BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Definisi Hasil...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Definisi Hasil...
8
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1 Definisi Hasil Belajar
Tugas penting lainya yang harus dilakukan oleh seorang guru setelah
melaksanakan proses belajar mengajar adalah menilai hasil belajar. Berbicara
mengenai hasil belajar maka kita tidak akan terlepas dari apa yang disebut dengan
penilaian karena penilaian tidak bisa dipisahkan dari proses belajar mengajar.
Penilaian digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat kemampuan peserta didik.
Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar adalah guru. Guru
adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar.
Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan pencapaian
tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan
pendidikan bersifat ideal sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan
realisasi tercapainya tujuan pendidikan sehingga hasil belajar yang di ukur sangat
tergantung kepada tujuan pendidikan. Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi
dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tidak dinilai secara
terpisah melainkan secara komprehensif.
9
Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar
diantaranya berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
keterampilan motorik, sikap analisasi nilai-nilai dan sikap. Informasi verbal
merupakan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan pengetahuan melalui
bahasa baik lisan maupun tulisan, keterampilan intelektual yaitu kecakapan peserta
didik dalam menganalisis suatu fakta atau konsep, strategi kognitif mengarah kepada
kemampuan peserta didik dalam melakukan aktivitas kognitif, keterampilan motorik
berupa serangkaian gerakan jasmani dalam kegiatan pembelajaran dan sikap adalah
kemampuan dalam menolak atau menerima sesuatu.
Sudjana (2005:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotor yang di miliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar,
perilaku aktif dalam belajar adalah siswa, hasil belajar juga merupakan hasil proses,
belajar mengajar atau proses pembelajaran. Perilaku aktif pembelajaran adalah guru.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi,
dari sisi siswa, hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih
baik dibandingkan pada saat pra belajar. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2008: 22) membagi 3 macam hasil belajar yaitu, (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian (c) sikap dan cita-cita. Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
10
Pada ketiga ranah tersebut Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2008: 22-32).
masih membagi dalam beberapa aspek :
1. Ranah Kognitif
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis
yang biasa di ukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari enam aspek
yaitu :
a. Pengetahuan (C1): mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan di
simpan dalam ingatan
b. Pemahaman (C2): mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sesuatu yang dibaca atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang dicontohkan atau menggunakan
petunjuk penerapan kasus lain.
c. Aplikasi (C3): mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi
yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penguasaan aturan
dan prinsip.
d. Analisis (C4): mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalam
komonen-komponen atau fakor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan
di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat
lebih dimengerti.
e. Sintesis (C5): mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-
komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
11
f. Evaluasi (C6): mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
2. Ranah Efektif
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan,
minat, sikap, kepatuhan, terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari lima
aspek yaitu:
a. Menerima: mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon
terhadap stimulasi yang tepat.
b. Sambutan: merupakan sikap dalam memberikan sikap aktif terhadap stimulus
yang dating dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
partisipasi dalam suatu kegiatan.
c. Penghargaan: mengacu pada penilaian atau pentingnya mengaitkan diri dengan
objek atau kejadian tertentu dengan reaki-reaksi seperti menerima menolak, atau
tidak memperhitungkan.
d. Pengorganisasian: mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan.
e. Karakteristik nilai: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi
pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan.
3. Ranah Psikomotor
Yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
12
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
dari enam aspek yaitu:
a. Persepsi: mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat,
antara dua perangsang berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan.
b. Kesiapan: mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan
memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing: mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian
gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan
d. Gerakan yang terbiasa: mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa
memperhatikan lagi contoh yang diberikan
e. Gerakan kompleks: mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu
keterampilan, yang teridiri dari beberapa komponen dengan lancar, tepat dan
efisien.
f. Penyesuaian pola gerak: mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan
dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
Dari ketiga kemampuan ini dijadikan dasar sebagai kemampuan yang harus
dimiliki oleh peserta didik untiuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam
menempuh pembelajaran selanjutnya. Menurut Ali Muhammad Syaikh Quthb
(2005:1) Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
13
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh
guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang
sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Di antara ketiga ranah tersebut,
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan
keterampilan siswa sehingga lebih baik dari sebelumnya. Dalam setiap mengikuti
proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan
mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai
melalui proses belajar yang baik pula.
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif
Suprijono (2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,
dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyelidiki bahan-
bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan
masalah yang dimaksud.
14
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada unsur-unsur pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan presedur model pembelajaran
kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengolola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang
bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi
dengan sesama. (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang
berkompoten menilai.
Menurut Rusman (2013: 202), pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok - kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam
model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung kea rah pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri, tetapi juga harus membangun pengetahuannya dalam
pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung
dalam menciptakan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka.
Menurut Sanjaya (2006: 239) dalam Rusman, Cooperative Learning
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model
15
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Pembelajaran kooperatif mewadahi siswa bagaimana siswa dapat
bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi
kooferatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa
harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam
kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap
kooperatif dengan sesame anggota kelompoknya.
Meskipun merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan
pembentukan kelompok, pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
sekedar belajar kelompok. Suprijono (2009: 58) mengemukakan bahwa terdapat lima
unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Lima unsur
tersebut terdiri dari:
1. Positive interpendence (saling ketergantungan positif),
2. Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan),
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif),
4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota),
5. Group processing (pemrosesan kelompok).
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak
digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini
16
dikarenakan karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan
bahwa (1) penggunaan pembelajara kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 fase.
Fase-fase tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.
Fase 2: present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students into learning teams. Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6: provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
(Suprijono, 2011:65)
17
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partispasi siswadalam suatu kelompok
kecil untuk saling berinteraksi. Dalam system belajar yang kooperatif, siswa belajar
bekerja sama dengan anggota lainnya.
2.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation (GI)
Rusman (2013: 220) Strategi belajar koopertaf Grup Investigation (GI)
dikembangkan oleh Shormo sharan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Ide
model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap
konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman.
Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education
(Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas
seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan nyata. Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan
dalam model group-investigation yang kemudian dikembangkan oleh Herbert Thelen.
Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi
Grup Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun
18
cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan
proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skills). Melalui pembelajaran kooperatif dengan metode
Grup Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam
pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian
dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam
membahas materi pembelajaran.
Mafune (2005:4) dalam Rusman model pembelajaran kooperatif tipe Grup
Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk
terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan
berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong
siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki
19
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide
dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah
kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. Tujuan atau
misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan
mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok)
dan kemampuan rasa ingin tau akademis.
Rusman (2013: 223) asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan model pembelajaran kooperatif Group Investigation, yaitu: (1) untuk
meningkatkan kemampuan kreativitas dapat ditempuh melalui proses kreatif menuju
suatu kesadaran dan pengembangan alat alat bantu yang secara eksplesit mendukung
kreativitas, (2) komponen emosional lebih penting dari pada intelektual, yang tak
rasional lebih penting dari pada yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang
keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami
komponen emosional dan irrosional.
2.3.1 Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI)
Suprijono (2009: 93) langkah-langkah model pembelajaran Group
Investigation antara lain:
1. Guru membagi siswa dalam kelompok
20
2. Guru beserta siswa memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-
permasalahan yang dapat dikembangkan dari topic-topik itu.
3. Guru bersama peserta didik menentukan metode penelitian yang dikembangkan
untuk memecahkan masalah.
4. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka
rumuskan
5. Peserta didik mempresentasikan hasil, oleh masing-masing kelompok.
6. Evaluasi
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation
1. Kelebihan
Kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif type Group Investigation antara
lain:
a) Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b) Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
c) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
d) Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
e) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada Fisika
f) Meningkatkan belajar bekerja sama
g) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
2. Kelemahan
Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif tipe Grouf
Investigation juga memiliki kelemahan yaitu antara lain:
21
a) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI
b) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
c) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
Berdasarkan pemaparan mengenai model pembelajaran GI tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran GI mendorong siswa untuk belajar lebih
aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu berfikir tentang suatu
persoalan dan mereka mencari sendiri secara penyelesaiannya. Dengan demikian
mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya,
sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka
waktu yang cukup lama.
2.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples
Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut
Examples and Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah metode
yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang
bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang
disajikan.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat
melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang
digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada
dibelakang dapat juga melihat dengan jelas. Penggunaan media gambar ini disusun
22
dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk
diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model
Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis
siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat
perkembangan siswa kelas rendah.
Utri A, (2010: 21) Model Pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non
Examples adalah model belajar yang menggunakan contoh-contoh (contoh dan
bukan contoh). Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus/gambar yang relevan
dengan kompetensi dasar. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang
menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples
memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
Suprijono (2009: 125) mendeskripsikan langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran metode Examples Non Examples sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3. Guru member petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
23
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
7. Simpulan.
Kelebihan metode pembelajaran Examples Non Examples yaitu : (1) Siswa
lebih kritis dalam menganalisis gambar, (2) Siswa mengetahui Aplikasi dari materi
berupa contoh gambar, (3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya. Sedangkan kekurangan metode pembelajaran Examples Non Examples
yaitu: (1) Tidak semua materi disajikan dalam bentuk gambar, (2) Memakan waktu
yang lama
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yaitu
Metode Examples Non Examples adalah metode yang menggunakan media gambar
dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk
belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang
terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. sintaks yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran. (2) Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui OHP. (3) Guru member petunjuk dan memberi kesempatan pada
siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. (4) Melalui diskusi kelompok 2-3
orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. (5) Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. (6) Mulai dari
komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai. (7) Kesimpulan
24
2.5 Langkah-Langkah Model Group Investigation dengan Examples Non
Examples
Langkah-langkah pelaksanaan Pembelajaran Model Group investigation dan
Examples Non Examples sebagai berikut (a) Guru mendemonstrasikan di depan kelas
dengan membakar lilin menggunakan korek api, kemudian siswa diminta
mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa tersebut (b) Guru
mengarahkan pada topik perubahan wujud zat (c) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran Guru membagi siswa dalam enam kelompok yang anggotanya 5 orang
(d) Guru beserta siswa memilih topik-topik berdasarkan gambar yang telah di
sediakan (e) Menentukan permasalahan yang ada dalam gambar tersebut. (f) Guru
memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis
gambar melalui LKS (g) Guru bersama peserta didik menentukan metode penelitian
yang dikembangkan untuk memecahkan masalah (h) Guru membimbing siswa dalam
belajar keolmpok (i) Melalui diskusi kelompok, hasil diskusi dari analisis gambar
tersebut dicatat pada kertas (j) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya (k) Memberikan pengakuan atau penghargaan kepada siswa ataupun
kelompok yang hasil kerjanya baik, (l) Guru membimbibing siswa dalam membuat
kesimpulan materi perubahan wujud zat (m) Guru melakukan evaluasi pembelajaran
(n) Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam
25
2.6 Tinjauan Materi Perubahan Wujud Zat
2.6.1 Wujud Zat
Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari.
Misalnya pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas,
es, baja, dan daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan,
yaitu benda-benda tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air
di dalam gelas, menempati ruang bagian dalam gelas itu, batu di pinggir jalan
menempati ruang di pinggir jalan di mana ruangan itu tidak ditempati oleh benda lain
sebelum batu itu disingkirkan.
Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Menempati
ruang berarti benda dapat ditempatkan dalam suatu ruang atau wadah tertentu
sedangkan massa benda dapat diukur baik dengan perkiraan atau dengan alat tertentu
seperti neraca. Dua zat tidak dapat menempati ruang yang sama dalam waktu
bersamaan. Setiap zat/materi terdiri dari partikel-partikel/molekul-molekul yang
menyusun zat tersebut.
Banyak benda yang dapat dilihat dan dijumpai di kehidupan sehari-hari.
Misalnya pensil, kacamata, batu, kursi, air, balon berisi udara, tabung LPG berisi gas,
es, baja, dan daun. Berbagai macam benda yang kita jumpai memiliki kesamaan,
yaitu benda-benda tersebut memerlukan ruang atau tempat untuk keberadaannya. Air
di dalam gelas, menempati ruang bagian dalam gelas itu, dan batu di pinggir jalan
menempati ruang.
26
Udara dalam balon menempati ruang bagian dalam balon itu. Manusia juga
menempati ruang, misalkan dalam lift hanya cukup ditempati paling banyak 10 orang
dewasa, lebih dari itu ruang dalam lift tidak mencukupi lagi. Benda atau zat juga
memiliki massa, sebagai contoh batu bila ditimbang dengan neraca menunjukkan
nilai massa tertentu. Balon berisi udara bila dibandingkan massanya dengan balon
yang kempes, akan lebih berat balon berisi udara. Hal itu menunjukkan bahwa udara
memiliki massa. Dapat disimpulkan bahwa zat adalah sesuatu yang memiliki massa
dan menempati ruangan
2.6.2 Zat Menurut Wujudnya
Menurut wujudnya zat digelongkan menjadi tiga macam yaitu :
1. Zat Padat
Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. Dilihat dari
susunan molekul dan ikatan antarmolekulnya, zat padat mempunyai susunan
molekul yang teratur dan gaya tarik-menarik antarmolekulnya yang kuat.
Contoh zat padat antara lain batu, meja, kapur tulis, papan tulis, dan pensil. Ciri
zat cair yaitu bentuknya tetap misalnya kelereng yang bentuknya bulat,
dipindahkan ke gelas akan tetap berbentuk bulat. Begitu pula dengan
volumenya. Volume kelereng akan selalu tetap walaupun berpindah tempat ke
dalam gelas. Hal ini disebabkan karena daya tarik antarpartikel zat padat sangat
kuat. Pada umumnya zat padat berbentuk kristal (seperti gula pasir atau garam
dapur). Manfaat dari benda padat misalnya rumah, kendaraan dan jalan terbuat
27
dari benda padat. Komponen penyusun televisi dan radio juga terbuat dari
benda padat.
2. Zat Cair
Zat cair adalah zat yang mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya selalu
berubah-ubah mengikuti tempatnya. Dilihat dari susunan molekul dan ikatan
antarmolekulnya zat cair mempunyai susunan molekul yang kurang teratur dan
jarak antarmolekulnya yang agak renggang sehingga gaya tarik menarik
antarmolekulnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan zat padat. Contoh zat
cair antara lain air sirop, air teh, dan air mineral. Sifat permukaan air yang
selalu mendatar Sifat tersebut dimanfaatkan oleh para tukang bangunan dalam
memastikan bahwa ketinggian tembok dalam suatu bangunan telah benar-benar
rata. Alat khusus yang biasa digunakan untuk mengukur rata atau tidaknya
tembok tersebut dinamakan dengan waterpass.
3. Zat Gas
Gas adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume yang tidak tetap. Hal ini
disebabkan karena susunan molekul-molekul gas sangat tidak teratur sehingga
gaya tarik-menarik antarmolekulnya sangat lemah. Udara merupakan gas yang
tidak dapat dilihat. Akan tetapi, kita dapat merasakan keberadaannya. Karena ada
aliran udara, pohon-pohon kecil terlihat bergerak-gerak. Udara dan asap
merupakan benda yang tergolong benda gas. Berbeda dengan benda padat dan
cair, gas sulit diamati. Hanya gas-gas tertentu yang dapat dilihat. Misalnya, asap
pembakaran dan asap knalpot kendaraan. Ciri dari gas di antaranya bentuk dan
28
volume berubah sesuai dengan tempatnya. Gas yang terdapat di dalam botol,
bentuk dan volumenya sama dengan botol. Partikel-partikel gas bergerak acak ke
segala arah dengan kecepatan bergantung pada suhu gas, akibatnya volumenya
selalu berubah.
2.6.3 Teori Partikel Zat
Partikel adalah bagian terkecil dari suatu zat yang masih memiliki sifat zat
tersebut. Sebagai contoh ketika kamu membuat teh manis dengan menggunakan gula
pasir. Saat gula pasir dimasukkan ke dalam air teh panas maka akan terjadi tumbukan
antara partikel-partikel gula pasir dengan partikel air sehingga gula pasir akan larut.
Gula pasir ini akan lebih cepat larut karena air yang kamu gunakan adalah air panas.
Pelarutan akan lebih cepat lagi jika kamu mengaduknya. Partikel-partikel gula pasir
dalam wujud cair bergerak ke seluruh air teh yang terdapat dalam gelas sehingga air
teh tadi menjadi manis. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antarpartikel pada zat cair
cenderung lebih besar daripada jarak antarpartikel pada zat padat. Dengan demikian,
perubahan jarak antarpartikel inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan wujud.
Berikut ini adalah sifat antar partikel dari zat padat, cair dan gas.
1. Partikel Zat Padat
Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap
dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur
dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap
dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada
kedudukannya saja. Berikut ini gambar penyusun partikel zat padat.
29
Gambar 1 susunan partikel zat padat Sumber gambar: hamkasukau.wordpress.com Partikel-partikel zat padat memiliki sifat sebagai berikut :
a) Bentuk dan volumenya selalu tetap
b) Susunan partikelnya teratur dan sangat berdekatan
c) Partikel tidak dapat bergerak bebas
d) Gaya tarik-menarik antar partikel sangat kuat.
Posisi partikel yang relaif tetap menyebabkan zat padat memiliki bentuk dan
volume tetap. Gerakan partikel yang hanya bergetar menyebabkan zat padat tidak
dapat mengalir.
2. Partikel Zat Cair
Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap. Bentuknya
berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair berdekatan tetapi
renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak lemah. Volumenya tetap
dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat
meninggalkan kelompoknya. Berikut ini gambar penyusun partikel zat cair
Gambar 2 Susunan partikel zat cair Sumber gambar: hamkasukau.wordpress.com
30
Pertikel-partikel zat cair memiliki sifat sebgai berikut :
a) Bentuk berubah sesuai dengan wadahnya, tapi volumenya selalu tetap
b) Susunan partikelnya agak teratur dan jarak antar partikel agak renggang.
c) Partikel-partikelnya dapat bergerak bebas dan dapat berpindah tempat.
d) Gaya tarik-menarik antar partikelnya lebih lemah.
e) Gerakan partikel lebih lincah dari pada zat padat
Jarak antar partikel yang tetap menyebabkan zat cair mempunyai volume yang
tetap, gerakan partikel yang lincah dan dapat berpindah posisi menyebabkan zat
cair dapat mengalir yang menyebabkan bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk
wadahnya.
3. Partikel Zat Gas
Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah.
Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikelpartikel pada zat gas berjauhan,
tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya
berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas
meninggalkan kelompoknya. Berikut ini gambar penyusun partikel zat gas
Gambar 3 susunan partikel zat gas Sumber gambar: hamkasukau.wordpress.com
31
Ciri-ciri partikel zat gas, yaitu:
a) Bentuk dan volumenya selalu berubah mengikuti wadah dan ruangannya
b) Susunan partikelnya tidak teratur dan jarak antar partikel sangat berjauhan
c) Gaya tarik-menarik antar partikelnya sangat lemah
d) Pergerakan antar partikel sangat cepat.
2.6.4 Kohesi dan Adhesi
Gaya tarik-menarik antarpartikel ini dibedakan menjadi dua, yaitu: kohesi dan
adhesi. Kohesi adalah gaya tarik-menarik antarpartikel zat yang sejenis. Gaya kohesi
antar partikel zat padat memiliki kekuatan paling besar, kemudian zat cair dan gas.
Contoh kohesi adalah ikatan partikel-partikel zat untuk tetap menyatu membentuk
suatu benda. Gaya kohesi yang besar menyebabkan zat padat sulit di potong atau
dipatahkan. Gaya tarik kohesi menyebabkan partikel cenderung berkumpul dengan
zat sejenis, sedangkan Adhesi adalah gaya tarik-menarik antarpartikel zat yang tidak
sejenis. Gaya tarik adhesi menyebabkan partikel cenderung meninggalkan zat sejenis,
sebagai contoh adalah ketika tinta dituliskan pada sebuah kertas.
2.6.5 Meniscus
Meniscus adalah sifat fisik zat cair berupa kelengkungan pada permukaan zat
cair saat berada di dalam bejana atau tabung. Meniscus terbagi menjadi dua yaitu :
1. Meniscus Cekung
Yaitu keadaan permukaan zat cair yang bentuk melengkung ke bawah (cekung).
Meniskus cekung terjadi karena gaya tarik-menarik antarpartikel air dan kaca
32
(adhesi) lebih besar daripada gaya tarik-menarik antarpartikel air (kohesi).
Partikel air yang bersentuhan dengan dinding lebih tertarik ke dinding , oleh
karena itu posisi permukaan air di dinding tabung lebih tinggi dari pada posisi
permukaan air di tengah tabung. Sifat zat cair pada meniskus cekung adalah
membasahi dinding kaca dan naiknya permukaan zat cair pada pipa kapiler.
2. Meniscus Cembung
Yaitu permukaan zat cair yang tampak melengkung ke atas (cembung). Meniskus
cembung terjadi karena gaya tarik-menarik antarpartikel air dan kaca (adhesi)
lebih kecil daripada gaya tarik-menarik antar- partikel air (kohesi). Hal ini
menyebabkan raksa tidak membasahi dinding kaca.
2.6.6 Kapilaritas
Kapilaritas adalah meresapnya zat cair melalui celah-celah sempit atau pipa
kecil yang sering disebut sebagai pipa kapiler. Gejala ini disebabkan karena adanya
gaya adhesi atau kohesi antara zat cair dan dinding celah tersebut. Zat cair yang dapat
membasahi dinding kaca pipa kapiler memiliki gaya adhesi antara pipa kapiler
dengan dinding pipa kapiler lebih besar. Sedangkan zat cair yang tidak membasahi
dinding kaca pipa kapiler memilki gaya kohesi yang lebih besar. Hal ini akan
mempengaruhi tinggi rendahnya permukaan zat cair pada pipa kapiler. Contoh
peristiwa kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Naiknya air dari akar melalui pembuluh kayu pada batang tumbuhan.
2. Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor minyak.
3. Naiknya air ke tembok sehingga tembok menjadi basah.
33
4. Meresapnya air pada tisu, kain pel, dan spons
2.6.7 Massa Jenis
Massa jenis merupakan ciri khusus dari suatu zat. Zat atau bahan berbeda
memiliki massa jenis bebrbeda pula. Dalam table 2 tercantum massa jenis beberapa
zat yang ada disekitar kita.
Table 2 Massa Jenis Beberapa Zat
Nama zat Massa zat
(kg/m3) (g/cm3) Hidrogen 0,09 0,00009 Oksigen 1,3 0,0013 Gabus 240 0,24
Alkohol 790 0,79 Minyak tanah 800 0,80
Es 920 0,92 Air 1000 1,0
Gula 1600 1,6 Garam 2200 2,2 Kaca 2600 2,6
Aluinium 2700 2,7 Besi 7900 7,9
Tembaga 8900 8,9 Timah hitam 11300 11,3
Raksa 13600 13,6 Emas 19300 19,3
Massa jenis suatu benda yaitu perbandingan antara massa dengan volume
benda. Atau secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:
mv
34
Dimana,
= massa jenis benda (kg/m3) m = massa benda (kg) v = volume benda (m3)
Setiap zat mempunyai massa jenis yang berbeda-beda. Massa jenis zat tidak
dipengaruhi oleh bentuk benda. Walaupun bentuk benda berbeda-beda selama terbuat
dari jenis bahan yang sama maka massa jenis zat tersebut adalah sama.
2.6.8 Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam kajian ini penulis mengambil dua buah kajian yang relevan sebagai
acuan dan juga bisa dijadikan sebagai pembanding. Untuk kajian relevan, penulis
mengambil simpulan dari skripsi orang lain yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation dan kajian relevan yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Examples Non Examples.
1) Penelitian yang dilakukan oleh ibu Nova Surianto Mokoagow yang berjudul
pengaruh model pembelajaran kooperatig tipe Group Investigation terhadap
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas XI (suatu
penelitian di SMA Negeri 1 Limboto Tahun Ajaran 2012). Dari hasil penelitian
Nova Surianto Mokoagow menunjukan adanya perbedaan antara pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Grouf Investigation
dengan pembelajarn konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil ketercapaian
belajar peserta didik yaitu 74,19% bila dibandingkan dengan pembelajarn
konvensional yang mencapai 34,63%.
35
2) Penelitian yang dilakukan oleh La Musa yang berjudul Pengaruh model
pembelajarn kooperatif tipe Examples Non Examples terhadap hasil belajar siswa
Geografi pada materi sumber daya alam (suatu penelitian di SMA Prasetya
Gorontalo Tahun Ajaran 2012). Dari hasil penelitian La Musa menunjukan
adanya perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Examples Non Examples dengan pembelajarn konvensional. Hal
ini dapat dilihat dari hasil ketercapaian belajar peserta didik yaitu 85,66% bila
dibandingkan dengan pembelajarn konvensional yang mencapai 76,25%.
Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu yaitu subyek yang diberikan
tindakan dan tempat penelitiannya berbeda. Hasil belajar yang diperoleh pada
penelitian ini juga berbeda.
2.7 Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Grup Investigation (GI) dan Model Examples Non
Examples dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
Examples Non Examples.