BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar...

20
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat mengenai pengertian belajar ada bermacam-macam. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Uno (2011:139) bahwa “proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri aturannya (termasuk konsep, teori, dan definisi)”.Sedangkan belajar menurut Aunurrahman (2009:18) adalah suatu proses mengasimilasi dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya tentang objek tertentu menjadi lebih kokoh. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu dengan memberikan kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman dan bahan yang dipelajari sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna. Pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan pengalaman- pengalamannya melalui interaksi dengan lingkungan, tanpa pengalaman seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. 2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Setiap siswa yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah pasti mengharapkan mendapat hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Sudjana (2005:3) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Pendapat mengenai pengertian belajar ada bermacam-macam. Menurut

Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Uno (2011:139) bahwa “proses belajar akan berjalan dengan baik

dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

sendiri aturannya (termasuk konsep, teori, dan definisi)”.Sedangkan belajar

menurut Aunurrahman (2009:18) adalah suatu proses mengasimilasi dan

menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang

dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya tentang objek tertentu menjadi lebih

kokoh.

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu dengan memberikan kesempatan

untuk menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman dan bahan yang

dipelajari sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan pengalaman-

pengalamannya melalui interaksi dengan lingkungan, tanpa pengalaman seseorang

tidak dapat membentuk pengetahuan.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Setiap siswa yang mengikuti proses pembelajaran di sekolah pasti

mengharapkan mendapat hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik

dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Sudjana (2005:3) menyatakan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

6

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima

pengalaman belajar.

Gagne & Briggs (Jamil, 2013:37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan

diamati melalui penampilan siswa. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan

belajar karena semakin tinggi proses belajar siswa semakin tinggi pula hasil

belajar siswa yang diperoleh.

Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang dialami siswa sebagai akibat kegiatan belajar

melalui pengalaman atau penemuan sendiri yang menyangkut aspek-aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Reigeluth dalam Jamil (2013:37) berpendapat bahwa hasil belajar

atau pembelajaran dapat dipakai sebagai pengaruh yang dapat memberikan suatu

ukuran atau nilai dari metode atau strategi alternatif dalam kondisi berbeda.

Menurut Benjamin S. Bloom (Sudjana, 2005:23), hasil belajar

diklasifikasikan meliputi tiga ranah yaitu:

a. Ranah kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yaitu evaluasi, aplikasi, analisis,pemahaman,

sintesis, dan pengetahuan atau ingatan.

b. Ranah afektif, merupakan ranah yang berhubungan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris, merupakan ranah yang berhubungan dengan hasil

belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotoris, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks,dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berkesimpulan bahwa hasil belajar

terdiri dari 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dalam

penelitian ini hasil belajar yang ingin digunakan oleh peneliti hanya ranah kognitif

dan afektif saja. Ranah kognitif digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

7

yaitu menggunakan alat evaluasi berupa tes tertulis, kemudian ranah afektif

digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa khususnya dalam

pembelajaran IPA, alat evaluasi ranah afektif ini menggunakan lembar observasi.

2.1.2.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a. Faktor internal yang meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan

aspek psikologis,yang terdiri dari lima faktor, yaitu: (intelegensi

siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa)

b. Faktor eksternal yang terdiri dari dua macam yaitu: (lingkungan

sosial, lingkungan non sosial (sarana dan prasarana termasuk

didalamnya media pembelajaran)

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena

dalam proses pembelajaran siswa sendirilah yang menentukan terjadi atau

tidaknya proses belajar sebab guru hanya sebagai perantara terjadinya proses

tersebut. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah faktor nonsosial serta faktor pendekatan. Dimana penggunaan model

pembelajaran menggunakan bantuan media pembelajaran dapat mempengaruhi

keaktifan dan hasil belajar siswa.

2.1.3 Keaktifan

2.1.3.1. Pengertian Keaktifan

Pada hakekatnya proses pembelajaran merupakan cara untuk

mengembangkan aktifitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan

pengalaman. Keaktifan belajar merupakan unsur dasar penting untuk

terlaksananya keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Sardiman (2001:98)

bahwa keaktifan merupakan kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu

berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

8

Sedangkan menurut Rochman Natawijaya (Depdiknas, 2006:3) bahwa

belajar aktif adalah Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan

siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil

belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal

melalui aktifitas-aktifitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu

singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala

kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa, mental intelektual dan

emosional sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan yang bertujuan

untuk memperoleh hasil belajar.

2.1.3.2. Klasifikasi Keaktifan

Dimyanti dan Mudjiono (2009) mengemukankan keaktifan siswa dalam

peristiwa pembelajaran mengambil beraneka ragam bentuk kegiatan fisik yang

dapat diamati. Kegiatan fisik tersebut dapat berupa aktifitas yang dilakukan oleh

siswa. Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman,

2001:99):

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi

, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik peta,

diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, bermain.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

9

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, tenang.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Sudjana

(2005:61) keaktifan belajar siswa dapat dilihat berdasarkan indikator keaktifan

siswa, antara lain:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

2) Terlibat dalam pemecahan masalah

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil–hasil yang diperolehnya

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dapat

dilihat dari berbagai aktivitas yang dapat diamati saat proses pembelajaran

berlangsung, aktifitas tersebut diantaranya sebagai berikut: membaca,

memperhatikan, melakukan demonstrasi, bertanya, diskusi, memberi tanggapan,

terlibat dalam pemecahan masalah, mencari berbagai informasi, menyatakan

pendapat, menilai kemampuan dirinya, dan dapat menerapkan apa yang diperoleh

untuk menyelesaikan soal.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

10

2.1.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembangkan untuk berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari. Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa antara lain:

1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa sehingga mereka

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada siswa)

3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari)

5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajari

6) Memunculkan aktifitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

7) Memberikan umpan balik (feedback)

8) Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes sehingga kemampuan

siswa selalu terpantau dan terukur

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA

Sebelum masuk pada pembelajaran IPA maka perlu diketahui dahulu

pengertian pembelajaran. Menurut Jamil (2013:75) pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun

secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Aunurrahman (2009:2) mengatakan pembelajaran akan berfokus pada

pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan

kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri

dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan perspektif

budaya. Menurut Suprijono (2013:13) pembelajaran berdasarkan makna leksikal

berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

yang baik adalah serangkaian kegiatan yang disusun secara terencana yang dapat

mendorong siswa membangun sendiri pengalaman belajarnya untuk memperoleh

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

11

pengetahuan melalui proses yang dilakukan dalam pembelajaran. Siswa dituntut

untuk berperan aktif agar dalam pembelajaran yang terjadi diperoleh pemahaman

siswa supaya pembelajaran tersebut bermakna.

Kardi dan Nur (Trianto, 2010:136) mengatakan bahwa IPA atau ilmu

kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati

yang diamati.

Menurut Laksmi prihantoro dkk (Trianto, 2010:137) mengatakan bahwa

IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk,

IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan

konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk

mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk- produk sains,

dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat

memberikan kemudahan bagi kehidupan.

Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan diatas, maka nilai-nilai

IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut

(Trianto, 2010:141):

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut

langkah-langkah metode ilmiah.

b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik

dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan diharap

secara umum menurut Taksonomi Bloom bahwa:

diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Disamping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apersepsi. Di

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

12

dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya. Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan

dapat memberikan antara lain sebagai berikut (Trianto, 2010:143):

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,

fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan

antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, objektif, jujur terbuka,

benar dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis, induktif dan

dedukatif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

(Depdiknas,2003:2)

Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA lebih

ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat

menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori serta sikap ilmiah

siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan (Nur dan Wikandari, 2000 dalam Trianto,

2010).

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Menurut Joyce (Suprijono, 2013:46), mengatakan bahwa melalui model

pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

13

keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran

berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Hal ini merujuk bahwa model pembelajaran memberikan petunjuk kepada

guru kelas untuk mengatur materi sebagaimana sudah tersusun secara sistematis

yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif

mencari informasi untuk membangun konsep dalam rangka mencapai hasil

belajar.

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal

dengan nama pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2011:17). Menurut Slavin (Isjoni,

2011:17) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model

pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong

para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti

diskusi atau teman sebaya (peer teaching).

Suprijono (2013:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-

bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Menurut Slavin

(Isjoni, 2011:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih

bergairah dalam belajar.

Trianto (2010:74) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bernaung

dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat

disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa

belajar dengan cara bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil melalui diskusi

untuk mencapai tujuan keberhasilan bersama.

Menurut Uno (2011:120) hal terpenting dalam model pembelajaran

kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

14

teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah.

Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para

siswa juga mendapat kesempatan bersosialisasi.

Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap

kelompok bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya untuk membantu

dalam belajar tidak hanya belajar sendiri. Sehingga dalam pembelajaran bersama-

sama tersebut dapat tercapai keberhasilan karena semua siswa berusaha sampai

semua anggotanya berhasil dalam memahami materi.

2.1.5.2 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2011:20) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif

yaitu sebagai berikut:

a. setiap anggota memiliki peran

b. terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya

d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok, dan

e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

2.1.5.3 Sintak dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 fase dalam sintak model pembelajaran kooperatif. Fase-fase

dalam model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

15

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa

Menjelaskan tujuan

pembelajaran dan

mempersiapkan siswa siap

belajar

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi

kepada siswa

3

Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok-kelompok

belajar

Guru menginformasikan

pengelompokan siswa

4

Membimbing kelompok belajar Guru membantu kelompok-

kelompok belajar selama siswa

mengerjakan tugasnya

5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi pembelajaran

yang telah dilaksanakan

6

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk

mengakui usaha dan prestasi

individu maupun kelompok

(Sumber: Suprijono, 2013:68)

Fase pertama dalam pembelajaran kooperatif learning yaitu, menyampaikan

tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi maksud pembelajaran

kooperatif. Guru menyampaikan tujuan yang ingin disampaikan supaya siswa

mengetahui manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran. Fase kedua guru

menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase

ketiga guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam

kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok.

Pada fase keempat guru bertugas mendampingi tim-tim belajar,

mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang

dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

16

pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah

ditunjukkan. Fase kelima guru melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Terakhir, pada fase keenam guru mempersiapkan penghargaanyang

akan diberikan kepada siswa.

2.1.5.4 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

Jarolimek & Parker (Isjoni, 2011:24) mengatakan kelebihan model

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu

3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan

guru, dan

6) Memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman

emosi yang menyenangkan.

2.1.5.5 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Selain terdapat kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga mempunyai

beberapa kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada

dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor

dari dalam yaitu:

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping

itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan

topik masalah meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

17

2.1.6 Penerapan Media Permainan Kokami

2.1.6.1. Pengertian Media

Menurut Sadiman (2003:6) media adalah perantara atau pengantar pesan

dari pengirim ke penerima pesan. Komalasari (2011:112) menyatakan bahwa

media adalah alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari

sumber belajar ke penerima pesan belajar (Siswa).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat

bantu atau segala sesuatu benda yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang perhatian siswa

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

2.1.6.2. Fungsi Media

Menurut Asnawir (2002;13-15) fungsi umum media adalah sebagai berikut:

a) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang

dimiliki siswa

b) Media dapat mengatasi ruang kelas

c) Media dapat memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa

dengan lingkungan

d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan

e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan

realistis

f) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru

g) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk

belajar

h) Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang

konkrit sampai kepada sesuatu yang bersifat abstrak.

Dengan penggunaan media pada proses pembelajaran, dapat menambah

daya tarik untuk siswa. Dalam hal ini media dapat diartikan sebagai penarik

perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

18

2.1.6.3. Media Permainan Kokami

Dunia anak-anak masih erat hubungannya dengan dunia bermain. Karena

bermain adalah salah satu kegiatan yang disukai anak, bahkan orang dewasa pun

menyenangi beberapa permainan. Melalui permainan anak dapat belajar

bersosialisasi dan belajar hal tentang kehidupan, serta dapat menumbuhkan

percaya diri dan keberanian.

Permainan adalah setiap kontes para pemain yang berinteraksi satu sama

lain dengan mengikuti aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama yaitu: (a) adanya

pemain, (b) adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi, (c) adanya

aturan-aturan main, dan (d) adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Menurut Ardhana (ardhana12.wordpress.com/2008/02/05/dengan-bermain-

pembelajaran-lebih-bermakna/ - 46k)

Pada umumnya bermain merupakan suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh baik fisik , intelektual, sosial, moral, dan emosional anak. Permainan dapat bersifat universal karena hidup pada semua masyarakat di dunia. Permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak. Melalui permainan tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi, sosial, fisik, dan bahasa.

Sebagai media pembelajaran, permainan memungkinkan adanya partisipasi

aktif siswa untuk belajar. Permainan mempunyai kemampuan untuk melibatkan

siswa dalam proses pembelajaran secara aktif. Permainan adalah suatu yang

menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu hal yang menghibur, seperti halnya

permainan kartu.

Salah satu permainan yang dapat dijadikan sebagai alternatif metode dalam

model ini adalah permainan kokami. Kokami kepanjangan dari kotak kartu

misterius. permainan kokami adalah salah satu alternatif metode pembelajaran

yang dapat merangsang minat dan perhatian siswa. Model permainan kokami ini

diperkenalkan oleh Abdul Kadir, dengan model ini beliau meraih juara II Lomba

Kreatif Guru tingkat SLTP 2003 yang diselenggarakan oleh Lembaga

Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

19

Permainan kokami dilakukan dengan mempersiapkan sebuah kotak

berukuran 30 x 20 x 15 cm, 12 buah amplop ukuran 8 x 14 cm, dan 12 lembar

kartu pesan. Kokami dapat dibuat sederhana yang fungsinya sebagai tempat

amplop-amplop berisi kartu pesan, yang isinya berisi materi pelajaran yang ingin

disampaikan kepada siswa. Kartu pesan ini dibuat dalam bentuk perintah,

petunjuk, pertanyaan, atau pemahaman gambar.

Arah kegiatan belajar mengajar tertuang dalam kartu pesan sehingga

peranan kartu pesan ini merupakan komponen yang paling penting dalam

permainan ini.

Aturan permainan dalam pembelajaran kokami dirangkum dari

www.republika.co.id/Mengusai_Bahasa_Inggris_Melalui_Kokami adalah sebagai

berikut:

a. Masing-masing kelompok terdiri atas delapan siswa (jika siswa 40 orang

per kelas). Jadi terdapat lima kelompok pemain dengan duduk menghadap

ke papan tulis. Media Kokami dengan kelengkapannya diletakkan di depan

papan tulis di atas sebuah meja, sedangkan pada papan tulis guru sudah

menyiapkan sebuah tabel skor.

b. Anggota setiap kelompok diwakili seorang ketua yang dipilih oleh guru

bersama-sama siswa.

c. Selama permainan berlangsung, ketua dibantu sepenuhnya oleh anggota.

d. Ketua kelompok selain bertugas mengambil satu amplop dari dalam

Kokami secara acak dan tidak boleh dilihat, juga membacakan isi amplop

dengan keras (boleh juga dibacakan anggota lain) dan harus diperhatikan

oleh seluruh anggota.

e. Kelompok lain berhak menyelesaikan tugas yang tidak dapat diselesaikan

oleh salah satu kelompok.

f. Pemenang ditentukan dari skor tertinggi dan berhak mendapatkan bonus.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

20

2.1.6.4. Penerapan Media Permainan Kokami Dalam Pembelajaran IPA

Media permainan kokami pada penelitian ini adalah satu paket kartu yang

disajikan dalam bentuk kartu IPA. Jumlah kartu yang disajikan sesuai dengan

bahan materi, karena keterbatasan waktu dan adanya percobaan menggunakan

alat peraga yang digunakan maka peneliti membatasi jumlah kartu. Kotak tempat

amplop-amplop terbuat dari kardus yang diberi sampul kertas kado. Untuk

menarik perhatian siswa, maka bahan dasar kartu diberi warna dan isi kartu

berbentuk bervariasi. Kartu dapat berbentuk perintah, petunjuk, pertanyaan, dan

pemahaman gambar.

Aturan permainan kokami dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1) Ketua kelompok maju kedepan untuk mengambil sebuah amplop yang

sudah diacak

2) Amplop yang diambil mulai dari nomor 1 kemudian nanti dilanjutkan

dengan mengambil nomor selanjutnya (misal: nomor 2, nomor 3, dst)

3) Terdapat kartu di dalam amplop tersebut yang isinya bisa berupa

pertanyaan, perintah, pemahaman gambar, tentang materi

4) Setiap instruksi yang ada didalam kartu memiliki waktu penyelesaian

berbeda

5) Ketua kelompok yang sudah mengambil amplop juga membacakan isi

amplop dengan keras (boleh juga dibacakan oleh anggota lain) dan

harus diperhatikan oleh seluruh anggota

6) Setelah perwakilan kelompok membacakan isi amplop, perwakilan

kelompok tersebut mundur terlebih dahulu untuk berdiskusi dengan

anggota lain sebelum menjawab

7) Kelompok yang mendapatkan tugas demonstrasi maka perwakilan

kelompok maju kedepan untuk melakukan demonstrasi di depan kelas.

8) Setiap kelompok melakukan diskusi mengenai isi amplop yang sudah

dibacakan

9) Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan diskusi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

21

10) Kelompok yang mengambil amplop diberikan kesempatan menjawab

pertama

11) Kelompok lain berhak menyelesaikan tugas yang tidak dapat

diselesaikan oleh salah satu kelompok

12) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan

skor tertinggi.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif berbantukan media

permainan kokami:

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2. Menyajikan informasi; guru melakukan tanya jawab untuk

mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi yang akan dipelajari

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; guru

membagi siswa menjadi empat kelompok yang terdiri dari 5 siswa,

ketua kelompok maju kedepan untuk mengambil sebuah amplop yang

sudah diacak, ketua kelompok yang sudah mengambil amplop juga

membacakan isi amplop dengan keras dan harus diperhatikan oleh

seluruh anggota, setiap kelompok melakukan diskusi mengenai isi

amplop yang sudah dibacakan

4. Guru membimbing setiap kelompok dalam melakukan diskusi

5. Evaluasi; kelompok yang mengambil amplop diberikan kesempatan

menjawab pertama, kelompok lain berhak menyelesaikan tugas yang

tidak dapat diselesaikan oleh salah satu kelompok

6. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan

skor tertinggi.

2.2. Penelitian yang Relevan

1) Fendy Saputra (2011), melakukan penelitian tentang penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) dengan

media Kokami dalam meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa SMP

Negeri 5 Tanggul kelas VIII tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

22

pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan kokami sebagai

media pembelajarannya diperoleh beberapa temuan, yakni pada siklus I

ketuntasan klasikal sebesar 69,2%, sedangkan pada siklus II diperoleh

ketuntasan klasikal 94,9 %. Peningkatan aktivitas belajar (tes) siswa, hasil

analisis aktivitas siswa pada siklus I yang diperoleh nilai rata-rata 77%,

sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 87%. Dari hasil tersebut,

dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Team Games Tournament) dengan menggunakan kokami

sebagai media pembelajarannya dapat meningkatkan hasil belajar dan

aktivitas siswa.

2) Subiyah (2011), melakukan penelitian berjudul “Upaya meningkatkan

hasil belajar siswa mata pelajaran IPA tentang proses daur air melalui

model pembelajaran cooperative learning dan peraga visual (gambar

peraga daur air) pada kelas V SDN Dlisen 01 tahun pelajaran 2011/2012.

Hasil penelitian melalui model pembelajaran cooperative learning dan

peraga visual ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar

siswa dari pra siklus ke siklus-siklus berikutnya. Pada pra siklus

menunjukkan hasil 50% siswa tuntas kemudian pada siklus I meningkat

menjadi 72,7% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi

90,9% siswa yang sudah tuntas.

3) Neneng Paisah dkk (2013) melakukan penelitian tentang penerapan media

kotak dan kartu misterius (kokami) untuk peningkatan keterampilan

berpikir kritis pada siswa kelas VII SMP Negeri 25 Purworejo tahun

pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 32 siswa. Hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa dengan penerapan media kotak dan kartu misterius

(Kokami) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 25 purworejo. Hal tersebut

dapat terlihat dari data hasil observasi, ketrampilan berpikir kritis siswa

meningkat dari 32,97% pada pra siklus menjadi 59,06% pada siklus I dan

meningkat lagi menjadi 71,80% pada siklus II. Persentase angket

ketrampilan berpikir kritis meningkat 49,69% pada pra siklus menjadi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

23

67,19% pada siklus dan menjadi 74,69% pada siklus II. Peningkatan

keterampilan berpikir kritis ini berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar. Pada pra siklus menjadi 66,88% dengan ketuntasan 40,63% pada

siklus I dan meningkat lagi menjadi 73,31% dengan ketuntasan pada siklus

II.

2.3. Kerangka Berfikir

Kondisi awal pembelajaran di SDN Senden Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali pada pembelajaran IPA masih menggunakan metode konvensional yaitu

metode ceramah. Pembelajaran yang demikian membuat siswa merasa bosan dan

tidak memiliki antusias sehingga menimbulkan kegaduhan di dalam kelas.

Keaadan yang demikian berdampak pada siswa menjadi pasif dan hasil belajar

siswa khususnya pelajaran IPA menjadi rendah, ini disebabkan karena siswa tidak

dilibatkan dalam proses pembelajaran secara aktif untuk menemukan sendiri

pengetahuannya sehingga pemahaman siswa mengenai materi IPA kurang.

Kondisi tersebut dapat dilihat dari data nilai bahwa hampir separuh siswa

memperoleh nilai dibawah KKM (65).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti melakukan tindakan

melalui model pembelajaran kooperatifberbantukan media permainan kokami

(kotak kartu misterius). Media ini menggunakan kotak yang didalamnya berisi

amplop-amplop kartu pesan yang isinya berisi materi pelajaran yang ingin

disampaikan kepada siswa.

Kondisi akhir setelah melakukan tindakan dengan menggunakan media

permainan kokami tersebut, diduga pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif berbantukan media

permainan Kokami di SDN Senden semester II tahun pelajaran 2013/2014. Siswa

yang semula hanya separuh yang tuntas KKM (65), maka diharapkan terjadi

peningkatan. Berikut skema kerangka berpikirnya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendapat mengenai pengertian belajar ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7965/3/T1_292010187_BAB II.pdf · Jenis-jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah

24

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Jika dalam

proses belajar mengajar guru menggunakan model pembelajaran kooperatif

berbantukan media permainan kokami dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar IPA pada siswa kelas V semester II SDN Senden Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Guru

menggunakan

pembelajaran

secara

konvensional

Kondisi

Awal

Tindakan

Kondisi

akhir

Penggunaan

modelpembelajaran

kooperatif Berbantukan

media permainan kokami

Keaktifan

dan hasil

belajar

siswa

rendah

Dengan penggunaan model

pembelajaran

kooperatifberbantukan

media permainan kokami

dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar

IPA pada siswa kelas V

SDN Senden semester II

tahun pelajaran 2013/ 2014