Mengamati strategi pembelajaran terpadu
-
Upload
febby-noer-oktavia -
Category
Education
-
view
150 -
download
0
Transcript of Mengamati strategi pembelajaran terpadu
TUGAS
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I SD
Contextual Teaching and Learning
Disusun oleh :
FEBBY NOER OKTAVIA ACA 114 030
ITA E. SITORUS ACA 114 034
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015
Tema : Diriku
Subtema : Tubuhku
- Siswa mengenal anggota tubuh melalui lagu dua mata saya.
- Pemahaman siswa dibangun melalui pertanyaan guru yang dijawab siswa.
- Guru memberikan arahan melalui cara membaca dengan keras.
- Siswa belajar menghitung banyaknya masing-masing anggota tubuh.
- Siswa memiliki strategi belajar yang berbeda-beda dalam proses
menyelesaikan masalah berupa soal yang diberikan.
- Siswa diberi kesempatan membandingkan jawaban
- Siswa belajar anggota tubuh melalui permainan yang menyenangkan yang
melibatkan fisik.
- Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
- Siswa diajak membayangkan (refleksi) aktivitas belajar yang telah
dilakukan.
1. Refleksi dengan menggambarkan ekspresi wajah diri sendiri.
2. Refleksi melalui gambar memungkinkan siswa yang tidak bisa menulis
untuk mengekspresikan diri.
Video yang dibahas berisi tentang proses pembelajaran Tematik Terpadu
kelas 1 Sekolah Dasar dengan Tema Diriku dan Subtema Tubuhku. Dimana
proses pembelajaran dibuat menarik dan menyenangkan serta berlangsung dengan
baik dan mengasyikkan ditambah dengan belajar sambil benyanyi dan bermain
membuat siswa tidak lekas bosan. Pengajar juga mampu menyampaikan materi
dengan baik serta mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat
mengekpresikan dan mengekplor dirinya serta mampu mengaitkan pembelajaran
dengan topik terkait, pribadinya dan lingkungannya.
Pelajaran-pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran tematik kelas 1 SD yaitu :
a. IPA : Pengenalan anggota tubuh serta kegunaannya masing-
masing.
b. Matematika : Menghitung bagian-bagian dari anggota tubuh serta
mengenali bilangan dan angka dengan dapat menjawab
soal-soal yang telah diberikan oleh guru.
c. Penjaskes : Dengan permainan menyenangkan yang berkaitan
dengan anggota tubuh siswa.
d. PKN : Siswa diajarkan berlaku adil dan jujur saat permainan
berlangsung dan apabila ada siswa yang melakukan
kesalahan maka siswa diajarkan untuk mengakui
kesalahannya.
e. Seni Budaya : Siswa belajar sambil bernyanyi dan diajarkan untuk
menggambar bentuk ekspresi wajah masing-masing
sesuai dengan apa yang mereka rasakan saat
pembelajaran berlangsung.
f. Bahasa Indonesia : Siswa diajarkan cara berinteraksi melalui penukaran
jawaban dengan teman sebangku dan dapat aktif
berkomunikasi dengan guru.
Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran
yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan
sehari-hari peserta didik.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
masyarakat.
Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika
siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian
rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu
menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna
dari hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya.
Komponen CTL yang termasuk dalam video pembelajaran tematik diatas :
1. Making Meaningful Connections (Melakukan hubungan yang
bermakna) : Siswa dapat mengatur dirinya sendiri sebagai orang yang
belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual,
orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang
yang dapat belajar sambil berbuat.
2. Doing Significant Work (Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan) :
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks
yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai
anggota masyarakat.
3. Self Regulated Learning (Belajar mengatur diri sendiri) : Siswa
melakukan kegiatan yang ada tujuannya, ada urusannya dengan orang lain,
ada hubungannya degan penentuan pilihan, dan ada produknya atau
hasilnya yang sifatnya nyata.
4. Nuturing the individual (Melakukan tugas sendiri) : Siswa memelihara
pribadinya dan tidak dapat berhasil tanpa bantuan orang dewasa.
5. Using Auhentic assesment (Mengguakan penilaian autentic) : Siswa
menggunakan pengetahuan akademis dalam dunia nyata untuk suatu
tujuan yang bermakna.
Prinsip –Prinsip CTL yang termasuk kedalam video tersebut :
1. Interpendence (Keadaan Saling Ketergantungan) : Dalam CTL prinsip
kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali
keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan
masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan
mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat,
saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana,
dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan
pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai
standar akademik yang tinggi.
2. Differentiation (Keadaan Mempelajari Perbedaan) : Dalam CTL prinsip
diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi,
memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan
langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif,
berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3. Self Organization (Pengaturan Diri Sendiri) : Prinsip ini mengajak para
siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima
tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif,
membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan
interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru
sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan
mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.
Karakteristik CTL yang terdapat dalam Video tersebut :
1. Constuktivisme (Konstruktivisme) : Landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
2. Inquiry (Menemukan) : Bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).
3. Questioning (Bertanya) : Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Learning Community (Belajar berkomunikasi) : Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Modeling (Pemodelan) : Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikiran, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6. Reflection (Refleksi) : Cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar
siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya) : Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning
Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan
”menghafal”.
Kelemahan
1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang diterapkan semula.