BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu II.pdfhubungannya dengan lingkungan geografis tempat...

29
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1Pembelajaran Tematik Dalam Kurikulum 2013 Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep- konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: 1) Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna; 2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi; 3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai- nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; 4) Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain; 5) Meningkatkan minat dalam belajar; 6) Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu II.pdfhubungannya dengan lingkungan geografis tempat...

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1Pembelajaran Tematik

    Dalam Kurikulum 2013 Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu

    tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini

    merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan

    nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

    Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

    menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

    memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna

    karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-

    konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan

    menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan

    ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan

    (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

    Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget

    yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi

    pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik

    lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu

    (learning by doing).

    Pembelajaran tematik dikembangkan selain untuk mencapai tujuan

    pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: 1)

    Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna;

    2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan

    informasi; 3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik dan nilai-

    nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; 4) Menumbuh kembangkan

    keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai

    pendapat orang lain; 5) Meningkatkan minat dalam belajar; 6) Memilih

    kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

  • 10

    Dalam sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu

    komponen penting pendidikan, karena akan memberikan arah proses kegiatan

    pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau pembelajaran diarahkan untuk

    mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai tujuan tersebut

    dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan apabila siswa tidak

    mampu mencapai tujuan tersebut dapat dikatakan bahwa siswa tersebut

    mengalami kesulitan belajar.

    Dalam kurikulum 2013 pembelajarannya disampaikan dalam bentuk

    tematik bukan lagi pada mata pelajaran dan pembelajaranya tidak lagi berpusat

    pada guru melainkan berpusat pada siswa. Indikator pencapaian tujuan

    pembelajaran secara terstandar dalam kurikulum 2013 diberikan melalui

    kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang sekaligus memberikan

    ruang lingkup pembelajarannya.

    Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait

    yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial

    (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan

    (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar

    dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.

    Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial

    dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu

    peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan

    penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

    Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk

    setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah

    konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan dan ketrampilan

    yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik.

    Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik

    peserta didik, kemampuan awal dan ciri dari suatu mata pelajaran. Mata

    pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat

    terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat

    berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran

  • 11

    dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin

    ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi

    sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam

    kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi

    maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan

    dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan

    perenialisme.

    Indikator pencapaian tujuan pembelajaran secara terstandar dalam

    kurikulum 2013 diberikan melalui kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar

    (KD) yang sekaligus memberikan ruang lingkup pembelajarannya secara rinci

    disajikan melalui tabel. di bawah ini.

    Tabel 2.1

    Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarPembelajaran Kelas IV Semester II

    Tema Lingkungan Tempat Tinggalku

    Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

    3. Memahami pengetahuan

    faktual dengan cara mengamati

    [mendengar, melihat, membaca]

    dan menanya berdasarkan rasa

    ingin tahu tentang dirinya,

    makhluk ciptaan Tuhan dan

    kegiatannya, dan benda-benda

    yang dijumpainya di rumah,

    IPS

    3.3 Memahami manusia dalam

    hubungannya dengan kondisi

    geografis di sekitarnya.

    3.3 Memahami manusia dalam

    hubungannya dengan kondisi

    geografis di sekitarnya.

    Bahasa Indonesia

  • 12

    sekolah, dan tempat bermain.

    3.1 Menggali informasi dari teks

    laporan hasil pengamatan tentang

    gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan

    cahaya dengan bantuan guru dan

    teman dalam bahasa Indonesia lisan

    dan tulis dengan memilih dan memilah

    kosakata.

    IPA

    3.7 Mendeskrisikan hubungan antara

    sumber daya alam dengan lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat.

    4. Menyajikan pengetahuan

    faktual dalam bahasa yang jelas,

    sistematis, dan logis, dalam

    karya yang estetis, dalam

    gerakan yang mencerminkan

    anak sehat, dan dalam tindakan

    yang mencerminkan perilaku

    anak beriman dan berakhlak

    mulia.

    IPS

    4.3 Menceritakan manusia dalam

    hubungannya dengan lingkungan

    geografis tempat tinggalnya

    Bahasa Indonesia

    4.1 Mengamati, mengolah, dan

    menyajikan teks laporan hasil

    pengamatan tentang gaya, gerak,

    energi panas, bunyi, dan cahaya dalam

    bahasa Indonesia lisan dan tulis

    dengan memilih dan memilah

    kosakata baku.

    IPA

  • 13

    Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

    KI 3 bertujuan untuk memahami pengetahuan yang faktual, ruang

    lingkupnya meliputi mengamati dan menannya. Dalam kegiatan pembelajaran

    siswa diminta mengamati gambar yang disajikan oleh guru, siswa akan

    menemukan beberapa hal yang belum ia ketahui dan hal baru ia lihat. Setelah itu

    siswa akan menuliskan tentang apa yang diamatinya, ditemukan dan ingin

    4.6 Menyajikan laporan tentang

    sumber daya alam dan

    pemanfaatannya oleh masyarakat.

    4. Menyajikan pengetahuan

    faktual dalam bahasa yang jelas,

    sistematis, dan logis, dalam

    karya yang estetis, dalam

    gerakan yang mencerminkan

    anak sehat, dan dalam tindakan

    yang mencerminkan perilaku

    anak beriman dan berakhlak

    mulia.

    IPS

    4.3 Menceritakan manusia dalam

    hubungannya dengan lingkungan

    geografis tempat tinggalnya

    Bahasa Indonesia

    4.1 Mengamati, mengolah, dan

    menyajikan teks laporan hasil

    pengamatan tentang gaya, gerak,

    energi panas, bunyi, dan cahaya dalam

    bahasa Indonesia lisan dan tulis

    dengan memilih dan memilah

    kosakata baku.

    IPA

    4.6 Menyajikan laporan tentang

    sumberdaya alam dan pemanfaatannya

    oleh masyarakat.

  • 14

    diketahui. Hal ini akan memancing siswa untuk menanyakan apa yang ia rasa

    belum diketahuinya. Guru akan memberikan penjelaskan secara singkat tentang

    kenampakan alam kemudian memberikan siswa kesempatan mencari jawabanya.

    Oleh sebab itu siswa akan mencari dan mendapatkan jawaban dari apa yang ingin

    diketahuinya.

    Pada KI 4 bertujuan untuk menyajikan pengetahuan yang faktual dalam

    bahasa yang jelas dan sistematis. Ruang lingkupnya meliputi mengamati teks

    laporan dan mengolah hasil laporan kemudian menyajikan hasil laporan. Kegiatan

    pembelajaranya yaitu menceritakan tentang hubungan manusia dengan

    lingkungannya. Mengamati tentang gaya, gerak energi panas, bunyi dan cahaya,

    kemudian mengolah apa saja yang diperoleh dari pengamatanya dan melaporkan

    hasilnya. Dalam pembelajaran ini siswa diarahkan untuk mengamati teks yang

    berisi laporan pembelajaran dari pengamatan tersebut siswa akan mengolah

    laporan lebih terperinci. Kemudian siswa melaporkan hasil pengolahan laporan

    dengan bahasa yang baik dan benar serta secara sistematis. Dari laporan tersebut

    siswa akan tahu tentang apa yang dia pelajari.

    Tingkat kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria; 1) Tingkat

    perkembangan peserta didik; 2) Kualifikasi kompetensi Indonesia; 3) Penguasaan

    kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga memperhatikan;

    tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan dan

    keterpaduan antar jenjang yang relevan (Peraturan Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

    Menengah).

    Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan

    kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta

    didik, kemampuan awal dan ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar

    dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti

    sebagai berikut:

    1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

    menjabarkan KI-1

  • 15

    2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

    menjabarkan KI-2

    3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

    menjabarkan KI-3 dan

    4. Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

    menjabarkan KI-4.

    Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses

    pembelajaran dan penilaian. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan

    penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

    1. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran

    berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan

    terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

    2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru - peserta didik) menjadi

    pembelajaran interaktif (interaktif guru - peserta didik - masyarakat -

    lingkungan alam, sumber/ media lainnya);

    3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring

    (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja

    yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

    4. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari

    (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model

    pembelajaran pendekatan sains;

    5. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

    6. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat

    multimedia;

    7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

    dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap

    peserta didik;

    8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi

    pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

    9. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis

    (Permendikbud No 67 Tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SD)

  • 16

    Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik

    pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai

    kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

    2.1.2 Hasil Belajar

    Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi

    tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

    guru.

    Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan

    siswa dalam memahami pembelajaran sekolah yang ditunjukkan dengan skor

    sesuai dengan hasil tes pada mata pelajaran tertentu. Dari uraian tersebut maka

    dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa

    setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang

    diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok

    bahasan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar

    adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya

    ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

    Menurut Peraturan Menteri pendidikan Dan Kebudayaan Republik

    Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Dasar dan Menengah

    menyatakan bahwa Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan

    penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses dan

    hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan

    menggambarkan kapasitas, gaya dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu

    menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring

    (nurturant effect) dari pembelajaran.

    Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan

    program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment) atau pelayanan konseling.

    Selain itu hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk

    memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

    Kalau demikian hasil belajar peserta didik dilakukan melalui pengukuran dengan

    disertai pengumpulan data hasil pengukuran sebagai informasi. Pengukuran

  • 17

    adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang

    bersifat numerik. Kemudian penilaian memiliki beberapa fungsi diantaranya:

    Fungsi assesmen atau penilaian dalam pembelajaran menurut Hasan &

    Zainul (dalam Wardani Naniek Sulistya 2012: 55) adalah:

    1. Asesmen formatif.

    Penilaian yang dilaksakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuanya

    untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap pokok

    bahasan tertentu.

    2. Asesmen sumatif.

    Peniaian yang dilakukan pada akhir suatu program tertentu, (catur wulan,

    semester, atau tahun ajaran), tujuanya untuk melihat prestasi yang

    dicapai peserta didik selama stu program yg secara khusus hasilnya akan

    merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan

    kelas.

    3. Asesmen penempatan.

    Penilaian yang ditunjukkan untuk menempatkan peserta didik sesuai

    bakat, minat dan kemampuanya, misalnya dalam pemilihan jurusan atau

    menempatakan peserta didik pada kerja kelompokdan pemilihan

    kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat,

    kesanggupan, kondisi phisik, kemampuan dasar, keterampilan dan aspek

    khusus yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

    4. Asesmen diagsnotik

    Penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan peserta didik dan

    faktor-faktor yang diduga menjadi penyebabnya. Penilaian ini dilakukan

    untuk keperluan memberi bimbingan mengajar dan pengajaran remidial.

    Aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek yang

    melatar-belakangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik serta

    berbagai kondisi khusus peserta didik.

    Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

    Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa

    penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi

  • 18

    untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian

    otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian,

    ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian

    mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah.

    Masing-masing penilaian yang dimungkinkan digunakan dalam penelitian

    ini diuraikan sebagai berikut.

    1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

    komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan

    keluaran (output) pembelajaran.

    2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta

    didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan

    kriteria yang telah ditetapkan.

    3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan

    untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk

    penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar

    kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.

    4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

    kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

    pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar

    peserta didik.

    5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik

    untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu

    Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

    6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

    melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan

    tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan

    seluruh KD pada periode tersebut.

    7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

    pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir

  • 19

    semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

    merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

    8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan

    kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk

    mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi

    sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti

    pada tingkat kompetensi tersebut.

    9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK

    merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah

    untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK

    meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan

    Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

    10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan

    pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam

    rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan,

    yang dilaksanakan secara nasional.

    11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

    kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh

    satuan pendidikan.

    Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

    1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi

    faktor subjektivitas penilai.

    2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,

    menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan.

    3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,

    pelaksanaan dan pelaporannya.

    4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

    pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

  • 20

    5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak

    internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan

    hasilnya.

    6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

    Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria

    (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang

    didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan

    kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan

    pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar

    yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Dan

    Penilaian acuan norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan untuk

    mengetahui posisi kemampuan peserta didik dibandingkan dengan

    temannya dikelas tersebut. PAN ini berasumsi bahwa kemampuan

    peserta didik itu berbeda beda dan dapat digambarkan menurut distribusi

    norma. Dan dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.

    Ruang lingkup penilaian. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup

    kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara

    berimbang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap

    peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk

    pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi

    muatan/kompetensi program dan proses.

    Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa

    berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan

    dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa.

    Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua

    agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang

    biasanya diberikan pada akhir semester.

    Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,

    pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat

    digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar

  • 21

    yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,

    kompetensi matapelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program dan proses.

    Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

    1. Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi

    sikap melalui observasi, penilaian diri dan penilaian “teman

    sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang

    digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta

    didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai

    rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

    a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

    berkesinambungan dengan menggunakan indera baik secara langsung

    maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi

    yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

    b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

    peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

    dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan

    berupa lembar penilaian diri.

    c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara

    meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

    kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian

    antarpeserta didik.

    d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang

    berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan

    peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

    2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi

    pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan.

    a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,

    benar-salah, menjodohkan dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi

    pedoman penskoran.

    b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

  • 22

    c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang

    dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

    tugas.

    3. Penilaian Kompetensi Keterampilan. Pendidik menilai kompetensi

    keterampilan melalui penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut

    peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

    menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio. Instrumen

    yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)

    yang dilengkapi rubrik.

    a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa

    keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan

    tuntutan kompetensi.

    b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi

    kegiatan perancangan, pelaksanaan dan pelaporan secara tertulis

    maupun lisan dalam waktu tertentu.

    4. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara

    menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu

    yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan,

    prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

    Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan

    kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian

    harus memenuhi persyaratan:

    a. substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

    b. konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk

    instrumen yang digunakan; dan

    c. penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai

    dengan tingkat perkembangan peserta didik.

    Hasil belajar dapat diketahui apabila ada pengukuran. Pengukuran menurut

    Wardani Nanik Sulistya, dkk (2012, 47) adalah kegiatan atau upaya yang

    dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa.

  • 23

    Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakanlah alat penilaian hasil belajar

    seperti yang telah diuraikan di atas.

    Teknik penilaian dibedakan menjadi 2 yakni tes dan non tes.

    Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

    memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap

    butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap

    benar (Suryanto Adi, dkk: 2009). Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi

    tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik sehingga hasilnya relatif

    ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya

    2012: 142). jenis-jenis tes adalah sebagai berikut:

    1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

    a. Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik

    dalam hal soal maupun jawabannya.

    b. Tes lisan. Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)

    semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya tes lisan relatif tidak

    memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu,

    hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi

    pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

    c. Tes unjuk kerja. Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan

    sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa

    kemampuan psikomotor.

    2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

    a. Tes Esei (Essay-type Test). Tes bentuk uraian adalah tes yang

    menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang

    telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk

    tulisan.

    b. Tes Jawaban Pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban

    pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam

    bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam

  • 24

    bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-

    angka.

    c. Tes Objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi

    diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya

    sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected

    response test).

    Non Tes. Berbeda dengan teknik tes yang digunakan untuk menilai ranah

    koqnitif teknik non tes lazim digunakan dalam menilai ranah afektif dan

    psikomotorik. Macam-macam teknik non tes adalah sebagai berikut:

    1. Observasi. Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil

    belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan

    menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk

    kerja dan kemajuan belajar peserta didik maupun observasi informal

    yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

    2. Wawancara. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi

    mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan,

    pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

    3. Angket. Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi

    yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap

    (Attitude Questionnaires).

    4. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja). Digunakan untuk

    mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam

    pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau

    jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola

    dan lain sebagainya.

    5. Task Analysis (Analisis Tugas). Dipergunakan untuk menentukan

    komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan

    yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills

    yang diperlukan.

    6. Checklists dan Rating Scales. Dilakukan untuk mengumpulkan informasi

    dalam bentuk semi terstruktur yang sulit dilakukan dengan teknik lain

  • 25

    dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif tergantung

    format yang dipergunakan.

    7. Portofolio. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta

    didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat

    perkembangan belajar dan prestasi siswa.

    8. Komposisi dan Presentasi. Peserta didik menulis dan menyajikan

    karyanya.

    9. Proyek Individu dan Kelompok

    Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui

    pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar

    (tes)

    2.1.3 Model Pembelajaran GI

    Group Investigation (GI) adalah salah satu bentuk pembelajaran

    kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari

    sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

    yang tersedia misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui

    internet. GI Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari

    oleh gagasan John Dewey tentang pendidikan bahwa kelas merupakan cermin

    masyarakat dan berfungsi sebagai laboraturium untuk belajar tentang kehidupan

    didunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.

    Menurut Winaputera (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah

    digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang study dan berbagai

    tingkat usia. Pada dasaranya model ini dibuat untuk membimbing para siswa

    mengidentifikasi masalah, mengeksplorasi berbagai cakarwala mengenai masalah

    itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

    Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya

    mengarahkan, memebantu para siswa menemukan informasi, dan berperan

    sebagai salah satu sumber belajar yang mampu menciptakan lingkungan sosial

    yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.

    Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang

    dipecahkan dengan peranan yang bebeda. Jadi tanggung jawab guru adalah

  • 26

    memotifasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah yang

    berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan sarana

    pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala

    sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai

    informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan

    masalah kelompok.

    Menurut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan

    metode Group investigation maka setiap kelompok akan bekerja untuk melakukan

    investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Sesuai dengan pengertian-

    pengertian tersebut maka dapat diketahui maka pembelajaran dengan metode

    Group investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan

    tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi siswa untuk belajar.

    GI yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan “Model ini didasari

    oleh proses demokratis dan pengambilan keputusan secara berkelompok. Guru

    berperan membantu siswa menyusun rencana, melaksanakan rencana dan

    mengatur kelompok serta berfungsi sebagai konselor akademik” (Suprihadi

    Saputro, 2000: 129).

    Menurut Miftahul Huda (2011:16) GI sebagai metode investigasi

    kelompok karena tugas-tugas yang diberikan sangat beragam, mendorong siswa

    untuk mengumpulkan dan mengevaluasi informasi dari beragam sumber,

    komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang

    diberikan sangat implisit”. Dalam model GI siswa memiliki pilihan penuh untuk

    merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam

    kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi

    tugas dengan proyek yang berbeda-beda.

    Berdasarkan pada pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa

    model pembelajaran GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang

    melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran dilakukan

    melalui berkelompok untuk menginvestigasi suatu masalah dan melaporkan hasil

    investigasi. Mulai dari merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana

    melaksanakan investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan

  • 27

    evaluasi. Model ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk

    mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-

    bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari

    melalui internet. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada

    pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk

    memperlancar jalannya proses kelompok, sehingga sebelum melakukan

    investigasi kelompok guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan

    berkomunikasi kepada siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nur Asma (2006:

    61) bahwa “keberhasilan pelaksanaan Investigasi Kelompok sangat tergantung

    dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lain yang

    dilakukan sebelumnya”.

    1. Ciri-Ciri Model Pembelajaran GI

    Killen (Aunurrahman, 2010: 152) memaparkan ciri esensial investigasi

    kelompok adalah sebagai berikut.

    a. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki

    independensi terhadap guru.

    b.Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-

    pertanyaan yang telah dirumuskan.

    c. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk

    mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa

    kesimpulan.

    d.Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar.

    2. Tahap-tahap Pelaksanaan GI

    Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan

    dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai brikut :

    a) Tahap pengelompokan (Grouping)

    Yaitu tahap mengidentifkasi topik yang akan diinvestigasi serta

    membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4

    sampai 5 siswa. Pada tahap ini : 1) siswa mengamati sumber, memilih

    topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa

    bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang

  • 28

    mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru membatasi anggota

    masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 siswa berdasarkan

    keterampilan dan keheterogenan.

    b) Tahap perencanaan (planing)

    Tahap planing atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada

    tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang : 1) Apa yang mereka

    pelajari? 2) Bagaimana mereka belajar? 3) Siapa dan melakukan apa? 4)

    Untuk apa mereka menyelidiki topik tersebut?

    c) Tahap penyelidikan (Investigation)

    Tahap investigation, yaitu pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada

    tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa

    mengumpulkan informasi, menganalisis data dan simpulan terkait dengan

    masalah-masalah yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok

    memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling

    bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi dan mempersatukan ide dan

    pendapat. Misalnya : a) siswa menemukan sifat-sifat pembuktian sifat

    cahaya; b) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan dari hasil

    pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang di selidiki.

    d) Tahap pengorganisasian (Organizing)

    Yaitu persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai

    berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

    prakteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan akan

    mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari

    masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam

    presentasi investigasi.

    e) Tahap presentasi (Presenting)

    Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan

    pembelajaran pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1) penyajian

    kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk

    penyajian, 2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif

    sebagai pendengar, 3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan

  • 29

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang

    disajikan. Misalnya: a) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok

    menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan,

    b) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang

    topik yang disajikan, c) siswa mencatat topic yang disajikan oleh penyaji.

    f) Tahap evaluasi (Evaluating)

    Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.

    Pada tahap ini, 1) kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai

    pekerjaan yang telah mereka lakuakan, dan tentang pengalaman-

    pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi

    tentang pembelajaan yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar

    haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa misalnya : siswa

    merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, siswa

    mengabungkan tiap topik yang di investigasi dalam kelompoknya dan

    kelompok yang lain, guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian

    pada akhir siklus.

    Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang

    menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    table berikut (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30). Enam Tahapan

    Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Model Group

    Investigation

    a. Mengidentifikasi topik

    Membagi siswa ke dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan bagi

    siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok

    dibentuk berdasarkan heterogenitas.

    b. Merencanakan tugas.

    Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian

    membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses

    dan sumber apa yang akan dipakai.

    c. Membuat penyelidikan.

  • 30

    Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi,

    membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam

    pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

    d. Mempersiapkan tugas akhir.

    Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di

    depan kelas.

    e. Mempresentasikan tugas akhir.

    Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti

    dan menyimaknya.

    f. Evaluasi.

    Pada tahap ini siswa mengerjakan Soal ulangan yang mencakup mencakup

    seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.

    Menurut Kiranawati (2007:23) langkah-langkah penerapan Group

    Investigation (GI) adalah sebagai berikut:

    1. Seleksi topik

    Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum

    yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya

    diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas

    (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi

    kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan

    akademik.

    2. Merencanakan kerjasama

    Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,

    tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik

    yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

    3. Implementasi

    Melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2.

    pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan

    dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan

    berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

  • 31

    Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan

    memberikan bantuan jika diperlukan.

    4. Analisis dan sintesis

    Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang

    diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan

    dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

    5. Penyajian hasil akhir

    Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai

    topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat

    dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

    Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

    6. Evaluasi

    Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

    kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi

    dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

    Jadi langkah-langkah Group Investigsi adalah:

    a. Membentuk kelompok

    b. Merencanakan investigasi

    c. Melakukan investigasi

    d. Melakukan presentasi

    e. Menanggapi hasil presentasi

    f. Menyimpulkan

    g. Evaluasi

    2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

    Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model

    pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan

    pemahaman gaya magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri

    2 Wanaraja Wanarasa Banjarnegara tahun ajaran 2010/2011.” menyimpulkan

    bahwa penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman

    siswa dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar

  • 32

    siswa Peningkatan ini terlihat dari hasil pra tindakan sebesar 64,89 dan setelah

    dilakukan tindakan maka pad siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II menjadi

    70,08. Kelebihan penelitian ini siswa antusias mengikuti pembelajaran, model

    pembelajaran memotivasi siswa belajar, hasil belajar siswa meningkat.

    Kekurangan masih belum sepenuhnya memanfaatkan alat peraga. Kurang

    memberikan kesempatan siswa. Solusinya membuat alat peraga sebagai alat bantu

    media pembelajaran. Lebih memberikan kesempatan pada siswa.

    Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model Group

    Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem

    2 Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan

    menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA

    materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2

    Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan model Group

    Investigation terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas

    tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat

    pada guru/guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran dengan Group

    Investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus I hasil

    belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan

    pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada

    siklus II meningkat menjadi 64,03%. Kelebihan penelitian ini meningkatkan hasil

    belajar siswa, memberi pengalaman baru pada siswa, dan memfokuskan siswa

    dalam pembelajaran. Kelemahan penjelasan tentang penggunaan model GI masih

    kurang, kurang memberikan perhatian pada siswa yang kemampuan rendah dan

    pembagian waktu presentasi masih kurang. Solusinya membagi waktu pada setiap

    kegatan yang dilakukan. Penjelasan lebih memberikan pemahaman pada siswa.

    Memberikan perhatian padasiswa yang keampuan rendah.

    Rahayu, Murti (2011) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan

    Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation Bagi Siswa Kelas IV SD N

    Soso 03 Gandusari Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

    model grup investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat dari

    peningkatan perolehan pra tindakan sampai pada siklus kedua yang mencapai

  • 33

    peningkatan sebesar 13% dari 16 siswa yang tuntas 14 siswa dan belum tuntas 2

    siswa. Kelebihan model group investigation adalah salah satu model pembelajaran

    kooperatif yang sulit untuk diterapkan, namun peneliti mampu meningkatkan hasil

    belajar secara maksimal. Kelemahan sayang sekali masih ada 2 siswa yang belum

    tuntas dalam pembelajaran menggunakan grup investigation. Cara mengatasi

    kelemahan tersebut dengan lebih memaksimalkan pembelajaran ini, karena 2

    siswa yang belum tuntas ini sangat disorot oleh pembaca.

    Budiyono, Gendot (2011) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan

    Model Group Investigation Dipadu Dengan Game Puzzle Untuk Meningkatkan

    Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1

    Bondowoso”. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa penerapan metode GI yang

    dipadu game puzzle, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari

    siklus 1 73,63% dengan kriteria baik dan pada siklus 2 sebesar 89,57% dengan

    criteria sangat baik sehingga terjadi peningkatan sebesar 15,94%. Kelebihan

    selain dapat meningkatkan hasil belajar, model pembelajaran GI juga dapat

    meningkatkan aktivitas siswa. Kelemahan model pembelajaran GI menuntut

    siswa untuk berfikir aktif dan kritis, kalau ada siswa yang tidak aktif maka akan

    menghambat tujuan pembelajaran. Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan

    melakukan pemantauan secara menyeluruh supaya para siswa tetap aktif dalam

    masing-masing kelompoknya.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endarini Sudaromono (2011) dengan

    judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan

    Model Pembelajaran Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA Di SD

    Sidorejo Lor 02 Salatiga Seester 1 Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran GI dapat meningkatkan

    aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I sebesar 77% dan pada siklus II

    dengan presentase 89%. Peningkatan aktivitas siswa memberikan dampak yang

    positif terhadap hasil belajar yaitu pada ulangan harian siswa dengan nilai rata-

    rata mencapai 88. Kelebihan model GI bisa masuk ke dalam beberapa mata

    pelajaran sehingga siswa dapat berlatih berfikir unuk memecahkan suatu masalah.

  • 34

    Kekurangan model pembelajaran GI sangat komplek sehingga siswa harus

    berkonsentrasi penuh melakukan investigasi terhadap topik yang sudah dipilih.

    Cara mengatasi kelemahan yaitu dengan melatih kemampuan berfikir kritis siswa

    sejak dini.

    2.3 Kerangka Berfikir

    Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari perilaku koqnitif ,

    afektif dan psikomotorik. Dalam proses pembelajaran tema lingkungan tempat

    tinggalku di kelas IV SDN Jatijajar 02 Bergas Semarang. Guru menjelaskan mata

    pelajaran IPS, Bahasa Indonesia dan IPA hanya sebatas produk bukan proses.

    Guru masih menggunakan metode ceramah dan melakukan sedikit melakukan

    percobaan-percobaan. Guru mendominasi pembelajaran akibatnya siswa menjadi

    pasif. Sehingga hasil belajar siswa pada pelajaran tema lingkungan tempat

    tinggalku masih dibawah KKM

  • 35

    3. Masing-masing kelompok melakukan investigasi bersama kelompoknya.

    4. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok

    atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya melalui

    presentasi.

    5. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi.

    6. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan

    konsep dan memberikan kesimpulan.

    7. Evaluasi

  • 36

    Gambar 2.1

    Skema Peningkatan Hasil Belajar Tematik Melalui model GI

    Pembelajaran Konvensional

    Pembelajaran Tematik

    : Lingkungan Tempat Tinggalku

    1. Membentuk kelomok @ 4 orang

    Hasil belajar < KKM 90

    6. Menyimpulkan

    Hasil

    Belajar

    Belajar

    Pembelajaran Tematik dengan model GI

    Skor Tes Tes Formatif

    2. Merencankan investigasi

    GI

    Unjuk kerja

    Apakah kondisi alam berdampak

    terhadap kegiatan masyarakat

    3. Melakukan investigasi

    -kondisi alam

    -kegiatan masyarakat

    -dampak

    4. Melakukan presentasi hasil

    investigasi kondisi alam dan

    kegiatan masyarakat

    5. Menanggapi hasil presentasi

    Unjuk kerja

    Unjuk kerja

    Unjuk kerja

    Unjuk kerja

    Unjuk kerja

  • 37

    2.4 Hipotesis Tindakan

    Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar tema

    tempat tinggalku sub tema lingkungan tempat tinggalku diduga dapat diupayakan

    melalui model pembelajaran GI siswa kelas IV SDN Jatijajar 02 Bergas Semarang

    semester II tahun 2013/2014.