BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 -...

22
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Membaca 2.1.1.1 Pengertian Membaca Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda- beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekadar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Sunar, 2008:46). Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2. Jika berpijak pada pandangan di atas, tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penterjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan decoding berlangsung pada kelas kelas awal, yaitu SD kelas I, II dan III. Penekanan membaca pada tahap awal ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Proses memahami makna lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. Dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995) yang dikutip Farida Rahim (2005:3) membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif. Menurut pandangan tersebut membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sedangkan Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2005:3) mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 -...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

5

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Membaca

2.1.1.1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda-

beda bagi setiap orang. Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekadar

menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat

atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak (Sunar, 2008:46).

Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah

dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2. Jika berpijak pada pandangan di atas,

tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca

merupakan pelajaran termudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan

kesulitan.

Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari

proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk

pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-

bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding

(penyandian) merujuk pada proses penterjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-

kata.

Proses recording dan decoding berlangsung pada kelas kelas awal, yaitu

SD kelas I, II dan III. Penekanan membaca pada tahap awal ialah proses

perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi

bahasa. Proses memahami makna lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD.

Dikemukakan oleh Crawley dan Mountain (1995) yang dikutip Farida

Rahim (2005:3) membaca merupakan gabungan proses perseptual dan kognitif.

Menurut pandangan tersebut membaca sebagai proses visual merupakan proses

menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi.

Sedangkan Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2005:3)

mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

6

proses (2) membaca adalah strategis, membaca merupakan interaktif, membaca

merupakan suatu proses informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh

pembaca dalam membentuk makna.

Tarigan (1987:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Klein, dkk (dalam Rahim

(2005:3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup:

a. Membaca merupakan suatu proses

Merupakan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh

pembaca mempunyai peranan utama dalam membentuk makna.

b. Membaca adalah strategis

Pembaca yang efektif mengunakan berbagai strategi membaca yang sesuai

dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruksi makna ketika

membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan

membaca. Anak yang berkembang dalam membaca, perbendaharaan

katanya menjadi bertambah dan cara pemahamanya akan berlangsung

dengan mudah dan cepat. Kalau hal ini tidak dapat terpenuhi maka hal-hal

yang tersurat dan yang tersirat tidak dapat tertangkap atau dipahami dan

proses membaca nya tidak terlaksana dengan baik.

c. Membaca merupakan interaktif

Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang

senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan memenuhi beberapa

tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah

dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Membaca pada

hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya

sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,

psikolingustik, dan metakognitif.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Crawley dan Mountai,

(dalam Farida rahim 2005:2) bahwa membaca sebagai proses visual merupakan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

7

proses menerjemahkan simbol tertulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu

proses berpikir membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pamahaman literal,

interpretasi, membaca kritis dan pemahan kreatif. Pengenalan kata bisa berupa

aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

Hodgson (dalam Tarigan, 1987:7) mengemukakan pengertian membaca

adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan, yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau

bahasa tulisan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan suatu proses yang melibatkan penglihatan, ingatan, pemikiran,

kecerdasan, dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk

memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan melalui media kata-kata.

1.1.1.2.Tujuan Membaca

Tujuan membaca, secara umum, adalah mengerti dan memahami makna

atau arti yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dengan mengerti dan

memahami makna yang terkandung dalam bacaan tersebut, maka dapat

menambah pengetahuan si pembaca tentang masalah yang tertuang di dalamnya.

Membaca sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan

membaca kita dapat memperoleh berbagai pengetahuan. Banyak pengetahuan

yang ditulis atau dituangkan dalam bentuk tulisan, baik dalam buku-buku, surat

kabar, majalah, ataupun dalam media tulis lainnya.

Menurut Buletin Pusat Kemajuan Studi (dalam Widya Mariana, 2003)

orang dalam melakukan aktivitas membaca pasti memiliki tujuan tertentu di

antaranya:

1) Mencari informasi khusus.

Bahan bacaannya berupa ensiklopedi, kamus buku petunjuk, dan lain-lain.

2) Memperoleh ide-ide pokok bacaan/memperoleh gambaran singkat tentang isi

bacaan. Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dan lain-lain.

3) Memperoleh pemahaman serta mengingat isi bacaan.

Bahan bacaannya berupa buku teks, jurnal, dan lain-lain.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

8

4) Rekreasi atau kesenangan.

Bahan bacaannya berupa novel, komik, cerpen, roman, dan lain-lain.

1.1.1.3. Membaca Nyaring

Menurut Rachmad Widodo (2009) membaca nyaring sering kali disebut

membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca

mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu

mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta

isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis

bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan

secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru,

dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira,

dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-

bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang

bernada biasa.

Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran

membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud

yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain,

misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam

hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di

dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca

melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca

bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,

suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi

bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan

pembaca.

Menurut Tarigan (2008) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau

kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama

dengan orang lain atau pendengar untuk menangkapserta memahami informasi,

pikiran, dan perasaan seorang pengarang.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

9

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring

adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan

ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap

informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,

sikap, ataupun pengalaman penulis

1.1.1.4.Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring

Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai

kemampuan, di antaranya adalah:

1) menggunakan ucapan yang tepat,

2) menggunakan frasa yang tepat,

3) menggunakan intonasi suara yang wajar,

4) dalam posisi sikap yang baik,

5) menguasai tanda-tanda baca,

6) membaca dengan terang dan jelas,

7) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,

8) membaca dengan tidak terbata-bata,

9) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,

10) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,

11) membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,

12) membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa membaca

nyaring menuntut berbagai keterampilan. Daftar keterampilan berikut ini sangat

menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan dalam membaca nyaring (Tarigan 2008).

Menurut Tarigan (2008) Berikut ini adalah ketrampilan membaca nyaring

untuk siswa kelas 1 SD.

1) Mempergunakan ucapan yang tepat,

2) Mempergunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata),

3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami,

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

10

4) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti: titik (.), koma (,), tanda

tanya(?), dan tanda seru(!).

2.1.2 Kalimat

2.1.2.1.Pengertian kalimat

Menurut Moeliono (1988:63) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau

teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

Dalam wujud lisan kalimat diiringi dengan titi nada, disela oleh jeda, diakhiri oleh

intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya

perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berbentuk latin, kalimat

dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, dan

tanda seru. Sementara itu, disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang

berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepadan

garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya (?), dan

tanda seru (!) sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca lainnya

sepadan dengan jeda. Adapun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong

setelah tanda titik, tanda tanya, tanda perintah, dan ruang kosong sebelum huruf

kapital permulaan.

Hal ini dapat kita simpulkan bahwa sebuah kalimat adalah sebuah bagian

terkecil dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan diikuti intonasi

sedangkan dalam bentuk tulisan menggunakan tanda baca.

2.1.2.2.Pengertian Kalimat Sederhana

Menurut Anton M. Moeliono (2008;30) kalimat sederhana merupakan

kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa. Kalimat itu

ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan

posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya, kalimat sederhana

memiliki bentuk yang utuh atau legkap. Menurut fungsinya, kalimat sederhana

adalah kalimat berita. Ditinjau dari segi kesederhanaannya, kalimat sederhana

memiliki unsur-unsur minimal. Berdasarkan urutan unsur-unsurnya, posisi gatra-

gatra kalimat sederhana berurutan menurut segi ketergantungan di antara

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

11

sesamanya. Sifat ketergantungan ini ditentukan oleh struktur fungsionalnya SP,

SPO, SPK, atau SPOK.

Syarat pertama struktur kalimat sederhana adalah bentuknya yang lengkap,

dengan kata lain kalimat sederhana termasuk kalimat lengkap. Kelengkapan

bentuk kalimat sederhana merupakan kelengkapan minimal. Artinya, bila unsur-

unsur kalimat itu ditiadakan, maka kalimat itu bukan lagi kalimat sederhana.

Contoh: dia duduk, dia berlari, dia menangis, dia membaca.

2.1.3. Media Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Media

Menurut Daryanto (2010:5) kata media berasal dari kata latin yang

berbentuk jamak dari medium. Batasan mengenai pengertian media sangat luas,

namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan

sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.

Menurut Criticos (dalam Daryanto, 2010:4) media merupakan salah satu

komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju

komunikan.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media adalah suatu

alat untuk menyampaikan sebuah pesan, dalam dunia pendidikan berarti alat

untuk menyampaikan pesan dalam pembelajaran.

2.1.3.2 Manfaat Media Secara Umum

Menurut Daryanto (2010:6) secara umum media mempunyai manfaat,

antara lain:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siwa dengan

sumber belajar.

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori, dan kinestetiknya.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

12

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan

menimbulkan persepsi yang sama.

2.1.3.3.Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Kemp and Dayton (dalam Daryanto, 2010:6) media pembelajaran

mempunyai beberapa manfaat yaitu:

1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.

2) Pembelajaran dapat lebih menarik.

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan di manapun.

7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran

dapat ditingkatkan.

8) Peran guru mengalami perubahan ke arah yang positif.

2.1.3.4.Fungsi Media Pembelajaran

Daryanto (2010:8) menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, media

memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima

(siswa).

Menurut Gerlach & Ely (dalam Daryanto, 2010:9) ada tiga kelebihan

media pembelajaran.

Pertama, kemampuan siksatif, artinya dapat menangkap,

menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.

Dengan kemampuan ini, objek atau atau kejadian dapat digambar,

direkam, dipotert, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan apabila

diperlukan dapat ditunjukkan atau dinikmati kembali seperti

kejadian aslinya. Kedua, kemempuan manipulatif, artinya media

dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai

macam perubahan (manipulasi)sesuai keperluan.misalnya diubah

ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat diulang-ulang

penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media

mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali

penyajian secara serempak, misalnya TV atau Radio.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

13

Maka dari itu, media sangatlah berperan penting kaitannya dengan

pembelajaran khususnya anak SD.

2.1.3.5.Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran diklasifikasi berdasarkan tujuan pemakaian dan

karakteristik jenis media. Terdapat lima model klasifikasi yaitu menurut: (1)

Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3) allen, (4) Gerlach dan Ely, (5) Ibrahim (dalam

Daryanto, 2010).

Menurut Wilbur Schramm, media digolongkan menjadi media rumit,

mahal, media sederhana. Wilbur Schramm juga mengelompokkan media menurut

kemempuan daya liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak, (2) liputan terbatas

pada ruangan, (3) media untuk belajar individual.

Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok yaitu beda

untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar

bergerak, film bersuara, dan mesin belajar.

Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media yaitu visual diam, film,

televisi, objek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku

teks cetak, dan sajian lisan.

Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri

fisiknya yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar

diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan smimulasi.

Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta

kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya yaitu media tanpa proyeksi dua

dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi;

televisi, video, komputer.

2.1.3.6.Karakteristik dalam Memilih Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran sebagai alat bantu untuk meningkatkan hasil

belajar harus didukung ketepatan guru dalam memilih media yang akan

dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru

sebelum memilih media pembelajaran tertentu harus mengetahui betul materi

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

14

yang akan diajarkan, metode yang dipilih, kemudian menentukan media

pembelajaran yang akan digunakan.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sudjana (2012) bahwa ada

beberapa kriteria dalam memilih media pembelajaran, yaitu:

(1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran

(2) Dukungannya terhadap isi bahan pelajaran

(3) Kemudahan memperoleh media

(4) Ketrampilan guru dalam menggunakannya

(5) Tersedia waktu untuk menggunakannya

(6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pemilihan media

harus memperhatikan beberapa pertimbangan di antaranya adalah ketepatan dalam

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, media

pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan bahan atau materi pengajaran

yang akan disampaikan.

Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran itu sendiri

juga menjadi bahan pertimbangan ketika akan memilih sebuah media

pembelajaran. Apapun jenis media yang dipilih harus disesuaikan dengan

kemampuan guru untuk menggunakan media tersebut. Selain itu, media

pembelajaran juga harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa sehingga makna

yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.

Selain kriteria yang diungkapkan oleh Sudjana di atas, Arsyad (2002: 34)

juga mengemukakan bahwa dalam memilih media pembelajaran harus

mempertimbangkan beberapa hal yaitu: media tersebut praktis, luwes dan

bertahan, dan memiliki mutu teknis, artinya media yang digunakan dalam proses

belajar mengajar harus memiliki kualitas yang baik meskipun media tersebut

merupakan hasil karya guru sendiri, nilainya tidak mahal, dan sederhana. Media

yang dipilih bersifat fleksibel dan dapat digunakan di mana-mana dengan

peralatan yang tersedia di sekitar kita.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apapun jenis

media pembelajaran yang akan kita gunakan, harus memenuhi kriteria di atas,

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

15

yaitu ketepatan dengan tujuan pembelajaran, mendukung isi materi yang

diajarkan, keterampilan guru dalam menggunakannya, dan sesuai dengan taraf

berpikir siswa.

2.1.3.7.Media Grafis Sebagai Media Pembelajaran

Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan

titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan atau simbol visual yang lain

dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, merangkum suatu ide,

data atau kejadian (Daryanto, 2010:19).

Fungsi umum media grafis adalah untuk menyalurkan pesan dari sumber

kepenerima pesan. Sedangkan fungsi khususnya adalah untuk menarik pehatian,

memperjelas ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan bila

tidak digrafiskan.

Kelebihan media grafis adalah bentuknya sederhana, ekonomis, bahan

mudah direroleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu, tanpa memerlukan peralatan khusus dan mudah

menempatannya, sedikit memerlukan informasi tambahan.

Jenis-jenis media grafis meliputi sketsa, gambar, grafik, bagan, poster,

kartun dan karikatur, peta datar, dan transparansi OHP.

Webster (dalam Daryanto, 2010:20) mendefinisikan grafis sebagai seni

atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Dalam pengertian

media visual, istilah graphics atau graphic materials mempunyai arti yang lebih

luas, bukan sekedar menggambar. Dalam bahasa Yunani, graphikos mengandung

pengertian melukiskan atau menggambarkan garis-garis. Sebagai kata sifat,

graphics diartikan sebagai penjelasan yang hidup, uraian yang kuat, atau

penyajian yang efektif. Definisi tersebut kemudian dipadukan dengan pengertian

praktis, maka grafis sebagai media, dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan

gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan

kata-kata dan gambar. Pengungkapan itu bisa berbentuk diagram, sket atau grafik.

Kata-kata dan angka-angka dipergunakan sebagai judul dan penjelasan kepada

grafik, diagram, bagan/chart, poster, kartun, dan komik. Sedangkan sket, gambar,

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

16

dan lambang dipergunakan dalam media grafis untuk mengartikan fakta,

pengertian, dan gagasan yang pada hakikatnya menjadi penyampai presentasi

grafis. Jadi, grafis meliputi berbagai bentuk visual terutama gambar.

Menurut teori di atas, dapat disimpulkan bahwa media grafis termasuk

media visual. Saluran yang dipakai menyangkut penglihatan. Pesan yang akan

disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Selain

berfungsi secara umum sebagai penyalur pesan dari sumber kepada penerima

pesan, media grafis secara khusus berfungsi untuk menarik perhatian,

memperjelas sajian ide, mengilustrasikan, atau menghiasi fakta yang mungkin

akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

2.1.3.8. Prinsip Media Grafis

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Daryanto, 2010:20-25) media grafis

mempunyai beberapa prinsip, yaitu prinsip kesederhanaan, keterpaduan,

penekanan, dan keseimbangan.

Prinsip kesederhanaan meliputi kesederhanaan dalam pemakaian kata-

kata, gambar, dan warna, keterpaduan menekankan adanya hubungan tiap bagian,

misalnya antara kata dengan gambar yang ada. Penekanan digunakan untuk

memberikan penekanan yang dapat memperkuat titik perhatian siswa, misalnya

penggunaan huruf huruf tebal, dan prinsip keseimbangan meliputi komposisi yang

simetris dan asimetris. Misalnya, keseimbangan antara gambar dengan tulisan.

Jadi, ketika kita membuat media grafis harus memperhatikan prinsip-

prinsip tersebut sehingga media pembelajaran tersebut bermanfaat bagi peserta

didik dalam mempelajari sebuah materi pelajaran

2.1.3.9. Jenis-Jenis Media Grafis

Media grafis termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan

pesan, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan lain-lain.

Menurut Indriana (2011:62) ada tujuh macam media grafis yaitu, (1)

grafik, (2) sketsa, (3) diagram, (4) poster, (5) bagan atau chart, (6) papan flanel,

(7) bulletin board.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

17

Pendapat di atas, senada dengan yang diungkapkan Daryanto (2010:119)

bahwa media grafis memiliki beberapa jenis, yaitu bagan, grafik, komik, dan

poster.

Menurut Sudjana (dalam Daryanto, 2010:119) bagan adalah kombinasi

antara media grafis, gambar, dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan

secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Sedangkan grafik

adalah media yang memvisualisasikan data-data dalam bentuk angka (Daryanto,

2010:124).

Komik didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter

dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat huungannya dengan gambar,

dan dirancang untuk memberikan hiburan pada pembaca ( Daryanto, 2010:127).

Komik banyak digunakan dalam pembelajaran karena komik memiliki

beberapa kelebihan. Menurut penelitian dari Thorndike, diketahui bahwa anak

yang banyak membaca komik berdampak pada kemampuan membaca dan

penguasaan kosa kata anak.

Kelebihan yang lain ialah penyajian yang mengandung unsur visual dan

cerita yang kuat membuat pembaca terlibat secara emosional sehingga membuat

pembaca untuk terus membaca sampai selesai, yang pada akhirnya siswa mampu

meningkatkan kemampuan membacanya dan meningkatkan hasil belajarnya.

Menurut Sudjana (dalam Daryanto, 2010:129) poster adalah media yang

kuat dengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang

yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam

ingatannya.

Salah satu kekuatan yang tampak pada media grafis sebagai media

penyampai pesan adalah poster. Poster mampu mempengaruhi perilaku, sikap, dan

tata nilai masyarakat untuk berubah atau melakukan sesuatu. Hal yang membuat

poster memiliki kekuatan yang mudah dicerna oleh orang yang melihat, hal itu

dikarenakan poster lebih menonjolkan kekuatan pesan, visual, dan warna. Hal

tersebut sesuai dengan pandangan Sudjana (dalam Daryanto, 2010:129) bahwa

poster adalah media yang kuat dengan warna serta pesan dengan maksud unuk

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

18

menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan

yang berarti dalam ingatannya.

Poster yang dibuat untuk pendidikan pada prisipnya merupakan gagasan

yang diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan dan

dibuat dalam ukuran besar. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian,

membujuk, memotivasi, atau memperingatkan pada gagasan pokok, atau fakta

tertentu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Daryanto (2010:130) bahwa secara

umum poster berfungsi untuk memotivasi siswa, peringatan, dan memberikan

pengalaman kreatif.

2.1.3.10. Kriteria Media Grafis (Poster dan Komik) dalam Pembelajaran

Media grafis mempunyai jenis dan kriteria, yang akan dibahas dalam

laporan penelitian ini adalah media grafis yang penulis gunakan dalam

pembelajaran, yaitu poster dan komik.

1) Media poster

Poster dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting saat

proses pembelajaran. Dalam hal ini, agar poster pembelajaran digunakan secara

efektif maka kita perlu mengetahui kriteria poster pembelajaran tersebut. Menurut

Joko (dalam Senny, 2011) kriteria media poster adalah sebagai berikut:

a. Sederhana, artinya poster yang ditampilkan tidak banyak tulisan atau ringkas

dan dibatasi hal-hal yang penting saja.

b. Menyajikan suatu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang pokok.

c. Barwarna, artinya warna yang digunakan harus menarik perhatian.

d. Isinya ringkas dan jitu, artinya pemilihan kata yang digunakan harus singkat,

padat, dan tepat sasaran.

e. Tulisannya mudah dibaca dan komunikatif.

f. Tepat guna, artinya tepat sasaran pada yang dituju dalam pembuatan poster

tersebut.

2) Media komik

Seperti halnya poster, komik dalam dunia pendidikan juga memiliki peran

yang sangat penting saat proses pembelajaran. Dalam hal ini, agar komik

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

19

pembelajaran digunakan secara efektif maka kita perlu mengetahui kriteria komik

pembelajaran tersebut. Menurut Joko (dalam Senny, 2011) kriteria media komik

adalah sebagai berikut:

a. Komik yang digunakan haruslah memperhatikan konsep pembelajaran atau

tujuan pembelajaran

b. Sesuai situasi dan kondisi.

c. Tepat sasaran, artinya sesuai dengan kebutuhan zaman.

d. Menarik, variatif, dan tidak membosankan.

2.1.3.11. Penerapan Media Grafis (Poster dan Komik) dalam Pembelajaran

Media grafis termasuk media visual. Media grafis yang akan dibahas dalam

laporan penelitian ini adalah media grafis yang penulis gunakan dalam

pembelajaran, yaitu poster dan komik.

g. Media poster

Menurut Daryanto (2010:129) menggunakan media poster dapat

dilakukan melalui dua cara, yaitu poster digunakan sebagai bagian dari kegiatan

belajar mengajar dan digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk

memotivasi siswa.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan media poster dalam kegiatan

belajar mengajar. Tujuannya adalah agar siswa tertarik terhadap materi yang

disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan diharapkan

kemampuan membaca anak dapat meningkat.

Berikut langkah-langkah penggunaan media poster dalam pembelajaran.

Menurut Daryanto (2010:29-30) ada tiga langkah yang pokok dalam

menggunakan media poster yaitu persiapan, pelaksanaan / penyajian, dan tindak

lanjut.

(1) Persiapan

Persiapan adalah kegiatan dari seorang guru yang akan mengajar dengan

menggunakan suatu media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bisa

dilakukan oleh seorang guru pada langkah persiapan di antaranya: (a)

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana bila akan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

20

mengajar, (b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah

disediakan, (c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar

peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.

(2) Pelaksanaan / Penyajian

Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan

suatu media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) kelengkapan

dan kesiapan peralatan yang akan digunakan, (b) menjelaskan tujuan yang

akan dicapai, (c) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik

selama proses pembelajaran, (d) menghindari kejadian-kejadian yang bisa

mengganggu perhatian / konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.

(3) Tindak lanjut

Aktivitas ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik

tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media tertentu.

b. Media komik

Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan

visualisasi atau ilustrasi gambar. Dengan kata lain, komik adalah cerita

bergambar, di mana gambar berfungsi untuk mendeskripsikan cerita agar si

pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan oleh pengarang.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Daryanto menjelaskan bahwa komik

dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan

menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan

dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Daryanto, 2010:127).

Menurut Daryanto (2010:128) memilih komik sebagai media

pembelajaran harus memiliki unsur visual dan cerita yang kuat, sesuai dengan

materi yang akan diajarkan agar siswa tertarik dan semangat.

Senada dengan pendapat tersebut, penelitian Thorndike ( dalam Daryanto,

2010:128), menerangkan bahwa anak yang membaca komik lebih banyak akan

berdampak pada kemampuan membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh

lebih banyak daripada siswa yang tidak menyukai komik.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

21

Penggunaan komik dalam pembelajaran ini dimaksudkan untuk

membangkitkan minat, mengembangkan perbendaharaan kata, dan keterampilan

membaca serta memperluas minat baca.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan slide show dari LCD

proyektor untuk menampilkan komik dengan harapan supaya siswa lebih fokus

ke materi yang diajarkan. Selain itu, penulis juga kesulitan bila harus

menyediakan komik untuk sejumlah siswa.

Adapun langkah-langkah penggunaan media komik secara garis besar

sama dengan langkah-langkah media visual yang lain, yaitu meliputi tahap

persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

(1) Persiapan

Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang guru yang akan mengajar

dengan menggunakan suatu media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang bisa

dilakukan pada langkah persiapan di antaranya: (a) membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran sebagaimana bila akan mengajar seperti biasa, (b)

mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, (c)

menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar peserta didik

dapat melihat dan mendengar dengan baik.

(2) Pelaksanaan / Penyajian

Seorang guru pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan

media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) kelengkapan dan

kesiapan peralatan/media yang akan digunakan, (b) menjelaskan tujuan yang

akan dicapai, (c) menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik

selama proses pembelajaran, (d) menghindari kejadian-kejadian yang bisa

mengganggu perhatian / konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.

(3) Tindak lanjut

Aktivitas ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik

tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

22

2.1.3.12. Pemanfaatan Media Grafis (Poster dan Komik) Untuk

Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring

Pemanfaatan media dalam pembelajaran berfungsi untuk membantu

siswa memperjelas konsep yang diterima dari gurunya. Pemanfaatan media grafis

berupa poster dan komik juga berfungsi untuk menarik perhatian siswa dalam

pembelajaran membaca. Lebih-lebih siswa kelas rendah pada sekolah dasar,

pemanfaatan media sangat diperlukan karena anak-anak pada usia ini memerlukan

simbol untuk mewakili suatu konsep.

Pernyataan tersebut diperjelas oleh Piaget (dalam E. Fatimah,2010:25)

bahwa ciri khas anak usia 2 sampai dengan 7 tahun adalah kemampuan

menggunakan simbol untuk mewakili sebuah konsep. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa anak-anak pada usia tersebut akan lebih memahami sebuah konsep bila

langsung berhadapan dengan bendanya.

Perbedaan individu, baik dilihat dari perbedaan kognitif, kecakapan

bahasa, kecakapan motorik, latar belakang, bakat maupun perbedaan dalam

kesiapan belajar akan berpengaruh dalam cara belajarnya.

Menurut De Porter & Hemacki (dalam E.Fatimah, 2010:37) karakteristik

perilaku individu dilihat dari cara belajarnya salah satunya adalah karakteristik

perilaku individu dengan cara belajar visual, yang ditandai dengan salah satu

cirinya yaitu, anak lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang

didengar. Poster dan komik termasuk salah satu jenis media visual yang

menonjolkan gambar dan warna sehingga diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami materi tertentu.

Bertolak dari teori-teori di atas, penerapan media grafis poster dan komik

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam membaca nyaring bagi

siswa kelas satu atau siswa kelas rendah. Hal tersebut diasumsikan dengan adanya

media pembelajaran yang berwarna dan bergambar dapat menumbuhkan minat

anak dalam belajar. Selain itu, melalui komik atau poster siswa dapat belajar

membaca, memahami cerita dengan cara visualisasi, dan mengenal warna. Bila

anak sudah tumbuh minat dalam belajar tentunya juga akan meningkatkan

kemampuan anak dalam menguasai materi tersebut.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

23

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi manusia dari semua

mahluk hidup di dunia ini, karena hanya manusia yang bisa membaca. Dengan

membaca anak memerlukan sedikit berpikir keras untuk mengingat dan

mengucapkannya.

Menurut Doman (dalam daryanto, 2010:35) anak antusias dalam

melakukan pembelajaran membaca dengan media grafis berupa gambar-

gambar yang terdapat tulisannya seperti poster, komik, dan kartu kata

bergambar yang dibuat oleh guru sesuai tema-tema yang telah ditentukan,

sedangkan mengajarkan secara konvensional dengan mengeja huruf diikat

oleh kaidah aturan bahasa, aturan-aturan bahasa ini dalam

perkembangannya memperlambat keterampilan anak dalam membaca.

Sehubungan dengan hal itu, yang harus kita lakukan adalah tidak

mengajari anak membaca dengan mengeja seperti cara konvensional yang banyak

diterapkan di sekolah, seperti mengenal huruf, mengenal suku kata, mengenal

kata, dan akhirnya mengenal kalimat tetapi dengan mengenalkan satu kata yang

bermakna, yang sudah akrab pada pikiran anak dalam keseharian mereka.

Kemampuan membaca pada usia dini banyak mempengaruhi tingkat

intelegensi . Semakin dini seorang anak membaca, semakin gemar ia membaca,

semakin baik juga ia membaca. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian para ahli.

Salah satunya Durkin, dia telah mengadakan penelitian tentang pengaruh

membaca dini pada anak. Dia menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif pada

anak-anak dari membaca dini. Anak-anak yang telah diajar membaca sejak dini

pada umumnya lebih maju di sekolah.

Berdasarkan pada uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran poster dan komik diasumsikan dapat digunakan untuk membantu

meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada anak usia dini atau pada siswa

kelas-kelas rendah.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini sebelumnya telah dilaksanakan

oleh Suwartin dari Kecamatan Blimbing, Kabupaten Boja. Dalam penelitiannya

yang berjudul “Peningkatan Konsep Baca Tulis Awal Bahasa Indonesia dengan

Menggunakan Media Kotak Kartu Huruf pada Siswa kelas 1 SDN Blimbing, Kec.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

24

Boja, Kab. Kendal Tahun 2006/2007”, ditemukan adanya peningkatan konsep

baca tulis awal setelah guru menggunakan media kotak kartu huruf pada

pembelajaran membaca dan menulis minimal sampai memenuhi tuntutan

kurikulum.

Dalam kurikulum 2006 (KTSP), daya serap rata-rata murid SD Negeri

Blimbing pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 7,5. Pada penelitian ini

peningkatan daya serap dari 6,5375 menjadi 8,475. Dari aktivitas siswa, juga

tampak adanya perubahan-perubahan. Perubahan itu antara lain adanya motivasi

untuk belajar mandiri. Siswa mempunyai kreativitas untuk membaca, menulis

materi pelajaran yang penting, dan keberanian untuk bertanya, serta

mengemukakan pendapat meskipun perubahan itu masih relatif lambat.

Mengubah kebiasaan belajar konvensional menuju belajar aktif, kreatif,

mandiri, dan menyenangkan relatif sulit dilakukan secara cepat. Kebiasaan belajar

dengan mendengarkan penjelasan guru dan belajar apabila ada tugas / PR telah

berlangsung lama.

Bagi guru penggunaan media kotak kartu huruf dapat memberi

pengalaman bahwa mengajar memerlukan persiapan analisis materi baca dan tulis

kelas 1 SD, mana yang sulit dan mana yang mudah dipelajari oleh siswa secara

runtut dan lebih rinci sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran secara

efektif dan efisien.

Meskipun ada hambatan, strategi penggunaan media kotak kartu huruf

harus tetap dilaksanakan. Sesuai dengan teori Boby D bahwa, kegiatan belajar

mengajar harus berlangsung dalam situasi dan kondisi yang menyenangkan. Siswa

tidak merasa terbebani oleh tugas dan materi pelajaran. Salah satu langkah

pembelajaran dengan menarik perhatian siswa melalui kotak huruf.

2.3 Kerangka Berpikir

Cara mengajar seorang pendidik dalam menyampikan materi pelajaran

sangat terbatas dan monoton. Hanya sebatas ceramah, Tanya jawab, diskusi, atau

simulasi sehingga pengalaman belajar yang didapatkan siswa tidak variatif.

Pembelajaran dengan media pembelajaran yang tepat akan mengurangi

kondisi pembelajaran yang monoton seperti di atas. Salah satu media

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

25

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa

Indonesia pada siswa kelas rendah adalah media grafis.

Media grafis diberikan pada pembalajaran bahasa Indonesia karena siswa

kelas I SDN I Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan tahun

2011/2012 mempunyai kemampuan membaca nyaring yang cukup rendah. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai pada aspek membaca nyaring di semester satu masih

banyak nilai siswa yang belum mencapai KKM 65.

Media grafis merupakan media yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan membaca anank, khususnya pada aspek membaca nyaring. Adapun

media grafis yang dipilih guru dalam penelitian ini adalah poster dan komik.

Alasannya, komik atau poster dapat menarik semangat siswa dalam belajar karena

poster atau komik menonjolkan warna dan gambar yang cerah. Sementara itu,

siswa kelas I termasuk kategori anak yang masih belajar pada tahap visual atau

memahami materi yang ditunjang dengan ilustrasi gambar dan warna yang

menarik.

Kelebihan komik atau poster dapat menumbuhkan minat baca khususnya

membaca nyaring dan belajar membaca karena materi yang disajikan dikemas

secara menarik.

Berikut bagan kerangka berpikir Penggunaan Media Grafis dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring bagi Siswa Kelas 1 SDN1

Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan Semester Genap

Tahun Pelajaran 2011/2012:

Gambar 1

Kerangk Berpikir

Kemampuan

membaca

nyaring siswa

meningkat

Kemampuan

membaca

nyaring siswa

masih rendah

Media

grafis

Persiapan

Pengamatan

Penyususnan

Laporan

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1049/3/T1... · Dalam bentuk lisan diikuti intonasi ... SPO, SPK, atau SPOK. Syarat

26

2.4. Hipotesis

Berdasarakan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis penelitian

tindakan kelas ini adalah kemampuan membaca nyaring kalimat sederhana pada

siswa kelas 1 SDN 1 Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan

Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012 akan meningkat setelah dalam

pembelajaran menggunakan media grafis.