BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II Kajian Pustaka.pdf · dibandingkan dengan...

25
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kesejahteraan Masyarakat Tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik merupakan tujuan akhir setiap program pembangunan. Selama bertahun-tahun pendapatan per kapita banyak digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan pendapatan per kapita dari waktu ke waktu umumnya membawa perubahan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan arah yang sama. Pertimbangan penggunaan pendapatan per kapita sebagai indikator kesejahteraan masyarakat karena data tersebut umumnya mudah diperoleh di kantor-kantor statistik. Sebaliknya, data indikator kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat yang lebih kompleks, seperti persentase penduduk yang memiliki rumah, menikmati fasilitas air bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pemilikan alat hiburan seperti televisi dan radio, jarang tersedia (Sukirno, 2001:85). Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai karena keputusan- keputusan publik pemerintah diimplementasikan dalam peran alokasi dan distribusi atas sumber-sumber ekonomi yang dimiliki. Menurut United Nations for Development Program (UNDP), pembangunan manusia merupakan suatu model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas pilihan bagi penduduk yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk (Swandewi, 2014:364). Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan khusunya

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ... II Kajian Pustaka.pdf · dibandingkan dengan...

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik merupakan

tujuan akhir setiap program pembangunan. Selama bertahun-tahun pendapatan

per kapita banyak digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan pendapatan per kapita dari waktu ke waktu umumnya membawa

perubahan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan arah yang sama.

Pertimbangan penggunaan pendapatan per kapita sebagai indikator

kesejahteraan masyarakat karena data tersebut umumnya mudah diperoleh di

kantor-kantor statistik. Sebaliknya, data indikator kesejahteraan atau kemakmuran

masyarakat yang lebih kompleks, seperti persentase penduduk yang memiliki

rumah, menikmati fasilitas air bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,

pemilikan alat hiburan seperti televisi dan radio, jarang tersedia (Sukirno,

2001:85).

Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai karena keputusan-

keputusan publik pemerintah diimplementasikan dalam peran alokasi dan

distribusi atas sumber-sumber ekonomi yang dimiliki. Menurut United Nations

for Development Program (UNDP), pembangunan manusia merupakan suatu

model pembangunan yang ditujukan untuk memperluas pilihan bagi penduduk

yang dapat ditumbuhkan melalui upaya pemberdayaan penduduk (Swandewi,

2014:364). Hal ini dapat dicapai melalui program pembangunan khusunya

18

pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu peningkatan dari segi

kesehatan, berupa umur panjang dan hidup sehat, mempunyai pengetahuan

dan keterampilan yang memadai agar dapat digunakan untuk meningkatkan

partisipasi dalam kegiatan ekonomi serta mendapat penghasilan yang cukup

dengan daya beli yang layak. Selanjutnya sejak tahun 1990, UNDP

mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal

dengan Indeks Pembangunan Manusis (Human Development Index). Nilai IPM

ini diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan

hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan riil per kapita (Todaro, 2000:67).

Berikut merupakan kriteria angka Indeks Pembangunan Manusia:

Tabel 2.1 Kriteria Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumber: www.lebakkab.go.id (diakses 2 Juli 2015)

2.1.2 Otonomi Daerah

Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah (KPU,2004), dijelaskan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang,

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

Status Pembangunan Manusia IPM

Rendah <50

Menengah Bawah 50-65,9

Menengah Atas 66-79,9

Tinggi >80

19

perundang-undangan. Sementara menurut Sriningsih (2013:2), otonomi daerah

pada dasarnya merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah

melalui pemberdayaan daerah dalam rangka pengelolaan pembangunan di

daerahnya. Upaya pemberdayaan daerah yang dilakukan oleh setiap pemerintah

daerah dalam menunjang kreativitas, inovasi dan kemandirian diharapkan mampu

dimiliki oleh setiap daerah sehingga pemerintah daerah tidak bergantung pada

pemerintah pusat. Salah satu pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya

desentralisasi fiskal yaitu pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang

dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan potensi masing-masing.

(Santoso dkk, 2005:13).

Menurut Suparmoko (2002:95), desentralisasi muncul tidak lepas dari

adanya kelemahan-kelemahan pada sistem sentralisasi, diantaranya adanya

kesulitan dalam pelaksanaan program pembangunan daerah secara efektif untuk

negara seperti Indonesia, perlunya memasukkan pengalaman dan pengetahuan

mengenai daerah ke dalam proses pembentukan atau pengambilan keputusan,

kurangnya kesempatan pemerintah daerah untuk terlibat dalam melaksanakan

program pembangunan nasional. Menurut Kaho (1988:86) faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah, yaitu:

1. Manusia sebagai pelaksana harus baik karena manusia merupakan subyek

dalam aktivitas pemerintahan. Manusialah yang merupakan pelaku dan

penggerak proses mekanisme dalam sistem pemerintahan. Mekanisme

system pemerintahan baik daerah maupun pusat hanya dapat berjalan

20

dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang dikehendaki, apabila

manusia sebagai subyek yang menggerakkannya baik pula.

2. Keuangan yang baik karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang

tidak membutuhkan biaya. Makin besar jumlah uang yang tersedia, makin

banyak pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat

dilaksanakan. Demikian pula semakin baik pengelolaannya semakin

berdaya guna pemakaian uang tersebut. Dalam menciptakan suatu

pemerintahan daerah yang baik dan yang dapat melaksanakan tugas

otonominya dengan baik, maka faktor keuangan ini mutlak diperlukan.

3. Peralatan yang cukup baik merupakan setiap benda atau alat yang dapat

dipergunakan untuk memperlancar pekerjaan atau kegiatan pemerintah

daerah. Peralatan yang baik dalam hal ini jelas diperlukan bagi terciptanya

suatu pemerintah daerah yang baik seperti alat-alat kantor, alat-alat

komunikasi dan transportasi, dan sebagainya. Apalagi dalam organisasi

pemerintahan yang serba kompleks di abad teknologi modern sekarang ini,

alat-alat serba praktis dan efisien sangat dibutuhkan sekali. Namun dilain

pihak, peralatan yang baik tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan

yang dimiliki serta kecakapan manusia atau aparat yang menggunakannya.

4. Organisasi dan manajemen yang baik merupakan oerganisasi dalam arti

struktur yaitu susunan yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta

segenap pejabat, kekuasaan, tugasnya dan hubungannya satu sama lain,

dalam rangka mencapai sesuatu tujuan tertentu. Manajemen pemerintahan

daerah yang baik tergantung pada kepala daerah (beserta stafnya) dalam

21

menggerakkan peralatan seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan Undang-undang.

2.1.3 Desentralisasi Fiskal

Menurut Boex (2001:13) dalam Dewi dan Sutrisna (2014:32),

desentralisasi fiskal merupakan pelimpahan wewenang dalam mengambil

keputusan dan pengelolaan fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah. Secara teoritis, desentralisasi fiskal bertujuan untuk mewujudkan

pemerintahan yang efektif dan efisien, menghargai keragaman lokal dengan

kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan akhirnya (Dewi dan Sutrisna, 2014:32).

Faridi (2011) menyatakan bahwa desentralisasi fiskal memiliki fungsi utama yaitu

untuk meningkatkan efisiensi sektor publik dan memberikan dampak pada

pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Konsep desentralisasi fiskal atau dengan kata lain dikenal dengan money

follow function yang berarti bahwa pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah akan diikuti oleh pembagian wewenang dalam aspek

penerimaan pendanaan (Zulyanto, 2010) dalam Sudewi dan Wirathi (2013:137).

Desentralisasi sebagai suatu strategi ekonomi akan berjalan jika faktor

kelembagaannya diurus dengan baik. Pada Negara yang sedang melakukan proses

reformasi, desentralisasi ekonomi dapat dianggap sebagai kelembagaan itu

sendiri. Artinya, desentralisasi diartikan sebagai rules of the game pemerintah

lokal untuk menangani perekonomian daerah. Dalam perpektif ini berhasil

tidaknya desentralisasi amat tergantung dari kelembagaan makro dan mikro yang

terbentuk. Jika tujuan makro ekonomi dari desentralisasi diarahkan untuk

22

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di daerah, maka

pemerintah lokal harus menyusun kelembagaan ekonomi yang efisien untuk

menjaring investasi. Sementara itu, apabila tujuan dari desentralisasi difokuskan

kepada hubungan antar pelaku ekonomi, maka pemerintah lokal konsentrasi

kepada kebijakan yang membatasi proses eksploitasi satu pelaku ekonomi kepada

pelaku ekonomi lainnya (Yustika,2006:95).

Terlaksananya desentralisasi harus dapat memacu adanya persaingan

diantara pemerintah lokal untuk menjadikan daerahnya yang lebih baik. Hal ini

dapat dilihat dari semakin membaiknya pelayanan publik. Pemerintah lokal

berusaha untuk memahami dan memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang

dibutuhkan oleh masyarakatnya, perubahan struktur ekonomi masyarakat dengan

peran serta masyarakat yang semakin besar dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat itu sendiri, serta partisipasi masyarakat setempat dalam pemerintahan

setempat. Desentralisasi fiskal harus diikuti oleh kemampuan pemerintah dalam

memungut pajak. Secara teori adanya kemampuan pajak, maka pemerintah daerah

memiliki sumber dana pembangunan yang besar. Desentralisasi fiskal akan

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,

karena pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan

barang-barang publik. Menurut Oates (1993) dalam Dewi dan Sutrisna (2014:33),

desentralisasi fiskal akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena

pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-

barang publik. Oates juga menyatakan bahwa desentralisasi fiskal meningkatkan

efisiensi ekonomi yang kemudian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan

23

ekonomi. Vasquez (2001:423) juga menyatakan bahwa apabila desentralisasi

fiskal mengutamakan pengeluaran publik, maka desentralisasi akan berdampak

langsung terhadap PDRB yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi suatu

daerah. Pembelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah lebih

memacu pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan pemerintah pusat. Daerah

memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih

efisien dengan memuaskan kebutuhan masyarakat karena lebih mengetahui

keadaan daerahnya sendiri.

Dalam sistem pemerintahan yang sentralistik berbagai kebijakan

ditentukan secara nasional oleh pusat. Anggaran belanja pemerintah daerah sangat

bergantung pada alokasi yang diberikan pemerintah pusat termasuk dalam

pemanfaatannya. Keleluasaan dan kewenangan daerah dalam melaksanakan

aktivitas pemerintahan dan pembangunan sangat terbatas.Secara umum alasan

yang mendukung sentralisasi adalah pemerintah pusat dapat mengalokasikan

anggaran yang ada untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat dimanfaatkan

secara nasional. Berbeda dengan sistem sentralistik, pada sistem desentralisasi

peran pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan

pengelolaan anggaran sangat besar. Bodman et al. (2009) menyatakan bahwa

desentralisasi fiskal secara teoritis memiliki makna yaitu perubahan kekuasaan

dan tanggung jawab fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang

dapat berdampak meningkatkan ataupun mengurangi pertumbuhan ekonomi.

Desentralisasi fiskal diwujudkan dalam penyerahan kewenangan kepada

24

pemerintah daerah untuk melakukan pembelanjaan, memungut pajak, dan adanya

bantuan dalam bentuk transfer dari pemerintah pusat.

2.1.4 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu rencana

kegiatan pemerintah daerah yang disampaikan kedalam bentuk angka dan

menunjukan adanya suatu sumber dalam penerimaan yang merupakan target

terendah dan biaya yang merupakan sebagai batas tertinggi sebagai suatu periode

anggaran (Halim, 2007:12). APBD berperan dalam pengurusan umum yaitu

sebagai inti dari pengurusan umum keuangan daerah.

Menurut Mamesah (Halim, 2007:19), APBD merupakan rencana

operasional keuangan pemda, dan pada satu pihak menggambarkan perkiraan

pengeluaran yang tinggi, untuk membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek di

daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan

perkiraan dari beberapa sumber penerimaan daerah untuk menutupi pengeluaran

yang dimaksud. Pada orde lama, telah dikemukakan oleh Wajong (Halim,

2007:19), APBD merupakan rencana pekerjaan keuangan (financial workplan)

yang dibuat agar suatu jangka waktu badan legislatif DPRD memberikan kredit

kepada badan eksekutif (kepala daerah), untuk melakukan pembiayaan demi

kebutuhan rumah tangga daerah yang sesuai dengan rancangan yang menjadi

dasar dalam penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan agar

dapat menutup pengeluaran yang berlebihan.

Menurut Halim (2007:19), adapun unsur-unsur anggaran daerah yaitu yang

dirangkum menurut dua pengertian ahli sebelumnya, diantaranya:

25

a. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya yang secara rinci

b. Terdapat sumber penerimaan yang merupakan suatu target terendah dalam

menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan terdapat biaya yang merupakan

batasan tertinggi pengeluaran yang akan dilaksanakan.

c. Jenis kegiatan dan proyek yang disampaikan dalam bentuk angka

d. Dan memiliki periode anggaran selama satu tahun.

Pada era reformasi menurut Halim (2007:20), karakteristik APBD

dijabarkan menjadi enam, yaitu.

1) Menurut pasal 30 UU Nomor 5 Tahun 1975, APBD disusun oleh DPRD

bersama-sama dengan kepala daerah

2) Adapun pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran adalah

pendekatan lineitem atau pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini

anggaran disusun berdasarkan jenis penerimaan dan pengeluaran. Adapun

jenis pendekatan yang lebih maju, yaitu.

a. Program budgeting

Merupakan anggaran yang disusun berdasarkan pekerjaan yang akan

dijalankan

b. Performance budgeting

Merupakan pengukuran hasil pekerjaan sehingga output dapat

dibandingkan dengan pengeluaran dana yang telah dilakukan.

c. Planning, programming, and budgeting system (PPBS)

Merupakan pendekatan variasi dari Performance budgeting. PPBS

menggabungkan tiga unsur, yaitu perencanaan hasil, pemrograman

26

kegiatan fisik untuk mencapai hasil yang diharapkan dan penganggaran

alokasi dana yang diharapkan.

d. Zero bused budgeting

Merupakan pendekatan penganggaran dasar nol yang juga merupakan

variasi dari performance budgeting yang terfokus pada efisiensi anggaran.

3) Dalam siklus APBD terdiri atasa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pemeriksaan, juga penyusunan dan penetapan perhitungan APBD.

4) Pada tahap pengawasan pemeriksa serta penyususn dan penetapan

perhitungan APBD, dalam pengendaian dan pemeriksaan /audit terdapat

APBD yang bersifat keuangan.

5) Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan

terhadap tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku, unsure kehematan dan efisiensi, dan hasil

program utamanya untuk proyek-proyek di daerah.

6) Penyusunan anggaran dan pembukuan saling keterkaitan dan mempengaruhi.

Pada era pasca reformasi, dalam bentuk APBD mengalami banyak

perubahan. Sejalan dengan perubahan yang terjadi, dalam bentuk APBD saat ini

berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yaitu

mengenai Pedoman Pengelolaan Uang Daerah. Pada era reformasi keuangan

daerah menginginkan laporan yang lebih informatif, oleh karena APBD terdiri

dari tiga bagian yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Pembiayaan

merupakan upaya agar APBD semakini informatif, yaitu dalam segi memisahkan

antara pinjaman dari pendapatan daerah.

27

Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan juga dibagi menjadi tiga yaitu

PAD, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain daerah yang sah. Selain itu

belanja dibagi menjadi empat, yaitu belanja aparatur daerah, belanja pelayanan

publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, juga belanja tidak terduga.

Dalam belanja aparatur daerah dijabarkan menjadi tiga bagian, yaitu belanja

administrsasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja

modal/pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi tiga

yaitu, belanja administrsai umum, belanja operasi dan pemeliharaan, juga belanja

modal. Pembiayaan telah dikelompokkan berdasarkan sumbernya, yaitu terdapat

sumber penerimaan dan pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan merupakan

sumber sisa lebih dari anggaran tahun sebelumnya, penerimaan pinjaman dan

obligasi, hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan, juga terdapat transfer dari

cadangan. Sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran daerah terdiri atas

pembayaran hutang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke

dalam dana cadangan, dan sisa anggaran tahun yang sedang berlangsung (Halim,

2007:22-23)

2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah parameter dari suatu

pelaksanaan pembangunan karena pertumbuhan ekonomi dapat mengukur tingkat

perkembangan aktivitas pada sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian

(Hasan, 2012) dalam Sugiarthi dan Supadmi (2014:6). Pertumbuhan ekonomi

adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang (Boediono,

1981:1). Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita yaitu

28

output total (GDP) dan jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari

tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi

atau tidak (Arsyad, 2004:13). Cara menghitung pertumbuhan ekonomi yaitu:

Rumus :

g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%..................................................................(1)

Keterangan:

g = tingkat pertumbuhan ekonomi

PDBs = PDB riil tahun sekarang

PDBk = PDB riil tahun kemarin

Menurut Cooray (2009) mengatakan pertumbuhan ekonomi akan tercipta

apabila pemerintah daerah memiliki tata pemerintahan yang baik. Ada beberapa

faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2011:429) yakni:

1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya

Kekayaan Alam suatu negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan

iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat

diperoleh, serta jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang tersedia.

Kekayaan alam akan dapat mempermudah dalam mengembangkan

perekonomian terutama pada masa permulaan pertumbuhan ekonomi.

Ketika pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan

untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi. Apabila suatu negara

mempunyai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan dengan baik maka

hambatan pertumbuhan ekonomi akan dapat diatasi dan pertumbuhan

ekonomi akan tumbuh pesat.

29

2. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong

bahkan penghambat suatu pertumbuhan ekonomi. Dorongan yang timbul

dari perkembangan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi bersumber

dari akibat pertambahan itu terhadap pasar. Perkembangan penduduk

menyebabkan besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan

perusahaan menjadi besar pula. Karena peranannya ini maka

perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada

pertambahan dalam produksi nasional dan tingkat kegiatan ekonomi.

Akibat buruk dari pesatnya pertambahan penduduk kepada pertumbuhan

ekonomi terutama dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya

belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu

negara dipandang menghadapi masalah kelebihan penduduk apabila

jumlah penduduk adalah tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi

lain yang tersedia, yaitu jumlah penduduk yang jauh melebihi faktor

produksi.

3. Barang-Barang Modal dan Tingkat Teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam meningkatkan keefisienan

pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal yang bertambah jumlahnya

dan teknologi yang telah bertambah modern memegang peranan penting di

dalam mewujudkan kemajuan ekonomi. Kemajuan teknologi

menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi yang

menyebabkan pesatnya pertumbuhan ekonomi.

30

4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranannya dalam

mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Sistem sosial yang dimiliki oleh

masyarakat yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi diantaranya

adalah masyarakat tidak ingin menggunakan cara modern dalam

melakukan proses produksi. Sikap masyarakat yang dapat memberikan

dorongan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah

sikap berhemat dan bertujuan untuk investasi.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Produk Domestik Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang

dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan

dinyatakan dalam harga pasar. Ketika PDB meningkat maka terjadi

pertumbuhan ekonomi.

2. Produk domestik regional bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat

ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan

penduduk dalam skala daerah. Ketika PDRB per kapita tinggi

maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi.

2.1.6 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, diantaranya:

1. Teori Simon Kuznet

Pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih bermanfaat apabila diiringi

dengan peningkatan pemerataan pendapatan. Hipotesis Simon Kuznet

menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

31

pendapatan. Kuznet berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dan distribusi pendapatan adalah semakin tinggi koefisien gini

akan semakin rendah distribusi pendapatan (Arifin, 2008:61). Menurut

Kuznet pada tahap awal pendapatan per kapita terhadap kesenjangan

distribusi pendapatan cenderung meningkat. Tahap berikutnya ditribusi

pendapatan bertambah tinggi hingga pada tahap akhir kesenjangan

distribusi pendapatan akan menurun. Dasar dari hipotesis Kusnetz adalah

ketimpangan yang rendah yang terjadi dipedesaan dengan sektor yang

mendominasi adalah pertanian dibandingkan dengan perkotaan yang

didominasi oleh sektor jasa dan industri yang tingkat ketimpangan

pendapatanya tinggi, terjadi transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke

sektor jasa (Arsyad, 2010:292).

2. Teori Walt Whitman Rostow

Menurut Rostow proses pembangunan ekonomi dibedakan ke dalam lima

tahapan (Arsyad, 2004:47) yaitu:

a. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang fungsi produksinya

terbatas yang ditandai oleh cara produksi yang relatif masih primitif

yang didasarkan pada teknologi pra-Newton dan cara hidup masyarakat

yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional

tetapi kebiasaan tersebut telah turun temurun. Menurut Rostow dalam

suatu masyarakat tradisional, tingkat produktivitas per pekerja masih

rendah. Oleh karena itu sebagian besar sumber daya manusia digunakan

untuk sektor pertanian.

32

b. Tahap prasyarat tinggal landas didefinisikan sebagai suatu masa dimana

masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas

kekuatan sendiri. Pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi

akan terjadi secara otomatis.

c. Tahap tinggal landas, pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis

dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang

pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai

akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta

inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Rostow mengambil

kesimpulan bahwa untuk mancapai tahap tinggal landas tidak satu

sektor ekonomi yang baku untuk semua negara yang bisa menciptakan

pembangunan ekonomi.

d. Tahap menuju kedewasaan diartikan sebagai masa dimana masyarakat

sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir

semua kegiatan produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pimpinan baru

muncul menggantikan sektor-sektor pimpinan lama yang akan

mengalami kemunduran.

e. Tahap konsumsi tinggi, pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih

menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi

dan kesejahtraan masyarakat bukan lagi kepada masalah produksi.

2.1.7 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan daerah (Perbendaharaan, 2004), pendapatan asli

33

daerah didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok

pemerintahan di daerah (Kepustakaan Perpusnas, 1974), yang menyatakan

sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu: pajak daerah, retribusi daerah,

perusahaan daerah dan lain-lain hasil usaha daerah yang sah. Pajak merupakan

sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah di samping retribusi daerah.

Retribusi daerah adalah pembayaran-pembayaran kepada daerah yang dilakukan

oleh para pengguna jasa-jasa daerah. Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha

yang dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian daerah dan

untuk menambah penghasilan daerah (Kaho, 1988:127).

Menurut Suparmoko (2002:67) pendapatan asli daerah terdiri dari pajak

dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah. Pajak merupakan iuran

wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemerintah tanpa

balas jasa langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak ini digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Retribusi

daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau badan. Peningkatan pendapatan asli daerah yang

dianggap sebagai modal secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan efek

positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

34

Pendapatan Asli Daerah termasuk sumber pendapatan yang dihasilkan

sendiri oleh daerah yang harus selalu dikembangkan guna membiayai beberapa

tanggung jawab belanja yang dibutuhkan bagi pengelolaan pemerintahan sehingga

kedauatan otonomi daerah yang nyata, luas dan bertangggung jawab sanggup

dijalankan (Sari dan Indrajaya, 2014:454). Menurut Halim (2007:264), adapun

yang tergolong Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masuk ke dalam provinsi,

yaitu.

a. Pajak Daerah terdiri dari pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan diatas

air, bea balik nama kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan di atas

air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak air permukaan.

b. Retribusi Daerah terdiri dari restribusi jasa umum, restribusi jasa usaha, dan

restribusi perizinan tertentu.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri dari bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN,

bagian laba atas pernyataan modal pada perusahaan patungan/milik swasta.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset

daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti

rugi (TGR), komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah,

pendapatan denda atas keterlambatan peaksanaan pekerjaan, pendapatan

daerah pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atau

jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum,

35

pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari

angsuran/cicilan penjualan.

Adapun yang tergolong Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masuk ke dalam

susunan pendapatan kabupaten/kota, yaitu.

a. Hasil Pajak Daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,

pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian

golongan C, pajak parkir, pajak parkir bawah tanah, pajak sarang burung

wallet, pajak lingkungan

b. Hasil Retribusi Daerah terdiri dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha,

dan retribusi perizinan tertentu

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri dari bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian

laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset

daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan bunga

deposito, tuntutan ganti kerugian daerah, komisi, potongan dan selisih nilai

tukar rupiah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,

pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil

eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan

fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,

dan pendapatan dari anggaran/cicilan rumah.

36

Perusahaan daerah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam

peningkatan PAD, namun pada beberapa daerah kontribusi perusahaan daerah

terlalu rendah. Dalam mengoptimalkan perusahaan daerah sebagai sumber

pendapatan dalam peningkatan pendapatan asli daerah perlu adanya

profesionalisme dalam menjalankan perusahaan tersebut. Pendapatan daerah yang

berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain: hasil penjualan

aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti

rugi, komisi, potongan, keuntungan selisih kurs, pendapatan denda atas

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan retribusi,

pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan atas fasilitas sosial dan

fasilitas umum, dan pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan penelitian.

Menurut Dwi Sundi (2013) dalam Putri dan Natha (2014:42), Pendapatan Asli

Daerah berperan sebagai sumber pendapatan dan pembiayaan pemerintah daerah

sebab pendapatan asli daerah merupakan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi

daerah.

2.1.8 Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan

kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang

mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Dana Alokasi Umum

suatu daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu

daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan

potensi daerah (fiscal capacity) (Putri dan Natha, 2014:58). Alokasi DAU bagi

37

daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil, akan

memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi

fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi

DAU relatif besar, agar pelayanan untuk kebutuhan dasar dapat terpenuhi.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana

perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan

dan keadilan antar daerah. Dana Alokasi Umum digunakan untuk mengurangi

ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara pusat

dan daerah, proporsi yang diberikan kepada daerah minimal sebesar 26%

(dua puluh enam persen) dari penerimaan dalam negeri neto. Dana alokasi

umum menekankan aspek pemerataan dan keadilan dimana formula dan

perhitungannya ditentukan oleh undang-undang. Penggunaan Dana Alokasi

Umum ditetapkan oleh daerah. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan

penerimaan umum lainnya dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian

tujuan pemberian otonomi kepada daerah yaitu peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang

kesehatan dan pendidikan.

2.1.9 Hubungan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh daerah

berdasarkan peraturan perundang-undangan, dimana semakin tinggi pendapatan

38

asli daerah maka tingkat kemandirian daerah dalam mengelola daerahnya

dikatakan semakin baik dan ketergantungan terhadap subsidi yang diberikan oleh

pemerintah pusat berkurang. Semakin berkurang tingkat ketergantungan

pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, menandakan bahwa pendapatan asli

daerah yang diperoleh meningkat dan semakin tinggi tingkat pendapatan asli

daerah maka pertumbuhan ekonomipun meningkat. Pendapatan asli daerah

merupakan cerminan desentralisasi fiskal, dimana menurut Ikeji (2011:121)

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah dapat dipicu dari

terwujudnya desentraliasasi fiskal.

Teori W.W. Rostow yang menyatakan bahwa pada tahap prasyarat tinggal

landas masyarakat mempersiapkan diri untuk mencapai pertumbuhan atas

kekuatan sendiri dan selanjutnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi ecara

otomatis(Arsyad,2004). Hal ini menandakan pendapatan asli daerah berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sugiarthi dan Supadmi (2014)

mengemukakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.1.10 Hubungan Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan

kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang

mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Dana Alokasi Umum suatu

daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah,

yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah

39

(fiscal capacity) (Putri dan Natha, 2014:58). Alokasi DAU bagi daerah yang

potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil, akan memperoleh

alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil,

namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar, agar

pelayanan untuk kebutuhan dasar dapat terpenuhi.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Penggunaan Dana Alokasi Umum dan penerimaan umum lainnya

dalam APBD harus tetap pada kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi

kepada daerah yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fabianus (2012), Setyawati

(2007) dalam Maryati (2010:4), semakin tinggi DAU yang diterima pemerintah

daerah, maka semakin meningkat nilai PDRB pemerintah daerah tersebut. Hal ini

disebabkan karena peran DAU sangat signifikan, karena belanja daerah lebih di

dominasi dari jumlah DAU. Senada dengan Alexiou (2009:1) menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dipengaruhi oleh pengalokasian belanja

modal melalui anggaran dana alokasi umum yang dilakukan oleh pemerintah

daerah. Setiap DAU yang diterima pemerintah daerah akan ditujukkan untuk

belanja pemerintah daerah, salah satunya adalah untuk belanja modal. Hal ini

tidak jauh beda dari peran PAD yaitu dengan pembangunan infrastruktur dan

sarana prasarana oleh pemerintah daerah akan berdampak pada pertumbuhan

ekonomi.

40

2.1.11 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesejahteraan

Masyarakat

Prinsip otonomi daerah ini menggunakan prinsip otonomi yang seluas-

luasnya dengan arti bahwa pemerintah daerah diberikan kewenangan dalam

megatur, mengurus dan mengelola segala urusan rumah tangganya diluar urusan

pemerintah pusat (Maryati dan Endrawati, 2010:1). Menurut Jhingan (2000:694),

pembangunan ekonomi adalah salah satu dari berbagi upaya yang ada, yang dapat

dilaksanakan oleh pemerintah dalam menuju pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat sehingga setiap perencanaan dalam pembangunan akan

mempertimbangkan semua potensi ekonomi.

Perencanaan pembangunan dipandang sebagai pedoman atau panutan agar

dapat menghasilkan pembangunan yang lebih baik atau dengan kata lain dapat

dijadikan sebuah jembatan dalam sebuah perekonomian apabila pemerintah

mengharapkan keberhasilan yang lebih baik (Hakim, 2002:128). Maka dari itu,

suatu perencanaan yang matang dalam sebuah upaya pembangunan menjadi unsur

yang penting demi meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Salah satu indikator dalam melihat gejala pertumbuhan ekonomi adalah

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Hal ini dikarenakan PDRB

mencerminkan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan atau yang dapat dicapai

dalam satu periode. PDRB juga dapat digunakan sebagai tolak ukur kesejahtraan

masyarakat. PDRB itu sendiri merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa

yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam

41

tahun tertentu. Perekonomian yang tumbuh dan berkembang tidak bisa lepas dari

peran pemerintah melalui upaya-upaya yang direncanakan dan dilaksanakan

dengan tujuan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan dan penelitian sebelumnya yang telah diuraikan,

maka dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:

1. Pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Bali.

2. Pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan pertumbuhan ekonomi

berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota di

Provinsi Bali.

3. Pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap

kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi pada

kabupaten/kota di Provinsi Bali.