BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ......

44
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, penelitian mengenai sinonimi dalam bahasa Indonesia sudah pernah dilakukan. Akan tetapi, penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terbatas pada jenis verba tertentu dan nomina. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini akan diuraikan pada bagian ini. Berkaitan dengan itu, istilah-istilah yang digunakan di dalamnya adalah istilah asli dari sumbernya. Sutiman dan Ririen Ekoyanantiasih (2007) telah meneliti nomina noninsani yang bersinonim di dalam bahasa Indonesia. Penelitian tersebut membahas permasalahan pada pendefinian leksem nomina noninsani di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Tujuannya untuk mengecek kelayakan definisi leksem nomina dalam KBBI dan memberikan saran perbaikan pendefinisian leksem yang bersinonim dalam KBBI, khususnya leksem nomina noninsani. Hasil dari penelitiannya adalah pendefinisian leksem di dalam KBBI belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem sinonim, jika dapat disubstitusi itu merupakan leksem sinonim. Utami (2010) telah mengkaji sinonim nomina dalam bahasa Indonesia dalam tesisnya. Penelitian tersebut membahas permasalahan pada sinonim nomina dalam bahasa Indonesia yang bertujuan untuk mengidentifikasi ciri pembeda seperangkat nomina bahasa Indonesia yang bersinonim dan ruang lingkup pemakaiannya. Hasil penelitiannya adalah kebanyakan nomina dalam bahasa

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ......

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Studi Terdahulu

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, penelitian

mengenai sinonimi dalam bahasa Indonesia sudah pernah dilakukan. Akan tetapi,

penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terbatas pada jenis verba tertentu

dan nomina. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini akan

diuraikan pada bagian ini. Berkaitan dengan itu, istilah-istilah yang digunakan di

dalamnya adalah istilah asli dari sumbernya.

Sutiman dan Ririen Ekoyanantiasih (2007) telah meneliti nomina

noninsani yang bersinonim di dalam bahasa Indonesia. Penelitian tersebut

membahas permasalahan pada pendefinian leksem nomina noninsani di dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Tujuannya untuk mengecek kelayakan

definisi leksem nomina dalam KBBI dan memberikan saran perbaikan

pendefinisian leksem yang bersinonim dalam KBBI, khususnya leksem nomina

noninsani. Hasil dari penelitiannya adalah pendefinisian leksem di dalam KBBI

belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan

leksem sinonim, jika dapat disubstitusi itu merupakan leksem sinonim.

Utami (2010) telah mengkaji sinonim nomina dalam bahasa Indonesia

dalam tesisnya. Penelitian tersebut membahas permasalahan pada sinonim nomina

dalam bahasa Indonesia yang bertujuan untuk mengidentifikasi ciri pembeda

seperangkat nomina bahasa Indonesia yang bersinonim dan ruang lingkup

pemakaiannya. Hasil penelitiannya adalah kebanyakan nomina dalam bahasa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

17

Indonesia bersinonim dekat disebabkan oleh beberapa ciri pembeda dan beberapa

kata yang selama ini dikelompokkan ke dalam sinonim, tetapi sebenarnya

merupakan anggota dari kehiponiman. Penggunaan kata-kata yang bersinonim

dalam komunikasi memerlukan kecermatan dari pengguna bahasa itu sendiri,

yang disebabkan oleh adanya ciri pembeda dalam setiap kata yang bersinonim

tersebut. Dengan demikian, penggunaannya tidak akan menimbulkan kejanggalan

dan kesalahan dalam penerimaan informasi.

Heriwaluyo (2010) telah melakukan penelitian tentang sinonimi verba,

tetapi hanya terbatas pada verba yang bermakna mengalahkan dalam berita

olahraga di media cetak. Penelitian tersebut membahas dua permasalahan.

Pertama, identifikasi kata, frasa, dan klausa yang memenuhi makna

„mengalahkan‟ dalam wacana jurnalistik berita olahraga di media cetak. Kedua,

hubungan kata dengan kata dan kata dengan frasa yang menunjukkan gejala

sinonimi makna „mengalahkan‟ dalam berita olahraga di media cetak.

Penelitiannya menghasilkan dua simpulan. Pertama, identifikasi kata, frasa, dan

klausa menghasilkan sebuah klasifikasi berdasarkan afiksasi dan berdasarkan

bentuk yang lugas, serta metaforis. Kedua, bentuk substitusi dari kata-kata atau

frasa yang memenuhi makna „mengalahkan‟ dapat menimbulkan hubungan kata

dengan kata yang dapat dipertukarkan, tanpa mengubah struktur kalimat dan dapat

menimbulkan tambahan makna yakni makna metaforis, sedangkan hubungan kata

dengan frasa tidak dapat diperlakukan secara langsung.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

18

B. Landasan Teori

1. Sinonimi

Suatu kata memiliki relasi atau hubungan dengan kata lain. Relasi makna

yang paling sentral adalah relasi sinonimi. Beberapa ahli mencoba untuk

mendeskripsikan relasi sinonimi antarleksem.

Nida (1975: 16–17) mendefinisikan sinonimi sebagai “the words in each

pair, normally called synonyms, are almost never substitutable one for the other

in any and all contexts” „kata-kata dalam masing-masing pasangan biasanya

disebut sinonim yang hampir tidak pernah dapat digantikan satu dengan yang

lainnya dalam beberapa dan semua konteks‟. Bertolak dari pandangan tersebut,

dapat diketahui bahwa sinonimi merupakan kata-kata yang tidak dapat

dipertukarkan untuk saling mengganti dalam semua konteks kalimat. Kata-kata

tidak dapat berterima di dalam konteks kalimat lain, meskipun dalam suatu

konteks kalimat, kata-kata tersebut berterima.

Kata-kata yang bersinonim itu tidak dapat dinyatakan memiliki makna

yang identik, tetapi memiliki makna yang bertumpang tindih saat mereka dapat

disubstitusikan antara satu dan lainnya dalam konteks tertentu tanpa perubahan

yang signifikan dalam isi konsep suatu ucapan (Nida, 1975: 17). Oleh Nida, relasi

makna tumpang tindih dapat ditunjukkan pada diagram berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

19

Gambar 1

Relasi Makna Tumpang Tindih

Sumber: Nida, 1975: 17

Gambar di atas menunjukkan bahwa satu kata memiliki hubungan yang

tumpang tindih dengan kata lain. Kata satu mengandung unsur kata lain dan

sebaliknya. Relasi itu tidak terbatas hanya pasangan yang terdiri dari dua kata,

tetapi bisa tiga kata atau lebih, yang bersinonim berdekatan. Contoh: kata duga,

sangka, terka, dan tebak. Relasi sinonim kata tersebut adalah 4 kata, yang

maknanya tumpang tindih. Semua kata dapat dipertukarkan dalam satu konteks

kalimat, hanya ada sedikit perbedaan di antaranya, namun maknanya sama yaitu

„menentukan hal yang belum pasti‟.

Menurut Cruse (1997: 88), sinonimi merupakan relasi leksikal yang

beridentitas paralel dalam keanggotaan dua kelas tertentu. Ia menyatakan bahwa

“… there are different degrees of synonymyty; the relation defined in terms of

truth-conditional relations will be distinguished as propositional synonymy”

(Cruse, 1997: 88) „… ada perbedaan tingkatan kesinoniman, leksem yang dapat

digantikan dalam berbagai kalimat dengan ciri-ciri kebenaran kondisional yang

disebut sebagai sinonim proposisional‟. Sebagai contoh, kata fiddle „rebab‟ dan

violin „biola‟: keduanya mampu menghasilkan kalimat dengan kebenaran

kondisional yang berbeda, contoh “He plays the violin very well” „Dia (laki-laki)

bermain biola dengan sangat bagus‟ diikuti dengan “He plays the fiddle very

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

20

well” „Dia (laki-laki) bermain rebab dengan sangat bagus‟. Artinya, sinonimi

proposisional merupakan pasangan sinonimi yang salah satunya lebih spesifik

daripada yang lain. Penggunaan satu kata lebih tepat daripada kata yang lain

dalam kondisi tertentu.

Ada dua intuisi semantik yang kuat menurut Cruse (1997: 265). Pertama,

bahwa pasangan atau kelompok yang pasti dari soal leksikal menanggung

semacam khusus kemiripan semantik antara satu dengan yang lain. Itu biasa

dilakukan untuk menyebut hal yang memiliki semacam kemiripan khusus.

Namun, kelas intuitif sinonimi tidak bermakna habis oleh gagasan sinonimi

kognitif, seperti sekilas akan dikonfirmasikan pada beberapa kamus sinonim.

Kedua, bahwa beberapa pasangan sinonim lebih identik daripada pasangan lain:

settee „sofa kecil‟ dan sofa „sofa‟, die „mati‟ dan kick the bucket „meninggal

dunia‟, yang pada gilirannya lebih identik daripada boundary „batas‟ dan frontier

„perbatasan‟, breaker „pemecah‟ dan roller „penggilas‟, atau brainy „cerdas‟ dan

shrewd „cerdas‟.

Menurut pandangan di atas, sinonimi memiliki tingkatan tertentu. Tidak

setiap kata memiliki makna yang tingkatannya sama, misalnya tingkat

perasaannya, seperti mohon dan minta, yang lebih emotif mohon daripada minta.

Jadi, kata-kata tersebut tidak dapat dipertukarkan dalam suatu konteks kalimat

yang menuntut verbanya untuk memenuhi kedalaman perasaan penggunanya

ketika menggunakannya.

Menurut Cruse (1997: 266–267), sayangnya, tidak ada cara yang rapi

untuk karakterisasi sinonimi. Pemecahan masalahnya dengan dua jalan. Pertama,

dalam istilah kemiripan penting dan perbedaan yang diperbolehkan. Kedua,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

21

kontekstual dengan cara bentuk diagnostik. Salah satunya, jelas bahwa sinonimi

harus memiliki derajat signifikan pada ciri-ciri semantik, seperti dibuktikan

dengan sifat semantik umum. Kemudian, sinonimi merupakan soal leksikal yang

dirasakan identik dalam mematuhi pusat ciri-ciri semantik, tetapi berbeda jika

pada semuanya hanya mematuhi apa yang dapat secara sementara kita

deskripsikan sebagai ciri-ciri minor atau periferal. Sebuah usaha akan dilakukan

untuk karakterisasi perbedaan yang diperbolehkan antara sinonimi.

Hal di atas menunjukkan bahwa untuk membedakan antara kata-kata yang

memiliki kemiripan makna adalah dengan memasukkannya ke dalam kalimat

diagnostik. Kalimat diagnostik dibuat untuk membedakan makna kata yang sangat

mirip, yang dibuat sendiri atau dapat pula diambil dari suatu sumber. Kalimat

diagnostik dapat berterima semua, dapat pula ada beberapa yang tidak berterima.

Menurut Cruse (1997: 267), sinonimi juga khas terjadi dalam tipe pasti

dalam ekspresi. Misalnya, sinonimi kadang digunakan sebagai penjelasan atau

klarifikasi makna kata lain. Hubungan antara dua kata sering menandakan sesuatu,

seperti that is to say „artinya‟ atau variasi tertentu pada or „atau‟:

(20) He was cashiered, that is to say, dismissed.

„Dia dipecat. Artinya, diberhentikan.‟

(21) This is an ounce, or snow leopard.

„Ini seekor macan tutul, atau macan tutul salju.‟

Ketika sinonimi digunakan dengan kontras seperti di atas, kadang-kadang

hal itu normal untuk menandakan kenyataan bahwa itu perbedaan yang harus

diperhatikan dengan beberapa ekspresi seperti more exactly „lebih tepatnya‟ atau

or rather „atau lebih tepatnya‟:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

22

(22) He was murdered, or rather executed.

„Dia dibunuh atau lebih tepatnya dieksekusi.‟

(23) On the table there were a few grains or, more exactly, granules of the

substance.

„Di atas meja ada beberapa padi-padian atau lebih tepatnya butiran zat.‟

Sinonimi menurut pandangan di atas dapat digunakan untuk memperjelas

kata yang bersinonim. Jadi, kata tersebut benar-benar mirip antara satu dan yang

lain, contoh: kata basmi dan berantas. Contoh dalam kalimat berikut:

(24) Petugas kesehatan membasmi, atau lebih tepatnya memberantas

nyamuk penyebab malaria.

Cruse (1997: 270–272) menyatakan ada pula jenis sinonimi proposisional

dan plesionim. Sinonimi proposisional merupakan pasangan bentuk leksikal yang

harus memiliki properti semantik tertentu pada umumnya. Contoh:

(25) Arthur has lost the key. „Arthur kehilangan kunci.‟

(26) Arthur has lost the blasted key. „Arthur kehilangan kunci utama.‟

Akan tetapi, jika blasted „utama‟ hanya mengandung makna ekspresif

yang dapat diganti oleh spare „cadangan‟ yang mengandung makna proposisional,

kalimat dengan konteks yang berbeda diperoleh:

(27) Arthur has lost the spare key. „Arthur kehilangan kunci cadangan.‟

Dari contoh tersebut, sinonimi proposisional merupakan sinonimi yang

harus memiliki properti semantis sebagai penjelasnya, yang dapat dipertukarkan

dengan pasangannya dalam konteks kalimat yang sama. Kata key „kunci‟ di atas

dapat diekspresikan atau dijelaskan ke dalam hal yang spesifik seperti blasted key

„kunci utama‟ dan spare key „kunci cadangan‟.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

23

Plesionimi menurut Cruse (1997: 285) dibedakan dari sinonim kognitif

dengan fakta bahwa kalimat hasil dengan konteks yang berbeda: dua kalimat yang

berbeda hanya dalam hal plesionimi dalam posisi sintaktik paralel tidak saling

melibatkan, meskipun jika bentuk leksikal merupakan relasi hiponim mungkin ada

entailment unilateral „perikutan secara satu pihak‟.

Plesionimi merupakan sinonimi yang sebenarnya adalah hiponimi. Dari

contoh di atas, kunci sebagai hipernimnya, kunci cadangan dan kunci utama

sebagai hiponimnya. Oleh karena itu, hiponimi berfungsi untuk menyampaikan

suatu hal supaya lebih ekspresif.

Kreidler (1998: 97) menyatakan “…synonymy is an instance of mutual

entailment, and synonyms are instances of mutual hyponymy” „sinonimi

merupakan contoh hubungan saling berikutan dan sinonim merupakan contoh

saling berhiponim‟. Contoh:

(28) Jack is a seaman. „Jack seorang pelaut.‟

(29) Jack is a sailor. „Jack seorang pelaut.‟

Contoh di atas merupakan contoh sinonimi karena kata seaman dan sailor

dapat dipertukarkan satu sama lain dan benar dalam kalimat yang sama.

Hubungan antara keduanya saling berikutan, sailor melibatkan seaman dan

sebaliknya.

Menurut Kreidler (1998: 96), “synonyms can be nouns, … or adjectives,

adverbs, or verbs” „sinonim dapat berupa nomina, … atau adjektiva, adverbia,

atau verba‟.

(30) The rock is large. „Batu itu besar.‟ (adjektiva)

(31) The rock is big. „Batu itu besar.‟ (adjektiva)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

24

(32) The train traveled fast. „Kereta itu berjalan cepat.‟ (adverbia)

(33) The train traveled rapidly. „Kereta itu berjalan dengan cepat.‟

(adverbia)

(34) The bus left promptly at 10. „Bus itu segera meninggalkan pukul 10.‟

(verba)

(35) The bus departed promptly at 10. „Bus itu segera meninggalkan pukul

10.‟ (verba)

Akan tetapi, pasangan sinonimi dapat pula merupakan hiponimi dari suatu

hipernimi jika pasangan tersebut tidak saling berikutan. Jika satu kata dapat

dicakupi kata yang lain disebut hubungan hiponimi. Contoh: big merupakan

hiponimi dari large.

Menurut Lyons, sinonimi didefinisikan sebagai berikut:

Ekspresi-ekspresi dengan makna yang sama. Keduanya harus dicatat

definisinya. Pertama, sinonimi tidak membentuk relasi sinonimi pada

kata: sinonimi membuat kemungkinan bahwa ekspresi-ekspresi

sederhana leksikal mungkin memiliki makna yang sama seperti

ekspresi kompleks leksikal. Kedua, sinonimi membuat identitas, tidak

sama persis dengan makna kriteria sinonimi (Lyons, 1996: 60).

Hal di atas berarti sinonimi harus memiliki identitas makna yang sama.

Kata-kata harus memiliki makna yang sama persis. Akan tetapi, sinonimi dapat

pula hanya sama identitasnya sebagai pasangan sinonimi, tetapi perbedaannya

terletak pada makna yang tidak sama persis. Contoh: leksem mohon dan minta

memiliki identitas yang sama sebagai sinonimi, yaitu keduanya memiliki makna

meminta, tetapi berbeda keemotifannya. Perbedaannya, leksem mohon lebih

emotif daripada kata minta sehingga tanggapan dari lawan tutur akan berbeda

pula.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

25

Parera (2004: 63) menerangkan bahwa kesinoniman dalam sebuah bahasa

lebih banyak terjadi akibat serapan antarbahasa, antardialek, dan antarragam

bahasa. Ini berarti bahasa yang tidak pernah berkontak dengan bahasa atau dialek

yang lain tidak akan mempunyai banyak sinonimi. Dengan kata lain, sinonimi

banyak berupa kata yang bersifat kedaerahan atau dialek daripada yang lain dan

lebih bersifat umum daripada yang lain. Oleh karena itu, akan sulit untuk

menemukan sinonimi yang tidak berasal dari serapan bahasa, dialek, dan ragam

bahasa. Contoh: kata pirsa bersinonim dengan kata tahu.

Riemer (2010: 151) menguraikan bahwa sinonimi merupakan bagian dari

investasi metalinguistik yang oleh penutur biasa bahasa Inggris dikatakan:

pengguna bahasa sering menyebut kata satu dengan kata yang lain, seperti

memiliki kesamaan makna. Contoh:

(36) It‟s likely/probable that he‟ll be late. „Ini sepertinya/mungkin bahwa

dia akan terlambat‟

(37) He is likely/probable to be late. „Dia sepertinya/mungkin akan

terlambat.‟

Kedua kata di atas bersinonim karena memiliki kesamaan makna. Akan

tetapi, jika keduanya menunjukkan perbedaan aturan gramatikal, kemungkinan

peristiwanya akan seperti di atas.

Collinson (dalam Ullman, 2012: 177) pernah berusaha untuk

mentabulasikan perbedaan antara pasangan sinonimi. Ia membedakan sembilan

kemungkinan berikut ini.

a. Satu kata lebih umum daripada yang lain: refuse – reject (bandingkan:

binatang – hewan)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

26

b. Satu kata lebih intens dari yang lain: repudiate – refuse (bandingkan:

mengamati – memandang)

c. Satu kata lebih emotif daripada yang lain: reject – decline (bandingkan:

memohon – meminta)

d. Satu kata dapat mencakup penerimaan atau penolakan moral sedangkan

yang lain netral: thirfty – economical (bandingkan: sedekah – pemberian)

e. Satu kata lebih profesional daripada yang lain: desease –death

(bandingkan: riset – penelitian)

f. Satu kata lebih literer daripada yang lain: passing – death (bandingkan:

mafhum – memahami; puspa – bunga; ibunda – ibu)

g. Satu kata lebih kolokial (bersifat keseharian) daripada yang lain: turn

down – refuse (bandingkan: aku –saya)

h. Satu kata lebih bersifat lokal atau dialek daripada yang lain: bahasa Inggris

Scots flesher – butcher (bandingkan: lu : gua [Jakarta] – kamu : saya)

i. Salah satu dari sinonim termasuk bahasa kanak-kanak: daddy – father

(bandingkan: mama – ibu; mimik – minum)

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tidak ada sinonimi yang mutlak.

Setiap sinonimi ada unsur pembedanya, seperti lebih umum, lebih intens, lebih

emotif, lebih dapat diterima atau ditolak, lebih profesional, lebih literer, lebih

bersifat keseharian, lebih bersifat dialek, dan lebih kanak-kanak daripada yang

lain.

Sinonimi didefinisikan sebagai “dua leksem atau dua satuan lingual lain itu

dapat saling menggantikan dengan isi/informasi yang sama” (Subroto, 2011: 62).

Dalam lingkup semantik leksikal, kesinoniman dapat terdapat dalam lingkup:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

27

nomina, verba, adjektiva, pronomina persona, numeralia, adverbia, dan preposisi

(Subroto, 2002: 120). Pandangannya tentang sinonimi mengacu pada pandangan

Nida (1975), yang keduanya menyatakan bahwa sinonimi merupakan relasi yang

dapat disubstitusikan pada konteks kalimat yang berbeda dengan makna yang

sama.

Menurut Fromkin, Victoria, Robert Rodman, Nina Hyams (2011: 156),

“synonyms are words or expressions that have the same meaning in some or all

contexts” „sinonim merupakan kata atau ekspresi yang memiliki kesamaan makna

dalam beberapa atau semua konteks‟. Oleh karena itu, kata-kata yang memiliki

makna yang sama di dalam beberapa atau semua konteks kalimat dapat disebut

sinonimi.

Di sisi lain, dikemukakan oleh Hurford, James R., Brendan Heasly, dan

Michael B. Smith bahwa sinonimi itu merupakan relasi antara predicates dan

bukan di antara kata-kata. Dengan kata lain, kata dapat memiliki banyak makna

yang berbeda-beda, beberapa perbedaan makna kata disebut predicates (2007:

107). Artinya, sinonimi bukan relasi antara dua kata yang memiliki makna yang

sama, melainkan dua makna yang sama.

Selain hal di atas, untuk membedakan pasangan sinonim yang berdekatan

dapat digunakan skala intensitas. Hal tersebut dikemukakan oleh Karlsson (2014:

3) bahwa “near synonyms in a lexical set may also be distinguished from each

other by intensity” „sinonim yang berdekatan dalam seperangkat leksikal dapat

pula dibedakan satu dengan yang lain dengan intensitas‟. Jadi, di dalam

seperangkat pasangan sinonim yang berdekatan dapat dibedakan satu kata dengan

yang lain melalui skala intensitasnya, misalnya kata surprise „terkejut‟ yang jelas

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

28

menambah intensitasnya dari surprise „mengejutkan‟, astonish „mencengangkan‟,

amaze „menakjubkan‟, astound „mengherankan‟, dan flabbergast „sangat

menakjubkan‟.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

sinonimi berarti relasi antara dua leksem atau lebih yang memiliki kesamaan

makna dan dapat menggantikan satu sama lain di dalam kalimat yang sama.

Kesinoniman dapat berupa nomina, adjektiva, adverbia, dan verba. Akan tetapi,

penelitian ini lebih berfokus pada teori Cruse tentang relasi sinonimi karena ia

merupakan ahli yang berfokus pada sinonimi. Selain itu, sinonimi olehnya,

dibedakan lagi ke hal yang lebih kecil, serta pasangan sinonim tidak selalu

bersinonim mutlak. Oleh karena itu, teori yang dikemukakan oleh ahli lain

diperlukan sebagai pelengkap teori ini. Sinonimi dapat diidentifikasikan sebagai

berikut.

a. pasangan dua kata atau lebih.

b. memiliki makna yang sama atau sangat mirip.

c. dapat dipertukarkan satu sama lain dalam kalimat yang sama.

d. pasangan yang salah satunya lebih umum, lebih intens, lebih emotif, lebih

dapat diterima atau ditolak, lebih profesional, lebih literer, lebih bersifat

keseharian, lebih bersifat dialek, dan lebih kanak-kanak daripada yang lain.

2. Leksem

Matthews (1997: 26) menyatakan bahwa leksem merupakan “…a lexical

unit and is entered in dictionaries as the fundamental element in the lexicon of a

language” „leksem merupakan satuan leksikal yang terdapat di dalam kamus

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

29

sebagai bagian paling dasar dalam leksikon suatu bahasa‟. Jadi, leksem mengacu

pada satuan leksikal terkecil dari leksikon, misalnya dies „mati‟, died „meninggal‟,

dying „akan mati‟, dan die „mati‟ merupakan bentuk kata dari leksem DIE.

Menurut Cruse (1997: 76), leksem didefinisikan sebagai “a dictionary

contains (among other things) an alphabetical list of the lexemes of language. We

shall characteristic a lexeme as a family of lexical unit” „leksem merupakan entri

kamus (di antara hal lain) yang disusun secara alfabetis pada leksem suatu bahasa.

Kita dapat mengkarakteristikkan leksem sebagai keluarga dari satuan leksikal‟.

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat ditentukan bahwa leksem merupakan salah

satu satuan leksikal bahasa yang terdapat di dalam kamus, misalnya obey „taat‟,

obeys „mentaati‟, dan obeyed „mentaati (lampau)‟ merupakan bentuk kata dari

leksem obey „taat‟.

Kreidler (1998: 50-51) menyatakan bahwa “a lexeme is a minimal unit that

can take part in referring or predicating. All the lexemes of a language constitute

the lexicon of the language, and all the lexemes that you know make up your

personal lexicon” „suatu leksem merupakan satuan terkecil yang dapat menempati

acuan atau predikat. Semua leksem dalam bahasa merupakan leksikon bahasa dan

semua leksem yang kamu ketahui membentuk leksikon pribadi‟. Jadi, dapat

dikatakan bahwa leksem merupakan satuan terkecil dari leksikon bahasa yang

dapat menempati acuan atau predikat, misalnya go „pergi‟, going „akan pergi‟,

went „pergi (lampau)‟, gone „telah pergi‟ merupakan bentuk dari leksem go

„pergi‟.

Riemer (2010: 17) mengatakan “the lexeme is the name of the abstract unit

which unites all the morphological variants of a single word. Thus, we can say

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

30

that go, goes,went, have gone and to go all are instantiations of the lexeme to

go…” „leksem merupakan nama satuan abstraksi yang menyatukan semua jenis

morfologis kata tunggal. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa go „pergi‟, goes

„pergi‟, went „pergi (lampau)‟, have gone (telah), dan to go „pergi (akan)‟.

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dikatakan bahwa leksem merupakan

abstraksi yang melingkupi bentuk morfologis suatu kata. Leksem dapat

menyatukan bentuk-bentuk morfologis kata. Artinya, setiap bentuk morfologis,

yakni kata dapat disatukan ke dalam suatu leksem.

Subroto (2011: 42) menyatakan bahwa “leksem adalah satuan abstrak

(hasil abstraksi) dari sebuah paradigma (infleksional atau paradigma yang tidak

mengubah identitas kata) yang paling kecil, baik simpel maupun kompleks.” Jadi,

leksem merupakan bentuk abstraksi dari kata-kata secara infleksional, misalnya

leksem MINTA merupakan bentuk abstraksi dari minta, meminta, memintai,

memintakan, diminta, dimintai, dimintakan, permintaan, peminta, dan peminta-

minta.

Leksem merupakan satuan terkecil dari leksikon yang digunakan sebagai

bahan mentah dalam proses morfologis. Dengan kata lain, leksem merupakan

input dan kata merupakan output dari proses tersebut. Hal tersebut dinyatakan

oleh Kridalaksana bahwa leksem adalah sebagai berikut.

Satuan terkecil dari leksikon, (2) satuan yang berperan sebagai input

dalam proses morfologis, (3) bahan baku dalam proses morfologis, (4)

unsur yang diketahui adanya dari bentuk yang setelah

disegmentasikan dari bentuk kompleks merupakan bentuk dasar yang

lepas dari morfem afiks, (5) bentuk yang tidak tergolong proleksem

atau partikel (Kridalaksana, 1988: 52).

Pandangan di atas menunjukkan bahwa leksem merupakan satuan terkecil

dari leksikon yang merupakan bahan baku dalam proses morfologis. Oleh karena

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

31

itu, leksem yang mengalami proses morfologis akan membentuk kata. Selain itu,

leksem tidak disemati afiks berbeda dengan kata. Untuk penulisan leksem dalam

penelitian ini menggunakan huruf kecil miring, sesuai dengan pandangan Cruse,

Kreidler, dan Riemer di atas.

3. Verba

Suatu kata memiliki identitas sebagai suatu kelas kata. Salah satu kelas

kata adalah kelas kata kerja atau disebut verba. Beberapa ahli mencoba untuk

mendeskripsikan kelas kata verba.

Pandangan mengenai verba berdasarkan afiks yang menyematinya

diuraikan Beard sebagai berikut.

Verb class, too, is always marked by a suffix or thematic segment and

never by a free-standing morpheme. Verba classes determine stems

and are always the first affix before or after the root. Recall the

Russian examples “bel-ej-“ „be(come) white‟ and “bel-i-“ „whiten‟.

The ej-Class defines this set of stems as members of the First

Conjugation. While these markers may precede them. The results of

the Free Analog and Peripheral Affix Criterion offer a solid case for

Verb Class and Transitivity as the only lexical verb categories (Beard,

1995: 129).

„Verba selalu ditandai dengan sebuah sufiks atau segmen tematik dan

tidak pernah dengan morfem bebas. Verba selalu menentukan batang

afiks pertama sebelum atau setelah kata dasar. Contoh dalam bahasa

Rusia “be-ej-“ „memutih‟ dan “bel-i-“ „memutihkan‟. Kelas “ej-“

mendefinisikan seperangkat batang sebagai anggota dari konjugasi

pertama. Ketika pemarkahnya dapat mendahului mereka,

menghasilkan analogi pertama dan kriteria afiks periferal memberikan

bentuk padat untuk verba dan ketransitifan sebagai kategori verba

leksikal.‟

Pandangan di atas menunjukkan bahwa verba tidak selalu didampingi

morfem bebas. Verba juga dapat ditandai dengan adanya afiks baik berupa prefiks

maupun sufiks. Kelas kata verba dapat hanya berupa kata dasar, dapat pula berupa

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

32

kata berafiks. Contoh: minta termasuk verba dasar dan meminta, memintakan, dan

memintai termasuk verba berafiks.

Menurut Cann (1994: 32), “verbs, which combine with noun phrases to

form sentences, are naturally associated with the general semantic category of

predicate” „verba yang berkombinasi dengan frasa nomina dalam bentuk kalimat

itu terkait secara alami dengan kategori semantik umum pada predikat‟.

Pandangan itu menunjukkan bahwa verba yang berkombinasi dengan frasa

nomina akan menjadi predikat dalam suatu kalimat. Jadi, jika verba didampingi

frasa nomina atau nomina maka verba berfungsi sebagai predikat.

Verba memiliki aksionalitas, makna aspektualitas inheren verba, dan

situasi. Tadjuddin (1993a: 36) menguraikan bahwa “istilah aksionalitas di

kalangan pakar Slavia mengacu pada gejala aspektualitas yang diungkapkan

melalui proses morfologi derivasional. Sementara itu, di kalangan pakar Inggris,

istilah itu digunakan dalam artian aspektualitas yang diungkapkan secara inheren

melalui verba” (dalam Sumarlam, 2004: 32). Dari kajian aspektualitas dan unsur-

unsur yang berhubungan dapat diketahui berbagai situasi sebagai hasil

pemahaman terhadap makna aspektualitas inheren verba, misalnya dalam

pengkajiannya terhadap makna aspektualitas inheren verba bahasa Inggris,

membagi situasi menjadi lima: keadaan (state), ketercapaian (achievement),

aktivitas (activity), keselesaian (accomplishment), dan serial (series). Brinton

mengatakan bahwa serial/habitual merupakan perbuatan berulang-ulang yang

terjadi pada kesempatan yang berbeda (Brinton, 1988: 54 dalam Sumarlam, 2004:

33). Jadi, berdasarkan pandangan tersebut, dapat ditentukan bahwa verba dapat

dilihat dari aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Aspek-aspek tersebut

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

33

meliputi: keadaan seperti sakit, ketercapaian seperti menang, aktivitas seperti lari,

keselesaian seperti sembuh, dan serial seperti mandi.

Berkenaan dengan situasi dan makna aspektualitas inheren verba, situasi

dinamis memandang situasi dari segi ada tidaknya perubahan atau gerakan atau

keberlangsungan situasi dinamis harus didukung oleh usaha atau tenaga secara

berkesinambungan. Sifat dinamis ini menandai situasi verba pungtual (peristiwa)

dan verba aktivitas (proses) (Sumarlam, 2004: 34–35). Olehnya, situasi pungtual

diuraikan sebagai berikut.

a. situasi pungtual oleh Lyons (1978) disebut „peristiwa momental‟, oleh

Tadjuddin (1993a) disebut „situasi lintas batas‟, sedangkan verbanya oleh

Quirk et al. (1972: 95) dan Djajasudarma (1997: 69) disebut „verba peristiwa

tradisional‟, contoh: tiba, jatuh, menendang.

b. aktivitas, merupakan situasi dinamis yang berlangsung pada poros waktu yang

berkembang atau oleh Lyons (1978) dan Comrie (1981) disebut „proses‟.

contoh: membaca, menulis.

c. situasi statif atau keadaan, yang bersifat homogen, keberlangsungannya tetap,

tanpa disertai perubahan atau gerakan (nondinamis), dan keberlangsungannya

tidak memerlukan usaha atau tenaga, kecuali jika terjadi sesuatu yang

menyebabkan terputusnya keadaan itu. contoh: tahu, percaya.

d. situasi statis keberlangsungannya tidak homogen, terbatas waktunya. contoh:

berdiri, tidur, bersandar.

Menurut pandangan di atas, verba dapat dilihat dari aspek situasinya.

Aspek tersebut meliputi situasi pungtual atau peristiwa momental, aktivitas,

keadaan, dan situasi statis.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

34

Vendler (dalam Sumarlam, 2004: 40–41) membagi verba/kalimat

berdasarkan “skema waktu” menjadi empat subkelas sebagai berikut.

a. keadaan (state): berakhir selama periode waktu, tetapi tidak berkelanjutan dan

tidak menggambarkan proses waktu, contoh: mencintai.

b. aktivitas (activity): aktivitas berkelanjutan, dalam fase waktu berurutan, dan

sebagian proses merupakan sifat yang sama dari sifat keseluruhan, contoh:

berlari.

c. keselesaian (accomplishment): situasi berkelanjutan dan berlangsung menuju

terminus, contoh: menggambar.

d. ketercapaian (achievement): situasi tidak berkelanjutan dan terjadi pada momen

tunggal, contoh: menang.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa verba mengandung aspek-aspek di

dalamnya. Aspek tersebut meliputi keadaan, aktivitas, keselesaian, dan

ketercapaian untuk mengelompokkan verba tersebut.

Eva Eckert (1984 dalam Sumarlam, 2004: 41–42) membagi verba menjadi

tujuh subkelas verba sebagai berikut.

a. keadaan: situasi yang homogen sepanjang eksistensinya, contoh: tahu, melihat.

b. aktivitas: keadaan dinamis yang memerlukan input energi, contoh: menulis.

c. proses: situasi dinamis yang mengarah ke tujuan, contoh: tumbuh.

d. aksi iteratif: situasi yang mengimplikasikan pengulangan perbuatan, contoh:

berteriak-teriak.

e. keselesaian: hasil dari keadaan atau aktivitas, contoh: menulis (lengkap).

f. ketercapaian: tujuan akhir dari proses, contoh: menjadi dewasa.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

35

g. peristiwa: salah satu aksi yang menciptakan perbuatan berulang, contoh:

berteriak.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa verba dapat dikelompokkan

berdasarkan tujuh aspek. Aspek tersebut meliputi keadaan, aktivitas, proses, aksi

iteratif, keselesaian, ketercapaian, dan peristiwa.

Menurut Tarigan (1985: 64) segala kata yang dipakai sebagai perintah,

baik dapat maupun tidak dapat digabung dengan imbuhan atau afiks disebut kata

kerja. Kata dasar yang berupa kata kerja digolongkan ke dalam empat tipe sebagai

berikut.

a. tipe “duduk” adalah kata kerja intransitif yang tidak dapat digabung dengan

afiks men- atau afiks ber- untuk menurunkan kata kerja, contoh: duduk, pergi

b. tipe lari adalah kata kerja intransitif yang dapat digabung dengan afiks ber-

(tetapi tidak dapat digabung dengan afiks men- untuk menurunkan kata kerja,

contoh: lari, cerai

c. tipe “ambil” adalah kata kerja transitif yang dapat digabung dengan afiks men-

tetapi tidak dapat digabung dengan afiks ber- untuk menurunkan kata kerja,

contoh: ambil, angkut

d. tipe “tanam” adalah kata kerja yang dapat digabung baik dengan afiks men-

maupun dengan afiks ber- untuk menurunkan kata kerja, contoh: tanam, ajar.

Menurut Verhaar (2004: 183), ada penggolongan verba menurut “valensi”.

Valensi mengacu pada hubungan sintaksis antara verba dan unsur di sekitarnya,

mencakupi ketransitifan dan penguasaan verba atas argumen di sekitarnya.

Penggolongan verba menurut valensinya, yaitu verba bervalensi satu (verba

intransitif) atau verba bervalensi lebih dari satu, yakni dua atau tiga (verba

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

36

transitif). Dengan kata lain, verba intransitif merupakan verba yang berargumen

satu, contoh: tidur hanya memerlukan satu argumen yaitu Subjek dan verba

transitif berargumen lebih dari satu, contoh: memukul memerlukan dua argumen

yaitu Subjek dan Objek. Argumen merupakan unsur selain verba yang

mendampingi verba di dalam kalimat.

Verba intransitif dapat dibedakan menurut sifat semantisnya (Verhaar:

2004: 183–184). Ada verba yang mengandung makna “pengalam” atau “verba

pengalam”, ada verba yang mengandung makna “tindakan” atau “verba

penindak”. Akan tetapi, verba penindak bukanlah melakukan kegiatan seperti

dalam verba transitif, melainkan tidak menghasilkan sesuatu atau tidak

mempengaruhi objek. Contoh verba pengalam: jatuh dan verba penindak: tidur.

Verba secara fonologis menurut Alwi et al. (2003: 109-117) berdasarkan

kaidah morfofonemiknya sebagai berikut.

a. Morfofonemik prefiks meng-

1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/,

/o/, /ǝ/, /k/, /g/, /h/, atau /x/, bentuk meng- tetap menjadi meng-/ mǝŋ-/.

Contoh: meng- + ambil mengambil

2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ñ/,

/ŋ/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk meng- berubah menjadi me-. Contoh: meng- +

latih melatih

3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/ atau /t/,

bentuk meng- berubah menjadi men- /mǝn-/. Contoh: meng- + duga

menduga

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

37

4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/,

bentuk meng- berubah menjadi mem- /mǝm-/. Contoh: meng- + babat

membabat

5) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan

/š/, bentuk meng- berubah menjadi meny- /mǝñ/. Di dalam ejaan yang

dibakukan, bentuk meny- yang bergabung dengan huruf <c>, <j>, dan

<sy> pada awal dasar disederhanakan menjadi men-. Contoh: meng- +

syaratkan mensyaratkan

6) Jika ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah

menjadi menge- /mǝŋǝ/. Di samping itu, ada bentuk yang tidak baku, yaitu

yang mengikuti pola 1-5 di atas tanpa ada peluluhan. Contoh: meng- + tik

mengetik

7) Kata-kata yang berasal dari bahasa asing diperlakukan berbeda-beda,

bergantung pada frekuensi dan lamanya kata tersebut telah kita pakai. Jika

dirasakan masih relatif baru, proses peluluhan di atas tidak berlaku. Hanya

kecocokan artikulasi saja yang diperhatikan dengan catatan bahwa meng-

di depan dasar asing yang dimulai dengan /s/ menjadi men-. Jika dasar itu

dirasakan tidak asing lagi, perubahan morfofonemiknya mengikuti kaidah

yang umum. Contoh: meng- + proses memproses atau memroses.

8) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan

mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku

satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang direduplikasi. Sufiks

(jika ada) tidak ikut direduplikasi. Contoh: tulis menulis menuliskan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

38

b. Morfofonemik prefiks per-

1) Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang

dimulai dengan fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir

dengan /ǝr/. Contoh: per- + rendah perendah

2) Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar

ajar. Contoh: per- + ajar pelajari

3) Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk bila bergabung dengan

dasar lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas. Contoh: per + lebar perlebar

c. Morfofonemik prefiks ber-

1) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang

dimulai dengan fonem /r/. Contoh: ber- + ranting beranting

2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku

pertamanya berakhir dengan /ǝr/. Contoh: ber- + kerja bekerja

3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu.

Contoh: ber- + ajar belajar

4) Prefiks ber- tidak berubah bila digabungkan dengan dasar di luar kaidah 1-

3 di atas. Contoh: ber- + layar berlayar

d. Morfofonemik prefiks ter-

1) Prefiks ter- berubah menjadi te- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai

dengan fonem /r/. Contoh: ter- + rebut terebut

2) Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /ǝr/, fonem /r/ pada

prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak. Contoh: ter- +

percaya terpercaya

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

39

3) Di luar kedua kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya. Contoh: ter- +

pilih terpilih

e. Morfofonemik prefiks di-

Digabung dengan dasar pun, prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk.

Contoh: di- + beli dibeli

f. Morfofonemik sufiks –kan

Sufiks –kan tidak mengalami perubahan apabila ditambahkan pada dasar kata

apa pun. Contoh: tarik + -kan tarikkan

g. Morfofonemik sufiks –i

Sufiks i- tidak mengalami perubahan jika ditambahkan pada dasar kata apapun

kecuali dasar yang berakhir dengan fonem i- tidak dapat diikuti sufiks -i.

h. Morfofonemik sufiks –an

Sufiks –an tidak mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan dasar

kata apa pun. Jika fonem terakhir suatu dasar adalah /a/, dalam tulisan fonem

itu dijejerkan dengan sufiks –an. Contoh: dua berduaan.

Berdasarkan pandangan tersebut, ada beberapa kaidah morfofonemik

verba. Hal itu dilihat dari afiks yang menyemati verba yang menyebabkan

perubahan fonem pada verba tersebut.

Alwi et al. (2003: 87) menyatakan bahwa ciri-ciri verba dapat diketahui

dengan mengamati (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaktis, dan (3) bentuk

morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan

dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri-ciri berikut.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

40

a. verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam

kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain, contoh: pencuri itu lari,

lari merupakan predikat.

b. verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang

bukan sifat atau kualitas.

c. verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang

berarti „paling‟, verba seperti mati atau suka, misalnya, tidak dapat diubah

menjadi *termati atau *tersuka.

d. pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang

menyatakan makna kesangatan. tidak ada bentuk seperti *agak belajar,

*sangat pergi, dan *bekerja sekali meskipun ada bentuk seperti sangat

berbahaya, agak mengecewakan, dan mengharapkan sekali.

Berdasarkan ciri tersebut, dapat dibedakan antara verba dan kelas kata lain.

Verba tidak akan sama dengan kelas kata lain, meskipun penggunaannya sama

dengan adjektiva sebagai predikat dalam suatu kalimat.

Alwi et al. (2003: 88) menyatakan bahwa verba dapat dilihat dari segi

perilaku semantisnya. Verba secara semantis dapat didefinisikan sebagai kata

yang mengandung makna inheren perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan

sifat atau kualitas. Jadi, kata-kata seperti curi, beli, dan pukul adalah verba. Secara

semantis, verba dapat digolongkan menjadi beberapa macam seperti yang

dilakukan oleh Alwi et al. (2003: 88–90), yaitu:

a. verba perbuatan, contoh: mandi, beli

b. verba proses, contoh: mati, jatuh

c. verba keadaan, contoh: suka, mati

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

41

d. verba pengalaman, contoh: mendengarkan

Penggolongan verba di atas dapat bertumpang tindih, artinya satu verba

dapat masuk ke dalam dua kelompok, seperti pada verba suka di atas yang dapat

masuk kelompok verba proses dan verba pengalaman. Oleh karena itu, diperlukan

kecermatan untuk mengelompokkan suatu verba ke dalam kelompok di atas.

Kridalaksana menguraikan verba berdasarkan perilakunya dalam frasa

sebagai berikut:

Secara sintaktis sebuah satuan gramatikal dapat diketahui berkategori

verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata

dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase,

yakni dalam hal kemungkinannya satuan itu didampingi partikel tidak

dalam konstruksi dan dalam hal tidak dapat didampinginya satuan itu

dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih,

atau agak (Kridalaksana, 2005: 51).

Pandangan Kridalaksana di atas berarti kata dapat dikategorikan sebagai

verba jika dapat didahului partikel tidak. Selain itu, verba juga tidak dapat

didahului partikel di, ke, dari atau sangat, lebih, agak. Jadi, pendamping untuk

kelas kata lain tidak dapat mendampingi verba.

Kridalaksana (2005: 51-52) menyatakan bahwa dari bentuknya, verba

dapat dibedakan:

a. Verba dasar bebas, yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contoh:

duduk, makan.

b. Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi,

gabungan proses atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat

kita jumpai:

1) verba berafiks, contoh: ajari, bernyanyi

2) verba bereduplikasi, contoh: bangun-bangun, ingat-ingat

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

42

3) verba berproses gabung, contoh: bernyanyi-nyanyi

4) verba majemuk: cuci mata, campur tangan

Untuk menentukan sinonim dalam penelitian ini akan dibatasi pada verba

dasar. Verba dasar dapat digunakan dalam kalimat tanpa memerlukan afiks,

reduplikasi, berproses gabung, dan verba majemuk.

Unsur-unsur verba menurut Djajasudarma (2010: 43) salah satunya adalah

verba dengan klasifikasi semantik yang terdiri dari:

a. dinamis/statif

b. dubidatif/interogatif: ragu-ragu (bahwa akan)

c. desideratif: lebih suka, bermaksud, ingin tahu (…)

d. kognitif: mengetahui, menyatakan, mengira, membayangkan

e. imperatif (mandatif): mendesak, menuntut, memohon, mengusulkan

f. dan seterusnya.

Berdasarkan berbagai pandangan di atas mengenai verba, dapat

disimpulkan bahwa verba merupakan kelas kata kerja yang dapat menduduki

fungsi predikat di dalam klausa dan mengandung aspektualitas tertentu. Verba

dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

a. dapat didahului kata tidak.

b. tidak dapat didahului partikel di, ke, dan dari atau sangat, lebih, dan agak.

c. dapat diberi afiks, direduplikasi, gabungan proses, dan perpaduan leksem.

d. memiliki fungsi utama sebagai predikat dalam klausa.

e. mengandung aspektualitas tertentu, seperti keadaan, proses, aktivitas, dan lain-

lain.

f. dapat dilihat berdasarkan penanda aspek situasinya.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

43

4. Verba Insani

Verba insani merupakan suatu kesiapan pengelompokan verba berdasarkan

perilaku semantisnya. Verba insani mengacu pada verba yang pelaku atau

pengalamnya adalah insan.

Leech (2003: 123) menyatakan bahwa berdasarkan komponen makna

terbesarnya, verba dapat dibedakan menjadi +HUMAN „MANUSIA/INSAN‟ dan

-HUMAN „MANUSIA/INSAN‟. Artinya, komponen makna INSAN dapat

menjadi dasar untuk mengelompokkan verba.

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dinyatakan bahwa verba insani

merupakan verba yang berciri (+INSAN). Dengan kata lain, verba insani adalah

verba yang memiliki komponen makna bersama +INSAN.

5. Medan Leksikal

Leksem-leksem yang memiliki komponen makna yang sama akan bersatu

dalam suatu kelompok. Sebagai contoh: bayam, kangkung, dan wortel termasuk

dalam suatu kelompok sayuran. Beberapa ahli linguistik menyebut kelompok

tersebut dengan beberapa istilah, antara lain Nida menyebut dengan semantic

domain dan Lyons menyebut dengan istilah lexical field.

Medan makna atau semantic domain satuan lingual diuraikan oleh Nida

sebagai berikut:

A semantic domain consist essentially of a group of meanings (by no

means restricted to those reflected in single words) which share

certain semantic components. Though some domains, e.g. entities,

animate objects, masses, artifacts, events, processes, states, etc, may

appear to be logical categories, based on systematic classification of

extralinguistic phenomena, they are really not dependent upon any a

priori system of nomenclature or taxonomy (Nida, 1975: 174).

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

44

„Medan makna terdiri atas kelompok makna dasar (tidak berarti

terbatas yang dicerminkan kata tunggal) yang membagi komponen

makna tertentu. Meskipun beberapa medan, seperti benda, benda

bernyawa, massa, artefak, peristiwa, proses, negara, dan lain-lain,

mungkin muncul menjadi kategori logis, berdasarkan klasifikasi

sistematis pada fenomena luar bahasa, mereka sangat tidak tergantung

pada beberapa sistem prioritas nomenklatur dan taksonomi.‟

Ranah semantik terdiri dari suatu kelompok makna, yang di dalamnya

terdapat berbagai makna untuk membentuk satu kesatuan makna yang utuh.

Namun, makna tersebut bukan hanya yang dimiliki oleh satu kata, melainkan

banyak kata yang termasuk ke dalam kelompok tertentu. Setiap kata

menyumbangkan komponen makna tertentu supaya dapat digunakan untuk

membedakan makna antarkata.

Selanjutnya Nida (1975:175) menambahkan bahwa ranah makna (semantic

field) pokok atau utama dapat dipisahkan atas empat kelas: (1) benda atau maujud

(thing atau entity); (2) peristiwa atau kejadian (event); (3) abstrak; (4) relasional.

Maksudnya, setiap kata dapat dimasukkan ke dalam ranah benda, peristiwa,

abstrak, dan relasional. Dengan kata lain, kelas tersebut berfungsi sebagai kepala

atau hiperonimnya.

Wedhawati (2000: 260) menyatakan bahwa dalam bahasa Indonesia,

misalnya satuan leksikal burung, ayam, itik membentuk sebuah medan leksikal.

Ketiganya memiliki komponen makna bersama BERBULU, BERSAYAP,

BERPARUH yang terealisasi sebagai satuan leksikal unggas yang berfungsi

sebagai superordinat atau hiperonim burung, ayam, itik. Ketiganya berfungsi

sebagai hiponim. Struktur hierarkinya dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

45

Gambar 2

Struktur Hierarki Medan Leksikal

Sumber: Wedhawati, 2000: 261

Setiap satuan leksikal seperti leksem atau kata yang memiliki komponen

makna yang sama dapat disatukan ke dalam suatu medan leksikal. Medan leksikal

dibentuk dengan struktur suatu satuan leksikal sebagai hiperonimi dan satuan

leksikal lain sebagai hiponimi. Dengan kata lain, suatu satuan leksikal

membawahi satuan leksikal lain yang menjadi bagian darinya.

Seperangkat satuan leksikal yang membentuk medan leksikal itu

membentuk relasi vertikal dan horisontal (Wedhawati, 2000: 261). Jika bentuk

medan leksikal tersebut ke samping atau horisontal berarti setiap satuan leksikal

memiliki kesamaan komponen makna atau disebut sinonimi, perbedaan

komponen makna atau disebut antonimi, dan hal yang tidak sesuai atau

inkompabilitas. Di sisi lain, jika bentuk medan leksikal tersebut ke bawah atau

vertikal berarti setiap satuan leksikal memiliki hubungan satu sebagai kepala atau

hiperonimnya dan yang lain sebagai bawahan atau hiponimnya.

Subroto (2011: 105) menguraikan bahwa ranah makna (semantic field) dan

ranah leksikal (lexical field) pada dasarnya mengacu pada hal yang sama. Ranah

makna (semantic field) mengacu pada satuan makna, sedangkan ranah leksikal

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

46

(lexical field) mengacu pada satuan-satuan leksem. Satuan leksem juga

mengandungi satuan arti leksikal.

Maksud pernyataan di atas bahwa medan leksikal dan medan makna

adalah hal yang sama. Perbedaannya hanyalah pada penyebutan oleh beberapa

ahli linguistik yang berasal dari berbagai negara dan berbagai bahasa pula. Akan

tetapi, maksudnya sama. Medan makna mengacu pada satua-satuan makna,

sedangkan medan leksikal mengacu pada satuan-satuan leksikal.

Medan makna didefinisikan oleh Parera sebagai satu jaringan asosiasi

yang rumit berdasarkan pada similaritas/kesamaan, kontak/hubungan, dan

hubungan-hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata (2004: 138).

Pendefinisian medan makna dalam Kamus Linguistik adalah bagian dari sistem

semantik bahasa yang menggambarkan bagian bidang kehidupan atau realitas

dalam alam semesta tertentu dan yang realisasinya oleh seperangkat unsur leksikal

yang maknanya berhubungan (Kridalaksana, 2011: 151).

Dari berbagai pandangan terhadap medan leksikal atau medan makna di

atas, untuk menganalisis data, penelitian ini lebih berfokus pada teori medan

makna oleh Nida. Komponen makna bersama yang dimiliki oleh leksem verba

dalam penelitian ini adalah [+INSAN]. Medan makna dapat diidentifikasikan

sebagai berikut.

a. seperangkat leksem yang memiliki komponen makna bersama.

b. memiliki komponen makna pembeda antarleksem.

c. memiliki relasi secara vertikal atau hiponimi dan horisontal atau sinonimi

antarleksem.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

47

6. Analisis Komponen Makna

Untuk menganalisis data yang berupa leksem dengan tujuan menentukan

medan leksikalnya maka perlu mengetahui komponen maknanya. Hal ini dapat

diketahui melalui analisis komponen makna.

Menurut Nida (1975: 32–67), komponen makna dibedakan menjadi tiga,

yaitu komponen bersama, komponen diagnostik, dan komponen pelengkap atau

suplemen. Komponen makna bersama adalah komponen makna yang secara

bersama dimiliki oleh leksem-leksem yang termasuk dalam medan leksikal atau

ranah leksikal tertentu. Komponen makna diagnostik merupakan komponen

makna yang berperan atau berfungsi membedakan makna antar leksem yang

termasuk dalam medan tersebut. Komponen suplemen, yaitu komponen makna

yang keberadaannya disebabkan oleh perluasan makna leksem.

Maksud dari pandangan Nida di atas adalah bahwa komponen makna

bersama itu dimiliki oleh setiap leksem yang termasuk ke dalam medan leksikal

tertentu, misalnya komponen makna bersama dalam penelitian ini, yaitu +INSAN.

Komponen makna diagnostik, yaitu komponen makna yang digunakan untuk

membedakan makna antarleksem dalam satu medan leksikal, misalnya untuk

membedakan makna leksem mohon dan minta adalah EMOTIF.

Nida (1975: 54–61) menjelaskan prosedur analisis komponen makna.

Pertama, pada beberapa analisis meliputi penemuan tentatif pada makna yang

muncul untuk hubungan dekat dalam arti bahwa mereka merupakan relativitas

terdefinisi ranah semantis dengan keutamaan pada membagi nomor komponen

bersama. Tahap kedua, mendaftar semua jenis spesifik pada acuan beberapa

makna yang termasuk ranah pertanyaan. Tahap ketiga, terdiri dari menentukan

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

48

komponen yang mungkin benar dari makna bentuk yang satu dan yang lainnya,

tetapi tidak semua bentuk pada pertanyaan. Tahap keempat, terdiri dari

menentukan komponen diagnostik yang diaplikasikan pada beberapa makna, jadi

makna father „ayah‟ mungkin ditunjukkan memiliki komponen: male „laki-laki‟.

Tahap kelima, terdiri dari menentukan pemeriksaan silang dengan data yang

diperoleh pada tahap pertama. Tahap keenam, terdiri dari pendeskripsian

sistematik pada fitur diagnostik.

Contoh analisis komponen pada relasi makna leksem whisper „bisik‟,

babble „oceh‟, murmur „komat-kamit‟, sing „nyanyi‟, dan hum „dengung‟. Tahap

pertama, ada yang tidak termasuk, seperti yodel „nyanyi yodel‟ dan whistle „siul‟

karena bentuk itu juga mengidentifikasikan suara yang dihasilkan mulut.

Meskipun benar, kedua bentuk itu memiliki masalah tertentu. Tahap kedua,

misalnya whisper „bisik‟ itu dapat sangat pelan, bisikan hampir tidak terdengar,

dikontraskan denga bisikan sangat keras tetapi semua variasi derajat kekerasan

digolongkan penunjukan whisper „bisik‟. Tahap ketiga, penting untuk mengetes

lawan tertentu baik dengan bentuk positif-negatif atau bentuk sebab. Contoh: he

was not singing „dia tidak bernyanyi‟; he was humming „dia tidak berdengung‟.

Tahap keempat seperti berikut:

a. whisper : verbal „lisan‟, nonmusical pitch „bernada bukan musik‟, voiceless

„tak bersuara‟

b. babble : pseudoverbal „semi lisan‟, nonmusical pitch „bernada bukan musik‟,

voicing alternating with voicelessness „bergantian bersuara dan tidak bersuara

c. murmur : verbal „lisan‟, nonmusical pitch „bernada bukan musik‟, voicing

alternating with voicelessness „bergantian bersuara dan tidak bersuara‟

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

49

d. sing : verbal „lisan‟, musical pitch „bernada musik‟, voicing alternating with

voicelessness „bergantian bersuara dan tidak bersuara‟

e. hum : nonverbal „tidak lisan‟, musical pitch „bernada musik‟, and normally

voicing alternating with voicelessness „bergantian normal bersuara dan tidak

bersuara‟

Tahap kelima, contohnya babble „oceh‟, murmur „bisik‟, sing „nyanyi‟, and sum

„dengung‟ semua terdengar sebagai suara alternatif terlibat dengan fitur suara

tetapi giliran tidak sama dalam semua contoh. Tahap keenam, contohnya sebagai

berikut:

Tabel 2

Contoh Analisis Komponen Makna

Whisper Babble Murmur Sing Hum

1. verbal/nonverbal/p

seudiverbal

v. s.v. v. v. n.v.

2. musical pitch

sequence

- - - + +

3. voiced-voiceless

alternation/voicele

ss

- + + + +

Sumber: Nida, 1975: 61

Wedhawati menyatakan notasi semantik untuk menandai komponen

makna di dalam penelitiannya sebagai berikut:

Digunakan lima macam reaksi semantis untuk menentukan nilai

semantis komponen temuan dalam hubungannya dengan butir leksikal

pembentuk medan leksikal verbal yang berkomponen makna

(+SUARA +INSAN). Pertama, reaksi semantis positif (+) untuk

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

50

menandai komponen makna yang relevan atau berfungsi membentuk

satuan makna butir leksikal. Misalnya, komponen (+MUSIKAL)

dalam “senandung”. Kedua, reaksi semantis negatif (-) untuk

menandai penegasian komponen di dalam definisi satuan makna butir

leksikal, sebagai lawan reaksi semantis (+). Misalnya, komponen

(-SUARA) di dalam bungkam. Ketiga, reaksi semantis netral (o) untuk

menandai komponen yang tidak relevan atau tidak berfungsi pada

tataran sistem, tetapi berfungsi pada tataran ujaran. Misalnya,

komponen (o LIRIH) dalam nyanyi (Dia menyannyi dengan lirih).

Keempat, reaksi semantis positif/negatif (+/-) untuk menandai

kemungkinan kehadiran komponen tertentu atau kemungkinan

penegasian kehadiran komponen tertentu. Misalnya, (+/- TUTUR)

dalam nyanyi karena definisi satuan makna nyanyi adalah

„mengeluarkan suara bernada, berlagu (dengan lirik atau tidak)‟.

Kelima, reaksi tak bernilai (*) untuk menandai penolakan kehadiran

komponen tertentu baik pada tataran sistem maupun pada tataran

ujaran, dalam arti komponen itu tidak berfungsi baik pada tataran

sistem maupun tataran ujaran. Misalnya, komponen (*TUTUR) dalam

kaitannya dengan tawa (Wedhawati, 2002: 43-44).

Maksud pernyataan di atas adalah untuk menandai komponen makna yang

netral atau bisa hadir bisa tidak dengan tanda (o), untuk menandai komponen

makna yang hadir dengan tanda (+), sebagai tanda komponen makna yang tidak

hadir digunakan tanda (-). Tanda (-) sebagai lawan dari tanda (+) untuk menandai

komponen maknanya. Tanda (+/-) sebagai tanda kemungkinan komponen hadir

atau dapat juga tidak. Terakhir, tanda (*) digunakan untuk memarkahi komponen

yang ditolak kehadirannya baik pada sistem maupun ujaran.

Untuk menganalisis komponen makna diperlukan pengkategorian atau

pengelompokkan kata tertentu ke dalam suatu kelompok atau kategori. Kategori

semantik relasi adalah kategori yang menghubungkan maujud dengan maujud atau

maujud dengan aktivitas atau dengan abstrak. Kategori semantik maujud pada

umumnya berpadanan dengan nomina; kategori semantik peristiwa atau kejadian

berpadanan dengan verba; kategori semantik abstrak berpadanan dengan

adjektiva; dan kategori relasi berpadanan dengan kata tugas (Subroto, 2011: 108).

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

51

Untuk penelitian ini menggunakan kategori semantik peristiwa atau kejadian

karena penelitian ini berfokus pada verba. Oleh karena itu, penelitian akan

menganalisis komponen makna berdasarkan peristiwa atau kejadian yang diwakili

oleh suatu verba.

Wedhawati menguraikan bahwa sistem dan struktur medan leksikal dapat

ditemukan dengan menganalisis komponen makna butir-butir leksikal pembentuk

medan leksikal (2005: 102). Sebelum menentukan komponen makna suatu

leksem, diperlukan kalimat diagnostik untuk mempermudah dalam menentukan

komponen maknanya. Hal ini didasarkan atas pandangan Lyons (1991: 268) yang

menyatakan bahwa medan leksikal terbentuk oleh seperangkat butir leksikal yang

berelasi secara paradigmatis dan sintagmatis.

Wedhawati (2000: 262) menyatakan untuk mengecek reaksi semantis (o),

(+), dan reaksi (*), digunakan kalimat diagnostik dengan tetapi (but-test, Cruse,

1986: 16-17), sedangkan reaksi semantis (-) dicek dengan kalimat perikutan

(entailment, Cruse, 1986: 16–17). Cruse menyatakan sebagai berikut:

An extremely useful model of the meaning of a word, which can be

extracted from contextual relations, is which it is viewed as being

made up, at least in part, of the meanings of other words. A particular

word-meaning which participates in this way in the meaning of

another word will be termed a semantic trait of the second word. To

render this picture more informative, it is necessary to distinguish

degrees and modes of participation. We shall do this initially by

defining a number of statuses (degrees of necessity) of semantic traits:

criterial, expected, possible, unexpected and excluded (Cruse, 1997:

16).

„Suatu model yang sangat berguna dalam memaknai kata yang dapat

ditarik dari relasi kontekstual, yang dipandang sebagai terdiri dari

setidaknya sebagian dari makna kata-kata yang lain. Makna kata

tertentu yang ikut serta melalui cara ini dalam makna kata yang lain

membentuk ciri semantik pada kata kedua. Untuk memberikan

gambaran yang lebih informatif, penting untuk membedakan tingkatan

dan mode partisipasi. Kita sebaiknya mengerjakan intinya dengan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

52

mendefinisikan tingkat status (tingkat kepentingan) dari ciri semantik:

sesuai kriteria, diharapkan, mungkin, tidak diharapkan, dan tidak

termasuk.‟

Pandangan di atas berarti untuk menentukan komponen makna suatu kata,

digunakan ciri semantik tertentu. Ciri semantik tersebut dapat diketahui melalui

hubungan kontekstual atau dimasukkan ke dalam kalimat yang berbeda. Ciri

semantik terdiri dari sesuai kriteria, diharapkan, mungkin, tidak diharapkan, dan

tidak termasuk.

Cruse (1997: 16–17) menyatakan bahwa “criterial and excluded traits can

be diagnosed by means of entailment relations between sentences: for instances,

“animal” is criterial trait of dog because It‟s an animal; “fish” is an excluded

trait of dog because It‟s not a fish” „ciri kriteria yang sesuai dan tidak termasuk

dapat didiagnosis dengan makna dari hubungan perikutan antarkalimat: contoh,

“binatang” merupakan ciri kriteria yang sesuai pada anjing karena Itu binatang;

“ikan” merupakan ciri yang tidak termasuk pada anjing karena Itu bukan ikan‟.

Jadi, untuk menentukan kriteria itu tidak termasuk atau bereaksi (-) digunakan

kalimat perikutan (entailment).

Untuk menentukan komponen makna suatu satuan lingual digunakan

kalimat diagnostik dengan but-test seperti yang diuraikan Cruse sebagai berikut.

For the diagnosis of expected, possible and unexpected traits, the but-

test is extremely useful. This utilises the normality or abnormality of

sentences of the form P, but Q. consider the status of “can bark” as a

trait of dog. First of all, It‟s a dog does not entail It can bark (since a

dog may have a congenital malformation of the larynx, or some such);

hence, “can bark” is not a criterial trait. However, the following two

sentences show it to be an expected trait:

a. It‟s a dog, but it can bark. (odd)

b. It‟s a dog, but it can‟t bark. (normal) (Cruse, 1997: 17).

„Untuk mendiagnosis ciri diharapkan, mungkin, dan tidak diharapkan,

but-test atau tes dengan tetapi sangat berguna. Ini menggunakan

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

53

keadaan yang biasa atau keadaan yang luar biasa dalam kalimat

bentuk P tetapi Q. berdasarkan status dari “bisa menggonggong”

sebagai ciri dari anjing. Pertama, Itu anjing tidak diikuti Itu dapat

menggonggong (sejak anjing mungkin memiliki kelainan konginetal

laring atau yang lainnya); karenanya “bisa menggonggong” bukan ciri

kriteria yang sesuai. Akan tetapi, dua contoh berikut menunjukkan itu

ciri diharapkan:

“Itu anjing tetapi itu bisa menggonggong.” (aneh)

“Itu anjing tetapi itu tidak bisa menggonggong.” (wajar).‟

Pandangan di atas menunjukkan untuk mengetes reaksi semantis (+), (o),

dan (*) digunakan kalimat diagnostik dengan tetapi. Jika kalimat itu aneh maka

komponen maknanya tidak bereaksi semantis karena tidak menunjukkan

hubungan perlawanan antarklausa, jika kalimat itu wajar maka komponen

maknanya bereaksi semantis karena menyatakan hubungan perlawanan

antarklausa.

Wedhawati (2000: 265) mencontohkan penentuan komponen makna

dengan kalimat diagnostik, seperti berikut. Interaksi antara anggota medan

leksikal dan komponen makna TUTUR menimbulkan reaksi semantis (+), seperti

yang dapat dibaca pada kalimat diagnostik di bawah ini.

(38)

Yang dilakukan tetapi itu

itu,

mencadai,

bercanda.

bergurau,

bersenda

gurau,

berkelakar

berseloroh

berolok-olok

mencadai,

bercanda.

bergurau,

bersenda

gurau,

berkelakar,

berseloroh

berolok-olok

a. *bertutur

b. tidak

bertutur

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

54

Kalimat (38a) tidak berterima karena pemakaian tetapi di situ tidak

mengungkapkan hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna

klausa kedua. Kalimat (38b) berterima karena tetapi di situ mengungkapkan

hubungan perlawanan antara makna klausa pertama dan makna klausa kedua. Dari

pandangan di atas, dapat diketahui untuk menentukan komponen makna,

digunakan kalimat diagnostik seperti contoh tersebut. Kalimat tersebut akan

menentukan reaksi semantis terhadap komponen makna suatu leksem.

Kempson (1995: 15) menyatakan bahwa menurut pandangan analisis

komponensial, makna kata dianalisis tidak sebagai konsep yang utuh melainkan

sebagai kumpulan yang dibentuk oleh komponen-komponen makna yang masing-

masing merupakan asal semantiknya. Sehubungan dengan pandangan ini, kata

spinster „perawan tua‟ boleh dianalisis sebagai kumpulan semantik yang dibentuk

oleh fitur-fitur (boleh juga disebut komponen-komponen) atau penanda-penanda

seperti [FEMALE] „perempuan‟, [NEVER MARRIED] „tidak menikah‟,

[ADULT] „dewasa‟, [HUMAN] „manusia/insan‟.

Pandangan di atas berarti kata terbentuk dari kumpulan dari komponen

makna. Artinya, kata memiliki makna berdasarkan kumpulan komponen makna

tersebut. Misalnya, kata didik memiliki komponen makna +INSAN, +TERUS-

MENERUS, +MENYALURKAN SESUATU, +ILMU, +ORANG LAIN,

-BINATANG, +KUASA, +PENDIDIKAN. Jadi, makna kata didik adalah

tindakan yang dilakukan oleh insan secara terus-menerus untuk menyalurkan ilmu

kepada orang lain supaya kuasa dan digunakan dalam bidang pendidikan.

Berkaitan dengan analisis komponen makna leksem, Lyons menyatakan

bahwa:

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

55

It is probably true to say that the majority of structural semantics

subscribe nowadays to some version or other of componential

analysis. This approach to the description of the meaning of words

and phrases rests upon the thesis that the sense of every lexeme can be

analysed in terms of a set of more general sense-components (or

semantic features), some or all of which will be common to several

different lexemes in the vocabulay (Lyons, 1991: 317).

„Mungkin benar untuk mengatakan bahwa sebagian besar semantik

struktural saat ini mengacu pada beberapa jenis atau yang lain tentang

analisis komponen. Pendekatan ini mengacu pada pendeksripsian

makna kata dan frasa berdasar pada tesis bahwa makna setiap leksem

dapat dianalisis dalam bentuk seperangkat atau lebih dari komponen

makna bersama (atau fitur semantik), beberapa atau semuanya yang

menjadi penting untuk membedakan beberapa leksem dalam kamus‟.

Pandangan di atas berarti analisis komponen makna dilakukan dalam

bentuk seperangkat leksem yang memiliki komponen makna bersama. Untuk

membedakan antarleksem digunakan komponen makna yang lain berdasarkan

fitur semantiknya.

Leech (2003: 123) menyatakan bahwa analisis makna seringkali dilihat

sebagai suatu proses memilah-milahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri

khusus minimalnya, yaitu ke dalam komponen yang kontras dengan komponen

lain. Leech memberikan contoh analisis makna dalam kata-kata seperti man,

woman, boy, girl, dan kata-kata yang berkaitan dengan itu di dalam bahasa

Inggris. Kata-kata ini semua termasuk di dalam bidang semantik „ras manusia‟

dan dalam hubungan antara mereka itu dapat dilukiskan dengan „diagram bidang‟

dua dimensi sebagai berikut:

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

56

Gambar 3

Dimensi Komponen Makna

„male‟ „female‟

„adult‟

„young‟

Sumber: Leech, 2003: 123

Gambar tersebut menunjukkan makna dalam dua dimensi, yaitu dimensi

„jenis kelamin‟ dan „kedewasaan‟; dimensi ketiga merupakan anggapan dengan

mengisolasikan bidang tersebut secara keseluruhan, yaitu „manusia‟ dan

„nonmanusia‟.

Leech (2003: 123) menggunakan cara lain untuk menganalisis makna,

yaitu dengan menuliskan rumus-rumus yang di dalamnya digambarkan dimensi

makna itu dengan ciri lambang seperti HUMAN dan ADULT sebagai berikut:

+HUMAN „manusia‟ +ADULT „dewasa‟ +MALE „jantan‟

-HUMAN „manusia‟ -ADULT „dewasa‟ -MALE „betina‟

Makna kata-kata tersebut secara individual adalah:

Man : +HUMAN +ADULT +MALE

Woman : +HUMAN +ADULT -MALE

Boy : +HUMAN -ADULT +MALE

Girl : +HUMAN -ADULT -MALE

Rumus-rumus ini disebut sebagai definisi komponensial, dari kata-kata itu

rumus tersebut sebenarnya dapat dianggap sebagai definisi kamus yang

diformalkan. Dimensi makna itu sendiri akan diberi istilah oposisi semantik.

„man‟ „woman‟

„boy‟ „girl‟

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

57

Dimensi komponensial dalam penelitian ini juga diambil dari definisi di

dalam kamus dengan diformalkan. Selain itu, jika definisi di dalam kamus masih

belum dapat memenuhi dimensi komponensialnya maka dicari komponen makna

berdasarkan penggunaannya oleh penutur bahasa.

Selanjutnya Leech (2003: 125) menyatakan bahwa analisis komponensial

seringkali digunakan untuk metode analisis yang diuraikan di sini, yaitu

mereduksi makna kata ke dalam unsur-unsur kontrastif yang paling kecil. Sebagai

teknik yang menonjol, analisis komponensial pertama-tama muncul di dalam

linguistik antropologis sebagai sarana untuk mempelajari hubungan antara istilah

atau kata-kata yang berdekatan, tetapi terbukti ada gunanya di dalam banyak

lingkungan makna.

Pandangan di atas berarti bahwa setiap komponen makna yang terbesar

akan dijadikan sebagai penyatu setiap komponen makna atau disebut komponen

makna bersama. Komponen yang lebih kecil sampai yang paling kecil digunakan

untuk membedakan makna antara leksem satu dan leksem yang lain yang

berdekatan.

Penelitian ini lebih berfokus pada teori yang dikemukakan oleh Nida untuk

menganalisis komponen makna verba insani dalam bahasa Indonesia sebagai

induk teori. Teori yang dikemukakan oleh ahli lain digunakan untuk melengkapi

teori Nida. Akan tetapi, penulisan komponen maknanya menggunakan penulisan

menurut Lyons dan Leech, yakni menggunakan huruf kapital. Untuk notasi

semantiknya menggunakan lima notasi semantik menurut Wedhawati karena

notasi menurutnya paling lengkap untuk memberikan notasi semantik pada

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

58

komponen makna. Dengan demikian, setiap komponen makna dapat terwakili

oleh notasi semantik tersebut.

Berdasarkan berbagai pandangan mengenai analisis komponen makna di

atas, dapat ditentukan bahwa komponen makna merupakan komponen pembentuk

makna suatu leksem. Komponen makna dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

a. komponen makna dapat berupa komponen bersama, komponen diagnostik, dan

komponen suplemen.

b. untuk menentukan komponen makna suatu leksem, digunakan kalimat

diagnostik dengan but-test „tetapi‟ dan kalimat perikutan (entailment).

c. digunakan lima notasi semantik untuk menganalisis komponen makna leksem,

yaitu (+), (-), (+/-), (o), dan (*).

C. Kerangka Pikir

Satuan leksikal dengan satuan leksikal lain memiliki relasi makna. Relasi

makna yang paling sentral di dalam suatu bahasa adalah sinonimi. Relasi sinonimi

dapat ditemukan di dalam kelas kata utama setiap bahasa, yakni verba, nomina,

dan adjektiva. Kelas kata yang sentral di dalam setiap bahasa adalah verba karena

dapat menentukan jumlah argumen yang mendampinginya di dalam kalimat.

Secara semantis, berdasarkan komponen maknanya, verba dibedakan menjadi

verba insani dan verba noninsani. Verba insani adalah verba yang pelaku atau

pengalamnya adalah manusia, sedangkan verba noninsani adalah verba yang

pelaku atau pengalamnya bukan manusia. Verba insani dicurigai memiliki

kesinoniman. Oleh karena itu, kesinoniman verba insani memiliki bentuk tertentu.

Selain itu, untuk menentukan kesinoniman, dilakukan analisis komponen makna

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan … · dalamnya adalah istilah asli dari ... belum layak dan jika leksem yang tidak dapat disubstitusi itu bukan merupakan leksem

59

pasangan sinonimi verba. Berdasarkan komponen maknanya, dapat ditentukan

seberapa jauh verba insani bersinonim. Kerangka pikir tersebut dapat ditunjukkan

dalam gambar di bawah ini.

Gambar 4

Kerangka Pikir

Relasi makna

Sinonimi

Verba

Verba noninsani Verba insani

Bentuk kesinoniman

Komponen makna