BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.umm.ac.id/38290/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 …eprints.umm.ac.id/38290/3/BAB II.pdf ·...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Frederica (2008) meneliti Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Daerah Istimewa Yogyakarta
kecuali Gunung Kidul dan Kulon Progo). Dalam penelitian ini, dilakukan penyebaran
kuesioner sebanyak 178 kuesioner. Obyek dalam penelitian ini adalah wajib pajak
orang pribadi yang memiliki usaha dan telah memiliki NPWP yang berada di wilayah
Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman. Setelah melakukan
pengujian dan analisis data hasil menunjukkan bahwa pemberian informasi,
pelayanan fiskus, pemeriksaan, peranan hukum, dan perlakuan adil berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Winerungan (2013) meneliti tentang Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus
Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wpop Di Kpp Manado Dan Kpp Bitung.
Sampel yang digunakan sebanyak 50 responden dari populasi Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di Manado dan di Bitung. Tidak semua jumlah tersebut
menjadi objek penelitian guna efisiensi waktu dan biaya. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode simple random sampling. Metode pengumpulan data
primer yang dipakai yaitu metode survei dengan menggunakan kuisioner. Data
dianalisa menggunakan analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis. Hasil
analisis yang dilakukan terhadap wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP
Manado dan KPP Bitung yaitu variabel sosialisasi perpajakan, pelayanan fiskus, dan
7
sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.
Fuadi (2013) meneliti tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak,
Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM. Data diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden yang terdaftar di
Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur. Sebanyak 45 kuesioner kembali dengan
keadaan yang lengkap dan dapat diolah. Dengan menggunakan teknik regresi
berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan sanksi
perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Semakin
baik kualitas pelayanan petugas pajak dan semakin berat sanksi perpajakan yang
dikenakan pada Wajib Pajak UMKM maka akan meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak UMKM. Di samping itu, biaya kepatuhan pajak berpengaruh negatif terhadap
kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Semakin besar biaya kepatuhan pajak maka
kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan menurun.
Jotopurnomo (2013) meneliti tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya. Data diperoleh dari 100
responden yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Sawahan
Surabaya. Dengan menggunakan teknik regresi linear berganda, hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesadaran Wajib Pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi
perpajakan, dan lingkungan Wajib Pajak berada berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya.
8
Mustofa (2016) meneliti tentang Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,
Tarif Pajak dan Asas Keadilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib
Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang Berada Di Wilayah Kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Batu Setelah Diberlakukannya Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013). Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen
(pemahaman peraturan perpajakan, tarif pajak dan asas keadilan) dan 1 variabel bebas
(kepatuhan wajib pajak). Penelitian di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Batu. Jenis penelitian adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi sebesar 2107 wajib pajak menggunakan rumus slovin sehingga
mendapatkan jumlah 95 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan
cluster random sampling. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil
penelitian menemukan bahwa variabel pemahaman peraturan perpajakan dan asas
keadilan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak,
sedangkan tarif pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hasil penelitian secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Prawagis (2016) meneliti tentang Pengaruh Pemahaman Atas Mekanisme
Pembayaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak UMKM (Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Batu).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksplanatori dengan pendekatan
kuantitatif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidental
sampling dengan sampel sebanyak 98 responden. Teknik analisis data yang
9
digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan
bantuan software statistik SPSS versi 22. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pemahaman atas mekanisme pembayaran pajak, persepsi tarif pajak dan sanksi
pajak berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial.
Situmorang (2016) meneliti tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan
Penerapan E-Filing Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Umkm Yang
Terdaftar Di Kpp Pratama Candisari Semarang). Sampel dalam penelitian ini adalah
95 responden dengan Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan
Cluster sampling atau disebut juga area sampling. Namun dikarenakan keterbatasan
dalam penelitian, teknik sampling yang digunakan ialah convenience sampling.
Analisa data menggunakan berbagai uji yaitu kategorisasi, uji validitas, uji
reliabilitas, koefisien korelasi, koefisien determinasi, regresi linear sederhana, regresi
linear berganda, tabulasi silang, uji t dan uji F. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Koefisien regresi variabel kesadaran wajib pajak menunjukkan bahwa
kesadaran wajib pajak memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan wajib pajak dan
Variabel penerapan e-filing berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Tambun (2016) meneliti tentang Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan
Penerapan E-System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi
Resiko Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Kepada Wajib Pajak Di
Komplek Perumahan Sunter Agung Jakarta Utara). Jumlah populasi responden yang
10
diteliti adalah 66 sampel dari 78 populasi.Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode probability sampling dengan
menggunkan teknik simple random sampling. Teknik analisis data yang digunakan
dengan statistik deskriptif, uji kelayakan data dengan menggunakan uji validitas dan
uji reliabilitas dan pengujian hipotesis dengan menggunakan partial least square
version 3.0. Berdasarkan hasil uji statistik : kesadaran wajib pajak berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, penerapan e-
system berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak,
preferensi resiko tidak berpengaruh signifikan atas kesadaran wajib pajak dan
penerapan e- system terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
Rahayu (2017) meneliti tentang Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan
Sanksi Pajak, Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini
menggunakan pilot test sebelum penelitian yang sebenarnya dengan menyebar 35
kuesioner pilot test kepada wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Bantul.
Penyebaran berlangsung pada tanggal 4 s/d 10 Januari 2017. Setelah mendapatkan
hasil dari pilot test, dilakukan olah data dengan SPSS 16. Pada uji validitas dan uji
reliabilitas. Variabel pengetahuan perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan
wajib pajak. Variabel ketegasan sanksi pajak juga memberikan pengaruh positif. Tax
amnesty juga berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Mahfud (2017) meneliti tentang Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,
Kesadaran Membayar Pajak Dan Kualitas Pelayanan Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan (Studi Empiris Pada Koperasi Dikota Banda Aceh). Sampel yang
11
dijadikan dalam penelitian ini sebanyak 161 koperasi yang ada di Kota Banda Aceh.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran
kuesioner ke responden penelitian. Metode yang digunakan adalah analisis regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman peraturan perpajakan, kesadaran
membayar pajak dan kualitas pelayanan perpajakan secara simultan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Kualitas pelayanan perpajakan tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Ayu (2017) meneliti tentang Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan ,
dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak yaitu Populasi penelitian ini
adalah wajib pajak, baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan yang
terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surabaya Tegalsari. Sampel
ditentukan dengan metode accidental sampling, yaitu pengumpulan informasi dari
wajib pajak yang kebetulan ditemui peneliti. Sampel yang didapatkan sebanyak 88
responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
menggunakan skala likert 1 sampai 5. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda menggunakan program SPSS for
Windows. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
pengaruh positif tax amnesty dan pengetahuan perpajakan. Sedangkan pelayanan
fiskus tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
12
Dengan adanya penelitian terdahulu diatas yang menunjukkan hasil penelitian
berbeda- beda membuat peneliti tertarik untuk menguji kembali pengaruh informasi,
layaan fiskus, sanksi, keadilan, kesadaran dan pemahaman WP terhadap kepatuhan wajib
pajak. Ketertarikan peneliti menguji kembali karena banyak isu – isu yang terjadi di
Indonesia mengenai kepatuhan wajib pajak yang sampai sekarang masih di
permasalahkan.
2.2 TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Teori Atribusi
Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Atribusi mengacu
pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri.
Teori atribusi yang diperkenalkan oleh Weiner (1980) menyatakan bahwa teori
atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk
motivasi akademik. Pada dasarnya teori atribusi (Robbins, 2008) menyatakan bahwa
bila individu-individu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk
menentukan apakah perilaku itu ditimbulkan secara internal atau eksternal (Primasari,
2016). Atribusi sebagai penjelasan perilaku merujuk pada penyebab perilaku yang
terjadi.
Teori atribusi adalah teori kepatuhan Wajib Pajak terkait dengan sikap Wajib
Pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk
membuat penilaian mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal
maupun eksternal orang tersebut. Perilaku kepatuhan wajib pajak sesuai dengan teori
atribusi dapat ditentukan dari kekuatan internal berupa pemahaman akan peraturan
13
perpajakan yang ada di Indonesia dan kekuatan eksternal yang dapat dilihat dari
kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh pegawai pajak dalam melayani wajib
pajak. Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini
berada di bawah kendali pribadi seorang individu. Perilaku yang disebabkan secara
eksternal merupakan perilaku yang dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar,
yaitu individu tersebut dianggap telah dipaksa berperilaku demikian oleh situasi.
2.2.2 Pengertian dan Fungsi Pajak
Pajak menurut Soemitro (2011:1) adalah iuran rakyak kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Kesimpulannya pajak adalah iuran dari rakyat kepada
negara yang mempunyai sifat memaksa berdasar undang-undang dan digunakan
untuk kepentingan pembangunan negara.
Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo (2016:4) yaitu : 1. “Fungsi anggaran
(budgetair) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi Regularend juga disebut sebagai fungsi
tambahan karena fungsi ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak. 2.
Fungsi mengatur (cregulerend) sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Sedangkan menurut Sari (2013:38) fungsi pajak ada dua yaitu fungsi penerimaan
dan fungsi mengatur. Fungsi penerimaan yaitu pertama sebagai alat (sumber) untuk
memasukkan uang sebanyak - banyaknya dalam kas negara dengan tujuan membiayai
14
pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan. Sebagai sumber
pendapatan Negara pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran–pengeluaran
negara. Kedua fungsi mengatur yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang keuangan (umpamanya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan
keamanan) misalkan : megadakan perubahan tarif, memberikan pengecualian–
pengecualian, keringana–keringanan atau sebaliknya pemberatan–pemberatan yang
khusus ditujukan kan masalah tertentu.
2.2.3 Pengertian WP
Dalam Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian Wajib Pajak yaitu: Wajib
Pajak merupakan orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban.,
meliputi pembayar pajak, pemungut pajak, pemotong pajak, yang diatur dalam
perundang-undangan perpajakan. Wajib Pajak bukan hanya bagi orang yang sudah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) saja, namun juga bagi yang sudah
memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak meskipun belum memiliki NPWP. Wajib
pajak dibedakan menjadi dua yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan.
(Siat, 2013)
2.2.4 Kewajiban Wajib Pajak
Menurut Mardiasmo (2016:59) kewajiban wajib pajak sebaai berikut :
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
2. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
15
3. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke kantor
pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
4. Menyelenggarakan pembukuan/ pencatatan
5. Jika diperiksa wajib :
a) Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek
yang terutang.
b) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
6. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatata, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban merahasiakan,
maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.
2.2.5 Kepatuhan Wajib Pajak
Definisi patuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online Edisi IV tahun
2008 adalah suka menurut (perintah); taat (kepada perintah, aturan); berdisiplin.
Sedangkan kepatuhan memiliki definisi sifat patuh, ketaatan.
Gunadi (2013:94) pengertian wajib pajak adalah wajib pajak mempunyai
ketersediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan aturan yang berlaku
tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman
dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
16
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No.544 dinyatakan bahwa kepatuhan
perpajakan adalah tindakan WP dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan
perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. Jadi kesimpulan kepatuhan WP adalah
sikap taat, disiplin, dan patuh yang dilakukan individu atau kelompok terhadap
perundang-undangan perpajakan dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan
menimbulkan upaya menghindarkan pajak yang mengakibatkan berkurangnya
penyetoran dana pajak ke kas negara. Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran
menghitung dan memperhitungkan. ketepatan menyetor, serta mengisi dan
memasukkan surat pemberitahuan wajib pajak, maka diharapkan semakin tinggi
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban
pajaknya. (Rahayu, 2017)
2.2.6 Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
1. Informasi
Beberapa masyarakat yang kurang mengetahui tentang pajak dapat menjadi
salah satu kendala patuhnya WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Ketidaktahuan ini membuat WP tidak tahu mengenai prosedur-prosedur yang harus
dijalankan sehingga pelaksanaan perpajakan tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan pemerintah. Pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang pajak
mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Masyarakat
17
kurang tertarik akan membayar pajak karena tidak adanya insentif atau timbal balik
secara langsung dari negara untuk mereka. (Ilhamsyah, dkk, 2016)
Pemberian informasi ini dapat dilakukan melalui penyuluhan. Dengan
mengadakan penyuluhan ini, WP yang kurangnya pengetahuan tentang pajak akan
dapat mengerti dan memahami untuk melaksanakan kewajibannya sebagai WP yang
patuh. Penyuluhan di sini bertujuan agar para wajib pajak lebih memahami akan
kewajiban perpajakannya sehingga kepatuhan wajib pajak meningkat yang dapat
meningkatkan penerimaan perpajakan. (Sari, 2008)
2. Layanan Fiskus
Layanan dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan hal pemberian kepuasaan
terhadap pelanggan, pelayanan dengan mutu yang baik dapat memberikan
kepuasaan yang baik pula bagi pelanggannya. Llayanan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pelayanan yang baik dari pemerintah. Layanan fiskus dapat
diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yaitu wajib pajak. Petugas pajak
memberikan mutu pelayanan terbaik sangat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi, pengetahuan,
pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak, dan perundang–
undangan perpajakan.
Kepuasan wajib pajak dalam pelayanan yang diberikan fiskus dapat memberikan
respon positif berupa kepatuhan wajib pajak salam pembayaran pajak. Jika wajib
18
pajak mendapatkan pelayanan yang sesuai harapan mereka maka bisa dikatakan
kualitas pelayanan fiskus tersebut disebut baik, dan sebaliknya seperti itu jika
pelayanan yang didapatkan wajib pajak tidak sesuai harapan mereka bias dikatakan
kualitas pelayanan fiskus disebut buruk. Oleh karena itu pelayanan fiskus kepada
wajib pajak sangat penting karena jika pelayanannya puas membuat wajib pajak
cenderung patuh dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
3. Sanksi
Dalam perpajakan peranan hukum sangat penting. Dengan kata lain, sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma. Oleh
karena itu bagi wajib pajak sangat penting memahami sanksi-sanksi pajak untuk
mengetahui konsekuensi hukum yang sudah dilakukan dan tidak dilakukan. Sanksi
perpajakan ada dua yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Menurut Sari
(2013:270-272) menyebutkan Sanksi perpajakan ada dua yaitu sanksi administrasi
dan sanksi pidana sebagai berikut :
Sanksi Administrasi Merupakan pembayaran kerugian pada negara,
khususnya yang berupa bunga dan kanaikan. Menurut ketentuan dalam
Undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi administrasi, yaitu :
a) Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang
berkaitan dengan kewajiban pelaporan.
b) Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak.
19
c) Kenaikan adalah sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang
harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur
dalam ketentuan material.
Sanksi Pidana Merupakan siksaan dan penderitaan, menurut ketentuan
dalam Undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi pidana :
a) Denda pidana Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya
diancam/dikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan peraturan
perpajakan, sanksi denda pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak
b) Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran. Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena
pidana kurungan diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya
ketentuan mengenai denda pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan
selama-lamanya sekian.
c) Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman
perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan.
Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga,
adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak.
4. Keadilan
Keadilan merupakan asas yang menjadi substansi utama dalam pemungutan
pajak di samping anasir hukum itu sendiri. Sebagai dasar berpijak, sudah seharusnya
asas (keadilan) tersebut dipegang teguh agar tercapai sistem perpajakan yang baik.
Asas keadilan mengatakan bahwa pajak itu harus adil dan merata. Pajak dikenakan
20
kepada orang-orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untuk membayar
pajak tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya dari negara. Adolf
Wagner mengemukakan bahwa asas keadilan adalah dalam kondisi yang sama antara
wajib pajak yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang
sama (diperlakukan sama). Dalam pembayaran pajak perlakuan tidak adil kadang
sering terjadi. Perlakuan ini seperti ini yang membuat wajib pajak tidak melakukan
kewajibannya sebagai wajib pajak. Karena hal itu dapat membuat perasaan wajib
pajak semakin malas dalam melaksanakan kewajibannya. Bentuk ketidakadilan ini
ada dua jenis. Pertama, ketidakadilan horizontal, yaitu perasaan ketidakadilan yang
disebabkan seseorang membayar pajak lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain
yang jumlah kekayaannya relatif sama dengan kekayaannya. Kedua, ketidakadilan
vertikal, yaitu seseorang harus membayar pajak dalam proporsi yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan jumlah yang harus dibayar oleh orang lain yang
kekayaannya jauh lebih besar jumlahya. (Frederica,2008)
5. Kesadaran
Menurut Handayani dkk (2012) dalam Primasari (2016) kesadaran merupakan
unsur dalama manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau
menyikapi terhadap realitas. Kesadaran pajak adalah Wajib pajak yang berkemauan
tanpa paksaan membayar kewajiban pajaknya. Wajib pajak yang mengetahui
bagaimana peraturan pajak, melaksanakan ketentuan pajak dengan benar, dan
sukarela. Wajib Pajak yang sadar akan pajaknya tidak akan melanggar peraturan
perpajakan yang sudah berlaku.
21
Kesadaran masyarakat rendah dapat dikarenakan ketidaktahuan meraka tentang
wujud konkrit imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak. Hal ini,
seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari masyarakat.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa kesadaran Wajib Pajak adalah keadaan dimana
wajib pajak mengetahui dan mengerti perihal pajak. Kesadaran Wajib Pajak sangat
diperlukan, apabila Wajib Pajak telah sadar untuk membayar pajak maka kepatuhan
Wajib Pajak akan terpenuhi, sehingga pembayaran pajak akan terus mengalami
peningkatan dan tidak ada lagi Wajib Pajak yang menunda membayar pajaknya.
6. Pemahaman WP
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pemahaman adalah proses, perbuatan,
cara memahami atau menanamkan. Menurut Depdikbud (1994:74) pemahaman
adalah suatu proses, cara memahami, cara mempelajari baik-baik supaya paham dan
berpengetahuan banyak Pemahaman diartikan sebagai proses berjalannya
pengetahuan seseorang, perbuatan atau cara memahami.
Tingkat pemahaman adalah suatu proses peningkatan pengetahuan secara intensif
yang dilakukan seorang individu dan sejauh mana ia mengerti dengan benar akan
suatu pemahaman yang ingin dia ketahui. Pemahaman wajib pajak tentang undang-
undang dan peraturan perpajakan dan sikap wajib pajak mempengaruhi perilaku
perpajakan wajib pajak dan keberhasilan perpajakan. Pemahaman yang cukup baik
sangat penting guna meningkatkan penerimaan pajak.
22
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah faktor- faktor yang
mempengaruhi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak Tujuh variabel yaitu enam variabel
independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yaitu informasi (X1),
layanan fiskus (X2), sanksi(X3), keadilan (X4), kesadaran (X5), dan pemahaman WP
(X6). Sedangkan variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak (Y).
Gambar Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Atas dasar kerangka pemikiran teoritis diatas, maka hipotesis yang akan
dikembangkan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
B.4.1 Pengaruh Informasi terhadap kepatuhan wajib pajak
Wajib pajak akan memenuhi kewajiban membayar pajak apabila memahami
informasi tentang pajak. Sebab tanpa adanya informasi kepada wajib pajak, maka
Informasi (X1)
Layanan Fiskus (X2)
Sanksi (X3)
Keadilan (X4) Kepatuhan Wajib
Pajak (Y) Kesadaran (X5)
Pemahaman WP ( X6)
23
wajib pajak kesulitan dalam memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak.
Ketidaktahuan ini membuat WP tidak tahu mengenai prosedur-prosedur yang harus
dijalankan sehingga pelaksanaan perpajakan tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan pemerintah. Oleh karena itu informasi diduga akan berpengaruh dalam
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Penelitian Frederica (2008)
menunjukkan bahwa pemberian informasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Informasi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
B.4.2 Pengaruh layanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak
Salah satu bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
adalah dengan memberikan kualitas pelayanan pajak yang baik kepada para wajib
pajak. Memberi pelayanan kepada wajib pajak harus diperhatikan dengan baik ,
karena efeknya sangat berdampak kepada wajib pajak. Pelayanan yang baik kepada
WP akan membuat WP semakin taat dalam memenuhi kewajiban membayar pajak,
Jika pelayan yang diberikan tidak baik ini justru dapat menyebabkan WP tidak taat
dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Pada dasarnya pelayanan bertujuan
memberikan pelayanan pada pelanggan agar puas ataupun senang. Dengan ini sama
halnya dengan memberi pelayanan pajak pada wajib pajak. Penelitian Mangoting
(2013) menunjukkan hasilnya bahwa pelayanan fiskus berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
24
H2 : layanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
B.4.3 Pengaruh sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara.
Karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran negara. Faktor hukum pajak adalah dasar pengetahuan dari WP untuk
melakukan kepatuhan perpajakan. Menurut Nurmantu (2003) dalam Frederica (2008),
sanksi perpajakan merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi
kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya
kembali kepada masyarakat dengan melalui kas negara. Menurut pengertian hukum,
bahwa setiap warga masyarakat dianggap mengetahui hukum, termasuk hukum yang
mengatur tentang masalah perpajakan. Hasil penelitian Chusnul chotima ( 2007)
dalam penelitian Rustiyaningsih (2011) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh
kesadaran terhadap sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan pajak penghasilan. Pada penelitian
Jotopurnomo (2013) menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H3 : Sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
B.4. Pengaruh keadilan terhadap kepatuhan wajib pajak
Perlakuan adil harus dilakukan oleh petugas pajak kepada wajib pajak. Tidak
boleh sewenang- wenang terhadap wajib pajak yang akan membayar pajak yang telah
25
menyetor sebagian penghasilan kepada pemerintah. Karena keadilan merupakan asas
yang menjadi substansi utama dalam pemungutan pajak di samping anasir hukum itu
sendiri. Sebagai dasar berpijak, sudah seharusnya asas (keadilan) tersebut dipegang
teguh agar tercapai sistem perpajakan yang baik. Setiap masyarakat harus mendapat
keadilan sesuai dengan aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Penelitian Mustofa
(2016) menunjukkan hasilnya bahwa keadilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Keadilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
B.4.5 Pengaruh Kesadaran terhadap kepatuhan wajib pajak
Kesadaran pajak adalah Wajib pajak yang berkemauan tanpa paksaan membayar
kewajiban pajaknya. Wajib pajak yang mengetahui bagaimana peraturan pajak,
melaksanakan ketentuan pajak dengan benar, dan sukarela. Wajib Pajak yang sadar
akan pajaknya tidak akan melanggar peraturan perpajakan yang sudah berlaku.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran Wajib Pajak adalah
keadaan dimana wajib pajak mengetahui dan mengertiperihal pajak. Kesadaran Wajib
Pajak sangat diperlukan, apabila Wajib Pajak telah sadar untuk membayar pajak
maka kepatuhan Wajib Pajak akan terpenuhi, sehingga pembayaran pajak akan terus
mengalami peningkatan dan tidak ada lagi Wajib Pajak yang enggan membayar
pajaknya. Penelitian Tambun, dkk, (2016) menunjukkan bahwa kesadaran WP
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
26
H5 : Kesadaran WP berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
B.4.6 Pengaruh Pemahaman WP terhadap kepatuhan wajib pajak
Tingkat pemahaman adalah suatu proses peningkatan pengetahuan secara intensif
yang dilakukan seorang individu dan sejauh mana ia mengerti dengan benar akan
suatu pemahaman yang ingin dia ketahui. Pemahaman wajib pajak tentang undang-
undang dan peraturan perpajakan dan sikap wajib pajak mempengaruhi perilaku
perpajakan wajib pajak dan akhirnya perilaku perpajakan wajib pajak dan
keberhasilan perpajakan. Pemahaman yang cukup baik sangat penting guna
meningkatkan penerimaan pajak. Pemahaman dan pengetahuan tentang peratura
perpajakan akan meningkatkan kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.
Penelitian Prawagis (2016) menunjukkan bahwa pemahaman WP memiliki pengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H6 : Pemahaman WP berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.