BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · b) Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · b) Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA
Menurut Samatowa (2010 ) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains
dalam arti sempit berarti disiplin dari physical science dan life science, yang
termasuk physical science adalah ilmu – ilmu astronomi , kimia , geologi ,
mineralogy ,meteorology , dan fisika sedangkan life science meliputi biologi (
anatomi , fisiologi , zoology , dan seterusnya ). Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan terjemahan kata – kata dalam bahasa inggris , yaitu natural science ,
artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan alam atau bersangkut
paut dengan alam . Science artinya ilmu pengetahuan . Jadi Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang
mempelajari peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam ini .
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ) adalah ilmu yang mempelajari tentang
fenomena alam dan gejala sesuatu yang ada di alam . IPA merupakan pengetahuan
yang ilmiah , yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah . Sedangkan IPA
menurut Fisher dalam Widyastyanto (2012 : 1) adalah salah satu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang di dalamnya secara umum
terbatas gejala - gejala alam.
Depdikas (2006 : 486) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis , sehingga Ilmu
Pengetahuan Alam bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta
– fakta , konsep – konsep atau prinsip – prinsip tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan . Definisi atau teori Ilmu Pengetahuan Alam di ambil dalam
mengamati kejadian yang terjadi secara berulang dalam kurun waktu tertentu .
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah oleh karena itu
pembelajaran IPA di SD / MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan
sikap ilmiah.
7
2.1.2 Hasil Belajar
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa
pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari .
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan
Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai
berikut:
a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b) Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,
prinsip, atau metode. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti
dan makna tentang hal yang dipelajari.
c) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya
8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hasil belajar adalah sesuatu yang
diadakan ,diciptakan,dibuat,dijadikan dengan usaha pikiran . Hasil belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajarannya , lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru .Winkel (2004 : 34 ) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
sikap atau tingkah laku anak melalui proses belajar . Suprijono (2009 : 5)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan , nilai-nilai ,
pengertia-pengertian , sikap-sikap apresiasi dan ketrampilan . Hasil belajar siswa
menurut Sudjana (2011:3) pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku , tinkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang koognitif ,
afektif, dak psikomotoris. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan ketrampilan , sikap dan pengetahuan yang diperoleh
siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksi pengetahuan
itu dalam kehidupan sehari- hari .
Horward Kingsley dalam Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil belajar
yakni ketrampilan dan kebiasaan , pengetahuan dan pengertian , sikap dan cita-
cita . Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2009:5) hasil belajar dapat
berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis . Kemampuan merespon scara
spesifik terhadap rangsangan spesifik .
b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan memprsentasikan konsep dan
lambang . Ketrampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkatagorisasi
,kemampuan analitis – analitis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif yang bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah
9
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan koordinasi , sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani .
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penelitian terhadap objek tersebut . Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai . Sikap merupakan kemampuan
menjadikan niali-nilai sebagai standar prilaku.
Dari pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli maka
intinya adalah perubahan . Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas
belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh
penglaman baru , maka individu itu dikatakan telah belajar.
2.1.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2003 : 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar digolongkan menjadi dua . Dua faktor tersebut akan dijelaskan
dengan penjelasan sebagai berikut :
a) Faktor – faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang yang berasal dari diri siswa . Faktor intern terbagi
menjadi 3 faktor yaitu : faktor jasmaniah , faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1. Faktor Jasmaniah
Pertama adalah faktor kesehatan . Sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit . Kesehatan
seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa . Kedua adalah
cacat tubuh yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh .
2. Faktor Psikologis
Standar Kompetensi : 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda
Kompetensi Dasar : 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu
benda
10
Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi belajar . Faktor – faktor itu adalah :
a. Intelegensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif , menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif , mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
b. Perhatian yaitu keaktifan siswa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-
mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.
c. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan .
d. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
e. Motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik saat belajar.
f. Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang .
g. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.
3. Faktor Kelelahan.
Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu : kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat praktis). Kelelahan jasmani dapat dilihat dari lemah
lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh.
b) Faktor – faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa . Faktor ini meliputi
faktor keluarga , faktor sekolah , dan faktor masyarakat .
2.1.2.2 Pentingnya Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar peting dilakukan , karena penilaian hasil belajar
menurut Sudjana (2011 :3 ) berfungsi sebagai :
a) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran .
b) Umpan balik bagi perbaikan proses beajar mengajar .
c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para
orangtuanya .
11
2.1.2.3 Prinsip Penilaian Hasil Belajar
Selain tujuan dan fungsi penilaian , guru juga harus memahami prinsip
– prinsip penilaian . Prinsip penilaia yang dimaksud menurut Sudjana (2011:8)
antara lain adalah sebagi berikut :
a. Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas abilitas yang
harus dinilai , materi penilaian , alat penilaian dan interprestasi hasil
penilaian .
b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran . Artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat
proses belajar mengajar sehingga pelaksanaan berkesinambungan .
c. Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif , artinya kemampuan
yang diukur meliputi aspek kognitif , afektif dan psikomotorik . Dalam
aspek kognitif mencakup : pengetahuan , pemahaman , aplikasi , analisis ,
sintesis , dan evaluasi secara seimbang.
d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data
hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk
menyempurnakan program pembelajaran , memperbaiki kelemahan-
kelemahan pembelajaran, dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang
memerlukannya.
2.1.3 MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads )
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) . Teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
kerjasama mereka . Teknik ini bisa digunakan untyk semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia peserta didik. Suprijono (2011 : 19 ) mengemukakan
salah satu metode dari model pembelajaran kooperatif adalah Numbered Heads
Together . Sejalan dengan Suprijono , Nur ( 2011:216) juga menyatakan bahwa
Numbered Heads Together adalah salah satu metode dari tipe pembelajaran
kooperatif . Asmani (2007 : 25) menyatakan bahwa Numbered Heads Together
12
(NHT) merupakan pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan oleh
Spencer Kagan . Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut .Secara umum pembelajaran kooperatif
menurut Suprijono ( 2003 : 54 ) dianggap lebih diarahkan oleh guru dimana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan – pertanyaan serta menyediakan bahan – bahan
dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan
masalah yang dimaksud.
Numbered Heads Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari , mengolah , dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas (Rahayu , 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh oleh Specer
Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural , yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa . Struktur Kagan menghendaki agar para
siswa bekerja saling bergantung pada kelompok – kelompok kecil secara
kooperatif . Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur
kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian
ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan .Suasana
seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas , karena para siswa saling berebut
dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan (Tryana , 2008)
Menurut Lie ( 2004 : 59) Numbered Heads Together adalah pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat . Numbered Heads
Together adalah suatu metode pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari , mengolah , dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas . Numbered Heads
Together pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok , ciri khasnya
13
adalah guru hanya menunjukan seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa
member tahu terkebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Cari ini
juga menjamin keterlibatan total semua siswa . Cara ini juga merupakan usaha
yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok – kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan . Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar dpat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan –
kegiatan belajar . Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat
pada siswa,yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah .
Ibrahim (2000 : 28 ) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
Nubered Heads Together yaitu :
1. Hasil belajar akademik structural , bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman , bertujuan agar siswa dapat menerima
teman – temannya yang mempunyai berbagai latar belakang .
3. Pengembangan ketrampilan social , bertujuan untuk mengembangkan
ketrampilan sosial siswa .
Ketrampilan yang dimaksud antara lain berbagai tugas , aktif bertanya ,
menghargai pendapat orang lain , mau menjelaskan ide atau pendapat , bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
2.1.3.1 Kaitan Antar Numbered Heads Together dengan Hasil Belajar
Menurut Isjoni (2012 :16 ) dalam proses pembelajaran Numbered Heads
Together , siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan
dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat
memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Adapun langkah-
langkah – langkah pembelajaran Numbered Heads Together menurut Lie (2011 :
60 ) adalah :
14
a) Siswa dibagi dalam kelompok . Setiap siswa dalam kelompok mendapat
nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing – masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini .
d) Guru memanggil salah satu nomor . Siswa dengan yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
e) Siswa lain diminta untuk memberi tanggapan , kemudian guru menunjuk
nomor lain .
f) Kesimpulan.
2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together
Menurut Zuhdi (2010 : 65 ) Numbered Heads Together memiliki
kelebihan yaitu: (1) setiap siswa menjadi siap semua , (2) siswa dapat melakukan
diskusi dengan sungguh – sungguh , (3) dan siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai . Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu : (1)
kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru (2) tidak semua
kelompok dipanggil oleh guru , (3) dan kendala teknis misalnya masalah tempat
duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok. Solusi
mengatasi kelemahan tersebut adalah guru membuat catatan kecil agar nomor
yang dipanggil tidak dipanggil lagi oleh guru , guru harus mengatur waktu
pembelajaran dengan baik sehingga semua anggota kelompok dapat dipanggil
oleh guru dan sebelum pembelajaran ruang kelas harus sudah tertata yang
mendukung untuk diskusi kelompok .
2.1.3.3 Sintaks Numbered Heads Together
Pada dasarnya , Numbered Head Together (NHT) merupakan uraian dari
diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995) , model yang dikembangkan oleh Russ
Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok
.Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi
gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat .Selain untuk
meningkatkan kerjasama siswa , NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata
pelajaran ditingkat kelas .
15
Sintaks atau tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir sama
dengan diskusi kelompok , yang rinciannya adalah sebagai berikut :
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok.
Masing-masing siswa dalam kelompoknya diberi nomor .
Guru memberi tugas /pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk
mengerjakan.
Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat dan dipastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
Guru memanggil salah satu nomor secara acak.
Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil
diskusi kelompok mereka
Kelompok atau teman yang lain memberikan tanggapan , kemudian guru
melanjutkan memanggil kelompok yang lainnya .
Siswa dengan dipandu guru membuat kesimpulan.
2.2 KAJIAN YANG RELEVAN
Hasil belajar oleh Ismiyati (2012) dalam skripsinya dengan judul “
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT (Numbered Heads Together ) Pada Siswa Kelas 1 Semester 2 SDN 4 Boloh
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011 /2012 “ diketahui
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas pada pra siklus 65,6 dengan dengan
ketuntasan belajar 42 % pada siklus 1 menjadi 70 dengan ketuntasan belajar 64%
dan pada siklus II menjadi 78,3 dengan ketuntasan 83% tuntas, Indikator
keberhasilan 70% siswa tuntas dan KKM yang ditentukan adalah 65 . Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
hasil belajar matematika .
Hasil belajar oleh Rima Chandra Novitasari (2011) , berjudul “ Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan
Lingkungan Kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
16
Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/ 2011 “ dapat diketahui bahwa hasil penelitian
ini menunjukan ada peningkatan ketuntasan belajar , yakni dari 65,6% sebelum
siklus , meningkat menjadi 71,8% pada siklus I dan 100% pada siklus II. KKM 70
dengan indicator keberhasilan 70% siswa tuntas. Berdasarkan penelitian ini
diperoleh simpulan bahwa penerapan Numbered Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas 4 SDN
Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran
2010 / 2011.
Hasil belajar dilakukan oleh Yuni Winarti (2012), berjudul “ Upaya
Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Tentang Materi Menaksir dan
Membulatkan Operasi Hitung Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Bagi Siswa Kelas IV SD Kepohkencono 01 Semester 1 Tahun 2011/2012 “ dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terjadi peningkatan keaktifan dan hasil
belajar siswa yang terlihat dari interaksi siswa dalam berdiskusi,
mempresentasikan hasil diskusi serta merespon jawaban temannya. Siswa pada
siklus I hanya mencapai 79% belum mencapai indikator keberhasian ≥ 80%
namun pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 91% . Hasil
belajar siklus I dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan sebanyak
15 siswa atau 46,87% belum tuntas dan pada siklus II sebanyak 36 siswa atau
100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan . Indikator keberhasilan 80% siswa
tuntas , KKM (70) . Hal ini menunjukan adanua peningkatan hasil belajar siswa
matematika materi menaksir dan membulatkan operasi hitung pada siswa kelas 4
setelah menggunakan Numbered Heads Together .
2.3 KERANGKA PIKIR
Pertanyaan yang diajukan adalah mengapa siswa harus menggunakan
kooperatif tipe NHT ? Berdasarkan pada fakta tentang situasi pembelajaran
maupun hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Kemloko Kecamatan
Godong Kabupaten Grobogan terlihat bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran konvensional yang berbasis pada ceramah, hasil belajar IPA siswa
masih jauh dari standar KKM. Pembelajaran dengan model ini membuat siswa
17
menjadi tidak terlibat dan hanya menjadi pendengar; siswa hanya menjadi peserta
yang pasif dan siswa juga cenderung cepat bosan .
Mengubah situasi pembelajaran maupun hasil belajar IPA siswa . Model
pembelajaran kooperatif tipe NHT digunakan sebagai model dalam penelitian ini,
karena terbukti dari penelitian terdahulu maupun pada kajian teoritis bahwa model
ini dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar IPA siswa. Adapun
kerangka pikir penelitian ini digambarkan melalui bagan berikut ini :
18
Kondisi
Akhir
Kondisi Awal Kondisi
Gambar : 1
Bagan kerangka pikir meningkatkan hasil belajar IPA melalui model
pembelajaran NHT
Pembelajaran
Konvensional
SIKLUS 1
Pembelajaran siswa
melalui diskusi
kelompok (masing-
masing kelompok terdiri
dari 6 siswa )
Siswa mulai berani
bertanya
Siswa mulai aktif selama
proses pembelajaran
Hasil belajar siswa ada
peningkatan
Tindakan
Model
pembelajaran
Kooperatif
Tipe Numbered
Heads Together
(NHT)
KD :
Menyimpulkan
hasil percobaan
bahwa
gaya(dorong dan
tarikan)dapat
mengubah gerak
benda
SIKLUS 2
Pembelajaran melalui
diskusi kelompok
terdiri dari 6 siswa.
Keaktifan siswa lebih
meningkat
Hasil belajar siswa ada
peningkatan
Target ketuntasan siswa
tercapai
Kondisi akhir pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Numbered Heads Together berhasil mencapai KKM yaitu 65 . Siswa
dapat melaksanakan pembelajaran secara aktif, dan mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dalam mendemonstrasikan
dan berdiskusi kelompok dengan menggunakan alat peraga,serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam memahami materi
gaaya tentang memahami pengaruh gaya terhadap gerak dan bentuk
suatu benda pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD N
2 Kemloko Semester II tahun ajaran 2013/ 2014
Hasil belajar siswa masih
sangat rendah
19
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pikir dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran NHT
diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2
Kemloko Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester II tahun ajaran
2013/2014.