BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Bab ini terdiri dari empat sub-bab yakni sub-bab kajian pustaka, kerangka berpikir dan konsep, landasan teori serta model penelitian. Kajian pustaka menguraikan kajian terhadap penelitian mutakhir sebelunya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka berpikir merupakan hasil abstraksi dan sintesis dari teori yang dikaitkan dengan masalah penelitian, konsep memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan komponen dari kerangka teori, landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan dan model penelitian merupakan abstraksi dan sintesis antara teori dan permasalahan penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka ini dilakukan terhadap hasil penelitian dari beberapa peneliti diantaranya hasil penelitian dari Adhika (2011), Program Pascasarjana Universitas Udayana dalam disertasi yang berjudul Komodifikasi Kawasan Suci Pura Uluwatu di Kuta Selatan Kabupaten Badung dalam Era Globalisasi. Penelitian ini membahas tentang bentuk, proses, dampak dan makna komodifikasi kawasan suci Pura Uluwatu dengan tujuan untuk mengkaji dan memahami tentang fenomena komodifikasi kawasan suci Pura Uluwatu dalam pengembangan kawasan sebagai destinasi wisata dari bentuk, proses, dampak dan makna komodifikasi. Penelitian ini dilakukan di kawasan suci Pura Uluwatu,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari empat sub-bab yakni sub-bab kajian pustaka, kerangka

berpikir dan konsep, landasan teori serta model penelitian. Kajian pustaka

menguraikan kajian terhadap penelitian mutakhir sebelunya yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan, kerangka berpikir merupakan hasil abstraksi dan

sintesis dari teori yang dikaitkan dengan masalah penelitian, konsep memberikan

batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan komponen dari kerangka

teori, landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang

diperlukan untuk memecahkan permasalahan dan model penelitian merupakan

abstraksi dan sintesis antara teori dan permasalahan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini dilakukan terhadap hasil penelitian dari beberapa

peneliti diantaranya hasil penelitian dari Adhika (2011), Program Pascasarjana

Universitas Udayana dalam disertasi yang berjudul Komodifikasi Kawasan Suci

Pura Uluwatu di Kuta Selatan Kabupaten Badung dalam Era Globalisasi.

Penelitian ini membahas tentang bentuk, proses, dampak dan makna komodifikasi

kawasan suci Pura Uluwatu dengan tujuan untuk mengkaji dan memahami tentang

fenomena komodifikasi kawasan suci Pura Uluwatu dalam pengembangan

kawasan sebagai destinasi wisata dari bentuk, proses, dampak dan makna

komodifikasi. Penelitian ini dilakukan di kawasan suci Pura Uluwatu,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

menggunakan metode kualitatif yang dibahas dengan teori komodifikasi, teori

hegemoni, teori diskursus kekuasaan/pengetahuan, dan teori komunikasi.

Hasil dari penelitian ini berupa: (1) bentuk komodifikasi berupa (a)

pemanfaatan religiusitas Pura Uluwatu dan lingkungannya telah

dikomodifikasikan untuk wisatawan, (b) distribusi kawasan suci berupa alih

kepemilikan yang dijadikan tempat pembangunan vila dan fasilitas penunjang

pariwisata, (c) kawasan dinikmati oleh wisatawan maupun masyarakat. (2) proses

komodifikasi diawali dengan (a) diskursus pembangunan pariwisata, (b) hegemoni

pemerintah Kabupaten Badung dalam pemanfaatan kawasan, (c) hegemoni

pemerintah Provinsi Bali dalam mempertahankan kawasan suci, serta (d)

hegemoni pemerintah Desa Pecatu terhadap masyarakatnya, dan hegemoni juga

telah menimbulkan kontra hegemoni yang dilakukan masyarakat Desa Pecatu

terhadap pemerintah.

Hasil penelitian ini juga menyampaikan bahwa komodifikasi berdampak

positif, seperti (1) kunjungan wisatawan meningkat, (2) infrastruktur diperbaiki,

(3) muncul kesenian, dan (4) tumbuh sektor informal. Sebaliknya terjadi dampak

negatif, berupa (1) konflik lahan, (2) petani penggarap tergusur, (3) hubungan

disharmonis berbagai pihak, (4) friksi internal, (5) timbul kekuasaan baru.

Disisi lain makna komodifikasi kawasan bagi (1) sebagian masyarakat

Desa Pecatu ketidakberdayaan mempertahankan asetnya karena kenaikan pajak

seiring nilai jual objek pajak (NJOP), (2) bagi sebagian masyarakat Desa Pecatu

dan pemerintah Kabupaten Badung adalah berkah ekonomi, (3) bagi pemerintah

Provinsi Bali adalah pembangkangan dan desakralisasi kawasan, dan (4)

keterbelengguan bagi pemangku kepentingan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis terkait pada konsep pendekatan berpikir dimana kondisi pemanfaatan

lahan dikawasan pura tentunya dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak

langsung terhadap keberadaan pura dan kegiatan keagaaman yang dilaksanakan.

Namun demikian hal yang membedakan adalah lokasi penelitian yang dilakukan

oleh peneliti berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti

sebelumnya melakukan penelitian pada Pura yang berstatus pura Sad Kahyangan

sedangkan peneliti melakukan penelitian pada Pura yang berstatus Pura Dang

Kahyangan. Perbedaan lokasi ini tentunya sangat menentukan perbedaan pada

perlakuan terhadap pura yang bersangkutan, dimana pada Pura Sad Kahyangan

diterapkan radius 5 (lima) kilometer sedangkan pada Pura Dang Kahyangan

diterapkan radius 2 (dua) kilometer.

Selain itu perbedaan juga terjadi pada tema penelitian oleh peneliti

sebelumnya membahas tentang bentuk, proses, dampak dan makna komodifikasi

kawasan suci Pura Uluwatu sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

memfokuskan pada kegiatan pelanggaran yang dilakukan di sekitar kawasan pura,

penyebab terjadinya pelanggaran dan dampak yang ditimbulkan oleh pelanggaran

tersebut.

Penelitian kedua berjudul Pengaturan Kawasan Tempat Suci Pura Uluwatu

dengan Pendekatan Zoning Regulation oleh Kurniawan (2009), Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Penelitian

ini bermaksud untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara masyarakat Desa

Adat Pecatu dengan Pemerintah Kabupaten Badung melalui pendekatan spasial.

Pendekatan yang digunakan berupa perumusan prinsip-prinsip peraturan zoning.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Tahap analisis yang dilakukan yaitu pertama dengan analisis stakeholder untuk

menentukan siapa saja pihak-pihak yang berkonflik kemudian dilanjutkan dengan

pemetaan konflik untuk menentukan posisi pihak yang berkonflik serta

kemungkinan ada pihak lain yang juga ikut terlibat. Setelah pihak yang berkonflik

telah diketahui, dilanjutkan dengan analisis Delphi untuk menentukan peraturan

zoning berdasarkan kesepakatan antar pihak yang berkonflik.

Berdasarkan hasil analisis diketahui pihak yang berkonflik adalah PHDI

Provinsi Bali, Masyarakat Desa Pecatu, Bappeda Kabupaten Badung serta Dinas

PU Cipta Karya dan Pemukiman Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil analisis

dan kajian pustaka, zonasi wilayah penelitian dibagi menjadi 3 zona yaitu zona 1,

zona 2 dan zona 3 sesuai dengan SK Bupati Badung No. 79 Tahun 2000.

Berdasarkan hasil analisis dan kajian pustaka pengaturan zonasi wilayah

penelitian didasarkan pada 5 komponen yaitu: Jenis kegiatan dan penggunaan

lahan, intensitas pemanfaatan ruang, tata massa bangunan, prasarana minimum

dan aturan khusus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui untuk zona 1 adalah

zona netral dari kegiatan dan penggunaan lahan, zona 2 hanya pemukiman, kios

dan rumah makan yang diijinkan berlangsung sedangkan untuk zona 3 hampir

seluruh kegiatan diijinkan kecuali yang berskala besar seperti hotel, villa,

supermarket, industri besar dan menengah.

Pada penelitian ini difokuskan untuk mengidentifikasi permasalahan

konflik yang terjadi antara pihak yang terkait dan merumuskan alternatif

penyelesaian permasalahan tersebut melalui pengaturan zonasi kawasan

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mengidentifikasi

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

pelanggaran pemanfaatan ruang pada radius kesucian pura, penyebab pelanggaran

dan dampak yang ditimbulkan oleh pelanggaran tersebut.

Sucita (2011), Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut

Teknologi Bandung sebagai kajian pustaka ketiga dengan judul Alternatif Strategi

Manajemen Konflik Ruang Di Kawasan Pesisir Teluk Benoa, Provinsi Bali (Studi

Kasus: Pengembangan Pelabuhan Benoa Sebagai Pelabuhan Internasional).

Studi ini bertujuan memberikan usulan pengelolaan konflik bagi pihak-

pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan

Benoa sebagai pelabuhan internasional dan pelabuhan kapal pesiar. Tujuan dari

penelitian ini yaitu memberikan alternatif strategi pengelolaan konflik

pengembangan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional. Sedangkan

output penelitian ini yaitu dihasilkan usulan strategi tindakan pengelolaan konflik

pengembangan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional. Sasaran yang

ingin dicapai guna keberhasilan pencapaian tujuan penelitian terdiri atas:

mengidentifikasi kepentingan pihak yang terlibat konflik; mengidentifikasi siapa

saja pihak yang berkonflik; mengidentifikasi faktor penyebab konflik,

permasalahan inti konflik dan dampak konflik; dan mengusulkan strategi tindakan

pengelolaan konflik.

Metode yang digunakan adalah menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dengan menggunakan teknik analisis bawang bombay untuk

memperjelas kepentingan-kepentingan pihak yang berkonflik dan teknik analisis

pohon konflik untuk mengetahui sumber konflik. Pada penelitian ini difokuskan

untuk merumuskan usulan pengelolaan konflik bagi pihak-pihak yang terlibat

dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

pelabuhan internasional dan pelabuhan kapal pesiar sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah mengidentifikasi pelanggaran pemanfaatan ruang

pada radius kesucian pura, penyebab pelanggaran dan dampak yang ditimbulkan

oleh pelanggaran tersebut sehingga paling tidak dapat dirumuskan upaya untuk

mengantisipasi ataupun meminimalisir permasalahan yang mungkin akan terjadi.

Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu, peneliti memfokuskan penelitian

pada penerapan Bhisama kesucian pura sebagaimana diatur dalam Perda Provinsi

Bali No. 16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali yang mengisyaratkan batasan

pemanfaatan ruang dalam radius tertentu untuk Pura Dang Kahyangan, penyebab

terjadinya pelanggaran serta dampak pelanggaran Bhisama kesucian pura ditinjau

dari aspek fisik, ekonomi maupun sosial budaya di sekitar Pura Dang Kahyangan

di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

2.2 Konsep

Sebagai batasan yang dimaksud dengan konsep adalah terminologi teknis

yang merupakan komponen-komponen dari kerangka teori. Dalam penelitian ini

ada dua konsep utama yang dipergunakan yakni konsep terkait Pura Dang

Kahyangan dan Bhisama Kesucian Pura.

2.2.1. Pura Dang Kahyangan

Pura pada awalnya di Bali bukan untuk menyatakan tempat suci sebagai

tempat pemujaan pada Tuhan. Istilah pura di Bali berasal dari bahasa Sansekerta

yang artinya tempat yang dikelilingi tembok pembatas (Wiana, 2009). Perubahan

penyebutan kata pura untuk tempat persembahyangan dan puri untuk tempat

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

kediaman raja dimulai dari kedatangan Mpu Dang Hyang Dwijendra sebagai

bhagawanta kerajaan mendampingi Raja Dalem Waturenggong dibidang

keagamaan. Pengertian tentang pura sebagaimana diungkapkan dalam Keputusan

Seminar Kesatuan Tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu dimaksud adalah

tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabhawa

(manifestasi-Nya) dan atma sidha dewata (roh suci leluhur). Disamping

dipergunakan istilah pura untuk menyebut tempat suci atau tempat pemujaan,

dipergunakan juga istilah kahyangan atau parahyangan yang berarti suci dalam

bahasa Jawa Kuna.

Pura kahyangan jagat sebagai pemujaan publik sangat banyak sekali

bertebaran di Bali, namun eksistensi pura kahyangan jagat digolongkan ke dalam

tiga konsepsi sebagaimana diuraikan dalam seminar kesatuan tafsir terhadap

aspek-aspek Agama Hindu. Ketiga konsepsi dimaksud yaitu (1) konsepsi

Rwabhineda (Pura Besakih berstatus sebagai Purusa dan pura Batur berstatus

sebagai Pradhana, (2) konsepsi Catur Lokapala (pura Lempuyang Luhur di timur

sebagai sthana Dewa Iswara, pura Andakasa di selatan sebagai sthana Dewa

Brahma, pura Batukaru di barat sebagai sthana Dewa Mahadewa, pura Pucak

Mangu di utara sebagai sthana Dewa Wisnu), (3) konsepsi Sad Winayaka (Pura

Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Goa Lawah, Pura Uluwatu, Pura Batukaru,

dan Pura Puser Tasik/Pura Pusering Jagat).

Pura dang kahyangan sebagai bagian dari pura kahyangan jagat, sangat

sedikit sekali ditemukan bahan tulisan tentang pura tersebut. Namun demikian

berdasarkan pendapat dari PHDI Badung dan pengamat sosial budaya, Wastawa

(2007) bahwa pura dang kahyangan adalah pura yang didirikan atas pengaruh

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

orang suci yang berasal dari luar Pulau Bali. Seperti Dang Hyang Dwijendra

maupun orang suci lainnya yang telah diakui keterlibatannya dalam menyebarkan

ajaran agama Hindu.

2.2.2. Bhisama Kesucian Pura

Bhisama kesucian pura merupakan hasil musyawarah para anggota

Pesamuhan Sulinggih dan Pesamuhan Walaka yang didasari adanya kekhawatiran

akan pelaksanaan pembangunan yang mengganggu kesucian pura. Pemahaman

tentang Bhisama kesucian terkait dengan konsep arsitektur Bali dan penafsiran

akan kesucian itu sendiri didasarkan pada hasil Keputusan Parisada Hindu

Dharma Indonesia Pusat tahun 1994, No. 11/Kep./1/PHDIP/1994 tentang

Bhisama Kesucian Pura pada tanggal 25 Januari 1994.

Bhisama kesucian pura ini dikeluarkan dipicu oleh adanya permasalahan

pembangunan Bali Nirwana Resort (BNR) di kawasan daya tarik wisata Tanah

Lot. Selanjutnya oleh Pemerintah Provinsi Bali Bhisama ini dituangkan dalam

Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi Bali.

2.2.2.1. Kesucian dan Kawasan suci

Suci adalah suatu keadaan yang diyakini dan dipercaya oleh umat Hindu

baik terhadap tempat, wilayah, benda, ruang, waktu yang memberikan rasa aman,

tentram, rasa tenang, rasa hening dan telah mendapat upacara secara Agama

Hindu sehingga tercapainya keseimbangan, keselarasan dan ketentraman hidup

(Dalem, 2007). Sedangkan benda-benda yang dianggap suci sebagaimana

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

dituangkan dalam Seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu

adalah benda-benda yang memang disucikan dengan suatu upacara pensucian

tertentu, yang fungsi dan penggunaannya semata-mata untuk tujuan suci dan

ditempatkan pada tempat-tempat yang dipandang suci. Hal ini sesuai dengan jiwa

yang termuat dalam Bhisama PHDIP 1994.

Ukuran dari suatu kesucian sebagaimana diuraikan dalam Perda Provinsi

Bali No. 16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali adalah sangat relatif dan sulit

ditentukan, tetapi untuk adanya suatu kebersamaan sikap, prilaku dalam

menghayati sesuatu perlu adanya keyakinan terhadap apa yang dipercaya di dalam

pelaksanaan Agama Hindu.

Bhisama PHDIP 1994 menguraikan tentang apa yang disebut dengan

tempat-tempat suci dan kawasan suci. Gunung, danau, campuhan (pertemuan dua

sungai), pantai, laut dan sebagainya diyakini memiliki nilai-nilai kesucian. Oleh

karena itu pura dan tempat-tempat suci umumnya didirikan di tempat tersebut. Di

tempat itulah orang suci dan umat Hindu mendapatkan pikiran-pikiran suci

(wahyu). Tempat-tempat suci tersebut telah menjadi pusat-pusat bersejarah yang

melahirkan karya-karya besar dan abadi lewat tangan orang suci dan para

pujangga untuk kedamaian dan kesejahteraan umat manusia, maka didirikanlah

Pura Sad Kahyangan, Dang Kahyangan, Kahyangan Tiga dan lain-lain.

Kawasan Suci sebagaimana diuraikan dalam Ketentuan Umum Perda

Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali adalah suatu wilayah yang

melengkapi bangunan suci maupun wilayah pendukung kegiatan pada bangunan

suci tersebut yang telah mendapatkan upacara “bhumi Sudha” yaitu upacara untuk

menarik kekuatan Ida Sanghyang Widhi dan menghilangkan segala kekotoran

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

secara spiritual terhadap wilayah/kawasan suci tersebut, seperti ; danau, hutan,

laba pura, mata air suci (beji), sungai, jurang, ngarai atau campuhan (pertemuan

sungai), pantai, setra dan perempatan agung.

2.2.2.2. Penerapan Bhisama kesucian pura.

Bhisama Kesucian pura merupakan hasil musyawarah para anggota

pesamuhan Sulinggih dan Pesamuhan Walaka serta Pengurus Harian Parisada

Hindu Dharma Indonesia Pusat yang diselenggarakan pada tanggal 25 Januari

1994 di Universitas Hindu Indonesia dengan acara membahas Kesucian Pura bagi

umat Hindu. Bhisama Kesucian Pura adalah norma agama yang ditetapkan oleh

Sabha Pandita PHDI Pusat, sebagai pedoman pengamalan ajaran Agama Hindu

tentang kawasan kesucian pura yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab

suci Weda.

Bhisama Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP) mengenai

Kesucian Pura No. 11/Kep/I/PHDI/1994 tertanggal 25 Januari 1994, menyatakan

bahwa tempat-tempat suci tersebut memiliki radius kesucian yang disebut daerah

Kekeran, dengan ukuran apeneleng, apenimpug, dan apenyengker. Apeneleng

adalah wilayah yang bisa diteleng (dilihat) dari pura. Ini mengandung pengertian

dalam batas mana kita bisa memandang dari pura sehingga yang dipandang bisa

kita ketahui wujudnya. Apenimpug adalah wilayah yang bisa diukur sejauh

seseorang bisa melemparkan sesuatu dari pura. Apenyengker merupakan ukuran

yang paling jelas yakni sampai batas terluar tembok pura.

Rinciannya adalah (1) untuk Pura Sad Kahyangan dipakai ukuran apeneleng

agung (minimal 5 km dari Pura), (2) untuk Pura Dang Kahyangan dipakai ukuran

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

apeneleng alit (minimal 2 km dari Pura), (3) untuk Pura Kahyangan Tiga dan lain-

lain dipakai ukuran apenimpug atau apenyengker (tanpa menyebut jarak minimal

dari Pura)

Gambar 2.1 Skema Radius Kesucian Pura

Sumber: diolah dari Keputusan Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat

No. 11/Kep./1/PHDIP/1994 tentang Bhisama Kesucian Pura

Selanjutnya Bhisama Kesucian Pura juga mengatur zonasi pemanfaatan

ruang di sekitar pura yang berbunyi:

Berkenaan dengan terjadinya perkembangan pembangunan yang sangat

pesat, maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan. Di daerah radius kesucian pura (daerah Kekeran) hanya boleh ada

bangunan yang terkait dengan kehidupan keagamaan Hindu, misalnya didirikan

darmasala, pasraman dan lain-lain, bagi kemudahan umat Hindu melakukan

kegiatan keagamaan (misalnya tirtayatra, dharmawacana, dharmagitha dan lain-

lain).

Pengertian terkait Bhisama Kesucian Pura sebagaimana diungkapkan

Gelebet dalam harian Bali Post tangggal 19 Mei 2008, sebagai berikut:

Bhisama adalah Sumpah Pemastu, diuraikan lebih rinci dalam Sabha Pandita

PHDI Pusat yakni norma agama yang ditetapkan sebagai pedoman

pengamalan ajaran Agama Hindu tentang kawasan kesucian pura. Bhisama ini dikeluarkan mengingat belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci.

Apenyengker

Apeneleng Alit (2 kilometer)

Apeneleng Agung

(5 kilometer)

2 km 5 km

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Terkait dengan pengertian tersebut, maka Bhisama Kesucian Pura dapat

diartikan sebagai sebuah janji suci umat Hindu kepada Bali, bahwa dalam radius

kesucian pura yang telah ditetapkan telah diatur penggunaannya sesuai arahan

peraturan zonasi di atas. Arahan peraturan zonasi di atas bila diterjemahkan dalam

fungsi ruang mempunyai pengertian bahwa dalam radius kesucian pura hanya

diperbolehkan untuk pembangunan fasilitas keagamaan, dan ruang terbuka yang

dapat berupa ruang terbuka hijau maupun budidaya pertanian.

Zonasi pemanfaatan ruang di sekitar pura diatur secara gamblang dalam

Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi Bali pada Pasal 108 ayat a, b, c dan d yakni: (a) zona inti adalah zona

utama karang kekeran sesuai dengan konsep maha wana; (b) zona penyangga

adalah zona madya karang kekeran yang sesuai konsep tapa wana; (c) zona

pemanfaatan adalah zona nista karang kekeran yang sesuai konsep sri wana.

Pemanfaatan dari masing-masing zona tersebut yakni: (a) zona inti

diperuntukkan sebagai hutan lindung, ruang terbuka hijau, kawasan pertanian dan

bangunan penunjang kegiatan keagamaan; (b) zona penyangga diperuntukkan

sebagai kawasan hutan, ruang terbuka hijau, kawasan budidaya pertanian, fasilitas

darmasala, pasraman, dan bangunan fasilitas umum penunjang kegiatan

keagamaan; (c) zona pemanfaatan diperuntukkan sebagai kawasan budidaya

pertanian, bangunan permukiman bagi pengempon, penyungsung dan penyiwi

pura, bangunan fasilitas umum penunjang kehidupan sehari-hari masyarakat

setempat serta melarang semua jenis kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang dapat

menurunkan kualitas lingkungan hidup dan nilai-nilai kesucian tempat suci.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Penentuan batas-batas terluar tiap zona radius kawasan tempat suci

didasarkan atas batas-batas fisik yang tegas berupa batas alami atau batas buatan,

disesuaikan dengan kondisi geografis masing-masing kawasan. Selain batas fisik

juga harus dipertimbangkan panjang radius antara garis lingkaran terluar zona

pemanfaatan dan titik pusat lingkaran sekurang-kurangnya sama dengan radius

kawasan tempat suci sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, ayat (2).

2.3 Landasan Teori

Untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan maka

dipergunakan beberapa teori yang terkait yakni teori tentang teritori, penataan

ruang, konflik dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu juga dipergunakan

beberapa teori terkait lainnya sebagai pendukung analisis. Berikut diuraikan teori

utama yang dipergunakan sebagai acuan.

2.3.1. Teritori

Konsepsi mengenai teritori sangat penting dalam studi arsitektur

lingkungan dan perilaku sebagaimana diuraikan Haryadi dan Setiawan (2010)

karena disamping menyangkut tuntutan akan suatu daerah secara spasial dan fisik

juga menyangkut perceived environment serta imaginary environment. Hal ini

menunjukkan bahwa teritori lebih dari sekadar tuntutan atas suatu area untuk

memenuhi kebutuhan fisik saja tetapi juga kebutuhan emosional dan kultural.

Berkaitan dengan kebutuhan emosional, konsep teritori berkaitan dengan isu-isu

mengenai ruang privat (personal space) dan ruang umum/publik (public) serta

konsep mengenai privasi. Sementara itu berkaitan dengan aspek kultur, konsep

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

teritori menyangkut isu-isu mengenai areal sakral (suci) dan profan (umum).

Ruang Sakral pada umumnya adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan

pemujaan terhadap Tuhan atau benda dan manusia yang dianggap suci (Eliade,

2002). Sedangkan ruang profan berada di luar ruang sakral.

Selanjutnya Eliade (2002) membagi teritori menjadi tiga kategori yakni

primary, secondary dan public territory. Teritori utama (primary) adalah suatu

area yang dimiliki, digunakan secara ekslusif, disadari oleh orang lain,

dikendalikan secara permanen, serta menjadi bagian utama dalam kehidupan

sehari-hari penghuninya, sedangkan teritori sekunder (secondary) adalah suatu

area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh seseorang atau

sekelompok orang, mempunyai cakupan area yang relatif luas, dikendalikan

secara berkala oleh kelompok yang menuntutnya. Dan teritori publik adalah suatu

area/kawasan yang dapat digunakan atau dimasuki oleh siapapun, tetapi ia harus

mematuhi norma-norma serta aturan yang berlaku di area tersebut.

Dalam kamus penataan ruang yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (2009) menguraikan definisi zona

yang memiliki pemahaman senada dengan teritori. Diuraikan bahwa kawasan

dengan peruntukan khusus yang memiliki batasan ukuran atau standar tertentu,

dan pembagian lingkungan/kawasan ke dalam zona-zona tertentu disebut dengan

zoning. Pengaturan tentang kawasan/zona disebut Peraturan Zonasi (zoning

regulation) yang mengatur ketentuan tentang klasifikasi zona, pengaturan lebih

rinci mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan.

Teori ini akan dipergunakan untuk menelusuri ruang/zona dari masing-

masing fungsi kegiatan sebagai tuntutan atas suatu area untuk memenuhi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

kebutuhan fisik kegiatan baik sebagai kebutuhan emosional maupun kebutuhan

kultural pengguna ruang tersebut. Sehingga batasan ruang yang dibutuhkan oleh

suatu kegiatan akan dapat digambarkan secara geometrik dengan aturan

pemanfaatan dan pengendalian ruang yang spesifik.

2.3.2. Penataan Ruang

Ruang berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

penataan ruang, adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan di dalam wilayah,

tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara

kelangsungan hidup. Adisasmita (2010) mendefinisikan ruang berdasarkan aspek

geografi umum dan geografi regional. Menurut aspek geografi umum, ruang

(space) adalah permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera, tempat hidup

tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Berdasarkan geografi regional, ruang

yang merupakan suatu wilayah yang mempunyai batas geografi, yaitu batas

menurut keadaan fisik, sosial atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian

permukaan bumi dan lapisan tanah di bawahnya serta udara di atasnya.

Tarigan (2008) mendefinisikan ruang adalah tempat untuk suatu

benda/kegiatan atau apabila kosong bisa diisi dengan suatu benda/kegiatan. Dalam

hal ini kata tempat adalah berdimensi tiga dan kata benda/kegiatan berarti

benda/kegiatan apa saja tanpa batas. Disamping itu, Tarigan memberikan definisi

lain tentang ruang yaitu ruang adalah permukaan bumi, baik yang ada di atasnya

maupun di bawahnya sepanjang manusia masih bisa menjangkaunya.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris

yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan

kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang layak (Budiharjo, 1997). Dari

beberapa teori tentang definisi ruang, dapat dirumuskan bahwa ruang adalah

tempat hidup manusia dan mahluk lainnya dalam melakukan kegiatan dan

kelangsungan hidupnya. Namun dalam hal ini yang ingin dibahas adalah ruang

sebagai wilayah/kawasan.

Selanjutnya Adisasmita (2010), menjelaskan tata ruang adalah wujud

struktur dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak

direncanakan. Tata ruang perlu direncanakan dengan maksud agar lebih mudah

menampung kelanjutan perkembangan kawasan yang bersangkutan. Berdasarkan

Undang – Undang No. 26 Tahun 2007, penataan ruang merupakan suatu sistem

proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

ruang. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur dan

pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang,

pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola

ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

program beserta pembiayaannya. Sedangkan pengendalian pemanfaatan ruang

adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Skema penataan ruang dapat

digambarkan dalam Gambar 2.2 berikut.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Diagram 2.2. Proses Penataan Ruang

Sumber: UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Berdasarkan pemahaman tersebut, teori ini akan dipergunakan untuk

menelusuri rencana pemanfaatan ruang yang digariskan oleh pemerintah daerah,

pemanfaatan ruang yang ada disekitar kawasan radius kesucian pura, serta bentuk-

bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yang ada dalam menjaga keseimbangan

masing-masing fungsi kegiatan sehingga dapat mengendalikan dan mengantisipasi

dampak negatif yang kemungkinan akan muncul dari masing-masing jenis

pemanfaatan ruang yang ada.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

2.3.3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Berdasarkan Undang–Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, diuraikan bahwa penataan ruang merupakan suatu sistem proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur dan pola

ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Pemanfaatan

ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai

dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta

pembiayaannya. Sedangkan pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk

mewujudkan tertib tata ruang.

Untuk dapat mewujudkan tertib tata ruang sebagaimana diuraikan

Sulistyawati (1995) dibutuhkan adanya peraturan/regulasi yang sesuai dengan

perencanaan yang ada, sesuai dengan pengembangan yang diijinkan, memiliki

hukum legal formal yang kuat, tepat dan terjangkau/dapat diterima dalam semua

aspek kehidupan. Terkait dengan adanya peraturan yang harus terjangkau atau

dapat diterima dalam semua aspek kehidupan lebih lanjut diuraikan selaras

dengan konsep penerapan peraturan arsitektur Bali yang juga harus

memperhatikan konsep desa, kala, patra yakni memperhatikan tempat, kondisi

dan waktu penerapannya.

Pengendalian pemanfaatan ruang dalam upaya mewujudkan tertib tata

ruang dilaksanakan melalui Peraturan Zonasi (Undang–Undang No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang). Peraturan Zonasi ini merupakan pedoman aturan

pemanfaatan ruang yang bersifat operasional teknis yang mencakup gabungan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

definisi hukum, standar, kebijakan, dan prosedur untuk memandu aparat daerah

dan pemilik lahan dalam pengembangan dan pertumbuhan kota. Peraturan zonasi

terdiri atas zoning map dan zoning text. Zoning map berupa rencana geometrik

pemanfaatan ruang perkotaan, berisi pembagian blok peruntukan (zona). Zoning

text/statement/legal text berupa aturan pemanfaatan dan pengendalian ruang

(regulation) untuk tiap blok peruntukan tersebut.

Terkait dengan upaya pengaturan bangunan melalui undang-

undang/peraturan, Wright (1983) dalam Sulistyawati (1995) mengemukakan tiga

komponen bagi semua tipe sistem yang secara bersama membentuk kelengkapan

pengaturan. Ketiganya diwujudkan dalam beberapa bentuk, namun dengan

penekanan dan penyeimbangan yang berbeda, yakni:

(1) The first component is the expression of will of the public by means of the

enactment of law, (2)the second component is the statement of regulations,

rules, or criteria to which buildings must conform, (3) the third component is

the function of enforcement, the process of checking that teh rules or

regulations have been, or are being, complied with.

Bahwa komponen yang pertama merupakan ungkapan keinginan publik yang

diatur melalui penetapan hukum/perundang-undangan, komponen kedua yaitu

kebijakan atau peraturan yang dibuat berdasarkan kriteria acuan yang jelas dan

komponen ketiga yakni fungsi pelaksana tugas, dimana proses pengendalian telah

dilaksanakan dengan tepat. Lebih lanjut Wright juga menegaskan bahwa peraturan

perundangan tentang bangunan menyatakan:

... the purposes of control... how the (regulations) should be administered,

and how the constraints dan penalties should work.

Bahwa fungsi pengaturan, bagaimana peraturan perundangan tersebut

harus dijalankan secara administratif dan bagaimana sanksinya harus dijalankan

dengan tegas. Lebih lanjut Wright dalam Sulistyawati (1995) mengemukakan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

setiap persyaratan dalam peraturan perundangan harus dinyatakan secara jelas,

detail, tanpa pemaknaan ganda sehingga maknanya jelas dan tidak menimbulkan

keraguan. Semua peraturan perundangan tersebut harus dirangkai dalam satu cara

sehingga dapat dilaksanakan secara praktis dalam kompetensi metode terpilih, dan

bahwa harus memungkinkan bagi pelaksana peraturan perundangan untuk

menjalankan secara tepat dan dengan cara yang praktis dan ekonomis. Hal ini

diungkapkan sebagai berikut:

Every requirement of the regulation must be stated clearly, directly and

without ambiquity, so that its meaning is uneuivocal and never in doubt.

All regulations should be framed in a way that makes enforcement

practicable within the competence of the chosen methods or surveillance..

that is should be possible for compliance with a regulation to be checked

properly and in a practical and economic way.

Pengendalian pemanfaatan ruang dapat diuraikan sebagai upaya mengatur

kegiatan pembangunan yang meliputi pelaksanaan kegiatan pendirian bangunan,

mengadakan perubahan penggunaan pada bangunan atau lahan tertentu,

pertambangan maupun kegiatan sejenis lainnya. Dalam hal ini pengendalian

pemanfaatan lahan merupakan mekanisme untuk memastikan rencana tata ruang

dan pelaksanaanya telah berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

(Zulkaidi, 2011).

2.3.4. Dampak Pembangunan

Dampak sebagaimana dituliskan Soemarwoto (2001) didefinisikan sebagai

perubahan yang terjadi akibat adanya kegiatan pada lingkungan tertentu. Dampak

dapat dilihat dari sisi positif dan negatif. Sisi positif atau hal yang menguntungkan

atau sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dan dampak negatif

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

adalah akibat yang tidak menguntungkan atau tidak sejalan dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan.

Pengelolaan lingkungan yang baik tentunya akan dapat meminimalisasi

dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh suatu kegiatan. Dalam

perkembangan pembangunan di Bali, pariwisata adalah kegiatan yang memiliki

dampak ekonomi, budaya dan lingkungan (Anom, 2010). Peran pariwisata cukup

besar dalam pembangunan ekonomi (Amalia,2007), namun tidak berarti ada

pembenaran untuk mengeksploitasi sumber daya lokal hanya semata-mata untuk

mengejar keberhasilan pembangunan ekonomi. Dalam beberapa kasus terkait

permasalahan lingkungan khususnya yang berada di sekitar pura, kegiatan

pariwisata seringkali menjadi penyebab permasalahan tersebut.

Untuk itu, mengingat pelanggaran pada radius kesucian pura cenderung

lebih banyak disebabkan oleh kegiatan pariwisata (Mulyadi, 2011) maka

pembahasan dampak penerapan Bhisama Kesucian Pura di sekitar Pura Dang

Kahyangan akan dibahas berdasarkan dampak positif dan dampak negatif yang

ditimbulkannya dikaji berdasarkan aspek lingkungan yang ada di sekitar pura.

2.4 Model Penelitian

Model penelitian merupakan abstraksi dan sintesis antara teori dan

permasalahan penelitian yang digambarkan dalam bentuk gambar (bagan, grafik

dan lain-lain). Pada Diagram 2.3 berikut digambarkan model penelitian yang akan

dilakukan.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … AA Gde... · pihak yang terlibat dalam upaya PT. Pelindo III mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan internasional dan

Diagram 2.3 Model Penelitian

Pelanggaran Bhisama Kesucian Pura

di sekitar Pura Dang Kahyangan

di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung

Kondisi Internal

Kebutuhan ekonomi

masyarakat bali

Potensi pengembangan

Bhisama kesucian pura

Kondisi Eksternal

Kebutuhan akomodasi wisata

Serbuan Investor/Penanam

Modal

Kebijakan pemerintah

Tipologi pelanggaran

pada radius

kesucian pura

Dampak pelanggaran Bhisama

Kesucian Pura di sekitar

Pura Dang Kahyangan

Metode Analisis Kualitatif

Temuan dan Rekomendasi

Faktor penyebab

pelanggaran pada

radius kesucian pura

Jenis kegiatan

Jenis pemanfaatan

lahan

Kebijakan/peraturan

Sosial Budaya

Ekonomi

Positif

Negatif

Teritori

Penataan ruang

Pengendalian

pemanfaatan ruang Dampak pembangunan