BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A....
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A....
12
BAB IIKAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Studi Terdahulu
Masalah tertentu biasanya telah diteliti atau dibahas dengan dimensi
tertentu. Peneliti wajib menyebutkan penelitian yang sejenis tersebut sebagai
bahan untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan penelitian terdahulu.
Secara etis, hal ini juga digunakan untuk menghargai penelitian terdahulu
(Subroto, 2007:96).
Tinjauan studi terdahulu dapat menunjukkan perbedaan penelitian
Risālatu `t-Tauhīd dengan penelitian yang sejenis, baik dari segi fokus
penelitiannya, metodologinya, ancangan teoretiknya, dan sebagainya. Teks
pertama berisi tentang ajaran tauhid, yaitu fungsi dan kegunaan kalimat
basmallah, pengertian jirim dan jisim, sifat-sifat wajib Allah dan Rasulullah,
mengenal Malaikat dan kitab-kitab-Nya, dan makna dua kalimat syahadat.
Penelitian terdahulu yang sejenis dengan naskah Risālatu `t-Tauhīd adalah
sebagai berikut.
Pertama, penelitian Dhimas Muhammad Yasin mahasiswa Sastra
Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Penelitiaannya, kitab Al-Mutawassimīn dikupas dengan Suntingan Teks, Analisis
Struktur dan Tinjauan Ajaran Tauhid. . “Dan aku namai akan dia // Al-
Mutawassimīn, artinya orang-orang yang mengenal akan tanda-tanda kebesaran
Allah.” (Al-Mutawassimīn:14–15). Istilah Al-Mutawassimīn juga terdapat dalam
QS Al-Hijr (15): 75. Mutawassimīn, artinya “orang-orang yang memperhatikan
(tanda-tanda kekuasaan Allah)‟ (Ahsin W. Al-Hafidz, 2008:210).
13
Al- Mutawassimīn berisi ajaran tauhid dalam Islam berupa sifat-sifat wajib
Allah yang berjumlah 20 sifat, sifat-sifat mustahil Allah yang berjumlah 20 sifat,
dan penggolongan sifat-sifat wajib Allah menjadi 4 bagian, meliputi: 1) sifat
Nafsiyah; 2) sifat Salbiyah; 3) sifat Ma’ānī; dan 4) sifat Ma’nawiyah.
Teks pertama dalam naskah Risālatu `t-Tauhīd menguraikan tentang
ajaran tauhid yang berupa makna basmallah dan hukum syara’ membacanya,
penjelasan tentang jirim dan jism, uraian tentang sifat-sifat Allah, dan mengenal
malaikat dan kitab-kitab Allah. Dijabarkan pula makna Syahadat dalam akhir
teks sebagai pondasi agama Islam. Penelitian naskah Al-Mutawassimīn tidak
menjabarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas. Titik fokus penelitian tauhid
adalah sifat dua puluh Allah yang dijabarkan secara rinci. Penelitian Al-
Mutawassimīn hanya menganalisis tentang isi tauhid saja dan belum ada
penjabaran tentang fungsi dari ajaran tauhid itu sendiri. Perbedaan penelitian
naskah Risālatu `t-Tauhīd dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada analisis
ajaran tauhidnya. Ajaran tauhid yang terkandung dalam naskah Risālatu `t-
Tauhīd diteliti dengan menggunakan analisis fungsi ajaran tauhid.
Kedua, dalam skripsi Farida Rohmawati yang berjudul “Syair Ibadat:
Suntingan Teks, Analisis Ajaran Tauhid dan Konsep Ekskatologi”. Salah satu
analisis dalam skripsi ini adalah analisis ajaran tauhid. Ajaran tauhid yang
dijelaskan dalam skripsi ini meliputi sifat wajib Allah dan sifat wajib Rasul
Allah. Skripsi ini juga menganalisis ekskatologi, yaitu ilmu tentang hari akhir.
Pembahasan SI, ekskatologi yang dibahas meliputi alam kubur (Barzakh), hari
kiamat (Yaumu ‘l-Qiyamah), hari kebangkitan (Yaumu ‘l-Ba’ats), hari berkumpul
(Yaumu ‘l-Hasyr), hari pengadilan (Yaumu ‘l-Hisãb), serta surga dan neraka.
14
Penelitian ini juga berisi tentang ajaran tauhid yang sama dengan isi dalam
naskah Risālatu `t-Tauhīd. Namun, dari kedua naskah tersebut memiliki
perbedaan dalam segi isi. Teks Syair Ibadat berisi tentang ajaran tauhid dan
ekskatologi Islam. Analisis fungsi ajaran tauhid juga belum tercantum dalam
penelitian tersebut.
Tarekat Syattariyah: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi karya
Istadiyantha merupakan salah satu penelitian yang menggunakan analisis fungsi.
Penelitian ini berjudul Suntingan Teks dan Analisis Fungsi Tarekat Syattariyah.
Isi dalam penelitian ini yaitu tentang Syatarriyah, yang dapat dilihat dari dua sisi.
Pertama, starriyah sebagai nama suatu aliran tarekat. Kedua, sebagai judul dari
suatu naskah. Syatarriyah yang dianggap sebagai sebuah aliran banyak yang
membicarakan, sedangkan yang menjadi sebuah naskah tidak banyak
pembicaraan. Hal ini dikarenakan tidak banyak orang yang memahami naskah.
Selain itu syatarriyah dianggap ajaran menyimpang dari ajaran Islam
(Istadiyantha, 2007:2-3).
Analisis fungsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fungsi
berdasarkan hubungan struktur, fungsi umum, dan fungsi khusus. Fungsi umum
berkaitan dengan fungsi sosial dalam masyarakat dan fungsi khusus berkaitan
dengan fungsi tauhid sebagai ibadah kepada Allah. Penelitian Istadiyantha
digunakan sebagai bahan untuk meninjau kembali kajian analisis fungsi dengan
menggunakan objek kajian yang berbeda.
15
B. Landasan Teori
Naskah klasik termasuk ke dalam karya sastra, tetapi perlu adanya
perlakuan khusus yang tidak sama dengan karya sastra modern. Karya-karya
tulisan masa lampau dianggap karya-karya sastra ‘adiluhung’ yang mempunyai
nilai tinggi dalam masyarakat (Baroroh Baried, et.al., 1994:4). Naskah klasik,
khususnya naskah Melayu menggunakan bahasa Melayu Jawi dengan huruf Arab
Melayu. Perlu adanya metode khusus untuk dapat menganalisisnya karena tidak
semua masyarakat dapat membaca dan memahami naskah klasik.
Risālatu `t-Tauhīd merupakan salah satu naskah Melayu yang perlu diteliti
dan dilestarikan agar keberadaannya diakui masyarakat. Pelestarian naskah
Risālatu `t-Tauhīd perlu dilakukan karena naskah ini tergolong ke dalam naskah
tunggal. Sebuah naskah dapat dipahami pembaca, jika naskah tersebut disertai
dengan suntingan teks. Penggunaan metode penyuntingan naskah perlu dilakukan
dalam penelitian ini.
Suntingan secara umum dibedakan menjadi dua bagian, yaitu suntingan
naskah tunggal dan naskah jamak. Naskah tunggal menggunakan dua metode,
yaitu metode diplomatik dan standar. Naskah jamak menggunakan metode
gabungan dan metode landasan (Djamaris, 2002:24). Setelah melakukan
inventarisasi naskah, maka diketahui bahwa naskah Risālatu `t-Tauhīd merupakan
naskah tunggal sehingga dalam penyuntingan teks dalam penelitian ini
menggunakan metode standar. Metode penyuntingan teks memerlukan
inventarisasi naskah, deksripsi naskah, suntingan teks, dan kritik teks.
16
1. Teori Struktur Sastra Kitab
a. Sastra Kitab
Zaman Islam melahirkan kesusastraan Islam. Sastra Islam tidak harus
sastra yang didalamnya terkandung nilai-nilai Islam berdasarkan kaidah Alquran
dan hadis yang merupakan hasil tulisan berdasarkan ketauhidan. Namun, sastra
Islam merupakan semua hasil karya yang dibawa masuk oleh Islam. Ciri-ciri
sastra Islam adalah sastra yang mewujud setelah Islam masuk dan huruf Jawi
diciptakan, sebagian besar adalah terjemahan atau saduran dari bahasa Arab dan
Parsi yang hampir semua karya tidak diketahui nama pengarang atau tarikh
penulisannya (Yock Fang, 2011:236-237).
Sastra kitab merupakan khazanah kesusastraan Indonesia lama (baca:
Melayu) yang mengemukakan ajaran Islam, yang bersumber dari ilmu Alquran,
ilmu fikih, ilmu tasawuf, ilmu tauhid, dan kitab- kitab lain dalam agama Islam.
Kelompok karya sastra yang termasuk sastra kitab berisi tentang ajaran agama,
terutama ilmu tasawuf, ilmu fikih, dan ilmu tauhid (Taufiq, 2007:13).
Sastra kitab merupakan salah satu peninggalan dari sastra Indonesia lama
pengaruh Islam. Hasil sastra Indonesia lama pengaruh Islam ini digolongkan ke
dalam beberapa golongan, yaitu (1) kisah tentang para nabi; (2) hikayat tentang
nabi Muhammad saw; (3) hikayat para pahlawan Islam; (4) cerita tentang
ajaran dan kepercaayaan Islam; (5) cerita fiktif; dan (6) cerita mistik atau
tasawuf (Edwar Djamaris, 1990:109). Sastra kitab tergolong ke dalam cerita
tentang ajaran dan kepercayaan Islam.
17
b. Struktur Sastra Kitab
Umumnya, sastra kitab memiliki struktur yang khusus yang meliputi
struktur narasi, gaya pengisahan, pusat pengisahan, dan gaya bahasa.
1) Struktur Narasi Teks
Struktur yang akan dibahas dalam kajian ini adalah struktur narasi.
Struktur narasi sastra kitab adalah struktur penyajian teks. Struktur penyajian
teks terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup (Taufiq,
2007:64).
Rangkaian pendahuluan dalam sastra kitab berupa basmallah,
hamdallah, serta selawat untuk Nabi Muhammad saw, keluarga dan para
sahabatnya, yang dipakai secara berturut-turut. Berikutnya, kata “wa ba’ du”
yang merupakan ungkapan tetap untuk mengakhiri pembukaan. Nama pengarang
dan motivasi penngarang kitab tersebut dan judul atau nama kitab, umumnya
tercantum setelah pembukaan. Bahasa Arab yang terkandung dalam naskah
diikuti terjemahan yang dilakukan kalimat per-kalimat secara interlinier. Isi
menguraikan pokok permasalahan yang dibahas dan sebagai penutup digunakan
kata “tammat” (Taufiq, 2007:64-65).
2) Gaya Pengisahan Teks
Gaya pengisahan teks adalah gaya pengarang dalam menulis teks. Sastra
kitab umumnya memiliki gaya pengisahan berbentuk interlinier. Pendahuluan
dimulai dengan doa dan bahasa Arab yang terdapat dalam teks diikuti
terjemahannya dalam bahasa Melayu. Isi menguraikan tentang hal yang akan
dibahas. Karya diakhiri dengan doa dan penutup serta terdapat kata “tammat”.
(Taufiq, 2007:66).
18
3) Pusat Pengisahan Teks
Pusat pengisahan adalah posisi pengarang dalam teks untuk
menyampaikan cerita atau ajarannya. Pusat pengisahan sastra kitab dibedakan
menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah pusat pengisahan orang pertama, yaitu
semua pendapat dituturkan oleh pengarang sendiri yang ditandai dengan ciri-ciri
penggunaan kata ganti “aku”, “saya”, “kami”, atau “kita”. Tipe kedua adalah
pusat pengisahan orang ketiga yang dicirikan dengan penggunaan kata ganti
“mereka”, dan pengarang bersifat mahatahu, sebab pengarang tahu segala-
galanya (Taufiq, 2007:67).
Pusat pengisahan sastra kitab cenderung pada pusat pengisahan orang
ketiga. Metode orang ketiga yang digunakan adalah metode romantik-ironik.
Cara pengarang untuk memperbesar peranannya, yaitu melakukan dialog
langsung dengan pembaca. Pembaca dipandang sebagai orang kedua dengan
menggunakan kata “kau”. (Taufiq, 2007:67).
4) Gaya Bahasa
Siti Chamamah Soeratno mengatakan bahwa gaya bahasa digunakan
peneliti untuk meninjau kosakata, ungkapan, sintaksis, sarana-sarana retorika dan
bahasa kiasan dalam penelitian teks (Taufiq, 2007:68). Semua karya yang
berhasil ditulis pada zaman dahulu dianggap sebuah karya sastra. Naskah klasik
tergolong ke dalam karya sastra. Gaya penulisan sastra kitab tentu berbeda
karena telah terpengaruh oleh ajaran Islam. Kosakata yang digunakan dalam
naskah banyak menggunakan kosakata Arab. Pola sintaksis yang digunakan
menggunakan struktur tata kalimat yang terpengaruh dengan ajaran Islam. Begitu
pula dengan sarana retorika dan kiasannya juga menggunakan istilah Islam.
19
2. Teori Pengkajian Teks
a. Ajaran Tauhid
Tauhid merupakan pegangan pokok dan sangat menentukan bagi
kehidupan karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amalan yang dikerjakan
manusia. Amal yang dilandasi dengan ketauhidan menurut tuntunan Islam yang
mampu mengantar manusia kekehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki
(At-Tamimi, 2013:1).
Tauhid merupakan salah satu ajaran akidah. Monitor dan pemandu
langkah gerak manusia adalah akidah. Apabila akidah seseorang baik
kehidupannya akan menjadi baik dan sebaliknya. Apabila terjadi kesenjangan
terhadap akidah seseorang, maka akan menimbulkan kerusakan dalam diri
seseorang tersebut.
Tauhid bukan hanya sekedar mengenal keesaan Allah, mengenal sifat-
sifat Allah, dan percaya bahwa yang menciptakan alam semesta adalah Allah.
Tauhid merupakan pemurnian ibadah kepada Allah dengan percaya sepenuh hati
bahwa Allah itu Esa, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan lewat
perbuatan.
Para ulama membagi tauhid ke dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Tauhid Rubbubiyah.
Kata rubbubiyah berarti Menciptakan, Mengatur, Menguasai,
Memperbaiki, dan Mendidik. Allah adalah Rabb yang hak bagi alam semesta,
maka hanya Allah yang khusus dengan keesaan-Nya tidak ada yang menyamai
sifat ketuhanan-Nya. Tauhid Rubbubiyah berarti kepercayaan bahwa Allah yang
menciptakan alam semesta beserta isinya.
20
Rubbubiyah tercantum dalam dua kalimat syahadat. Lāillāha illa ‘l-Lāhu,
Muhammaddu ‘r-Rasūlu ‘l-Lāhi merupakan bentuk akidah yang menjadi asas
utama bangunan Islam (Azzam, 1992:18). Oleh karena itu, tauhid mengajarkan
untuk mengesakan Allah dengan sepenuh hati yang merupakan pondasi awal
dalam Islam.
2) Tauhid Asma’ wa Shifat
Tauhid Asma’ wa Shifat ialah suatu keyakinan yang menetapkan asma-
asma Allah dan sifat-sifat Allah, tidak mengingkari dan tidak menyerupai asma
dan sifat Allah tersebut dengan makhluk-Nya. Nama-nama Allah yang wajib
diketahui ada 99 nama dan sifat yang wajib diketahui ada 20 sifat beserta sifat
mustahil Allah. Sifat-sifat Allah juga dikelompokkan menjadi empat, yaitu sifat
nafsiyah, salbiyah, ma’ani, dan ma’nawiyah.
a) Sifat Nafsiyah yaitu sifat diri dzat dan tiada bertambah ia atas dzat. Sifat
Nafsiyah berasal dari kata “nafs” yang artinya “diri” yang menunjukkan
bahwa Allah itu ada dan hanya pada diri Allah sifat tersebut ada. Sifat yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah Wujud.
b) Sifat Salbiyah yaitu sifat yang hak yang dimiliki Allah Swt.. Sifat Salbiyah
berasal dari kata “salab” yang artinya “menolak”, yaitu menolak dari sifat-
sifat yang tidak layak bagi Allah. Sifat yang termasuk ke dalam jenis ini
adalah Qidam, Baqā’, Mukhālafatuhu lil Hawadiśi, Qiyamuhu taala
Binafsihi, Wahdaniyah.
c) Sifat Ma’ani artinya setiap sifat yang mewujud diri dengan dzat Allah yang
mengakibatkan lahirnya hukum. Sifat yang berwujud diri dengan dzat Allah
taala, yaitu ada tujuh sifat Qodrat, Iradat, ‘Ilmu, Hayyat, Sama’, Bashar, dan
21
Kalam.
d) Sifat Ma’nawiyah itu hal yang tetap-tetap bagi dzat selama-lama dzat. Sifat
Ma’nawiyah adalah sifat yang ada pada dzat Allah yang berhubungan dengan
sifat Ma’ani. Ada tujuh sifat Ma’nawiyah yaitu Qadiran, Muridan, ‘Aliman,
Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman.
3) Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah tauhid yang berkeyakinan teguh bahwa Allah
yang berhak disembah disertai dengan pelaksanaan ibadah kepada-Nya. Tauhid
inilah inti dakwah Rasulullah dan menjadi tujuan Allah untuk menciptakan jin
dan manusia. Tauhid merupakan sentral dari kehidupan. Kebaikan di muka bumi
karena ketauhidan, sebaliknya keburukan dimuka bumi karena tidak
mentauhidkan Allah1.
b. Analisis Fungsi Ajaran Tauhid
Mempelajari sifat-sifat sastra secara sistematis dapat membantu
memahami teks dari sebuah karya sastra. Sifat sastra tersebut merupakan ciri
khusus yang terkandung dalam setiap jenis sastra yang berkaitan dengan
fungsinya dalam masyarakat (Istadiyantha, 2007:5). Braginsky menyebutkan
dalam penelitiannya terhadap karya sastra Melayu menggariskan adanya tiga
lingkaran fungsi, yaitu lingkaran fungsi keindahan, kemanfaatan, dan
kesempurnaan jiwa (Istadiyantha, 2007:5).
Fungsi keindahan dalam karya sastra berkaitan dengan keaktifan
psikologi dan kemampuannya mentransformasi keadaan jiwa seseorang
1Tauhid dalam Perspektif Islam (Suatu Kajian Filosofis pada Surat Al-Ikhlas), Filsafahwordpress-oneblog.blogspot.co.id/2010/07/Kandungan-Tauhid-dalam-Surat-Al-Ikhlas.html.
22
(Braginsky, 1998:198). Karangan yang indah akan mampu menghasilkan
pengaruh yang menenangkan bagi pembaca sehingga karya sastra mampu
menjadi alat penglipur/penghibur hati. Fungsi penghibur (penenang dan
penyembuh) dipahami sebagai salah satu fungsi yang terpenting dalam karya
sastra (Braginsky, 1998:200).
Selain fungsi menghibur atau fungsi keindahan, karya sastra juga
memiliki fungsi faedah atau manfaat. Fungsi faedah/manfaat dipahami sebagai
aspek didaktis dari isi karangan yang tersembunyi pada struktur dalam (tersirat)
karya sastra yang harus menjadi pusat perhatian pembaca. Kemampuan
memahami struktur dalam sebuah karya sastra inilah yang mampu memberi
manfaat yang bersifat intelektual dan tingkah laku termasuk kesempurnaan
bertutur kata (Braginsky, 1998:206).
Fungsi Faedah berhubungan dengan akal (aspek praktis dan teoritis,
khususnya praktis) dan hati nurani (pengetahuan tentang ‘ilmu Allah’ yang
membawa kepada kesempurnaan rohani). Kesempurnaan rohani/kesempurnaan
jiwa merupakan salah satu lingkaran fungsi karya sastra menurut Braginsky.
Fungsi kesempurnaan rohani banyak tersimpan pada karangan-karangan yang
bersifat keagamaan dan mistik. Lingkup fungsional kesempurnaan rohani dalam
sebuah karya sastra bersifat tersirat atau tidak langsung. Kesempurnaan jiwa
berfungsi untuk meneguhkan iman untuk menangkap realitas tertinggi
(Braginsky, 1998:274).
Umumnya, fungsi karya sastra adalah utile et dulce (menghibur dan
mendidik). Secara umum, aspek moral lebih didahulukan daripada aspek estetik
sehingga dalam kedua fungsi tersebut, secara implisit aspek pendidikanlah yang
23
lebih diutamakan. Rene Wellek dan Austin Warren mengatakan bahwa fungsi
suatu karya sastra yang dikutip pula dari konsep Horace bersifat dulce dan utile
artinya indah dan berguna. Istilah pragmatik juga menunjukkan bahwa dalam
fungsinya, sastra harus memiliki fungsi bermanfaat dan indah yang mampu
menggerakkan dan mempengaruhi pembaca (Teeuw, 1988:51).
Setiap karya sastra memiliki perbedaan struktur, karena jenis sastra
bukanlah suatu sistem yang kaku, tetapi mampu berubah secara terus menerus.
Peneliti-peneliti sastra harus mengikuti perkembangan itu. Begitu pula fungsi
sastra juga sangat dipengaruhi oleh jenis sastra tersebut (Istadiyantha, 2007:6).
Struktur sastra kitab memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan
struktur sastra modern. Struktur yang dimaksud adalah struktur narasi sastra
kitab sebagai struktur penyajian sastra kitab (Istadiyantha, 2007:7). Tentu saja
untuk mengetahui fungsi teks secara umum dan khusus perlu adanya pengkajian
isi naskah. Pengkajian isi naskah dilakukan dengan menggunakan tiga lingkaran
fungsi yang dikemukakan oleh Braginsky dengan menyesuaikan struktur sastra
kitab.
24
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan garis besar gambaran langkah kerja yang akan
ditempuh untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian.
Handboek Over den Islam
Suntingan Teks Struktur SastraKitab
Analisis fungsi
a. Inventarisasinaskah
b. Deskripsinaskah
c. Ikhtisar isid. Kritik tekse. Suntingan teks
a. Struktur teksb. Gaya
pengisahan teksc. Pusta
pengisahan teksd. Gaya bahasa
a. Isi ajaran tauhidb. Analisis fungsi
Menyediakan suntingan teks yang baik dan benardan mengungkapkan isi dan fungsi dari teks Kitab
Handboek over den Islam
Latar Belakang, Rumusan masalah
Teori (dasra yang digunakan untuk meneliti) danMetode (cara meneliti)
Analisis naskah Risālatu `t-Tauhīd
25
Kerangka pikir berfungsi sebagai gambaran langkah atau garis besar yang
akan ditempuh untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang akan diteliti.
Penjabaran bagan di atas adalah sebagai berikut.
Data objek kajian penelitian ini adalah naskah Risālatu `t-Tauhīd.
Langkah pertama penelitian ini adalah latar belakang yang menjabarkan
alasan teks Risālatu `t-Tauhīd diteliti yang berkaitan dengan hubungan
teks dan naskah. Teks merupakan wujud pemikiran, gagasan, ide
pengarang yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang abstrak, sedangkan
naskah adalah wujud fisik dari teks berbentuk konkret. Maka dalam
penelitian Risālatu `t-Tauhīd yang diteliti adalah isinya yang berkaitan
dengan teks dan seluk-beluk naskah. Setelah menjabarkan latar belakang,
maka dilakukan perumusan masalah untuk membatasi masalah yang akan
diteliti.
Langkah kedua dalam penelitian ini adalah menentukan teori dan metode
yang akan digunakan dalam penelitian Risālatu `t-Tauhīd. Teori yang
digunakan yaitu dengan menggunakan teori filologi dan teori pengkajian
teks. Metode yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif kualitatif
yang berupa metode penyuntingan teks dan metode pengkajian teks.
Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah analisis atau pembahasan yang
menjelaskan tahapan pemecahan masalah sebagai penjabaran dari rumusan
masalah. Analisis yang dilakukan dalam Risālatu `t-Tauhīd, yaitu (1)
Suntingan teks dengan menggunakan metode penyuntingan teks yang
berupa inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar isi teks, kritik teks,
dan daftar kata sukar; (2) metode pengkajian teks berupa teori analisis
26
struktur teks berdasarkan kaidah sastra kitab. Teori analisis struktur berupa
struktur pengisahan teks, gaya pengisahan teks, pusat pengisahan teks, dan
gaya bahasa; (3) metode pengkajian teks berupa analisis isi. Teori analisis
isi yang digunakan adalah teori fungsi yang dikemukakan oleh Braginsky
berdasarkan tinjauan ajaran tauhid.
Langkah keempat dalam penelitian ini adalah simpulan yang menjelaskan
hasil dari temuan penelitian Risālatu `t-Tauhīd yang berupa suntingan teks
Risālatu `t-Tauhīd yang baik dan benar, deskripsi struktur teks Risālatu `t-
Tauhīd, dan uraian analisis berdasarkan analisis fungsi ajaran tauhid teks
Risālatu `t-Tauhīd.