KEGIATAN PENGUKURAN COAL INVENTORY DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA LOKASI BLOK E)

34
KEGIATAN PENGUKURAN COAL INVENTORY DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA LOKASI BLOK E LAPORAN KERJA PRAKTEK Dibuat Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Wajib GD-4091 Kerja Praktek OLEH : BAYU ANDIKA RAMADHANA 15110046 CHRIST ALBERT 15110020 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

description

LAPORAN KP

Transcript of KEGIATAN PENGUKURAN COAL INVENTORY DI PT. MAHAKAM SUMBER JAYA LOKASI BLOK E)

  • KEGIATAN PENGUKURAN COAL INVENTORY DI

    PT. MAHAKAM SUMBER JAYA LOKASI BLOK E

    LAPORAN KERJA PRAKTEK

    Dibuat Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Wajib

    GD-4091 Kerja Praktek

    OLEH :

    BAYU ANDIKA RAMADHANA 15110046

    CHRIST ALBERT 15110020

    TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

    FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2013

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Praktek pengalaman didunia kerja dapat menjadi penyempurnaan ilmu yang

    selama ini diperoleh dibangku kuliah. Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi

    kebutuhan mahasiswa akan pengalaman tersebut maka Program Studi Teknik Geodesi

    dan Geomatika Institut Teknologi Bandung mewajibkan kepada mahasiswa-nya untuk

    melaksanakan kegiatan kerja praktek pada suatu instansi yang berkaitan dengan

    keilmuan teknik geodesi dan geomatika. Kewajiban tersebut dituangkan dalam mata

    kuliah Kerja Praktek GD-4091.

    Dalam rangka pemenuhan kewajiban mata kuliah tersebut, PT Mahakam

    Sumber Jaya sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tambang batu

    bara, telah sepakat untuk bekerja sama memberikan kesempatan bagi kami selaku

    mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatik Institut Teknologi Bandung untuk menimba

    pengalaman di perusahaannya. PT Mahakam Sumber Jaya sebagai salah satu

    perusahaan yang bergerak dalam pertambangan tentu membutuhkan dasar-dasar

    keilmuan geodesi dan geomatika dalam operasionalnya.

    Salah satu kegiatan pertambangan di PT Mahakam Sumber Jaya yang berkaitan

    erat dengan keilmuan geodesi adalah kegiatan pengukuran Coal Inventory.

    Penghitungan Coal Inventoy adalah salah satu bagian kegiatan surveying pada dunia

    pertambangan batu bara yang menggunakan prinsip ilmu pengukuran tanah. Tujuan

    utama dari kegiatan penghitungan coal inventoy adalah untuk mengestimasi secara

    detail simpanan batubara, baik yang sudah dikeruk ataupun yang siap untuk dikeruk,

    dan kemudian melaporkan hasil perhitungan yang didapat kepada pihak yang

    berkepentingan. Selain perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan disini dapat

    termasuk juga pihak pemerintah (sebagai bentuk laporan pertanggung jawaban)

    ataupun kepada pihak kontraktor.

    Data yang didapat dari pengukuran di lapangan berpengaruh untuk menentukan

    strategi, rencana (main plan) dan langkah-langkah yang tepat dalam eksploitasi batu

    bara yang ada. Data ini juga berguna untuk memantau sejauh mana proses tambang

  • 2

    batu bara telah dilakukan dan kemudian dapat mengestimasi produktifitas yang bisa

    didapat dari simpanan batu bara yang telah dimiliki.

    Dalam pengukuran coal inventoy, stok batubara yang dimiliki memiliki kualitas

    yang berbeda-beda sesuai dengan lapisan-lapisan dan karakteristiknya di alam. Oleh

    karena itu penyimpanan stok pun haruslah dipisahkan sesuai dengan kualitasnya

    masing-masing. Pengklasifikasian kualitas batubara ini didapatkan dari hasil uji

    kualitas sample yang dilakukan di lab.

    1.2 Kedudukan Peserta

    Pada kegiatan kerja praktek ini, mahasiswa mempunyai status sebagai pelajar

    PKL (Praktek Kerja Lapangan) didalam PT Mahakam Sumber Jaya dan dimasukan

    kedalam bagian survey section. Didalam bagian ini, peserta PKL mempunyai tugas

    untuk melakukan kegiatan pengukuran coal inventory di area tambang PT Mahakam

    Sumber Jaya.

    1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek

    PT. Mahakam Sumber Jaya dalam pelaksanaan pertambangan batubara tidak

    dilakukan sendirian, akan tetapi dibantu oleh PT. Cipta Kridatama dan PT Leighton

    Contractor Indonesia. Kedua perusahaan kontraktor tersebut bertugas untuk

    mengerjakan semua kegiatan eksploitasi batu bara di lahan yang dimiliki oleh PT

    Mahakam Sumber Jaya. PT.Mahakam Sumber Jaya sebagai pemilik lahan bertugas

    mengawasi proses dan hasil kerja kedua kontraktor tersebut. Data hasil pengukuran

    PT. Mahakam Sumber Jaya dijadikan acuan utama agar kontraktor tidak melakukan

    kecurangan.

    Pada kegiatan ini peserta kerja praktek bertugas pada divisi surveying PT

    Mahakam Sumber Jaya yang akan melakukan pengukuran data coal inventory untuk

    dijadikan acuan dan pengecekan terhadap kinerja kedua kontraktor. Data yang

    dihasilkan juga berguna sebagai acuan estimasi produksi perusahaan PT Mahakam

    Sumber Jaya dari waktu ke waktu serta estimasi ketersediaan stok batu bara yang

    tersisa.

  • 3

    1.4 Tujuan Kegiatan

    Adapun tujuan utama dari kegiatan kerja praktek ini terbagi menjadi tujuan

    khusus dan juga tujuan umum.

    Tujuan umum pelaksanaan kerja praktek:

    a) Sebagai pemenuhan mata kuliah wajib GD-4091 Kerja Praktek.

    b) Mendapatkan pengalaman kerja nyata di dunia kerja secara langsung sekaligus

    memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang sesungguhnya.

    Tujuan khusus pelaksanaan kerja praktek:

    a) Mengetahui gambaran besar langkah-langkah kegiatan pengukuran dan

    pengolahan data coal inventory.

    b) Pengukuran luas area batubara di pit aktif dan rom Blok E.

    c) Pengolahan data hasil pengukuran.

    d) Perhitungan jumlah coal inventoy.

    e) Mendapatkan data-data penunjang yang diperlukan untuk megetahui luasan

    area batubara yang tersedia dan kemudian mengestimasi cadangan dan

    produkfititas yang dapat dihasilkan sebagai bahan pertimbangan dalam

    mengambil keputusan kedepannya.

    1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

    a) Pengenalan Prinsip Dasar Surveying Dalam Pengukuran Coal Inventoy Senin, 8 Juli 2013 s/d Rabu, 10 Juli 2013 pukul 08.00 12.00 WIT

    Tempat kegiatan berada di Office blok D & site pertambangan blok E, PT MSJ

    b) Pengukuran Coal Inventoy Kamis, 11 Juli 2013 2013 pukul 08.00-12.00 WIT

    Tempat kegiatan berada di site pertambangan blok E, PT MSJ

    c) Pengolahan Data Hasil Pengukuran Coal Inventoy Jumat, 12 Juli 2013 s/d Senin, 15 Juli 2013 WIT

    Tempat kegiatan berada di Office blok D, PT MSJ

  • 4

    1.6 Alat-Alat Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Kerja Praktek

    a) ETS Trimble S-6 (1 unit)

    ETS ini memiliki spesifikasi:

    Akurasi Pengukuran Sudut 2

    Akurasi Pengukuran Jarak 3mm + 2 ppm

    Jarak Jangkauan Maksimal 2500m

    Divergensi Sinar EDM (Horizontal) 4cm/100m

    Divergensi Sinar EDM (Vertikal) 8cm/100m Tabel 1.1 Spesifikasi ETS S-6

    b) Prisma (3unit)

    Digunakan prisma yang memiliki ketinggian 2m.

    c) Statif

    d) Pita penanda

    Pita ini digunakan untuk menandakan area yang sudah disurvey pada jangka

    waktu tertentu.

    e) Software

    Digunakan 2 jenis software dalam pengolahan data, yaitu:

    Surpac 6.1.2

    Software ini digunakan dalam pengolahan data-data pengukuran posisi yang

    didapat oleh ETS.

    MicrosoftExcel 2010

    Software ini digunakan untuk membantu perhitungan-perhitungan matematika

    dasar yang terdapat selama proses pengolahan.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PERUSAHAAN TEMPAT PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

    2.1 Profil PT Mahakam Sumber Jaya PT Mahakam Sumber Jaya adalah sebuah perusahaan tambang yang bergerak

    dalam bidang eksploitasi batu bara serta berada dibawah naungan Tanito Coal dan

    Harum Energy. PT Mahakam Sumber Jaya atau yang lebih dikenal dengan MSJ ini

    dibentuk tahun 1994 dan mendapatkan kontrak kerja tambang batubara yang ketiga

    pada tahun 2000. Lokasi pekerjaan PT MSJ berada sekitar radius 40 km dari fasilitas

    pengolahan batubara Separi dan dapat diakses dengan jalan pengangkutan khusus yang

    dikelola oleh PT MSJ. PT Mahakam Sumber Jaya memiliki daerah operasi dengan luas

    sekitar 20.830 hektar dan berada disekitar wilayah Tenggarong Seberang, sekitar 25

    km di utara Kota Samarinda. Saat ini, PT Mahakam Sumber Jaya mempunyai rata-rata

    produksi antara 2 hingga 3 juta ton per tahun.

    Gambar 2.1 Peta Lokasi Operasional PT Mahakam Sumber Jaya Di Daerah Tenggarong Seberang, Kaltim

  • 6

    2.2 Struktur Organisasi PT. Mahakam Sumber Jaya

    Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Mahakam Sumber Jaya

    Pres

    iden

    t Di

    rect

    or

    Eddy

    Sum

    arso

    no

    Operation Manager Didied Sulistyono

    Mining Mgr. Act. Danu Padmoto

    CHRM Spt. Act. Fahrizal P

    OB Spt. Act. Wahyu P

    Coal getting Spt. Act. R. Agustinus

    HSE Manager B. Satryana

    Safety Spt. Vacant

    MR & Enviro Spt. Simson RP

    ERT

    Act Port Engineering Mgr. Act. Facrul

    Heavy Equipment & Fixed Plant Spt.

    Act. Djarot

    Port Operartion Mgr. Tunggul DJ

    CPP Spt. / Port Capt Frendy

    Prod Supply & Control Spt. Eliana

    Technical & Landcomp Mgr. A. Aziz

    Survey Spt. Act. Iwan

    Geology Spt. Act. Agus

    Mine Plan Spt. Elbar JP

    Land Comp Spt. Iwat HM

    Tech. Service Mgr. Widyo S.

    Project Construction Mgr. Sapta K.

    Project & Construction Spt. Fajar

    Gov REL & CD Act. Eko C.

    Gov Rel & External Spt. Indrajid WB

    Community Development Spt.

    RM. Faizal

    HRDS Agus Winarto

    HRDS Spt. Vacant

    Logistic & Warehouse Sutaji

    Finance Hendra Tjoa

    Procurement Deddy

  • 7

    2.3 Ruang Lingkup Penambangan Batu Bara Oleh PT MSJ

    PT Mahakam Sumber Jaya menggunakan metode penambangan terbuka (open

    pit) dalam melakukan eksploitasi batu bara di dalam perut bumi. Kegiatan

    penambangan dimulai dengan kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (striping

    over burden), kemudian dilanjutkan dengan pemuatan (loading) dan pengangkutan

    (hauling) material hasil peledakan dari penambangan ke lokasi pembuangan

    (dumping). Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan hingga lapisan batu bara

    berada pada permukaan.

    Gambar 1.3 Konsep Penambangan Open Pit (Sumber: http://www.visualdictionaryonline.com)

    Dalam kegiatan eksploitasi batu bara di lahan miliknya, PT Mahakam Sumber

    Jaya menugaskan kegiatan tersebut pada 2 perusahaan kontraktor, yakni PT. Cipta

    Kridatama dan PT Leighton Contractor Indonesia. PT Mahakam Sumber Jaya sendiri

    sebagai owner hanya bertugas memantau kedua kontraktor tersebut.

  • 8

    2.4 Profil Kontraktor Yang Bekerja Sama dengan PT. MSJ

    2.4.1 Profil PT. Leighton Contractor Indonesia

    PT Leighton Contractor Indonesia merupakan anak perusahaan / cabang dari

    perusahaaan PT Leighton Asia yang mulai bergerak sejak tahun 1975. PT Leighton

    Contractor Indonesia yang bergerak dalam bidang layanan konstruksi dan pertambangan

    dan mempunyai kantor pusat pada Gedung Ratu Prabu 9th floor Jl. Letjend TB

    Simatupang, Jakarta Selatan 12560.

    Perusahaan ini menyediakan segala jasa yang membutuhkan peralatan-peralatan

    berat dalam kegiatan operasionalnya. Telah banyak perusahaan-perushaaan yang

    menggunakan jasa PT Leighton Contractor Indonesia ini seperti PT Mahakam Sumber

    Jaya. Tugas Utama yang dilakukan oleh PT Leighton Contractor Indonesia dalam dunia

    pertambangan adalah untuk menyediakan semua kebutuhan alat-alat berat seperti

    kendaraan pengeruk, bulldozer, hauler dan peralatan lainnya yang dibutuhkan dalam

    eksploitasi pertambangan. Disamping itu, PT Leighton Contractor Indonesia juga

    bertugas mengurus segala macam perbaikan (maintenance) serta SDM (Sumber Daya

    Manusia) yang mempunyai kompetensi untuk merawat dan mengoperasikan alat-alat

    tersebut.

    2.4.2 Profil PT. Cipta Kridatama

    PT. Cipta Kridatama yang didirikan pada tahun 1997 adalah pembesaran sayap

    perusahaan dari Divisi Peralatan & Bisnis Penyewaan PT. Trakindo Utama yang

    berfokus pada pihak & Jasa Penambangan. Didukung oleh lebih dari 2700 karyawan, PT.

    Cipta Kridatama memiliki lebih dari 14 lokasi operasional di seluruh Indonesia dan

    mempunyai pusat di Jl Cilandak KKO Kawasan Komersial Cilandak The Garden Centre

    7th , Ragunan, Jakarta 12550.

    Tidak seperti PT Leighton Contractor Indonesia, PT Cipta Kridatama ini hanya

    mengkhususkan diri di bidang eksploitasi pertambangan. Dalam kerjasamanya dengan

    PT Mahakam Sumber Jaya, PT Cipta Kridatama memiliki tugas menyediakan dan

    mengoperasikan alat-alat berat yang digunakan untuk meng-eksploitasi batu bara di lahan

    milik PT Mahakam Sumber Jaya.

  • 9

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Penghitungan Jarak Dengan Prinsip EDM

    Total station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektronik

    antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic Distance

    Measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan

    gelombang elektromagnetic sinar infra merah sebagai gelombang pembawa sinyal

    pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor berupa prisma sebagai target (alat

    pemantul sinar infra merah agar kembali ke EDM). Jarak dapat dihitung otomatis oleh

    total station jika membidik reflektor/prisma. Laser yang dipancarkan Total station

    mengenai prisma lalu dipantulkan kembali ke arah reflektor, jarak antara Total station

    dan prisma didapat dengan menggunakan rumus:

    = 2 dimana:

    s = jarak antara ETS dan reflektor

    c = konstanta cahaya (299.792.458 m/s)

    t = waktu yang dibutuhkan antara saat laser mulai dipancarkan oleh ETS

    hingga ditangkap kembali oleh ETS

  • 10

    3.2 Penentuan Posisi Horizontal Dengan Metoda Polar

    Untuk menentukan posisi horizontal suatu titik ukuran di area pertambangan

    digunakan prinsip dasar perhitungan metoda polar. Metoda ini hanya menggunakan

    sebuah titik acuan (titik ikat) untuk menentukan titik lain yang tidak diketahui

    koordinat horizontal-nya. Pada gambar dibawah diilustrasikan terdapat sebuah titik

    acuan (B) yang digunakan untuk mencari koordinat horizontal titik O.

    Gambar 3.1 Ilustrasi Penentuan Posisi Horizontal Dengan Metoda Polar

    Untuk dapat menghitung koordinat XO dan YO, diperlukan sudut jurusan BO

    dan jarak titik B ke titik O (dBO). Nilai BO adalah nilai sudut yang dibentuk oleh 2

    buah garis, yaitu garis titik B ke arah utara sebenarnya dan garis titik B menuju O

    seperti terlihat pada gambar diatas. Jika telah diketahui BO, dBO, dan koordinat X,Y

    titik acuan maka koordinat XO dan YO dapat dicari dengan persamaan dibawah.

    = + sin = + cos

    Jika nilai XB,YB diketahui dan nilai dari dBO didapatkan dari pengukuran,

    namun nilai BO sulit diukur secara langsung di lapangan sehingga untuk mengetahui

    nilai BO ini diperlukan sebuah titik backsight, yaitu sebuah titik acuan lain yang telah

    diketahui koordinatnya.

  • 11

    Gambar 3.2 Ilustrasi Penggunaan Titik Backsight Untuk Mendapatkan BO

    Sehingga dalam penentuan posisi XO dan YO, secara keseluruhan diperlukan 2

    titik acuan yang diketahui koordinatnya. Pada ilustrasi gambar diatas titik tersebut

    adalah titik A dan B. Nilai adalah nilai sudut yang terbentuk antara AB dan BO, nilai

    ini dapat diketahui dari pengukuran dilapangan secara langsung. AB adalah sudut

    jurusan titik A menuju titik B, nilai dari AB ini dapat dihitung dengan persamaan:

    = tan (XB XA)( )

    Setelah kita memiliki nilai AB dan , maka nilai dari BO dapat dihitung

    dengan persamaan:

    = + 1800

    Selanjutnya, penghitungan XO dan YO pada persamaan awal dapat dilakukan

    karena telah diketahui nilai dari BO dan dBO.

  • 12

    3.3 Penentuan Posisi Vertikal Dengan Trigonometri

    Gambar 3.3 Ilustrasi Penentuan Tinggi Dengan Konsep Trigonometri

    Untuk mencari nilai tinggi suatu titik yang tidak diketahui nilai tingginya di

    area tambang (Pada gambar dimisalkan titik O) diperlukan sebuah titik acuan yang

    telah diketahui tingginya (Pada gambar dimisalkan titik B). Titik tinggi O (ZO) dapat

    diketahui melalui persamaan:

    = +

    ZO = Tinggi titik O

    ZB = TInggi titik B

    tBO = Beda tinggi titik B dan titik O

    Sedangkan untuk nilai tBO dapat diperoleh dengan konsep trigonometri biasa

    melalui persamaan:

    = ( sin) +

    dBO = Jarak Miring titik B dan titik O

    m = Sudut miring yang terbentuk antara titik B

    dan O

    I = Tinggi alat bidik

    t = Tinggi prisma

  • 13

    3.4 Penentuan Luas Dengan Metoda Koordinat

    Gambar 3.4 Ilustrasi Perhitungan Luas Segitiga Yang Diurai Menjadi Beberapa Trapesium

    Secara prinsip dasar, metoda penentuan luas ini membagi-bagi suatu area

    luasan daerah yang dikelilingi oleh koordinat-koordinat terluar menjadi beberapa

    trapesium dengan jumlah trapesium yang dipengaruhi oleh jumlah koordinat-koordinat

    pembentuknya. Pada gambar diatas terdapat suatu area yang terbentuk oleh 3 titik

    koordinat A,B dan C. Dengan metoda penentuan luas ini, area tersebut dibagi menjadi

    3 buah trapesium yaitu trapesium ABBA, trapesium BCCB dan trapesium ACCA.

    Luas dari area ABC dapat dicari dengan penjumlahan persamaan:

    2 = ( + )( )(1) 2 = ( + )( ) ...(2) 2 = ( + )( )..(3)

    Penjumlahan persamaan (1), (2), dan (3) akan menghasilkan persamaan: 2 = ( + + ) ( + + )

    Sehingga secara umum, dapat disimpulkan persamaan yang digunakan untuk

    penentuan luas area menjadi:

    = (1 + +1)2

  • 14

    3.5 DTM

    Pada prinsipnya, untuk dapat membuat model DTM secara otomatis pada

    software Surpac, setiap titik-titik hasil pengukuran yang mempunyai data ketinggian

    digunakan sebagai acuan untuk meng-interpolasi daerah yang tidak mempunyai data

    ketinggian. Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area menjadi bidang-

    bidang yang terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang tersebut terbentuk oleh

    titik-titik pembentuk DTM. Titik-titik tersebut dapat berupa titik sampel permukaan

    tanah atau titik hasil interpolasi atau ekstrapolasi titik-titik sampel. Titik-titik sample

    merupakan titik-titik yang didapat dari hasil sampling permukaan bumi, yaitu

    pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketinggian titik-titik yang dianggap dapat

    mewakili relief permukaan tanah. Dengan bantuan software Surpac, maka semua

    proses interpolasi dan ekstrapolasi ketinggian titik-titik sampel dilakukan secara

    otomatis dan akhirnya didapatkan bidang DTM secara cepat.

    Digital Terrain Model (DTM) dalam surpac terbentuk dari gabungan beberapa

    string (terdiri dari titik ketinggian dan garis yang menghubungkan titik tersebut) yang

    berdekatan.

    Gambar 3.5 Sebuah Set Garis-Garis String Pembentuk DTM

  • 15

    Titik-titik yang berada dalam string tersebut bergabung satu sama lain dengan

    garis sehingga akan membentuk DTM.

    Proses penggabungan berlangsung secara kontinu sampai permukaan hanya

    terdiri dari segitiga-segitiga yang tidak saling tumpang tindih.

    Software dapat memilih segitiga terbaik (terdekat dengan segitiga sama sisi).

    Bidang DTM yang dibuat ini mencerminkan keadaan ketinggian permukaan ROM

    yang masih kosong dan belum terisi batu bara. Bidang permukaan DTM ini akan

    berfungsi untuk menghitung volume batubara yang berada di ROM.

    Gambar 3.6 Proses Pembentukan Permukaan DTM dari String-String Pembentuknya

    Gambar 3.7 Hasil Permukaan DTM dari String-String Pembentuknya

  • 16

    3.6 Perhitungan Volume

    Perhitungan Volume dari bidang DTM bisa dihitung dengan memecahkan

    permukaan DTM yang terbentuk dalam representasi TIN (Triangulated Irregular

    Network) menjadi prisma-prisma segitiga. Perhitungan volume sebuah prisma segitiga

    dapat dihitung dengan persamaan:

    = + + 3

    Karena volume bidang DTM terdiri dari banyak kumpulan prisma-prisma,

    maka volume suatu DTM terhadap permukaan acuan dapat dicari dengan

    menjumlahkan semua volume prisma-prisma pembentuknya.

    =

    Dalam perhitungan Volume Coal Inventory, digunakan 2 bidang DTM sebagai

    acuan perhitungannya. Bidang DTM pertama adalah bidang DTM yang

    menggambarkan keadaan permukaan ROM sebelum ditempati batu bara dan bidang

    DTM yang kedua adalah bidang DTM yang menggambarkan permukaan area setelah

    batu bara dimasukkan ke dalamnya.

    Gambar 3.8 Permukaan DTM yang dapat diurai menjadi prisma-prisma

  • 17

    Pada gambar 3.8 dapat dilihat bahwa volume coal inventory (permukaan

    prisma warna biru) bisa didapatkan dengan perhitungan volume yang dibentuk oleh

    DTM-2 terhadap bidang acuan Z0 (prisma 1234-ABCD) yang dikurangi dengan

    volume yang dibentuk oleh DTM-1 terhadap Z0 (prisma 1234-ABCD).

    = 1234 1234

    3.7 Istilah Dalam Survey Pertambangan

    Dalam dunia survey tambang, terdapat beberapa istilah yang sering digunakan

    untuk menyebutkan suatu obyek didalam area tambang. Dibawah ini terdapat istilah-

    istilah penting dalam pertambangan yang berhubungan dengan aktivitas Survey

    Loading Point/Pengambilan data di lapangan:

    Blok Blok adalah daerah tambang aktif secara keseluruhan. Blok tambang dapat

    terdiri dari pit-pit aktif berserta segala bangunan dan gedung penunjang disekitarnya.

    Pit Pit adalah lokasi eksploitasi aktif pertambangan.

    Seam Seam adalah lapisan batubara yang berada diantara dua lapisan/batuan lainnya.

    Contohnya lapisan tanah.

    Gambar 3.9 Ilustrasi Volume Coal Inventory yang dapat dihitung dari selisih 2 DTM

  • 18

    Toe Toe adalah lokasi titik di bawah jika ada perubahan ketinggian yang signifikan

    (bagian bawah bukit).

    Crest Crest adalah lokasi titik di atas jika ada perubahan ketinggian yang signifikan

    (bagian atas bukit).

    Roof Roof adalah lapisan permukaan batubara.

    ROM ROM adalah suatu area disekitar pit yang digunakan sebagai tempat penyimpanan

    batu bara sementara yang telah dikeruk sebelum diangkut menuju pelabuhan (port).

    Coal Expose Coal Expose merupakan areal lapisan batubara yang telah dikeruk namun belum

    sepenuhnya habis. Umumnya lapisan ini berupa dataran yang relatif rata.

    Floor Floor adalah semua lapisan dasar batubara.

    Overburden Overburden adalah lapisan tanah penutup (lapisan yang menutupi bahan

    galian)yang biasanya terdiri dari: Top Soil, Sub Soil, dan Lapisan tanah inti (Sand

    Stone, Clay, dan lain-lain).

    Inventory / Coal Inventory Inventory/Coal Inventory adalah stok simpanan batu bara yang berada dalam

    kompleks pertambangan, baik itu batu bara yang belum atau sudah dkeruk.

  • 19

    BAB IV

    PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

    Kegiatan pertambangan untuk mengukur kegiatan coal inventoy dipertambangan

    terbagi menjadi beberapa tahap besar, yaitu:

    1. Persiapan

    2. Pengambilan data di lapangan

    3. Pengolahan data

    4. Penyajian hasil data

    5. Analisis

    4.1 Persiapan Kegiatan persiapan ini terbagi menjadi beberapa tahapan yang harus dilakukan

    sebelum kegiatan pengukuran dapat dilakukan. Kegiatan tersebut adalah:

    1. Induksi

    Induksi ini dilakukan hanya satu kali, yaitu diawal kami melakukan kerja

    praktek di PT Mahakam Sumber Jaya. Induksi adalah kegiatan pengenalan area dan

    peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh individu yang berada di kawasan

    tambang PT Mahakam Sumber Jaya. Tujuan utama dari kegiatan induksi ini adalah

    untuk meningkatkan kesadaran keselamatan kerja pada setiap individu sehingga resiko

    kecelakaan tambang dapat di minimalisir sekecil mungkin.

    2. Perencanaan

    Dalam proses perencanaan ini terbagi menjadi beberapa proses, yaitu :

    a. Briefing

    Briefing awal dilakukan di kantor base tambang dan berguna untuk

    menentukan tim beserta anggota-anggotanya yang akan berangkat melakukan

    survey ke pit.

  • 20

    b. Pengecekan data sebelumnya

    Sebelum berangkat ke lapangan, data sebelumnya harus di cek lebih dahulu.

    Hal ini dilakukan untuk melihat data-data yang kurang, data-data batubara yang

    sudah dibawa ke pelabuhan untuk dijual, dan juga akan terlihat daerah mana yang

    perlu diukur.

    c. Penentuan lokasi pengukuran

    Penentuan lokasi pengukuran bergantuk pada pengecekan data sebelumnya

    dan permintaan dari kontraktor. Pada tahap ini ditentukan tim mana yang akan

    berangkat ke lokasi-lokasi yang ditentukan.

    3. Pengecekan alat dan APD (Alat Perlindungan Diri)

    Pengecekan alat dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang digunakan (ETS

    dan Prisma) berada dalam kondisi baik, sedangkan pengecekan APD berfungsi untuk

    memastikan bahwa perlengkapan keselamatan standar yang digunakan nyaman untuk

    digunakan (tidak kebesaran dan kekecilan serta dalam keadaan bersih). APD terdiri

    dari helm, rompi scotlight, dan safety shoes. Adapun seperti apa penampakan bendanya

    dapat dilihat di gambar 4.1 di bawah ini.

    Gambar 4.1 Contoh Peralatan APD (Kiri-Kanan : Helm, Rompi Scotlight, Safety Shoes)

    Alat-alat yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu dan pastikan

    bahwa alat memang layak dipakai. Untuk pengecekan alat dilakukan oleh surveyor dari

    perusahaan.

  • 21

    4.2 Pengambilan Data di Lapangan

    Gambar 4.2 Diagram alir proses pengambilan data

    Setelah persiapan sudah selesai dan dirasa sudah siap, maka pengambilan data

    pun dapat dilakukan. Proses pengambilan data terbagi menjadi beberapa proses seperti

    dapat dilihat di gambar 4.2.

    1. Orientasi Lokasi di titik yang telah direncanakan

    Sebelum dilakukan pengukuran, tim-tim yang berangkat di lokasi harus

    melakukan orientasi pada daerah yang akan diukur. Hal ini bertujuan untuk melihat

    prioritas daerah yang perlu untuk didahulukan. Daerah yang diprioritaskan adalah

    daerah yang sedang tidak dikeruk, daerah yang pengukuran lalunya paling lama, dan

    daerah yang diminta oleh kontraktor.

    Orientasi Lokasi

    Pendirian Alat

    Pengukuran Titik

  • 22

    Gambar 4.3 Contoh lokasi yang dijadikan rom di site PT Mahakam Sumber Jaya

    Lokasi pengukuran terbagi menjadi dua macam, yaitu rom dan pit. Rom adalah

    lokasi dimana batubara disimpan untuk siap angkut ke pelabuhan untuk dijual,

    sedangkan pit adalah daerah yang sedang dikeruk. Gambar 4.3 merupakan contoh

    lokasi rom batubara. Terlihat bahwa gundukan besar tersebut merupakan gundukan

    batubara. rom dan pit terbagi lagi menjadi beberapa seam. Seam dibedakan dari

    ketebalan dan kualitas batubara. Data ketebalan dan kualitas ini dapat diperoleh dari

    survey tim geologi yang melakukan pengeboran.

    2. Pendirian alat pada titik ikat

    Setelah diketahui daerah mana yang ingin diukur terlebih dahulu maka

    pengukuran dapat dilakukan. Pendirian alat dilakukan di patok yang sudah ditentukan.

    Setelah itu surveyor memasukkan koordinat titik patok tersebut ke Total station untuk

    titik acuan.

    Gambar 4.4 Surveyor mendirikan alat di pit batubara PT MSJ

  • 23

    3. Pengukuran titik

    Pengukuran titik pun dilakukan setelah alat didirikan dan para pemegang

    prisma sudah siap. Pemegang alat mengambil alih komando dan memimpin kegiatan

    pengukuran. Pemegang prisma berjalan sesuai komando dari pemegang alat. Pemegang

    prisma memberi informasi jenis lapisan yang diukur (roof atau floor).

    Gambar 4.5 Surveyor dan asistennya sedang membidik titik survey di pit batubara PT MSJ

    Pemegang alat dilakukan oleh 2 orang seperti pada gambar 4.5 dan pemegang

    prisma dilakukan oleh 3 orang seperti pada gambar 4.6. Identifikasi batas-batas coal

    expose dengan overburden sehingga data yang diambil benar-benar hanya data coal

    inventoy. Jika mencapai daerah toe atau crest, pemegang prisma akan memberi tahu

    pemegang alat. Toe adalah lokasi titik di bawah jika ada perubahan ketinggian yang

    signifikan (bagian bawah bukit). Crest adalah lokasi titik di atas jika ada perubahan

    ketinggian yang signifikan (bagian atas bukit). Setelah pengukuran pada lokasi itu

    selesai, maka tim berpindah ke lokasi berikutnya.

    Gambar 4.6 Para surveyor sedang memegang prisma bidikan untuk pengukuran pit batubara

  • 24

    4.3 Pengolahan Data

    Gambar 4.7 Diagram Alir Proses Pengolahan Data Coal Inventory

    Pengolahan data coal inventory mempunyai beberapa proses seperti pada

    gambar 4.7 di atas. Pengolahan data ini utamanya menggunakan software surpac.

    Berikut merupakan tahapan pengolahan data :

    4.3.1 Import titik data yang didapat pada pengukuran

    Hal pertama yang dilakukan dalam pengolahan data adalah import data yang

    didapat dari hasil pengukuran. Data yang ingin diimport didapat dari alat Total station

    yang dipakai dalam pengukuran. Memory dalam Total station dihubungkan dengan

    komputer dan memakai software bawaan Total station itu sendiri untuk import data-

    data yang diperoleh dari pengukuran. Lalu data titik tersebut dimasukkan ke software

    Surpac agar dapat diolah.

    Import data

    Interpretasi titik

    Pemberian garis boundary

    Perhitungan Luas

    Perhitungan Volume

  • 25

    Gambar 4.8 Contoh hasil input data titik-titik pengukuran

    Gambar diatas merupakan salah satu contoh hasil input data-data koordinat

    hasil pengukuran kedalam software. Titik yang berupa lingkaran besar merupakan data

    sebelumnya dan titik hijau kecil merupakan data pengukuran terbaru. Setiap titik pada

    gambar tersebut mencerminkan satu buah hasil ukuran/bidikan yang dilakukan pada

    saat pengukuran. Warna dan jenis titik yang berbeda-beda mencerminkan adanya

    perbedaan jenis batuan pada permukaan area pengukuran.

    4.3.2 Interpretasi titik

    Setelah data-data pengukuran hari itu didapat, diperlukan interpretasi titik-titik

    yang didapat agar diketahui kecocokan antara data yang diperoleh dengan objek di

    lapangan. Hal ini dapat dilihat dengan memasukkan data tersebut ke dalam software

    Surpac dan dilihat bentuk yang dibentuk dari titik-titik tersebut. Kemudian setelah itu

    dilihat apakah terjadi spike dari data yang didapat, jika ada maka data tersebut harus di-

    edit agar benar. Spike biasanya terjadi karena adanya suatu blunder data akibat

    berbagai faktor yang mungkin terjadi dilapangan.

    Pada tahap ini juga, identifikasi toe dan crest dilakukan. Hal ini dilakukan agar

    batas-batas ketinggian yang signifikan terlihat. Identifikasi dilakukan dengan

    pemberian garis-garis pada kumpulan titik toe maupun crest dengan perbedaan warna.

  • 26

    Pemberian garis juga berguna untuk pemberian breakline. Identifikasi garis-garis

    tersebut menjadi breakline string agar pada saat pembuatan DTM, interpolasi yang

    dilakukan oleh software tidak akan memotong garis-garis tersebut.

    Gambar 4.9 Perbedaan toe dan crest

    Gambar di atas merupakan contoh DTM yang memperlihatkan perbedaan toe

    dan crest yang menjadi breakline, garis merah adalah garis yang menghubungkan

    kumpulan titik crest dan garis putus-putus berwarna hijau adalah garis yang

    menghubungkan kumpulan titik toe. Titik-titik kecil berwarna hijau adalah titik-titik

    ketinggian. Semua pola patahan, cekungan, dan galian harus ditarik breaklines. Di

    daerah datar tidak diperlukan pembuatan breaklines

    4.3.3 Pemberian garis boundary

    Setelah data-data yang menghasilkan spike dihilangkan, langkah selanjutnya

    adalah memberikan garis boundary di batas-batas seam. Garis boundary adalah garis

    pembatas seam. Pemberian garis tersebut dapat dilakukan dengan menghubungkan

    titik-titik terluar yang berada pada 1 seam. Setelah dilakukan, garis boundary harus

    diatur agar menjadi breakline. Pemberian garis boundary tersebut dilakukan agar

    dalam perhitungan luas dan volume dapat terlihat dengan jelas batasnya dan

  • 27

    penghitungan secara otomatis oleh software dapat lebih akurat dan agar semua titik-

    titik ketinggian dalam satu seam masuk dalam penghitungan luas dan volume. Garis

    boundary juga berlaku sebagai breakline string dalam pembuatan DTM.

    Gambar 4.10 Garis boundary sebagai pembeda seam dan juga sebagai breakline

    Gambar di atas merupakan contoh DTM untuk memperlihatkan garis boundary

    sebagai pembeda 2 seam dan juga breakline. Terkadang garis boundary akan menimpa

    toe ataupun crest karena lokasinya berhimpitan. Garis merah adalah garis penghubung

    crest, garis putuh hijau adalah garis penghubung toe, garis putih adalah boundary line

    dan titik-titik hijau kecil adalah titik-titik ketinggian yang telah diukur.

    4.3.4 Perhitungan luas

    Penghitungan luas dilakukan untuk melihat seberapa luas pit yang sudah

    dikeruk. Hal ini dapat dilakukan dengan software surpac. Dalam surpac terdapat 3 jenis

    luas yang akan didapat yaitu, horizontal area, vertical area, dan best fit area. Dalam

    pertambangan, yang dipakai adalah best fit area. Pada prinsipnya software ini dapat

    menghitung luas area dengan cara perhitungan 2 luas trapesium seperti tercantum pada

    teori dasar.

  • 28

    4.3.5 Perhitungan volume

    Perhitungan volume dilakukan menggunakan software surpac. Konsep

    perhitungan volume yang dipakai untuk rom adalah berbasis cut and fill di antara dua

    atau lebih DTM. Pada prinsipnya, volume coal inventory bisa didapatkan dari selisih

    antara 2 bidang DTM. DTM pertama yang digunakan adalah DTM yang

    mencerminkan bentuk permukaan dan ketinggian rom saat sebelum rom terisi oleh

    batubara. DTM kedua adalah DTM yang dibentuk oleh gundukan coal inventory

    didalam rom. Sehingga hasil selisih kedua DTM tersebut akan menghasilkan suatu

    volume yang mencerminkan volume coal inventory didalam rom. Untuk mengetahui

    perhitungan volume lebih jelas dapat dilihat pada landasan teori 3.6.

    Untuk perhitungan volume pit tetap dilakukan oleh software surpac. Konsep

    perhitungan volumenya adalah luas area dikalikan dengan tinggi. Tinggi disini

    memakai data thickness yang didapat dari tim geologi.

    4.4 Penyajian data

    Penyajian data dapat dilakukan menggunakan software Surpac untuk gambar

    plottingnya. Penyajian data dalam gambar menunjukkan lokasi seam berada. Penyajian

    hasil rincian hitungan berupa tabel (lihat Lampiran III) yang dikerjakan dengan

    menggunakan software Microsoft Excel.

    Data-data yang disajikan dalam tabel berupa :

    1. Seam, yaitu nama-nama seam yang ada di pit C0, pembagian seam berdasarkan

    data ketebalan yang didapat.

    2. Area, yaitu luas area masing-masing seam.

    3. Thickness, yaitu data ketebalan yang didapat dari tim geologi.

    4. Volume, yaitu volume berdasarkan seam masing-masing.

    5. RD (Relative Density), yaitu ukuran pembanding kualitas batubara.

    6. Tonnage, yaitu ukuran kapasitas yang dapat diangkut oleh suatu kapal.

    7. Total pit, yaitu jumlah volume dan tonnage yang ada di dalam pit.

    8. Total rom, yaitu jumlah volume dan tonnage yang ada di dalam rom.

    9. Total, yaitu jumlah volume dan tonnage semua seam baik dari pit maupun rom.

  • 29

    4.5 Analisis

    Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, ada beberapa hal yang berbeda antara konsep

    dengan praktek di lapangan, yaitu:

    Dalam persiapan, kurangnya informasi mengenai keadaan dilapangan

    dikarenakan tidak semua surveyor mengikuti briefing (hanya ketua tim

    survey yang diikutkan dalam briefing). Upaya yang dapat dilakukan

    untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mewajibkan seluruh

    surveyor untuk mengikuti briefing.

    Dalam pengukuran terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan

    standar pengukuran, yaitu posisi prisma tidak tepat berada di objek yang

    akan diukur karena terhalang oleh gundukan batu bara dan asap yang

    ditimbulkan oleh batu bara pada saat hujan.Upaya yang dilakukan untuk

    mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan ETS reflectorless

    sehingga bidikan dapat diarahkan langsung pada objek yang akan

    diukur. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan

    perlengkapan keselamatan yang lebih baik (tahan api).

    Berdasarkan spesifikasi pengukuran, jarak antar titik diatur sebesar 3

    meter. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas hasil perhitungan

    volume batu bara agar sesuai dengan standar toleransi hilangnya batu

    bara selama proses eksploitasi, yaitu sebesar 0.5 1% dari total volume

    batu bara.

  • 30

    Gambar 4.11 Contoh kesalahan pembuatan garis boundary dikarenakan terdapat titik yang tidak diikut sertakan dalam pembentukan garis

    Kesalahan terjadi pada waktu pembuatan garis boundary, yaitu terdapat

    titik yang tidak diikut sertakan pada proses pembuatan boundary

    tersebut. Hal ini mengakibatkan volume yang diperoleh tidak sesuai

    dengan kondisi sebenarnya. Upaya yang dapat dilakukan dapat berupa

    penggambaran kembali (editing) terhadap titik yang belum diikut

    sertakan pada proses pembuatan boundary tersebut.

  • 31

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengukuran coal inventory yang dilakukan, total volume

    yang didapat berdasarkan kontraktor yang menangani adalah sebagai berikut :

    Kontraktor Volume (m3)

    PT. Cipta Kridatama 438.866,26

    PT. Leighton Contractor Indonesia 415.343,36 Tabel 5.1 Hasil perhitungan volume coal inventory berdasarkan kontraktor yang menangani

    Dalam pelaksanaan kerja praktek ini kami mendapat beberapa pelajaran mengenai

    pelaksanaan kegiatan pengukuran coal inventory dalam dunia pertambangan. Hal-hal baru

    yang kami dapat adalah antara lain :

    Kegiatan pengukuran coal inventory terdiri dari 5 proses utama yaitu persiapan,

    pengambilan data, pengolahan data, penyajian data, dan analisis.

    Dalam pertambangan, keselamatan merupakan prioritas utama. Hal tersebut

    diperlihatkan dengan lengkapnya peralatan APD.

    Dalam pertambangan, adanya kontraktor yang mengerjakan pengerukan dapat

    membantu kelangsungan proyek.

    Dalam pertambangan, khususnya survey, banyak istilah yang kami dapat seperti yang

    telah dijelaskan dalam daftar istilah.

    Perhitungan posisi dapat dilakukan dengan metode polar untuk posisi horizontalnya

    dan perhitungan trigonometri untuk posisi vertikalnya.

    Penentuan luas dalam pertambangan prinsipnya adalah membagi area luasan daerah

    yang diukur menjadi beberapa trapesium. Perhitungan luas dapat dihitung secara

    otomatis dengan software surpac.

    Penentuan volume dapat dilakukan dengan metode cut and fill antara DTM secara

    otomatis menggunakan software surpac.

  • 32

    5.2 Saran

    Menurut pemikiran kami ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam

    kegiatan pengukuran coal inventoy agar kualitas data menjadi lebih baik. Seperti pada

    halnya saat prisma diangkat dengan mengira-ngira dikarenakan bidikan terhalang

    gundukan batubara. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi pengkuran seperti yang

    telah diutarakan dalam analisis. Saran dari kami adalah mengganti reflektor yang

    panjangnya 2 meter menjadi 5 meter agar tidak terjadi hal ini lagi.

    Kasus kedua adalah pada saat batubara terbakar karena mengenai hujan

    sehingga prisma dimiringkan. Hal ini dapat mempengaruhi pengukuran. Saran dari

    kami adalah mengganti alat dengan ETS reflectorless. Saran lainnya adalah

    menyiapkan perlengkapan keselamatan yang tahan api jika ada kasus seperti itu.

    Semoga dengan saran saran kami ini dapat menjadikan pembelajaran yang berharga

    bagi kami dan perusahaan agar mengembangkan kualitas menjadi lebih baik.

  • 33

    DAFTAR PUSTAKA

    Yamin, Muhammad. 2011. Slide Kuliah Ilmu Ukur Tanah I GD-2101. Bandung

    Soedemo, Agus S. 2000. Dasar-dasar survey. Bandung: LAPI ITB

    Muda, Iskandar. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta: DEPDIKNAS

    http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/09/pengukuran-polar.html

    http://arryprasetya.blogspot.com/2010/05/definisi-dem-digital-elevation-model.html

    http://mazprie82geodesi.blogspot.com/2010/11/metode-pengukuran-detail.html