BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORI A. Tinjuan ...eprints.umm.ac.id/38898/3/BAB II.pdfBAB II...
-
Upload
phungkhuong -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORI A. Tinjuan ...eprints.umm.ac.id/38898/3/BAB II.pdfBAB II...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN TINJAUAN TEORI
A. Tinjuan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tingkat kesehatan bank telah banyak dilakukan oleh
beberapa peneliti diantaranya Lasta dkk., (2014) yang meneliti tentang tingkat
kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan RGEC pada Bank Rakyat
Indonesia, Tbk periode 2011 sampai 2013. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa faktor Risk Profile yang penilaiannya terdiri dari penilaian risiko kredit
dengan menggunakan rasio NPL menggambarkan pengelolaan risiko kredit BRI
yang telah dilaksanakan dengan baik, karena mulai dari tahun 2011 sampai dengan
2013 NPL BRI mengalami penurunan walaupun pada tahun 2011 NPL BRI diatas
2%. Berdasarkan faktor Good Corporate Governance (GCG), PT Bank Rakyat
Indonesia, Tbk pada tahun 2011 sampai dengan 2013 sudah memiliki dan
menerapkan tata kelola perusahaan dengan sangat baik. faktor Earnings atau
rentabilias yang penilaiannya terdiri dari perhitungan rumus Return on Asset (ROA)
dan Net Interest Margin (NIM), Earnings yang dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia,
Tbk jika dihitung dengan menggunakan rumus ROA mulai tahun 2011 sampai
dengan 2013 mengalami kenaikan. NIM terdapat perbedaan dengan ROA, NIM
BRI mulai tahun 2011 sampai dengan 2013 mengalami fluktuasi. Secara
keseluruhan NIM sudah sangat baik walaupun ada penurunan pada tahun 2011 ke
tahun 2012. faktor Capital atau Permodalan yang penilaiannya menggunakan rumus
Capital Adequacy Ratio (CAR), PT Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2011
8
sampai dengan 2013 memiliki rasio CAR yang sudah diatas ketentuan Bank
Indonesia.
Kemudian Mamu dkk, (2015) melakukan penelitian tentang tingkat kesehatan
bank BNI Syariah, Tbk dengan menggunakan metode RGEC. Hasil dari penitian
tersebut menyatakan bahwa Penilaian Tingkat Kesehatan Bank BNI Syariah dengan
menggunakan metode RGEC ini menunjukkan predikat kesehatan bank tersebut
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, untuk periode
Desember 2012 dengan kesimpulan peringkat komposit “sangat sehat”, Desember
2013 dengankesimpulan peringkat komposit “sehat”, Desember 2014 dengan
kesimpulan peringkat komposit “sehat”.
Selain itu, Khalil dan Fuadi (2016) melakukan penelitian mengenai
penggunaan metode RGEC dalam mengukur kesehatan bank umum Syariah di
Indonesia periode 2012 sampai 2014. Hasil penelitian mengatakan predikat
kesehatan bank tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia, untuk periode 2012 dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat Syariah
dan Bank BNI Syariah dengan peringkat komposit “sangat sehat”, dan pada periode
2013 dengan kesimpulan peringkat komposit “sangat sehat” adalah Bank BNI
Syariah serta pada periode 2014 dengan kesimpulan peringkat komposit “sangat
sehat” adalah bank Bank Panin Syariah. Pada periode 2014 tidak ada bank yang
mampu mencapai peringkat komposit sangat sehat, dominan hanya mampu
mencapai pada peringkat komposit “cukup sehat” dan “sehat”.
9
B. Tinjauan Pustaka
B.1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Arifin (2002), Bank Syariah adalah bank yang aktivitasnya
meninggalkan kegiatan riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap
riba merupakan salah satu tantanggan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu
hal yang sangat mengembirakan bahwa belakangan ini para Ekonom Muslim telah
mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan sistem
bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori ekonomi yang bebas
dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi
pendapatan. Oleh karena itu, mekanisme perbankan bebas bunga yang disebut
dengan Bank Syariah didirikan. Tujuan Bank Syariah didirikan dikarenakan
pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan (QS. Al-
Baqarah, 2:275).
B.2. Definisi Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010), laporan keuangan menunjukkan kondisi perusahaan
saat ini yang merupakan kondisi perusahaan terkini. Kondisi perusahaan terkini
adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan
periode tertentu (untuk laba rugi). Laporan keuangan juga menggambarkan kondisi
keuangan suatu perusahaan serta untuk menilai kinerja manajemen perusahaan
yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah
manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan
oleh perusahaan dalam bidang manajemen keuangan khususnya dan hal ini akan
10
tergambar dari laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen (Kamir,
2000).
B.3. Penilaian Kesehatan Bank
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian
aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas
terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui
penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement
yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta
pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian
nasional. Kemudian berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum digantikan
menjadi metode RGEC yang mewajibkan Bank Umum untuk melakukan penilaian
sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan
pendekatan Risiko baik secara individual maupun secara konsolidasi.
B.4. Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan
untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah
dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Sucipto (2003) pengertian
kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba.
11
Sedangkan menurut IAI (2007) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.
B.5. Metode RGEC
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank berbasis risiko menggantikan penilaian
CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Pedoman
perhitungan selengkapnya diatur dalam Surat Edaran (SE) Bank Indonesia
No/13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum. RGEC menurut Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal
7 faktor-faktor penilaiannya adalah:
1. Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian profil resiko merupakan penilaian kualitas penerapan manajemen
resiko dalam aktivitas operasional bank. Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011
bank melakukan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan
manajemen risiko dalam kegiatan operasional terhadap delapan risiko, yakni
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.
a. Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati. Risiko kredit umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank
12
yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty),
penerbit (issuer), atau kinerja debitur (borrower). Risiko kredit dapat
meningkat, antara lain karena kredit pada debitur terkonsentrasi pada
sector industry tertentu, grup debitur tertentu, wilayah geografis tertentu,
produk tertentu, jenis pembiayaan tertentu, atau lapangan usaha tertentu.
Risiko kredit merupakan risiko yang dilihat dari rasio NPF dimana
menggunakan pembiayaan bermasalah sebagai tolak ukur penetapan
tingkat kesehatan perbankan Syariah. Risiko kredit diukur dengan
menggunakan:
NPF= Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan X 100%
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
Tabel 2.1 Matriks Penetapan Peringkat Profil Resiko (NPF)
Sumber: SE BI 13/24/DPNP/tahun 2011
b. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiaban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dana atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
Rasio Peringkat
NPF < 2% Sangat Sehat
2% ≤ NPF < 5% Sehat
5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
8% < NPF ≤ 12% Kurang Sehat
NPF ≥ 12% Tidak Sehat
13
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas
disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk) dan
likuiditas pasar (market liquidity risk). Risiko ini diukur dengan
menggunakan Financing to Deposit Rasio:
FDR= Total Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga X 100%
Sumber: Lampiran SE BI 06/23/DPNP/2011
Tabel 2.2 Matriks Penetapan Peringkat Profil Resiko (FDR)
Sumber: SE BI 6/23/DPNP/2011
2. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen
bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan focus
penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG mengacu pada ketentuan
bank umum dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha
bank.
Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis yang
komprehensif dan terstruktur terhadap hasil penilaian pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG bank dan informasi lain yang terkait dengan GCG bank yang
Rasio Peringkat
FDR <75% Sangat Sehat
75% ≤ FDR <85% Sehat
85% ≤ FDR <100% Cukup Sehat
100%≤FDR <120% Kurang Sehat
FDR ≥ 120% Tidak Sehat
14
didasarkan pada data dan informasi relevan untuk mendukung analisis terhadap
struktur, proses, dan hasil dari tata kelola dan keterkaitannya antara sau sama
lain.
Berdasarkan SE BI No. 15/15/DPNP Tahun 2013 bank diharuskan
melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala meliputi sebelas
aspek penilaian pelaksanaan GCG. Penilaian tersebut mencakup evaluasi
terhadap parameter/indikator yang terdiri dari:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
c. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite-komite dan satuan kerja yang
menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
d. Penanganan benturan kepentingan;
e. Penerapan fungsi kepatuhan;
f. Penerapan fungsi audit internal;
g. Penerapan fungsi audit eksternal;
h. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern;
i. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party)
j. Penyediaan dana besar (large exposures); dan
k. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan
pelaksanaan GCG, dan pelaporan internal; serta rencana strategis Bank.
Mengingat tujuan adanya laporan pelaksanaan good corporate governance
(GCG) untuk memberikan nilai perusahaan yang maksimal bagi para
stakeholder maka prinsip-prinsip pelaksanaan good corporate governance
15
(GCG) harus diwujudkan dengan baik dalam hubungan bank dengan para
stakeholder.
3. Rentabilitas (Earning)
Rasio penilaian faktor rentabilitas adalah alat untuk mengukur atau
menganalisis tingkat efisien usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap
kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan sustainability rentabilitas
bank dengan mempertimbangkan aspek tingkat, tren, struktur, dan stabilitas
bank, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian earning bank milik pemerintah pusat menggunakan parameter
diantaranya adalah:
a. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio tersebut
dirumuskan dengan:
ROA= Laba Sebelum Pajak
Rata-rata Total AsetX 100%
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
16
Tabel 2.3 Matriks Penetapan Peringkat Rentabilitas (ROA)
Rasio Peringkat
1,5% > ROA Sangat Sehat
1,25%<ROA ≤1,5% Sehat
0,5%<ROA ≤1,25% Cukup Sehat
0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Sehat
ROA ≤ 0% Tidak Sehat
Sumber: SE BI 13/24/DPNP/2011
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan
pembayaran deviden. Rasio ini dirumuskan dengan:
ROE= Laba setelah pajak
Ekuitas/Modal 𝑋 100%
Sumber: SE BI 13/24/DPNP/2011
17
Tabel 2.4 Matriks Penetapan Peringkat Rentabilitas (ROE)
Kriteria Peringkat
Perolehan laba sangat sehat (rasio di atas
20%
Sangat Sehat
Perolehan laba tinggi (rasio ROE
berkisar 12,51% sampai dengan 20%)
Sehat
Perolehan laba cukup tinggi (rasio ROE
berkisar antara 5,01% sampai dengan
12,5%)
Cukup Sehat
Perolehan laba rendah atau cenderung
mengalami kerugian (ROE mengarah
negatif rasio berkisar antara 0% sampai
dengan 5%)
Kurang Sehat
Bank mengalami kerugian yang besar
(ROE negative, rasio di bawah 0%)
Tidak Sehat
Sumber: SE BI 13/24/DPNP/2011
c. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
Beban operasional terhadap pendapatan operasional merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Rumus rasio ini adalah:
BOPO= Beban Operasional
Pendapatan Operasiona X 100%
Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
18
Tabel 2.5 Matriks Penetapan Peringkat Rentabilitas (BOPO)
Kriteria Peringkat
Tingkat efisiensi sangat baik (rasio
BOPO kurang dari 83%)
Sangat Sehat
Tingkat efisiensi baik (rasio BOPO
berkisar antara 83% sampai dengan
85%)
Sehat
Tingkat efisiensi cukup baik (rasio
BOPO bekisar antara 85% sampai
dengan 87%)
Cukup Sehat
Tingkat efisiensi kurang baik (rasio
BOPO berkisar antara 87% sampai
dengan 89%)
Kurang Sehat
Tingkat efisiensi sangat buruk (rasio
BOPO di atas 89%)
Tidak Sehat
Sumber: SE BI 13/24/DPNP/2011
4. Permodalan (Capital)
Penilaian atas permodalan mencakup tingkat kecukupan permodalan
termasuk yang dikaitkan dengan profil risiko bank dan pengelolaan
permodalan. Dalam menilai faktor permodalan, bank wajib mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum (KPMM) bagi bank umum.
Rasio Capital Adequency Ratio (CAR) dapat digunakan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank yang mengandung atau menghasilkan
risiko, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan. Rumus CAR yang
digunakan adalah:
19
CAR =Total Modal
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)X 100%
Sumber: Sumber: Lampiran SE BI 13/24/DPNP/2011
Tabel 2.6 Matriks Penetapan Peringkat Permodalan (CAR)
Rasio Peringkat
CAR > 12% Sangat Sehat
9% ≤ CAR < 12% Sehat
8% ≤ CAR < 9% Cukup Sehat
6% ≤ CAR < 8% Kurang Sehat
CAR ≤ 6% Tidak Sehat
Sumber: SE BI 13/24/DPNP/2011