BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu II.pdfhubungannya dengan lingkungan geografis tempat...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu II.pdfhubungannya dengan lingkungan geografis tempat...
-
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1Pembelajaran Tematik
Dalam Kurikulum 2013 Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu
tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini
merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan
nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.
Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna
karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan
ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan
(drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi
pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik
lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learning by doing).
Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: 1)
Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna;
2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan
informasi; 3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-
nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; 4) Menumbuh kembangkan
keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain; 5) Meningkatkan minat dalam belajar; 6) Memilih
kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
-
10
Dalam sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu
komponen penting pendidikan, karena akan memberikan arah proses kegiatan
pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau pembelajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai tujuan tersebut
dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan apabila siswa tidak
mampu mencapai tujuan tersebut dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
mengalami kesulitan belajar.
Dalam kurikulum 2013 pembelajarannya disampaikan dalam bentuk
tematik bukan lagi pada mata pelajaran dan pembelajaranya tidak lagi berpusat
pada guru melainkan berpusat pada siswa. Indikator pencapaian tujuan
pembelajaran secara terstandar dalam kurikulum 2013 diberikan melalui
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang sekaligus memberikan
ruang lingkup pembelajarannya.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu
peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan
penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah
konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan dan ketrampilan
yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.
Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal dan ciri dari suatu mata pelajaran. Mata
pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat
terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat
berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran
-
11
dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin
ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi
sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam
kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi
maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan
dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan
perenialisme.
Indikator pencapaian tujuan pembelajaran secara terstandar dalam
kurikulum 2013 diberikan melalui kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
(KD) yang sekaligus memberikan ruang lingkup pembelajarannya secara rinci
disajikan melalui tabel. di bawah ini.
Tabel 2.1
Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarPembelajaran Kelas IV Semester II
Tema Lingkungan Tempat Tinggalku
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3. Memahami pengetahuan
faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah,
IPS
3.3 Memahami manusia dalam
hubungannya dengan kondisi
geografis di sekitarnya.
3.3 Memahami manusia dalam
hubungannya dengan kondisi
geografis di sekitarnya.
Bahasa Indonesia
-
12
sekolah, dan tempat bermain.
3.1 Menggali informasi dari teks
laporan hasil pengamatan tentang
gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan
cahaya dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia lisan
dan tulis dengan memilih dan memilah
kosakata.
IPA
3.7 Mendeskrisikan hubungan antara
sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4. Menyajikan pengetahuan
faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak
mulia.
IPS
4.3 Menceritakan manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan
geografis tempat tinggalnya
Bahasa Indonesia
4.1 Mengamati, mengolah, dan
menyajikan teks laporan hasil
pengamatan tentang gaya, gerak,
energi panas, bunyi, dan cahaya dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis
dengan memilih dan memilah
kosakata baku.
IPA
-
13
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
KI 3 bertujuan untuk memahami pengetahuan yang faktual, ruang
lingkupnya meliputi mengamati dan menannya. Dalam kegiatan pembelajaran
siswa diminta mengamati gambar yang disajikan oleh guru, siswa akan
menemukan beberapa hal yang belum ia ketahui dan hal baru ia lihat. Setelah itu
siswa akan menuliskan tentang apa yang diamatinya, ditemukan dan ingin
4.6 Menyajikan laporan tentang
sumber daya alam dan
pemanfaatannya oleh masyarakat.
4. Menyajikan pengetahuan
faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak
mulia.
IPS
4.3 Menceritakan manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan
geografis tempat tinggalnya
Bahasa Indonesia
4.1 Mengamati, mengolah, dan
menyajikan teks laporan hasil
pengamatan tentang gaya, gerak,
energi panas, bunyi, dan cahaya dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis
dengan memilih dan memilah
kosakata baku.
IPA
4.6 Menyajikan laporan tentang
sumberdaya alam dan pemanfaatannya
oleh masyarakat.
-
14
diketahui. Hal ini akan memancing siswa untuk menanyakan apa yang ia rasa
belum diketahuinya. Guru akan memberikan penjelaskan secara singkat tentang
kenampakan alam kemudian memberikan siswa kesempatan mencari jawabanya.
Oleh sebab itu siswa akan mencari dan mendapatkan jawaban dari apa yang ingin
diketahuinya.
Pada KI 4 bertujuan untuk menyajikan pengetahuan yang faktual dalam
bahasa yang jelas dan sistematis. Ruang lingkupnya meliputi mengamati teks
laporan dan mengolah hasil laporan kemudian menyajikan hasil laporan. Kegiatan
pembelajaranya yaitu menceritakan tentang hubungan manusia dengan
lingkungannya. Mengamati tentang gaya, gerak energi panas, bunyi dan cahaya,
kemudian mengolah apa saja yang diperoleh dari pengamatanya dan melaporkan
hasilnya. Dalam pembelajaran ini siswa diarahkan untuk mengamati teks yang
berisi laporan pembelajaran dari pengamatan tersebut siswa akan mengolah
laporan lebih terperinci. Kemudian siswa melaporkan hasil pengolahan laporan
dengan bahasa yang baik dan benar serta secara sistematis. Dari laporan tersebut
siswa akan tahu tentang apa yang dia pelajari.
Tingkat kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria; 1) Tingkat
perkembangan peserta didik; 2) Kualifikasi kompetensi Indonesia; 3) Penguasaan
kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan;
tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan dan
keterpaduan antar jenjang yang relevan (Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah).
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal dan ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar
dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti
sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1
-
15
2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2
3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3 dan
4. Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan
penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru - peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru - peserta didik - masyarakat -
lingkungan alam, sumber/ media lainnya);
3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains;
5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik;
8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis
(Permendikbud No 67 Tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SD)
-
16
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
guru.
Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan
siswa dalam memahami pembelajaran sekolah yang ditunjukkan dengan skor
sesuai dengan hasil tes pada mata pelajaran tertentu. Dari uraian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa
setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok
bahasan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar
adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Menurut Peraturan Menteri pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Dasar dan Menengah
menyatakan bahwa Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan
penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses dan
hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring
(nurturant effect) dari pembelajaran.
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment) atau pelayanan konseling.
Selain itu hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
Kalau demikian hasil belajar peserta didik dilakukan melalui pengukuran dengan
disertai pengumpulan data hasil pengukuran sebagai informasi. Pengukuran
-
17
adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang
bersifat numerik. Kemudian penilaian memiliki beberapa fungsi diantaranya:
Fungsi assesmen atau penilaian dalam pembelajaran menurut Hasan &
Zainul (dalam Wardani Naniek Sulistya 2012: 55) adalah:
1. Asesmen formatif.
Penilaian yang dilaksakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuanya
untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap pokok
bahasan tertentu.
2. Asesmen sumatif.
Peniaian yang dilakukan pada akhir suatu program tertentu, (catur wulan,
semester, atau tahun ajaran), tujuanya untuk melihat prestasi yang
dicapai peserta didik selama stu program yg secara khusus hasilnya akan
merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan
kelas.
3. Asesmen penempatan.
Penilaian yang ditunjukkan untuk menempatkan peserta didik sesuai
bakat, minat dan kemampuanya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau
menempatakan peserta didik pada kerja kelompokdan pemilihan
kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat,
kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek
khusus yang berhubungan dengan proses pembelajaran.
4. Asesmen diagsnotik
Penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan peserta didik dan
faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya. Penilaian ini dilakukan
untuk keperluan memberi bimbingan mengajar dan pengajaran remidial.
Aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang
melatar-belakangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik serta
berbagai kondisi khusus peserta didik.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa
penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
-
18
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah.
Masing-masing penilaian yang dimungkinkan digunakan dalam penelitian
ini diuraikan sebagai berikut.
1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan
keluaran (output) pembelajaran.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan
untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik
untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu
Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan
tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan
seluruh KD pada periode tersebut.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
-
19
semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi
sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti
pada tingkat kompetensi tersebut.
9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK
merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK
meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan
Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan
pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam
rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan,
yang dilaksanakan secara nasional.
11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh
satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporannya.
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
-
20
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan
hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan
kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar
yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Dan
Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui posisi kemampuan peserta didik dibandingkan dengan
temannya dikelas tersebut. PAN ini berasumsi bahwa kemampuan
peserta didik itu berbeda beda dan dapat digambarkan menurut distribusi
norma. Dan dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.
Ruang lingkup penilaian. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk
pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi
muatan/kompetensi program dan proses.
Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa
berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan
dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua
agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang
biasanya diberikan pada akhir semester.
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat
digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar
-
21
yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,
kompetensi matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program dan proses.
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
1. Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi
sikap melalui observasi, penilaian diri dan penilaian “teman
sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang
digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta
didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya
dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
antarpeserta didik.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi
pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
-
22
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan. Pendidik menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi
kegiatan perancangan, pelaksanaan dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.
4. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu
yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,
prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian
harus memenuhi persyaratan:
a. substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
b. konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
c. penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Hasil belajar dapat diketahui apabila ada pengukuran. Pengukuran menurut
Wardani Nanik Sulistya, dkk (2012, 47) adalah kegiatan atau upaya yang
dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa.
-
23
Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar
seperti yang telah diuraikan di atas.
Teknik penilaian dibedakan menjadi 2 yakni tes dan non tes.
Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap
butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar (Suryanto Adi, dkk: 2009). Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi
tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik sehingga hasilnya relatif
ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya
2012: 142). jenis-jenis tes adalah sebagai berikut:
1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan
a. Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik
dalam hal soal maupun jawabannya.
b. Tes lisan. Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)
semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya tes lisan relatif tidak
memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu,
hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi
pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.
c. Tes unjuk kerja. Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan
sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa
kemampuan psikomotor.
2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya
a. Tes Esei (Essay-type Test). Tes bentuk uraian adalah tes yang
menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang
telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk
tulisan.
b. Tes Jawaban Pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban
pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam
bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam
-
24
bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-
angka.
c. Tes Objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi
diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya
sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected
response test).
Non Tes. Berbeda dengan teknik tes yang digunakan untuk menilai ranah
koqnitif teknik non tes lazim digunakan dalam menilai ranah afektif dan
psikomotorik. Macam-macam teknik non tes adalah sebagai berikut:
1. Observasi. Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil
belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan
menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk
kerja dan kemajuan belajar peserta didik maupun observasi informal
yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
2. Wawancara. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi
mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan,
pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.
3. Angket. Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi
yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap
(Attitude Questionnaires).
4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja). Digunakan untuk
mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam
pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau
jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola
dan lain sebagainya.
5. Task Analysis (Analisis Tugas). Dipergunakan untuk menentukan
komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan
yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills
yang diperlukan.
6. Checklists dan Rating Scales. Dilakukan untuk mengumpulkan informasi
dalam bentuk semi terstruktur yang sulit dilakukan dengan teknik lain
-
25
dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif tergantung
format yang dipergunakan.
7. Portofolio. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta
didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat
perkembangan belajar dan prestasi siswa.
8. Komposisi dan Presentasi. Peserta didik menulis dan menyajikan
karyanya.
9. Proyek Individu dan Kelompok
Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui
pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar
(tes)
2.1.3 Model Pembelajaran GI
Group Investigation (GI) adalah salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. GI Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari
oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan bahwa kelas merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboraturium untuk belajar tentang kehidupan
didunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.
Menurut Winaputera (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah
digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang study dan berbagai
tingkat usia. Pada dasaranya model ini dibuat untuk membimbing para siswa
mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai cakarwala mengenai masalah
itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.
Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya
mengarahkan, memebantu para siswa menemukan informasi, dan berperan
sebagai salah satu sumber belajar yang mampu menciptakan lingkungan sosial
yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.
Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang
dipecahkan dengan peranan yang bebeda. Jadi tanggung jawab guru adalah
-
26
memotifasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah yang
berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana
pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala
sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai
informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan
masalah kelompok.
Menurut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan
metode Group investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan
investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Sesuai dengan pengertian-
pengertian tersebut maka dapat diketahui maka pembelajaran dengan metode
Group investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan
tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi siswa untuk belajar.
GI yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model ini didasari
oleh proses demokratis dan pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru
berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan rencana dan
mengatur kelompok serta berfungsi sebagai konselor akademik” (Suprihadi
Saputro, 2000: 129).
Menurut Miftahul Huda (2011:16) GI sebagai metode investigasi
kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber,
komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang
diberikan sangat implisit”. Dalam model GI siswa memiliki pilihan penuh untuk
merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam
kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi
tugas dengan proyek yang berbeda-beda.
Berdasarkan pada pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran dilakukan
melalui berkelompok untuk menginvestigasi suatu masalah dan melaporkan hasil
investigasi. Mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana
melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan
-
27
evaluasi. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-
bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari
melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada
pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk
memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan
investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan
berkomunikasi kepada siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nur Asma (2006:
61) bahwa “keberhasilan pelaksanaan Investigasi Kelompok sangat tergantung
dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang
dilakukan sebelumnya”.
1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran GI
Killen (Aunurrahman, 2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi
kelompok adalah sebagai berikut.
a. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki
independensi terhadap guru.
b.Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah dirumuskan.
c. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk
mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa
kesimpulan.
d.Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.
2. Tahap-tahap Pelaksanaan GI
Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan
dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai brikut :
a) Tahap pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifkasi topik yang akan diinvestigasi serta
membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4
sampai 5 siswa. Pada tahap ini : 1) siswa mengamati sumber, memilih
topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa
bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang
-
28
mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi anggota
masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 siswa berdasarkan
keterampilan dan keheterogenan.
b) Tahap perencanaan (planing)
Tahap planing atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada
tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang : 1) Apa yang mereka
pelajari? 2) Bagaimana mereka belajar? 3) Siapa dan melakukan apa? 4)
Untuk apa mereka menyelidiki topik tersebut?
c) Tahap penyelidikan (Investigation)
Tahap investigation, yaitu pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada
tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa
mengumpulkan informasi, menganalisis data dan simpulan terkait dengan
masalah-masalah yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok
memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling
bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi dan mempersatukan ide dan
pendapat. Misalnya : a) siswa menemukan sifat-sifat pembuktian sifat
cahaya; b) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil
pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang di selidiki.
d) Tahap pengorganisasian (Organizing)
Yaitu persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai
berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam
prakteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan akan
mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari
masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam
presentasi investigasi.
e) Tahap presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan
pembelajaran pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1) penyajian
kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk
penyajian, 2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif
sebagai pendengar, 3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan
-
29
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang
disajikan. Misalnya: a) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok
menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan,
b) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang
topik yang disajikan, c) siswa mencatat topic yang disajikan oleh penyaji.
f) Tahap evaluasi (Evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
Pada tahap ini, 1) kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai
pekerjaan yang telah mereka lakuakan, dan tentang pengalaman-
pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi
tentang pembelajaan yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar
haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa misalnya : siswa
merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, siswa
mengabungkan tiap topik yang di investigasi dalam kelompoknya dan
kelompok yang lain, guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian
pada akhir siklus.
Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang
menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30). Enam Tahapan
Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Model Group
Investigation
a. Mengidentifikasi topik
Membagi siswa ke dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan bagi
siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok
dibentuk berdasarkan heterogenitas.
b. Merencanakan tugas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian
membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses
dan sumber apa yang akan dipakai.
c. Membuat penyelidikan.
-
30
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi,
membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
d. Mempersiapkan tugas akhir.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di
depan kelas.
e. Mempresentasikan tugas akhir.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti
dan menyimaknya.
f. Evaluasi.
Pada tahap ini siswa mengerjakan Soal ulangan yang mencakup mencakup
seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
Menurut Kiranawati (2007:23) langkah-langkah penerapan Group
Investigation (GI) adalah sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas
(task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik
yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2.
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
-
31
Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat
dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Jadi langkah-langkah Group Investigsi adalah:
a. Membentuk kelompok
b. Merencanakan investigasi
c. Melakukan investigasi
d. Melakukan presentasi
e. Menanggapi hasil presentasi
f. Menyimpulkan
g. Evaluasi
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan
pemahaman gaya magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri
2 Wanaraja Wanarasa Banjarnegara tahun ajaran 2010/2011.” menyimpulkan
bahwa penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman
siswa dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar
-
32
siswa Peningkatan ini terlihat dari hasil pra tindakan sebesar 64,89 dan setelah
dilakukan tindakan maka pad siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II menjadi
70,08. Kelebihan penelitian ini siswa antusias mengikuti pembelajaran, model
pembelajaran memotivasi siswa belajar, hasil belajar siswa meningkat.
Kekurangan masih belum sepenuhnya memanfaatkan alat peraga. Kurang
memberikan kesempatan siswa. Solusinya membuat alat peraga sebagai alat bantu
media pembelajaran. Lebih memberikan kesempatan pada siswa.
Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model Group
Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem
2 Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA
materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2
Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan model Group
Investigation terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas
tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat
pada guru/guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran dengan Group
Investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus I hasil
belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan
pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada
siklus II meningkat menjadi 64,03%. Kelebihan penelitian ini meningkatkan hasil
belajar siswa, memberi pengalaman baru pada siswa, dan memfokuskan siswa
dalam pembelajaran. Kelemahan penjelasan tentang penggunaan model GI masih
kurang, kurang memberikan perhatian pada siswa yang kemampuan rendah dan
pembagian waktu presentasi masih kurang. Solusinya membagi waktu pada setiap
kegatan yang dilakukan. Penjelasan lebih memberikan pemahaman pada siswa.
Memberikan perhatian padasiswa yang keampuan rendah.
Rahayu, Murti (2011) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation Bagi Siswa Kelas IV SD N
Soso 03 Gandusari Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model grup investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari
peningkatan perolehan pra tindakan sampai pada siklus kedua yang mencapai
-
33
peningkatan sebesar 13% dari 16 siswa yang tuntas 14 siswa dan belum tuntas 2
siswa. Kelebihan model group investigation adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang sulit untuk diterapkan, namun peneliti mampu meningkatkan hasil
belajar secara maksimal. Kelemahan sayang sekali masih ada 2 siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran menggunakan grup investigation. Cara mengatasi
kelemahan tersebut dengan lebih memaksimalkan pembelajaran ini, karena 2
siswa yang belum tuntas ini sangat disorot oleh pembaca.
Budiyono, Gendot (2011) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan
Model Group Investigation Dipadu Dengan Game Puzzle Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1
Bondowoso”. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa penerapan metode GI yang
dipadu game puzzle, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari
siklus 1 73,63% dengan kriteria baik dan pada siklus 2 sebesar 89,57% dengan
criteria sangat baik sehingga terjadi peningkatan sebesar 15,94%. Kelebihan
selain dapat meningkatkan hasil belajar, model pembelajaran GI juga dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Kelemahan model pembelajaran GI menuntut
siswa untuk berfikir aktif dan kritis, kalau ada siswa yang tidak aktif maka akan
menghambat tujuan pembelajaran. Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan
melakukan pemantauan secara menyeluruh supaya para siswa tetap aktif dalam
masing-masing kelompoknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endarini Sudaromono (2011) dengan
judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA Di SD
Sidorejo Lor 02 Salatiga Seester 1 Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran GI dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 77% dan pada siklus II
dengan presentase 89%. Peningkatan aktivitas siswa memberikan dampak yang
positif terhadap hasil belajar yaitu pada ulangan harian siswa dengan nilai rata-
rata mencapai 88. Kelebihan model GI bisa masuk ke dalam beberapa mata
pelajaran sehingga siswa dapat berlatih berfikir unuk memecahkan suatu masalah.
-
34
Kekurangan model pembelajaran GI sangat komplek sehingga siswa harus
berkonsentrasi penuh melakukan investigasi terhadap topik yang sudah dipilih.
Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan melatih kemampuan berfikir kritis siswa
sejak dini.
2.3 Kerangka Berfikir
Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari perilaku koqnitif ,
afektif dan psikomotorik. Dalam proses pembelajaran tema lingkungan tempat
tinggalku di kelas IV SDN Jatijajar 02 Bergas Semarang. Guru menjelaskan mata
pelajaran IPS, Bahasa Indonesia dan IPA hanya sebatas produk bukan proses.
Guru masih menggunakan metode ceramah dan melakukan sedikit melakukan
percobaan-percobaan. Guru mendominasi pembelajaran akibatnya siswa menjadi
pasif. Sehingga hasil belajar siswa pada pelajaran tema lingkungan tempat
tinggalku masih dibawah KKM
-
35
3. Masing-masing kelompok melakukan investigasi bersama kelompoknya.
4. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya melalui
presentasi.
5. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi.
6. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
7. Evaluasi
-
36
Gambar 2.1
Skema Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui model GI
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Tematik
: Lingkungan Tempat Tinggalku
1. Membentuk kelomok @ 4 orang
Hasil belajar < KKM 90
6. Menyimpulkan
Hasil
Belajar
Belajar
Pembelajaran Tematik dengan model GI
Skor Tes Tes Formatif
2. Merencankan investigasi
GI
Unjuk kerja
Apakah kondisi alam berdampak
terhadap kegiatan masyarakat
3. Melakukan investigasi
-kondisi alam
-kegiatan masyarakat
-dampak
4. Melakukan presentasi hasil
investigasi kondisi alam dan
kegiatan masyarakat
5. Menanggapi hasil presentasi
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
Unjuk kerja
-
37
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar tema
tempat tinggalku sub tema lingkungan tempat tinggalku diduga dapat diupayakan
melalui model pembelajaran GI siswa kelas IV SDN Jatijajar 02 Bergas Semarang
semester II tahun 2013/2014.