BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN...

27
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Agensi, Auditing, Opini Audit, Opini Audit Going Concern, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Audit Tenure, dan Reputasi Auditor. 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu sebagai berikut ini. 1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori

Agensi, Auditing, Opini Audit, Opini Audit Going Concern, Leverage, Profitabilitas,

Ukuran Perusahaan, Audit Tenure, dan Reputasi Auditor.

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya

(agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang

melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen.

Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk

memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan

selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi

agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu

mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.

Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu

sebagai berikut ini.

1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun

prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

2

terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya

sendiri.

2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang

berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang

diterimanya.

Faktanya kontrak yang mengikat agen dan prinsipal tidak serta merta akan

mengurangi munculnya masalah keagenan. Menurut teori keagenan dari Jensen dan

Meckling (1976), permasalahan keagenan ditandai dengan adanya perbedaan

kepentingan dan informasi yang tidak lengkap (asymetry information) di antara pemilik

perusahaan dengan agen. Prinsipal menginginkan hasil akhir keputusan yang

menghasilkan laba sebesar-besarnya atau peningkatan nilai investasi dalam

perusahaan. Agen pun pasti memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai yakni

penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan. Kepentingan

ekonomis yang berbeda bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya asimetri

informasi (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders) dan

manajemen. Informasi asimetri biasanya terjadi disebabkan karena pihak agen

memiliki informasi keuangan yang dinilai lebih daripada pihak prinsipal (keunggulan

informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan

pribadi atau golongannya sendiri kerena memiliki keunggulan kekuasaan

(discretionary power). Asimetri informasi merupakan kondisi dimana informasi yang

terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen tidak mencerminkan

kondisi perusahaan sebenarnya. Sebagai hasilnya akan timbul yang dinamakan biaya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

3

keagenan (agency cost) yang meliputi monitoring costs, bonding costs, dan residual

losses (Jensen dan Meckling, 1976).

1) Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk

memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol

perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit dan biaya untuk menetapkan

rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi.

2) Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan

mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen bertindak untuk kepentingan

prinsipal, misalnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan

laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham hanya akan

mengijinkan bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat mengurangi

monitoring cost.

3) Residual losses timbul dari kerugian yang diterima prinsipal atas keputusan

agen yang tidak optimal.

Konflik kepentingan antara para pihak tersebut dapat dijelaskan oleh Eisenhardt

(1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori keagenan, yaitu: (1)

manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (selfinterest), (2) manusia memiliki

daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)

manusia selalu menghindari risiko (riskaverse). Berdasarkan sifat dasar manusia

tersebut manajer akan cenderung berperilaku oportunistik untuk kesejahteraan

pribadinya. Di sisi lain prinsipal menginginkan pembagian deviden yang besar dari

tingginya tingkat laba yang diperoleh perusahaan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

4

Informasi dalam laporan keuangan yang dapat menyesatkan pengambilan

keputusan oleh pengguna memerlukan keterlibatan auditor sebagai pihak independen.

Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan

keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi

keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari,

2004). Teori agensi dengan penerimaan opini audit going concern memiliki kaitan

yang erat karena auditor bertugas untuk melakukan pengawasan (monitoring) terhadap

kinerja manajemen mengenai kesesuaian tindakannya dengan kepentingan prinsipal

dalam mandatnya menjalankan usaha. Sarana pertanggung jawaban dalam bentuk

laporan keuangan akan dievaluasi oleh auditor untuk menelusuri kemungkinan adanya

asimetri informasi atau manipulasi data dan memberikan sebuah opini audit untuk

mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi perusahaan, apabila

auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

usahanya. Auditor haruslah menjadi pihak independen yang tidak mudah terpengaruh

dengan tenure (lama perikatan audit klien dengan auditor), sehingga hasil pengawasan

yang dilaksanakan merupakan bukti yang objektif. Hasil pengawasan yang dilakukan

auditor adalah penerimaan opini kewajaran dalam laporan keuangan perusahaan dan

pengungkapan kemampuan perusahaan dalam kelangsungan usahanya (going concern)

(Sari, 2012).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

5

2.1.2 Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1)

mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai

tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-

asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya

kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Mulyadi (2008:9), secara umum auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk

menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

Menurut Jusup, Al Haryono (2014:10) auditing atau pengauditan adalah suatu

proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan

dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara

objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Agoes, Sukrisno (2004:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu

pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen

terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

6

pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

auditing adalah proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi secara objektif, sehingga dapat

ditentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut.

Menurut Jusup, Al Haryono (2014:169) dalam setiap audit baik audit pada

perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil selalu terdapat empat tahapan

kegiatan berikut ini.

1) Penerimaan penugasan audit

Tahap awal suatu audit adalah mengambil keputusan untuk menerima (atau

menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk

melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Mulyadi (2008:122)

menyebutkan bahwa perikatan adalah kesempatan dua pihak untuk

mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang

memerlukan jasa auditor menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan

kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit

tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah-langkah yang

ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit

dari calon kliennya adalah sebagai berikut.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

7

a) Mengevaluasi integritas manajemen,

b) Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa,

c) Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit,

d) Menilai independensi,

e) Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesional,

f) Membuat surat perikatan audit.

Tahap ini hanya melibatkan standar umum dari standar auditing yang perlu

diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah

dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang

akan diperiksa (Jusup, Al Haryono 2014:169).

2) Perencanaan Audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk

pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang

cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap ini perlu

diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari standar auditing.

Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum

akhir tahun buku klien. Tahapan yang ditempuh oleh auditor dalam

merencanakan auditnya adalah sebagai berikut.

a) Memahami bisnis dan industri klien,

b) Melaksanakan prosedur audit,

c) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal,

d) Mempertimbangkan risiko bawaan,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

8

e) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo

awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama,

f) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan,

g) Memahami pengendalian intern klien.

3) Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ketiga dalam audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian

audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.

Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai

efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan

keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar

pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian ini dilakukan tiga sampai

empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah

akhir tahun buku klien.

4) Pelaporan Temuan

Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan.

Laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan pendapat

wajar tanpa pengecualian atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada

tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari standar

auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara satu hingga tiga minggu

setelah berakhirnya pekerjaan lapangan. Ada dua langkah yang dilaksanakan

oleh auditor dalam pelaporan audit ini (Mulyadi, 2008:122), yaitu.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

9

a) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan

menarik simpulan.

b) Menerbitkan laporan audit.

2.1.3 Opini Audit

Laporan audit merupakan hasil dari pelaksanaan audit seorang auditor yang

digunakan sebagai media komunikasi penyampaian informasi kepada pihak-pihak

berkepentingan. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan

pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak

memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun

menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah

dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan (Institut Akuntan Publik

Indonesia (IAPI), 2013). Dalam SA 200 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan

keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor bentuk baku terdiri dari sembilan bagian yakni judul laporan,

pihak yang dituju, paragraf pendahuluan, tanggung jawab manajemen atas laporan

keuangan, tanggung jawab auditor, opini auditor, tanggung jawab pelaporan lainnya,

tanda tangan auditor dan tanggal laporan auditor (Haryono Jusup, 2014). Khusus pada

pargraf ketiga yakni paragraf pendapat dalam laporan auditor bentuk baku digunakan

untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Pendapat auditor

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

10

menyatakan mengenai kewajaran laporan keuangan dan kesesuaiannya dengan prinsip

akuntansi berterima umum berdasarkan keyakinan profesionalnya.

Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan

oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini.

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah

dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan

keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat

kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai

dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang

memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa

penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

a) Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain,

b) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI,

c) Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material,

d) Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya,

e) Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan

prinsip dan metode akuntansi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

11

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini diberikan

apabila.

a) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup

audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara

keseluruhan,

b) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak

memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut

dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam

prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu

paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar

posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak

wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar

diberikan terhadap laporan keuangan.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila.

a) Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun

karena kondisi tertentu,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

12

b) Auditor tidak independen terhadap klien.

Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat pada

hal-hal yang ditampilkan dalam laporan keuangan tetapi juga harus lebih mewaspadai

kelangsungan hidup perusahaan dalam batas waktu tertentu (SPAP SA 341). Pada saat

auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk

melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah

akan mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian atau opini disclaimer. PSA 29

paragraf 1 huruf d, menyatakan bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan suatu

usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang

mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun

tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan auditor.

2.1.4 Opini Audit Going Concern

Laporan audit dengan modifikasi going concern merupakan suatu indikator

bahwa dalam sudut pandang penilaian auditor ditemukan risiko auditee tidak dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya. Menurut Belkaoui (2006) going concern

adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus

operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya,

tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Analisis auditor

sebelum memutuskan pemberian opini dengan modifikasi going concern meliputi

pertimbangan hasil dari operasi perusahaan, kondisi ekonomi yang memengaruhi,

kemampuan membayar utang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

13

SPAP Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak

kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan usahanya terhadap

opini auditor sebagai berikut.

1) Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang pantas, maka

auditor harus.

a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk

mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif

dilaksanakan.

2) Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan

peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan usahanya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan

pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).

3) Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan

peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas

efektivitas rencana tersebut, dan.

a. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat.

b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan

dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa

pengecualian.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

14

c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak

mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan

pendapat tidak wajar.

Menurut Vanstraelen (2002), yang termasuk dalam opini audit going concern

terdiri dari.

1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

(unqualified opinion report with explanatory language).

Jika auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan usahanya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib

mengevaluasi rencana manajemen. Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa

rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka auditor harus

mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan tentang kelangsungan

usaha dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan mengenai sifat, dampak

kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian

mengenai kelangsungan hidup satuan usaha, mitigating factor dan rencana

manajemen. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut

memadai maka auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian

dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya.

2) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion

report).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

15

Opini wajar dengan pengecualian diberikan kepada auditee apabila auditor

menyangsikan kelangsungan usahanya dan auditee melaksanakan rencana

manajemen untuk mengurangi dampak kondisi ketidakmampuan atas

kelangsungan usahanya. Tetapi auditor berkesimpulan bahwa manajemen tidak

membuat pengungkapan dan mengenai sifat, dampak, kondisi dan peristiwa yang

menyebabkan auditor menyangsikan kelangsungan usahanya. Auditor harus

menjelaskan semua alasan yang menguatkan pengecualian dan dicantumkan

sebelum paragraf pendapat. Auditor juga harus mencantumkan bahasa

pengecualian yang sesuai dan menunjuk keparagraf penjelas di dalam paragraf

pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf

pendapat yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian.

“Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan

pengungkapan faktor risiko tertentu yang berdampak signifikan terhadap kondisi

perusahaan yang dilaporkan atau operasi perusahaan di masa depan. Laporan

keuangan terlampir tidak berisi pengungkapan tentang dampak memburuknya

kondisi ekonomi Indonesia terhadap kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Banyak negara di wilayah Asia

Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami memburuknya kondisi ekonomi yang

terutama sebagai akibat depresiasi mata uang di wilayah tersebut.”

“Menurut pendapat kami, kecuali tidak diungkapkannya informasi

sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang kami

sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

16

keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 2007, hasil usaha, serta arus kas

untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia”

3) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Jika pengungkapan di dalam rencana manajemen tidak memadai dan tidak

dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat material dan terdapat

penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum, maka auditor akan

memberikan opini tidak wajar. Paragraf yang berisi penjelasan tentang alasan yang

menyebabkan auditor memberikan pendapat tidak wajar yang dicantumkan

sebelum paragraf pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan

sebelum paragraf pendapat yang berisi pendapat tidak wajar.

“Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak sangat material

terhadap posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan untuk tahun buku

2007.[Uraikan di sini dampak sangat material memburuknya kondisi ekonomi

tersebut terhadap pos pos tertentu dalam laporan keuangan]. Manajemen tidak

mengungkapkan hal tersebut dalam laporan keuangan dan tidak melakukan

penyesuaian sebagaimana yang seharusnya dilakukan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”

“Menurut pendapat kami, karena dampak tidak dilakukannya

pengungkapan dan penyesuaian sebagaimana disebutkan dalam paragraf di atas

terhadap laporan keuangan tahun buku 2007, laporan keuangan tersebut di atas

tidak menyajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

17

umum di Indonesia, posisi keuangan perusahaan tanggal 31 Desember 2007 dan

hasil usaha, dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal

tersebut.”

4) Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report).

Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi perusahaan, auditor

menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

usahanya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana

manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau

auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif

mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat. Auditor akan memberikan penjelasan

atas keputusan untuk tidak memberikan pendapat pada paragraf sebelum paragraf

pendapat. Berikut ini adalah contoh paragraf yang disajikan sebelum paragraf

pendapat yang berisi pernyataan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat.

“Catatan X atas laporan keuangan terlampir berisi ringkasan dampak

memburuknya kondisi ekonomi Indonesia atas posisi keuangan dan hasil usaha

perusahaan dan langkah-langkah yang ditempuh dan rencana yang dibuat oleh

manajemen di dalam merespon kondisi tersebut. Laporan keuangan terlampir

mencakup dampak memburuknya kondisi ekonomi tersebut, sepanjang hal itu

dapat ditentukan dan diperkirakan. Oleh karena sangat tidak stabilnya kurs mata

uang asing dan tarif bunga, yang berakibat terhadap kurangnya likuidasi dan

memburuknya kondisi ekonomi Indonesia, adalah tidak mungkin untuk

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

18

menentukan dampak memburuknya kondisi ekonomi tersebut terhadap kondisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam tahun 2008.”

“Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami kemukakan dalam

paragraf di atas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan,

dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas”

Bagaimanapun juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian

yang dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang dipilih. Karena

pemberian status going concern bukanlah tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Mc

Keown et al. (1991) berpendapat bahwa auditor mungkin saja gagal untuk memberikan

pendapat tentang adanya indikasi kebangkrutan pada suatu perusahaan yang ternyata

mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun kedepan atau mendatang. Hal ini

disebabkan karena perusahaan tersebut sedang dalam posisi ambang batas antara

kebangkrutan dengan kelangsungan usaha.

Boynton (2002) menyatakan bahwa informasi yang mampu mengindikasikan

perusahaan mempunyai permasalahan going concern antara lain mencakup.

1) Tren negatif, seperti kerugian operasi yang berulang, kekurangan modal kerja, arus

kas negatif dari aktivitas operasi, dan rasio keuangan kunci yang buruk.

2) Petunjuk lain dari kemungkinan kesulitan keuangan, seperti tidak dapat membayar

utang atau perjanjian pinjaman, penunggakan pembayaran dividen, restrukturisasi

utang, dan ketidaktaatan terhadap persyaratan modal dasar.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

19

3) Masalah internal, seperti penghentian kerja, ketergantungan yang besar pada

keberhasilan proyek tertentu, dan komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis.

4) Masalah eksternal, seperti pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-

undang atau masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas

untuk beroperasi, kerugian pada franchise atau waralaba yang penting, lisensi atau

paten penting, kerugian akibat bencana besar yang tidak diasuransikan.

2.1.5 Leverage

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio yaitu

membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat

persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki atau seberapa besar

tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio

leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena sebagian besar dana

yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana

untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai

debt ratio yang rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian

yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan

semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern

karena semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk

dan menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Di saat

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

20

perusahaan mengalami ketidakpastian mengenai kelangsungan hidupnya, di saat itulah

auditor akan memberikan opininya.

2.1.6 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk

dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya. Profitabilitas

dalam penelitian ini diukur dengan Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA)

digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari

operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Rasio ini

merupakan variabel penting dalam pengukuran kinerja operasi yang dapat

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi

pengelolaan biaya guna mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam berbagai proksi antara lain aktiva,

penjualan, dan kapitalisasi pasar. Proksi nilai aktiva digunakan untuk menjelaskan

ukuran perusahaan karena nilai aktiva menunjukkan seberapa besar kekayaan yang

dimiliki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya dan nilai aktiva

dipilih karena nilai yang dimiliki relatif lebih stabil dibandingkan dengan proksi lain

(Sudarmadji dan Sularto, 2007). Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

21

menunjukkan arus kas yang positif sehingga bisa dikatakan bahwa perusahaan tersebut

telah mencapai titik maturity dengan prospek yanag baik dalam jangka waktu panjang.

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori, yaitu

perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan

kecil (small firm) (Widyantari, 2011). Auditor yang mengetahui ukuran perusahaan

akan memiliki pemahaman memadai mengenai seberapa besar volume bisnnis

perusahaan tersebut. Untuk perusahaan besar yang dianggap mampu mengatasi

turbulence kondisi keuangan, auditor cenderung lebih sering memberikan opini audit

non going concern. Perusahaan yang skalanya lebih kecil akan lebih cenderung

diberikan opini audit dengan modifikasi going concern karena auditor

mempertimbangkan kesangsian atas kemampuan perusahaan tersebut

mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.8 Audit Tenure

Audit tenure adalah lamanya waktu perikatan yang terjalin antara Kantor

Akuntan Publik dengan klien atau auditee yang sama. Kedekatan antara auditor dengan

auditee sangat mungkin memengaruhi independensi seorang auditor terutama

kaitannya dengan ketidakrelaan auditor kehilangan fee yang tinggi ketika dihadapkan

dengan tanggung jawab menerbitkan opini audit dengan modifikasi going concern.

Sebaliknya terdapat argumen yang menyatakan bahwa waktu keterikatan yang lebih

lama dengan klien memungkinkan auditor untuk mendapatkan wawasan tambahan

guna melaporkan ketidakpastian going concern yang ditemukan dengan lebih baik.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

22

Bagian Praktik Securities of Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif

(American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), 1992 dalam Widyantari,

2011) menyatakan laporan tentang audit tenure yang berisi beberapa argumen bahwa

dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan

menyebabkan masalah sebagai berikut ini.

1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien yang

menyebabkan auditor untuk mengidentifikasi masalah manajemen dan kehilangan

skeptisisme profesional.

2) Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai pengulangan

dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa sudah mengetahui lebih dulu

hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang mampu untuk

mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien.

3) Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan klien

dalam rangka mempertahankan hubungannya dengan klien. Memenuhi keinginan

manajemen klien mungkin menjadi prioritas auditor, dibandingkan mengikuti

standar profesional.

2.1.9 Reputasi Auditor

Auditor yang bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini audit going

concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan. DeAngelo

(1981) berargumen bahwa auditor besar akan memiliki lebih banyak klien dan fee total

akan dialokasikan diantara para kliennya. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

23

besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih

tinggi atas audit. Krishnan dan Schauer (2000) mengelompokkan Kantor Akuntan

Publik besar dan kecil sebagai berikut: (1) Kantor Akuntan Publik besar adalah Kantor

Akuntan yang termasuk dalam big six accounting firm, dan (2) Kantor Akuntan Publik

kecil adalah kantor akuntan yang tidak termasuk dalam big six accounting firm. Choi

et al. (2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar

berskala internasional (termasuk dalam big four auditors) dimana KAP yang besar

menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibanding dengan KAP kecil yang belum

mempunyai reputasi.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern.

Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan untuk

memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage

umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan total

kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva menyebabkan

perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Makin

besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk dan dapat

menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Chen dan

Church (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil

daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Penelitian Carcello

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

24

dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa leverage

berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai

berikut:

H1: Leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern.

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,

2001:122). Investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis

profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat diukur menggunakan Return On Asset

(ROA). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan

kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh

Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et al. (2001) menemukan bahwa

rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan

opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H2: Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

25

2.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern.

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan

misalnya besarnya total aktiva. Krishnan dan Schauer (2000) berpendapat bahwa,

semakin besar perusahaan yang di audit, maka kualitas audit yang diberikan KAP juga

semakin besar. Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan dengan total aktiva

besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu,

auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan

bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang.

Mutchler (1991) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit

going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan

besar dapat menyelesaikan kesulitan keuangannya daripada perusahaan kecil. Dilihat

dari penelitian yang dilakukan oleh McKeown et al. (1991), Mutcher et al. (1997),

Pendley (1998), Januarti (2009), Widyantari (2012), serta Gama dan Astuti (2014)

bahwa faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap opini

audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

H3: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

26

2.2.4 Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going Concern.

Tenure adalah lamanya hubungan auditor-klien diukur dengan jumlah tahun

(Geigher dan Raghunandan 2002). Ketika auditor mempunyai jangka waktu hubungan

yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang lebih atas

kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan cenderung untuk mendeteksi

masalah going concern. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008

tentang jasa akuntan publik disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan

keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama enam tahun buku berturut-

turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berturut-turut. KAP

dan akuntan publik tersebut dapat menerima kembali jasa audit umum setelah satu

tahun tidak mengaudit klien tersebut. Semakin lama hubungan penugasan KAP

oleh perusahaan, dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap tingkat independensi

dari KAP tersebut. Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka dikhawatirkan

semakin rendah pengungkapan atas ketidakmampuan perusahaan dalam menjaga

kelangsungan usahanya. Hal tersebut akan memengaruhi penerimaan opini audit going

concern terhadap perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010). Didukung oleh penelitian

Geiger dan Raghunandan (2002), Januarti (2009), dan Junaidi dan Hartono (2010)

menyebutkan bahwa audit tenure memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H4: Audit Tenure berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian … · 2017. 4. 1. · 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori

27

2.2.5 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Opini Audit Going Concern.

Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas

tinggi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Auditor yang bereputasi baik

cenderung akan menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah

berkaitan going concern perusahaan. DeAngelo (1981) secara teoritis telah menganalis

hubungan antara kualitas audit dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Dia

berargumen bahwa auditor besar akan memiliki lebih banyak klien dan fee total akan

dialokasikan diantara para kliennya. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor

besar akan lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih

tinggi atas audit. Krishnan dan Schauer (2000) mengelompokkan Kantor Akuntan

Publik besar dan kecil sebagai berikut: (1) Kantor Akuntan Publik besar adalah Kantor

Akuntan yang termasuk dalam big six accounting firm, dan (2) Kantor Akuntan Publik

kecil adalah kantor akuntan yang tidak termasuk dalam big six accounting firm. Choi

et al. (2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar

berskala internasional (termasuk dalam big four auditors) dimana KAP yang besar

menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibanding dengan KAP kecil yang belum

mempunyai reputasi. Hal tersebut didukung juga oleh Lennox (1999), Choi et al.

(2010), Francis dan Yu (2009).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H5: Reputasi Auditor berpengaruh terhadap opini audit going concern.