BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

25
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern diungkapkan Morgan dkk dalam Sunarto (2009) sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman (Mulyani Sumantri dalam Sunarto, 2009). Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman A.M dalam Sunarto (2009) mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya

menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.

Pengertian belajar yang lebih modern diungkapkan Morgan

dkk dalam Sunarto (2009) sebagai perubahan tingkah laku

yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan

pengalaman. Definisi yang kedua ini memuat dua unsur

penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan

tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi

karena latihan atau pengalaman (Mulyani Sumantri dalam

Sunarto, 2009).

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sardiman A.M dalam Sunarto (2009)

mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan

psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya.

Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

9

usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan

sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Menurut Syaiful B.Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa

belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut

unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Belajar harus menghasilkan perubahan tingkah laku.

Hasil tersebut, dapat berupa pengetahuan, keterampilan (dari

tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan),

serta nilai dan sikap (dari tidak dapat berlaku sopan sampai

mengetahui, memahami, menguasai dan dapat bertingkahlaku

sopan). Belajar akan berlangsung (dengan baik) apabila

perubahan-perubahan berikut terjadi; “1. penambahan

informasi, 2. mengembangkan atau meningkatkan pengertian,

3. penerimaan sikap-sikap baru, 4. Memperoleh penghargaan

baru, 5. mengerjakan sesuatu dengan apa yang telah

dipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004).

Suatu perubahan tingkah laku disebut belajar apabila

perubahan tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan

individu secara sadar dan disengaja. Dari beberapa pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

yang menghasilkan perubahan tingkah laku, yang pada

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

10

prinsipnya individu yang belajar memperoleh peningkatan

prestasi belajar sesuatu yang baru.

2.1.2 Prinsip-Pinsip Belajar

Prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita

ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang

baik. Prinsip-prinsip belajar menurut Zainal Aqib (2002)

adalah :

a. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan

menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-

harapan.

b. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru

maupun buku pelajaran itu sendiri.

c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang

dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

d. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa

yang telah dipelajari dapat dikuasainya.

e. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling

pengaruh secara dinamis antara murid dengan

lingkungannya.

f. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat

untuk mencapai tujuan.

i. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup

menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

11

Jadi belajar adalah suatu proses perubahan dari diri

seseorang dimana terdapat peningkatan atau perubahan tingkah

laku, pengetahuan yang signifikan dari diri seseorang.

2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang

dicapai oleh individu setelaha mengalamai sutau proses belajar

mengajar. Winkel (1996) mengemukakan bahwa prestasi

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh

seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum

yang dicapai oleh seseorang yang telah melaksanakan usaha-

usaha belajar. Sedangkan Suryabrata (2002) mengemukakan

prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha kegiatan hasil

belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai

oleh setiap anak atau prestasi belajar diartikan sebagai tingkat

pengusaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program

belajar mengajar dengan tujuan pendidikan yang diterapkan.

Seseorang anak didik dikatakan berprestasi tinggi disekolah

apabila ia memperoleh angka-angka yang baik dan

menduduki peringkat atas dikelas (Withman, 2000).

Sedangkan menurut J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009)

prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

12

menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-

hal yang dikerjakan atau dilakukan baik ranah kognitif, afektif

maupun psikomotor.

a. Ranah Penilaian Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan

mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang

menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah

kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan

berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan

kemampuan mengevaluasi.

1. Ingatan, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat.

Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol,

istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.

2. Pemahaman, yaitu kemampuan seseorang untuk

memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan

kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,

memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.

3. Penerapan , yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring

& menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip,

simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan

kemampuan menghubungkan, memilih,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

13

mengorganisasikan, memindahkan, menyusun,

menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan,

mengubah struktur.

4. Analisis, kemampuan berfikir secara logis dalam

meninjau suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci.

Ditandai dengan kemampuan membandingkan,

menganalisis, menemukan, mengalokasikan,

membedakan, mengkategorikan.

5. Sintesis, kemampuan berpikir untuk memadukan

konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu

pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan

mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan,

mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.

6. Evaluasi, kemampuan berpikir untuk dapat memberikan

pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai,

metoda, persoalan dan pemecahannya dengan

menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan.

Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,

mempertimbangkan dan menentukan.

b. Ranah Penilaian Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan

nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

14

perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif tidak

dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam

ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:

1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap

kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan

perhatian

2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam,

bersedia merespon, merasa puas dalam merespon,

mematuhi peraturan

3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai,

mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai

4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai,

memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem

suatu nilai.

c. Ranah Penilaian Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah

seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah

psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan

aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,

memukul, dan sebagainya. Penilaian ranah psikomotorik

dengan cara:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

15

Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan

menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi

sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu

kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang

sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,

observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses

belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta

didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik,

partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan

alins ketika belajar.

Dari pendapat ahli diatas prestasi belajar adalah hasil

dari pengukuran terhadap peserta didik setelah mengikuti

proses pembelajaran yang diukur dengan mengunakan

instrumen test atau instrument yang relevan.

Menurut Saifudin Anwar (2005) test prestasi belajar

bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkapkan keberhasilan

seseorang dalam belajar.Testing pada hakikatnya menggali

informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara

terencana untuk mengungkapkan performa maksimal subyek

dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah

diajarkan. Dalam kegiatan pedidikan formal tes prestasi belajar

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

16

dapat berbentuk ulangan harian, test formatif, test sumatif

bahkan ebtanas, merupakan hasil dari pengukuran terhadap

prestasi peserta didik.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa menurut Nana Sudjana(1989):

1) Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri

individu itu sendiri, antara lain ialah kemampuan yang

dimilikinya, minat, motivasi serta faktor-faktor lainnya.

2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu

diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat.

Bloom dalam Arif Setiawan (2007) mengemukakan

tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu

kemampuan kognitif, motivasi belajar, dan kualitas

pembelajaran. Robinson dan Tanner (dalam Slameto, 2003)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa yaitu perilaku sosial, konsep diri akademik, strategi

belajar siswa, motivasi, pola asuh dan status ekonomi.

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

17

digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern

dan faktor ekstern.

1. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar. Faktor intern tersebut meliputi

beberapa hal anatara lain :

a. Faktor jasmainah

Proses belajar siswa akan terganggu apabila kesehatan

siswa terganggu. Selain itu siswa akan cepat leleh,

kurang kosentrasi, mudah pusing ataupun gangguan

indra lainnya, cacat tubuh juga mempengaruhi

belajarnya.

b. Faktor psikologis

Terdapat tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi

belajar. Faktor-aktor tersebut adalah intelegensi, minat,

bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

c. Faktor kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu

kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, kelelahan

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh,

sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan

adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan

dorongan untuk memperhatikan sesuatu hilang.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

18

2. Faktor ektern adalah faktor yang ada di luar individu yang

sedang belajar. Faktor ekstern meliputi beberapa hal antara

lain :

a. Faktor keluarga

Cara orang tua mendidik atau pola asuh orang tua yang

diterapkan terhadap anak berpengaruh terhadap prestasi

belajar anak relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relsi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajran dn

waktu sekolah, standar pelajaran, keaaan gedung,

metode belajar an tugas rumah.

c. Faktor masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat seperti teman

bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Karena

pendidikan dimasyarakat adalah penerapan dari apa

yang diperoleh dari pendidikan formal di sekolah.

Terdapat proses belajar dari penerapan tersebut.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

19

2.2 Pola Asuh

2.2.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) kata

pola berarti cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sistem.

Selanjutnya kata asuh atau mengasuh artinya menjaga

(merawat dan membimbing anak). Mengasuh juga

mengandung pengertian membimbing yang meliputi

membantu dan melatih supaya dapat berdiri.

Muclish Hamidi dan Dasiemi S (1991) menyatakan

bahwa “ pola asuh orang tua adalah cara yang digunakan

orang tua dalam mendidik anak-anaknya yang dianggap paling

sesuai dengan cita-citanya dalam mengantarkan anak-anaknya

menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan

Negara”. Menurut Sears dalam bukunya Rohan Aliah (1990)

mengatakan bahwa „ pola asuh orang tua merupakan cerminan

orang tua dengan anak. Komunikasi ini meliputi sikap, nilai,

dan kepercayaan orang tua untuk memelihara anaknya”. Pola

asuh dalam hal ini merupakan cara yang digunakan orang tua

dalam menjaga, merawat dan membimbing anak terutama

sikap , proses pengendalian, pemberian dorongan dan interaksi.

Sikun Pribadi (1981) menjelaskan “pola asuh orang tua

adalah prilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan,

memberikan perlindungan dan mendidik anak dalam

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

20

kehidupan sehari-hari”. Perlakuan orang tua tersebut akan

mendatangkan hasil yang baik apabila dilakukan dengan benar

dan sebaliknya. Perlakuan orang tua yang bersikap negatif

atau bertentangan dengan keinginan anak, maka dapat

digolongkan sebagai bimbingan.

Menurut Singgih (2000) menyatakan bahwa “ pola asuh

orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang

meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua

memperhatikan keinginannya”. Kekuasaan atau cara yang

digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang

ditetapkan. Hadi (2003) “ orang tua adalah ayah dan ibu yang

menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya”.

Ihromi (1999) mengatakan bahwa “ segala kesalahan

anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan pendidik-

pendidiknya, terutama orang tua”. Hal ini karena pendidikan

dalam dalam lingkungan keluaraga sangat penting sekali,

segala sikap dan tingkah laku ayah dan ibu sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Peranan orang

tua sangat besar dalam menciptakan situasi belajar anak di

rumah. Selain itu juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan

belajar anak.

Pola asuh orang tua merupakan sikap orang tua dalam

berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

21

meliputi cara orang tua memberikan aturan, hadiah, maupun

hukuman, cara orang tua memberikan perhatian (fisik dan

psikis) maupun tanggapan terhadap anak-anaknya. Orang tua

dalam suatu keluarga mempunyai berbagai macam fungsi

yang salah satunya adalah mengasuh anak-anaknya. Dalam

mengasuh anak-anaknya, orang tua dipengaruhi oleh budaya

yang ada di lingkungannya. Di samping itu juga diwarnai oleh

sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan

mengarahkan anak-anaknya, sehingga pola asuh setiap orang

tua berbeda-beda.

Cara orang tua mendidik anak nya disebut sebagai pola

pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, orang tua

cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap

paling baik bagi anak. Di sinilah letaknya terjadi beberapa

perbedaan dalam pola asuh. Di satu sisi orang tua harus bisa

menentukan pola asuh yang tepat dalam mempertimbangkan

kebutuhan dan situasi anak, di sisi lain sebagai orang tua juga

mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak

menjadi seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih

baik dari orang tuanya (Jas dan Rachmadiana,2004).

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak,

mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua dalam

mengasuh anak meliputi:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

22

a. Perilaku yang patut dicontoh

Artinya setiap perilaku tidak sekedar perilaku yang

bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran

bahwa perilakunya akan dijadikan contoh dan di

identifikasi bagi anak-anaknya.

b. Kesadaran diri

Kesadaran diri juga harus ditularkan pada anak-anak

dengan mendororng mereka agar perilaku kesehariannya

taat kepada nilai-nilai moral. Oleh sebab itu orang tua

senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan

observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara

verbal maupun non verbal tentang perilaku.

c. Komunikasi

Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan

anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya

membantu mereka untuk memecahkan permasalahanya.

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa orang tua

sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga sangat

berperan penting dalam meletakkan dasar-dasar prilaku bagi

anak-anaknya. Sikap, prilaku, dan kebiasaan orang tua sehari-

hari akan dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak-anaknya yang

kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

23

dan menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikaian

disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri dengan orang

lain. Walaupun tidak dapat disangkal bahwa faktor lingkungan

juga berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan tingkah

laku individu khususnya masa anak-anak sampai remaja, sebab

pada masa itu mereka memulai berpikir kritis.

2.2.2 Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Peran orang tua yang utama adalah mengasuh putra-

putrinya. Dalam mengasuh anak, orang tua dipengaruhi oleh

budaya masing-masih daerah yang ada dilingkungannya.

Disamping itu, orang tua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu

dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-

putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan

kepada anaknya yang berbeda-beda, karena orangtua

mempunyai pola pengasuhan tertentu.(Tarmuji, 1991).

Menurut Bernhard (1964) sebagai pengasuh dan

pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam

meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Orang tua juga

dapat merealisasikan dan menciptakan situasi dan kondisi yang

dihayati anak-anaknya agar memiliki dasar-dasar dalam

pengembangan diri.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

24

Hurlock mengklasifikasikan pola asuh menjadi tiga yaitu:

a. Pola asuh otoriter

Pola asuh ini secara umum dapat diartikan

kepatuhan yang mutlak, hal ini berarti seseorang akan dapat

dan tunduk terhadap kehendak dan keingianan orang tuanya.

Powell dan Hospon ( Lala Herawati (2002), “ orang tua

yang otoriter selalu mengontrol dan biasanya percaya pada

pepatah tidak menghukum berarti memanjakan anak”.

Ihromi (1999) berpendapat bahwa “ dalam pola asuh

otoriter orang tua memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-

peraturan yang kaku dalam mengasuh anak”. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa sejumlah peraturan yang ditetapkan oleh

orang tua tersebut harus dipatuhi oleh anak. Apabila

peraturan-peraturan dilanggar, maka akan dikenakan sanksi

yang besar kecilnya tergantung dari tingkat kesalahan

Gerungan (2004) berpendapat bahwa “ pemimpin

menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter.

Dialah yang memastikan apa yang akan dilakukan oleh

kelompok…” dalam hal ini dijelaskan pola asuh otoriter

selalu memaksakan kehendak sesuai dengan kehendaknya.

Ciri-ciri orang tua yang berpola asuh otoriter

menurut Yatim dan Irwanto (1991) adalah sebagai berikut:

1) Suka menghukum

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

25

2) Kurang kasih sayang

3) Amat berkuasa

4) Semua perintahnya harus ditaati

5) Tak ada toleransi / kaku

6) Kontrol terhadap perilaku anak sangat ketat

7) Suka mendikte

8) Anak tidak boleh berpendapat

9) Pelit pujian

10) Banyak larangan

Dapat disimpiulkan bahwa polo asuh otoriter

cenderung tindakan orang tua selalu memaksakan

kehendaknya dan anak harus selalu menuruti kehendak dari

orang tua.

b. Pola asuh demokratis

Hurlock (2006) menyatakan bahwa “ metode

demokrasi menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran

untuk membentu anak mengerti mengapa prilaku tertentu

diharapkan”.

Suherman (2000) menyatakan bahwa “..orang tua

yang mempunyai karakteristik sikap demokratis

memerlukan pendapat anak dan memperlihatkan serta

mempertimbangkan keinginan-keinginan anak”. Orang tua

selalu memperhatikan kepentingan anaknya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

26

Ciri-ciri orang tua berpola asuh demokratis menurut

Yatim dan Irwanto (1991) adalah sebagai berikut:

1) Suka berdiskusi dengan anak

2) Mendengarkan keluhan anak

3) Memberi tanggapan

4) Menghargai pandangan / pendapat anak

5) Keputusan dipertimbangkan dengan anak-anak

6) Tidak kaku / luwes

Dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis

seslalu mengedepankan rasa saling menghargai pendatat

orang tua dan anak.

c. Pola asuh liberal ( Laissez Faire)

Pola asuh liberal terlihat pada sikap orag tua yang

memberikan kesempatan yang seluasnya kepada anak

untuk menentukan tingkah laku yang dianggap benar oleh

anak tanpa adanya kendali dari orang tua. Seorang anak

yang telah melakukan suatu perbuatan kadang-kadang

tidak dituntut pertanggung jawabannya atau orang tua

seakan acuh tak acuh melepaskan tanggung jawab

terhadap hal-hal yang telah dilakukan oleh anak.

Gerungan (2004) berpendapat bahwa “ Pada cara

pola asuh liberal pemimpin menjalankan peranan yang

pasif sebagai seorang yang hanya menonton”. Hal ini

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

27

dapat ditarik satu pengertian bahwa seorang pemimpin

bersikap acuh tak acuh atau tidak mau tahu dan

menyerahkan segala keputusan kepada anggota kelompok

tanpa memberikan pengarahan yang jelas. Dalam hal ini

seorang pemimpin hamper tidak memberikan nasehat

kepada anggota baik mengenai tujuan diadakannya suatu

kegiatan maupun dalam hal pelaksanannya.

Ciri-ciri orang tua berpola asuh permisif menurut

Yatim dan Irwanto (1991) adalah sebagai berikut:

1) Memberi kebebasan penuh

2) Bersikap longgar ( berbuat serba boleh )

3) Tidak pernah menghukum ataupun memberi

ganjaran pada anak

4) Kurang kontrol terhadap anak

5) Kurang membimbing

6) Anak lebih berperan dari pada orang tua

7) Kurang tegas

8) Hanya berperan sebagai pemberi fasilitas

9) Kurang komunikasi

10) Tidak perduli terhadap kelakuan anak.

Sedangkan Baumrind (dalam Yusuf, 2002)

mengemukakan pola asuh orang tua sebagai berikut :

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

28

1) Authoritarian

Pola asuh authoritarian, yaitu pola asuh yang penuh

pembatasan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang

tua memaksakan kehendaknya, sehingga orang tua

dengan pola asuh authoritarian memegang kendali penuh

dalam mengontrol anak-anaknya. Ciri-ciri pola asuh

orang tua adalah:

a. Sikap „acceptance” rendah, namun kontrolnya tinggi

b. Suka menghukum secara fisik.

c. Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah

anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi).

d. Bersikap kaku (keras).

e. Cenderung emosional dan bersikap menolak.

2) Permissive

Pola asuh permissive , yaitu bila orang tua sangat tidak

terlibat dalam kehidupan anak (tidak peduli). Pola asuh

ini menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki kom

petensi sosial terutama karena adanya kecenderungan ko

ntrol diri yang kurang. Ciri-ciri pola asuh orang tua:

a. Sikap “acceptance” tinggi, namun kontrolnya rendah.

b. Memberikan kebebasan kepada anak untuk

menyatakan dorongan atau keinginannya.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

29

Orang tua tidak pernah menghukum.

c. Kurangnya komunikasi.

d. Memberikn kebebasan penuh pada anak

3) Authoritative

Pola asuh authoritative, yaitu pola asuh yang memberikan

dorongan pada anak untuk mandiri namun tetap

menerapkan berbagai batasan yang akan mengontrol

perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling

menerima, mendengarkan dan didengarkan. Ciri-ciri dari

pola asuh authoritative yaitu:

a. Sikap “acceptance‟ dan kontrolnya tinggi.

b. Bersikap responsive terhadap kebutuhan anak.

c. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau

pertanyaan.

d. Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan

yang baik dan yang buruk.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

30

2.4 Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah.

1. Penelitian yang di lakukan oleh Oktavianti Lukmansari dengan

judul “ Perbedaan antara pola asuh ayah ibu dan kedisiplinan

belajar berdasar prestasi belajar sosiolagi”. Dengan hasil

perhitungan dan analisis data, menunjukkan bahwa ada

perbedaan positif signifikan antara pola asuh ayah (X1), pola

asuh ibu (X2) dan kedisiplinan belajar (X3) berdasar prestasi

belajar sosiologi (Y). hal ini yang menunjukkan bahwa semakin

baik pola asuh ayah, ibu dan kedisiplinan belajar yang dimiliki

anak maka prestasi belajar yang akan semakin meningkat,

begitu pula sebaliknya semakin buruk pola asuh ayah, ibu dan

kedisiplinan belajar yang dimiliki anak maka prestasi belajar

yang dicapai anak juga akan semakin menurun.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Carolina Ertanti 2008 dengan

judul “Perbedaan prestasi akademik pada siswa ditinjau dari

jenis pola asuh”. Berdasarkan hasil tersebut terdapat perbedaan

prestasi akademik yang signifikan antara prestasi dengan pola

asuh Authoritative, Authoritarian dan Permissive. Dimana pola

asuh Authoritative menghasilkan prestasi akademik yang paling

tinggi, disusul dengan pola asuh Authoritarian. Sedangkan pola

asuh Permissive menghasilkan prestasi akademik yang paling

rendah. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

31

2.5 Kerangka Berfikir

Belajar merupakan kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Proses interaksi siswa dengan lingkungan belajar akan menghasilkan

sebuah prestasi balajar.

Prestasi belajar adalah tolok ukur dalam proses belajar mengajar.

Belajar dapat dikatakan berhasil jika siswa mampu mencapai prestasi

belajar yang tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa proses belajar

tersebut berhasil dan sebaliknya bila prestasi balajar siswa rendah berarti

proses belajar mengalami kegagalan.

Untuk mencapai prestasi tersebut maka perlu adanya dukungan

dari keluarga, disini pola asuh orang tua sangat berperan penting dalam

peningkatan prestasi belajar siswa.Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah yaitu pola

asuh Authoritarian, Authoritative dan Permissive. Dari kerangka

pemikiran di atas, maka perbedaan antar variabel dapat digambarkan

sebagai berikut :

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2561/3/T1_172008011_BAB II.pdfdipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004). Suatu . perubahan tingkah

32

Pola Asuh Orang Tua

Authoritarian Authoritative Permissive

PRESTASI