BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA...

28
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis telah mengadakan penelitian terhadap novel Kubahkarya Ahmad Toharimelalui beberapa perpustakaan yaitu perpustakaan Pusat UNS, perpustakaan Fakultas, perpustakaan daerah, dan bahkan internet, penelitian yang menerapkan kajian sosiologi konflik sosial dan politik G30S dan menemukan beberapa bentuk karangan berupa esai, artikel, tesis, dan makalah. Berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan novel Kubah karya Ahmad Tohari. Dewi (2011) melakukan penelitian dengan judul skripsi Analisis Struktur dan Religius dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian tersebut dikaji tentang analisis unsur intrinsik yang membangun jalannya cerita, serta analisis tentang religiusitas yang terkandung di dalamnya. Sebelum melakukananalisis terhadap religiusitas, terlebih dahulu peneliti menganalisis unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran, serta tema dan amanat pada novel Kubah karya Ahmad Tohari dengan menggunakan metode struktural. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tampak adanya perbedaan dengan penelitian imi. Penelitian ini hanya difokuskan pada hegemoni yang dialami oleh tokoh utama yaitu mencangkup ketertindasan, kekuatan sosial, serta keterterimaan kembali tokoh utama dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shinta Dewi mengkaji tentang analisis unsur-unsur intrinsik yang membangun jalannya cerita

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penulis telah mengadakan penelitian terhadap novel Kubahkarya Ahmad

Toharimelalui beberapa perpustakaan yaitu perpustakaan Pusat UNS,

perpustakaan Fakultas, perpustakaan daerah, dan bahkan internet, penelitian yang

menerapkan kajian sosiologi konflik sosial dan politik G30S dan menemukan

beberapa bentuk karangan berupa esai, artikel, tesis, dan makalah. Berikut

beberapa penelitian yang berkaitan dengan novel Kubah karya Ahmad Tohari.

Dewi (2011) melakukan penelitian dengan judul skripsi Analisis Struktur

dan Religius dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian tersebut

dikaji tentang analisis unsur intrinsik yang membangun jalannya cerita, serta

analisis tentang religiusitas yang terkandung di dalamnya. Sebelum

melakukananalisis terhadap religiusitas, terlebih dahulu peneliti menganalisis

unsur intrinsik berupa tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan

pelataran, serta tema dan amanat pada novel Kubah karya Ahmad Tohari dengan

menggunakan metode struktural. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tampak

adanya perbedaan dengan penelitian imi. Penelitian ini hanya difokuskan pada

hegemoni yang dialami oleh tokoh utama yaitu mencangkup ketertindasan,

kekuatan sosial, serta keterterimaan kembali tokoh utama dalam novel Kubah

karya Ahmad Tohari. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shinta Dewi

mengkaji tentang analisis unsur-unsur intrinsik yang membangun jalannya cerita

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

11

serta analisis tentang religiusitas dengan menggunakan metode struktural.

Sedangkan persamaannya pada objek kajian yaitu sama-sama mengkaji novel

Kubah karya Ahmad Tohari.

Sutrisno Gustiraja Alfarizi melakukan penelitian yang berjudul Unsur

Dimensi Religiusitas dalam Novel Kubah karya Ahmad Tohari. Penulis mengkaji

sebuah teks unsur-unsur intrinsik dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Yang

meliputi tema, latar, tokoh dan penokohan dan unsur dimensi religiusitas yang

terdiri dari lima dimensi keberagamaan. Dimensi keyakinan, dimensi praktik

agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi

pengalaman atau konsekuensi. Dan meliputi perspektif islam tentang religiusitas

dan hubungan antar dimensi, penulis menjelaskan semua itu dalam sebuah novel

Kubah karya Ahmad Tohari.

Mieyla Nendra Pangestika melakukan penelitian dengan judul Aspek

Sosial dalam Novel Kubah karya Ahmad Tohari Tinjauan Sosiologi Sastra dan

Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Universitas Muhammadiyah

Surakarta 2013. Tujuan penelitian tersebut untuk memaparkan yang membangun

novel Kubah karya Ahmad Tohari. Memaparkan struktur novel Kubah karya

Ahamad Tohari. Mengungkapkan aspek-aspek sosial novel Kubah karya Ahamd

Tohari dengan pendekatan sosiologi sastra. Mendeskripsikan implementasi aspek

sosial dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar di SMA.

Penelitian ini mengkaji Aspek Sosial dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari,

tinjauan sosiologi sastra dan implementasinya sebagai bahan ajar di SMA.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

12

Skripsi yang ditulis oleh M Riyanton (2013) UNS Pascasarjana Prodi

Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul Aspek Kejiwaan dan Nilai Pendidikan

dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari dengan pendekatan Psikologi Sastra.

Dalam penelitian tersebut dikaji tentang Aspek Kejiwaan dan Nilai Pendidikan

dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Penelitian ini mendeskripsikan dan

menjelaskan proses kreatif penulisan novel Kubah, mendeskripsikan dan

menjelaskan struktur novel Kubah, meliputi: tema, penokohan dan perwatakan,

latar dan alur, mendeskripsikan aspek kejiwaan yang terkandung dalam novel

Kubah berdasarkan teori kebutuhan bertingkat Abraham Maslow, dan

mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Kubah.

2. Landasan Teori

a. Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.

Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai

cermin kehidupan masyarakat. Arenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi

sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan

sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil

atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya (Endarswara, 2003:

77).

Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki

antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang

dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

13

pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, c) pengarang memanfaatkan

kekayaan yang ada dalam masyarakat, d) hasil karya sastra itu dimanfaatkan

kembali oleh masyarakat (Ratna, 2012: 60).

Ritzer mendefinisikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang

multiparadigma. Maksudnya, di dalam ilmu tersebut dijumpai beberapa

paradigm yang saling bersaing dalam usaha merebut hegemoni dalam

lapangan sosiologi secara keseluruhan (dalam Faruk, 2010: 2).

Wellek dan Warren (1993: 111) mengklasifikasikan dalam sosiologi

sastra meliputi:

1) Sosiologipengarang: yakni yang status sosial, ideologipolitik, dan lain-

lain yang menyangkutdiripengarang.

2) Sosiologi karya sastra: yakni mempermasalahkan tentang suatu karya

sastra; yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam

karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak

disampaikan.

3) Sosiologi sastra: yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh

sosialnya terhadap masyarakat.

Pendekatan sosiobudaya dapat digunakan dalam penelitian kedalam

dua segi. Pertama, berhubungan dengan aspek sastra sebagai refleksi

sosiobudaya. Kedua, mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya

sastra. Pendekatan yang mengungkap aspek sastra dengan refleksi dokumen

sosiobudaya, mengimplikasikan bahwa karya sastra menyimpan hal-hal yang

penting bagi kehidupan sosiobudaya (Endraswara, 2003: 93).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

14

b. Teori Konflik Karl Marx

Marx mendasarkan teorinya pada konflik material dari kekuatan-

kekuatan ekonomi yang saling bertentangan. Marx mengungkapkan ciri utama

masyarakat yang tidak terletak pada stabilitas dan saling ketergantungan,

melainkan konflik dan persaingan. Setiap masyarakat, baik di masa lalu

maupun di masa sekarang ditandai dengan konflik sosial. Teori konflik Karl

Marx adalah konflik antara kelas kapitalis, kaum borjuis yang memiliki

sarana-sarana produksi (majikan) dengan kelas pekerja (buruh) yang

tereksploitasi dan proletariat yang tidak memiliki sarana-sarana produksi.

Menurut Marx, kedua kelas ini akan terus berkonflik, hingga pada akhirnya

dimenangkan oleh kelas pekerja. Kapitalisme akan dihancurkan, dan kelas

pekerja akan membangun masyarakat tanpa kelas (Maran, 2001: 20).

Menurut Tom Campbell Karl Marx melihat masyarakat manusia

sebagai sebuah proses perkembngan yang akan menyudai konflik melalui

konflik. Ia mengantisipasi bahwa perdamaian dan harmoni akan menjadi akhir

sejarah perang dan revolusi kekerasan. Dengan kekecualian masa-masa yang

paling awal dari masyarakat sebelum munculnya hak milik pribadi, ciri utama

hubungan-hubungan sosial adalah perjuangan kelas. Namun bentrokan

kepentingan-kepentingan ekonomis akan berakhir di dalam kenyataan sebuah

bentuk masyarakat yang tanpa kelas, bebas konflik dan kreatif yang disebut

komunisme. Tulisan-tulisan teoritisnya Marx banyak menangani penjelasan

mengenai kenyataan-kenyataan sosial yang ada dan sumbangan pokoknya

bagi pemahaman kita tentang masyarakat terletak dalam analisisnya mengenai

sebab-sebab ekonomis dari konflik sosial dan cara-cara konflik itu dibendung

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

15

dan ditekan oleh kelas yang berkuasa di dalam setiap masyarakat sebelum

meledak menjadi bentuk-bentuk kehidupan sosial yang baru (dalam Mas ‘oed,

dkk, 1994: 134).

Menurut Tom Campbell Marx menyimpulkan bahwa sekali konflik-

konfli internal atau ‘kontradiksi-kontradiksi’ sistem kapitalis berkembang

penuh sampai pada titik penghancuran diri, perebutan dengan kekerasan atas

sarana-sarana produksi yang menjadi milik hak pribadi akan membuat jalan

menuju ke sebuah kehidupan sejati yang bebas, membahagiakan dan penuh

persaudaraan bagi seagama manusia (dalam Mas’oed, dkk, 1994: 135-136).

Menurut Tom Campbell ciri pendekatan Marx terhadap studi sosial

bahwa hakikat masyarakat dan pola perkembangannya adalah sebuah fungsi

dari cara tuntutan-tuntutan material kehidupan manusia berupa pangan,

sandang, papan, dan seterusnya diperoleh melalui kerja. Produksi sarana-

sarana untuk menopang kehidupan adalah dasar dari segala struktur sosial,

konflik sosial dan karenanya juga dasar dari semua perubahan sosial (dalam

Mas’oed, dkk, 1994: 141).

c. Konflik

1) Pengertian Konflik

Istilah konflik berasal dari kata kerja bahasa Latin Configure, yang

berarti saling memukul. Dari bahasa Latin diadopsi ke dalam bahasa

Inggris, confict yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia,

konflik (Wirawan, 2010: 4).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

16

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan

perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam.

Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi,

sistem hukum, bangsa,hukum,agama, kepercayaan, aliran politik, serta

budaya dan tujuan hidup. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah

yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut,

konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Dari sini, ada

benarnya jika sejarah umat manusia merupakan sejarah konflik. Konflik

sesalu terjadi di dunia, dalam sistem sosial yang bernama negara, bangsa,

organisasi, perusahaan, bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama

keluarga atau pertemanan. Konflik terjadi di masa lalu, sekarang, dan pasti

akan terjadi di masa yang akan datang (Wirawan,2010: 1-2). Konflik

adalah proses pertentangan yang diekspresikan diantara dua pihak atau

lebih yang saling tergantung mengenai objek konflik, menggunakan pola

perilaku dan interaksi konflik yang menghasilkan keluaran konflik

(Wirawan, 2010: 5).

Pengertian konflik adalah kejadian yang tergolong penting berupa

perirtiwa utama yang merupakan unsur yang enselsial dalam

pengembangan plot. Pengembangan plot sebuah karangan naratif akan

dipengaruhi dan tidak ditentukan oleh wujud dan isi konflik, tetapi

bangunan konflik yang ditampilkan (Nurgiyantoro, 2010: 122). Peristiwa

dan konflik berkaitan erat dan dapat saling menyebabkan terjadinya

konflik satu dengan yang lain, bahkan konflik hakikatnya merupakan

peristiwa. Ada peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

17

terjadinya konflik dan sebaliknya. Peristiwa akan bermunculan dengan

adanya konflik (Nurgiyantoro, 2010: 123).

Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan

antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi-aksi

balasan (Wellek & Warren, 1993: 285).

2) Penyebab Konflik

Konflik merupakan salah satu strategi para pemimpin untuk

melakukan perubahan. Pemimpin dalam melakukan perubahan

diupayakan secara damai, namun jika tidak tercapai diupayakan dengan

menciptakan konflik. Pemimpin menggunakan faktor-faktor yang dapat

menimbulkan konflik untuk menggerakkan perubahan. Konflik dapat

terjadi secara alami adanya kondisi objektif yang dapat menimbulkan

terjadinya konflik (Wirawan,2010: 7-8). Kondisi yang dapat menimbulkan

konflik antara lain, yaitu:

a) Komunikasi yang tidak baik

Komunikasi yang tidak baik sering kali menimbulkan konflik

dalam organisasi. Faktor komunikasi yang menyebabkan konflik,

misalnya distorsi, informasi yang tidak tersedia dengan bebas, dan

penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihak-pihak yang

melakukan komunikasi. Perilaku yang berbeda sering kali

menyinggung orang lain, baik disengaja maupun tidak disengaja dan

bisa menjadi penyebab timbulnya konflik (Wirawan, 2010: 12).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

18

b) Konflik juga terjadi karena perlakuan yang tidak manusiawi,

melanggar hak asasi manusia, dan melanggar hukum.

Berkembangnya masyarakat madani dan adanya undang-

undang hak asasi manusia di Indonesia, pemahaman dan sensitivitas

anggota masyarakat terhadap hak asasi manusia dan penegak hukum

semakin meningkat. Perlakuan yang tidak manusiawi dan melanggar

hak asasi manusia di masyarakat dan organisasi menimbulkan

perlawanan dari pihak yang mendapatkan perlakuan tidak manusiawi

(Wirawan, 2010: 12).

c) Beragam karakteristik sistem sosial

Di Indonesia konflik dalam masyarakat sering terjadi kerena

anggotanya mempunyai karakteristik yang beragam: suku, agama, dan

ideologi. Karakteristik ini sering diikuti dengan pola hidup yang

eksklusif satu sama lain yang sering menimbulkan konflik. Sebagai

contoh, konflik yang terjadi antar suku dayak dan suku Madura di

Kalimantan pada tahun 2002 berlatar belakang perbedaan etnis dan

pola kehidupan. Konflik ini juga berlatar belakang kecemburuan

ekonomi dan perilaku yang ekslusif. Contoh lain adalah konflik sosial

yang terjadi di Maluku dan Sulawesi karena dipicu oleh perbedaan

agama, sedangkan konflik para politisi sebagian besar terjadi karena

perbedaan ideologi dan tujuan (Wirawan,2010: 12).

d) Pribadi orang

Ada orang yang memiliki sifat kepribadian yang mudah

menimbulkan konflik, seperti selalu curiga dan berpikiran negatif

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

19

kepada orang lain, egois, sombong, merasa selalu paling benar, kurang

dapat mengendalikan emosinya, dan ingin menang sendiri. Hal seperti

ini dapat menimbulkan konflik.

Ada sekelompok orang yang berpikir fundamentalis atau

radikalis yang mengandung sesuatu hanya hitam putih tidak

menghargai kebhinekaan. Sekelompok tersebut menentukan benar atau

salah sesuatu berdasarkan kesesuaian suatu hal tertentu dengan

pendapat mereka atau tidak. Kelompok fundamentalis mudah

mendapat konflik (Wirawan, 2010: 12-13).

e) Perasaan dan emosi

Setiap orang memiliki perasaan dan emosi yang berbeda.

Sebagian orang mengikuti perasaan dan emosinya saat berhubungan

dengan sesuatu atau orang lain. Orang yang sangat dipengaruhi oleh

perasaan dan emosinya menjadi tidak rasional (irasional) saat

berinteraksi dengan orang lain. Perasaan dan emosi tersebut bisa

menimbulkan konflik dan menentukan perilakunya saat terlibat konflik

(Wirawan, 2010: 13).

f) Pola pikir sebagian manusia Indonesia yang tidak mandiri

Masyarakat Indonesia lebih mengutamakan haknya dan

melupakan kewajibanya, bahkan dalam keadaan ekonomi Negara yang

sedang mengalami krisis keuangan pada tahun 1998 dan 2008. Setiap

kenaikan harga bahan bakar, pupuk, beras, dan gula yang disebabkan

krisis global selalu diikuti oleh demonstrasi dan pemogokan yang

melanggar hukum, perusakan, dan kematian jiwa manusia. Masyarakat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

20

Indonesia yang seperti itu hanya memaksakan kehendaknya, hanya

mampu mengalahkan, mengumpat, dan mengutuk, serta tidak mampu

ikut serta menyelesaikan masalah. Pola pikir tersebut dapat menjadi

salah satu penyebab terjadinya konflik di Indonesia (Wirawan,2010:

13-14).

g) Budaya konflik dan kekerasan

Bangsa dan Negara Indonesia semenjak kemerdekaannya

sampai memasuki abad ke-21 mengalami konflik politik, ekonomi dan

sosial secara terus-menerus. Perubahan pola pikir dari pola pikir

kebersamaan ke pola pikir individualistis, memudarnya rasa

nasionalisme, kehidupan politik dan ekonomi liberal, terkikisnya nilai-

nilai tradisi, dan politisasi agama telah berkontribusi mengembangkan

konflik di Indonesia. Lemahnya penegakan hukum dan merosotnya

moral para penegak hukum, serta menurunnya kepercayaan

masyarakat kepada mereka menyebabkan orang bisa mencapai jalan

pintas untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan kekerasan dan

main hakim sendiri (Wirawan, 2010: 14).

3) Jenis Konflik

Konflik banyak jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan

latar berdasarkan berbagai cerita. Sebagai contoh, konflik dapat dibedakan

berdasarkan latar terjadinya konflik, pihak yang terkait dalam konflik, dan

substansi konflik (Wirawan, 2010: 55).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

21

a) Konflik Personal dan Konflik Interpersonal

Konflik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah orang yang terlibat

konflik, yaitu konflik personal dan konflik interpersonal.

(1) Konflik Personal

Konflik personal adalah konflik yang terjadi dalam diri seorang

individu karena harus memilih dari sejumlah alternatif pilihan

yang ada atau karena mempunyanyi kepribadian ganda. Konflik ini

terjadi, antara lain sebagai berikut.

(a) Konflik pendekatan ke pendekatan (approach to approach

confict). Konflik yang terjadi karena harus memilih dua

alternatif yang berbeda, tetapi sama-sama menarik atau sama

baik kualitasnya.

(b) Konflik menghindar ke menghindar (avoidance to avoidance

confict). Konflik yang terjadi karena harus memilih alternatif

yang sama-sama harus menghindar.

(c) Konflik pendekatan ke menghindar (approach to avoidance

confict). Konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai

perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu (Wirawan, 2010:

55).

(2) Konflik Interpersonal

Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi di dalam

suatu organisasi atau konflik di tempat kerja. Konflik yang terjadi

di antara mereka yang bekerja untuk suatu organisasi profit dan

nonprofit. Konflik interpersonal adalah konflik pada suatu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

22

organisasi di antara pihak-pihak yang terlibat konflik dan saling

tergantung dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan

organisasi (Wirawan, 2010: 55)

b) Konflik Realistis dan Nonrealistis

Lewis Coser seperti dikutip dalam Joseph P. Folger dan

Marshal S. Poole Wirawan, 2010: 59 mengelompokkan konflik

menjadi konflik realistis dan konflik nonrealistis.

(1) Konflik Realistis. Konflik yang terjadi karena perbedaan dan

ketidahsepahaman cara pencapaian atau mengenai tujuan yang

akan dicapai. Dalam konflik jenis ini, interaksi konflik

memfokuskan pada isu ketidaksepahaman mengenai substansi atau

objek konflik yang harus diselesaikan oleh pihak yang terlibat

konflik. Di sini, metode manajemen konflik yang digunakan

adalah dialog, persuasi, musyawarah, votting, dan negoisasi.

Kekuasaan dan agresi sedikit sekali digunakan.

(2) Konflik Nonrealistis. Konflik yang terjadi tidak berhubungan

dengan isu substansi penyebab konflik. Konflik ini dipicu oleh

kebencian atau prasangka terhadap lawan konflik yang mendorong

melakukan agresi untuk mengalahkan atau menghancurkan lawan

konfliknya. Penyelesaian perbedaan pendapat mengenai isu

penyebab konflik tidak penting. Hal yang penting adalah

bagaimana mengalahkan lawannya. Oleh kerena itu, metode

manajemen konflik yang digunakan adalah agresi, menggunakan

kekuasaan, kekuatan, dan paksaan. Contok jenis konflik ini adalah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

23

konflik kerena perbedaan agama, suku, ras, bangsa yang sudah

menimbulkan kebencian yang mendalam (Wirawan, 2010: 59).

c) Konflik Menurut Bidang Kehidupan

Konflik dapat dikelompokkan menurut bidang kehidupan yang

menjadi objek konflik. Namun, sering kali, suatu jenis konflik tidak

berdiri sendiri. Melainkan berkaitan dengan konflik sejumlah aspek

kehidupan (Wirawan, 2010: 62).

Sebagai contoh, konflik sosial sering kali tidak hanya

disebabkan oleh perbedaan suku, ras, kelas, atau kelompok sosial,

tetapi sering kali disebabkan oleh kecemburuan ekonomi, kehidupan

politik, dan perbedaan agama. Oleh karena sering sulit membedakan

suatu fenomena konflik apakah merupakan konflik sosial, konflik

politik, atau konflik ekonomi, maka sejak merdeka bangsa dan Negara

Indonesia mengalami berbagai jenis konflik. Berikut adalah contoh-

contoh konflik multidimensi yang dialami bangsa dan Negara

Indonesia (Wirawan,2010: 62-63).

(1) Konflik politik

Semenjak merdeka, bangsa dan Negara Indonesia

mengalami konflik politik secara terus-menerus. Politik adalah

pengumpulan kekuatan untuk memperoleh kekuasaan dan

penggunaan kekuasaan untuk mencapai tujuan atau merealisasikan

ideologi. Jadi, konflik politik adalah konflik yang terjadi karena

pihak-pihak yang terlibat konflik berupaya mendapatkan dan

mengumpulkan kekuasaan yang sama pada jumlahnya terbatas dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

24

menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan atau ideologinya

(Wirawan, 2010: 67).

(2) Konflik sosial

Fenomena konflik sosial dilatarbelakangi oleh berbagai

faktor: (1) konflik sosial timbul karena masyarakat terdiri atas

sejumlah kelompok sosial yang mempunyai karakteristik yang

berbeda satu sama lain; (2) kemiskinan bisa menjadi pemicu

terjadinya konflik. Sosiologi mengelompokkan masyarakat

menjadi golongan atas (golongan kaya raya), golongan menengah

(golongan kaya), dan golongan bawah (golongan miskin); (3)

konflik sosial bisa terjadi karena terjadinya migrasi manusia dari

suatu tempat ke tempat lainnya; (4) konflik sosial yang terjadi

antarkelompok sosial yang mempunyai karakteristik dan perilaku

inklusif (Wirawan, 2010: 71).

(3) Konflik agama

Sepanjang sejarah umat manusia terjadi sejumlah konflik

agama. Konflik agama bisa terjadi di antara dua pemeluk agama

yang berbeda atau diantara para pemeluk yang sama. Konflik

agama adalah konflik diantara pemeluk, bukan konflik di antara

ajaran atau kitab suci agama. Dari segi agama dan kitab suci

agama, memang ada perbedaan mengenai ajaran atau doktrin

agama. Ajaran agama Islam berbeda dengan ajaran agama Katolik,

Kristen (Protestan), Hindu, atau Budha. Perbedaan di antara ajaran

agama merupakan objek dari ilmu perbandingan agama. Akan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

25

tetapi, pihak yang terlibat konflik bukan kitab suci, doktrin, atau

ajaran agamanya, melainkan para penganut agamanya atau

umatnya. Kitab suci tidak bisa berpikir dab berbicara. Pihak yang

bisa berpikir dan berbicara adalah para penganut agama yang

menerapkan kitab suci dalam hidupnya. Agama dan kitab sucinya

tidak membenci dan membunuh orang, tetapi para pemeluknya

yang melakukannya (Wirawan,2010: 71).

Jenis-jenis konflik agama

(a) Konflik para penganut suatu agama. Konflik atau perbedaan

pendapat bisa terjadi di antara para penganut suatu agama.

Sumber dari konflik adalah penafsiran yang berbeda mengenai

penafsiran kitab suci atau ajaran agama oleh para pemimpin

agamanya.

(b) Konflik antara agama dan ilmu pengetahuan, serta budaya.

Konflik antara dan ilmu pengetaguan telah terjadi pada abad

pertengahan.

(c) Konflik di antara para penganut agama yang berbeda. Konflik

di antara para penganut agama sering menimbulkan konflik

fisik dan kekerasan.

(d) Konflik karena pemanfaatan agama untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam konflik jenis ini agama dijadikan alat untuk

mencapai tujuan politik, ekonomi, sosial dari suatu individu

atau kelompok tertentu (Warawan,2020: 72-73).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

26

4) Pengaruh Konflik

Konflik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

kehidupan umat manusia, baik secara individu atau kelompok. Konflik

mempunyai pengaruh yang positif dan negatif. Kedua pengaruh tersebut

menciptakan perubahan bagi kehidupan manusia. Konflik mengubah dan

mengembangkan kehidupan manusia menjadi lebih baik. (Wirawan, 2010:

106).

a) Pengaruh positif

Konflik mempunyai pengaruh positif terhadap kehidupan umat

manusia. Berikut adalah beberapa gambaran pengaruh yang positif.

(1) Menciptakan perubahan. Konflik berpengaruh besar terhadap

kehidupan manusia. Konflik dapat mengubah dan mengembangkan

kehidupan umat manusia (Wirawan, 2010: 106).

(2) Membawa objek konflik ke permukaan. Tanpa terjadinya konflik

dan objek konflik. Pokok masalah yang terpendam di antara pihak-

pihak yang terlibat konflik tidak akan muncul ke permukaan.

Tanpa munculnya objek konflik, masalah tersebut tidak mungkin

diselesaikan. Pada masa Orde Baru, masalah yang dapat

menimbulkan konflik herus dihindari dan diltekan dari permukaan.

Akibatnya, konflik tidak pernah terselesaikan dan masalah yang

dipendam makin lama makin membesar. Masalah itu kemudian

meledak ketika terjadi reformasi (Wirawan, 2010: 107).

(3) Memahami orang lain lebih baik. Konflik membuat orang

memahami adanya orang lain, yaitu lawan konflik yang berbeda

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

27

pendapat, berbeda pola pikir, dan berbeda karakter (Wirawan,

2010: 107).

(4) Menstimulus cara berpikir yang kritis dan meningkatkan

kreativitas. Konflik akan menstimuli orang untuk berpikir kritis

terhadap posisi lawan konfliknya dan posisi dirinya sendiri. Orang

harus memahami mengapa lawan konfliknya mempunyai pendapat

yang berbeda dan mempertahankan pendapatnya. Kreativitasnya

meningkat yang digunakan dalam menyusun strategi dan taktik

untuk menghadapi konflik tersebut (Wirawan, 2010: 108).

(5) Manajemen konflik dalam menciptakan solusi terbaik. Jika

dimanajemeni dengan baik, konflik dapat menghasilakn solusi

yang memuaskan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Solusi

yang memuaskan kedua belah pihak menghilangkan perbedaan

mengenai objek konflik. Hilangnya perbedaan membawa keduanya

kembali dalam interaksi sosial yang harmonis (Wirawan, 2010:

108).

(6) Konflik menciptakan revitalisasi norma. Norma yang berlaku dan

mengatur kehidupan masyarakat berkembang lebih lambat

daripada perkembangan mayoritas anggota masyarakatnya.

Perubahan norma sering dimulai dengan terjadinya perbedaan

pendapat mengenai norma yang berlaku antara pihak yang ingin

mempertahankannya dan anggota masyarakat yang ingin

mengubahnya. Sering kali, perbedaan pendapat tersebut

berkembang menjadi konflik destruktif (Wirawan, 2010: 108).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

28

b) Pengaruh negatif

Konflik dapat menciptakan pengaruh negatif. Berikut adalah

beberapa gambaran pengaruh negatif dari konflik.

(1) Biaya konflik. Konflik memerlukan biaya untuk melakukan

transaksi interaksi konflik dalam bentuk sumber-sumber, seperti

energi fisik, energi psikologi, uang, waktu, dan peralatan

(Wirawan, 2010: 109).

(2) Merusak hubungan dan komunikasi di antara pihak- pihak yang

terlibat konflik. Konflik, terutama konflik destruktif menurunkan

kualitas dan intensitas hubungan di antara pihak- pihak yang

terlibat konflik. Konflik dapat menimbulkan rasa tidak senang,

marah, benci, antipati dan agresi kepada lawan konflik (Wirawan,

2010: 109).

(3) Merusak sistem organisasi. Organisasi merupakan sistem sosial

yang unit-unit yang kerjanya (subsistem) dan para anggotanya

saling berhubungan, saling membantu, saling tergantung satu sama

lain dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem organisasi yang

harmonis menciptakan sinergi positif, yaitu produksi subsistem-

subsistem yang bekerja dalam kesatuan sistem, hasilnya lebih

besar daripada jumlah produksi masing-masing subsistem. Konflik

merusak sistem dan menciptakan sinergi negatif, yaitu produksi

subsistem-subsistem yang bekerja dalam kesatuan sistem lebih

kecil daripada jumlah produksi masing-masing subsistem.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

29

(4) Menurunkan mutu pengambilan keputusan. Konflik yang

konstruktif atau sehat membantu dalam pengambilan keputusan

dengan menyediakan alternatif yang diperlukan. Diskusi mengenai

perbedaan pendapat, argumentasi, dan konflik pemikiran

merupakan sumber alternatif yang diperlukan dalam pengambilan

keputusan. Akan tetapi, jika konflik berkembang menjadi konflik

destruktif dan tidak sehat akan menghasilkan kebuntuan diskusi,

fitnah, agresi, dan sabotase, serta menghilangkan sifkap saling

percaya ( Wirawan, 2010: 109).

(5) Sikap dan perilaku negatif. Konflik antara manager dan para

pegawai akan menurunkan motivasi kerja, komitmen

berorganisasi, absentisme, kepuasan kerja, rasa saling percaya.

Serta sabotase dan pencurian (Wirawan, 2010: 111).

(6) Kesehatan. Konflik menyebabkan pihak yang terlibat konflik

marah, stress, kecewa, emosional, dan irasional. Keadaan ini

meningkatkan kemungkinan orang tekanan darahnya meningkat,

terkena struk, dan serangan jantung (Wirawan, 2010: 111).

(7) Konflik Buruh dan Merusak. Banyak orang yang berpendapat

bahwa konflik merupakan sesuatu yang buruk, negatif, dan

merusak. Oleh karena itu, konflik harus dicegah dan dihindari.

Stephen P. Robbins menyebut asumsi ini sebagai pandangan

tradisional (traditional poin of iew). Mereka yang menyatakan

konflik sebagai sesuatu yang merusak mengasosiasikan konflik

dengan sesuatu yang negatif, antara lain sebagai berikut.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

30

(a) Konflik buruk. Konflik menimbulkan sesuatu yang buruk,

seperti pertentangan, kompetisi, perkelahian, perang, dan

kerugian.

(b) Konflik merusak. Konflik merusak keharmonisan hidup dan

hubungan baik antarmanusia. Konflik merusak keharmonisan,

keselarasan, serta keseimbangan hidup dan interaksi sosial

antarmanusia.

(c) Konflik sama dengan kekerasan dan agresi. Konflik mengarah

pada kebencian, kekerasan, agresi, perkelahian, dan perang.

(d) Konflik emosional dan irasional. Konflik dapat membuat orang

menjadi emosional dan irasional; membuat orang merasa

dirinya sendiri yang benar dan lawan konfliknya salah, tanpa

mempertimbangkan fakta dan data yang ada.

(e) Konflik membuang energi dan sumber-sumber organisasi.

Konflik merupakan penyebab stres dan frutasi. Pihak-pihak

yang terlibat konflik akan mengalami stres dan frutasi sehingga

memengaruhi fisik dan kejiwaan mereka.

(f) Konflik sama dengan perang, agresi, kehancuran, dan

penderitaan manusia. Konflik destruktif sama dengan perang,

terjadi tindakan saling menyerang dan agresi.

(g) Konflik ancaman. Bagi pihak yang terlibat konflik, konflik

merupakan ancaman dari lawan konflik yang berupaya untuk

mengalahkannya. Apabila kalah saat terlibat konflik, maka

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

31

akan kehilangan apa yang diimpikan (dalam Wirawan, 2010:

113-114).

(h) Konflik netral. Sebagainya orang pemimpin, manajer,

administrator, dan ilmuwan berasumsi bahwa konflik netral itu

tidak baik dan tidak juga buruk. Menurut Stephen P. Robbins

(dalam Wirawan, 2010: 115) bahwa asumsi ini dianut oleh

para penganut aliran pandangan hubungan kemanusiaan

(human relation view). Konflik merupakan kejadian alami dan

fenomena manusia tidak bisa dihindari. Manusia diciptakan

dengan sifat-sifat yang bertentangan satu sama lain. Manusia

mempunyai persepsi dan pendapat yang berbeda mengenai

sesuatu yang sama. Perbedaan persepsi dan pendapat ini

merupakan sumber konflik. Sepanjang sejarah umat manusia,

konflik, kekerasan, pertumpahan darah, dan perorangan

merupakan karakteristik masyarakat yang terorganisasi.

Konflik tidak bisa dihindari dan terbukti menghasilkan sesuatu

yang baik, di samping sesuatu yang buruk. Baik buruknya

konflik tergantung bagaimana cara seseorang

memanajemeninya (Wirawan, 2010: 115).

(i) Konflik baik dan diperlukan. Sebagian pemimpin dan manajer

menganggap konflik itu baik dan diperlukan. (Stephen P.

Robbins dalam Wirawan) menyebut asumsi ini sebagai

pandangan penganut yang senang berinteraksi (the

interactionist view). Menurut asumsi ini, konflik diperlukan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

32

untuk menciptakan perubahan dan kemajuan. Konflik

merupakan proses tesis, antithesis, dan sintesis. Mereka yang

berpendapat konflik baik dan membangun sesuatu yang baru

akan menganjurkan para pemimpin dan manajer untuk

meneruskan konflik yang sedang terjadi secara minimal untuk

mendorong kreativitas dan kritik diri. Tanpa konflik Orde

Lama masih terus berkuasa dan Orde Baru tidak akan pernah

ada. Demikian juga, tanpa konflik, reformasi tidak akan terjadi

di Indonesia (Wirawan,2010: 115).

5) Resolusi Konflik Tanpa Kekerasan dan dengan Kekerasan

Resolusi konflik melalui mengatur diri sendiri dapat menggunakan

dua pola, yaitu pola tanpa kekerasan (non-violent) dan pola dengan

kekerasan (violent).

a) Resolusi konflik tanpa kekerasan

Resolusi konflik tanpa kekerasan adalah resolusi konflik yang

dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik dengan tidak menggunakan

kekerasan fisik, verbal, dan nonverbal untuk mencapai resolusi konflik

yang diharapkan (Wirawan, 2010: 181).

b) Resolusi konflik dengan kekerasan

Resolusi konflik dengan kekerasan terjadi dalam lingkungan

internal organisasi/ perusahaan di negara-negara maju di Indonesia.

Kekerasan (violent) didefinisikan sebagai perilaku pihak yang terlibat

konflik yang bisa melukai lawan konfliknya untuk memenangkan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

33

konflik. Dalam definisi ini, ada sejumlah indikator yang perlu

mendapatkan penjelasan

(1) Perilaku. Kekerasan adalah perilaku yang terlibat konflik perilaku

tersebut bisa berupa perilaku fisik (memaksa, memukul,

mendorong, mencubit, menendang, mencekik, dan sabagainya;

perilaku verbal (mengumpat, mendamprat, mengajak berkelahi,

mempermalukan, mengejek, dan merendahkan); dan perilaku

tertulis (menghina, mengolok-olok, dan mengancam dengan

tulisan atau gambar).

(2) Melukai lawan konflik, melukai merupakan perilaku yang

menimbulkan luka fisik (luka atau sakit fisik, serangan, atau

kematian) dan luka psikologis (ketakuatan, stres, atau gila).

(3) Untuk memenangkan konflik. Pihak yang terlibat konflik

melakukan kekerasan untuk mencapai kemenangan dalam terlibat

konflik. Kekerasan umumnya dilakukan oleh pihak yang terlibat

konflik yang menginginkan resolusi konflik win& lose solution

(Wirawan,2010: 182).

(4) Seseorang yang berupaya menghindar atau mengakomodasi dalam

terlibat konflik tidak akan menggunakan resolusi konflik dengan

kekerasan. Setelah tidak bisa memenangkan konflik dengan

menggunakan berbagai taktik konflik lainnya, ia akan

menggunakan resolusi konflik dengan kekerasan (Wirawan, 2010:

183).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

34

6) Taktik Konflik

Taktik konflik adalah teknik yang mempengaruhi lawan konflik

untuk menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Berikut adalah

gambaran mengenai taktik-taktik konflik tersebut.

a) Taktik mengancam

Seorang manajer atau pemilik perusahaan yang terlibat konflik

dengan karyawannya bisa menggunakan taktik mengancam untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan

dengan karyawan tersebut. Taktik mengancam hanya mempunyai arti

jika pihak yang terlibat konflik bisa melaksanakan ancamannya.

b) Taktik mencari teman atau koalisi

Taktik mencari teman atau koalisi umumnya dilakukan oleh

pihak yang terlibat konflik dengan kekuasaan atau posisi lebih lemah

daripada lawan konfliknya. Tujuan taktik ini adalah mencari teman

untuk memperbesar kekuasaan atau memperkuat posisinya dalam

menghadapi lawan konfliknya.

c) Taktik Berbohong

Jika menghadapi situasi konflik, seseorang yang jujur bisa

berubah menjadi pembohong, terutama jika posisinya terdesak dan

objek konflik menentukan hidup dan harga dirinya. Berbohong bisa

memberikan informasi yang tidak benar, mengelak atau menolak

untuk memberikan informasi, atau diam ketika ditanya mengenai

sesuatu (Wirawan, 2010: 147-149).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

35

7) Faktor-faktor Pengaruh Konflik

a) Emosi

Emosi mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya

konflik dan proses interaksi konflik. Emosi dapat menyebabkan

terjadinya konflik dan mempengaruhi proses interaksi konflik. Emosi

adalah perasaan yang subjektif yang kompleks sebagai reaksi kognitif

dan fisiologis atau suatu pengalaman yang mempengaruhi sikap

perilaku. Emosi perasaan yang kompleks, bisa berupa perasaan

senang, tidak senang, atau netral (Wirawan, 2010: 150).

b) Marah

Dalam menghadapi situasi konflik, tujuan yang tidak tercapai

karena terhalang oleh lawan konfliknya akan menyebabkan pihak yang

terlibat konflik bisa marah. Kemarahan bukan saja merubah sikap dan

perilaku pihak yang terlibat konflik, tetapi mengubah proses interaksi

sosial. Kemarahan yang terlibat pihak-pihak yang terlibat konflik bisa

mengubah konflik, dari pihak konstruktif menjadi konflik destruktif.

Marah adalah keadaan jiwa orang dengan emosi yang tinggi

(emosional) yang mempengaruhi pola pikir dan perilakunya

(Wirawan, 2010: 152).

8) Konflik Destruktif dan Konflik Konstruktif

Konflik juga dapat dikelompokkan menjadi konflik konstruktif

(konflik produktif) dan konflik destruktif (konflik kontraproduksi).

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

36

a) Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya mengarah kepada

mencari solusi mengenai substansi konflik. Konflik jenis ini

membangun sesuatu yang baru atau mempererat hubungan pihak-

pihak yang terlibat konflik; ataupun mereka memperoleh sesuatu yang

bermanfaat dari konflik (Wirawan, 2010: 59).

b) Konflik destruktif. Dalam konflik destruktif pihak-pihak yang terlibat

konflik tidak fleksibel atau kaku karena tujuan konflik yang

didefinisikan secara sempit, yaitu untuk mengalahkan satu sama lain.

Interaksi konflik berlarut-larut, siklus konflik tidak terkontrol karena

menghindari isu konflik yang sesungguhnya (Wirawan, 2010: 62).

B. Kerangka Pikir

Deskripsi peneliti ini dapat dituangkan dalam kmerangka pikir sebagai berikut

ini.

1. Menemukan permasalahan. Permasalahan dalam peneliti ini adalah

mendeskripsikan konflik sosial dan politik yang terjadi pada masa G30S tahun

1965 dan mendeskripsikan representasi ideologi pengarang,wacana sosial dan

politik yang terdapat dalam novel Kubah.

2. Novel Kubah merupakan novel yang memiliki latar peristiwa sejarah dan memuat

permasalahan mengenai masalah konflik sosial dan politik tahun 1965. Langkah

selanjutnya adalah membaca dan memahami dengan cermat dan teliti terhadap

novel Kubah.

3. Menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis novel Kubah. Teori yang

digunakan dalam penelitian adalah sosiologi sastra.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0211031_bab1.pdfPenelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan

37 4. Analisis permasalahan dengan cara memaparkan dan menunjukkan serta

menjelaskan yang disertai dengan kutipan-kutipan pendukung mengenai konflik

sosial dan politik, representasi ideologi pengarang serta korelasi dalam novel

Kubah.

5. Simpulan disajikan dengan menjawab permasalahan yang ada dalam novel Kubah

karya Ahmad Tohari. Memaparkan hasil dari penelitian secara ringkas mengenai

konflik sosial dan politik serta representasi ideologi pengarang , korelasi konflik

sosial dan politik yang terdapat dalam novel tersebut.

Gambar 1Bagan Kerangka Pikir

Kubah

KonflikSosialdanPolitik

Korelasi Sejarah dalam

Masyarakat

Sosiologi Sastra

Analisis

Simpulan