BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang...

21
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu pada suatu penelitian memiliki fungsi yang cukup penting. Sehingga penelitian terdahulu menjadi suatu yang harus ada dalam sebuah karya akademik terutama penelitian. Hal ini diantaranya diperlukan sebagai bahan pembanding dan rujukan terhadap penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan maupun temuan baru yang diperoleh dari penelitian selanjutnya yang dilakukan serta agar penelitian yang dilakukan tersebut tidak sama persis dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Beberapa penelitian dengan tema yang sama mengenai jaringan sosial penambang pasir rakyat pernah dilakukan oleh beberapa orang. Setidaknya dalam hal ini peneliti menyajikan 5 penelitian terdahulu yang secara substantive memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kelima penelitian yang dimaksud ialah: 1) Penelitian pertama dilakukan oleh Nirfadhilah dengan judul “Jaringan Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang”. Memiliki beberapa temuan yaitu terdapat dua jaringan yang terjadi pada pedagang yang ada di pasar inpres yaitu Bonding Social Capital (Mengikat) dan Brinding Social Capital (Menjembatani) ini yang paling efektif untuk mendapatkan jaringan atau pihak-pihak yang membantu usaha dagang agar lebih

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pada suatu penelitian memiliki fungsi yang cukup

penting. Sehingga penelitian terdahulu menjadi suatu yang harus ada dalam

sebuah karya akademik terutama penelitian. Hal ini diantaranya diperlukan

sebagai bahan pembanding dan rujukan terhadap penelitian selanjutnya.

Selain itu, penelitian terdahulu juga diperlukan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan maupun temuan baru yang diperoleh dari penelitian

selanjutnya yang dilakukan serta agar penelitian yang dilakukan tersebut

tidak sama persis dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.

Beberapa penelitian dengan tema yang sama mengenai jaringan sosial

penambang pasir rakyat pernah dilakukan oleh beberapa orang. Setidaknya

dalam hal ini peneliti menyajikan 5 penelitian terdahulu yang secara

substantive memiliki relevansi dengan penelitian ini. Kelima penelitian

yang dimaksud ialah:

1) Penelitian pertama dilakukan oleh Nirfadhilah dengan judul “Jaringan

Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan

Baqa Kecamatan Samarinda Seberang”. Memiliki beberapa temuan

yaitu terdapat dua jaringan yang terjadi pada pedagang yang ada di pasar

inpres yaitu Bonding Social Capital (Mengikat) dan Brinding Social

Capital (Menjembatani) ini yang paling efektif untuk mendapatkan

jaringan atau pihak-pihak yang membantu usaha dagang agar lebih

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

26

banyak lagi. Selain itu pedagang dampat dikatakan sukses ketika

pedagang tersebut memiliki banyak jaringan yang banyak diantara

pedagang lainnya ditambah dengan kekuatan mempertahankan jaringan

tersebut. Selanjutnya adanya kesepakatan-kesepakan secara tidak

tertulis dan menjadi suatu kesepakatan bersama seperti mengenai

masalah patokan harga, relevansi dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama berbicara mengenai jaringan

sosial, hanya saja berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

mengenai pertambangan pasir rakyat.

2) Penelitian kedua dilakukan oleh Ajif Praditia dengan judul “Pola

Jaringan Sosial Pada Industri Kecil Rambut Palsu Di Desa Karangbanjar

Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga”. Memiliki beberapa

temuan yaitu pola jaringan pada industry kecil rambut palsu terdiri dari

tiga bentuk, yaitu jaringan vertical, jaringan horizontal dan jaringan

diagonal. Secara horizontal, jaringan pada industry kecil rambut palsu

menempatkan pengerajin dan pihak pabrik dalam posisi yang sama atau

sejajar. Jaringan diagonal terjadi pada hubungan antara pengerajin

dengan pemasok, dimana pemasok memiliki kedudukan yang sedikit

lebih tinggi disbanding pengrajin. Sedangkan secara vertical terjadi

antara pengrajin dengan pengepul serta antara pengrajin dengan pekerja.

Diantara ketiga jaringan tersebut justru yang paling minim konflik ialah

jaringan vertical, sebab komponen yang terlibat memiliki kesadaran

kepercayaan satu sama lain. Dari pola tersebut diketahui jika komponen

yang memiliki jaringan paling luas ialah pengrajin. Selain membentuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

27

suatu pola yang relative permanen, didalam suatu jaringan sosial juga

terdapat faktor pembentuk dari jaringan tersebut. Faktor pembentuk

jaringan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu

kepentingan, emosi dan kekuasaan. Relevansi dengan penelitian yang

akan dilakukan adalah sama membahas mengenai pola jaringan, namun

memiliki perbedaan dalam fokus penelitian yaitu mengenai jaringan

sosial yang terjadi pada penambang pasir, sedangkan penelitian yang

sudah dilakukan berbicara mengenai pola jaringan sosial pada industri

kecil rambut palsu.

3) Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Yudhistira, Wahyu Krisna

Hidayat, Agus Hadiyarto pada tahun 2011 dengan judul “ Kajian

Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir

di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi”. Memiliki

beberapa temuan yaitu kegiatan penambangan pasir di Desa Keningar

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, menimbulkan dampak

terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial ekonomi.

Dampak fisik lingkungan yaitu tebing-tebing bukit yang rawan longsor,

kurangnya debit air permukaan, rusaknya jalan, polusi udara. Dampak

sosial ekonomi yaitu penyerapan tenaga kerja karena sebagaian

masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja dipertambangan, adanya

pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil

pasir dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang

sehingga dapat menimbulkan konflik, adanya ketakutan dari sebagaian

masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

28

sehingga sewaktu-waktu dapat menimpa lahan dan pemukiman warga

apalagi ketika hujan. Relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah sama-sama membahas mengenai pertambangan pasir, namun

dalam hal ini penelitian yang akan dilakukan berbeda yaitu lebih

berfokus kepada jaringan sosial penambang pasir.

4) Penelitian keempat yang dilakukan oleh Risalatul Ma’rifah, Nawiyanto,

Ratna Endang W dengan judul “Konflik Pertambangan Pasir Besi di

Desa Wogalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang”.

Memiliki beberapa temuan yaitu: rencana kegiatan kembali

pertambangan pasir besi di Desa Wogalih memicu terjadinya konflik di

dalam masyarakat. Konflik melibatkan kelompok masyarakat pro dan

kontra tambang, kelompok kontra tambang memandang kegiatan

tambang secara ekonomis tidak mendatangkan banyak kesejahteraan

bagi masyarakat setempat, sebaliknya kegiatan tambang dianggap

mendatangkan ancaman atas keberadaan mereka karena muncul resiko

bencana dan kerusakan lingkungan. Kelompok pro tambang

menggunakan argumentasi ekonomis untuk mendukung posisi mereka.

Kegiatan tambang dipandang mampu menjadi berkah bagi perusahaan,

pemerintah, dan masyarakat. Pro-kontra tambang memunculkan aksi-

aksi demonstrasi dan perpecahan bagi masyrakat. Beberapa kali

masyarakat anti tmbang melakukan aksi demonstrasi dan audiensi

kepada pemerintah pusat untuk menyampaikan aspirasi mereka. Pihak

anti tambang melihat pemerintah kurang bijak dalam menanggapi

rencana kembalinya pertambangan pasir besi. Mereka mereka

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

29

menginginkan pencabutan izin eksploitasi yang diberikan kepada PT

Antam karena berbagai dampak negative yang telah dan (akan)

ditimbulkan kembalinya usaha pertambangan. Relevansi dari penelitian

yang sudah dilakukan yaitu sama mengenai pertambangan pasir, namun

memiliki perbedaan antara fokus penelitian yaitu pada penelitian yang

sudah dilakukan berfokus kepada konflik pertambangan pasir, namun

penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada jaringan sosial

penambang pasir.

5) Penelitian kelima yang dilakukan oleh Diyas Jaya Kesuma Wardana,

Haris Retno Susmiyati, dan Rini Apriyani dengan judul “Kewenangan

Pemerintah dalam Penegakan Hukum Terhadap Pertambangan pasir

Tanpa Izin di Desa Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang

Kabupaten Kutai Kartanegara”. Memiliki beberapa temuan yaitu: pasir

termasuk bahan tambang mineral bukan logam dan batuan/bahan

galiuan golongan C, pertambangan pasir merupakan salah satu

pertambangan rakyat yang mana sudah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Secara khusus diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Izin Usaha Pertambangan

Golongan C dan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegra Nomor

2 Tahun 2001 Tentang Izin Usaha Pertambangan Umum. Kurangnya

pengawasan, pembinaan, pemberian informasi atau penyuluhan

mengenai pemanfaatan bahan mineral bukan logam dan batuan,

sehingga banyaknya pertambangan tanpa izin. Kegiatan tambang pasir

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

30

di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja)serta kegiatan tersebut tidak dilengkapi dengan izin

yang sesuai dengan peraturan dan kegiatan ini dianggap illegal.

Relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama membahas

mengenai pertambangan pasir rakyat dan tidak memiliki K3, perbedaan

terletak pada fokus penelitian yang mana penelitian yang sudah

dilakukan berbicara mengenai kewenangan pemerintah namun dalam

penelitian yang akan dilakukan berbicara mengenai jaringan sosial

penambang pasir.

Agar lebih jelas penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya maka berikut tabel penelitian terdahulu:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul jurnal Peneliti Isi Relevansi 1. Jaringan Sosial

Dalam Penjualan Pedagang Makanan Di Pasar Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang. Ejournal Sosiatri-Sosiologi 2016, Vol 4, No 1.

Nirfadhilah. 1. Jaringan tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan jaringan terbentuk dengan adanya pembangunan hubungan antar pedagang.

2. Pedagang dapat dikatakan lebih sukses, dibandingkan dengan para pedagang yang tidak memiliki jaringan sosial.

3. Adanya norma informal, artinya para pedagang memiliki aturan-aturan sendiri yang tidak tertuliss, seperti kesepakatan

Persamaan : penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan yaitu membahas mengenai jaringan sosial, namun memiliki perbedaan dalam beberapa hal, yaitu dalam penelitian yang akan dilakukan akan meneliti tentang jaringan sosial penambang pasir rakyat,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

31

harga suatu barang tertentu.

namun dalam penelitian yang sudah dilakukan membahas mengenai jaringan sosial pedagang di pasar inpres, selain itu juga perbedaan lokasi penelitian, pada penelitian yang akan dilakukan bertempat di Kabupaten Blitar, namun penelitian yang sudah dilakukan berada di Samarinda

2. Pola Jaringan Sosial Pada Industri Kecil Rambut Palsu Di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.

Ajif Praditia 1. Pola jaringan pada industry kecil rambut palsu terdiri dari tiga bentuk, yaitu vertical, horisontal dan diagonal. Pola vertical yaitu antara pengerajin dan pengepul, serta antara pengerajin dengan pekerja. Sedangkan pola horisontal ialah pola antara pengerajin dan pihak pabrik dalam posisi yang sejajar, sedangkan pola diagonal yaitu antar pengerajin dengan pihak pemasok, dimana pihak pemasok memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

Persamaan: dalam penelitian yang sudah dilakukan dan akan dilakukan memiliki persamaan yaitu sama-sam membahas mengenai pola jaringan sosial. Namun dalam hal ini ada perbedaan focus penelitian yaitu penelitian

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

32

2. Dari ketiga pola jaringan yang ada, pola jaringan vertical yang sangat minim konflik, hal ini dikarenakan pada pola jaringan ini memiliki kesadaran untuk saling menjaga kepercayaan satu sama lain.

3. Pengerajin diketahui memiliki jaringan yang paling luas.

4. Pembentuk jaringn yang ada ialah kepentingan, emosi, dan kekuasaan.

yang sudah dilakukan lebih berfokus kepada pola jaringan sosialpada industry kecil, namun penelitian yang akan dilakukan berfokus kepada pola jaringgan sosial yang ada dalam penambangan pasir. Perbedaan lokasi penelitian yaitu penelitian yang sudah dilakukan berada di Purbalingga, namun penelitian yang akan dilakukan berada di Kabupaten Blitar.

3. Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan

Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat,

1. Berkurangnya ketersediaan air daerah Desa Kuningar merupakan daerah

Persamaan: persamaan dalam penelitian yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

33

Penambangan Pasir Di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 9, (2011)

Agus Hadiyarto

tangkapan air bagi daerah dibawahnya.

2. Tingginya erosi yang terjadi di lokasi pertambangan pasir menyebabkan hanyutnya partikel-partikel tanah dan sangat berpengaruh terhadap struktur tanah.

3. Pengetahuan masyarakat secara umum mengenai pertambangan pasir bahwa mereka dapat menerima pertambangan pasir, hal in karena pertambangan pasir dirasa mampu untuk menganngkat perekonomian masyarakat

sudah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakiukan memiliki persamaan dalam hal penambagan pasir dan juga berbicara mengenai kerusakan yang diakibatkan oleh pertambangan pasir, banyak masyarakat yang masih kurang dalam pengetahhuan pemanfaatan sumber daya alam.

Perbedaan: dalam penelitian yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan memiliki perbedaan yaitu dalam penelitian yang sudah dilakukan berbicara mengenai kajian dampak dari

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

34

penambangan pasir, namun penelitian yang akan dilakukan lebih berfokus kepada jaringan sosial yang ada dalam pertambangan pasir di das brantas.

4. Konflik Pertambangan Pasir Besi Di Desa Wogalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang tahun 2010-2011. Volume 2 (1) Maret 2014,

ST Risalatul Ma’rifah, Nawiyanto, Ratna Endang W

1. Konflik yang terjadi dalam kaitan rencana tambang di Wogalih bukan konflik tanah, melainkan konflik lingkungan

2. Terdapat dua suara di masyarakat antara pro dan kontra

3. konflik vertikal yang muncul antara masyarakat dengan pemerintah diakibatkan karena pemerintah dianggap tidak mau mendengarkan aspirasi masyarakat menegnai pemberian izin tambang kepada PT.Antam untuk mengeruk pasir besi di Desa Wogalih.

Persamaan: dalam penelitian yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan ada persamaan yaitu sama-sama berbicara mengenai pertambangan pasir.

Perbedaan: dalam hal ini perbedaannya dalam penelitian terdahulu sudah adanya konflik dan adanya beberapa suara pro dan kontra yang menyebabkan kurangnya kepercayaan dari

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

35

masyarakat kontra pertambangan. sedangkan penelitian yang akan dilakukan berbicara mengenai jaringan sosial yang berada pada pertambangan pasir.

5. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pertambangan Pasir Tanpa Izin Di Desa Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Vol 3 No 7 (2014).

Diyas Jaya Kesuma, Haris Retno Susmiyati, Rini Apriyani.

1. Pertambangan pasir merupakan salah satu pertambangan rakyat yang mana sudah diatur dalam UU Nomor 4Tahun 2009 tentang Pertambangan dan Batubara.

2. Secara khusus sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 4 Tahun 1999 tentang Izin Usaha Pertambangan Golongan C Dan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 2 Tahun 2001 Tentang Usaha Pertambangan Umum.

3. Pertambangan pasir di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) serta tidak memiliki izin pertambangan

Persamaan: pertambangan yang ada merupakan tambang pasir rakyat, tidak memiliki surat izin penambangan, tidak memiliki K3(kesehatan dan keselamatan kerja) Perbedaan :

perbedaan lokasi dan perbedaan focus penelitian, dalam penelitian yang sudah dilakukan meneliti mengenai kewenangan pemerintah,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

36

yang sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga dapat dikenai sanksi

namun dalam penelitian yang akan dilakukan fokus terhadap jaringan sosial penambang.

2.2 Tinjauan Pustaka

a. Pengertian jaringan sosial

Jaringan sosial (social network), telah dilakukan sosiolog sejak

1960-an, biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi

berhubungan antara satu sama lain dan bagaimana ikatan afiliasi melayani

baik sebagai pelican dalam memperoleh suatu yang dikerjakan, sebagai

jembatan untuk memudahkan antara satu pihak dengan pihak lainnya,

maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada

kehidupan sosial (Powell dan Smith-Doer,1994:365). Pada tingkatan antar

individu, jaringan sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian hubungan

yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri

dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk

menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang

terlibat (Mitchell,1969). Pada tingkatan struktur, jaringan sosial dipahami

sebagai pola atau atau struktur hubungan sosial yang meningkatkan dan

atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam bermacam arena

dari kehidupan sosial pada tataran struktur sosial. Oleh karena itu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

37

tingkatan ini memberikan satu dasar untuk memahami bagaimana

perilaku individu dipengaruhi oleh struktur sosial.17

Hubungan sosial antara dua orang mencerminkan adanya

pengharapan peran dari masing-masing lawan interaksinya. Tingkah laku

yang diwujudkan dalam suatu interaksi sosial itu sistematik, meskipun

para pelakunya belum tentu menyadarinya, oleh karena itu jaringan sosial

berbeda dengan yang namanya kelompok karena keanggotaan jaringan

sosial sering kali tidak disadari atau belum tentu disadari oleh individu

yang bersangkutan.18

b. Tingkatan Jaringan

Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah memperlihatkan

bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan. Jaringan dapat

dilihat dari 3 tingkatan yang ada, yaitu tingkatan mikro, meso dan makro.

Selannjutnya berikut ketiga tingkatan tersebut :

1.Jaringan Mikro

Jaringan sosial mikro merupakan bentuk jaringan yang

selalu ditemuakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Manusia

hidup bersama dengan orang lain, oleh karena itu, dalam hidupnya,

sesorang anak manusia (individu) selalu ingin melakukan interaksi

sosial dengan individu lainnya. Interaksi sosial tersebut

mengkristal menjadi suatu hubungan sosial. Hubungan sosial

17 Damsar. Indrayani.2009.Op.Cit. Hlm 158-159. 18 Ruddy, Agusyanto. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hlm 15

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

38

yang terus menerus antar individu dapat menghasilkan suatu

jaringan sosial diantara mereka.

2.Jaringan Meso

Jaringan sosial meso merupakan hubungan yang dibangun

para actor dengan dan atau di dalam kelompok sehingga terbentuk

suatu ikatan maka dapat disebut sebagai jaringan sosial meso.

Jaringan sosial meso ini dapat ditemukan dalam berbagai

kelompok yang kita masuki atau miliki, seperti ikatan alumni,

paguyuban, ikatan profesi, hobi dan lain sebagainya.

3.Jaringan Makro

Jaringan makro merupakan ikatan yang terbentuk karena

terjalinnya simpul-simpul dari beberapa kelompok. Dengan kata

lain, jaringan makro terajut dari ikatan antara dua kelompok atau

lebih. Kelompok dalam konteks ini bias dalam bentuk organisasi,

institusi atau bahkan bias pula Negara. Ini berarti bahwa

perhimpunan berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa dalam

wadah KNPI, forum komunikasi dari berbagai rector dalam Forum

Rektor, atau perkumpulan Negara-negara Asia Tenggara dalam

ASEAN dapat dilihat sebagai wujud dari jaringan makro. Pada

tataran makro, jaringan lebih berfungsi sebagai jembatan yang

menghubungkan antara beberapa kelompok.19

19 Damsar. Indrayani. 2009. Ibid. Hlm 160-166

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

39

c. Jenis – Jenis Jaringan Sosial

Berdasarkan tinjauan hubungan sosial yang membentuk jaringan

sosial dalam suatu masyarakat, jaringan sosial dapat dibedakan menjadi

tiga jenis yaitu :20

Pertama: jaringan kekuasaan, merupakan jaringan hubungan-

hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang

bermuatan pada kekuasaan.

Pada jaringan power, konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan

antar pelaku di dalamnya disengaja atau diatur. Tipe jaringan sosial ini

muncul bila pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditargetkan

membutuhkan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan

antar pelaku biasanya dibuat permanen. Hubungan-hubungan power ini

biasanya ditujukan pada penciptaan kondisi-kondisi yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Kedua: jaringan kepentingan, merupakan jaringan hubungan-

hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan sosial yang

bermuatan kepentingan.

Jaringan kepentingan terbentuk atas adasar hubungan-hubungan

sosial yang bermakna pada “tujuan-tujuan” tertentu yang khusus yang

ingin dicapai oleh para pelaku. Bila tujuan-tujuan tersebut sifatnya

spesifik dan konkret seperti memperoleh barang, pelayanan, pekerjaan

20 Nurul, Fikriyah, 2016. Sistem Jaringan Distribusi Petani, Skripsi, Malang: Jurusan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang, Hlm 37 et seqq.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

40

dan sejenisnya setelah tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan tersebut

tidak berkelanjutan. Bila tujuan-tujuan dari hubungan-hubungan sosial

yang terwujud spesifik dan konkret seperti ini, struktur sosial yang lahir

dari jaringan sosial tipe ini juga sebentar dan berubah-ubah. Namun, bila

tujuan-tujuan tersebut tidak sekonkret dan spesifik seperti itu dan

kebutuhan-kebutuhan untuk memperpanjang tujuan (tujuan-tujuan

tampak selalu berulang), struktur yang terbentukpun menjadi relative

stabil.

Ketiga: jaringan perasaan, meruapakn jaringan hubungan-hubungan

sosial yang terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan peran.

Jaringan emosi terbentuk atas hubungan-hubungan sosial, dimana

hubungan-hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial,

misalnya dalam pertemanan,percintaan dan hubungan kerabat, dan

sejenisnya. Struktur sosial yang dibentuk oleh hubungan-hubungan

emosi ini cenderung lebih mantap atau permanen. Maka, muncul

sebagai konsekuensi suatu mekanisme yang fungsinya menjamin

stabilitas struktur yang ada sehingga hubungan sosial semacam ini bisa

dinilai semacam norma-norma yang dapat membatasi suatu tindakan

sosial yang cenderung mengganggu kepermanenan struktur jaringan

tersebut. Dengan demikian, ada sejumlah kompleks nilai dan norma

yang ditegakkan atas struktur hubungan guna memelihara

keberlangsungan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

41

d. Sifat Jaringan

Diskusi tentang sifat jaringan yang positif dan negatif, atau yang

tertutup dan terbuka mungkin perlu dibatasi untuk tidak masuk ke debat

yang tidak berkesudahan. Ada beberapa prinsip yang akan digunakan

sebagai tolak ukur untuk melihatb masalah ini:

1. Jaringan sosial apapun harus diukur dengan fungsi ekonomi dan

fungsi kesejahteraan sosial sekaligus. Fungsi ekonomi menunjuk

pada produktivitas, efesiensi dan efektifitas yang tinggi,

sedangkan fungsi sosial menunjuk pada dampak pastisipatif,

kebersamaan yang diperoleh dari suatu pertumbuhan ekonomi.

Jaringan sosial seperti itu sajalah yang disebut sebagai capital

sosial, dengan argumentasi yang sudah dikemukakan pada sifat

sosial dari konsep capital sosial…

2. Masih dalam fungsinya untuk memperlancar (pelumas) kegiatan

ekonomi, jaringan sosial harus memiliki sifat keterbukaan pada

semua orang untuk memberikan kesempatan kepada public

menilai fungsinya yang mendukung kepentingan umum.

3. Kombinasi dari fungsi ekonomi dan sosial sekaligus yang

terdapat dalam capital sosial, jaringan sosial harus bersifat

emansipatoris dan integrative. Dengan demikian jaringan antara

yang kaya dan yang lemah dalam suatu hubungan pemasaran

yang eksploitatif, bukan capital sosial.21

21 Lawang, M.Z. Robert. 2004. Op.Cit. Hlm 68-69.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

42

e. Pola Jaringan Soial

Berdasarkan status sosial ekonomi individu yang terlibat dalam suatu

jaringan sosial,(Wolf, 1966; Scott, 1972) membagi pola jaringan sosial menjadi

tiga bentuk yaitu jaringan vertikal (hirarkis), jaringan horizontal (pertemanan),

dan jaringan diagonal (kakak-adik). Hubungan vertical (hirarkis) adalah

hubungan dua pihak yang berlangsung secara tidak seimbang karena satu pihak

mempunyai dominasi yang lebih kuat dibanding pihak lain, atau terjadi

hubungan patron-clien. Hubungan diagonal adalah hubungan dua pihak di

mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak

lainnya. Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak di mana masing-

masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya.

Ukuran-ukuran yang berkaitan dengan jaringan sosial dalam capital sosial

adalah karakteristik jaringan sosial (Stone dan Hughes, 2002) yang terdiri atas

tiga karakteristik, yaitu : bentuk dan luas (size and extensiveness), kerapatan

dan ketertutupan(denisity and closure) dan kergaman (diversity). Karakteristik

bentuk dan luas misalnya mengenai hubungan informal yang terdapat dalam

sebuah interaksi sosial, jumlah tetangga mengetahui pribadi seseorang dalam

sebuah sistem sosial dan jumlah kontak kerja. Sedangkan kerapatan dan

ketertutupan sebuah jaringan dapat dilihat melalui seberapa besar sesama

anggota keluarga saling mengetahui satu sama lainnya dan masyarakat

setempat saling mengetahui satu sama lainnya. Keragaman jaringan sosial

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

43

dikarakteristikan dari keragaman etnik teman, perbedaan pendidikan dalam

sebuah kelompok atau dari pencarnpuran budaya wilayah setempat.22

2.3 Landasan Teori

Teori yang akan digunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah teori

jaringan yang digagas oleh Barry Wellman. Para analis jaringan ingin

mempelajari ketentuan-ketentuan dalam cara orang-orang dan kolektivitas

perilaku dari pada keteraturan-keteraturan dalam kepercayaan tentang cara

mereka berperilaku yang seharusnya. Teori jaringan kemudian menjelaskan

apa perhatian utamanya – hubungan-hubungan sosial, atau pola objektif

ikatan-ikatan yang menghubungkan para anggota (individu dan kolektif)

masyarakat . Marilah kita melihat bagaimana Wellman menguraikan fokus

tersebut dengan jelas:

Para analis jaringan mulai dengan gagasan yang sederhana, namun kuat bahwa urusan utama para sosiolog adalah mempelajari struktur sosial.. cara yang paling langsung untuk mempelajari suatu struktur sosial adalah menganalisis pola ikatan-ikatan yang menghubungkan para anggotanya. Para analis jaringan mencari struktur-struktur dalam pola-pola jaringan yang teratur yang ada dibawah permukaan system-sistem sosial yang seringkali kompleks… para aktor dan perilaku mereka terlihat dibatasi oleh struktur-struktur itu. Oleh karena itu, fokus bukan pada tindakan-tindakan yang disengaja, tetapi pada paksaan structural. (Wellman, 1983: 156-157)

Satu aspek yang khas dari teori jaringan ialah bahwa ia berfokus pada

deretan luas struktur-struktur mikro hingga makro. Yakni, bagi teori jaringan

para actor mungkin adalah orang-orang, tetapi mereka juga mungkin adalah

kelompok-kelompok, korporasi-korporasi, dan masyarakat. Hubungan-

22 Ajif Praditia,2013, Pola Jaringan Sosial Pada Industry Kecil Rambut Palsu Di Desa Karangbanjar Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta, Hlm 16-17

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

44

hubungan terjadi pada level struktur sosial berskala besar dan juga pada level

yang lebih mikroskopik. Mark Granovetter melukiskan hubungan-hubungan

level mikro seperti tindakan yang “melekat” di dalam “hubungan-hubungan

pribadi yang konkret dan struktur-struktur (atau ‘jaringan-jaringan’) relasi-

relasi demikian” . Dasar bagi setiap hubungan itu ialah ide bahwa setiap

“actor” (individual atau kolektif) mungkin mempunyai akses yang berbeda

kepada sumber-sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan,informasi).

Hasilnya ialah bagi system yang terstruktur cenderung terstratifikasi, dengan

beberapa komponen yang bergantung kepada yang lain.

Suatu aspek kunci analisis jaringan ialah bahwa ia cenderung

menggerakkan para sosiolog menjauh dari studi atas kelompok-kelompok

sosial dan kategori-kategori sosial dan menuju studi ikatan-ikatan di kalangan

dan diantara para actor yang tidak “terikat secara memadai dan terajut secara

rapat untuk disebut kelompok”. Teori jaringan tampak bersandar pada

sekumpulan prinsip yang koheren.

Pertama, ikatan-ikatan dikalangan para actor biasanya simetris baik di

dalam isi maupun intensitas. Para actor saling menyuplai satu sama lain dengan

hal-hal yang berbeda, dan mereka melakukan hal itu dengan intensitas yang

lebih besar atau lebih kecil. Kedua, ikatan-ikatan antara individu harus

dianalisis di dalam konteks struktur jaringan-jaringan yang lebih besar. Ketiga,

penyusunan ikatan-ika tan sosial menyebabkan berbagai jenis jaringan tidak

acak (nonrandom networks). Keempat, eksistensi kelompok-kelompok itu

menghasilkan fakta bahwa mungkin ada pertautan-lintas diantara kelompok

dan juga diantara para individu. Kelima, ada ikatan-ikatan asimetrik

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 …eprints.umm.ac.id/39514/3/BAB II.pdfKegiatan tambang pasir . 30 . di Sungai Mahakam ternyata tidak memiliki K3 (Kesehatan dan Keselamatan

45

dikalangan unsur-unsur di dalam suatu system dengan hasil bahwa sumber-

sumber daya yang langka didistribusikan secara berbeda. Akhirnya, distribusi

yang tidak setara sumber-sumber daya langkanya menyebabkan kolaborasi

maupun kompetisi. Beberapa kelompok bergabung bersama untuk

memperoleh bersama sumber-sumber daya yang langka dengan cara bekerja

sama, sementara yang lainbersaing dan berkonflik merebutkan sumber-sumber

daya. Oleh karena itu, teori jaringan mempunyai suatu kualitas dinamis,

dengan struktur system yang berubah bersama pola-pola koalisi dan konflik

yang berubah.23

23 Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 745-747.