BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

15
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan utama dari kegiatan belajar adalah hasil belajar. Kegiatan belajar dan hasil belajar mempunyai hubungan yang erat yang tak terpisahkan. Hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Beberapa ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pengertian hasil belajar tetapi mempunyai inti yang sama. Menurut Purwanto (2009:46) hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar di ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (Iskandar, 2012:128) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Sedangkan menurut iskandar (2012: 128) “hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari data kuantitatif maupun kualitatif”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Setyaningsih, 2011:19) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (Setyaningsih, 2011:19) secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni: (a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual. (b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. (c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar

Tujuan utama dari kegiatan belajar adalah hasil belajar. Kegiatan belajar dan

hasil belajar mempunyai hubungan yang erat yang tak terpisahkan. Hasil belajar

diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Beberapa ahli mempunyai

pandangan yang berbeda mengenai pengertian hasil belajar tetapi mempunyai inti

yang sama. Menurut Purwanto (2009:46) “hasil belajar adalah pencapaian tujuan

pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”. Hasil belajar

merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan,

karena hasil belajar di ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui

proses belajar mengajar.

Menurut Sudjana (Iskandar, 2012:128) “hasil belajar adalah suatu akibat dari

proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun

secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan”. Sedangkan

menurut iskandar (2012: 128) “hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah

mengikuti suatu materi tertentu dari data kuantitatif maupun kualitatif”. Menurut

Dimyati dan Mudjiono (Setyaningsih, 2011:19) “hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada

jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari dari sisi guru hasil belajar

merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (Setyaningsih, 2011:19)

secara garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni: (a) Ranah kognitif,

berkenaan dengan hasil belajar intelektual. (b) Ranah afektif, berkenaan

dengan sikap. (c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

8

Hasil belajar banyak di pengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Abu Ahmadi

(Saminanto 2010:101) faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

a. Faktor-faktor stimulasi belajar.

Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan

reaksi atau perbuatan belajar, antara lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan

bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, suasana

lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode belajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor-faktor metode belajar antara lain: kegiatan berlatih atau praktek, over

learning dan driil, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan alat

indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.

c. Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual meliputi: kematangan, fakor usia kronologis, perbedaan

jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi jasmaniah

jasmani, kondisi kesehatan rohani dan motivasi.

Dari berbagai pandapat ahli di atas tentang hasil belajar dapat disimpulkan hasil

belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar di kelas yang telah diikuti siswa

dalam menerima materi pelajaran matematika dalam kompetensi yang berupa aspek

kognitif yang dinyatakan dengan skor.

2.1.2 Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah

Dasar. Seorang guru apabila ingin mengajarkan matematika terlebih dahulu harus

memahami konsep-konsep yang akan diajarkan. Matematika lebih menekankan pada

dunia penalaran karena terbentuk dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan

dengan ide, proses dan penalaran. Belajar matematika di Sekolah Dasar merupakan

awal peserta didik untuk belajar, maka dari itu diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak dini untuk menjadi dasar serta pengembangan kemampuan berpikir

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

9

sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja

sama. Selain itu diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengelola,

memperoleh, serta memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan dan

mengembangkan dinamika kehidupan yang kompetitif untuk semua bidang.

“Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi,

alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan

intuisi, analisis dan kontruksi, generalisasi dan individualitas, serta mempunyai

cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis” (Kusumah

Wijaya, Dwitagama Dedi. 2012:214).

Menurut H.W. Fowler (Saminanto,2010:96) “Matematika adalah ilmu yang

mempelajari bilangan dan ruang yang bersifat abstrak". Sumardyono (2004:28)

secara umum mendefinisikan matematika sebagai berikut:

1) Matematika sebagai struktur yang terorganisir.

Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu

bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas

beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif,

dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan

corolly/sifat).

2) Matematika sebagai alat (tool).

Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Matematika sebagai pola pikir deduktif.

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya

suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya

apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena

beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

10

(valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika

yang sistematis.

5) Matematika sebagai bahasa artifisial.

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa

matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti

bila dikenakan pada suatu konteks.

6) Matematika sebagai seni yang kreatif.

Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang

kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni,

khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.

Dari berbagai pendapat para ahli tentang pengertian matematika di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran di Sekolah

Dasar yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari, dimana siswa diharapkan

dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Suyitno dalam Saminanto (2010:91) ”pembelajaran matematika adalah

upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat,

bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal

antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”. ”Agar tujuan pengajaran

dapat tercapai guru harus dapat mengorganisir semua komponen sedemikian rupa

sehingga antara komponen satu dengan yang lainya dapat berinteraksi secara

harmonis” (Suhito, 2000:11). Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah

pemanfaatan berbagai macam setrategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan

fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran, sehingga dituntut

kemampuan guru untuk memilih model pembelajaran serta media yang cocok dengan

materi atau bahan ajar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

11

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (Saminanto, 2010:92) menyatakan:

Potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan dan di dalam proses

belajar matematika siswa dituntut untuk mampu:

a. Melakukan penelusuran pola dan hubungan.

b. Mengembangkan kreatifitas dan imajinasi, intuisi dan penemuanya.

c. Melakukan kegiatan pemecahan masalah.

d. Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain.

Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkanya proses belajar

matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun

pengetahuan dari apa yang diketahui oleh siswa, menciptakan suasana kelas yang

mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan

kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa.

Selain itu dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan

situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk:

a. Menyediakan atau menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang

menarik perhatian siswa.

b. Memberikakan kesempatan belajar matematika diberbagai tempat dan keadaan

c. Memberikan kesempatan mengunakan matematika untuk bebrbagai keperluan

d. Mengembangkan sikap menggunakan matematika untuk memecahkan

matematika baik di sekolah maupun di rumah.

e. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam mengembangkan

matematika.

f. Membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya.

Dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model Numberd Heads Together

(NHT) dan media pembelajaran, karena dengan menggunakan model NHT dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan saat KBM berlangsung, sehingga akan

menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Penggunaan media dalam

pembelajaran matematika juga akan menunjang KBM, karena dengan menggunakan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

12

media pembelajaran siswa lebih mudah memahami materi matematika yang sedang

dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan

siswa untuk membangun pengetahuan matematika dengan caranya sendiri yang

membutuhkan suasana yang medukung saat belajar. Dalam kegiatan tersebut guru

berperan sebagai fasilitator dan mediator. Sebagai fasilitator guru menyediakan

berbagai sarana pembelajaran yang memudahkan siswa membangun pengetahuan

matematikanya sendiri. Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam interaksi

antar siswa atau antara siswa dengan ide matematika dan menghindari pemberian

pendapatnya sendiri ketika siswa lain sedang mengemukakan pendapat. Penggunaan

media dan model pembelajaran yang sesuai akan mendukung keberhasilan dalam

KBM matematika.

2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran kemampuan minimal yang

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan

mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang

diajarkan. Kompetensi Dasar (KD) merupakan penjabaran SK yang cakupan

materinya lebih sempit dibanding dengan SK. Secara rinci SK dan KD mata pelajaran

matematika kelas 5 disajikan dalam tabel 2.1 .

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

13

Tabel 2.1

SK dan KD mata pelajaran matematika kelas 5 semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Menggunakan

pecahan dalam

pemecahan masalah

5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan

desimal serta sebaliknya

5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai

bentuk pecahan

5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk

pecahan

5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala

6. Memahami sifat-

sifat bangun dan

hubungan antar

bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun

ruang sederhana

6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan

simetri

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan bangun datar dan bangun ruang

sederhana

2.1.5 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan

siswa dapat belajar bersama dengan bertanggung jawab pada diri sendiri maupun

pada kelompk dengan berinteraksi secara langsung serta mempunyai peluang sukses

bersama.

Menurut Saminanto (2012:30) ”model pembelajaran memiliki ragam yang

banyak, namun tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan pada setiap materi,

sehingga diperlukan cara untuk memilihnya agar sesuai dengan tujuan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

14

pembelajaran”. Pemilihan model pembelajaran yang diterapkan perlu disesuaikan

dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi tempat

pembelajaran berlangsung, oleh karena itu diperlukan kreatifitas guru dalam memilih

model pembelajaran atau menggabungkan model pembelajaran yang ada, sehingga

pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Beberapa faktor yang mempengaruhi model pembelajaran ialah:

1. Tujuan pembelajaran

2. Peserta didik

3. Guru

4. Fasilitas

5. Situasi

Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor merupakan salah satu

model pembelajaran yang dapat digunakan mengajar di kelas agar tujuan

pembelajaran tercapai. Menurut Anita Lie (2002:14) “kepala bernomor pertama kali

dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992”. Model pembelajaran ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang tepat. Model ini juga mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerja sama dan melatih siswa berbicara di depan orang.

2.1.6 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads

Together

2.1.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala

Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut:

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sunguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

2.1.6.2 Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala

Bernomor) menurut Hamdani (2010:85) adalah sebagai berikut:

1. Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

15

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.7 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT menurut Spencer Kagan dalam

Saminanto (2010:35-36):

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya.

3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabanya.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomer yang lain.

6) Kesimpulan.

2.1.8 Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-

upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.

Diharapkan para guru mampu menggunakan media pembelajaran yang dapat

mendukung PBM. Menurut Suyitno (Saminanto, 2010:96) “untuk menunjang

pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu

media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa”.

Menurut Darhim (Saminanto, 2010:96) nilai dan fungsi khusus media pembelajaran

matematika antara lain:

1) Untuk menghindari atau mengurangi terjadi salah komunikasi.

2) Untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa.

3) Untuk membuat konsep matematika yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk

konkret sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti dan disajikan sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

16

Menurut Hamdani (2008:244-245) secara garis besar media pembelajaran

terbagi atas:

1) Media audio, yaitu media yang hanya dapat didengar atau yang memiliki unsur

suara, seperti radio dan rekaman suara.

2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat dan tidak mengandung unsur

suara, seperti gambar, lukisan, foto dan sebagainya.

3) Media audio visual, yaitu media yang mengandung unsur suara dan juga gambar

yang dapat dilihat, seperti rekaman video, film, dan sebagainya.

4) Orang (people) yaitu orang yang menyimpan informasi. Pada dasarnya setiap

orang berperan sebagai sumber belajar. Pada umumnya dapat dibagai 2 yaitu

orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar dan orang yang memiliki

profesi.

5) Bahan (materials) yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan

pembelajaran, seperti buku paket, alat peraga, transparansi, film, slide dan

sebagainya.

6) Alat (device), yaitu benda-benda yang berbentuk fisik yang sering dengan

perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan pembelajaran, misalnya

computer, radio, televisi, VCD,DVD dan sebagainya

7) Teknik (technic), yaitu cara atau prosedur yang digunakan orang dalam

memberikan pembelajaran untuk mencai tujuan pembelajaran, seperti ceramah,

diskusi, stimulasi, permainan dan sejenisnya.

8) Latar (setting), yaitu lingkungan yang berasal dari sekolah maupun di luar

sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak, seperti ruangkelas,

studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, took, museum, kantor dan

sebagainya.

Agar penggunaan media dapat efektif ada beberapa kreteria yang perlu

diperhatikan (Arsyad azhar, 2007):

1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

17

2) Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip dan

generalisasi.

3) Praktis, luwes dan bertahan.

4) Guru terampil menggunakanya.

5) Pengelompokan sasaran.

6) Mutu teknis.

Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah alat peraga bangun datar dan

bangun ruang.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Berti Muryan Susanto tahun 2011 Universitas

Kristen Satya Wacana yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan

Pembelajaran Kooperatif NHT Dan Pemanfaatan Media Gambar Pada siswa kelas V

Semester II SDN Sumogawe 3 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun

pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan NHT dan

pemanfaatan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai

sebelum tindakan menunjukan dari 27 siswa hanya 10 siswa yang tuntas (37%) dan

17 siswa belum tuntas (63%). Setelah tindakan yang dilakukan dapat dilihat hasil

belajar pada siklus I meningkat, dari 27 siswa hanya 17 siswa tuntas (63%) dan 10

siswa belum tuntas (27%). Hasil belajar pada siklus II pun meningkat, dari 27 siswa

24 siswa yang tuntas (89%) dan 3 siswa yang belum tuntas (11%).

Penelitian yang dilakukan oleh Farida Yeni tahun 2011 Universitas Negeri

Malang yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model NHT

(Numbered Heads Together) Pada Siswa Kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten

Tulunggung. Berdasarkan hasil penelitian, persentase nilai kemampuan guru dalam

menggunakan model NHT (Numbered Heads Together) pada siklus I adalah 83,35%,

sedangkan pada siklus II 90,75%. Pada siklus I nilai rata-rata kegiatan siswa adalah

75,9 dan pada siklus II adalah 88. Hasil belajar siswa dari tahap pra tindakan hingga

pelaksanaan siklus II telah meningkat. Pada tahap pra tindakan ketuntasan hasil

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

18

belajar siswa adalah 35,3%. Untuk pembelajaran siklus I hasil belajar siswa dalam

pembelajaran siklus I yang dilakukan peneliti, ketuntasan belajar siswa adalah 70,6%.

Pada pembelajaran siklus I mengalami peningkatan dari pra tindakan. Pada

pembelajaran siklus II, ketuntasan belajar siswa adalah 94,1%. Pada pembelajaran

siklus II mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 23,5%. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah penerapan model NHT (Numberred Heads Together) pada

pembelajaran matematika materi bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V SDN I Wajakkidul Kabupaten Tulungagung. Untuk itu guru hendaknya

menerapkan model yang tepat untuk pembelajaran matematika seperti model NHT

(Numberred Heads Together) untuk materi lainnya agar hasil belajar siswa bisa terus

meningkat dengan baik.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Salah satu hal yang harus diperhatikan guru untuk meningkatkan hasil

belajar siswa matematika adalah dari faktor model pembelajaran dengan media

pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru juga harus melihat

kondisi siswa, karena setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu

dengan yang lainnya dalam menerima materi pelajaran yang disajikan guru di kelas,

ada siswa yang mempunyai daya tangap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai

daya tanggap yang lama.

Penelitian ini mengarah pada pembelajaran matematika. Pada awalnya guru

hanya mengajar dengan cara konvesional (ceramah) dan tidak memanfaatkan media

yang ada, maka akibat yang terjadi adalah hasil belajar siswa masih rendah.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan media pembelajaran

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan menggunakan

model pembelajaran NHT dan media pembelajaran, yaitu membagi siswa dalam

beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

19

tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang

tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberikan

tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal dalam kelompoknya

menggunakan media yang sudah disediakan dan diberikan kebebasan mengeluarkan

pendapat tanpa merasa takut salah.

Dalam pembelajaran menggunakan model NHT dan media pembelajaran tidak

akan tampak lagi siswa yang unggul dan tidak unggul karena semuanya berbaur

dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompoknya

tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas

5 SDN Tukang 02 guru perlu menerapkan model pembelajaran NHT dan media

pembelajaran dalam mengajarkan pokok bahasan matematika. Diharapkan dengan

model pembelajaran NHT dan media pembelajaran setiap siswa akan mempunyai

tingkat kemampuan yang relatif sama sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa

akan lebih baik. Skema kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

20

Siswa menjadi jenuh, tidak memperhatikan

guru dan bosan mengikuti pembelajaran

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Matematika

KD: 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Tes Formatif

Hasil Belajar < KKM

Pembelajaran Matematika

KD: 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

Mendiskusikan sifat-sifat yang dimiliki bangun datar

dan bangun ruang menggunakan media bangun datar

dan ruang dari kertas karton.

Membuat kesimpulan sifat-sifat bangun datar dan ruang

Mempresentasikan sifat-sifat bangun datar dan ruang di

depan kelas.

Tes Formatif Penilaian Hasil Belajar

Hasil Belajar ≥ KKM

Rubrik penilaian

diskusi

Penilaian Proses Belajar

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Matematika Model Pembelajaran NHT

dan Media Pembelajaran

Rubrik penomoran

Rubrik presentasi sifat-sifat bangun datar

dan ruang.

Rubrik penilaian kesimpulan

sifat-sifat bangun datar dan

ruang

Penomoran

Rubrik pembentukan kelompok

Terpusat pada Guru dan menggunakan

metode ceramah

Membentuk kelompok

Memberikan tanggapan presentasi sifat-sifat bangun

datar dan ruang

Rubrik tanggapan presentasi sifat-

sifat bangun datar dan ruang.

Model Pembelajaran NHT dan media bangun datar dan ruang dari kertas karton.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3790/3/T1_292009048_BAB II.pdfketerampilan dan kemampuan bertindak. 8 ... belajar adalah hasil akhir

21

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut : penggunaan model pembelajaran Numbered Heads

Together dan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa kelas 5 SDN Tukang 02 kabupaten Semarang.