BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1...

24
8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Menulis Pada dasarnya, semua keterampilan dalam bahasa Indonesia penting untuk dikuasai, tetapi menulis memang harus diakui sebagai sebuah aktivitas yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan berbicara, membaca dan menyimak. Menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses pembelajaran sehingga memang diperlukan sebuah proses panjang untuk menumbuh kembangkan tradisi menulis. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menurut Iskandarwassid (2008:248) kegiatan menulis dibandingkan dengan tiga kempuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Menurut Langan (dalam Pateda, 2004:76) mengatakan bahwa, untuk setiap ide yang dikemukakan harus didukung oleh alasan yang cukup. Dengan kata lain, menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tertulis. Adapun menurut Wikipedia (diunduh tanggal 08/04/2013),menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir

Transcript of BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1...

8

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Pengertian Menulis

Pada dasarnya, semua keterampilan dalam bahasa Indonesia penting

untuk dikuasai, tetapi menulis memang harus diakui sebagai sebuah aktivitas yang

sangat berbeda bila dibandingkan dengan berbicara, membaca dan menyimak.

Menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan

harus melalui proses pembelajaran sehingga memang diperlukan sebuah proses

panjang untuk menumbuh kembangkan tradisi menulis.

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan

keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menurut Iskandarwassid

(2008:248) kegiatan menulis dibandingkan dengan tiga kempuan berbahasa yang

lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa

yang bersangkutan sekalipun.

Menurut Langan (dalam Pateda, 2004:76) mengatakan bahwa, untuk

setiap ide yang dikemukakan harus didukung oleh alasan yang cukup. Dengan

kata lain, menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tertulis.

Adapun menurut Wikipedia (diunduh tanggal 08/04/2013), menulis adalah suatu

kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan

menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan

alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan

menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir

9

Kuno. Pendapat lain menurut Santosa, dkk (2008: 6.14) mengatakan bahwa

menulis dapat dianggap sebagai suatu proses ataupun suatu hasil. Menulis

merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah

tulisan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa

menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau

muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan suatu simbol

atau lambang bahasa yang dapat dilihat. Dengan demikian, dalam komunikasi

tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, (1) penulis sebagai

penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau media berupa tulisan,

dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.

2.1.1 Tujuan Menulis

Menurut Hugo Harting (dalam Umar, 2007:46), tujuan menulis

sebagai berikut,

1. Tujuan Penugasan (assigment purpose)

Menulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis,

tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas

kemauan sendiri.

2. Tujuan Altruistik (altruistic purpose)

Penulis bertujuan ingin menyenangkan para pembaca, ingin menghilangkan

rasa duka yang mendalam dari pembaca, ingin menolong para pembaca

10

memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup

para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.

3. Tujuan Persuasif (persuasive purpose)

Penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin

akan kebenaran gagasan atau ide yang diutarakan oleh penulis.

4. Tujuan Informasional (informasional purpose)

Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau

keterangan pada pembaca.

5. Tujuan pernyataan diri

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri

kepada para pembaca.

6. Tujuan Kreatif (creative purpose)

Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai – nilai artistik atau

nilai – nilai kesesuaian dengan membaca tulisan si penulis.

7. Tujuan Pemecahan Masalah (problem solving purpose)

Penulis berusaha memecahkan sesuatu masalah yang dihadapi. Dengan

tulisannya penulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang

bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

2.1.2 Manfaat Menulis

Menulis bisa saja dianggap sesuatu yang membosankan dan tidak

bermanfaat. Tapi sebetulnya di era informasi ini, kemampuan menulis merupakan

suatu hal yang penting seperti halnya membaca dan berhitung. Oleh karena itu,

tidak heran kalau dalam kurikulum pelajaran sekolah dasar ada mata pelajaran

11

yang dinamakan calistung alias membaca, menulis dan berhitung. Namun,

semakin tinggi pendidikkan kita atau semakin berkembang pekerjaan kita,

tentunya keterampilan menulis harus ikut meningkat.

Banyak manfaat dari menulis mulai dari menulis sesuatu yang sederhana

misalnya menuliskan daftar belanjaan supaya tidak lupa ketika kita sampai di toko

sampai hal yang rumit misalnya membuat skripsi sebagai syarat kelulusan.

Tulisan sederhana ataupun rumit akan tetap bernilai penting apabila kita

merasakan manfaatnya (Ahira : diunduh tanggal 08/04/2013). Berikut beberapa

manfaat dari kegiatan menulis, seperti :

1. Untuk menghilangkan stress. Dengan menulis kita bisa mencurahkan

perasaan sehingga tekanan batin yang kita rasakan berkurang sedikit demi

sedikit sejalan dengan tulisan. Tulisan yang kita buat bisa tentang apa yang

sedang kita rasakan ataupun menuliskan hal lain yang bisa mengalihkan kita

dari rasa tertekan tersebut (stress). Dengan demikian, kesehatan fisik dan

mental kita akan lebih terjaga.

2. Alat untuk menyimpan memori. Karena kapasitas ingatan kita terbatas, maka

dengan menuliskannya, kita bisa menyimpan memori lebih lama. Sehingga

ketika kita membutuhkannya, kita akan mudah menemukannya kembali.

Misalnya, menuliskan peristiwa-peristiwa berkesan di diari, menuliskan

setiap pendapatan dan pengeluaran keuangan, menulis ilmu pengetahuan atau

pelajaran, menuliskan ide/gagasan, menuliskan rencana-rencana, target-target

dan komitmen-komitmen.

12

3. Membantu memecahkan masalah. Ketika kita ingin memecahkan suatu

permasalahan, maka kita bisa membuat daftar dengan menuliskan hal-hal apa

saja yang menyebabkan masalah itu terjadi dan hal-hal apa saja yang bisa

membantu untuk memecahkan masalah tersebut. Cara seperti itu akan lebih

memudahkan kita dalam melihat duduk permasalahan dengan tepat yang pada

akhirnya bisa memberi pemecahan yang tepat pula dalam jangka waktu yang

relatif lebih cepat.

4. Melatih berfikir tertib dan teratur. Ketika kita membuat tulisan khususnya

tulisan ilmiah atau untuk dipublikasikan, maka kita dituntut untuk membuat

tulisan yang sistematis sehingga pembaca bisa mengerti apa yang sebenarnya

ingin kita sampaikan.

5. Sumber penghasilan. Orang pasti selalu membutuhkan bacaan baik itu bacaan

fiksi (cerpen, novel, puisi, dll.) maupun nonfiksi (berita, ilmu pengetahuan,

dll.). Baik bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan atau hanya sekedar

hiburan saja. Bagi orang yang pandai menulis, tentu saja menulis akan

menjadi sumber penghasilannya.

2.1.3 Kegiatan Menulis

Kegiatan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa

tulis yang produktif. Menurut Aminudin, menulis merupakan kegiatan yang

memerlukan kemampuan yang kompleks, antara lain kemampuan berfikir secara

teratur dan logis, kemampuan membahasakan gagasan atau ide-ide secara jelas

dengan menggunakan bahasa yang efektif serta kemampuan menerapkan kaidah

tulis menulis yang baik (dalam Nading, 2011:17).

13

Kemampuan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang serba

modern sekarang ini, sebab komunikasi akan lebih banyak berlangsung secara

tertulis. Kemampuan menulis merupakan ciri dari orang terpelajar atau bangsa

yang terpelajar. Sehubungan dengan itu, ada seorang penulis yang mengatakan

bahwa menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat, merekam,

meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan mempengaruhi (Nading

2011:18).

Di dalam dunia pendidikan menulis mempunyai arti yang sangat penting.

Siswa yang sering menulis akan menjadi terampil dan terarah kemampuan

berekspresinya sehingga secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan

berfikir kalau ia dibimbing dengan baik dan benar. Kemampuan menulis

merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih sehingga

kemampuan menulis akan meningkat.

2.1.4 Pengertian Kemampuan

Spencer and Spencer (dalam Uno, 2008 :129) mendefinisikan

kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang

berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau

situasi. R.M Guion dalam Spencer and Spencer mendevinisikan kemampuan atau

kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan

mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi, dan

berlangsung terus dalam periode waktu yang lama (Uno, 2008 : 129). Dari

pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah merujuk pada

14

kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan

perilakunya.

Selanjutnya, menurut Chaplin (dalam Setiawan) “ability (kemampuan,

kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)

untuk melakukan suatu perbuatan”. Sedangkan menurut Robbins, kemampuan

bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan

atau praktek (diunduh tanggal 16/01/2013).

Dari pendapat-pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa kemampuan

(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan

bawaan atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk

mengerjakan sesuatu yang diwujutkan melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins

(dalam Setiawan diunduh tanggal 16/01/2013) menyatakan bahwa kemampuan

terdiri dari dua faktor, yaitu;

a. Kemampuan Intelektual (Intectual Ability)

merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental

b. Kemampuan Fisik (Phisical Ability)

merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan

dan karakteristik fisik.

Beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kemampuan merupakan hal yang

yang sangat penting utnuk dimiliki oleh setiap individu beradaptasi dengan

kehidupan yang semakin kompleks. Seperti yang telah disebutkan di atas,

kemampuan terdiri dari dua faktor, yakni kemampuan intelektual, dan

kemampuan fisik, maka pada penelitian ini lebih difokuskan pada salah satu

15

kemampuan saja, yakni kemampuan intelektual siswa berbahasa khususnya

bahasa tulis yang harus dilatih, diasah dan dikembangkan agar siswa memiliki

kemampuan menulis yang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa

yang penting untuk dikuasai. Siswa diharapkan mampu menulis sebuah cerita

dengan baik, serta mampu menggunakan tanda baca dengan tepat, dan memiliki

banyak kosakata.

2.1.5 Pembelajaran Menulis

Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara

otomatis. Kemampuan itu bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui

tindak pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis

pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan

menulis.

Siswa SD yang baru masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-

huruf. Oleh karena itu pada hakekatnya huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis

maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis

lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah

huruf. Pertama masuk sekolah, mereka dilatih untuk membuat garis-garis tersebut.

Jadi pembelajaran menulis sejak kelas I SD siswa telah diperkenalkan dengan

mumbuat/menulis huruf-huruf atau alfabet latin dan mengaitkannya menjadi kata-

kata (Solhan,dkk. 2007 : 9.4).

Di samping itu siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar,

misalnya memegang dan menggunakan alat tulis (merupakan kompetensi dasar

menulis yang harus dikembangkan guru). Di SD kelas tinggi setelah siswa

16

menguasai teknik menulis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan

merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat-kalimat ini dirangkaikan

menjadi paragraf, dan yang terakhir paragraf-paragraf disusun menjadi sebuah

wacana.

Menurut Tarigan (dalam Solhan, dkk. 2007:9.26) ada beberapa teknik

dalam pembelajaran menulis, seperti berikut,

1. Menyusun Kalimat

Menyusun atau membangun kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara

seperti menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat, memperbaiki susunan

kalimat, memperluas kalimat, substitusi dan transformasi.

2. Memperkenalkan Karangan

Dalam memperkenalkan karangan ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu

baca dan tulis atau simak dan tulis.

3. Meniru Model

Dalam teknik ini guru menyiapkan teknik karangan yang dipakai sebagai

model oleh siswa untuk menyusun karangan. Struktur karangan memang

sama tapi berbeda dalam isi.

4. Karangan Bersama

Teknik ini dimulai dengan pengamatan yang dilakukan oleh siswa

bersama guru

5. Mengisi

Teknik ini dipraktikan dengan cara guru menyiapkan sebuah karangan yang

kata kelima dan setiap kalimat pembangun cerita itu dihilangkan.

17

6. Menyusun Kembali

Suatu karangan yang telah dikacaukan urutan kalimatnya, kemudian

diberikan kepada siswa untuk mengurutkan kembali menjadi sebuah karangan

dengan urutan kalimat yang benar.

7. Menyelesaikan Cerita

Siswa diberi cerita yang belum selesai dan ditugasi menyelesaikan cerita

tersebut menjadi cerita yang utuh.

8. Menjawab Pertanyaan

Siswa diberi pertanyaan dan kalimat-kalimat jawaban siswa tersebut dapat

disusun sebuah cerita, apakah tentang alam sekitarnya, kesenangannya dan

sebagainya.

9. Meringkas Bacaan

Teknik ini dilaksanakan dengan cara siswa diberi suatu bacaan yang,

kemudian siswa disuruh membaca/mempelajari bacaan tersebut, kemudian

disuruh meringkasnya.

10. Parafrase

Guru memberi karangan puisi yang harus diubah oleh siswa dalam bentuk

prosa atau sebaliknya.

11. Reka Cerita Gambar

Teknik ini bertujuan untuk melatih mengembangkan imajinasi siswa dengan

melihat gambar tunggal atau gambar berseri siswa disuruh menuliskan sebuah

cerita yang ada hubungannya dengan gambar yang diamatinya.

18

2.1.6 Hakikat Menulis

Menulis pada hakikatnya dapat dianggap sebagai proses atau suatu hasil.

Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan

sebuah tulisan. Sebenarnya, kegiatan menulis yang menghasilkan sebuah tulisan

sering kali kita lakukan, misalnya mencatat pesan, ataupun menulis memo untuk

teman.

Dilihat dari prosesnya, menulis mulai dari suatu yang tidak tampak sebab

apa yang kita tulis masih berbentuk pikiran, bersifat sangat pribadi. Jika penulis

adalah seorang siswa, guru hendaknya belajar merasakan kesulitan siswa yang

sering dihadapi ketika menulis. Guru yang memahami kesulitan yang sering

dihadapi siswanya ketika menulis akan berpendapat bahwa untuk menulis sebuah

karangan itu tidak harus sekali jadi (Santosa, 2008:6.15).

2.1.7 Pengertian Cerita

Membaca sebuah karya fiksi, novel ataupun cerpen, pada umumnya yang

pertama menarik perhatian orang adalah ceritanya. Faktor cerita inilah yang

mempengaruhi sikap dan selera orang terhadap buku yang akan dibacanya.

Berdasarkan keadaan cerita itu pulalah biasanya orang memandang bahwa buku

tersebut menarik, menyenangkan, mengesankan, atau sebaliknya membosankan

dan berbagai reaksi emosi yang lain.

Foster (1970) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian

yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Pendapat lain menurut Abrams

(1981) cerita adalah sebagai sebuah urutan kejadian yang sederhana dalam urutan

waktu. Sedangkan Kenny (1966) mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa

19

yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi

(dalam Nading, 2011:11).

Menurut Filyamma (diunduh tanggal : 10/04/2013) Cerita adalah

rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi)

ataupun tidak nyata (fiksi). Bercerita adalah metode komunikasi universal yang

sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan dalam teks kitab sucipun

banyak berisi cerita-cerita. Pendapat lain menurut Arifin (diunduh tanggal :

10/04/2013) Cerita adalah penuturan tentang suatu kejadian. Dari cerita tersebut,

kita dapat mengetahui di mana, bangaimana, dan apa yang dialami oleh pelaku

cerita dari awal sampai akhir, Pelaku cerita dapat manusia, binatang, maupun,

manusia.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa cerita pada

dasarnya adalah jalinan kejadian yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalamnya

dengan alur serta setting waktu dan tempat yang relevan. Maka di dalam sebuah

cerita yang baik harus ada setidaknya jalinan kejadian yang teratur dan logis,

tokoh yang mengalami kejadian dan keterangan-keterangan. Keterangan ini bisa

berupa keterangan waktu dan tempat maupun keterangan suasana.

Tanpa keterangan-keterangan ini, cerita akan sulit mendeskripsikan diri

kepada pembaca tentang dirinya sendiri. Cerita tidak akan tersampaikan kepada

pembaca dengan baik. Karena pembaca butuh keterangan-keterangan untuk ikut

merasakan bagaimana keadaan di dalam cerita yang sebenarnya.

20

2.1.8 Tujuan Cerita

Melalui sebuah cerita, tentunya ada tujuan yang ingin dicapai oleh

seorang penulis cerita. Tujuan itu bermacam-macam, seperti menjadikan pembaca

ikut berpikir dan bernalar, membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan,

menjadikan pembaca beropini, menjadikan pembaca mengerti, dan membuat

pembaca terpersuasi oleh isi karangan, atau membuat pembaca senang dengan

menghayati nilai-nilai yang dikemukakan dalam cerita, seperti nilai-nilai

kebenaran, nilai keagamaan, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai

kemanusiaan, nilai etika dan nilai estetika (Suparno. 2008 hal : 3.7).

2.1.9 Manfaat Cerita bagi Siswa

Menurut para ahli pendidikan dalam Filyamma (diunduh tanggal :

10/04/2013) bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa manfaat yang amat

penting, yaitu:

1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak

2. Media penyampai pesan/nilai mora dan agama yang efektif

3. Pendidikan imajinasi/fantasi

4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi

5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita

6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin

7. Sarana Hiburan dan penarik perhatian

8. Menggugah minat baca

9. Sarana membangun watak mulia

21

2.1.10 Unsur-Unsur Cerita

Menurut pendapat Umar 2007 (hal : 59) jika kita sebagai calon guru SD

ingin membaca dan mendengarkan suatu cerita dengan baik, kita harus memiliki

pengetahuan tentang unsur-unsur pembentuk cerita, misalnya : (1) Penokohan dan

karakter. (2) alur atau plot. (3) Setting atau latar cerita. (4) point of view, atau

pusat pengisahan. (5) Tema dan (6) Amanat. Dengan demikian pembaca dapat

menikmati cerita itu secara utuh sehingga diperoleh kesenangan, informasi,

warisan kultural, dan keseimbangan wawasan.

2.1.11 Pengertian Media

Menurut Sadiman, dkk (dalam Soeharto, dkk, 2003:98) media berasal

dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara

haraifiah berarti perantara atau pengantar, yang dapat diartikan bahwa media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. pendapat

lain menurut Aqib (2002:58) Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

Adapun pendapat menurut Sudrajad (diunduh tanggal 22/01/2013) Dalam

proses pembelajaran, media dapat diartikan sebagai berikut,

1). Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran.

2). Sarana fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran seperti buku,

film, video, slide, dan sebagainya.

22

3). Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk

teknologi perangkat kerasnya.

Dari beberapa pengertian di atas, baik secara harafiah, maupun dalam

artian yang sebenarnya, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya

proses belajar pada diri siswa. Penggunaan media secara kreatif akan

memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan

penampilan mereka dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai

dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.1.12 Fungsi Peranan Media Pengajaran

Nana Sudjana (dalam Nading, 2011:25) merumuskan fungsi media

sebagai berikut :

1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi

tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari

keseluruhan situasi mengajar.

3. Penggunaan Media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekedar

melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

4. Penggunaan media dalam pembelajaran lebih dituangkan untuk mempercepat

proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian

yang diberikan guru.

23

5. Penggunaaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu

belajar mengajar.

Wirasasmita (dalam Nading, 2011:25) mengemukakan bahwa media

pendidikan mempunyai fungsi edukatif sesuai dengan konotasi yang berkenan

dengan tujuan pendidikan. Media juga dapat dikategorikan sebagai salah satu

stimuli komunikasi, yaitu kekuatan yang digunakan untuk membina, membangun,

atau mendidik manusia dengan tujuan untuk mengubah sikapnya.

Dalam proses pembelajaran media memiliki fungsi yang sangat penting.

Hairuddin, dkk. (dalam Yusuf, 2011:28) mengemukakan bahwa penggunaan

media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan

minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar

serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. penggunaan media juga dapat

membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, penyajian materi/data dengan

menarik, memudahkan menafsirkan data dan memadatkan informasi.

2.1.13 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Gani (2010:4) Media pembelajaran dibedakan atas media

pandang-dengar (audio-visual), media dengar (audio) dan media pandang (visual).

1. Media Audio-Visual

kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut dengan

media pandang-dengar, seperti televisi, video.

2. Media Audio

24

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

yang artinya hanya dapat di dengar tapi tidak dapat di lihat contohnya seperti

radio, kaset, tape recorder.

3. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan

indera penglihatan seperti gambar buram, gambar tembus pandang. Jenis

media inilah yang sering digunakan oleh guru – guru untuk membantu

menyampaikan isi atau meteri pelajaran. Media ini terdiri dari media yang

tidak dapat diproyeksikan, (gambar diam/mati, grafis, dan realita/model) dan

media yang dapat diproyeksikan.

Mengingat media visual terdiri dari beberapa bentuk seperti yang

disebutkan, penulis memfokuskan pada salah satu bentuk yakni media yang tidak

dapat diproyeksikan (media gambar). Media gambar berupa gambar–gambar yang

disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat,

atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi pelajaran yang akan

disampaikan kepada siswa. Media gambar ini ada yang tunggal, dan ada pula yang

seri yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

2.1.14 Media Gambar Seri

Menurut Akib (dalam Gani, 2012:23) Gambar seri merupakan gambar

yang ditampilkan secara berurut. Gambar seri merupakan salah satu jenis media

visual yang tidak dapat diproyeksikan, Gambar seri merupakan serangkaian

gambar yang terpisah antara satu dengan yang lain tetapi memiliki satu kesatuan

urutan cerita. Gambar seri akan sulit dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan

25

belum diurutkan. Gambar seri akan memiliki makna setelah diurutkan

berdasarkan pola tertentu atau sesuai dengan urutan sebuah cerita (Warsito dalam

Gani, 2012:23). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa gambar seri

adalah sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Gambar seri ini sangat mudah untuk didapatkan, banyak tersedia dalam

buku-buku (majalah, surat kabar, dll), mudah dimengerti, tidak mahal, serta

mudah untuk menggunakannya. Penggunaan gambar seri dirasakan sangat tepat

untuk membantu siswa dalam menghubungkan isi cerita dalam bentuk paragraf.

Dengan melihat gambar, siswa dapat menulis cerita yang baik berdasarkan

gambar tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, penulis menggunakan media gambar seri dalam

meningkatkan kemampuan siswa Kelas III SDN 3 Bongo Kecamatan Batudaa

Pantai Kabupaten Gorontalo untuk menulis cerita.

2.1.15 Tujuan Penggunaan Media Gambar Seri

Adapun tujuan dari penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran

menulis cerita adalah untuk mempercepat proses belajar mengajar, meningkatkan

kualitas proses belajar mengajar, dan membuat konsep yang abstrak menjadi lebih

konkret, sehingga dapat membantu siswa menerjemahkan pesan atau ide/gagasan

yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistik. (Gani, 2012:24).

2.1.16 Manfaat Penggunaan Media Gambar Seri

Adapun manfaat dari penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran

menulis menurut Gani (2012:24) adalah :

1). Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu sesuai letak gambar seri

26

2). Membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam

belajar.

3). Dapat menarik perhatian siswa sehingga terdorong untuk lebih giat belajar.

4). Dapat membantu daya ingat siswa, dan

5). Memudahkan siswa dalam menerima pelajaran serta menuangkan ide-ide

serta gagasannya dalam bentuk cerita sesuai gambar seri.

2.1.17 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Gambar Seri

Adapun kelebihan dari penggunaan media gambar seri, menurut Gani

(2012:25) adalah :

a). Sifatnya kongret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah,

jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

b). Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu

c). Dapat mengatasi batasan pengamatan kita

d). Dapat memperjelas masalah dalam bidang apa saja, dan untuk semua orang

tanpa memandang umur sehingga dapat mencegah atau membetulkan

kesalahpahaman.

e). Harganya murah serta mudah untuk digunakan.

Adapun kelemahan dari penggunaan gambar seri adalah :

1). Hanya menampilkan persepsi indera mata dan ukurannya terbatas hanya

dapat terlihat oleh sekelompok siswa.

2). Gambar diinterpretasikan secara personal, dan subyektif.

3). Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif

dalam pembelajaran.

27

2.1.18 Langkah – Langkah Pembelajaran Media Gambar Seri

Adapun langkah – langkah pembelajaran media gambar seri adalah

sebagai berikut,

1. Menampilkan 4 buah gambar berurutan dan saling berhubungan satu dengan

lainnya.

2. Siswa memperhatikan dan menganalisa contoh cerita berdasarkan rangkaian

media gambar seri.

3. Siswa mengamati rangkaian gambar seri

4. Siswa menulis sebuah cerita berdasarkan masing-masing rangkaian media

gambar seri hingga membentuk satu kesatuan cerita

2.1.19 Kemampuan Siswa Menulis Cerita Melalui Media Gambar Seri

Pada penelitian ini siswa dilatih untuk menulis cerita dengan dibantu oleh

sebuah gambar yang berbentuk gambar seri. Siswa diharapkan mampu

mengurutkan beberapa gambar hingga berurutan dengan baik dan dapat

membentuk satu kesatuan cerita. Setelah itu, siswa diharapkan mampu menulis

cerita dari masing-masing rangkaian gambar yang sudah diurutkan, hingga

membentuk satu kesatuan cerita.

Siswa dikatakan mampu atau berhasil dalam menulis cerita, apabila isi

cerita yang telah dibuat sesuai dengan rangkaian gambar dan saling berkaitan

antara satu dengan yang lainnya. Selain itu siswa juga harus mampu mengunakan

tanda baca secara tepat, mampu mengekspresikan ide dan memiliki banyak

kosakata.

28

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Adapun kajian penelitian yang relevan dengan masalah pada penelitian

ini adalah penelitian tentang “Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Eksposisi

Melalui Gambar Seri Dengan Teknik Modeling di Kelas VI SDN No. 80 Kota

Tengah Kota Gorontalo”, dengan permasalahan tentang kemampuan siswa

menulis paragraf eksposisi melalui gambar seri dapat ditingkatkan dengan teknik

modeling. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah memuaskan, dimana

penggunaan gambar seri dengan teknik modeling dapat meningkatkan

kemampuan siswa menulis paragraf eksposisi.

Penelitian ini dilakukan oleh Anita Sundawati pada Tahun 2008 dalam

bentuk PTK dengan hasil capaian dari observasi awal, tes akhir siklus I dan II

semuanya menunjukan ada kenaikan/peningkatan. Adapun ketuntasan hasil

belajar yang diperoleh dari siklus II pada penelitian tersebut mencapai 83% atau

sebanyak 34 orang siswa yang sudah mampu menulis paragraf eksposisi dengan

baik dan sisanya hanya 7 orang siswa yang belum mampu menulis paragraf

eksposisi, dari keseluruhan 41 orang siswa.

Selain kajian penelitian yang disebutkan di atas, ada juga penelitian lain

yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini, yakni penelitian

tentang “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi

melalui Penggunaan Media Gambar Seri di Kelas V SDN 01 Mananggu

Kabupaten Boalemo”, dengan permasalahan tentang kemampuan siswa dalam

menulis karangan deskripsi dapat ditingkatkan melalui penggunaan media gambar

seri. Adapun hasil yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah

29

memuaskan, dimana penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi.

Penelitian ini dilakukan oleh Sumantri A. Karim pada Tahun 2009 dalam

bentuk PTK, dengan hasil yang dicapai bahwa penggunaan media gambar seri

dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan deskripsi, dimana pada

hasil observasi awal, tes akhir siklus I dan II pada penelitian tersebut mengalami

kenaikan/peningkatan. Adapun ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari

siklus II pada penelitian tersebut mencapai 88% atau terdapat 22 orang siswa

yang telah mampu memahami materi atau mampu menulis karangan deskripsi

dengan baik, dan sisanya hanya 3 orang siswa yang belum mampu memahami

materi atau belum mampu menulis karangan deskripsi, dari keseluruhan 25 orang

siswa.

Selain kajian penelitian di atas, kajian penelitian lain yang relevan

dengan masalah pada penelitian ini adalah penelitian tentang “Meningkatkan

Kemampuan Siswa Menulis Karangan Dalam Bentuk Narasi Melalui Media

Gambar Seri Di Kelas III SDN I Biluhu Barat Kecamatan Biluhu Kabupaten

Gorontalo”, dengan permasalahan tentang kemampuan siswa menulis karangan

dalam bentuk narasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan media gambar seri.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah memuaskan, dimana penggunaan

media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan

dalam bentuk narasi.

Penelitian ini dilakukan oleh Yumi Nading pada tahun 2011 dalam

bentuk PTK dengan hasil yang dicapai bahwa penggunaan media gambar seri

30

dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan dalam bentuk narasi

yang terlihat dari hasil tes awal, tes akhir siklus I dan siklus II seluruhnya

menunjukan ada kenaikan/peningkatan. Adapun ketuntasan hasil belajar yang

diperoleh dari siklus II pada penelitian tersebut mencapai 80% atau dari 25 orang

siswa, sebanyak 20 orang siswa telah mampu menulis karangan dalam bentuk

narasi dengan baik, dan sisanya hanya 5 orang siswa yang belum mampu menulis

karangan dalam bentuk narasi dengan baik.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas, yang

menjadi hasil kajian pada penelitian tersebut adalah penggunaan media gambar

seri pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia mencapai hasil yang memuaskan.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan media

gambar seri untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas III SDN 3 Bongo

Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo menghubungkan isi cerita dalam

bentuk paragraf.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian-kajian di atas, peneliti merumuskan hipotesis

tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut, “Jika guru menggunakan media

gambar seri, maka kemampuan siswa kelas III SDN 3 Bongo Kec. Batudaa Pantai

Kab. Gorontalo menulis cerita akan meningkat”.

2.4 Indikator Kinerja

Berdasarkan indikator kinerja, keberhasilan penelitian ini ditetapkan jika

kemampuan siswa kelas III SDN 3 Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten

Gorontalo menulis cerita minimal 75% dari jumlah 20 orang siswa yang

31

mendapatkan nilai 70 maka tindakan tersebut telah berhasil. Namun, apabila

dalam pelaksanaan tindakan kelas tersebut belum mencapai 75% dari jumlah

keseluruhan 20 orang siswa yang mendapatkan nilai 70 maka perlu diadakan

tindakan ulang atau dilanjutkan dengan siklus berikutnya.