BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/58881/3/BAB II.pdf · Menurut...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/58881/3/BAB II.pdf · Menurut...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Review Penelitian Terdahulu
Hikmawati & Effendi (2013) menganalisis Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan dan Penerimaan Kas yang bergerak pada perusahaan dagang (Studi
Kasus pada CV. Lestari Motorindo). Permasalahan yang muncul dalam
perusahaan ini adalah adanya perangkapan fungsi piutang dan fungsi penagihan
sehingga dapat mengakibatkan kurang adanya pegawasan dari pihak lain dan
dapat mengakibatkan kesalahan pencatatan atau bahkan penyelewengan
pencatatan. Selain itu juga kurang adanya SOP yang jelas sehingga susahnya
ditemukan kesalahan pada bagian fungsi mana yang menjadi penyebabnya.
Lathifah dkk., (2015) menganalisis sistem informasi akuntansi penjualan
dan penerimaan kas dalam upaya untuk mendukung pengendalian internal yang
bergerak dibidang perusahaan dagang (studi kasus pada CV. Tri Jaya Motor-
Kediri). ditemukan beberapa kekurangan diantaranya yaitu terdapat perangkapan
tugas yang dilakukan oleh fungsi kasir yaitu sebagai penerima kas dari
pembayaran uang tanda jadi pembelian kendaraan yang diberikan konsumen serta
bagian kasir yang melakukan pencatatan ke dalam jurnal penerimaan kas. Dan
ditemukan beberapa kekurangan diantaranya yaitu penerbitan kwitansi bukti tanda
jadi yang diterbitkan oleh bagian sales sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
kesalahan dalam penulisan nominal yang tertera didalam kwitansi yang juga dapat
Berpengaruh Terhadap Harta Perusahaan.
6
Tokan Dkk., (2017) Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan Kredit Dalam Rangka Meningkatkan Pengendalian Intern Pada Dealer
Toyota Asri Motor Di Sidoarjo. Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini
yaitu tidak adanya laporan muatan harian dan adanya perangkapan tugas dari
fungsi administrasi yang merangkap menjadi fungsi akuntansi dan fungsi
penagihan yang dapan menyebabkan kesalahan dalam pencatatan dan
penyelewengan dalam laporan keuangan karena kurang adanya pengawasan dari
fungsi lain.
Rosmaneliana (2017) menganalisis Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan dan Penerimaan Kas Terhadap Pengendalian Intern yang bergerak
dibidang perusahaan dagang penjualan mobil baru dan sparepart pada PT.
Deltamas Surya Indah. Adanya tugas rangkap yang dilakukan oleh bagian
penjualan yang merangkap sebagai bagian penagihan. Tidak adanya ketegasan
fungsi dan wewenang tiap orang yang terlibat dalam kegiatan perusahaan. Adanya
perangkapan tugas seorang kasir, dimana kasir merangkap sebagai orang yang
melakukan pencatatan dan juga melakukan pelaporan. Demikian juga bagian
penjualan merangkap sebagai kolektor. Yang dapat menimbulkan terjadinya
kesalahan pencatatan atau manipulasi laporan keuangan.
Bahari dkk., (2017) menganalisis sistem akuntansi penjualan dan
penerimaan kas dalam upaya peningkatan pengendalian intern yang bergerak pada
perusahaan dagang (studi pada PT. sumber purnama sakti motor lamongan).
Pencatatan pada jurnal yang dilakukan oleh perusahaan secara terkomputerisasi.
Namun untuk jurnal penjualan masih belum sesuai dengan teori pencatatannya
7
yang dilakukan oleh fungsi kas, yang seharusnya dilakukan oleh fungsi akuntansi.
Pada sistem akuntansi penerimaan kas yang diterapkan oleh perusahaan masih
belum dilakukan dengan baik. Kasir sebagai fungsi kas yang seharusnya
bertanggung jawab hanya sebagai penerima kas dari pembeli dan penyetoran kas
ke bank, namun di perusahaan ini kasir juga melakukan pembukuan sehingga
dapat mengakibatkan penyelewengan dari laporan keuangannya.
Berdasarkan penelitian terdahulu banyaknya ditemukan permasalahan
yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi penjualan dan penerimaan
kas pada setiap perusahaan, yaitu adanya perangkapan fungsi struktur organisasi
perusahaan (Hikmawati & Effendi, 2013), (Lathifah dkk., 2015), (Rosmaneliana,
2017), (Bahari dkk., 2017). Yang berikutnya tidak adanya laporan muatan harian
dan adanya perangkapan tugas dari fungsi administrasi yang merangkap menjadi
fungsi akuntansi dan fungsi penagihan (Tokan Dkk., 2017). Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini adalah tempat penelitian
ini dilakukan pada CV. Cahaya Tani. Sedangkan persamaan dari penelitian ini
adalah penelitian ini berfokus pada perusahaan dagang dan bertujuan untuk
menganalisis sistem informasi akuntansi penjualan dan penerimaan kas untuk
mengungkap apakah pembagian struktur organisasinya sudah sesuai prosedur.
8
B. Tinjauan Pustaka
B.1 Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney & Steinbart (2016) menyatakan bahwa sistem informasi
akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan
mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan.
Menurut Mulyadi (2016) sistem informasi akuntansi adalah catatan dan
laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen dalam pengelolaan.
Menurut Romney & Steinbart (2016) ada 6 komponen dari SIA, yaitu:
1) Orang yang menggunakan sistem.
2) Prosedur dan intruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan
menyimpan data.
3) Data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya.
4) Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data.
5) Infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat peripheral,
dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA.
6) Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data SIA.
Menurut Mulyadi (2016) tujuan umum pengembangan sistem akuntansi
adalah sebagai berikut :
1) Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.
2) Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada,
baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur organisasinya.
9
3) Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu
untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan
untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan
perlindungan kekayaan perusahaan.
4) Untuk mengurangi biaya dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
Tujuan SIA yaitu harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Efisien
2. Aman
3. Efektif
B.2 Penjualan
B.2.1 Pengertian Penjualan Tunai
Menurut Mulyadi (2016) penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber
utama, yaitu penerimaan dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.
Penjualan tunai itu sendiri terdiri dari over the counter sale, cash on delivery sale,
dan credit card sale. Penerimaan kas dari over the counte sale dalam penjualan
tunai ini, pembeli dating keperusahaan melakukan pemilihan barang atau produk
yang akan dibeli, kemudian melakukan pembayaran ke kasir dan menerima
barang yang akan dibeli. Dalam over the counter sale ini, perusahaan menerima
uang tunai, cek pribadi, atau pembayaran langsung dari pembeli dengan kartu
kredit. Penerimaan kas dari cash on delivery adalah transaksi penjualan yang
melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam
penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. Penerimaan kas dari credit
10
card sale menjadi sarana pembayaran bagi pembeli, baik dalam over the counter
sale maupun cash on delivery sale.
B.2.2 Pengertian Penjualan Kredit
Menurut Mulyadi (2016) penjualan kredit adalah penjualan secara kredit yang
dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan
order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan
mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.
B.3 Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001:500) “Sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu
catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang dan penjualan
tunai atau dari piutang yang siap dan bebas digunakan untuk kegiatan umum
perusahaan”.
Menurut Mulyadi (2016) dokumen, prosedur penerimaan kas tunai dan fungsi
dibagi menjadi berikut ini:
a) Dokumen yang digunakan :
1. Faktur penjualan tunai.
Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan
oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai. Jika dilihat kembali
daftar informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi
penjualan tunai tersebut, maka formulir faktur penjualan tunai digunakan
untuk merekam data mengenai nama pembeli dan alamat pembeli, tanggal
otorisasi, kode dan nama barang, harga satuan, jumlah harga, nama dan kode
wiraniaga, otorisasi terjadinya berbagai tahap transaksi. Faktur penjualan
11
tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai pengantar
pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber
untuk pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan. Tembusan
faktur ini dikirimkan oleh fungsi penjualan ke fungsi pengiriman sebagai
perintah penyerahan barang kepada pembeli yang telah melaksanakan
pembayaran harga barang ke fungsi kas. Tembusan faktur ini juga berfungsi
sebagai slip pembungkus (packing slip) yang ditempelkan oleh fungsi
pengiriman di atas pembungkus, sebagai alat identifikasi bungkusan barang.
2. Pita register kas (cash register tape).
Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin
register kas (cash register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan
kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung
faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.
3. Credit card sales slip.
Dokumen ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu
kredit dan diserahkan kepada perusahaan (disebut merchant) yang menjadi
anggota kartu kredit. Bagi perusahaan yang menjual barang atau jasa,
dokumen ini diisi oleh fungsi kas dan berfungsi sebagai alat untuk menagih
uang tunai dari bank yang mengeluarkan karu kredit, untuk transaksi
penjualan yang telah dilakukan kepada pemegang kartu kredit.
4. Bill of lading.
Dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan
barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh
12
fungsi pengiriman dalam penjualan COD yang penyerahan barangnya
dilakukan oleh perusahaan angkuta umum.
5. Faktur penjualan COD.
Dokumen ini digunakan untuk merekam penjualan COD. Tembusan faktur
penjualan COD diserahkan kepada pelanggan melalui bagian angkut
perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum dan dimintakan
tanda tangan penerimaan barang dari pelanggan sebagai bukti telah
diterimanya barang oleh pelanggan. Tembusan faktur penjualan COD ini
digunakan perusahaan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan
pada saat penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan.
6. Bukti setor bank.
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank.
Bukti setor dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank,
bersamaan dengan penyetoran kas dari hasil penjualan tunai ke bank. Dua
lembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditandatangani dan
dicap oleh ank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank
diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi
akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaki penerimaan kas
dari penjualan tunai ke dalam jurnal penerimaan kas.
7. Rekapitulasi beban pokok penjualan.
Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga produk
yang dijual selama satu periode (misalnya satu bulan). Data yang direkam
dalam dokumen ini berasal dari kolom “jumlah harga” dalam kolom
13
“pemakaian”. Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi sebagai
dokumen pendukung bagi pembuatan bukti memorial untuk mencatat harga
pokok produk yang dijual.
b) Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga prosedur
berikut ini :
1. Prosedur penerimaan kas dari over the counter sales.
Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan, melakukan
pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan pembayaran ke
kasir, dan kemudian menerima barang yang dibeli. Dalam over the counter
sale ini, perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi, sebelum barang
diserahkan kepada pembeli. Penerimaan kas dari over the counter sales
dilaksanakan melalui prosedur berikut ini:
a) Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga (sales person) di
bagian penjualan.
b) Bagian kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang dapat berupa
uang tunai, cek pribadi (persolan check), kartu kredit, atau kartu debit.
c) Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk
menyerahkan barang kepada pembeli.
d) Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e) Bagian kasa menyetorkan kas yang diterima ke bank.
f) Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal
penjualan.
14
g) Bagian akuntansi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam
jurnal penerimaan kas.
2. Prosedur penerimaan kas dari cash on delivery sales (COD sales).
Cash on delivery sales (COD sales) adalah transaksi penjualan yang
melibatkan kantor pos, perusahaan angkutan umum, atau angkutan sendiri
dalam penyerahan dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD sales
merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran dan untuk
memberi jaminan penyerahan barang bagi pembeli dan jaminan
penerimaan kas bagi perusahaan penjual. COD sales melalui pos belum
merupakan sistem penjualan yang umum berlaku di Indonesia. COD sale
melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut ini:
a) Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos
b) Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos pengirim dengan cara
mengisi formulir COD sales di kantor pos.
c) Kantor pos pengiri mengirim barang dan formulir COD sales sesuai
dengan instruksi penjual kepada kantor pos penerima.
d) Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan formulir COD
sales, memberitahukan kepada pembeli tentanf diterimanya kiriman
barang COD sales.
e) Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan
melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalam formulir COD
sales. Kantor pos penerima menyerahkan barang kepada pembeli,
dengan diterimanya kas dari pembeli.
15
f) Kantor pos penerima memberi tahu kantor pos pengirim bahwa COD
sales telah dilaksanakan.
g) Kantor pos pengirim memberi tahu penjual bahwa COD sales telah
selesai dilakanakan, sehingga penjual dapat mengambil kas yang
diterima dari pembeli.
3. Prosedur penerimaan kas dari credit card sales.
Sebenarnya kartu kredit buka merupakan suatu tipe penjualan namun
merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan
bagi penjual, yang memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun
bagi penjual. Kartu kredit dapat merupakan sarana pembayaran bagi
pembeli, baik dalam over the counter sale maupun dalan penjualan yang
pengiriman barangnya dilaksanakan melalui jasa pos atau angkutan umum.
Dalam over the counter sale, pembeli datang langsung ke perusahaan,
melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan
pembayaran ke kasir dengan menggunakan kartu kredit. Dalam penjualan
tunai yang melibatkan pos atau perusahaan angkutan umum, pembeli tidak
perlu datang ke perusahaan penjual. Pembeli memberikan persetujuan
tertulis penggunaan kartu kredit dalam pembayaran harga barang, sehingga
memungkinkan perusahaan penjual melakukan penagihan kepada bank
atau perusahaan penerbit kartu kredit.
16
c) Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari penjualan tunai :
1. Fungsi penjualan.
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjual tunai, fungsi ini bertanggung
jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai,
dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan
pembayaran harga barang ke fungsi kas.
2. Fungsi kas.
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggung jawab atas penerimaan kas dari pembeli.
3. Fungsi gudang.
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli,
serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.
4. Fungsi pengiriman.
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang
yang telah dibayar harganya kepada pembeli.
5. Fungsi akuntansi.
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini
bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan
kas dan pembuat laporan penjualan.
Pada tiap-tiap fungsi haruslah adanya pemisahan agar tidak terjadinya
perangkapan tugas yang dapat menyebabkan kesalahan.
17
Bagan Alir Dokumen Penjualan Kredit
Sumber : Mulyadi (2016)
Gambar 2.1 Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit
18
Sumber : Mulyadi (2016)
Gambar 2.2 Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit (Lanjutan)
19
Sumber : Mulyadi (2016)
Gambar 2.3 Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit (Lanjutan)
20
Sumber : Mulyadi (2016)
Gambar 2.4 Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan Kredit (Lanjutan)
21
Bagan Alir Dokumen Penerimaan Kas
Sumber : Mulyadi (2016)
Gambar 2.5 Sistem Penerimaan Kas dari COD sale
22
Sumber : Mulyadi (2016)
Gambar 2.6 Sistem Penerimaan Kas dari COD sale (Lanjutan)