BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan...

25
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan Biomekanik Otot Hamstring Otot hamstring berfungsi sebagai gerakan untuk fleksi dari knee joint dan membantu untuk gerakan ekstensi dari hip joint. Hamstring juga merupakan otot tonik, yang berfungsi sebagai otot stabilitator postural, dan memiliki serat serabut otot yang tebal yang memiliki kandungan myoglobin dan kapasitas oksidatif tinggi sehingga tahan terhadap kelelahan yang cukup tinggi (Wismanto, 2011). Otot hamstring merupakan salah satu group otot besar yang terdiri dari 3 kumpulan otot, yang tersusun oleh Biceps Femoris (BF), Semitendonosus (ST), dan Semimembranosus (SM) (Gambar 2.1). 2.1.1 Otot Biceps Femoris Merupakan otot yang terletak paling luar dari otot-otot penyusun hamstring Origo : Pada tuberositas ischia, setengah distal linea aspera tulang femur, bagian lateral supracondylus. Insersio : Condylus lateral tibia, collum femur. Fungsi : Ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi. 2.1.2 Otot Semitendinosus Terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris Origo : Tuberositas Ischia Insersio : Permukaan atas bagian medial pada tibia 8

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II.pdf · 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Biomekanik Otot Hamstring

Otot hamstring berfungsi sebagai gerakan untuk fleksi dari knee joint dan

membantu untuk gerakan ekstensi dari hip joint. Hamstring juga merupakan otot

tonik, yang berfungsi sebagai otot stabilitator postural, dan memiliki serat serabut

otot yang tebal yang memiliki kandungan myoglobin dan kapasitas oksidatif tinggi

sehingga tahan terhadap kelelahan yang cukup tinggi (Wismanto, 2011).

Otot hamstring merupakan salah satu group otot besar yang terdiri dari 3

kumpulan otot, yang tersusun oleh Biceps Femoris (BF), Semitendonosus (ST),

dan Semimembranosus (SM) (Gambar 2.1).

2.1.1 Otot Biceps Femoris

Merupakan otot yang terletak paling luar dari otot-otot penyusun

hamstring

Origo : Pada tuberositas ischia, setengah distal linea aspera tulang

femur, bagian lateral supracondylus.

Insersio : Condylus lateral tibia, collum femur.

Fungsi : Ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi.

2.1.2 Otot Semitendinosus

Terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris

Origo : Tuberositas Ischia

Insersio : Permukaan atas bagian medial pada tibia

8

9

Fungsi : Otot semitendinosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip,

fleksiknee, dan internal rotasi hip.

2.1.3 Otot Semimembranosus

Letak dari otot semimembranosus berada pada bagian medial diantara

ketiga otot hamstring.

Origo : Berada pada tuberositas ischia

Insersio : Berada pada bagian posterior condyles medialis tibia

Fungsi : Otot semimembranosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi

hip, fleksi knee, dan internal rotasi.

Gambar 2.1 : Anatomi otot hamstring

Sumber: (Stephen et al, 2006)

2.2 Pemendekan Otot Hamstring

2.2.1 Definisi Pemendekan Otot Hamstring

Pemendekan otot hamstring adalah suatu kondisi patologi pada otot

hamstring yang mengalami pemendekan yang menyebabkan gangguan anatomi

dan fungsional tubuh. Pemendekan disebabkan karena hypermobility. Jaringan

yang mengalami hypermobility dalam jangka waktu yang cukup lama akan

10

mengalami proses adaptasi dari jaringan yang disebut restrict movement dan

impair mobility. Hal ini sangat berpotensi terjadinya keterbatasan ROM ekstensi

lutut (Kisner et al, 2007). Menurut Wassem, (dalam Weerasekara, 2010)

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemendekan otot hamstring adalah

ketidakmampuan dari ekstensi lutut <1600 dalam posisi sendi panggul fleksi 90

0,

atau ketidakmampuan gerak SLR <900 (Weerasekara et al, 2010).

2.2.2 Patofisiologi

Otot spasme merupakan kontraksi berkepanjangan dari otot dalam

merespon adanya perubahan sirkulasi metabolisme yang terjadi ketika otot dalam

keadaan terus kontraksi (Kisner et al, 2007). Otot yang berkontraksi secara terus

menerus akan berada pada saat yang namanya kelelahan otot. Kondisi dimana

ATP dipakai secara terus menerus sedangkan produksi ATP tidak berimbang.

Tanpa adanya ATP yang cukup pada muscle fiber maka fungsi dari cross-bridge

dan ion transport tidak berjalan normal. Kelelahan otot dapat menjadi ekstrim jika

kontraksi berkepanjangan sedangkan ATP yang di produksi dengan pemakaian

tidak seimbang, sehingga otot akan mengalami kontraktur. Kontraktur otot terjadi

akibat tidak mampu melakukan kontraksi relaksasi pada otot (Guyton and Hall,

2006).

Pada pemendekan otot hamstring dalam jangka waktu yang lama akan

berpengaruh pada kestabilan otot-otot disekitarnya karena sifat kerja dari otot

seperti mata rantai antara otot yang satu dengan yang lain saling berhubungan.

Otot-otot disekeliling akan bekerja over karena menggantikan fungsi kerja otot

yang memendek sehingga menimbulkan reaksi kompensasi. Gerakan yang timbul

11

akibat kompensasi menyebabkan pergerakan dari persendian menjadi tidak

selektif. Efek dari pergerakan yang tidak selektif dalam jangka waktu yang lama

akan berakibat otot-otot disekitar ikut mengalami pemendekan (Shumway-Cook

& Wollacott, 2007).

2.2.3 Tanda-Tanda Pemendekan Otot Hamstring

Tanda-tanda yang timbul akibat adanya pemendekan otot hamstring otot

hamstring :

1. Nyeri otot hamstring

Nyeri otot hamstring terjadi karena menurunnya fleksibilitas suatu otot

sehingga kehilangan kemampuan untuk mengulur dan kembali ke bentuk semula.

Hal ini terjadi karena otot tersebut jarang atau tidak pernah terulur secara

maksimal sesuai kemampuannya sehingga jika terjadi pergangan pada otot

tersebut golgi tendon secara ototmatis akan memberikan reaksi perlawanan yang

menimbulkan nyeri saat dilakukan pergangan (Wismanto, 2011)

2. Spasme otot hamstring

Spasme otot merupakan kontraksi berkepanjangan dari otot dalam

merespon adanya perubahan sirkulasi metabolisme lokal yang terjadi ketika otot

dalam keadaan terus kontraksi (Kisner & Colby, 2007)

3. Keterbatasan ROM Lutut Ekstensi

Nyeri sebagai faktor yang sangat mengganggu sehingga secara otomatis

otot akan proteksi diri dengan membatasi ruang gerak dari persendian.

Pembatasan ruang gerak yang berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan

12

luas gerak sendi. ROM yang terbatas dan lokasi area nyeri maka dapat

mengganggu aktivitas sehari-hari (Wismanto, 2011)

4. Menurunnya Fleksibilitas Otot Hamstring

Otot yang tidak pernah terulur secara maksimal dalam jangka waktu yang

lama atau otot tersebut bekerja dalam kondisi yang statis akan menyebabkan

penurunan fleksibilitas (Wismanto, 2011)

5. Kelemahan Otot Hamstring

Reaksi tubuh yang protektif karena adanya nyeri menyebabkan otot

tersebut akan membatasi ruang geraknya sehingga otot tidak akan pernah terulur

dan berkontraksi secara maksimal. Otot yang jarang digerakkan atau terulur secara

maksimal lama kelamaan otot tersebut akan mengalami kelemahan (Wismanto,

2011).

6. Gangguan Postur

Fleksibilitas yang menurun akan berdampak pada struktur organ yang lain

yaitu postur tubuh akan berubah. Postur yang tidak stabil dapat menyebabkan

munculnya berbagai permasalahan sehingga mengganggu pada saat beraktivitas

sehari-hari (Wismanto, 2011).

2.3 Fleksibilitas

2.3.1 Definisi

Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada kemampuan

ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Fleksibilitas atau kelentukan adalah

kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas-luasnya yang ditunjang oleh

13

luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota

tubuh seluas-luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerak kelompok otot

besar dan kapasitas kinerjanya. Kemampuan ini terkait pula dengan peregangan

otot dan jaringan sekeliling sendi (Nala, 2011).

Fleksibilitas otot yang baik dikatakan apabila dapat berkontraksi secara

konsentrik maupun eksentrik dengan maksimal atau full ROM dan tanpa adanya

rasa nyeri atau gangguan. Otot hamstring yang mengalami gangguan atau

tightness menyebabkan seseorang mudah untuk terkena cedera (strain) dan dapat

berpengaruh pada kekuatan dan keseimbangan dari otot sehingga kerja dari otot

tidak bisa maksimal dan sinergis (Gago. dkk, 2013).

Menurut Frankl (dalam Suciptha, 2013), terdapat faktor internal dan faktor

eksternal yang mempengaruhi fleksibilitas yakni:

1. Faktor Internal Fleksibilitas :

a. Jaringan Otot : jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam

bundle dari serat paralel.

b. Reseptor Peregangan : reseptor peregangan memiliki dua bagian: sel

spindle dan tendon golgi. Sel spindle, terletak di pusat otot, mengirim

pesan untuk otot untuk berkontraksi. Golgi reseptor tendon yang terletak

dekat ujung dari serat otot dan mengirim pesan untuk otot untuk relaksasi

c. Jaringan Areolar :adalah permeabel dan secara luas didistribusikan ke

seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat untuk semua

jaringan lain.

14

d. Tendon : tendon tidak elastis dan bahkan kurang elastis. Tendon

dikategorikan sebagai jaringan ikat. Jaringan ikat mendukung,

mengelilingi, dan mengikat serat- serat otot. Mereka mengandung jaringan

elastis baik dan non-elastis.

e. Ligamen : ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni putih dan

kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat kuat sehingga bahkan

jika tulang yang patah jaringan akan tetap di tempatnya. Jaringan putih

memungkinkan kebebasan subjektif dari gerakan. Jaringan elastis kuning

dapat ditarik jauh saat kembali ke posisi semula.

f. Sendi : sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan

tulang rawan artikular yang berfungsi melindungi dan memelihara sendi

dan permukaan sendi. Meningkatkan elastisitas otot dan luas gerak sendi

dengan mobilitas tertentu dapat meningkatkan fleksibilitas.

2. Faktor Eksternal Fleksibilitas ;

a. Pengaruh Usia: dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa fleksibilitas

seseorang seperti kurva. Diawali usia anak – anak yang semakin

meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai menurun karena

gaya hidup aktif pada usia anak – anak mulai tidak dilakukan, apalagi pada

usia dewasa yang tentunya muncul berbagai masalah degeneratif seperti

nyeri sendi, nyeri otot dan lain-lain.

b. Jenis Kelamin : secara umum perempuan lebih fleksibel daripada laki-laki.

Hal ini dikarenakan faktor hormonal dimana laki-laki memiliki hormone

15

testosteron yang memicu pertumbuhan dan pemendekan otot. Sedangkan

perempuan memiliki hormone esterogen yang lebih tinggi yang dapat

meningkatkan panjang otot dan kelemahan sendi.

c. Cidera : karena adanya cidera pada sendi, otot, tulang, dan ligament maka

seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri sehingga

akan berpengaruh pada fleksibilitas

d. Pengalaman : seorang yang memiliki pengalaman dengan olahraga yang

membutuhkan gerakan dinamis yang besar seperti tari, senam atau bela

diri, akan memiliki jangkauan yang lebih baik gerak dari seseorang dengan

gaya hidup biasa saja atau sedikit pengalaman.

e. Kurang Aktif: orang yang aktivitasnya banyak diam akan berpengaruh

pada fleksibilitas. Hal ini terjadi karena jaringan lunak dan sendi menyusut

sehingga kehilangan daya regang otot , dimana jika seseorang tidak aktif

maka otot-otot dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang

lama.

2.3.2 Keterbatasan Fleksibilitas

Keterbatasan fleksibilitas merupakan keadaan dimana sendi dan otot tidak

dapat digerakkan secar full ROM secara aktif maupun pasif. Hal ini dapat terjadi

karena suatu kondisi seperti terjadinya kekakuan sendi (joint stiffness) serta

pemendekan otot. Pada keterbatasan fleksibilitas otot hamstring biasanya

disebabkan beberapa faktor antara lain otot hamstring yang mengalami tightness

atau pemendekan, terdapat cedera akut maupun kronis pada otot hamstring,

16

menurunnya mobilitas panggul, aktivitas yang berlebihan, serta pelatihan yang

tidak benar.

Pada kejadian nyeri punggung bawah, apabila diberikan latihan

penguluran rutin terhadap otot hamstring maka akan dapat menurunkan kualitas

rasa nyeri. Otot Hamstring yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut dan ekstensi

panggul dalam aktivitas sehari – hari jarang diberikan latihan khusus (Miller,

2010)

2.3.3 Alat Ukur

Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran fleksibilitas otot

hamstring yang menggunakan media berupa boks terbuat dari papan yang

tingginya 30 cm, lalu diatas box diletakan penggaris ukur yang panjangnya 25 cm

keluar dari box dan -26 cm sampai ke ujung dari box tersebut. Gambar Sit and

Reach box disajikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2Sit and Reach box (Panteleimon et al, 2010)

Prosedurnya pada saat pengukuran dilakukan duduk di lantai dengan lutut

ekstensi penuh dan pergelangan kaki posisi normal terhadap boks. Kemudian

diperintahkan untuk menempatkan satu tangan di atas yang lain dan perlahan-

lahan maju sejauh mungkin sambil menjaga lutut tetap ekstensi. Gerakan

dilakukan sebanyak 3x dan diambil nilai rata-rata, SRT skor (cm) tercatat sebagai

17

posisi akhir dari ujung jari (Quinn, 2008; Panteleimon et al, 2010). Kriteria

penilaian sit and reach test disajikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1Sit and Reach Test(Panteleimon et al, 2010)

Putra (cm) Kriteria

>40 Sangat baik

34-39 Diatas rata-rata

30-33 Rata-rata

25-29 Bawah rata-rata

<24 Buruk

2.4. Stretching Exercise

2.4.1 Definisi

Stretching exercise merupakan latihan mobilitas yang dapat dilakukan

secara pasif maupun aktif baik bantuan dari orang lain maupuan fisioterapis

(pendamping), bisa juga dilakukan secara mandiri. Stretching exercise ini dapat

memperkuat dan memperpanjang struktur kolagen. Latihan peregangan secara

alami dibatasi oleh rasa nyeri. Imobilitas nantinya akan perlu dilanjutkan dengan

mobilisasi untuk membantu reabsorsi jaringan parut dan rekapilerisasi area yang

mengalami cedera. Stretching exercise juga penting dalam upaya mencegah

kontraktur (pemendekan) sendi (Ylinen, 2008). Menurut (Nelson & Kokkonen,

2007) stretching merupakan bagian dasar dari optimalisasi kesehatan dan aktivitas

seseorang. (Kisner& Colby, 2007) juga menyatakan bahwa stretching merupakan

18

penguluran pada otot yang akan membantu meningkatkan fleksibilitas dan

mobilitas otot serta memaksimalkan Range of Motion (ROM) dari persendian.

2.4.2. Fisiologi Stretching

Secara akut peregangan dapat menyebabkan peningkatan dari compliance

otot yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena adanya sifat viscoelastic dari

serabut otot sehingga apabila diberikan suatu gaya maka serabut tersebut akan

memanjang dan apabila gaya tersebut dihilangkan panjang dari otot tersebut akan

berkurang seiring waktu.

Dalam tendon otot terdapat reseptor (proprioceptors) bertugas mendeteksi

adanya setiap perubahan di dalam otot yang kemudian diinformasikan ke susunan

saraf pusat, dan dari susunan saraf pusat dikeluarkan perintah untuk

menyesuaikan kondisi otot. Sehingga akan timbul gerakan tubuh baru yang telah

disesuaikan dengan gerakan tubuh secara sistemik. Proprioceptors berperan

menginformasikan stimulus secara konstan ke susunan saraf pusat.

Proprioceptors berada di dalam otot, tendon, dan sambungan-sambungan

termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul, ligamen, serta selaput-

selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam.

Proprioceptors dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : (1)muscle

proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, (2) joint

and skin proprioceptors, dan (3) labyrinthine and neck proprioceptors.Muscle

proprioceptors merupakan proprioceptors yang berperan untuk meregangkan

19

otot, dimana terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs. Jadi setiap

pergerakan otot tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs.

Muscle spindle bertugas menerima rangsang dari regangan otot yang

terletak di dalam otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang kuat

pada muscle spindle. Adanya rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks

muscle spindle dengan cara mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot

dengan cepat, yang akan menimbulkan kontraksi otot yang cepat dan kuat.

Peranan dari muscle spindle yaitu dalam proses pergerakan atau pengaturan

motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah mendeteksi

adanya suatu perubahan panjang serabut otot dan kecepatan perubahan panjang

otot. Muscle spindle bekerja sebagai pembanding dari panjang kedua jenis serabut

otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal lebih besar

daripada panjang serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk

berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang serabut ekstrafusal lebih pendek daripada

serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi (keadaan yang menyebabkan

refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot). Jadi spindle

tersebut dapat dirangsang atau dihambat. Peregangan suatu kelompok otot

hendaknya dilakukan secara perlahan dan jangan dilakukan secara tiba – tiba,

karena akan merangsang muscle spindle dan menyebabkan reflek regang.

Stretch receptor letaknya di dalam tendon otot yang disebut golgi tendon

organs (GTO), tepat di luar perlekatan pada serabut otot. Tegangan otot yang

berlebihan mengakibatkan munculnya refleks GTO. Impuls dari GTO

dihantarkan ke medula spinalis kedalam PHC langsung dijawab oleh AHC

20

berupa hambatan respon( negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang

terjadi. Proses tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya sobekan otot

sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Jadi dapat disimpulkan bahwa refleks

GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya kerobekan otot, namun

dapat juga bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh

kontraksi otot dalam pergerakan tubuh. Golgi tendon organjuga memiliki fungsi

dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik yakni mendeteksi ketegangan

selama kontraksi otot atau peregangan otot. Golgi tendon organs dengan muscle

spindle memiliki perbedaan fungsi.

Pada golgi tendon organ memiliki fungsi sebagai pendeteksi adanya

ketegangan otot, sedangkan muscle spindle berfungsi untuk mendeteksi perubahan

panjang serabut otot. Golgi tendon organ memunculkan sinyal yang dihantarkan

ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks pada otot yang bersangkutan.

Efek inhibisi dari golgi tendon organ menyebabkan rileksasi seluruh otot secara

tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat pada

suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat

kontraksi otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini

berfungsi sebagai suatu mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek

pada otot atau lepasnya tendon dari perlekatannya ke tulang.

Peregangan mempengaruhi sistem refleks pada otot, yang mengontrol efek

neural, meliputi refleks regang, refleks regang terbalik dan persepsi dan kontrol

rasa nyeri oleh pacinian corpuscles. Ketiga refleks ini aktif ketika melakukan

21

teknik peregangan, menyebabkan kontraksi secara refleks dari musculotendinous

unit (MTU), menyebabkan persepsi nyeri.

Hal ini menyebabkan teraktivasinya Golgi Tendon Organ (GTO) yang

memiliki efek inhibisi terhadap kontraksi dan pacinian corpuscles. Kedua refleks

ini menyebabkan relaksasi pada MTU dan berkurangnya persepsi nyeri. Pada

gerakan peregangan yang dilakukan berulang terjadi perubahan dari tingkat

eksitabilitas neuron akibat paparan yang memanjang dari masukan afferen. Hal ini

menyebabkan terjadinya peningkatan toleransi terhadap maneuver peregangan

yang dilakukan. (Schwellnus, 2009).

2.4.3 Mekanisme Pemanjangan Otot

Terjadinya kontraksi otot dimulai dengan adanya beda potensial pada

motor end plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi

pada serat otot. Penyebaran depolarisasi terjadi ke dalam tubulus T dan

mengakibatkan pelepasan Ca2+ dari sisterna terminal retikulum sarkoplasmik

serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filamen tipis. Selanjutnya terjadi suatu

pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka tempat pengikatan myosin dari

aktin. Gambar Mekanisme Kontraksi Otot disajikan pada Gambar 2.4

22

Gambar 2.3 Mekanisme Kontraksi Otot

Sumber: (Huxley and Hansen, 2010)

Proses diatas tersebut menyebabkan terbentuknya ikatan silang (cross

links) antara actin dan myosin dan terjadi pergeseran filamen tipis pada filamen

tebal (pemendekan atau kontraksi). Pada tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan

kembali kedalam retikulum sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca2+ dari

troponin sehingga interaksi antara actin dan myosin berhenti. Saat proses otot

berkontraksi dan relaksasi maka otot akan mengalami perubahan panjang yang

dihasilkan serabut otot. Stretching akan memberikan efek langsung pada muscle

spindle. Muscle spindle akan menyampaikan stimulus ke medula spinalis

kemudian sistem saraf pusat. Impuls yang diproses menimbulkan stretch reflex

atau refleks miostatis untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang

terjadi oleh tendon golgi dengan cara otot yang diulur akan mengalami kontraksi.

23

Apabila perubahan panjang otot berlangsung secara tiba-tiba maka kontraksi akan

semakin kuat.

2.5 Active Isolated Stretching (AIS).

Active Isolated Stretchingmerupakan suatu teknik atau metode stretching

yang menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan

merelaksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik (Reciprocal

Inhibition) yang menyebabkan terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa

meningkatkan ketegangan otot (Muscle Tension) pada otot agonis (Longo, 2009).

Teknik Active Isolated Stretchingatau yang biasa disebut dengan metode Mattes

merupakan suatu pengembangan metode myofascial technique yang memiliki

tujuan untuk pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen, dan

persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia.

Menurut Longo (2009) Active Isolated Stretching sangat baik untuk

mengoptimalkan fleksibilitas pada otot, gerakan aktif yang memungkinkan otot

antagonis untuk relaksasi, sehingga terjadi peningkatan fleksibilitas tanpa

hambatan pada otot antagonisnya. Adapun tujuan dari pemberian Active Isolated

Stretchingadalah untuk mencegah dan atau mengurangi tightness serta mengulur

struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat

meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas pada struktur soft tissue.

2.5.1 Respon Fisiologis Active Isolated StretchingTerhadap Peningkatan

Panjang Otot.

24

Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan

penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat. Dalam prosedur Active Isolated

Stretching pasien menunjukkan suatu kontraksi isotonik pada otot agonis dan pada

otot yang mengalami pemendekan (shortness), secara aktif akan memanjang.

Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik yang dilakukan saat

Active Isolated Stretching secara fisiologis akan merespon otot antagonis untuk

menghasilkan pemanjangan secara maksimal dan juga tanpa perlawanan. Adanya

kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari Muscle

Spindel untuk segera mengulur panjang otot yang maksimal. GTO akan terlibat

dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga

otot dapat dengan mudah di stretching.

Menurut Wismanto (2011), pemberian Active Isolated Stretching dapat

mengurangi iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri

akibat adanya abnormal cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan

Active Isolated Stretching serabut otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer

penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan membantu meluruskan kembali beberapa

serabut atau abnormal cross link pada otot yang memendek. Active Isolated

Stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami pemendekan.

Serabut otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas otot akibat

adanya taut band dalam serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di

dalam serabut otot akan mengalami gangguan. Pemberian Active Isolated

Stretchingyang dilakukan secara perlahan akan menghasilkan peregangan pada

sarkomer sehingga peregangan akan mengembalikan elastisitas sarkomer yang

25

terganggu. Active Isolated Stretching dapat mencegah dan atau mengurangi

tightness atau pemendekan otot dan perasaan yang tidak nyaman. Active Isolated

Stretchin gmerupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua

otot hamstring yang membatasi gerakan.

2.5.2 Prosedur Pelaksanaan Metode Active Isolated Stretching.

Prosedur tindakan metode Aktive Isolated Stretching adalah sebagai berikut:

1. Sampel diminta untuk berbaring diatas matras dalam posisi yang nyaman

2. Sampel diminta untuk memasang yoga strap yang direkatkan permukaan

telapak kaki.

3. Sampel diminta untuk mengangkat kakinya (dengan lutut dalam posisi full

extensi dan ankle dalam posisi dorsi flexion) sehingga membentuk hip dalam

posisi fleksi.

4. Sampel menahan posisi tersebut selama 2 detik dan dilakukan pengulangan

sebanyak 10 kali dan 2 set.

5. Sebelumnya sampel diberi demo terlebih dahulu oleh Fisioterapis.

Gambar 2.4 Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching (Amin, 2015).

26

Gambar 2.5 Penguluran Otot Hamstring (Amin, 2015).

2.6 Massage

Kata masase atau massage berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti

menekan dengan lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau

melulut. Massage merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-tama

ditemukan oleh manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap hari

manusia melakukan pemijatan sendiri. Semenjak 3000 tahun sebelum masehi,

massage sudah digunakan sebagai terapi.

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot tendonatau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan

posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau

meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang

dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan

kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong,

meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan

tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk

menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya (Simkin,

2007).

27

2.6.1 Manfaat Massage

Priyonoadi (2008) mengungkapkan, tujuan dan manfaat Massage secara

umum adalah :

1) Melancarkan peredaran darah, terutama dorongan terhadap darah veneus atau

darah yang menuju ke jantung. Kelancaran peredaran darah ini selanjutnya

akan mempercepat proses pembuangan sisa-sisa pembakaran dan penyebaran

sari makanan ke jaringan-jaringan tubuh.

2) Merangsang persarafan, terutama saraf tepi (perifer) untuk meningkatkan

kepekaan terhadap rangsang

3) Membersihkan dan menghaluskan kulit.

4) Menurunkan ketegangan otot dan relaksasi otot untuk mempertinggi daya

kerjanya.

5) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa sakit

atau nyeri

2.6.2 Efek Massage

Menurut Wijanarko dan Riyadi (2010), ada beberapa efek massage yaitu

efek terhadap peredaran darah, lymphe, otot, kulit, dan saraf

1) Efek massage terhadap peredaran darah dan lymphe

Massage menimbulkan efek memperlancar peredaran darah. Manipulasi

yang dikerjakan dengan gerakan yang menuju kearah jantung, secara mekanis

akan membantu mendorong pengaliran darah dalam pembuluh vena menuju

kejantung. Massage juga membantu pengaliran cairan limfe menjadi lebih cepat,

28

ini berarti membantu penyerapan sisa-sisa pembakaran yang tidak diperlukan

lagi.

2) Efek Massage Terhadap Otot

Massage memberi efek memperlancar proses penyerapan sisa-sisa

pembakaran yang berada didalam jaringan otot yang dapat menimbulkan

kelelahan. Dengan manipulasi yang memberikan penekanan dan peremasan

kepada jaringan otot maka darah yang ada didalam jaringan otot, yang

mengandung zat-zat sisa pembakaran yang tidak diperlukan lagi terlepas keluar

dari jaringan otot dan masuk kedalam pembuluh vena. Kemudian saat penekanan

kendor maka darah yang mengandung bahan bakar baru mengalirkan bahan

tersebut kejaringan, sehingga kelelahan dapat dikurangi. Selain itu massage juga

memberi efek bagi otot yang mengalami ketegangan atau pemendekan karena

massage pada otot berfungsi mendorong keluarnya sisa-sisa metabolisme,

merangsang saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau melemahkan

rangsang yang berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan ketegangan.

3) Efek Massage Terhadap Kulit

Massage memberi efek melonggarkan perlekatan dan menghilangkan

penebalan-penebalan kecil yang terjadi pada jaringan dibawah kulit, dengan

demikian memperbaiki penyerapan.

4) Efek Massage Terhadap Saraf

Sistem Saraf Parifer adalah bagian dari sistem saraf yang didalam

sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke sel saraf sensorik dan

dari sel saraf motorik yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang. Sel-

29

sel sistem saraf sensorik mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat dari organ-

organ internal atau dari rangsangan eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik tersebut

membawa informasi dari SSP ke organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf parifer

dibagai menjadi dua cabang yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.

Sistem saraf somatik terutama merupakan sistem motorik, yang semua sistem

saraf ke otot, sedangkan sistem saraf otonom merupakan adalah sistem saraf yang

mewakili persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel kelenjar.

Sistem otonom ini terdiri dari dua komponen fisiologis dan anatomis yang

berbeda, yang saling bertentangan yaitu sistem simpatik dan parasimpatik. Dapat

melancarkan sistem saraf dan meningkatkan kinerja saraf sehingga tubuh dapat

lebih baik.

2.6.3 Indikasi dan Kontraindikasi Massage

2.6.3.1 Indikasi Massage

Indikasi merupakan suatu keadaan atau kondisi tubuh dapat diberikan

manipulasi massage, serta massage tersebut akan memberikan pengaruh yang

positif terhadap tubuh. Indikasi dalam massage adalah:

1) Keadaan tubuh yang sangat lelah.

2) Kelainan-kelainan tubuh yang diakibatkan pengaruh cuaca atau kerja yang

kelewat batas (sehingga otot menjadi kaku dan rasa nyeri pada persendian

serta gangguan pada persarafan).

30

2.6.3.2 Kontraindikasi Massage

Kontraindikasi terhadap massage adalah sebagai keadaan atau kondisi

tidak tepat diberikan massage, karena justru akan menimbulkan akibat yang

merugikan bagi tubuh itu sendiri. Kontra- indikasi dalam massage adalah:

1. Pasien sedang menderita penyakit kulit. Adanya luka-luka baru atau cedera

akibat berolahraga atau kecelakaan.

2. Sedang menderita patah tulang, pada tempat bekas luka, bekas cedera, yang

belum sembuh betul.

3. Pada daerah yang mengalami pembengkakan atau tumor yang diperkirakan

sebagai kanker ganas atau tidak ganas

4. Pasien dalam keadaan menderita penyakit menular.

2.6.4 Shaking Massage

2.6.4.1 Pengertian Shaking Massage

Manipulasi shaking dapat dilakukan menggunakan seluruh permukaan

tapak tangan dan jari-jari dengan cara bersamaan pada bagian otot yang tebal dan

lebar. Otot yang panjang dan sempit cukup dengan menggunakan jari-jari atau

satu tapak tangan saja, seolah-olah menjepit otot dengan ujung-ujung jari

kemudian digoncang kekanan dan kekiri atau ke atas dan bawah. Manipulasi

ShakingMassage diberikan beberapa saat dengan singkat dan kuat karena berat

dalam melakukannya . Manfaat dari manipulasi shaking adalah: (1) meningkatkan

kelancaran peredaran darah, terutama dalam penyebaran sari-sari makanan

kedalam jaringan, (2) memacu serabut-serabut otot untuk siap menghadapi tugas

31

yang lebih berat, tanpa memberi pengaruh yang merugikan pada persarafan

maupun serabut-serabut otot itu sendiri.

Shaking adalah gerakan tangan untuk mengangkat dan menekan otot

dengan menggunakan tiga jari, ibu jari, atau tangan dan siku. Manfaat dari

shaking massage yaitu :

1. Dengan bergantian meremas dan santai, pembuluh darah dan pembuluh

limfatik dikosongkan dan diisi, membawa nutrisi segar ke otot-otot.

2. Membantu untuk memecah dan membuang deposit lemak disekitar paha.

3. Memperlancar aliran darah.

4. Setiap racun yang telah terakumulasi dikeluarkan dari jaringan yang lebih

dalam.

5. Membantu untuk mencegah kekakuan otot.

6. Menenangkan saraf.

7. Membawa suplai darah yang lebih banyak ke otot.

8. Membantu melindungi otot agar tidak kaku atau rileksasi otot.

9. Membebaskan perlengketan jaringan.

Gambar manipulasi shaking disajikan pada Gambar 2.7

Gambar 2.6 Manipulasi shaking

(Sumber: Priyonoadi, 2008)

32

2.6.4.2 Prosedur pelaksanaan manipulasi shaking massage

1) Pasien dalam posisi tengkurap dan rileks

2) Fisioterapis memberikan teknik manipulasi shaking kepada pasien dengan

cara melakukannya adalah dengan jari-jari membengkok pada bagian paha

khususnya otot hamstring yang dilakukan dengan gerakan-gerakan ke

samping, ke atas dan ke bawah (menggoncangkan). Manipulasi dilakukan

dengan irama yang hidup serta tangan berpindah-pindah dan berdekatan.

3) Pemberian manipulasi ini dilakukan selama 10 menit.