak dasar lempar dapat dilakukan dengan :

a) Lempar dengan tangan kiri atau tangan kanan atau bahkan oleh

keduanya

b) Lempar ke depan atau ke belakang lewat atas kepala

c) Lemparan dari arah samping kanan atau kiri

d) Lempar dengan gerakan seperti tolak peluru

e) Lempar dari posisi berlutut

f) Lempar arah jauh dan tinggi

g) Lempar melewati, menembus atau masuk ke dalam suatu benda sebagai

sasaran

h) Lempar dengan bola ringan tanpa ekor atau dengan sebuah bola

berekor

i) Lempar dengan simpai atau dengan simpai berekor

j) Lempar dengan ban sepeda bekas, dengan sebuah tongkat/bilah, bola

bandil, peluru, lembing, cakram atau martil

4. Dasar Gerak Lompat dapat dilakukan dengan :

a) Lompat dengan kaki kanan, kiri atau kedua kaki

b) Lompat dari posisi berdiri atau dengan awalan/ancang-ancang

c) Lompat turun dari rintangan, melewati rintangan, masuk ke dalam

rintangan (lingkaran rintangan)

d) Lompat dengan arah jauh, tinggi atau jauh dan tinggi

e) Lompat dengan menggunakan tali atau tongkat

f) Melakukan sekali lompat atau beberapa kali lompat

g) Melakukan lompat dengan tidak berirama atau berirama

h) Lompatan yang dilakukan dengan lurus atau dengan putaran

20

i) Lompatan dari depan, dari samping atau dari ancang-ancang

melengkung/menikung

j) Gerakan dalam bentuk lompat jongkok, gaya gunting, gaya guling atau

gaya flop

k) Geraan lompatan dengan cara sendiri atau berpasangan atau dalam

kelompok/grup

l) Gerakan lompat secara berkompetisi.

Gerakan dasar di atas merupakan bagian terpenting dalam meletakkan

kemampuan gerak atletik agar menjadi terampil, sehingga dapat

mengimplementasikan gerakan pada cabang olahraga dan nomor-nomor atletik

lainnya.

Berbagai gerak dasar tersebut diatas seperti lari, lompat dan lempar dapat

dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang sederhana dan dapat dilakukan

dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Semakin sering dan semakin banyak

melakukan, maka akan semakin banyak peluang bagi seseorang untuk menguasai

gerakan dalam nomor olahraga atletik ini, untuk lebih cepat meningkatkan

kesegaran jasmani, kemampuan fisik, pengalaman gerak, pengayaan gerak,

efisiensi dan efektivitas geraknya serta otomatisasi gerakan seseorang yang ingin

menekuni olahraga atletik. Artinya dengan melihat potensi tersebut, maka

olahraga atletik memiliki peluang untuk dikembangkan melalui pembinaan yang

tersusun melalui sebuah program yang teratur dengan sasaran meraih prestasi

tentunya. Gerakan-gerakan dasar yang secara detail telah di uraikan di atas

hendaknya sedapat mungkin untuk mulai dibelajarkan bagi para atlet sejak usia

dini dalam sasarannya menuju prestasi.

Oleh karenanya, kesempatan sebanyak mungkin untuk membelajarkan dan

mengenalkan olahraga atletik ini sejak usia dini dapat membantu mengarahkan ke

berbagai macam olahraga atletik lainnya, baik nomor jalan, lari maupun nomor

lempar. Hal itu tentu dapat diraih dengan mengoptimalkan model dan

21

perencanaan program pamanduan bakat dan pembibitan yang lebih sistematis dan

terpadu, guna mendukung pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan,

melalui penerapan metode yang tepat dengan memanfaatkan iptek olahraga.

b. Karakteristik Lari Jarak Jauh 10.000 Meter

Lari jarak jauh adalah merupakan lari dengan jarak 3000 m, 5000 m dan

10.000 meter. Untuk jarak antara 3.000 sampai 10.000 meter, dapat dilakukan di

dalam lintasan stadion. Sedangkan cross country dan marathon, lebih cocok

apabila dilakukan di luar ruangan. Gerakan lari jarak jauh pada nomor 10.000

meter ini harus dilakukan dengan gerakan yang sehemat mungkin. Lari dengan

rileks baik secara fisik maupun mental merupakan keharusan bagi pelari jarak

jauh. Ayunan lengan dan gerakan kaki juga dilakukan dengan seringan-ringannya.

Makin jauh jarak lari yang ditempuh makin rendah lutut diangkat, dan langkah

juga makin kecil. Jenis lari jarak jauh adalah menggabungkan kekuatan fisik dan

mental, karena sangat jelas jarak yang ditempuh begitu panjang. Sehingga,

dengan kekuatan mental, maka fokus sang pelari akan tetap terjaga selama

pertandingan. Oleh karenanya diperlukan beberapa teknik dasar yang tentunya

berbeda dengan lari jarak pendek maupun lari jarak menengah yang akan

membantu kesempurnaan dalam berlari. Untuk teknik dasar lari jarak jauh,

gerakan lari dilakukan tidak secara maksimal, kecondongan badan membentuk

sudut ±10°. Ayunkan kedua lengan secara santai beberapa sentimeter di atas

pinggang dan pendaratan telapak kaki menggunakan sisi luar kaki bagian tengah.

Menurut Carr Gerry (1997) mengemukakan bahwa teknik berlari untuk

seluruh nomor lari jarak jauh harus di upayakan suatu teknik rasional dengan

gerak yang menghematkan tenaga. Lari dilakukan dengan badan lebih tegak

daripada sewaktu sprint. Badan hanya sedikit condong kedepan dan kepala seperti

biasa, lurus pada beban. Seperti pada sprint, bahu harus di jaga tetap diam dan

harus menggerakan lengan dalam arah larinya. Jika bahu ikut sedikit bergerak

kian-kemari dengan lengan agak terayun sampai di depan dada, hal itu tidak

22

mengapa. Sebab hal demikian terdapat lebih banyak waktu bagi kerja sama

antara lengan dan kaki. Akan tetapi putaran bahu yang terlalu kuat atau terlalu

aktif, benar-benar harus dicegah, sementara siku tidak boleh di angkat dan harus

di jaga selalu dekat badan.

Lebih lanjut menurut Hans Peter (2009:78-93) faktor-faktor yang

membatasi prestasi pada lari jarak jauh ialah proses pertukaran zat, daya prestasi

peredaran darah, dan jantung. Ketika berlari maka secara alami seorang akan

kehabisan nafas, karena otot-otot membutuhkan oksigen lebih banyak saat

melakukan aktivitas fisik. Selain itu paru-paru juga bekerja lebih keras untuk

menyerap oksigen dari udara. Memiliki pola pernapasan yang efisien saat berlari

akan membuat seorang lebih efisien dalam mendapatkan oksigen ke otot,

sehingga meningkatkan daya tahan dan bisa berlari lebih jauh dan lebih nyaman.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Zidik (2010:18) juga menjelaskan bahwa

setiap pelari jarak jauh juga harus mengembangkan daya tahan umum, juga daya

tahan khusus atas tuntutan energi dari nomor masing-masing. Daya tahan umum

adalah daya tahan aerobic, yang berarti sistem jantung pernapasan (cardio-

repirasi) dapat memenuhi semua kebutuhan oksigen untuk keperluan latihan.

Daya tahan khusus nomor (event specific endurance) adalah kombinasi dari daya

tahan aerobic dan daya tahan anaerobic, dimana sistem jantung pernapasan tidak

mampu memenuhi kebutuhan oksigen latihan. Semakin jauh jarak lomba, seperti

jarak lari 10.000 meter semakin penting daya tahan aerobic bagi daya tahan

khusus nomor ini, dan semakin pendek jarak lomba semakin penting daya tahan

anaerobiknya.

23

Gambar 2.1 : Bentuk Gerakan pelari jarak jauh 10.000 meter

Sumber:http://gambar pelari.com.id

Beberapa hal penting untuk pelari jarak jauh adalah dengan melakukan

latihan secara terus-menerus dengan berlari relatif jarak diperjauh dengan

kecepatan yang hampir konstan tanpa istirahat. Latihan terus menerus digunakan

untuk mengembangkan daya tahan umum dan juga untuk pemulihan, selain itu

melakukan latihan interval dengan himpunan latihan lari (sets of run) atau usaha

untuk kecepatan tempuh, jarak dan interval istirahat ditegaskan. Bila latihan

menekankan pada daya tahan umum, maka yang digunakan adalah latihan

interval ekstensif dan bila penekanan latihan pada daya tahan khusus nomor,

maka latihan interval intensif yang digunakan. Menurut Zidik (2010:21) bahwa

beban latihan biasanya ditentukan oleh parameter-parameter berikut yakni

kecepatan lari atau pace (meter/detik, menit/km, dan lain-lain), volume yang

dapat dijelaskan dengan jarak lari (m, km, mil,) atau waktu detik (detik, menit,

jam) atau jumlah usaha atau jumlah set usaha latihan dan interval antara usaha

yang berbeda-beda atau antara set-set usaha (detik, menit).

Berikut langkah-langkah untuk membantu mengembangkan pola pernapasan

ketika berlari jarak jauh 10.000 meter yakni:

24

1) Bernapas dari mulut

Menggunakan mulut untuk bernapas memungkinkan lebih banyak oksigen

yang masuk dan karbondioksida yang keluar dibandingkan dari hidung. Jika

bernapas menggunakan hidung, otot wajah akan terlihat mengencang dan tegang.

Sedangkan napas melalui mulut ketika berlari akan mendorong otot-otot wajah

untuk rileks, sehingga menciptakan ketenangan dan lebih santai. Jika sudah

merasakan kehabisan napas maka aktivitas berlarinya akan diperlambat.

2) Sering gunakan pernapasan perut

Bernapaslah dari perut atau diafragma dan jangan bernapas dengan dada. Cara

melatihnya dengan berbaring terlentang dan melihat gerakan perut saat bernapas.

Jika seorang bernapas dengan benar, maka perut naik dan dada turun setiap napas,

sementara dada kurang bergerak. Lakukan teknik ini saat berlari.

3) Mengambil napas pendek dan dangkal

Menarik napas terlalu panjang dan dalam bisa membuat seseorang tidak

mampu berlari jauh atau lama, untuk itu bernapaslah pendek secara dangkal

sehingga lebih mudah mengatur napas.

4) Lakukan napas dengan berirama

Hal utama yang perlu diingat adalah sebaiknya menarik dan mengeluarkan

napas secara konsisten atau berirama, terlepas dari seberapa cepat seseorang

berlari.

5) Dengarkan napas

Gunakan telinga untuk mengontrol pernapasan. Jika mendengar napas mulai

terengah-engah maka kurangi kecepatan berlari, jika sudah mulai stabil bisa

secara perlahan ditingkatkan kecepatannya. Bernapas sangat penting untuk sang

pelari jarak jauh, yang dibutuhkan adalah bertahan tetap berlari dan kecepatan

bukan hal yang utama.

Dengan melihat perbedaan kebutuhan sistim energy yang sangat

dibutuhkan bagi seorang pelari jarak jauh 10.000 meter diatas, maka diperlukan

25

penanganan serta proses me-manage yang serius yang dimulai dari proses

perencanaan penyusunan model latihan yang lebih baik lagi, sehingga dapat

membawa ekspetasi lebih bagi kemajuan prestasi atlet lari jarak jauh 10.000

meter sebagai sebuah nomor harapan bagi masyarakat di provinsi Nusa Tenggara

Timur dalam mendulang keberhasilan kelak nantinya. Dari segi topografi keadaan

permukaan tanah di sebagian pulau di NTT sebagian besar merupakan daerah

bergunung dan berbukit dengan kemiringan rata-rata di atas 50 %. Adaptasi gerak

berjalan dan berlari yang dilakukan di daerah bergunung dan berbukit berdampak

pula pada perubahan fungsi organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas gerak.

Jarak tempuh rumah dengan sekolah, rumah dengan tempat ibadah, rumah dengan

kebun, rumah dan mata air dan antar-kampung, mengakibatkan seluruh aktivitas

gerak harus di tempuh dengan berjalan atau berlari. Hal ini tentunya menjadi

sebuah faktor pendukung bagi para atlet lari jarak jauh 10.000 meter untuk

berprestasi maksimal dengan melihat aktifitas gerak serta topografi wilayah yang

mampu membentuk para atlet secara alamiah.

c. Pembinaan Nomor Lari Jarak Jauh 10.000 Meter

1) Pola Pembinaan Olahraga

Peran ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam bidang

olahraga telah terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

kemajuan serta perkembangan suatu nomor olahraga maupun cabang olahraga

itu sendiri. Oleh karena itu sistem pembinaan olahraga di Indonesia harus

dilakukan melalui pendekatan ilmiah, disesuaikan dengan kemajuan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejatinya bahwa dalam

pelaksanaan pembinaan olahraga untuk mencapai prestasi yang optimal dan

maksimal, perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu. Aspek-aspek

yang terkait dalam pembinaan olahraga menurut Soeharsono dalam Yusuf

Hadisasmita dan Syarifudin (1991:87) di antaranya adalah:

1. Aspek Olahraga, meliputi pembinaan fisik, pembinaan teknik,

26

pembinaan taktik, kematangan bertanding, pelatih dan program latihan

serta evaluasi.

2. Aspek Medis, meliputi fungsi organ tubuh (jantung, paru-paru, syaraf,

otot dan indera lainnya), gizi, cidera, dan pemeriksaan medis.

3. Aspek Psikologi, meliputi ketahanan mental, kepercayaan diri,

penguasaan diri, disiplin dan semangat juang, ketenangan, ketekunan,

kecermatan serta motivasi.

Sangat kompleksnya permasalahan pembinaan olahraga prestasi dewasa

ini, maka strategi pembinaan olahraga ini perlu ditangani secara professional,

baik dalam manajemen maupun tenaga-tenaga keolahragaannya. Karakteristik

utama dari pembinaan olahraga prestasi selalu berorientasi jauh ke depan

untuk mencapai prestasi tinggi ke taraf Internasional. Perencanaan tersebut

dapat dikembangkan dengan baik, apabila ditunjang dan ditumbuh

kembangkan dalam satu sistem pembinaan yang mantap, yang terorganisir

untuk penyelenggaraan pembinaan olahraga secara terpadu dan

berkesinambungan. Sistem itu sendiri mencerminkan sebuah model atau

replikasi dari keterkaitan beberapa unsur yang komplek secara sederhana.

Sistem pembinaan olahraga yang sudah dikenal adalah sistem yang lazim

disebut dengan sistem piramida. Sistem pembinaan berdasarkan piramida

adalah suatu pembinaan olahraga yang berjenjang dari lapisan bawah yaitu

pemassalan, kemudian dilanjutkan secara berkesinambungan ke lapisan

tengah, pembibitan, terus berjenjang ke atas ke puncak piramida, pembinaan

prestasi. Sistem ini menekankan partisipasi yang meluas atau massal dari

kalangan warga usia muda, serta partisipasi massal ini merupakan dasar atau

fondasi dari sistem pembinaan. Jenjang pembinaan olahraga prestasi dari

sistem piramida tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

27

Gambar 2.2 Piramida Pembinaan Olahraga

(Sumber: Kebijaksanaan Depdikbud Olahraga di Kalangan Pelajar Jakarta, 1996)

Bertitik tolak dari sistem pembinaan olahraga tersebut di atas, maka sejak

awal sampai di capainya prestasi puncak diperlukan waktu lebih kurang 10

tahun. Oleh Karena itu, pembinaan atlet harus dimulai pada usia muda, agar

puncak prestasi dapat dicapai pada usia sekitar 20 tahunan (Soeharsono,

1991:2). Proses pembinaan atlet atletik selanjutnya menurut Soeharsono

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2: Klasifikasi Atlet Berdasarkan Umur Pada Pembinaan Jangka 10

Tahun

N

No Katagori Umur

1

1 PEMULA Sampai 14 tahun

2

2. JUNIOR 14-17 tahun

PRESTASI PRESTASI

TAHAP LATIHAN

PEBINAAN

TAHAP PEMBIBITAN

TAHAP PEMASSALAN

SPESIFIKASI

MULTILATERAL

28

3

3. DEWASA 17-20 tahun

4

4 SENIOR 20 tahun-ke atas

Sumber: (Soeharsono dalam Hadisasmita dan Syarifudin,1996).

Selanjutnya khusus untuk cabang olahraga atletik Fallak dalam

Hadisasimita (1996:59) mengklasifikasikan usia pencapaian prestasi atletik

antara lain :

Tabel 2.3 : Usia Pencapaian Prestasi Nomor Atletik

N

No Nomor Atletik

Umur (Tahun) Stabilisasi

Prestasi

Puncak Sukses

pertama

Prestasi

Optimum

1. Lari

100 m 19 – 12 22 – 24 25-26

200 m 19 – 21 22 – 24 25-26

400 m 22 – 21 24 – 26 27-28

800 m 23 – 24 25 – 26 27-28

1500 m 23 – 24 25 – 27 28-29

5000 m 24 – 25 26 - 28 29-30

10.000 m 24 – 25 26 – 28 29-30

Marathon 25 – 26 27 - 30 31-35

Gawang 22 – 23 24 – 26 27-28

2. Jalan Cepat

20 km 25-26 27-29 30-32

50 km 26-27 28-30 31-35

3. Lompat

Tinggi 20-21 22-24 25-26

Galah 23-24 25 -28 29-39

Jauh 21-22 23-25 26-27

Jangkit 22-23 24-27 28-29

4. Lempar /Tolak

Peluru 22-23 24-25 26-27

Cakram 23-24 25-26 27-28

Lembing 24-25 26-27 28-29

Martil 24-25 26-30 31-32

Sumber: (Fallack dalam Hadisasmita dan Syarifudin,1996)

29

Melihat perincian umur untuk memulai latihan serta tingkat pembinaan

yang diungkapkan oleh Heinz Fallak di atas, maka sangat memungkinkan

bahwa beberapa cabang olahrga dan nomor-nomor dalam atletik khususnya

pada nomor lari 10.000 meter akan mampu mencapai golden age pada umur

20 tahun, bahkan dapat lebih cepat dicapai sebelumnya termasuk lari jarak

jauh.

Pembinaan jangka waktu sepuluh tahun tersebut, hendaknya dilakukan

dengan sistem bertahap maju berkesinambungan sehingga dapat

menampikkan hasil dari sebuah prestasi yang maksimal.

2) Seleksi

Seyogianya atlet akan mampu mencapai puncak prestasi sekitar umur 20

tahun. Usia untuk mencapai prestasi puncak ini disebut Golden Age (Usia

Emas). Oleh karena itu golden age hendaknya dipakai sebagai target

pembinaan jangka waktu 10 tahunan (Soeharsono dalam Hadisasmita

1991:91). Tanpa adanya target, sulit untuk mengukur dan mengevaluasi

keberhasilan pembinaan. Dengan target usia emas umur 20 tahun dan lamanya

pembinaan selama 10 tahun, maka secara teoritis atlet sudah mulai dilatih

sejak umur 10 tahun atau dalam usia muda. Hal ini menandakan bahwa

penyeleksian untuk pembibitan atlet harus sudah dimulai sejak usia muda,

usia dimana berada pada bangku SD dan SLTP. Ini merupakan indikasi bahwa

pada usia muda si anak mempunyai kadar fleksibilitas yang tinggi, kondisi

fisik dan mentalnya sedang berada dalam keadaan stabil dan motivasinya

untuk berolahraga tinggi, sehingga memungkinkan untuk dapat meningkatkan

kemampuannya ke arah yang lebih tinggi, serta di dalam mengambil

keputusannya dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Hal ini senada yang

diungkapkan oleh Tangkudung (2012 :34) bahwa seleksi dan pembibitan yang

dimulai pada usia muda lebih menguntungkan karena beberapa faktor, antara

lain:

30

1. Kemampuan/bakat yang terseleksi akan berkembang lebih subur

2. Organ tubuh, seperti: jantung dan paru-paru, kemampuan aerobic dan

anaerobiknya telah dikembangkan sejak dini.

3. Otot, fleksibilitas dan kekuatan otot lebih mudah dikembangkan

sehingga kemampuan otot akan menjadi lebih baik.

4. Indera dan syaraf, mulai dilatih dan dipacu sejak dini sehingga aksi

reaksi akan terbina.

5. Pertumbuhan tubuh akan selaras

Oleh karena itu, kemampuan para pengurus organisasi dan manajemen

induk cabang olahraga sangat dibutuhkan terkait dalam membuat serta

melaksanakan seleksi dengan instrumen yang valid jika menginginkan atau

mendapatkan atlet yang tangguh. Dalam tahapan seleksi di samping

menggunakan tes, obyektif, juga tes subyektif (berdasarkan penilaian pelatih

yang ahli), dapat pula melalui pengamatan pada perlombaan serta kejuaraan-

kejuaraan, yang sekiranya dapat dibina guna melahirkan atlet-atlet tangguh di

daerah.

3. Organisasi Olahraga

a. Dasar Organisasi

Pada hakikatnya bahwa organisasi merupakan upaya mempersatukan

sumber-sumber daya pokok dengan cara yang teratur dan mengatur orang-orang

dalam pola yang sedemikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-

aktivitas guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Secara etimologis kata organisasi berasal dari bahasa Yunani. Yang berati

organon atau alat yang bermakna suatu kelompok orang dalam suatu wadah

untuk tujuan bersama (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke 2). Menurut

Martoyo (1988) Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan antara dua orang

atau lebih yang bekerja sama secara formal dalam suatu ikatan, di mana selalu

terdapat hubungan seseorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

31

Selanjutnya diperkuat oleh Hasibuan (2001:126) yang mendefinisikan sebagai

berikut organisasi adalah suatu sistem perserikatan berstruktur dan terkoordinasi

dari sekelompok orang yang bekerja sama secara terorganisasi dan terbentuk

struktur kepemimpinan dengan suatu program tersebut melalui manajemen yang

bagus. Senada dengan pengertian para ahli di atas, Siagian (1996)

mengungkapkan bahwa organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua

orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka

pencapaian sesuatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana

terdapat seorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau

sekelompok orang yang disebut bawahan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik benang merahnya

bahwa organisasi merupakan suatu bentuk persekutuan yang terbentuk dalam

struktur kepemimpinan dimana ada beberapa orang yang di sebut pimpinan dan

beberapa orang disebut bawahan yang bekerja sama dalam suatu sistem untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan itulah yang disebut dengan organisasi.

Demikian juga yang terdapat dalam organisasi olahraga atletik (PASI) di mana

memiliki konsep yang sama dengan organisasi yang lain, sehingga dalam

perkembangan atletik pada PASI NTT keberadaan organisasi sangatlah penting

sebagai dasar dari tujuan di bentuknya organisasi yang memiliki sasaran yang

tepat guna, menunjang proses perkembangan serta kemajuan olahraga atletik

khususnya pada nomor lari jarak jauh di PASI NTT secara baik dan berstuktur.

Dasar dari sebuah organisasi di bentuk adalah berkaitan dengan tujuan dan

harapan yang ingin dicapai. Organisasi PASI keberadaannya sangat jelas

diperlukan dalam mewadahi langsung pembinaan nomor olahraga andalan bagi

kemajuan pembangunan olahraga prestasi di Nusa Tenggara Timur malalui proses

pengelolaan semua unsur di dalamnya secara profesional. Organisasi dalam

olahraga memiliki peran strategis terutama untuk memudahkan pelaksanaan

berbagai aktifitas olahraga dalam mencapai suatu tujuan. Terbatasnya

32

kemampuan manusia dalam melakukan pekerjaan mengharuskan manusia untuk

membagi pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab. Dengan adanya pembagian kerja,

tugas, dan tanggungjawab, maka terbentuklah suatu kerjasama dan keterikatan

formil dalam suatu organisasi. Sejalan dengan itu, maka menurut Razali (2003:3)

mengatakan bahwa organisasi olahraga memiliki tiga aspek fundamen yang dapat

terlihat dari fungsinya yakni:

a. Organisasi olahraga sebagai wadah yaitu tempat kegiatan organisasi klub

olahraga tersebut untuk melakukan berbagai macam kegiatan-kegiatan

admnistrasi dan manajemen untuk tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

(pembinaan serta peningkatan prestasi atlet dari tiap kecabangan atau nomor

olahraga), sehingga bersifat relatif statis. Setiap organisasi perlu memiliki

suatu pola dasar struktur organisasi yang relatif permanen. Dengan semakin

kompleksnya tugas-tugas yang harus dilaksanakan seperti berubahnya

tujuan, pergantian pimpinan, beralihnya kegiatan semuanya merupakan

faktor yang menuntut adanya perubahan dalam struktur suatu organisasi.

b. Organisasi sebagai jalinan hubungan kerja, artinya melalui organisasi akan

terlihat garis hubungan kerja antara satu bagian dengan bagian lainnya yang

tergambar dalam bagan organisasi. Dengan memiliki empat buah komponen

dasar, yakni: pekerjaan yang dibagi-bagi; orang-orang yang ditugaskan

untuk melaksanakan pekerjaan yang dibagi tersebut; lingkungan dimana

pekerjaan dilaksanakan; hubungan antara kelompok kerja satu dengan

kelompok kerja yang lain (Terry dalam Harzuki,2012).

c. Organisasi olahraga sebagai suatu proses artinya bagaimana suatu

rancangan kerja organisasi tersebut dapat dilaksanakan sebagai proses

interaksi antara orang-orang di dalam organisasi tersebut. Oleh karenanya

organisasi sebagai proses jauh lebih dinamis sifatnya dibandingkan dengan

organisasi sebagai wadah. Dalam konteks organisasi sebagai proses ini

mengacu pada hubungan formal maupun informal. Hubungan formal dalam

33

organisasi pada umumnya telah diatur dalam dasar hukum pendirian

organisasi dan pada struktur organisasi serta hierarki yang terdapat dalam

organisasi. Hubungan formal itu biasanya tergambar dalam bagan orgaisasi

sesuai dengan dasar hukum yang ditentukan. Hubungan informal sendiri

mencakup hubungan yang tidak diatur di dalam dasar hukum pendirian

organisasi, tidak juga terlihat dalam strutur organisasi maupun dalam bagan

organisasi.

Sejalan dengan itu Slack Trevor (1997) mengungkapkan bahwa tolak ukur

sebagai pilar utama keberhasilan pembinaan olahraga prestasi suatu

cabang/nomor olahraga lainnya adalah berkaitan dengan seberapa sehat organisasi

olahraga yang bersangkutan dengan beberapa indikator yaitu (a) tingkat kepuasan

anggota terhadap layanan organisasi (b) stuktur formal minimal organisasi

terbangun sesuai AD/ART dan terlaksana fungsi manajemen sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi (c) jumlah curahan waktu pengurus serta kompetensi, komitmen

dan kepedulian dan (d) faktor kepemimpinan sesuai dengan pola komunikasi dan

budaya daerah.

Sejatinya bahwa secara keseluruhan bahwa organisasi dari sebuah induk

kecabangan olahraga baru akan memberikan makna apabila didalamnya terjadi

dan berlangsung kegiatan kerja. Nilai suatu organisasi tergantung pelaku

organisasi itu sendiri dalam memainkan perannya menjalankan setiap program

untuk sebuah tujuan. Dalam upaya meningkatkan prestasi atlet melaui nomor

olahraga unggulan, maka kinerja organisasi keolahragaan harus ditingkatkan

kualitasnya baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pengembangan olahraga

prestasi memerlukan keterlibatan semua elemen terkait, mulai dari atlet, pelatih,

organisasi olahraga, manajemen, keterlibatan pemerintah daerah serta unsur-unsur

lainnya yang saling bersinergi satu dengan yang lainnya dalam merumuskan hal-

hal tersebut di atas dengan mengedepankan prinsip-prisip dasar organisasi sebagai

dasar pijakan bagi PASI dalam menjalankan roda organisasi olahraga ini secara

34

sehat dan dapat dipertanggung jawabkan dalam rencana serta pelaksanaan

kegiatannya.

Mulyono (2008:135) mengungkapkan prinsip dasar pelaksanaan sebuah

organisasi adalah dengan memperhatikan beberapa makna substansial antara lain

a. Prinsip perumusan tujuan

Sebelum suatu organisasi/badan/lembaga, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah membuat tujuan dibentuknya

organisasi/badan/lembaga tersebut. Tujuan yang dibuat haruslah sangat

jelas karena tujuan tersebut yang akan menentukan hal-hal yang harus

diperbuat atau dilakukan oleh organisasi yang telah terbentuk tersebut.

b. Prinsip pembagian kerja

Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi harus dilakukan pembagian

tugas/kerja/unit untuk menghindari kemungkinan adanya pekerjaan

yang tertumpuk dan terjadinya kelalaian dalam pekerjaan pada sebuah

unit kerja organisasi

c. Prinsip pendelegasian kekuasaan/wewenang

Dalam menjalankan kegiatan,suatu unit diberi kekuasaan untuk

melaksanakan tugas-tugasnya agar dapat dimintai pertanggung

jawaban.

d. Prinsip tingkat pengawasan

Berjalannya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah

ditentukan, harus dipastikan untuk selalu menjalankan dan

melaksanakan sistem pengawasan, karena jika sistem pengawasan

tidak ada maka tidak mungkin sebuah organisasi dapat mencapai

tujuannya dengan maksimal. Oleh karenanya, pembuatan organisasi

harus memperhatikan aspek dari kemudahan sistem pengawasan.

e. Prinsip rentang manajemen

35

Dalam suatu organisasi perlu diperhatikan efektivitas dan efisiensi dari

seorang pemimpin yang dapat membawahi beberapa orang yang

dibawahinya sehingga seorang pemimpin dapat melakukan tugas

kepemimpinannya secara efektif, efisien dan maksimal serta dapat

melakukan tugas pengawasan secara optimal.

f. Prinsip kesatuan perintah

Dalam menjalankan sebuah organisasi, seorang bawahan biasanya

mempunyai seorang bos atau atasan. Dari bos tersebutlah kita

menerima perintah dan kepada bos tersebutlah kita memberikan

laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan pekerjaan kita.

g. Prinsip kordinasi

Prinsip kordinasi adalah usaha untuk mengarahkan seluruh kegiatan

unit-unit organisasi agar tertuju pada pencapaian tujuan organisasi

secara keseluruhan. Adanya pembagian tugas kepada unit-unit kerja

tersebut terkadang tanpa disadari menimbulkan kecenderungan untuk

memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Untuk itu,

koordinasi diperlukan agar terhindar dari sebuah konflik dengan

mengurangi duplikasi tugas, mengurangi pengangguran, dan

memperkuat kerjasama.

Lebih lanjut menurut menurut Harsuki (2012:117) yang dimaksud dengan

organisasi yang baik adalah suatu organisasi yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a) Terdapat tujuan yang jelas

b) Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam

organisasi.

c) Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam

organisasi.

d) Adanya kesatuan arah.

36

e) Adanya kesatuan perintah.

f) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab

seseorang.

g) Adanya pemberian tugas.

h) Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin.

i) Pola dasar organisasi harus relatif permanen.

j) Adanya jaminan jabatan (security of tenure).

k) Balas jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal

dengan jasa yang diberikan.

l) Penempatan orang harus sesuai dengan keahliannya.

Selain itu, menurut Jerome Quartyerman dalam Harsuki (2012:119)

mengungkapkan ciri-ciri organisasi yang baik adalah:

a) Suatu koleksi dari individu maupun kelompok

b) Berorientasi pada tujuan

c) Struktur yang tepat

d) Koordinasi yang tepat

e) Batas-batas yang teridentifikasi

Sebuah makna besar dari dasar berorganisasi yang secara gamblang telah

diuraikan di atas sejatinya merupakan ramuan serta dasar pijakan bagi

penyelenggaraan kegiatan sebuah organisasi di dalam memainkan perannya

sebagai sebuah wadah dimana berlangsungnya seluruh proses kegiatan-kegiatan

kerja yang menjadi misi dari organisasi tersebut dibentuk serta menjadi jalinan

kerja antara masing-masing personal di dalam sebuah sistem. Sejalan dengan hal

itu maka hadirnya PASI sebagai salah satu institusi olahraga juga dituntut untuk

memainkan perannya dalam upaya menata sebuah nomor olahraga menjadi lebih

baik tidak hanya pada persoalan prestasi namun pula dari sisi administrasi

tentunya.

b. Bentuk-Bentuk Organisasi

37

Karena organisasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, yang

menyesuaikan dengan kedinamisan masyarakat, maka dewasa ini dikenal empat

macam bentuk organisasi. Menurut (Harzuki 2012) masing-masing bentuk

organisasi mempunyai kekuatan atau kebaikan dan kelemahan masing-masing.

Keempat bentuk organisasi tersebut ialah :

a) Organisasi Lini (line organization)

Organisasi lini memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut :

organisasinya sederhana (kecil), jumlah karyawannya masih sedikit,

pemilik umumnya menjadi pimpinan tertinggi dari organisasi, hubungan

kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung, tingkat spesialisasi

yang dibutuhkan masih sangat rendah, semua anggota organisasi masih

kenal satu sama lain, tujuan yang hendak dicapai masih sederhana, alat-

alat yang digunakan masih sederhana, struktur organisasi masih sederhana

dan produksi yang dihasilkan belum beraneka ragam.

b) Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization)

Organisasi lini dan staf mempunyai ciri-ciri sebagai berikut bahwa

organisasinya besar dan kompleks, jumlah karyawannya banyak,

hubungan kerja yang bersifat langsung dan terdapat dua kelompok besar

di dalam organisasi, yakni sekelompok orang yang melaksanakan tugas-

tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tujuan, orang-orang yang

sifat tugasnya menunjang tugas-tugas pokok baik karena keahliannya dan

bersifat menasehati maupun yang memberikan jasa-jasa kepada unit-unit

operasional dan spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan

dipergunakan secara maksimal.

c) Organisasi Fungsional (Fungctional Organization)

Organisasi fungsional adalah organisasi yang di dalamnya tidak terlalu

menekankan pada hierarki structural, akan tetapi lebih banyak didasarkan

pada sifat dan macam fungsi yang dijalankan. Bentuk oraganisasi ini tidak

38

pernah mencapai tingkat popularitas yang tinggi, meskipun lazim

digunakan oleh organisasi-organisasi tertentu seperti seperti toko serba

ada, department store,dll.

d) Organisasi Tipe Kepanitiaan (Committee Type of Organization)

Bentuk organisasi ini adalah bentuk dimana pimpinan dan para

pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia.

Artinya pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsure pimpinan menjadi

panitia dan para pelaksana dibagi-bagi dalam kelompok-kelompok yang

bersifat kelompok kerja (task force). Bentuk ini tidak populer, karena

memiliki ciri-ciri sebagai berikut yakni tugas kepemimpinan dilaksanakan

secara kolektif oleh sekelompok orang, semua anggota pimpinan

mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang sama, para

pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas yang harus dilakukan

dalam bentuk kelompok kerja.

Organisasi PASI sendiri merupakan bentuk organisasi nirlaba (Nonprofit

Organization) sama halnya dengan induk-induk organisasi olahraga lainnya yang

dalam kepengurusannya para anggota eksekutif yang sukarelawan sering kali

diberi tugas sebagai anggota badan direktur atau komite eksekutif (Executive

Commite), dalam membuat keputusan kebijakan tentang pengarahan pada

kegiatan olahraga dan mempercayakan pada staf yang digaji guna melaksanakan

dan memberi evaluasi pada kebijakan tersebut. Oleh karenanya organisasi

nonprofit ini dituntut utuk lebih mengedepankan loyalitas serta dedikasi yang

tanpa pamrih dari para pengurus untuk senantiasa bahu membahu dalam

mengoperasikan roda organisasi olahraga ini sejajar dan maju dengan bentuk

organisasi-organisasi lainnya.

c. Pengelolaan organisasi PASI

Pentingnya pengelolaan organisasi olahraga akan menjadi penentu dalam

menunjang potensi dan prestasi atlet di daerah. Keberhasilan prestasi olahraga

39

tidak hanya ditentukan oleh atlet dan pelatih saja akan tetapi juga faktor non

teknis yaitu tata kelola organisasi olahraga yang sehat dengan program kerja yang

jelas dan transparan. Manfaat dan pentingnya pengelolaan yang baik merupakan

pondasi bagi pengembangan setiap organisasi, baik organisasi pemerintah,

perusahaan, serikat pekerja dan organisasi pengusaha.

Dengan pengelolaan yang baik, mengindikasikan bahwa organisasi telah

memenuhi persyaratan dan memiliki perangkat minimal untuk memastikan

kredibilitas, integritas dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan,

membuat keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang

merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota.

Pengelolaan sebuah organisasi bukan hanya pemimpin yang menjalankan,

tetapi juga para anggota dan pihak-pihak yang bersangkutan dengan organisasi

tersebut. Dalam pengelolaannya terdapat dua hal yang harus diperhatikan

Pertama, prinsip pengelolaan (prinsip manajemen) yaitu bagaimana memimpin

orang-orang. Kedua, prinsip mengorganisasi kegiatan yang menyangkut orang-

orang yang dipimpin tersebut (prinsip organisasi). Kedua prinsip tersebut saling

memperkuat dan mempunyai dasar yang sama dalam pengelolaan kerja kelompok

individu yang terlibat dalam suatu organisasi. Dalam menjalankan organisasi juga

harus memperhatikan kelemahan dan kelebihan yang terdapat dalam organisasi

tersebut yang mungkin dapat menghambat kinerja organisasi, maka diperlukan

analisis yang tepat agar kinerja yang dilakukan pun dapat berjalan lancar. Teknik

pengorganisasian adalah usaha sadar yang dilakukan organisasi, dengan

menggunakan daya analisis untuk menelaah kelemahan-kelemahan dalam

keefektifan dan koordinasi organisasi dalam mencapai tujuan, dan mencari

strategi dan serangkaian kegiatan untuk mengatasinya (James E. 1990).

Sejalan dengan hal tersebut di atas maka pengelolaan organisasi

keolahragaan yang bermuara pada pencapaian prestasi, secara tegas telah tertuang

pula pada PP No.16 Tahun 2007 pasal 90 tentang Standar Pengelolaan Organisasi

40

Keolahragaan, yang mana wajib memiliki persyaratan: (a) akta pendirian yang

bersifat autentik atau yang dilegalisasi; (b). Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga; (c). Nomor Pokok Wajib Pajak; (d). struktur dan personalia yang

kompeten; (e). rencana dan program kerja; (f). sistem administrasi dan

manajemen organisasi keolahragaan; (g). pelatihan dan pembinaan berjenjang dan

berkelanjutan; (h). kompetisi atau kejuaraan yang diselenggarakan atau diikuti;

(i). sistem kesejahteraan pelaku olahraga; dan (j). kode etik organisasi.

Senada dengan itu, James (1990) mengungkapkan dalam mengelola sebuah

organisasi olahraga, maka output yang dihasilkan haruslah baik, sebagaimana

lazimnya sebuah organisasi yang menginginkan yang terbaik untuk sebuah

proses yang sudah dilaksanakan semaksimal mungkin. Untuk memulai sebuah

hasil yang maksimal dibutuhkan input yang baik untuk pengembangan organisasi.

Input yang baik seperti masukan, kritik dan saran, hasil penelitian, hasil seminar,

dengan modal input inilah seorang pemimpin dapat menentukan visi dan misi

organisasi secara maksimal. Setelah input sudah terpenuhi langkah yang harus

dilakukan yaitu,

a) Proses awal

proses menyamakan pengetahuan dari seluruh pengurus organisasi

tentang pemahaman keorganisasian, yang selanjutnya akan membahas

mengenai visi dan misi organisasi, program kerja, serta peraturan

dalam organisasi.

b) Proses pengelolaan organisasi,

proses operasional organisasi yang telah disepakati seluruh pengurus

organisasi.

Melihat dengan penjelasan tersebut di atas dapat ditarik benang merah

bahwa pentingnya pengelolaan organisasi akan menciptakan sebuah struktur

organisasi yang dapat dianggap sebagai sebuah kerangka yang merupakan titik

pusat, sehingga manusia dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.

41

Dengan kata lain salah satu bagian penting tugas pengelolaan organisasi adalah

mengharmoniskan suatu kelompok orang-orang yang berbeda, mempertemukan

berbagai macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang

kesemuanya itu menuju ke suatu arah tertentu. Harapannya adalah dapat

dicapainya sinergi, yang berarti tindakan-tindakan simultan unit individual yang

bersama-sama menghasilkan suatu efek total akan sebuah rancangan maupun

perencanaan.

Pengelolaan organisasi PASI di tingkat pusat sendiri sebagaimana yang

telah di atur dalam AD/ART PASI dalam Kongres Luar Biasa PASI tahun 2007

dengan nomor 03/KLB PASI/IX/2007, dalam implementasinya mengacu kepada

beberapa bagian penting yakni 1) pengelolaan kesekretariatan yang meliputi

rangkaian penataan terhadap pekerjaan perkantoran, surat menyurat dan

dokumen-dokumen dalam rangka menunjang kelancaran pencapaian tujuan

organisasi. 2) Pengelolaan SDM organisasi yang terdiri atas pengurus, pelatih,

atlit serta tenaga medis. Pada tingkat pusat struktur kepegurusan sekurang-

kurangnya terdiri atas (ketua kehormatan, ketua umum, ketua bidang organisasi,

pembinaan, usaha dana, penelitian dan pengembangan, bidang hubungan luar

negeri, sekretaris umum, wakil sekretaris, bendahara, serta 11 komisi yang

terjabar dengan tugas dan fungsi pokoknya.3)pengelolaan dana yang merupakan

upaya untuk mengkoordinasikan serta mengarahkan pengumpulan dana untuk

menunjang pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga atletik Indonesia. 4)

pengelolaan sarana dan prasarana yang bertujuan untuk menunjang kegiatan

pembinaan dan perlombaan dalam rangka upaya meningkatkan prestasi atletik

nasional. Adapun struktur pengolahan organisasi yang tertuang melalui bagan

yang dimiliki oleh PB PASI yakni :

Tabel 2.4. : Struktur Organisasi PB PASI

Ketua Kehormatan

42

(Sumber: AD/ART PB.PASI 2007)

Dalam proses perkembangan olahraga atletik pada PASI NTT harus

sudah membentuk, mengatur anggota-anggota tersebut agar dapat berjalan dengan

baik dan berstruktur. Hal ini seperti yang tertuang melalui tugas pokok serta

fungsi dari masing-masing bidang dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.5. : Tugas Dan Fungsi Kepengurusan PB PASI

N

No Nama Bidang Tugas Dan Fungsinya

1

1.

Ketua Umum Merupakan pemegang amanat Kongres tertinggi dalam

Pengirus Besar PASI .

Merumuskan kebijaksanaan di bidang pembinaan dan

pengembangan olahraga atletik di Indonesia.

2

2.

Sekteraris

Umum

Mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempertanggung

jawabkan kegiatan kesekretariatan Pengurus Beasar PASI

Melaksanakan tugas-tugas harian ketua umum pengurus

Ketua Umum

Bendahara Sekretaris Umum

Ketua Bidang

Organisasi &

Provinsi

Ketua Bidang

Pembinaan

Ketua Bidang

Usaha Dana

Ketua Bidang

Penelitian &

Pengembangann

Ketua Bidang

Hubungan Luar

Negeri

Wakil Sekretaris

Umum

Komisi Humas

Komisi

Pembinaan

Komisi

SarPras

Komisi Pelatih

Komisi

Hukum

Komisi

Perlombaan &

Perwasitan

Komisi

Atlet

Komisi Data

Statistik

Komisi

Wanita

Komisi

Medis

Komisi

Pembibitan&

Pemassalan

43

besar PASI.

3

Bendahara Menyusun rencana anggaran PB PASI bekerja sama

dengan semua bidang dana komisi Pengurus Besar PASI.

Mengkoordinasikan pengeluaran sesuai degan rencana

kerja dan anggaran PB PASI yang telah disetujui.

5

4

Komisi

Pembinaan

Menyusun rencana kerja dan program kegiatan dalam

rangka pemasyarakatan.

Menyususn program-program pembinaan sebagai acuan

bagi pelaksanaan pembinaan di provinsi-provinsi.

6

5.

Bidang

Organisasi dan

Provinsi

Menyusun rencana dan program kerja PB PASI mengenai

bidang organisasi dan provinsi.

Menyusun laporan bidang penelitian dan pengembangan

secara periodik.

7

6.

Bidang Usaha

Dana Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan secara berkala.

Menyususn rencana dan program kerja mengenai bidang

usaha dana

8

7.

Komisi

Pembibitan dan

Pemassalan

Memelihara dan meningkatkan program kerjasama

dengan DISPORA serta instansi lain yang bergerak di

bidang pembinaan.

9

8.

Komisi

Pembinaan Menyusun rencana strategis pembinaan prestasi untuk

menghadapi perlombaan atletik dalam rangka kejuaraan

internasional (SEA Games,ASIAN Games, dll)

Mengadakan pemantauan serta evaluasi pembinaan

latihan pada pemusatan latihan di dalam maupun di luar

negeri.

1

9.

Komisi Komisi

Data Statistik

Menyusun rencana kerja dengan mengupayakan adanya

Bank data atletik secara lengkap untuk menunjang

kegiatan pembinaan

Mengumpulkan data-data prestasi baik atlet dalam negeri

maupun manca negara guna membantu bidang lain dalam

menyusun strategi pembinaan.

1

10

Komisi

Perlombaan &

Perwasitan

Menyusun rencana kerja dan program kegiatan dalam

rangka pemasyarakatan olahraga atletik khususnya

mengenai ketentuan dan peraturan perlombaan yang

berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya merupakan satu kelompok

(tim) serta bertanggung jawab kepada ketua bidan di

atasnya.

Sumber : AD/ART PB.PASI

44

Oleh karenanya, eksistensi PASI di propinsi Nusa Tenggara Timur,

sebagai induk organisasi cabang olahraga atletik diharapkan mampu mengelola

organisasi tersebut dengan berpedoman pada AD/ART PB PASI terkait standar

wajib yang telah diuraikan di atas. Lebih dari itu harus disadari pula oleh semua

pihak bahwa organisasi olahraga itu sebagai struktur dan proses yang tidak

mungkin lagi ditangani secara amatiran, namun harus dikelola oleh orang-orang

yang profesional di bidang olahraga dan yang mengetahui akan perkembangan

olahraga atau cabang olahraga yang akan di binanya. PASI NTT sendiri

merupakan salah satu induk organisasi olahraga yang bernanung di bawah KONI

Nusa Tenggara Timur, yang dibentuk untuk tujuan melakukan pembinaan

olahraga prestasi di daerah. Perkembangan nomor olahraga atletik lari jarak jauh

10.000 meter sebagai nomor olahraga andalan, hendaknya perlu ditindak lanjuti

dalam setiap progam yang memiliki visi serta platform yang jelas dan terkawal

melalui sebuah roda organisasi yang jelas dalam tupoksi (tugas pokok dan

fungsinya) melalui sistem kerjanya. Sinergitas dari seluruh komponen yang ada

dalam sebuah struktur bangunan organisasi mulai dari atlet, pelatih, hingga

pengurus organisasi diharapkan dapat membawa dampak positif bagi

perkembangan olahraga atletik khususnya kemajuan pada nomor lari jarak jauh

yang menjadi nomor olahraga andalan di propinsi NTT.

4. Manajemen

a. Hakikat Manajemen

Pada hakikatnya manajemen olahraga telah ada kira-kira sejak zaman

Yunani Kuno, yaitu kurang lebih pada dua belas abad sebelum masehi, dengan

diadakannya berbagai macam pesta olahraga yang dikemas untuk ditonton oleh

rakyat. Manajemen olahraga pada zaman modern perkembangannya tidak secepat

perkembangan manajemen di bidang industri atau ekonomi. Seiring dengan

berkembangnya olahraga menjadi disiplin ilmu tersendiri, sebagaimana

manajemen juga telah menjadi disiplin ilmu yang juga dipelajari di perguruan

45

tinggi, maka manajemen olahraga merupakan bidang ilmu tersendiri dan menjadi

cabang ilmu yang banyak ditekuni oleh para pakar ataupun praktisi olahraga yang

besar manfaatnya bagi penataan sebuah induk organisasi olahraga.

Harsuki (2003 :117) menyebutkan bahwa “Manajemen olahraga adalah

perpaduan antara ilmu manajemen dan ilmu olahraga”. Istilah manajemen lebih

lanjut menurut Harzuki diartikan sebagai “suatu kemampuan untuk memperoleh

suatu hasil, dalam rangka pencapaian tujuan dengan melalui kegiatan orang lain”.

Hakekatnya bahwa manajemen merupakan sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan. Hal ini

senada dengan yang diungkapkan oleh Mulyono (2008:35) bahwa Manajemen

adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, penggerakan dan

pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan

memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Pemberdayaan

sumber daya manusia terlihat dalam tugas,fungsi pokok seluruh elemen yang

terdapat pada sebuah perangkat kerja. Upaya meningkatkan sebuah hasil

merupakan tujuan akhir dari sebuah organisasi, sehingga untuk mencapai hal

tersebut proses mengatur (me-manage) semua komponen tersebut sangatlah

diperlukan dalam hal pendayagunaan dari fungsi-fungsi manajemen yang ada,

untuk menyediakan aktivitas, produk dan layanan olahraga atau kebugaran

jasmani. Segala fungsi serta tugas akan terlihat pencapaian hasilnya apabila setiap

personal atau individu mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen tersebut

dengan baik.

Menurut Sukintaka (2000:2) menjelaskan bahwa dalam sebuah

manajemen yang ideal terdapat enam fungsi manajemen yaitu meliputi:

1) Pengorganisasian (Organizing) 2) Perencanaan (Planning) 3) Penentuan

Keputusan (Discussing Making) 4) Pembimbingan atau Kepemimpinan

(Directing) 5) Pengendalian (Contolling) 6) Penyempurnaan (Improvement). Hal

46

senada juga diungkapkan Alex Gunur (1979: 11-12) bahwa dalam sebuah proses

manajemen dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa sarana atau alat yang

harus ada dan dipenuhi oleh seseorang atau organisasi. Saran atau alat tersebut

dikenal dengan istilah “Tool of Manajement atau “6M” yaitu meliputi: manusia

(man), uang (money), bahan (material), metode (methods), alat (mechins), dan

pasar (market). Lebih lanjut Guntur (2009) memaparkan fungsi-fungsi

manajemen di atas sebagai berikut :

a) Perencanaan

Merupakan tindakan teratur dengan didasari pemikiran yang cermat

sebelum melakukan usaha pencapaian tujuan yang telah di tentukan.

Perencanaan ini terdiri dari penerapan prinsip yang lazim digunakan yaitu

5 W + 1 H :

What ( Apa yang akan dikerjakan / materi apa yang dibuat)

Where ( Dimana akan dikerjakan )

When (Kapan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut)

Who (Siapa yang akan melakukannya )

Why (Mengapa itu dilaksanakan / dasar pertimbangannya)

How (Bagaimana mengerjakannya / tata kerjanya )

Fungsi perencanaan pula mengacu kepada keseriusan dan

mengutamakan keberlangsungan program sebagai lanjutan bagi

terciptanya stabilitas kegiatan pembinaan olahraga lari jarak jauh di tubuh

PASI NTT itu sendiri. PASI hendaknya mampu serta harus membuat dan

merancang program jangka pendek yang ingin dicapai pada setiap bulan

maupun tahunan berdasarkan tujuan dan sasaran yan ingin dicapai oleh

para atlit tersebut. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang

ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama waktu yang untuk

mencapai, berapa orang personel yang dibutuhkan dan berapa banyak

47

biayanya, sehingga perencanaan ini sangat penting untuk dibuat sebelum

suatu tindakan dilaksanakan.

Berbagai proses merancang suatu perencanaan menurut Sagala (2013)

adalah harus memberikan kesempatan yang cukup untuk berdiskusi

“brainstorming”, mengutarakan perasaan dan sikap, mengidentifikasi

kebutuhan dan harapan, menyiapkan informasi dan memecahkan selisih

pendapat.

Berdasarkan uraian tergambar bahwa perencanaan PASI merupakan

proses yang menentukan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran,

pedoman dan kesepakatan yang menghasilkan program-program PASI

yang terus berkembang. Perencanaan yang dilakukan oleh PASI NTT

selaku organisasi yang mewadahi langsung kegiatan pembinaan tersebut

tentunya harus sedapat mungkin menyesuaikan terhadap kebutuhan dan

dapat dipertanggungjawabkan sebab muara dari perencanaan tersebut

berkaitan dengan pembinaan manusia itu sendiri dengan melibatkan

personel dalam kepengurusan yang mempunyai pengalaman dan dedikasi

dalam upaya yang diharapakan tersebut di atas.

b) Pengorganisasian

Merupakan proses aktivitas kerja sama antar fungsi dalam manajemen

untuk mencapai tujuan. Aktivitas ini berusaha menghubungkan orang-

orang kedalam job deskripsinya agar tidak ada ketimpangan tindakan

maupun kesalahan.

Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh

satu orang saja, tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-

masing seksi-seksi dalam organisasi tersebut. Kegiatan pengorganisasian

menentukan siapa yang akan melaksankan tugas sesuai prinsip

pengorganisasian tersebut. Karena pengorganisasian merupakan

keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikan sarana dan

48

prasarana untuk menunjang tugas orang-orang tersebut dalam organisasi

serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian

tujuan.

Menurut Sagala (2013:60) pertimbangan legitimasi dalam

pengorganisasian sebuah organisasi olahraga memberikan respon dan

tuntutan eksternal, yaitu organisasi olahraga dalam hal ini PASI itu sendiri

mampu menampilkan perfomansi organisasi yang dapat meyakinkan

pihak-pihak terkait akan kemampuan organisasi ini mencapai tujuan dan

keabsahan melakukan tindakan pencapaian sasaran. Efisiensi dalam

pengorganisasian adalah pengakuan terhadap PASI pada penggunaan

waktu, uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuannya

yaitu menentukan alat yang diperlukan, pengalokasian waktu dan dana

PASI. Keefektian akan beberapa hal di atas menggambarkan ketepatan

pembagian tugas, kewenangan, tanggung jawab, hubungan kerja bagian-

bagian organisasi dan menentukan personal para pengurus dalam

melaksanakan tugasnya. Hal ini sejatinya merupakan gambaran

kemampuan organisasi dan ketua PASI melaksanakan fungsi dan tugasnya

sehingga dapat meningkatkan kualitas dari organisasi yang diampunya.

Oleh karenannya pengorganisasian dalam PASI adalah tingkat

seberapa jauh ketua PASI selaku pemimpin bersama para pengurus

lainnya melakukan semua kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil

yang direncanakan dengan menentukan sasaran, menentukan struktur

tugas, wewenang dan tanggung jawab dan menentukan fungsi-fungsi

setiap personal secara proporsional sesuai tugas pokok dan fungsinya,

sehingga kesemua program tersebut dapat berjalan sesuai dengan tugas

masing-masing dari tiap seksi organisasi tersebut.

c) Penggerakan/actuating

49

Penggerakan berarti merangsang kelompok melaksanakan tugas-tugas

dengan antusias dan kemauan yang baik, tugas menggerakan dilakukan

oleh pemimpin. Oleh karenanya kepemimpinan ketua umum yang

berperan penting dalam menggerakkan para pengurusnya melaksanakan

semua program kerjanya. Pemimpin yang efektif menurut Holy dan

Miskel dalam Syaiful Sagala adalah cendrung mempunyai hubungan

dengan bawahan yang sifatnya mendukung (sportif) dan meningkatkan

rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan.

Keefektifan kepemimpinan akan menunjukan sebuah pencapain hasil yang

baik tentunya.

d) Pembimbingan / directing

Merupakan aktivitas yang memberikan petunjuk atau perintah untuk

mempengaruhi dan mengarahkan anggota dalam sebuah kerja sama.

Pengarahan ini pula dapat dilakukan agar kegiatan yang dilakukan

bersama tetap melalui jalur yang ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan

yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan. Secara operasional

pengarahan dapat dipahami sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-

tugas harus dilaksanakan, memberi bimbingan dalam rangka perbaikan

cara-cara bekerja, mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan

instruksi-instruksi yang diberikan agar tidak menyimpang dari arah yang

ditetapkan, serta menghindarkan kesalahan-kesalahan yang diperkirakan

dapat timbul dalam pekerjaan dan sebagainya.

e) Pengawasan

Pengawasan merupakan upaya pengendalian yang dilakukan untuk

memastikan bahwa akifitas yang aktual sesuai dengan yang direncanakan.

Secara umum pengawasan erat kaitannya dengan upaya membina dan

penelusuran sebagai upaya dari pengendalian mutu dari sebuah organisasi

olahraga. Melalui pengawasan yang efektif roda organisasi, implementasi

50

rencana, kebijakan dan pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan

lebih baik. Pengawasan merupakan bagian menjalankan fungsi

administrasi yang setiap pengurusnya dapat memastikan bahwa apa yang

dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki atau yang telah direncanakan

sebelumnya.

Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie

dalam Sagala terdiri dari tujuh bagian penting (1) tertuju kepada strategis

sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan; (2) pengawasan

harus menjadi umpan balik sebagi bahan revisi dalam mencapai tujuan;

(3) harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi

dan lingkungan; (4) cocok dengan organisasi olahraga yang bersistem

terbuka; (5) merupakan control dari diri sendiri; (6) bersifat langsung

yaitu pelaksanaan kontrol di tempat kerja; (7) memperhatikan hakikat

manusia dalam mengontrol para personel. Selain itu proses pengawasan

ini pula dapat berbentuk evaluasi dimana proses tersebut merupakan

aktivitas yang berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala segi

dalam usaha kerja sama yang ditekankan kepada stuktur organisasi dan

metode kerja sama para pengurusnya. Sehingga kegiatan monitoring dan

pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang

penyelenggaraan suatu kerja sama antara ketua dan para pengurusnya dan

komponen lain dalam sebuah induk organisasi PASI tentunya.

Sejalan dengan itu fungsi-fungsi lain dari manajemen juga digambarkan

oleh G.R Terry dalam Harsuki (2003) yang menyebutkan beberapa fungsi organik

manajemen menjadi Planning, Organizing, Actuating, Controlling yang

merupakan unsur-unsur mutlak yang harus dan dijalankan, apabila tidak maka

akan menyebabkan matinya organisasi cepat ataupun lambat. Jadi dari pendapat

di atas dapat disimpulkan fungsi-fungsi dari manajemen memberikan kemampuan

atau keterampilan bagi para pengelola maupun pengurus organisasi sebuah induk

51

cabang olahraga untuk dapat merencanakan, menjalankan, mengawasi serta

mengevaluasi suatu tujuan melalui kegiatan-kegiatan berdasarkan fungsi dan

perannya masing-masing.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas menunjukkan hakikat

dasar manajemen yakni adanya kesamaan aspek atau komponen diantaranya

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang kesemuanya

dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara

umum manajemen merupakan rangkaian kegiatan untuk mengarahkan seluruh

potensi yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya, untuk

memperoleh suatu dukungan dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan

secara efektif dan efisien.

b. Tujuan dan Fungsi Manajemen

Manajemen sebenarnya adalah alat suatu organisasi yang digunakan untuk

mencapai tujuan. Menurut Martoyo (1988) adanya organisasi dapat digerakkan

sedemikian rupa sehingga menghindari sampai tingkat seminimal mungkin

pemborosan waktu, tenaga, materil dan uang guna mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain, organisasi digerakkan

agar segala sesuatu dapat berjalan secara efektif (tepat guna) dan efisien (tepat

waktu, tenaga, dan biaya).

Menurut Siswanto (2005: 27) manajemen bertujuan untuk mencapai

sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu, dan

menyarankan pengarahan kepada usaha seorang manajer. Pendapat lain

dikemukakan oleh Hasibuan (1996: 34) yang memberi pengertian manajemen

sebagai seni dan ilmu untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

tertentu. Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang

menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha

seorang manajer, ada empat elemen pokok dari tujuan (Goal) sesuatu yang ingin

52

direalisasikan, (Scope) cakupan, (Definitness) ketepatan, (Direction) pengarahan

(Siswanto, 2005:29). Adanya organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian

rupa sehingga dapat menghindari sampai tingkat seminimal mungkin pemborosan

waktu, tenaga, materil dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan terlebih dahulu (Martoyo, 1988: 35).

Sesuatu dikenai tindakan manajemen tentu memiliki tujuan dan fungsi.

Fungsi manajemen adalah mencapai tujuan dengan cara-cara yang terbaik, yaitu

dengan pengeluaran waktu dan uang yang paling sedikit, biasanya dengan

penggunaan fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya. Berbagai fungsi

manajemen dikemukakan para ahli dengan persamaan dan perbedaan (Amin

Widjaya,1993:37). Fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok

yang harus dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun macamnya. Meskipun

para ahli berbeda pendapat tentang fungsi manajemen, namun sebenarnya

pendapat-pendapat tersebut jika dipadukan akan saling melengkapi. Berdasarkan

pendapat ahli tentang manajemen tersebut, maka dalam penelitian ini menetapkan

lima aspek atau komponen pokok yang terdapat sebagai fungsi manajemen

dengan dasar pertimbangan memperhatikan aspek yang paling banyak

dikemukakan dan mengingat ketepatan manajemen tersebut dihubungkan dengan

manajemen pengelolaan organisasi olahraga.

c. Pelaksanaan Manajemen

Pelaksanaan manajemen organisasi olahraga tentunya diperlukan tingkat

sumber daya manusia yang baik, karena organisasi olahraga merupakan

organisasi semi formal yang tetap mendapatkan support dari pemerintah,

sehingga organisasi membutuhkan manajemen yang efektif untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien, dengan sasaran mencapai prestasi yang di ukur

melalui kriteria yang relevan, melalui kinerja yang handal dari para pengurus

organisasinya. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.

Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan setiap pengurus organisasi wajib

53

memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu untuk mewujudkan

dan melaksanakan setiap program dan rencana kerja dari organisasi tersebut.

Sejalan dengan maksud di atas, maka G.R Terry (2009) mengemukakan

prinsip-prinsip dasar manajemen yang meski dilaksanakan oleh setiap pengurus

dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu :

a) Pembagian kerja (Division of Labour)

Pembagian kerja dalam suatu badan sangat diperlukan untuk

membedakan seseorang dalam suatu organisasi, apakah ia pemimpin,

pelaksana, staf dan lain sebagainya. Baik buruknya pembagian kerja

banyak menentukan berhasil guna dan berdaya guna.

b) Kekuasaan (wewenang) dan tanggung jawab (Authority and

Responsibility)

Setiap pejabat/pimpinan dalam suatu organisasi tertentu harus

mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab. Kekuasaan,

wewenang (authority) adalah hak untuk mengambil keputusan

sehubungan tugas dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakannya.

c) Disiplin (Discipline)

Disiplin merupakan sesuatu yang menjadi dasar bagi kekuatan suatu

badan atau perusahaan. Setiap pengurus yang terlibat dalam suatu

organisasi harus memiliki kedisiplinan untuk melakukan suatu pekerjaan,

menaati peraturan yang dibuat oleh organisasi tersebut. Pimpinan harus

dapat memberi teladan kepada bawahan dengan jalan memenuhi peraturan

dan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

d) Kesatuan perintah (Unity of Command)

Untuk memperlancar pencapaian tujuan, perlu adanya kesatuan

perintah dari atasan kepada bawahan atau seorang pengurus menerima

perintah dari ketuanya.

e) Kesatuan arah (Unity of Direction)

54

Dengan prinsip kesatuan arah dimaksudkan seorang ketua dan

pegawainya tidak boleh bertentangan antara satu sama dengan yang lain

dalam mencapai suatu tujuan secara keseluruhan.

f) Kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan umum

(Subordinate of Individual Interest to General Interest).

Prinsip ini dimaksudkan bahwa kepentingan umum atau perusahaan

secara keseluruhan harus berada di atas kepentingan pribadi.

g) Rantai skalar atau scalar chain (Line of Authority)

Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa garis wewenang dalam suatu

organisasi haruslah jelas.

h) Tata Tertib (Order)

Dalam melakukan suatu usaha harus ada ketertiban baik secara

material maupun orang-orang, sehingga ada aturan yang harus dijalankan.

i) Inisiatif (Initiative)

Setiap dalam kepengurusannya diberi kesempatan untuk

mengungkapkan atau menjalankan inisiatif, baik mengenai cara kerja,

prosedur kerja atau menjalankan rencana baru dalam pekerjaannya.

Nilai dan makna dari sebuah kegiatan pembinaan olahraga yang

berlangsung di dalam tubuh PASI selaku induk organisasi olahraga di provinsi

NTT, akan berjalan dengan baik apabila ditunjang dengan proses tata kelola serta

bagian dari pelaksanaan manajemen yang baik dan handal. Manajemen dalam

organisasi olahraga swasta, akan nampak berjalan apabila di dalam proses

pembinaanya berlangsung aktivitas manajemen yang baik dan terarah mulai dari

proses perencanaan latihan hingga kepada proses evaluasi kegiatan pembinaan

atau latihan itu sendiri. Pelaksanaan manajemen sudah tentu berkaitan erat dengan

menganalisa, menetapkan tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan

kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien. Hal ini tentunya sudah harus

dilakukan sedini mungkin sebagai upaya mendorong kemajuan dan

55

perkembangan olahraga atletik khususnya nomor lari jarak jauh 10.000 meter di

Provinsi NTT ke arah yang lebih baik lagi.

B. Penelitian Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Zikrur Rahmat, 2014. Judul Penelitian: Analisis Manajemen Pembinaan Atlet

Atletik PPLP Di Propinsi Aceh. Journal Volume I Nomor 1. Januari-Juni. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa : Temuan dan analisa data penelitian yang

berkaitan dengan analisis manajemen pembinaan atlet Atletik PPLP Aceh,

berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus penelitian proses manajemen yaitu

bidang Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan. Secara

umum dapat diberikan kesimpulan bahwa penerapan manajemen telah terlaksana

dengan baik, walaupun dalam beberapa masalah masih terdapat kekurangan dan

memerlukan penyempurnaan. Berdasarkan kesimpulan tersebut pembenahan

secara manajemen penting untuk dilaksanakan. Pengorganisasian dalam

membentuk suatu badan perlu di tata dan disusun sebaik mungkin serta perlu

dikonfirmasi keseluruh anggota yang ada PPLP Aceh. Pembinaan atlet Atletik

PPLP Aceh melaksanakan proses pengawasan haruslah terjawab melalui

pelaksanaan penyusunan program kerja khususnya dalam program latihan, agar

dapat ditempuh langkah-langkah yang tepat dan efesiensi waktu sehingga

pencapaian tujuan dalam peningkatan prestasi olahraga hingga tingkat nasional

dan internasional dapat terwujud dengan sempurna

2. Subarkah, 2004. Judul Penelitian: Manajemen Klub Sepakbola Perkumpulan

Sepakbola Argomulyo Dan Persatuan Sepakbola Kalasan Kabupaten Sleman

Yogyakarta. Tesis. Semarang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa manajemen

atlet, manajemen pengurus, manajemen pelatih, manajemen program latihan,

manajemen sarana, manajemen keuangan berpengaruh tehadap prestasi klub.

56

Berdasarkan dua hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen

sebuah perkumpulan sepakbola sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan yang

diharapkan oleh suatu organisasi olahraga atau klub. PPLP sepakbola sebagai

penyelenggara pendidikan dan kepelatihan khusus untuk sepakbola memiliki

keterkaitan dengan berbagai instansi atau pihak yang lain, sehingga semua potensi

yang ada dalam masyarakat perlu dikembangkan untuk meningkatkan prestasi

atlet. Dengan berbagai macam penelitian tentang pembinaan sepakbola yang

dilakukan semoga dapat dijadikan referensi tentang pembinaan sepakbola di

Indonesia.

3. Agustinus J. Nafie, 2015. Judul Penelitian : Pengelolaan Olahraga Pencak Silat

Sebagai Olahraga Unggulan di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. Surakarta.

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa: pengelolaan sumber daya manusia yang

merupakan satu kesatuan dalam proses pembinaan telah dilakukan dengan baik

oleh IPSI Nusa Tenggara Timur, yang secara fungsinya sebagai organisasi

olahraga yang bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan prestasi olahraga

pencak silat. Potensi atlet binaan IPSI NTT telah menorehkan prestasi-prestasi

nasional yang membanggakan. Pengelolaan sumber daya wasit dan juri serta

pelatih pun terus dibina melalui diklat-diklat dalam berbagai pelatihan dalam

peningkatan sumber daya manusianya.

C. Kerangka Berfikir

1. Olahraga atletik merupakan cabang dari nomor-nomor olahraga termasuk di

dalamnya adalah nomor lari jarak jauh 10.000 meter yang apabila dikemas

melalui pengelolaan yang baik induk organisasi (PASI) serta melalui proses me-

manage pembinaanya secara baik akan mampu membawa dampak terhadap mutu

serta kualitas nomor olahraga ini sebagai nomor andalan.

Sebuah sistem pengolahan organisasi yang baik apabila dikelola melalui sebuah

program-program yang bersentuhan langsung dengan tujuan pembinaan atlet

57

nomor lari jarak jauh 10.000 meter tersebut. Sebagaimana yang telah tertuang

melalui AD/ART kepengurusan PB PASI pusat nomor 03/KLB PASI/IX/2007

dalam implementasinya mengacu kepada beberapa bagian penting yakni 1)

pengelolaan kesekretariatan yang meliputi rangkaian penataan terhadap

pekerjaan perkantoran, surat menyurat dan dokumen-dokumen dalam rangka

menunjang kelancaran pencapaian tujuan organisasi. 2) Pengelolaan SDM

organisasi yang terdiri atas pengurus, pelatih, atlet serta tenaga medis. Pada

tingkat pusat struktur kepegurusan sekurang-kurangnya terdiri atas (ketua

kehormatan, ketua umum, ketua bidang organisasi, pembinaan, usaha dana,

penelitian dan pengembangan, bidang hubungan luar negeri, sekretaris umum,

wakil sekretaris, bendahara, serta 11 komisi yang terjabar dengan tugas dan

fungsi pokoknya. 3) pengelolaan dana yang merupakan upaya untuk

mengkoordinasikan serta mengarahkan pengumpulan dana untuk menunjang

pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga atletik Indonesia. 4)

pengelolaan sarana dan prasarana yang bertujuan untuk menunjang kegiatan

pembinaan dan perlombaan dalam rangka upaya meningkatkan prestasi atletik

nasional

2. Pelaksanaan manajemen pembinaan pada prinsipnya dimulai dari proses

Perencanaan (planning), Organisasi (organizing), Penggerakan (actuating),

Kontrol (controling) dan Evaluasi (evaluating) terhadap semua program kerja

PASI. Fungsi perencanaan merupakan tindakan teratur dengan didasari pemikiran

yang cermat sebelum melakukan usaha pencapaian tujuan yang telah di tentukan,

fungsi pengorganisaan merupakan proses aktivitas kerja sama antar fungsi dalam

manajemen untuk mencapai tujuan, fungsi penggerakan berarti merangsang

kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik,

tugas menggerakan dilakukan oleh pemimpin, fungsi kontrol merupakan aktivitas

yang memberikan petunjuk atau perintah untuk mempengaruhi dan mengarahkan

anggota dalam sebuah kerja sama, fungsi pengawasan merupakan upaya

58

pengendalian yang dilakukan untuk memastikan bahwa akifitas yang aktual

sesuai dengan yang direncanakan. Proses pelaksanaan fungsi-fungsi ini mutlak

untuk di jalakan serta akan terkawal maksimal apabila para pengurusnya pro aktif

dalam menyediakan segala keperluan-keperluan teknis dalam proses latihan..

Dari berbagai faktor yang dikemukakan di atas, maka dapatlah ditelusuri secara

kronologis bahwa aspek-aspek yang berpengaruh di dalam kegiatan pembinaan

olahraga atletik yang secara langsung berdampak positif terhadap olahraga atletik

nomor lari jarak jauh 10.000 meter sebagai nomor andalan di provinsi NTT.

Dukungan berbagai macam aspek akan menunjang keberhasilan atlet atletik

walaupun disatu sisi tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh dan kendala-kendala

yang ditemukan di lapangan dan menjadi kelemahan dan kekurangan masih

sangat perlu dipertimbangkan untuk tujuan mulia dalam olahraga. Jikalaupun

semua perpaduan aspek-aspek yang merupakan inti dari kemajuan olahraga

atletik nomor lari jarak jauh 10.000 meter dapat ditingkatkan secara signifikan

dengan meminimalisir kekurangan ataupun kelemahan bukan tidak mungkin

peningkatan prestasi atlet lari NTT akan menambah daftar sumbangan atlet

berprestasi secara nasional maupun internasional. Adapun alur kerangka

pemikiran dalam penelitian ini yakni :

Gambar 2.3 : Alur Kerangka Berfikir

Olahraga

Atletik

Sistim Pengelolaan

Organisasi PASI

Pelaksanaan

Manajemen

Pembinaan PASI

Lari Jarak

10.000 meter

Nomor Andalan

Provinsi NTT

59