KEGIATAN PENGUKURAN COAL INVENTORY DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA LOKASI BLOK E)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang...
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pada suatu penelitian memiliki fungsi yang cukup
penting. Sehingga penelitian terdahulu menjadi suatu yang harus ada dalam
sebuah karya akademik terutama penelitian. Hal ini diantaranya diperlukan
sebagai bahan pembanding dan rujukan terhadap penelitian selanjutnya.
Selain itu, penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui apakah
ada perbedaan maupun temuan baru yang diperoleh dari penelitian
selanjutnya yang dilakukan serta agar penelitian yang dilakukan tersebut
tidak sama persis dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.
Beberapa penelitian dengan tema yang sama mengenai jaringan sosial
penambang pasir rakyat pernah dilakukan oleh beberapa orang. Setidaknya
dalam hal ini peneliti menyajikan 5 penelitian terdahulu yang secara
substantive memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kelima penelitian
yang dimaksud ialah:
1) Penelitian pertama dilakukan oleh Nirfadhilah dengan judul “Jaringan
Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan
Baqa Kecamatan Samarinda Seberang”. Memiliki beberapa temuan
yaitu terdapat dua jaringan yang terjadi pada pedagang yang ada di pasar
inpres yaitu Bonding Social Capital (Mengikat) dan Brinding Social
Capital (Menjembatani) ini yang paling efektif untuk mendapatkan
jaringan atau pihak-pihak yang membantu usaha dagang agar lebih
26
banyak lagi. Selain itu pedagang dampat dikatakan sukses ketika
pedagang tersebut memiliki banyak jaringan yang banyak diantara
pedagang lainnya ditambah dengan kekuatan mempertahankan jaringan
tersebut. Selanjutnya adanya kesepakatan-kesepakan secara tidak
tertulis dan menjadi suatu kesepakatan bersama seperti mengenai
masalah patokan harga, relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama berbicara mengenai jaringan
sosial, hanya saja berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
mengenai pertambangan pasir rakyat.
2) Penelitian kedua dilakukan oleh Ajif Praditia dengan judul “Pola
Jaringan Sosial Pada Industri Kecil Rambut Palsu Di Desa Karangbanjar
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga”. Memiliki beberapa
temuan yaitu pola jaringan pada industry kecil rambut palsu terdiri dari
tiga bentuk, yaitu jaringan vertical, jaringan horizontal dan jaringan
diagonal. Secara horizontal, jaringan pada industry kecil rambut palsu
menempatkan pengerajin dan pihak pabrik dalam posisi yang sama atau
sejajar. Jaringan diagonal terjadi pada hubungan antara pengerajin
dengan pemasok, dimana pemasok memiliki kedudukan yang sedikit
lebih tinggi disbanding pengrajin. Sedangkan secara vertical terjadi
antara pengrajin dengan pengepul serta antara pengrajin dengan pekerja.
Diantara ketiga jaringan tersebut justru yang paling minim konflik ialah
jaringan vertical, sebab komponen yang terlibat memiliki kesadaran
kepercayaan satu sama lain. Dari pola tersebut diketahui jika komponen
yang memiliki jaringan paling luas ialah pengrajin. Selain membentuk
27
suatu pola yang relative permanen, didalam suatu jaringan sosial juga
terdapat faktor pembentuk dari jaringan tersebut. Faktor pembentuk
jaringan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
kepentingan, emosi dan kekuasaan. Relevansi dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah sama membahas mengenai pola jaringan, namun
memiliki perbedaan dalam fokus penelitian yaitu mengenai jaringan
sosial yang terjadi pada penambang pasir, sedangkan penelitian yang
sudah dilakukan berbicara mengenai pola jaringan sosial pada industri
kecil rambut palsu.
3) Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Yudhistira, Wahyu Krisna
Hidayat, Agus Hadiyarto pada tahun 2011 dengan judul “ Kajian
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir
di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi”. Memiliki
beberapa temuan yaitu kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, menimbulkan dampak
terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial ekonomi.
Dampak fisik lingkungan yaitu tebing-tebing bukit yang rawan longsor,
kurangnya debit air permukaan, rusaknya jalan, polusi udara. Dampak
sosial ekonomi yaitu penyerapan tenaga kerja karena sebagaian
masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja dipertambangan, adanya
pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil
pasir dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang
sehingga dapat menimbulkan konflik, adanya ketakutan dari sebagaian
masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor
28
sehingga sewaktu-waktu dapat menimpa lahan dan pemukiman warga
apalagi ketika hujan. Relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah sama-sama membahas mengenai pertambangan pasir, namun
dalam hal ini penelitian yang akan dilakukan berbeda yaitu lebih
berfokus kepada jaringan sosial penambang pasir.
4) Penelitian keempat yang dilakukan oleh Risalatul Ma’rifah, Nawiyanto,
Ratna Endang W dengan judul “Konflik Pertambangan Pasir Besi di
Desa Wogalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang”.
Memiliki beberapa temuan yaitu: rencana kegiatan kembali
pertambangan pasir besi di Desa Wogalih memicu terjadinya konflik di
dalam masyarakat. Konflik melibatkan kelompok masyarakat pro dan
kontra tambang, kelompok kontra tambang memandang kegiatan
tambang secara ekonomis tidak mendatangkan banyak kesejahteraan
bagi masyarakat setempat, sebaliknya kegiatan tambang dianggap
mendatangkan ancaman atas keberadaan mereka karena muncul resiko
bencana dan kerusakan lingkungan. Kelompok pro tambang
menggunakan argumentasi ekonomis untuk mendukung posisi mereka.
Kegiatan tambang dipandang mampu menjadi berkah bagi perusahaan,
pemerintah, dan masyarakat. Pro-kontra tambang memunculkan aksi-
aksi demonstrasi dan perpecahan bagi masyrakat. Beberapa kali
masyarakat anti tmbang melakukan aksi demonstrasi dan audiensi
kepada pemerintah pusat untuk menyampaikan aspirasi mereka. Pihak
anti tambang melihat pemerintah kurang bijak dalam menanggapi
rencana kembalinya pertambangan pasir besi. Mereka mereka
29
menginginkan pencabutan izin eksploitasi yang diberikan kepada PT
Antam karena berbagai dampak negative yang telah dan (akan)
ditimbulkan kembalinya usaha pertambangan. Relevansi dari penelitian
yang sudah dilakukan yaitu sama mengenai pertambangan pasir, namun
memiliki perbedaan antara fokus penelitian yaitu pada penelitian yang
sudah dilakukan berfokus kepada konflik pertambangan pasir, namun
penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada jaringan sosial
penambang pasir.
5) Penelitian kelima yang dilakukan oleh Diyas Jaya Kesuma Wardana,
Haris Retno Susmiyati, dan Rini Apriyani dengan judul “Kewenangan
Pemerintah dalam Penegakan Hukum Terhadap Pertambangan pasir
Tanpa Izin di Desa Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara”. Memiliki beberapa temuan yaitu: pasir
termasuk bahan tambang mineral bukan logam dan batuan/bahan
galiuan golongan C, pertambangan pasir merupakan salah satu
pertambangan rakyat yang mana sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Secara khusus diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kutai
Kartanegara Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Izin Usaha Pertambangan
Golongan C dan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegra Nomor
2 Tahun 2001 Tentang Izin Usaha Pertambangan Umum. Kurangnya
pengawasan, pembinaan, pemberian informasi atau penyuluhan
mengenai pemanfaatan bahan mineral bukan logam dan batuan,
sehingga banyaknya pertambangan tanpa izin. Kegiatan tambang pasir
30
di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja)serta kegiatan tersebut tidak dilengkapi dengan izin
yang sesuai dengan peraturan dan kegiatan ini dianggap illegal.
Relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama membahas
mengenai pertambangan pasir rakyat dan tidak memiliki K3, perbedaan
terletak pada fokus penelitian yang mana penelitian yang sudah
dilakukan berbicara mengenai kewenangan pemerintah namun dalam
penelitian yang akan dilakukan berbicara mengenai jaringan sosial
penambang pasir.
Agar lebih jelas penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya maka berikut tabel penelitian terdahulu:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul jurnal Peneliti Isi Relevansi 1. Jaringan Sosial
Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang. Ejournal Sosiatri-Sosiologi 2016, Vol 4, No 1.
Nirfadhilah. 1. Jaringan tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan jaringan terbentuk dengan adanya pembangunan hubungan antar pedagang.
2. Pedagang dapat dikatakan lebih sukses, dibandingkan dengan para pedagang yang tidak memiliki jaringan sosial.
3. Adanya norma informal, artinya para pedagang memiliki aturan-aturan sendiri yang tidak tertuliss, seperti kesepakatan
Persamaan : penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan yaitu membahas mengenai jaringan sosial, namun memiliki perbedaan dalam beberapa hal, yaitu dalam penelitian yang akan dilakukan akan meneliti tentang jaringan sosial penambang pasir rakyat,
31
harga suatu barang tertentu.
namun dalam penelitian yang sudah dilakukan membahas mengenai jaringan sosial pedagang di pasar inpres, selain itu juga perbedaan lokasi penelitian, pada penelitian yang akan dilakukan bertempat di Kabupaten Blitar, namun penelitian yang sudah dilakukan berada di Samarinda
2. Pola Jaringan Sosial Pada Industri Kecil Rambut Palsu Di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
Ajif Praditia 1. Pola jaringan pada industry kecil rambut palsu terdiri dari tiga bentuk, yaitu vertical, horisontal dan diagonal. Pola vertical yaitu antara pengerajin dan pengepul, serta antara pengerajin dengan pekerja. Sedangkan pola horisontal ialah pola antara pengerajin dan pihak pabrik dalam posisi yang sejajar, sedangkan pola diagonal yaitu antar pengerajin dengan pihak pemasok, dimana pihak pemasok memiliki kedudukan yang lebih tinggi.
Persamaan: dalam penelitian yang sudah dilakukan dan akan dilakukan memiliki persamaan yaitu sama-sam membahas mengenai pola jaringan sosial. Namun dalam hal ini ada perbedaan focus penelitian yaitu penelitian
32
2. Dari ketiga pola jaringan yang ada, pola jaringan vertical yang sangat minim konflik, hal ini dikarenakan pada pola jaringan ini memiliki kesadaran untuk saling menjaga kepercayaan satu sama lain.
3. Pengerajin diketahui memiliki jaringan yang paling luas.
4. Pembentuk jaringn yang ada ialah kepentingan, emosi, dan kekuasaan.
yang sudah dilakukan lebih berfokus kepada pola jaringan sosialpada industry kecil, namun penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada pola jaringgan sosial yang ada dalam penambangan pasir. Perbedaan lokasi penelitian yaitu penelitian yang sudah dilakukan berada di Purbalingga, namun penelitian yang akan dilakukan berada di Kabupaten Blitar.
3. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan
Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat,
1. Berkurangnya ketersediaan air daerah Desa Kuningar merupakan daerah
Persamaan: persamaan dalam penelitian yang
33
Penambangan Pasir Di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9, (2011)
Agus Hadiyarto
tangkapan air bagi daerah dibawahnya.
2. Tingginya erosi yang terjadi di lokasi pertambangan pasir menyebabkan hanyutnya partikel-partikel tanah dan sangat berpengaruh terhadap struktur tanah.
3. Pengetahuan masyarakat secara umum mengenai pertambangan pasir bahwa mereka dapat menerima pertambangan pasir, hal in karena pertambangan pasir dirasa mampu untuk menganngkat perekonomian masyarakat
sudah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakiukan memiliki persamaan dalam hal penambagan pasir dan juga berbicara mengenai kerusakan yang diakibatkan oleh pertambangan pasir, banyak masyarakat yang masih kurang dalam pengetahhuan pemanfaatan sumber daya alam.
Perbedaan: dalam penelitian yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan memiliki perbedaan yaitu dalam penelitian yang sudah dilakukan berbicara mengenai kajian dampak dari
34
penambangan pasir, namun penelitian yang akan dilakukan lebih berfokus kepada jaringan sosial yang ada dalam pertambangan pasir di das brantas.
4. Konflik Pertambangan Pasir Besi Di Desa Wogalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang tahun 2010-2011. Volume 2 (1) Maret 2014,
ST Risalatul Ma’rifah, Nawiyanto, Ratna Endang W
1. Konflik yang terjadi dalam kaitan rencana tambang di Wogalih bukan konflik tanah, melainkan konflik lingkungan
2. Terdapat dua suara di masyarakat antara pro dan kontra
3. konflik vertikal yang muncul antara masyarakat dengan pemerintah diakibatkan karena pemerintah dianggap tidak mau mendengarkan aspirasi masyarakat menegnai pemberian izin tambang kepada PT.Antam untuk mengeruk pasir besi di Desa Wogalih.
Persamaan: dalam penelitian yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan ada persamaan yaitu sama-sama berbicara mengenai pertambangan pasir.
Perbedaan: dalam hal ini perbedaannya dalam penelitian terdahulu sudah adanya konflik dan adanya beberapa suara pro dan kontra yang menyebabkan kurangnya kepercayaan dari
35
masyarakat kontra pertambangan. sedangkan penelitian yang akan dilakukan berbicara mengenai jaringan sosial yang berada pada pertambangan pasir.
5. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pertambangan Pasir Tanpa Izin Di Desa Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Vol 3 No 7 (2014).
Diyas Jaya Kesuma, Haris Retno Susmiyati, Rini Apriyani.
1. Pertambangan pasir merupakan salah satu pertambangan rakyat yang mana sudah diatur dalam UU Nomor 4Tahun 2009 tentang Pertambangan dan Batubara.
2. Secara khusus sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 4 Tahun 1999 tentang Izin Usaha Pertambangan Golongan C Dan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Usaha Pertambangan Umum.
3. Pertambangan pasir di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) serta tidak memiliki izin pertambangan
Persamaan: pertambangan yang ada merupakan tambang pasir rakyat, tidak memiliki surat izin penambangan, tidak memiliki K3(kesehatan dan keselamatan kerja) Perbedaan :
perbedaan lokasi dan perbedaan focus penelitian, dalam penelitian yang sudah dilakukan meneliti mengenai kewenangan pemerintah,
36
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga dapat dikenai sanksi
namun dalam penelitian yang akan dilakukan fokus terhadap jaringan sosial penambang.
2.2 Tinjauan Pustaka
a. Pengertian jaringan sosial
Jaringan sosial (social network), telah dilakukan sosiolog sejak
1960-an, biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi
berhubungan antara satu sama lain dan bagaimana ikatan afiliasi melayani
baik sebagai pelican dalam memperoleh suatu yang dikerjakan, sebagai
jembatan untuk memudahkan antara satu pihak dengan pihak lainnya,
maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada
kehidupan sosial (Powell dan Smith-Doer,1994:365). Pada tingkatan antar
individu, jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan
yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri
dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk
menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang
terlibat (Mitchell,1969). Pada tingkatan struktur, jaringan sosial dipahami
sebagai pola atau atau struktur hubungan sosial yang meningkatkan dan
atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam bermacam arena
dari kehidupan sosial pada tataran struktur sosial. Oleh karena itu
37
tingkatan ini memberikan satu dasar untuk memahami bagaimana
perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial.17
Hubungan sosial antara dua orang mencerminkan adanya
pengharapan peran dari masing-masing lawan interaksinya. Tingkah laku
yang diwujudkan dalam suatu interaksi sosial itu sistematik, meskipun
para pelakunya belum tentu menyadarinya, oleh karena itu jaringan sosial
berbeda dengan yang namanya kelompok karena keanggotaan jaringan
sosial sering kali tidak disadari atau belum tentu disadari oleh individu
yang bersangkutan.18
b. Tingkatan Jaringan
Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah memperlihatkan
bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan. Jaringan dapat
dilihat dari 3 tingkatan yang ada, yaitu tingkatan mikro, meso dan makro.
Selannjutnya berikut ketiga tingkatan tersebut :
1.Jaringan Mikro
Jaringan sosial mikro merupakan bentuk jaringan yang
selalu ditemuakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Manusia
hidup bersama dengan orang lain, oleh karena itu, dalam hidupnya,
sesorang anak manusia (individu) selalu ingin melakukan interaksi
sosial dengan individu lainnya. Interaksi sosial tersebut
mengkristal menjadi suatu hubungan sosial. Hubungan sosial
17 Damsar. Indrayani.2009.Op.Cit. Hlm 158-159. 18 Ruddy, Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hlm 15
38
yang terus menerus antar individu dapat menghasilkan suatu
jaringan sosial diantara mereka.
2.Jaringan Meso
Jaringan sosial meso merupakan hubungan yang dibangun
para actor dengan dan atau di dalam kelompok sehingga terbentuk
suatu ikatan maka dapat disebut sebagai jaringan sosial meso.
Jaringan sosial meso ini dapat ditemukan dalam berbagai
kelompok yang kita masuki atau miliki, seperti ikatan alumni,
paguyuban, ikatan profesi, hobi dan lain sebagainya.
3.Jaringan Makro
Jaringan makro merupakan ikatan yang terbentuk karena
terjalinnya simpul-simpul dari beberapa kelompok. Dengan kata
lain, jaringan makro terajut dari ikatan antara dua kelompok atau
lebih. Kelompok dalam konteks ini bias dalam bentuk organisasi,
institusi atau bahkan bias pula Negara. Ini berarti bahwa
perhimpunan berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa dalam
wadah KNPI, forum komunikasi dari berbagai rector dalam Forum
Rektor, atau perkumpulan Negara-negara Asia Tenggara dalam
ASEAN dapat dilihat sebagai wujud dari jaringan makro. Pada
tataran makro, jaringan lebih berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara beberapa kelompok.19
19 Damsar. Indrayani. 2009. Ibid. Hlm 160-166
39
c. Jenis – Jenis Jaringan Sosial
Berdasarkan tinjauan hubungan sosial yang membentuk jaringan
sosial dalam suatu masyarakat, jaringan sosial dapat dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :20
Pertama: jaringan kekuasaan, merupakan jaringan hubungan-
hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang
bermuatan pada kekuasaan.
Pada jaringan power, konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan
antar pelaku di dalamnya disengaja atau diatur. Tipe jaringan sosial ini
muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan
membutuhkan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan
antar pelaku biasanya dibuat permanen. Hubungan-hubungan power ini
biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi-kondisi yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Kedua: jaringan kepentingan, merupakan jaringan hubungan-
hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang
bermuatan kepentingan.
Jaringan kepentingan terbentuk atas adasar hubungan-hubungan
sosial yang bermakna pada “tujuan-tujuan” tertentu yang khusus yang
ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan-tujuan tersebut sifatnya
spesifik dan konkret seperti memperoleh barang, pelayanan, pekerjaan
20 Nurul, Fikriyah, 2016. Sistem Jaringan Distribusi Petani, Skripsi, Malang: Jurusan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang, Hlm 37 et seqq.
40
dan sejenisnya setelah tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan tersebut
tidak berkelanjutan. Bila tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan sosial
yang terwujud spesifik dan konkret seperti ini, struktur sosial yang lahir
dari jaringan sosial tipe ini juga sebentar dan berubah-ubah. Namun, bila
tujuan-tujuan tersebut tidak sekonkret dan spesifik seperti itu dan
kebutuhan-kebutuhan untuk memperpanjang tujuan (tujuan-tujuan
tampak selalu berulang), struktur yang terbentukpun menjadi relative
stabil.
Ketiga: jaringan perasaan, meruapakn jaringan hubungan-hubungan
sosial yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan peran.
Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana
hubungan-hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial,
misalnya dalam pertemanan,percintaan dan hubungan kerabat, dan
sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan
emosi ini cenderung lebih mantap atau permanen. Maka, muncul
sebagai konsekuensi suatu mekanisme yang fungsinya menjamin
stabilitas struktur yang ada sehingga hubungan sosial semacam ini bisa
dinilai semacam norma-norma yang dapat membatasi suatu tindakan
sosial yang cenderung mengganggu kepermanenan struktur jaringan
tersebut. Dengan demikian, ada sejumlah kompleks nilai dan norma
yang ditegakkan atas struktur hubungan guna memelihara
keberlangsungan.
41
d. Sifat Jaringan
Diskusi tentang sifat jaringan yang positif dan negatif, atau yang
tertutup dan terbuka mungkin perlu dibatasi untuk tidak masuk ke debat
yang tidak berkesudahan. Ada beberapa prinsip yang akan digunakan
sebagai tolak ukur untuk melihatb masalah ini:
1. Jaringan sosial apapun harus diukur dengan fungsi ekonomi dan
fungsi kesejahteraan sosial sekaligus. Fungsi ekonomi menunjuk
pada produktivitas, efesiensi dan efektifitas yang tinggi,
sedangkan fungsi sosial menunjuk pada dampak pastisipatif,
kebersamaan yang diperoleh dari suatu pertumbuhan ekonomi.
Jaringan sosial seperti itu sajalah yang disebut sebagai capital
sosial, dengan argumentasi yang sudah dikemukakan pada sifat
sosial dari konsep capital sosial…
2. Masih dalam fungsinya untuk memperlancar (pelumas) kegiatan
ekonomi, jaringan sosial harus memiliki sifat keterbukaan pada
semua orang untuk memberikan kesempatan kepada public
menilai fungsinya yang mendukung kepentingan umum.
3. Kombinasi dari fungsi ekonomi dan sosial sekaligus yang
terdapat dalam capital sosial, jaringan sosial harus bersifat
emansipatoris dan integrative. Dengan demikian jaringan antara
yang kaya dan yang lemah dalam suatu hubungan pemasaran
yang eksploitatif, bukan capital sosial.21
21 Lawang, M.Z. Robert. 2004. Op.Cit. Hlm 68-69.
42
e. Pola Jaringan Soial
Berdasarkan status sosial ekonomi individu yang terlibat dalam suatu
jaringan sosial,(Wolf, 1966; Scott, 1972) membagi pola jaringan sosial menjadi
tiga bentuk yaitu jaringan vertikal (hirarkis), jaringan horizontal (pertemanan),
dan jaringan diagonal (kakak-adik). Hubungan vertical (hirarkis) adalah
hubungan dua pihak yang berlangsung secara tidak seimbang karena satu pihak
mempunyai dominasi yang lebih kuat dibanding pihak lain, atau terjadi
hubungan patron-clien. Hubungan diagonal adalah hubungan dua pihak di
mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak
lainnya. Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak di mana masing-
masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya.
Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan jaringan sosial dalam capital sosial
adalah karakteristik jaringan sosial (Stone dan Hughes, 2002) yang terdiri atas
tiga karakteristik, yaitu : bentuk dan luas (size and extensiveness), kerapatan
dan ketertutupan(denisity and closure) dan kergaman (diversity). Karakteristik
bentuk dan luas misalnya mengenai hubungan informal yang terdapat dalam
sebuah interaksi sosial, jumlah tetangga mengetahui pribadi seseorang dalam
sebuah sistem sosial dan jumlah kontak kerja. Sedangkan kerapatan dan
ketertutupan sebuah jaringan dapat dilihat melalui seberapa besar sesama
anggota keluarga saling mengetahui satu sama lainnya dan masyarakat
setempat saling mengetahui satu sama lainnya. Keragaman jaringan sosial
43
dikarakteristikan dari keragaman etnik teman, perbedaan pendidikan dalam
sebuah kelompok atau dari pencarnpuran budaya wilayah setempat.22
2.3 Landasan Teori
Teori yang akan digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah teori
jaringan yang digagas oleh Barry Wellman. Para analis jaringan ingin
mempelajari ketentuan-ketentuan dalam cara orang-orang dan kolektivitas
perilaku dari pada keteraturan-keteraturan dalam kepercayaan tentang cara
mereka berperilaku yang seharusnya. Teori jaringan kemudian menjelaskan
apa perhatian utamanya – hubungan-hubungan sosial, atau pola objektif
ikatan-ikatan yang menghubungkan para anggota (individu dan kolektif)
masyarakat . Marilah kita melihat bagaimana Wellman menguraikan fokus
tersebut dengan jelas:
Para analis jaringan mulai dengan gagasan yang sederhana, namun kuat bahwa urusan utama para sosiolog adalah mempelajari struktur sosial.. cara yang paling langsung untuk mempelajari suatu struktur sosial adalah menganalisis pola ikatan-ikatan yang menghubungkan para anggotanya. Para analis jaringan mencari struktur-struktur dalam pola-pola jaringan yang teratur yang ada dibawah permukaan system-sistem sosial yang seringkali kompleks… para aktor dan perilaku mereka terlihat dibatasi oleh struktur-struktur itu. Oleh karena itu, fokus bukan pada tindakan-tindakan yang disengaja, tetapi pada paksaan structural. (Wellman, 1983: 156-157)
Satu aspek yang khas dari teori jaringan ialah bahwa ia berfokus pada
deretan luas struktur-struktur mikro hingga makro. Yakni, bagi teori jaringan
para actor mungkin adalah orang-orang, tetapi mereka juga mungkin adalah
kelompok-kelompok, korporasi-korporasi, dan masyarakat. Hubungan-
22 Ajif Praditia,2013, Pola Jaringan Sosial Pada Industry Kecil Rambut Palsu Di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta, Hlm 16-17
44
hubungan terjadi pada level struktur sosial berskala besar dan juga pada level
yang lebih mikroskopik. Mark Granovetter melukiskan hubungan-hubungan
level mikro seperti tindakan yang “melekat” di dalam “hubungan-hubungan
pribadi yang konkret dan struktur-struktur (atau ‘jaringan-jaringan’) relasi-
relasi demikian” . Dasar bagi setiap hubungan itu ialah ide bahwa setiap
“actor” (individual atau kolektif) mungkin mempunyai akses yang berbeda
kepada sumber-sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan,informasi).
Hasilnya ialah bagi system yang terstruktur cenderung terstratifikasi, dengan
beberapa komponen yang bergantung kepada yang lain.
Suatu aspek kunci analisis jaringan ialah bahwa ia cenderung
menggerakkan para sosiolog menjauh dari studi atas kelompok-kelompok
sosial dan kategori-kategori sosial dan menuju studi ikatan-ikatan di kalangan
dan diantara para actor yang tidak “terikat secara memadai dan terajut secara
rapat untuk disebut kelompok”. Teori jaringan tampak bersandar pada
sekumpulan prinsip yang koheren.
Pertama, ikatan-ikatan dikalangan para actor biasanya simetris baik di
dalam isi maupun intensitas. Para actor saling menyuplai satu sama lain dengan
hal-hal yang berbeda, dan mereka melakukan hal itu dengan intensitas yang
lebih besar atau lebih kecil. Kedua, ikatan-ikatan antara individu harus
dianalisis di dalam konteks struktur jaringan-jaringan yang lebih besar. Ketiga,
penyusunan ikatan-ika tan sosial menyebabkan berbagai jenis jaringan tidak
acak (nonrandom networks). Keempat, eksistensi kelompok-kelompok itu
menghasilkan fakta bahwa mungkin ada pertautan-lintas diantara kelompok
dan juga diantara para individu. Kelima, ada ikatan-ikatan asimetrik
45
dikalangan unsur-unsur di dalam suatu system dengan hasil bahwa sumber-
sumber daya yang langka didistribusikan secara berbeda. Akhirnya, distribusi
yang tidak setara sumber-sumber daya langkanya menyebabkan kolaborasi
maupun kompetisi. Beberapa kelompok bergabung bersama untuk
memperoleh bersama sumber-sumber daya yang langka dengan cara bekerja
sama, sementara yang lainbersaing dan berkonflik merebutkan sumber-sumber
daya. Oleh karena itu, teori jaringan mempunyai suatu kualitas dinamis,
dengan struktur system yang berubah bersama pola-pola koalisi dan konflik
yang berubah.23
23 Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 745-747.