BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0209033_bab2.pdf · 8...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0209033_bab2.pdf · 8...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Kajian pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri
penelitian-penelitian terdahulu, khususnya yang berkaitan dengan pengkajian
stilistika dalam novel Perahu Kertas. Di internet ditemukan beberapa penelitian
mengenai novel Perahu Kertas yaitu:
Pada tahun 2011, Amalia Fitriyanti dari Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta menulis skripsi dengan judul Citra Perempuan dalam
Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Analisis Kritik Sastra Feminis.
Penelitian yang dikaji adalah Perahu Kertas dilihat dari (1) Struktural dapat
disimpulkan bahwa (a) Tema dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari
adalah adanya citra dan persahabatan, (b) Alur novel Perahu Kertas karya Dewi
Lestari adalah alur maju, (c) Tokoh-tokoh yang dianalisis adalah Kugy, Keenan,
Noni, Eko, Lena, Andri, Joshua, Wanda, Oma, Karel, Karin, Kevin, Keshia, Ami,
Ical, Pak Wayan, Pak Hans, Luhde, Mas Itok, Jeroen, Pak Made, Remi, Bu Ayu,
Agung, Banyu, Syahrani, Mas Danar, Bimo, Murid-murid Sakola Alit, (d) Latar
novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari adalah di kota Amsterdam, Jakarta,
Bandung, dan Bali. Penceritaan tokoh Kugy dalam novel berlangsung pada tahun
1999-2003. Cerita diawali dari Kugy, cewek unik cenderung ekstrim, sejak kecil
7
8
menggila-gilai dongeng, senang menulis dongeng, dan cita-citanya ingin menjadi
juru dongeng. (2) Citra perempuan dalam novel Perahu Kertas diklasifikasikan
berdasarkan (a) citra perempuan dalam aspek fisik tokoh Kugy digambarkan
sebagai perempuan yang cantik, rambut sebahu, bertubuh mengui, (b) citra
perempuan dalam aspek psikis tokoh Kugyu memiliki sifat antusias, pendirian
kuat, cerdas, kreatif, dan tegas dalam menentukan sikapnya, (c) citra perempuan
dalam aspek sosial digambarkan Kugy memiliki interaksi dan komunikasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pada tahun 2012, Ayu Wulandari dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Diponegoro Semarang menulis skripsi dengan judul Kondisi Kejiwaan Tokoh
Utama Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Sebuah Tinjauan Psikologi
Sastra. Penelitian yang dikaji adalah (1) Analisis struktur terhadap novel Perahu
Kertas adalah terdapat tujuh tokoh yang terbagi dalam satu tokoh utama, satu
tokoh utama tambahan dan lima sebagai tokoh bawahan. Latar yang paling
menonjol adalah latar fisik, terdapat tujuh komposisi alur cerita dan terjadi konflik
yang paling menonjol adalah konflik internal. (2) Analisis prikologi sastra secara
garis besar adalah Kugy memiliki keseimbangan antara Id, Ego, dan Superego
serta mekanisme pertahanan ego dan konflik yang memiliki fungsi untuk perasaan
beralih yang dianggap aman dari apa yang terjadi pada dirinya dan menjadikan
perubahan kepribadian emosi atau perasaan-perasaan tersebut sangat terkait
dengan tindakan yang ditimbulkan.
Pada tahun 2013, Ahmad Hadi Susilo dari Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Univeritas Negeri Malang menulis skripsi dengan judul Nilai-
nilai Moral dalam Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari dan Potensinya
9
sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra Siswa SMA. Penelitian yang dikaji adalah
nilai moral individu, nilai moral sosial, nilai moral religi. Nilai nilai moral
individu yang meliputi sikap jujur, kerja keras, pantang menyerah, dan sederhana.
Nilai moral sosial meliputi sikap tanpa pamrih, kerjasama, berbakti kepada
orangtua, menghormati orang lain atau sahabat, dan mengutamakan kepentingan
bersama. Sedangkan nilai moral religi meliputi sikap ikhlas, bersyukur, dan
bertawakal.
Pada tahun 2013, Nurliana dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Tanjung Pinang menulis skripsi dengan judul Analisis Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter pada Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari. Penelitian
yang dikaji adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang meliputi; nilai religius
terdiri 2 data, nilai jujur terdiri 2 data, nilai toleransi terdiri 1 data, nilai disiplin
terdiri 1 data, nilai kerja keras terdiri 7 data, nilai kreatif terdiri 10 data, nilai
mandiri terdiri 3 data, nilai demokratis terdiri 4 data, nilai rasa ingin tahu terdiri 1
data, nilai menghargai prestasi terdiri 5 data, nilai bersahabat/komunikatif terdiri 4
data, nilai cinta damai terdiri dari 6 data, nilai gemar membaca terdiri dari 6 data,
nilai peduli lingkungan terdiri 3 data, nilai peduli sosial terdiri 8 data, dan nilai
tanggung jawab terdiri 4 data. Nilai pendidikan karakter yang dominan adalah
nilai kreatif, nilai kerja keras, dan nilai peduli sosial.
Korelasi penelitian sebelumnya dengan stilistika Dewi Lestari dengan
novel Perahu Kertas menjadi acuan bagaimana diksi (pilihan kata) dan gaya
bahasa kreatif Dewi Lestari dalam novel Perahu Kertas Melahirkan Perahu
Kertas yang sempat mati suri selama 11 tahun, membuat Perahu Kertas semakin
10
matang dalam hal pengerjaannya sehingga banyak pembaca yang
menggunakannya sebagai bahan penelitian.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
permasalahan yang diangkat yaitu pada pemilihan diksi (pilihan kata) dan gaya
bahasa dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari sehingga penelitian
Kajian Stilistika Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari benar-benar belum
dikaji.
2. Landasan Teori
A. Stilistika
Stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style) sedangkan
stilistika menurut Rene Wellek dan Austin Warren (dalam Sutejo 2010:2)
mengatakan bahwa stilistika mencakup semua teknik yang dipakai untuk
tujuan ekspresi tertentu, dan meliputi wilayah yang lebih luas dari sastra atau
retorika. Semua wujud dan teknik untuk membuat penekanan dan kejelasan
dapat dimasukkan dalam stilistika.
Leech dan Short (dalam Nurgiyantoro, 2005:279) mengemukakan
bahwa stilistika adalah kajian terhadap wujud perfomansi kebahasaan,
khususnya yang terdapat di dalam karya sastra. Analisis stilistika dalam dunia
kesastraan biasanya dimaksudkan untuk menerapkan hubungan bahasa dengan
fungsi artistik dan maknanya. Di samping itu, menurut Chapman (dalam
Nurgiyantoro, 2005:279) Stilistika dapat juga bertujuan untuk menentukan
seberapa jauh dan dalam hal apa bahasa yang dipergunakan itu
11
memperlihatkan penyimpangan, dan bagaimana pengarang mempergunakan
tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus.
Menurut Shipley (Ratna, 2014:8) stilistika (stylistic) adalah ilmu
tentang gaya (style) sedangkan style berasal dari akar kata stilus (Latin),
semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas
bidang berlapis lilin. Stilus berasal dari akar kata ‘sti-‘ berarti mencakar atau
menusuk. Stilistika dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah stylos berarti
pilar atau rukun yang dikaitkan dengan tempat untuk bersemadi atau beraksi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:422) gaya
memiliki sejumlah ciri, yaitu: a) kekuatan, kesanggupan, gaya dalam
pengertian denotatif, misalnya gaya pegas, gaya lentur, gaya tarik bumi; b)
sikap, gerakan, seperti tingkah laku, misalnya gaya tarik, gaya hidup; c) irama,
lagu, seperti dalam musik, misalnya gaya music barat; d) cara melakukan,
seperti dalam olah raga, gaya renang, gaya dada; e) ragam, cara, seperti dalam
karangan, seperti gaya bahasa popular, gaya klasik; f) ragam, cara, seperti
dalam bangunan, seperti bangunan gaya Eropa; g) cara yang khas, seperti
pemakaian bahasa dalam karya sastra, misalnya gaya inversi.
Berdasarkan pendapat di atas, gaya bahasa telah didefinisikan secara
beragam dan berbeda-beda. Beberapa definisi yang perlu dipertimbangkan
(Ratna, 2014:10) sebagai berikut:
1. Ilmu tentang gaya bahasa.
2. Ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra.
12
3. Ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya
bahasa.
4. Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra.
5. Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan
mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar
belakang sosialnya.
B. Diksi atau Pilihan Kata
Pilihan kata merupakan sinonim dari kata diksi. Istilah diksi (Diction)
menurut Abrams (dalam Supriyanto, 2009:23) digunakan untuk pemilihan
kata-kata, frasa dan gaya dalam karya astra. Pilihan kata pengarang dapat
dianalisis berdasarkan kategori-kategori seperti pada tingkat kosakata
(vocabulary) dan frasa yang berbentuk konkret atau abstrak, asli atau tidak,
bentuk bahasa sehari-hari atau formal, dan literal atau kiasan. Keraf (dalam
Supriyanto, 2009:23) mengungkapkan bahwa istilah diksi digunakan untuk
menyatakan kata-kata yang dipakai untuk mengungkapkan suatu idea tau
gagasan, yang meliputi persoalan frasaologi, gaya bahasa, dan ungkapan.
Frasaologi menurut Keraf mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunan atau yang menyangkut cara-cara yang khusus
berbentuk ungkapan-ungkapan. Seorang penulis harus menguasai banyak
kosakata sehingga mampu memilih kata yang akan digunakan yang sesuai
dengan gagasannya.
Pilihan kata dimungkinkan karena Dee menguasai beberapa kosakata.
Pilihan kata merupakan unsur stilistika yang berhubungan dengan variasi.
13
1. Pemanfaatan kata Bahasa Daerah
2. Pemanfaatan kata Bahasa Asing
3. Pemendekan kata
Pemendekan kata atau abrevasi diartikan sebagai proses penanggalan
satu atau beberapa bagian leksem tatau kombinasi leksem sehingga
menjadi bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana, 1989:159).
a. Pemenggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah
satu bagian dari kata atau leksem.
b. Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf
yang ditulis menjadi sebuah kata yang dapat dilafalkan.
c. Kontraksi, yaitu proses pemendekan dengan meringkas gabungan
leksem dasar atau gabungan fonem.
d. Penyingkatan, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan kata
yang berupa gabungan huruf.
4. Penggunaan Bentuk Ulang
Kata ulang dapat dikelompokan berdasarkan bentuk dan fungsi atau
makna perulangan. Berikut adalah jenis-jenis kata ulang:
a. Kata ulang berdasarkan bentuk
1. Dwipurwa (Kata ulang sebagian), yaitu proses pengulangan
yang terjadi pada sebagian kata, biasanya terjadi pada bagian
awal kata.
2. Dwilingga (Kata ulang utuh atau penuh), yaitu proses
pengulangan yang terjadi pada semua atau keseluruhan kata.
14
3. Kata ulang berubah bunyi, yaitu proses pengulangan yang
terjadi dengan pengulangan bunyi pada unsur pertama maupun
unsur ke dua dalam kalimat.
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu pengulangan kata ulang
berimbuhan terjadi dengan menambahkan imbuhan pada unsur
kata pertama atau kata kedua.
5. Kata ulang semu, yaitu pengulangan kata ulang yang terjadi
pada kata dasar yang sebenarnya bukan hasil reduplikasi itu
sendiri.
b. Kata ulang berdasarkan fungsi atau makna
1. Kata ulang bermakna mirip atau agak
2. Kata ulang bermakna jamak
3. Kata ulang bermakna macam-macam
4. Kata ulang bermakna saling
5. Kata ulang bermakna intensitas
6. Kata ulang bermakna kolektif atau bilangan
7. Kata ulang bermakna keadaan atau situasi
8. Kata ulang bermakna tindakan yang dilakukan berkali-kali
9. Kata ulang bermakna kegiatan
(http:kelasindonesia.com/2015/04/pegertian-dan-contoh-kata-
ulang-lengkap.html?m=1)
5. Pemilihan kata yang unik
6. Pemilihan Kelompok Kata
7. Pemilihan kalimat yang menarik
15
C. Gaya Bahasa atau Majas
Majas (fugure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan
maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan
(Ratna, 2014:164). Majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a) majas
penegasan, b) majas perbandingan, c) majas pertentangan, dan d) majas
sindiran. Beberapa majas dibedakan lagi menjadi subjenis lain sesuai dengan
cirinya masing-masing. Secara tradisional bentuk-bentuk inilah yang disebut
sebagai gaya bahasa.
Jenis gaya bahasa atau majas, (Ratna, 2014:439-447):
1. Majas Penegasan:
a. Aferesis, yaitu penegasan dengan menghilangkan huruf atau
suku awal.
b. Aforisme, yaitu pernyataan sebagai kebenaran umum atau kata-
kata arif.
c. Alonim, yaitu majas dengan menggunakan varian nama.
d. Anagram, yaitu pertukaran huruf dalam kata sehingga
menimbulkan makna baru.
e. Antiklimaks, yaitu pernyataan menurun secara berurut-urut.
f. Apofasis/Preterisio, yaitu majas yang seolah-olah mengingkari
apa yang sudah dijelaskan.
g. Aposiopesis, yaitu penghentian di tengah-tengah kalimat.
h. Arkhaisme, yaitu menggunakan kata-kata yang sudah usang.
16
i. Bombastis, yaitu penggunaan keterangan secara berlebihan.
j. Elipsis, yaitu kalimat tidak lengkap.
k. Enumerasio/akumulasio, yaitu beberapa peristiwa saling
berhubungan, disebut satu demi satu.
l. Ekslamasio, yaitu menggunakan kata seru: wah, aduh, amboi,
astaga, awas, dan sebagainya.
m. Interupsi, yaitu menyisikan kelompok kata tertentu.
n. Invensi/anastrof, yaitu susunan kalimat terbalik
o. Invokasi, yaitu penggunaan kata seru untuk memohon adi
kodrati.
p. Klimaks, yaitu urutan pernyataan menuju puncak.
q. Kolokasi, yaitu asosiasi permanen satu kata dengan kata yang
lain.
r. Koreksio/epanortosis, yaitu memperbaikipernyataan
sebelumnya yang dianggap salah.
s. Paralelisme, yaitu kesejajaran kata-kata atau frasa, dengan
fungsi yang sama.
t. Pararima, yaitu perulangan konsonan awal dan akhir dalam
kata-kata tertentu.
u. Pleonasme, yaitu memberikan keterangan secara berlebihan.
v. Praterio, yaitu menyembunyikan maksud yang sesungguhnya.
w. Repetisi, yaitu perulangan kata atau kelompok kata.
x. Sinkope/kontraksi, yaitu menghilangkan suatu suku kata di
tengah kata.
17
y. Tautology, yaitu perulangan kata, kelompok kata, sinonimnya
yang kadang-kadang tidak perlu
z. Zeugma, yaitu seolah-olah tidak logis dan tidak gramatikal,
rancu.
2. Majas Perbandingan:
a. Alegori, yaitu perbandingan dengan alam secara utuh.
b. Alusio, yaitu majas dengan ungkapan, peribahasa, atau
sampiran pantun.
c. Antonomasia, yaitu sebutan untuk menggantikan nama orang.
d. Disfemisme, yaitu menonjolkan kekurangan tokoh.
e. Epitet, yaitu acuan untuk menunjukkan sifat khusus seseorang
atau hal lain.
f. Eponim, yaitu nama yang menunjukkan ciri-ciri tertentu.
g. Eufisme, yaitu menghaluskan arti.
h. Hipalase/enalase, yaitu keterangan yang seolah-olah
ditempatkan pada tempat yang salah.
i. Hiperbola, yaitu melebihi sifat dan kenyataan yang
sesungguhnya.
j. Litotes, yaitu dengan cara merendahkan diri.
k. Metafora, yaitu membandingkan suatu benda dengan benda
lainnya.
l. Metonimia, yaitu menggunakan suatu nama tetapi yang
dimaksud benda lain.
m. Onomatope, yaitu dengan menggunakan tiruan bunyi.
18
n. Paronomasia, yaitu kaya yang sama tetapi menampilkan makna
yang berbeda.
o. Periphrasis, yaitu suatu kata yang diperluas dengan ungkapan.
p. Personifikasi, yaitu benda mati dianggap benda hidup.
q. Simbolik, yaitu perbandingan dengan symbol.
r. Simile, yaitu menggunakan kata-kata pembanding: seperti,
laksana, umpama.
s. Sinedoke, yaitu sebagian untuk keseluruhan dan sebaliknya.
- Pars prototo, yaitu sebagian untuk keseluruhannya.
- Totem proparte, yaitu keseluruhan untuk sebagian.
t. Sinestesia, yaitu penggunaan beberapa indra.
u. Tropen, yaitu istilah lain dengan makna sejajar.
3. Majas Pertentangan:
a. Anakronisme, yaitu tidak sesuai dengan peristiwa.
b. Antithesis, yaitu berlawanan.
c. Kontradiksio, yaitu berlawanan secara situasional.
d. Oksimoron, yaitu berlawanan dalam kelompok kata yang sama.
e. Okupasi, yaitu pertentangan dengan pejelasan.
f. Paradox, yaitu bertentangan tetapi benar.
g. Prolepsis/antisipasi, yaitu kata-kata seolah-olah mendahului
peritiwanya.
4. Majas Sindiran:
a. Anifrasis, yaitu sindiran dengan makna berlawanan.
b. Innuendo, yaitu mengecilkan keadaan yang sesungguhnya.
19
c. Ironi, yaitu sindiran halus.
d. Permainan kata, yaitu sindiran disertai humor dengan cara
mengubah urutan kata.
e. Sarkasme, yaitu sindiran kasar.
f. Sinisme, yaitu sindiran agak kasar.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah bentuk singkat dari jalannya penelitian yang
digunakan peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut akan mempermudah mengungkap
permasalahan yang ada di rumusan masalah, yaitu dilakukan penelitian mengenai
kajian stilistika novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari. Oleh sebab itu, deskripsi
penelitian ini dapat diterjemahkan dalam kerangka berpikir, seperti berikut:
1. Pada tahap awal penulis menentukan objek penelitian, yaitu novel Perahu
Kertas karya Dewi Lestari. Lalu dilakukan pemahaman sungguh-sungguh
terhadap novel tersebut sehingga menemukan maksud yang terdapat di
dalamnya.
2. Setelah melakukan pemahaman yang sungguh-sungguh, tahap selanjutnya
adalah menemukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah diksi atau pilihan
kata dan gaya bahasa dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.
3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan
digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut.
20
Penelitian ini digunakan stilistika. Problematika sosial dalam novel Perahu
Kertas dipisahkan terlebih dahulu, kemudian diklasifikasikan. Analisis
selanjutnya adalah dengan memanfaatkan teori stilistika. Stilistika
merupakan teori tentang gaya. Stilistika mencakup semua teknik yang
dipakai untuk tujuan ekspresi tertentu, dan meliputi wilayah yang lebih luas
dari sastra atau retorika. Semua wujud dan teknik untuk membuat penekanan
dan kejelasan dapat dimasukkan dalam stilistika. Penggunaan teori tersebut
dimaksudkan untuk menyelesaikan diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa
dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.
4. Tahap akhir adalah simpulan, disajikan pemaknaan penelitian secara
terpadu terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh.
21
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Kajian Stilistika Novel Perahu Kertas karya
Dewi Lestari
Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari
Teori Stilistika
Gaya Bahasa
Diksi atau Pilihan Kata
Simpulan