BAB II KAJIAN TEORI · 2014. 2. 14. · BAB II KAJIAN TEORI . A. Hasil Belajar 1. Hasil Belajar ....

15
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar 1. Hasil Belajar Sudjana (2004: 14) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Dimyanti dan Mudjiono (2006) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. Menurut Purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses belajar mempengaruhi perubahan perilaku pada domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Definisi lainnya dikemukakan oleh Nasution (2003: 42) hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli diatas, dalam penelitian ini mengacu pada pengertian hasil belajar menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006) yaitu hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir pembelajaran. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003: 54) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI · 2014. 2. 14. · BAB II KAJIAN TEORI . A. Hasil Belajar 1. Hasil Belajar ....

  • 7

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Hasil Belajar

    1. Hasil Belajar

    Sudjana (2004: 14) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah

    suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran

    yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes

    lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam

    yaitu: keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta

    sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan

    bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Dimyanti dan Mudjiono

    (2006) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam

    bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir

    pembelajaran.

    Menurut Purwanto (2008) hasil belajar merupakan perubahan

    perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses

    belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan

    perilaku individu akibat proses belajar mempengaruhi perubahan

    perilaku pada domain tertentu pada diri siswa, tergantung perubahan

    yang diinginkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Definisi lainnya

    dikemukakan oleh Nasution (2003: 42) hasil belajar adalah suatu

    perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

    pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan

    dalam diri pribadi individu yang belajar.

    Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli

    diatas, dalam penelitian ini mengacu pada pengertian hasil belajar

    menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006) yaitu hasil yang dicapai dalam

    bentuk angka-angka atau skor melalui tes hasil belajar diakhir

    pembelajaran.

    2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Slameto (2003: 54) mengungkapkan ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar dan dapat dibedakan menjadi 2 golongan

  • 8

    yaitu: faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor

    individu (intern), yang meliputi: faktor biologis, yang terdiri dari

    kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Faktor biologis menjadi

    satu kesatuan, jika salah satu terganggu maka akan mempengaruhi

    faktor yang lain dan hasil belajar siswa juga akan terpengaruh. Faktor

    psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian

    ingatan berfikir. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan

    rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar

    dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan

    adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

    menghasilkan sesuatu akan hilang; faktor yang ada pada luar individu

    (ekstern), yang meliputi: faktor keluarga, keluarga adalah lembaga

    pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga merupakan lembaga

    pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan pendidikan

    dalam ukuran besar: faktor sekolah, meliputi: metode mengajar,

    kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan

    berdisiplin di sekolah; faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan

    masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

    Menurut Nana Sudjana (2009) hasil belajar yang dicapai siswa

    dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu

    dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

    Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

    dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

    terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping factor kemampuan yang

    dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan

    perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,

    faktor fisik dan psikis.

    Menurut Anonim (2001) secara garis besar faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yaitu; faktor dalam dan

    faktor luar. Faktor dalam yang meliputi, kondisi fisiologi dan kondisi

    psikologis. Kondisi fisiologi pada umumnya berpengaruh terhadap

    belajar seseorang, jika seseorang belajar dalam keadaan jasmani yang

    segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam keadaan

    sakit. Kondisi psikologis, terdapat beberapa faktor psikologis antara

    lain: kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan kemampuan kognitif.

  • 9

    Faktor luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat

    mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa faktor luar antara lain:

    faktor lingkungan dan faktor instrument. Faktor lingkungannya yaitu

    lingkungan alam dan lingkungan sosial. Faktor instrument adalah

    faktor-faktor yang ada dan penggunaannya dirancang sesuai dengan

    hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini meliputi, kurikulum,

    program, sarana dan fasilitas serta guru dan tenaga pengajar.

    B. Kepercayaan Diri

    1. Pengertian Kepercayaan Diri

    Setiap pribadi atau individu adalah unik, tidak ada satu individu

    yang sama persis dengan individu yang lain. Karakter atau kepribadian

    merupakan salah satu sisi yang membedakan antara individu satu

    dengan yang lain. Menurut James (dalam Dewanta, 2010), diri atau

    self merupakan komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi

    kesadaran seseorang mengenai eksistensi individualitasnya,

    pengamatan apa yang merupakan miliknya, pengertian mengenai siapa

    dia itu, dan berhubungan juga dengan perasaan tentang sifat-sifatnya,

    kualitasnya dan segala miliknya sehingga diri seseorang merupakan

    jumlah total apa yang disebut sebagai kepunyaannya.

    Diri (self) meliputi beberapa bagian dan secara umum, oleh

    Gallahue dan Ozmun (2005), diri dinyatakan sebagai sebuah konsep

    yang terdiri dari beberapa bagian penyusun, yaitu: konsep diri (self

    concept), harga diri (self esteem), citra diri (self image), dan percaya

    diri (self confident). Percaya diri (self confidence) seiring dengan

    perilaku dan sikap menunjukkan rasa percaya diri individu tersebut

    sehingga dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri merupakan

    aktualisasi dari rasa percaya diri yang dimiliki oleh individu. Neill dalam

    Alias (2009) memberikan pernyatan bahwa ”self-esteem and self-

    efficacy in combination is what constitute self-confidence”. Jika

    diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia memiliki arti bahwa

    kepercayaan diri (self-confidence) merupakan hasil kombinasi antar

    harga diri (self-esteem) dengan kemampuan diri (self-efficacy). Hal ini

    ini dapat diartikan bahwa kepercayaan diri berkembang karena adanya

    sikap atau perilaku serta penilaian yang positif pada individu tersebut.

  • 10

    Kepercayaan diri merupakan penyebab munculnya kekuatan,

    keterampilan, serta energi yang diperlukan untuk berhasil.

    Menurut Thantaway (2005: 87), kepercayaan diri adalah kondisi

    mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat

    akan kemampuan pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu

    tindakan. Sedangkan menurut Gallahue dan Ozmun (2005) menyatakan

    hal yang lebih spesipik tentang kepercayaan diri yaitu berkaitan dengan

    keyakinan individu akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan

    suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan didalam dirinya. Dengan

    kata lain bahwa jika individu memiliki kepercayaan diri yang positif

    maka dalam diri individu tersebut terdapat sebuah keyakinan yang

    dapat mendorong individu untuk dapat mencapai tujuan yang

    diharapkan.

    Menurut Hambly (1992) kepercayaan diri adalah kemampuan yang

    dimilki individu dalam menangani segala situasi. Hal tersebut diartikan

    bahwa dengan kepercayaan diri yang positif maka individu tersebut

    akan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menangani situasi

    yang dihadapi sehingga individu tersebut dapat dengan cepat dan tepat

    untuk dapat menempatkan diri serta mengambil sikap dalam situasi

    dan kondisi yang sedang dihadapi.

    Sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Hambly diatas,

    menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif individu yang

    memampukan dirinya untuk dapat mengembangkan penilaian positif,

    baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan serta situasi

    yang dihadapinya. Hal ini dapat diartikan bahwa individu yang memiliki

    kepercayaan diri yang positif akan dapat bersosialisasi dengan baik dan

    mampu menempatkan diri dalam situasi yang sedang dihadapi.

    Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraikan diatas maka

    dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan

    akan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dirinya mampu

    untuk mengembangkan penilaian positif diri terhadap lingkunagn serta

    situasi yang dihadapinya sehingga individu menjadi merasa mampu

    untuk dapat mencapai berbagai tujuan di dalam dirinya dan tidak

    mudah terpengaruh oleh orang lain.

  • 11

    2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri

    Lauster (2006) mengemukakan tentang ciri-ciri orang yang percaya

    diri, yaitu:

    a. Percaya pada kemampuan sendiri

    Yaitu suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena

    yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk

    mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.

    b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan

    yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri

    yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan

    orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.

    c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri

    yaitu adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari

    pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan

    rasa positif terhadap diri dan masa depannya.

    d. Berani mengungkapkan Pendapat

    Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam

    diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya

    paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan

    tersebut.

    Menurut Guilford (1999) Ciri-ciri orang yang mempunyai

    kepercayaan diri adalah:

    a. merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan;

    b. merasa dapat diterima oleh kelompoknya;

    c. percaya sekala pada dirinya sendiri serta memilikki ketenangan

    sikap (tidak gugup bila melakukan atau mengtakan sesuatu secara

    tidak sengaja dan ternyata apa yang dilakukan atau dikatakan itu

    salah).

    Sedangkan Ciri-ciri kepercayaan diri menurut Hakim (2002) adalah:

    a. selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu;

    b. mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;

    c. kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya serta

    dapat berkomunikasi di berbagai situasi;

  • 12

    d. memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang

    penampilannya;

    e. mempunyai kecerdasan yang cukup dan pendidikan formal yang

    cukup;

    f. memiliki kemampuan bersosialisasi terhdap lingkungan;

    g. selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah,

    misalnya tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi persoalan

    hidup;

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri

    kepercayaan diri dapat disimpulkan bahwasanya seseorang yang

    memiliki kepercayaan diri diharapkan akan percaya pada kemampuan

    sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa

    positif atau optimis terhadap diri sendiri, berani mengungkapkan

    pendapat.

    3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

    Menurut Pearce (1991) Kepercayaan diri individu berkembang dari

    kegiatan mencoba dan tindakan yang dilakukan oleh individu, dari

    mencoba daripada menghindari situasi dan bersikap pasif. Lauster

    (2006) dan didukung oleh Rini (2002), Guilford (dalam Saptaningrum,

    2005) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri

    positif dapat digambarkan dari 4 aspek antara lain:

    a. Cinta diri

    Seseorang yang memiliki percaya diri yang positif akan mencintai

    dirinya sendiri. Cinta diri sendiri diartikan sebagai perilaku

    seseorang untuk memelihara dirinya sendiri misalnya dengan

    memperhatikan penampilan dan kebersihan diri

    b. Pemahaman diri

    Dalam aspek pemahaman diri, individu tidak hanya merenungi,

    memikirkan perasaan dan perilaku diri sendiri. Namun orang yang

    memiliki percaya diri positif selalu berusaha ingin tahu bagaimana

    pendapat orang lain tentang diri sendiri, merasa yakin terhadap

    apa yang individu lakukan, percaya akan kompetensi atau

    kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan,

    penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain, berani

  • 13

    menerima dan menghadapi penolakan orang lain, yang berati

    bahwa berani menjadi dirinya sendiri, serta memiliki ketenangan

    sikap (misalnya tidak gugup dalam melakukan dan menghadapi

    sesuatu).

    c. Tujuan hidup yang jelas

    Orang yang percaya dirinya pisitif selalu memiliki arah dan tujuan

    yang jelas dalam hidupnya, hal ini disebabkan karena individu

    tersebut memiliki pemikiran yang jelas serta alasan mengapa

    melakukan tindakan-tindakan tersebut, tidak terdorong untuk

    menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain ataua

    kelompok, serta memiliki harapan yang realistik terhadap diri

    sendiri ketika harapan itu terwujud individu tetap mampu melihat

    sisi positif dari dirinya dan situasi yang terjadi.

    d. Berpikir Positif

    Berpikir positif merupakan cara berpikir yang menekankan pada

    segi positif dari suatu keadaan atau diri sendiri. Efek lain dari

    kecenderungan seseorang memusatkan perhatian pada aspek

    positif adalah pada penyesuaian diri individu terhadap situasi yang

    dihadapi, punya pengadilan diri yang baik (emosi stabil dan tidak

    moody), memiliki internal locus of control yaitu memandang

    keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri dan

    tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan, serta tidak

    tergantung atau mengharap bantuan orang lain.

    4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

    Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa kepercayaan diri pada

    seseorang menurut Hakim (2002: 121) sebagai berikut:

    a. Lingkungan keluarga

    Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang

    pertama dan utama dalam kehidupan setiap manusia, lingkungan

    sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada

    seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan

    seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya

    dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.

  • 14

    Berdasarkan pengertian di atas, rasa percaya diri baru bisa

    tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di

    dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika

    lingkungan tidak memadai menjadikan individu tersebut untuk

    percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses

    pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan

    keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang sangat

    menentukan baik buruknya kepribadian seseorang.

    Hakim (2002: 121) menjelaskan bahwa pola pendidikan

    keluarga yang bisa diterapkan dalam membangun rasa percaya diri

    anak adalah sebagai berikut.

    1. menerapkan pola pendidikan yang demokratis;

    2. melatih anak untuk berani berbicara tentang banyak hal;

    3. menumbuhkan sikap mandiri pada anak;

    4. jangan terlalu sering memberikan kemudahan pada anak;

    5. setiap permintaan anak jangan terlalu dituruti;

    6. berikan anak penghargaan jika berbuat baik;

    7. berikan hukuman jika berbuat salah;

    8. kembangkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak;

    b. Pendidikan formal

    Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi

    anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan

    bagi anak setelah lingkungan keluarga di rumah. Sekolah

    memberikan ruang pada anak untuk mengekpresikan rasa percaya

    dirinya terhadap teman-teman sebayanya.

    Hakim (2002: 122) menjelaskan bahwa rasa percaya diri

    siswa di sekolah bisa dibangunn melalui berbagai macam bentuk

    kegiatan sebagai berikut .

    1. memupuk keberanian untuk bertanya;

    2. peran guru/pendidik yang aktif bertanya pada siswa;

    3. melatih berdiskusi dan berdebat;

    4. mengerjakan soal di depan kelas;

    5. bersaing dalam mencapai prestasi belajar;

    6. mengikuti kegiatan ekstrakulikuler;

    7. penerapan disiplin yang konsisten;

  • 15

    8. memperluas pergaulan yang sehat dan lain-lain.

    c. Pendidikan non formal

    Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang

    dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki

    kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain.

    Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang

    memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum.

    Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertnetu bisa

    didapatkan melalui pendidikan non formal misalnya : mengikuti

    kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, seni vokal,

    keterampilan memasuki dunia kerja (BLK), pendidikan keagamaan

    dan lain sebagainya. Sebagai penunjang timbulanya rasa percaya

    diri pada diri individu yang bersangkutan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang

    lain menurut Angelis (2006: 4) adalah sebagai berikut.

    1) kemampuan pribadi: Rasa percaya diri hanya timbul pada saat

    seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu

    dilakukan;

    2) keberhasilan seseorang: Keberhasilan seseorang ketika

    mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan cita-citakan

    akan menperkuat timbulnya rasa percaya diri;

    3) keinginan: Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka orang

    tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat

    untuk mendapatkannya;

    4) tekat yang kuat: Rasa percaya diri yang datang ketika

    seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan

    yang diinginkan;

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah faktor

    internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang

    dimiliki individu dalam mengerjakan sesuatu yang mampu

    dilakukannya, keberhasilan individu untuk mendapatkan sesuatu

    yang mampu dilakukan dan dicita-citakan, keinginan dan tekat

    yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan hingga

    terwujud. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga di mana

  • 16

    lingkungan keluarga akan memberikan pembentukan awal

    terhadap pola kepribadian seseorang. Yang kedua adalah

    lingkungan formal atau sekolah, dimana sekolah adalah tempat

    kedua untuk senantiasa mempraktikkan rasa percaya diri individu

    atau siswa yang telah didapat dari lingkungan keluarga kepada

    teman-temannya dan kelompok bermainnya. Yang ketiga adalah

    lingkungan pendidikan non formal temapat individu menimba ilmu

    secara tidak langsung belajar ketrampilan-keterampilan sehingga

    tercapailah keterampilan sebagai salah satu faktor pendukung guna

    mencapai rasa percaya diri pada individu yang bersangkutan.

    C. Kemampaun Berpikir Kreatif

    1. Pengertian Kemapuan Berpikir Kreatif Matematis

    Isaken (dalam Grieshober, 2004) mendefinisikan berpikir kreatif

    sebagai proses kontruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran,

    keluwesan, kebaruan, dan keterincian. Menurut Mc Gregor (2007),

    berpikir kreatif adalah berpikir yang mengarah pada pemerolehan

    wawasan baru, pendekatan baru, perpektif baru atau cara baru dalam

    memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (2009), kemampuan

    berpikir kreatif adalah kemampuan unutk menghasilkan ide atau cara

    baru dalam menghasilkan suatu produk.

    Menurut Livne (2008), berpikir kreatif matematis merujuk pada

    kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru

    terhadap masalah matematika yang bersifaf terbuka. Krutetski (Part,

    2004) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif kreatif matematis

    sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara

    mudah dan fleksibel.

    Menurut Ruseffendi (2008) manusia yang berpikir kreatif adalah

    manusia yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas dan sensitif terhadap

    reaksi dan kekeliruan, mengemukakan pendapat dengan teliti dan

    penuh keyakinan, tidak tergantung pada orang lain, tidak begitu saja

    menerima suatu pendapat, dan kadang-kadang susah diperintah.

    Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan berfikir kreatif matematis merupakan kemampuan siswa

  • 17

    dalam memecahkan suatu permasalahan matematis yang sifatnya

    terbuka dengan memunculkan ide-ide yang baru dan bersifat fleksibel.

    2. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

    Menurut Wicoff (Rizki, 2012: 28), individu yang kreatif membawa

    makna atau tujuan baru dalam suatu tugas, menemukan penggunaan

    baru, menyelesaikan masalah atau memberikan nilai tambah atau

    keindahan.

    Munandar (2009: 36) mengemukakan ciri-ciri pribadi yang kreatif

    yaitu: imajinatif, mempunyai minat yang luas, mandiri dalam berpikir,

    penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, dan berani dalam

    pendirian dan keyakinan.

    Adapun yang termasuk kemampuan berpikir kreatif menurut

    Munandar (2009: 14) sebagai berikut:

    1. Fluency (Keterampilan berpikir lancar), Meliputi kemampuan:

    Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah

    atau pertanyaan; Memberikan banyak cara atau saran untuk

    melakukan berbagai hal; Selalu memikirkan lebih dari satu

    jawaban.

    2. Flexibility (keterampilan berpikir luwes) meliputi kemampuan:

    Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi;

    Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-

    beda; Mencari banyak alternatif pemecahan yang berbeda-beda,

    Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

    3. Originality (keterampilan berpikir orisinal) meliputi kemampuan:

    Melahirkan ungkapan yang baru dan unik; Memikirkan cara yang

    tidak lazim untuk mengungkapakan diri; Mampu membuat

    kombinasi tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur

    4. Elaboration (Ketrampilan memperinci) meliputi kemampuan

    Memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk;

    Menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek,

    gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

    Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukan di atas, dapat

    disimpulkan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif matematis

    adalah kemampuan siswa dalam membuat berbagai ide dan

  • 18

    menyelesaikan masalah-masalah matematis secara lancar (fluency),

    luwes (flexibility), orisinal (originality), dan terperinci (elaboration).

    D. Kajian Penelitian Yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Nur’asyah (2005) yang berjudul

    Hubungan kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadap matematika

    dengan hasil belajar matematika di SMP Negeri Se Kota Medan. Hasil

    penelitian menyimpulkan bahwa kepercayaan diri mempunyai hubungan

    yang berarti dan signifikan dengan hasil belajar matematika, artinya makin

    tinggi kepercayaan diri siswa maka maka makin tinggi pula hasil belajar

    siswa. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien kolerasi ry1 = 0,41 pada taraf

    signifikan α = 0,05 dan koefisien determinasi r2y1 = 0,17, hal ini

    menunjukkan bahwa 17% variasi hasil belajar matematika ditentukan oleh

    kepercayaan diri melalui persamaan regresi Ŷ = 9,36+0,41 X1.

    Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005)

    tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar siswa

    SMA bidang kognitif, yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan

    antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar bidang kognitif pada siswa

    kelas II SMA Raksana Medan. Hal ini berarti bahwa kepercayaan diri tidak

    mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas II SMA Raksana Medan di

    bidang kognitif.

    Penelitian yang telah dilakulan oleh Risqi Rahman yang berjudul

    Hubungan Antara Self-Concept Terhadap Matematika Dengan Kemampuan

    Berpikir Kreatif Matematik Siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

    Self-Concept siswa tentang matematika dalam pembelajaran berbantuan

    Geogebra secara umum mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa

    dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.

    Penelitian yang dilakukan oleh Eklas, S. E (1995) yang berjudul

    hubungan Kemampuan berpikir kreatif, Intelegensi dan keterikatan

    terhadap tugas dengan Prestasi akademik mahasiswa fakultas Ekonomi dan

    Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Elektro Angkatan 1988, Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga menyimpulkan bahwa ada hubungan

    signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi akademik.

    Penelitian yang dilakukan oleh Tanti Diyah Rahmawati yang

    berjudul Kompetensi Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pemecahan Masalah

  • 19

    Matematika Di SMP NEGERI 2 MALANG. Diperoleh hasil bahwa

    kemampuan peserta didik berpikir kritis dan kreatif di SMP N 2 Malang

    khususnya kelas VIII-E tergolong cukup baik dengan rata-rata prosentase

    berpikir kritis 56% dan berpikir kreatif 54%.

    E. Kerangka Berpikir

    Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya

    manusia yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

    Kepercayaan diri berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang

    dimiliki oleh seseorang. Kepercayaan diri berkembang dari kegiatan dan

    tindakan yang dilakukan oleh individu, dari mencoba daripada menghindari

    situasi dan bersikap pasif terhadap kondisi yang dihadapinya. Kepercayaan

    diri yang positif akan menambah semangat dan kemampuan berpikir untuk

    merasa yakin dengan kompetensi yang telah dimiliki, hal ini akan

    mendorong seseorang untuk berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan

    tujuan yang akan dicapai yaitu meraih prestasi belajar yang baik. Akan

    tetapi kepercayaan diri yang negatif akan mengakibatkan seseorang tidak

    merasa yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga kurang

    berhasil dalam kehidupannya khususnya dalam bidang akademik.

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberi

    peluang besar bagi siswa mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut secara

    langsung akan berpengaruh pada kepercayaan diri siswa, pada saat siswa

    gagal dalam belajar matematika akan menimbulkan perasaan cemas dalam

    menghadapi hasil akhir dari proses belajar yaitu hasil belajar siswa tersebut

    Handayani (dalam Kriswandani 2009). Kepercayaan diri memberikan

    kontribusi yang positif terhadap proses belajar khusunya matematika.

    Menurut Mc Leod (1992) kepercayaan diri terhadap matematika

    merupakan keyakinan tentang kompetensi diri didalam matematika dan

    kemampuan individu dalam matematika merupakan hasil dari proses

    belajar berlatih mengerjakan soal-soal matematika. Oleh karena itu dalam

    proses belajar matematika diperlukan proses kepercayaan diri positif, dari

    hal tersebut akan menumbuhkan keyakinan dan semangat dalam belajar

    sehingga akan memberikan dampak yang positif dalam pencapaian tujuan

    yaitu hasil belajar yang baik.

  • 20

    Selain kepercayaan diri kemampuan berpikir kreatif matematis juga

    mempengaruhi hasil belajar siswa. Berpikir kreatif dapat dikatakan sebagai

    pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk

    menghasilkan produk yang kreatif. Krutetski (Park, 2004) mendefinisikan

    kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan

    solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel. Kiesswetter

    (Pehnoken, 1997) menyatakan bahwa kemampuan berpikir fleksibel yang

    merupakan salah satu aspek kemampuan berpikir kreatif matematis

    merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam

    menyelesaikan masalah matematika. Mengembangkan kemampuan

    berpikir kreatif matematis sangat penting dalam pembelajaran

    matematika. Pengembangan beberapa kemampuan berpikir kreatif seperti

    kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinal (originality), terperinci

    (elaboration).

    Kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif matematis

    diduga berhubungan sangat erat dengan hasil belajar siswa. Seseorang

    (siswa) yang memiliki kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif

    matematis yang tinggi maka semakin tinggi pula hasil belajar yang

    diperoleh. Kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif merupakan

    faktor-faktor yang menentukan hasil belajar.

    Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang

    hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan berpikir kreatif

    matematis dengan hasil belajar. Hubungan antara variabel dalam

    penelitian ini digambarkan dalam pola kerangka berpikir pada gambar 3.1

    berikut:

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

    Kepercayaan diri

    Hasil belajar

    Kemampuan berpikir

    kreatif matematis

  • 21

    F. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan di atas maka

    hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

    a. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan hasil belajar

    matematika.

    b. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis

    dengan hasil belajar matematika siswa.

    c. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan kemampuan

    berpikir kreatif matematis dengan hasil belajar matematika siswa.