BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya Para ahli mengemukakan pengertian matematika dengan berbeda-beda. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Ibrahim dan Suparni, 2009). Suminarsih (2007:1) mengungkapkan Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan konstribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis". Menurut Hudoyo dalam Aisyah (2007) mengemukakan Matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan- hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep- konsep abstrak. Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara deduktif dan dapat digunakan untuk mendidik dan melatih untuk berpikir secara logik. Matematika membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan dan perkembangan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sehingga disimpulkan matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari konsep-konsep abstrak, tersusun secara deduktif dan melatih siswa berpikir secara logis. Pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar lebih menekankan pada pembentukan logika, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran matematika merupakan proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan masalah. Belajar matematika dimulai dari konsep yang sederhana bertahap menuju ke tahap yang lebih tinggi. Konsep diberikan mulai dengan benda-benda konkret kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajarannya

Para ahli mengemukakan pengertian matematika dengan berbeda-beda.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya

pikir manusia (Ibrahim dan Suparni, 2009). Suminarsih (2007:1) mengungkapkan

”Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan konstribusi

positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis

dan berpikir logis". Menurut Hudoyo dalam Aisyah (2007) mengemukakan

”Matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-

hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-

konsep abstrak. Matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara deduktif

dan dapat digunakan untuk mendidik dan melatih untuk berpikir secara logik”.

Matematika membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan dan perkembangan

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sehingga disimpulkan

matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari konsep-konsep abstrak,

tersusun secara deduktif dan melatih siswa berpikir secara logis.

Pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar lebih

menekankan pada pembentukan logika, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran

matematika merupakan proses kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat

menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan

masalah. Belajar matematika dimulai dari konsep yang sederhana bertahap

menuju ke tahap yang lebih tinggi. Konsep diberikan mulai dengan benda-benda

konkret kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang

lebih abstrak dengan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

8

Sehingga penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep

matematika harus dipahami dengan benar sejak dini.

Menurut Soedjadi (2000:13) adapun karakteristik dari matematika antara

lain memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir

deduktif, memiliki simbol kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan,

dan konsisten dalam sistemnya. Keabstrakan objek-objek matematika perlu

diupayakan untuk diwujudkan secara lebih konkret. Seperti dikatakan oleh

Heruman (2007:1) bahwa usia perkembangan kognitif siswa SD masih terikat

dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Mata pelajaran

matematika pada satuan pendidikan SD/MI memiliki ruang lingkup yang mengacu

pada Standar Isi meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan

data.

Menurut Ibrahim dan Suparni (2009:36) tujuan pembelajaran matematika

agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep danmengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dantepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasimatematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkansolusi yang di peroleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau medialain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajarimatematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.2 Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

Pembelajaran TAI memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut ahli.

Menurut Slavin (2005) bahwa Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization) merupakan pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran

kooperatif dengan pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalah-

masalah pengajaran individual yang tidak efektif. Para siswa bekerja dalam tim-

tim pembelajaran kooperatif, mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

9

memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi

masalahu, dan saling mendorong untuk maju, dan guru membebaskan siswa

dengan memberikan pengajaran langsung kepada kelompok kecil siswa yang

homogen dan berasal dari tim-tim yang heterogen.

Pembelajaran TAI menurut Huda (2012) yaitu mengelompokkan siswa

berdasarkan kemampuannya yang beragam. Setiap kelompok terdiri 4 siswa untuk

menyelesaikan materi atau PR tertentu. Poin-poin tugas dibagikan secara

berurutan kepada setiap siswa. Siswa harus saling mengecek jawaban teman-

teman satu kelompoknya dan saling memberi bantuan jika dibutuhkan. Setiap

anggota diberi tes individu. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang

mampu menjawab soal-soal dengan benar lebih banyak dan mampu

menyelesaikan PR dengan baik. Pemberian poin tambahan diberikan pada

individu-individu siswa yang memperoleh nilai rata-rata pada ujian final.

Awalnya, Pembelajaran TAI dirancang untuk mengajarkan matematika atau

ketrampilan menghitung kepada siswa SD kelas 3-6. Namun, seiring

perkembangannya, Pembelajaran TAI mulai diterapkan pada materi-materi

pelajaran yang berbeda.

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012) bahwa Pembelajaran TAI

dikembangkan oleh Slavin, Leavy, dan Madden (1982) yaitu menggabungkan

pembelajaran kooperatif dan pengajaran klasikal berbasis individual.

Pembelajaran ini, siswa bekerjasama dengan kelompok dyad (2 orang) dan triad

(3 orang) untuk menjawab sejumlah masalah atau pertanyaan yang ada dalam

suatu paket pembelajaran dan diberi kewenangan menilai terhadap hasil kerja

temannya dalam tim yang sama. Para siswa mengerjakan kuis dan hasilnya dinilai

oleh kelompok lain. Di akhir pembelajaran mereka mengerjakan tes akhir dan

mendapatkan skor final. Bagi siswa yang memperoleh skor positif mendapatkan

penghargaan bagi hasil karyanya.

Sedangkan Sharan (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran TAI

dikembangkan sebagai cara untuk menghasilkan pengaruh sosial dari

pembelajaran kooperatif sambil memenuhi kebutuhan yang beragam. Siswa

bekerja dalam kelompok pembelajaran saling membantu teman dalam belajar,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

10

memberi umpan balik, dan mendorong untuk memahami materi dengan cepat dan

tepat. Siswa dikelompokkan secara heterogen dengan latar belakang berbeda

untuk menyelesaikan tugas secara individu dalam kelompok. Siswa yang kesulitan

dalam mengerjakan tugas, didorong untuk menanyakan kepada sesama teman

sekelompok.

Menurut Widyantini (2006:8) menyatakan bahwa Pembelajaran TAI

dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Adapun ciri

khas Pembelajaran TAI adalah para siswa secara individual belajar materi

pembelajaran yang sudah disediakan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke

dalam kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota

kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan

jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Diharapkan partisipasi dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

matematika meningkat sehingga hasil belajar matematika meningkat. Menurut

Slavin (2005:195) Pembelajaran TAI terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a) Teams. Para siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5orang.

b) Tes Penempatan. Siswa diberikan tes pra program dalam bidang operasimatematika pada permulaan pelaksanaan program. Siswa ditempatkanpada tingkat yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerjasiswa dalam tes ini.

c) Materi–materi Kurikulum. Para siswa bekerja pada materi-materikurikulum individual yang mencangkup penjumlahan, pengurangan,perkalian, pembagian, angka, pecahan, decimal, rasio, persen, statistik, danaljabar. Masalah-masalah kata dan strategi penyelesaian masalahditekankan pada seluruh materi.

d) Belajar Kelompok. Para siswa mengerjakan unit-unit dalamkelompoknya, mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:1) Para siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 2 atau 3 orang dalam

tim untuk melakukan pengecekan.2) Para siswa membaca halaman panduannya dan meminta teman satu tim

atau guru untuk membantu bila diperlukan. Selanjutnya siswa akanmemulai latihan kemampuan yang pertama dalam unit.

3) Masing-masing siswa mengerjakan empat soal pertama dalam latihankemampuannya sendiri dan selanjutnya jawabannya dicek oleh temansatu timnya dengan halaman jawaban yang sudah tersedia, yang dicetakdengan urutan terbalik didalam buku. Apabila keempat soal tersebutbenar, siswa tersebut boleh melanjutkan ke latihan kemampuanberikutnya. Para siswa yang menghadapi masalah pada tahap ini

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

11

didorong untuk meminta bantuan dari timnya sebelum meminta bantuandari guru.

4) Apabila siswa sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan benardalam latihan kemampuan terakhir, dia akan mengerjakan tes formatifA, yaitu kuis yang terdiri dari sepuluh soal yang mirip dengan latihankemampuan terakhir. Siswa yang dapat mengerjakan delapan soal ataulebih dengan benar, teman satu tim akan menandatangani hasil tesuntuk menunjukkan siswa tersebut dinyatakan sah oleh teman satutimnya untuk mengikuti tes unit.

5) Tes formatif para siswa ditandatangani oleh siswa pemeriksa yangberasal dari tim lain supaya bisa mendapatkan tes unit yang sesuai.Dilanjutkan siswa menyelesaikan tes unit dan siswa pemeriksa akanmenghitung skornya.

e) Skor Tim dan Rekognisi Tim. Di akhir minggu guru menghitung jumlahskor tim. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupioleh tiap anggota tim dan jumlah tes unit yang berhasil diselesaikandengan akurat. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim menjadiTim Super, kriteria sedang untuk menjadi Tim Sangat Baik, dan kriteriaminimum untuk menjadi Tim Baik. Tim-tim yang memenuhi kriteriasebagai Tim Super atau Tim Sangat Baik menerima sertifikat yangmenarik.

f) Kelompok Pengajaran. Setiap hari guru memberikan pengajaran selamasekitar 10-15 menit kepada dua atau tiga kelompok kecil siswa yang terdiridari siswa-siswa dari tim berbeda yang tingkat pencapaian kurikulumnyasama. Guru mengenalkan konsep-konsep utama kepada siswa. Para siswamenerima pengenalan konsep-konsepnya dalam kelompok pengajaransebelum mengerjakan soal-soal dalam unit-unit individual.

g) Tes Fakta. Seminggu dua kali, para siswa mengerjakan tes-tes faktaselama tiga menit. Siswa diberikan lembar-lembar fakta untuk dipelajari dirumah untuk persiapan menghadapi tes-tes ini.

h) Unit Seluruh Kelas. Di akhir tiap tiga minggu, guru menghentikanprogram individual dan menghabiskan satu minggu mengajari seluruhkelas kemampuan semacam geometri, ukuran, serangkaian latihan, danstrategi penyelesaian masalah.

Berdasarkan pengertian Pembelajaran TAI menurut Huda (2011:125),

maka langkah-langkah Pembelajaran TAI sebagai berikut:

1) Setiap kelompok diberi serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakanbersama-sama.

2) Poin-poin dalam tugas dibagikan secara berurutan kepada setiap anggota.3) Semua anggota harus saling mengecek jawaban teman-teman satu

kelompoknya dan saling memberi bantuan jika memang dibutuhkan.4) Setiap anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota yang lain.

Selama kegiatan tes individu berlangsung, guru harus memperhatikan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

12

setiap siswa. Pemberian skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana siswamampu bekerja secara mandiri.

5) Guru menjumlahkan banyaknya soal yang bisa dijawab oleh masing-masing kelompok setiap minggunya. Penghargaan diberikan kepadakelompok yang mampu menjawab soal-soal dengan benar lebih banyakdan mampu menyelesaikan PR dengan baik.

6) Guru memberikan poin tambahan kepada individu-individu siswa yangmampu memperoleh nilai rata-rata pada ujian final. Karena dalampembelajaran ini siswa saling mengecek pekerjaan satu sama lain, danguru juga memberikan penjelasan seputar soal-soal yang kebanyakandianggap rumit oleh siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran TAI menurut Warsono dan Hariyanto

(2012:199) sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan paket-paket pembelajaran aritmatika, baik untukpembelajaran klasikal maupun pembelajaran kooperatif serta berbagai alattes yang terdiri dari tes penempatan, tes formatif maupun tes akhir.

2) Dilaksanakan presentasi singkat oleh guru.3) Selama pembelajaran kooperatif, sekelompok kecil siswa yang heterogen

belajar bersama dalam sejumlah waktu yang telah ditetapkan, kemudianmendapat skor (nilai) bergantung kinerja seluruh anggota tim. Siswa-siswayang lebih berkompeten diberikan kesempatan untuk membantu siswa lainyang tertinggal agar skor kelompok cukup baik.

4) Kemudian, dalam pengajaran klasikal setiap siswa mengerjakan tugas-tugasnya sendiri sesuai paket yang telah ditentukan dan disiapkan olehguru. Pemberian skor dapat dilakukan oleh siswa atau guru, bergantungpada kesepakatan awal. Jika sejumlah besar pertanyaan atau masalah yangdiajukan dalam paket tersebut sudah selesai dikerjakan siswa secara benar,siswa tersebut dapat melanjutkan ke paket yang lain yang lebih tinggitingkat kesulitannya.

5) Tim yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi akan diberi predikatSuperteam, rata-rata cukup memperoleh penghargaan Greateam, nilai rata-rata minimal mendapat predikat Goodteam.

Menurut Widyantini (2006:9), adapun langkah-langkah Pembelajaran TAI

sebagai berikut:

1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materipembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkanskor dasar atau skor awal.

3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan(tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dariras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

13

4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalamdiskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawabanteman satu kelompok.

5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, danmemberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuisberikutnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization) merupakan pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil

yang terdiri dari 3-5 orang secara heterogen dengan kemampuan berpikir berbeda-

beda untuk mengerjakan tugas yang sudah disiapkan guru secara individual dalam

kelompok. Para siswa bersama kelompoknya saling mengecek jawaban, saling

membantu satu sama lain dalam belajar dan diakhir mengerjakan tes individu.

Adanya pemberian penghargaan kepada kelompok siswa berdasarkan skor atau

nilai yang didapatkan selama mengerjakan tugas.

Berdasarkan pengertian Pembelajaran TAI yang telah disimpulkan, maka

peneliti menyimpulkan untuk menerapkan Pembelajaran TAI menggunakan

langkah-langkah yang telah dimodifikasi sebagai berikut:

1) Siswa dibentuk kelompok kecil secara heterogen. Tiap kelompok terdiri

dari 4 siswa berdasarkan nilai tes formatif sebelumnya.

2) Siswa mengerjakan tugas LKS secara individu dalam kelompok.

3) Siswa yang telah selesai mengerjakan LKS diberi kesempatan saling

mengoreksi jawaban satu sama lain dalam kelompoknya dan membantu

anggota yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS.

4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil LKS di kelas.

5) Siswa bersama guru meluruskan hasil LKS.

6) Siswa mengerjakan tes individu berupa postes dengan mandiri.

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa berdasarkan nilai

LKS kelompok pada akhir pertemuan setiap minggunya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

14

Pembelajaran TAI memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) menurut Wahyudi (2011)

sebagai berikut:

1) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.2) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam tim atau kelompok.3) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

ketrampilannya.4) Menumbuhkan tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan masalah.5) Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif.

Adapun kelemahan Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)

menurut Wahyudi (2011) sebagai berikut:

1) Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantungkanpada siswa yang pandai.

2) Tidak ada persaingan antar kelompok.3) Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini.4) Pengelolaan kelas yang dilakukan guru kurang baik maka proses

pembelajaran juga berjalan kurang baik.5) Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya

mengandalkan teman sekelompoknya.

Adapun pengukuran terhadap kegiatan guru dan siswa dalam menerapkan

Pembelajaran TAI menggunakan teknik observasi. Observasi digunakan untuk

memperoleh data mengenai perilaku individu atau proses kegiatan tertentu

(Sudjana, 2011:67). Observasi dilakukan oleh observer.

2.1.3 Motivasi Belajar

Motivasi belajar dipandang para ahli dengan berbeda-beda. Hilgard dalam

Sanjaya (2008:250) mengemukakan “Motivasi adalah suatu keadaan yang

terdapat dalam diri sesesorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan

tertentu untuk mencapai tujuan tertentu”. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(2009:80) bahwa motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Berbeda dengan pengertian motivasi yang telah dikemukakan diatas,

Yamin (2008:160) mengemukakan “Motivasi merupakan perilaku yang akan

menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan”. Motivasi

dipandang sebagai kemampuan yang dimiliki individu untuk melakukan tugas

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

15

tertentu dengan usaha maksimal. Senada dengan Yamin, Sanjaya (2008:250)

menegaskan “Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat dilihat dari

perilaku yang ditunjukkan seseorang”.

Pengertian motivasi yang berbeda pula dikemukakan oleh ahli lainnya.

Crowl, Kaminsky, dan Podell dalam Sumardjono (2004:26) mengemukakan

“Motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang yang

mengukur tindakannya dengan cara tertentu”. Djaali (2012:101) menyimpulkan

bahwa motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang

yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu

tujuan.

Motivasi yang timbul karena dorongan dari dalam diri seseorang itu

bersifat psikologis. Lama kekuatan mental dalam diri individu adalah sepanjang

tugas perkembangan manusia. Maka disimpulkan motivasi yang bersifat

psikologis tidak dapat dilihat dan diukur perubahan perilakunya dalam waktu

yang singkat.

Selain itu, motivasi yang dipandang sebagai kemampuan maupun perilaku

yang ditunjukkan seseorang dan dapat dilihat merupakan bagian dari hasil belajar

individu berupa aspek afektifnya. Perilaku yang dimaksud yaitu kegiatan-kegiatan

positif yang ditunjukkan individu. Motivasi ditumbuhkan melalui dorongan dari

luar saja, seperti penggunaan pembelajaran yang tepat sesuai kondisi siswa,

pemberian penghargaan dan pujian, maupun peran guru. Motivasi ini dapat diukur

dan dilihat dari perubahan perilaku siswa dalam belajar. Lain halnya motivasi

yang dipandang sebagai kekuatan dari dalam dan luar diri seseorang,

membutuhkan waktu yang bertahap dan lama untuk menumbuhkan kedua

motivasi secara bersamaan.

Berdasarkan definisi dan pembahasan motivasi sebagai hasil aspek afektif

maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah perilaku yang dapat dilihat dan

ditunjukkan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Hamdani (2011:21)

mengemukakan “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,

dengan serangkaian kegiatan”. Sehingga disimpulkan bahwa motivasi belajar

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

16

adalah perilaku positif siswa yang dapat dilihat dan ditunjukkan dalam kegiatan

belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Perilaku positif berupa kegiatan yang ditunjukkan siswa seperti

mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, saling mengecek jawaban dalam

kelompok, membantu anggota yang kesulitan dalam belajar, dan aktif dalam

pembelajaran. Sedangkan tujuan tertentu yaitu tujuan SK dan KD yang telah

ditetapkan dalam KTSP. Sebagai acuan penelitian ini, aspek-aspek motivasi

belajar antara lain: perilaku siswa sebelum melaksanakan pembelajaran

matematika, perilaku siswa melaksanakan proses pembelajaran matematika,

perilaku siswa setelah melaksanakan pembelajaran matematika. Dimyati dan

Mudjiono (2009:97) mengungkapkan bahwa unsur-unsur yang mempengaruhi

motivasi belajar yaitu, adanya cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa,

kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, dan unsur-unsur dinamis dalam belajar

dan pembelajaran, dan upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Sanjaya (2010:261) berpendapat upaya membangkitkan motivasi belajar

siswa dapat dilakukan dengan cara memperjelas tujuan yang ingin dicapai,

membangkitkan minat, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan,

memberikan pujian, memberikan nilai, memberikan komentar terhadap hasil

pekerjaan siswa, dan menciptakan persaingan dan kerjasama. Motivasi dapat

dibangkitkan dengan cara lain yang sifatnya negatif yaitu, memberikan hukuman,

teguran, dan memberikan tugas yang sedikit berat. Namun sebaiknya

meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara-cara positif yang tidak

merugikan siswa.

Sehingga pengukuran motivasi belajar dalam penelitian ini menggunakan

teknik angket. Angket yang digunakan berupa angket tertutup. Angket tertutup

yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

diminta memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya

dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√) (Riduwan, 2010:72).

Kategori motivasi belajar berdasarkan skor yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

17

Tabel 1Kategori Motivasi Belajar

No Rentang Skor Kategori1. ≥ 60 Tinggi2. 41-59 Sedang3. ≤ 40 Rendah

Adopsi Riduwan (2010:216)

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan motivasi belajar dikelompokkan

menjadi tiga kategori. Adapun kategorinya terdiri dari tinggi, sedang, dan rendah.

Motivasi belajar dengan kategori tinggi jika memperoleh skor total ≥ 60, kategori

sedang jika memperoleh skor total 41-59, kategori rendah jika memperoleh ≤ 40.

2.1.4 Hasil Belajar

Setelah pembelajaran matematika dilaksanakan, guru mengadakan

evaluasi melalui tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa.

Adapun beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli. Sudjana (2011:22)

mengemukakan “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Pengalaman memberikan

kemampuan-kemampuan dalam diri siswa. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono

(2009:3) mengemukakan “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar”.

Menurut Nasution (2006: 36) bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu

interaksi kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan oleh guru. Sedangkan Arifin (2001:47) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami

proses belajar mengajar, dimana mengungkapkannya menggunakan suatu alat

penilaian yang disusun oleh guru seperti tes evaluasi. Sehingga dapat disimpulkan

hasil belajar adalah kemampuan kognitif berupa nilai tes berbentuk angka yang

diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

18

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana (2010:39) yaitu

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor

dari diri siswa terdiri dari kemampuan siswa, motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

psikis. Faktor dari luar diri siswa terdiri dari kualitas pengajaran. Supaya siswa

memperoleh hasil belajar pada mata pelajaran matematika yang baik atau

memuaskan, perlu memperhatikan faktor-faktor intern dan ekstern.

Adapun pengukuran hasil belajar menggunakan teknik tes. Tes digunakan

untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif

berkenaaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuan pendidikan dan

pengajaran (Sudjana, 2011:35). Tes yang digunakan tes formatif berbentuk pilihan

ganda. Tes dilaksanakan di pertemuan akhir.

2.1.5 Hubungan Pembelajaran TAI dengan Motivasi Belajar dan Hasil

Belajar

Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) merupakan

pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang

secara heterogen dengan kemampuan berpikir berbeda-beda untuk mengerjakan

tugas yang sudah disiapkan guru secara individual dalam kelompok. Para siswa

bersama kelompoknya saling mengecek jawaban, saling membantu satu sama lain

dalam belajar dan mengerjakan tes individu. Adanya pemberian penghargaan

kepada kelompok siswa berdasarkan nilai yang diperolehkan selama mengerjakan

tugas.

Sharan (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran TAI dikembangkan

sebagai cara untuk menghasilkan pengaruh sosial dari pembelajaran kooperatif

sambil memenuhi kebutuhan yang beragam. Siswa bekerja dalam kelompok

pembelajaran saling membantu teman dalam belajar, memberi umpan balik, dan

mendorong untuk memahami materi dengan cepat dan tepat. Siswa

dikelompokkan secara heterogen dengan latar belakang berbeda untuk

menyelesaikan tugas secara individu dalam kelompok. Siswa yang kesulitan

dalam mengerjakan tugas, didorong untuk menanyakan kepada sesama teman

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

19

sekelompok. Pembelajaran ini dapat membangkitkan motivasi belajar siswa agar

mencapai tujuan. Yamin (2008:160) mengemukakan “Motivasi merupakan

perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai

tujuan”. Selain itu untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut

kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar pada siswa dapat dibangkitkan melalui siswa bekerja

menyelesaikan tugas dengan kemampuan masing-masing. Menciptakan siswa

aktif dan bekerjasama dengan kelompok. Siswa bersama kelompok menggunakan

kemampuan yang dimiliki untuk saling mengecek jawaban dengan bertukar

pendapat dan membantu anggotanya yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas.

Siswa menjadi lebih memahami materi karena menggunakan kemampuannya

sendiri dalam mengerjakan tugas maupun dengan bantuan kelompok. Agar siswa

puas dengan hasil kerjanya dan semakin senang mengikuti pembelajaran

matematika maka adanya penghargaan. Sehingga tingginya motivasi belajar siswa

cenderung hasil belajar akan tinggi. Disimpulkan bahwa Pembelajaran TAI dapat

meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian relevan yang telah dilakukan peneliti-peneliti terdahulu.

Hasil penelitian oleh Linda Kurniawati (2012) berjudul “Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted

Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangmojo II”.

Diperoleh bahwa Model Cooperative Learning Tipe TAI dapat meningkatkan

hasil belajar matematika dilihat dari peningkatan ketuntasan tahap pratindakan

40% meningkat menjadi 60% pada siklus I. Peningkatan ketuntasan KKM pada

siklus II menjadi 73%. Peningkatan siklus II telah memenuhi indikator

keberhasilan karena lebih dari 70% siswa tuntas KKM.

Hasil penelitian oleh Eny Siswanti (2011) berjudul “Peningkatan Hasil

Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted

Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas IV SDN Tegalasri 03 Kabupaten

Blitar”. Diperoleh bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dapat

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

20

meningkatkan hasil belajar matematika dilihat dari peningkatan ketuntasan pra

tindakan sebesar 36%, pada siklus I pertemuan 1 sebesar 48% , siklus I pertemuan

2 sebesar 68%, siklus II pertemuan I sebesar 72% dan siklus II pertemuan 2

sebesar 80%.

Hasil penelitian oleh Siti Karyawati (2009) berjudul “Peningkatan

Motivasi dan Hasil Belajar Matematika dengan Pembelajaran Koopertif tipe TAI

(Team Assisted Individualization) tentang Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa

Kelas VII E SMPN I Ngadiluwih”. Diperoleh bahwa Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika.

Peningkatan motivasi belajar siswa memiliki rata-rata motivasi belajar siswa

sebesar 0,43 atau 11% dari Siklus I 2,97 atau 74,25% dan Siklus II 3,40 atau

85,25%. Hasil belajar mengalami peningkatan Siklus I ke Siklus II yaitu sebesar

7,22, pada Siklus I hasil belajarnya 76,78 dan Siklus II 84,00, begitu pula

ketuntasan belajar matematika siswa terjadi peningkatan sebesar 5,13% dari

Siklus I 82,05% ke Siklus II 87,18%.

2.3 Kerangka Pikir

Kondisi pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas 5 SD Negeri

Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, guru cenderung menggunakan

metode konvensional yaitu ceramah dan penugasan sehingga berdampak motivasi

belajar dan hasil belajar matematika pada siswa rendah. Siswa kesulitan

menyelesaikan tugas matematika dan dalam memahami materi matematika. Siswa

hanya mendengarkan penjelasan guru dan tampak mengantuk. Siswa kurang aktif

dalam bertanya dan takut menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Sehingga

hasil belajar matematika yang dicapai siswa pun rendah. Hasil belajar sebagian

besar siswa pada mata pelajaran matematika belum mencapai nilai KKM= 65.

Memperbaiki kondisi tersebut, peneliti bekerjasama dengan guru memilih

pembelajaran yang tepat yaitu menerapkan Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization).

Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dilakukan beberapa

tahapan yaitu siswa dibentuk kelompok kecil terdiri dari 4 siswa yang heterogen

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

21

berdasarkan nilai tes formatif sebelumnya. Siswa mengerjakan tugas LKS secara

individu dalam kelompok. Siswa yang telah selesai mengerjakan LKS diberi

kesempatan saling mengoreksi jawaban satu sama lain dan membantu anggota

yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS. Setiap kelompok

mempresentasikan hasil LKS. Siswa bersama guru meluruskan hasil LKS. Siswa

mengerjakan tes individu berupa postes. Guru memberikan penghargaan kepada

kelompok siswa berdasarkan nilai LKS kelompok pada akhir pertemuan setiap

minggunya.

Pembelajaran TAI membuat siswa terbiasa menyelesaikan tugas dengan

kemampuan masing-masing dalam kelompok dan bekerjasama dalam kelompok

mengecek jawaban dan membantu anggotanya yang kesulitan dengan

pemahamannya. Sehingga siswa yang kesulitan dapat terbantu dalam

menyelesaikan tugasnya dan memahami materi dengan mudah. Siswa menjadi

aktif bertukar pendapat dalam mengecek jawaban dan dalam menjelaskan hasil

tugasnya bersama kelompok saat presentasi. Siswa dengan kelompoknya

bekerjasama menyelesaikan tugas dengan benar agar memperoleh nilai tertinggi.

Hasil kerja siswa bersama kelompoknya diberi penghargaan sehingga siswa akan

senang dan termotivasi dalam menyelesaikan tugas selanjutnya. Sehingga

motivasi belajar dan hasil belajar matematika yang dicapai siswa dapat meningkat.

Pembelajaran TAI dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai mencapai

keberhasilan belajar yaitu meningkatnya motivasi belajar dan hasil belajar

matematika. Dengan pemikiran seperti ini maka, dilakukan penelitian peningkatan

motivasi belajar dan hasil belajar matematika melalui Pembelajaran TAI (Team

Assisted Individualization) pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

2.4 Hipotesis Tindakan

Sesuai kerangka pikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut.

1) Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan

motivasi belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3784/3/T1_292009027_BAB II.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... ”Matematika merupakan

22

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran

2012/2013.

2) Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan

hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran

2012/2013.

3) Penerapan beberapa tahapan Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization) dalam meningkatkan motivasi belajar matematika pada

siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga

semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

4) Penerapan beberapa tahapan Pembelajaran TAI (Team Assisted

Individualization) dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada

siswa kelas 5 SD Negeri Ledok 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga

semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.