BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Peduli ...repository.ump.ac.id/7001/3/Risna Dwi...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Peduli ...repository.ump.ac.id/7001/3/Risna Dwi...
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sikap Peduli Lingkungan
Siswa sebagai makhluk hidup selain berinteraksi dengan orang atau
manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan
juga dengan benda-benda mati di lingkungannya. Makhluk hidup tersebut
antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda
mati antara lain udara, air, dan tanah. Mereka selalu berhubungan dan
beradaptasi satu sama lain.
Siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan dibutuhkan sikap yang
mendukung terjadinya interaksi yang baik karena terdapat hubungan yang
sangat erat antar keduanya. Lingkungan hidup mencakup keadaan alam
yang luas. Menurut Tumisem (2012: 7), lingkungan adalah subjek yang
sangat luas untuk diperbincangkan. Seluruh aspek kehidupan manusia tidak
lepas dari faktor lingkungan. Lingkungan senantiasa dihubungkan dengan
pembangunan, modernitas, teknologi, industrialisasi, dan informasi.
Perbincangan tentang lingkungan sering dikaitkan dengan bencana alam,
kerusakan, kerugian dan kehancuran akibat aktivitas industri.
Otto Sumarwoto dalam Silalahi (1996: 8) mengatakan bahwa
lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang yang ditempati yang mempengaruhi
kehidupan. Contoh sikap yang mendukung terjadinya interaksi antar kedua-
11
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
12
nya yaitu sikap peduli lingkungan. Terkait dengan permasalahan sikap,
Arikunto (2009: 182) mengatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan
psikologi seseorang dalam memberikan reaksi terhadap suatu rangsangan
yang berasal dari dalam ataupun luar dirinya. Sedangkan peduli lingkungan
menurut Kemendiknas (2010: 10) adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
Menjaga kelestarian lingkungan, terutama lingkungan sekolah
dibutuhkan sikap peduli lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan indikator kelas untuk mengukur sikap peduli lingkungan
siswa. Menurut Kemendiknas (2010: 29) mengemukakan bahwa indikator
kelas pada nilai peduli lingkungan antara lain meliputi memelihara
lingkungan kelas, pembiasaan hemat energi.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai lingkungan, peneliti
menyimpulkan bahwa lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang yang
terdiri dari unsur abiotik (benda mati) seperti udara, air, tanah dan budaya
manusia. Selain itu, lingkungan juga terdiri dari unsur biotik (makhluk
hidup) seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Di dalam lingkungan,
hubungan manusia dengan lingkungan juga ditentukan oleh budaya manusia
itu sendiri, contohnya yaitu apabila terjadi suatu degradasi lingkungan dapat
disebabkan oleh kesalahan pengelolaan ataupun perilaku manusia. Sikap
menurut peneliti yaitu keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
13
untuk bertindak atau berbuat, sedangkan peduli lingkungan yaitu sikap
kesediaan untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan serta
kesediaan untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan. Indikator yang
akan digunakan peneliti pada nilai sikap peduli lingkungan yaitu indikator
kelas meliputi memelihara lingkungan kelas dan menghemat energi karena
peneliti akan mengamati kegiatan siswa dalam menjaga kebersihan kelas
dan penggunaan kertas dalam mengaplikasikan konsep reuse, reduce,
recycle untuk menghemat energi.
a. Pendidikan Lingkungan di Sekolah
Aksi lingkungan yang dilaksanakan dalam class action berupa
program pendidikan lingkungan. Program ini dirasakan dan dinyatakan
sebagai program pendidikan yang berperan pada diri individu.
Pendidikan lingkungan mencoba memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai isu-isu dan permsalahan yang terjadi pada
lingkungan. Menurut Coycle dalam Tumisem (2012: 8) menyatakan
bahwa pengembangan literasi lingkungan bertujuan untuk membantu
mengembangkan keterampilan individu atau kelompok agar berperan
dalam memecahkan dan mengatasi kerusakan lingkungan.
Menurut Nomura & Hendarti dalam Tumisem (2012: 8)
menyatakan bahwa pendidikan lingkungan di Indonesia dimulai dari
gerakan pendidikan dan konservasi pada awal 1960-an. Selanjutnya
berkembang berbagai usaha dan organisasi yang bertujuan untuk
menciptakan kesadaran individu terhadap lingkungan. Gerakan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
14
pendidikan lingkungan terus meningkat, dan para ilmuan mulai
mendesak pemerintah untuk mengembangkan program-program
pendidikan lingkungan di sekolah. Hal ini menjadikan pendidikan
lingkungan sebagai komponen esensial dari strategi nasional tarhadap
pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan
pendidikan lingkungan di semua area pendidikan. Dalam tahun 1980-an
pendidikan lingkungan benar-benar dipertimbangkan pemerintah sebagai
dasar bagi semua pembelajaran, sebagai literasi lingkungan, dan
pengelolaan lingkungan dalam jangka panjang.
Untuk menciptakan kesadaran individu terhadap lingkungan
perlu usaha dan bukan pekerjaan yang mudah. Otto Soemarwoto dalam
Supriadi (2006: 33) mengatakan bahwa mengubah sikap dan kelakukan
terhadap lingkungan hidup bukanlah pekerjaan yang mudah. Pada
dasarnya usaha itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
yaitu dengan instrumen persuasif, yaitu mendorong masyarakat secara
persuasif bukan paksaan. Instrumen ini terdiri atas pendidikan, latihan,
penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik serta ceramah
umum dan dakwah.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pendidikan lingkungan adalah pendidikan yang mengajarkan siswa untuk
mengenal lingkungan dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
lingkungan. Penerapan pendidikan lingkungan harus diterapkan dalam
rangka upaya memelihara serta meningkatkan mutu lingkungan.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
15
Pendidikan lingkungan akan lebih baik apabila diterapkan di area
pendidikan dasar seperti di SD karena melatih individu sejak dini untuk
mengetahui dan memahami permasalahan di sekitarnya serta melatih
individu untuk peduli terhadap lingkungan. Selain itu, penanaman sikap
peduli lingkungan di SD akan memiliki kesempatan lebih besar untuk
berhasil dalam menumbuhkan sikap positif terhadap lingkungan karena
karakteristik anak usia SD salah satunya adalah masih mudah untuk
dibentuk menjadi pribadi yang positif.
b. Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran di SD
Lingkungan yang ada di sekitar siswa merupakan salah satu
media pembelajaran yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses
dan hasil pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi siswa SD.
Bila guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan
sebagai media pembelajaran, maka hasilnya akan lebih bermakna dan
bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa atau fakta yang
sebenarnya.
Menurut Hermawan (2007: 216) menyatakan bahwa manfaat
yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran dalam pendidikan siswa SD adalah:
1) Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa.
Jumlah media pembelajaran yang tersedia di lingkungan itu tidaklah
terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
16
untuk kepentingan pembelajaran, namun bisa dimanfaatkan untuk
lebih mengoptimalkan pencapaian tujuan belajar siswa SD.
2) Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang
lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan dengan keadaan dan situasi
yang sebenarnya.
3) Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi siswa sebab
lingkungan menyediakan media pembelajaran yang sangat beragam
dan banyak pilihan.
4) Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada
di lingkungan siswa, dapat dimungkinkan terjadinya proses
pembentukan kepribadian siswa ke arah yang lebih baik, seperti
kecintaan terhadap lingkungan, turut memelihara lingkungan, menjaga
kebersihan dan tidak merusak lingkungan.
Berdasarkan pemaparan mengenai manfaat lingkungan sebagai
media pembelajaran, maka peneliti semakin yakin untuk menerapkan
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan terkait dengan upaya
meningkatkan sikap peduli lingkungan sebagai penunjang proses
pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami materi dan
membantu siswa dalam meningkatkan sikap peduli lingkungannya dalam
rangka memelihara lingkungan dan meningkatkan mutu lingkungan.
Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai
media, membuat pembelajaran semakin bermakna sehingga materi yang
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
17
diajarkan kepada siswa diharapkan akan lebih mudah melekat dan diingat
siswa.
c. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah
Menurut Saptono (2011: 23), pendidikan karakter adalah upaya
untuk dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang
baik berlandaskan kebajikan-kebajikan inti yang secara objektif baik
individu maupun masyarakat. Dalam paradigma lama, keluarga
dipandang sebagai tulang punggung pendidikan karakter.
Menurut Koentjaraningrat & Mochtar Lubis dalam Listyarti
(2012: 4) mengatakan bahwa karakter bangsa Indonesia yaitu
meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri, tidak
disiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah kreativitas, etos
kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu. Karakter lemah
tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia dan akhirnya
mengkristalisasi pada masyarakat Indonesia. Kondisi inilah yang
kemudian melatarbelakangi lahirnya pendidikan karakter oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di
Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter, salah satu nilai
karakter yang terkandung dalam pendidikan berkarakter bangsa adalah
peduli lingkungan. Menurut Listyarti (2012: 70) mengatakan bahwa nilai
karakter peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
18
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
Thomas Lickona dalam Listyarti (2012: 8) mengatakan bahwa
pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, di mana
sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkan karakter. Berdasarkan
totalitas psikologis dan sosiokultural pendidikan karakter dapat
dikelompokkan seabagai berikut:
1. Olah hati, olah pikiran, olah rasa/karsa, dan olahraga.
2. Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa patriotik.
3. Ramah, saling menghargai, toleran, peduli, seka menolong, gotong
royong, nassionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum,
bangga menggunakan bahsa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja.
4. Bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, gigih, cerdas,
kritis, kretaif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif,
berorientasi IPTEKS.
Membangun karakter sekolah peduli lingkungan diiharapkan
dapat diterapkan di tingkat pendidikan Sekolah Dasar. Menurut Gaza
(2012: 25) untuk dapat memunculkan perilaku yang dikehendaki
sehingga ada kecenderungan bagi anak untuk mengulangi perilaku itu
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
19
kembali dibutuhkan possitive reinforcement berupa hal-hal yang
menyenangkan berupa kegiatan atau perkataan positif.
Berdasarkan pemaparan mengenai pendidikan karakter
lingkungan di sekolah, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan
karakter lingkungan adalah penanaman sikap mengenai perilaku untuk
mencintai dan melindungi lingkungan atau alam sekitar untuk dapat
melestarikan alam demi keseimbangan hidup manusia. Diterapkannya
pendidikan karakter mengenai peduli lingkungan terkait dengan
pembelajaran IPA diharapkan dapat melatih siswa untuk peduli terhadap
lingkungannya sekitarnya. Merupakan hal yang positif apabila sikap
peduli lingkungan dimiliki oleh siswa di tingkat Sekolah Dasar karena
akan berdampak positif pula pada kelangsungan hidup siswa dan
lingkungannya serta menandakan bahwa ilmu pengetahuan yang siswa
peroleh dari pembelajaran IPA dapat mereka aplikasikan di dalam
kehidupan sehari-hari siswa.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”.
Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”
(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan
aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
20
dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan,
khususnya pembelajaran (Arifin, 2013: 12).
Prestasi belajar siswa ini merupakan implementasi hasil belajar siswa
sebagai hasil proses pembelajaran yang diterimanya. Prestasi belajar
merupakan hasil kegiatan belajar yaitu sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang diajarkan. Prestasi belajar hanya dapat diketahui jika telah
dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Terkait dengan prestasi belajar siswa, dalam KTSP tahun 2006, hasil
belajar peserta didik diukur berdasarkan standar yang dikenal dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM menunjukkan persentase
tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka
maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria
ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai
nilai 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntaan minimal
di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap.
Faktor genetik berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, namun
bukan semata-mata karena kecerdasan yang dimiliki seseorang sejak lahir.
Kecerdasan diperoleh melalui proses belajar yang sungguh-sungguh,
konstan dan telaten untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang luas.
Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada
proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik, baik ketika
para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
21
Menurut Uno (2009: 48) mengemukakan bahwa individu seperti ciri-
ciri kepribadian, lingkungan dan emosi mempengaruhi pola belajar di masa
yang akan datang. Menyajikan lingkungan baik sebenarnya adalah
mengindahkan sifat-sifat alamiah individu, sebab bagaimanapun
perkembangan individu banyak ditentukan oleh benih dari mana ia berasal.
Sedangkan menurut Decaprio (2013: 20) mengemukakan bahwa kecerdasan
juga dipengaruhi oleh pembawaan dan stimulus yang diperolehnya.
Berdasarkan pada penjelasan beberapa ahli mengenai hal yang
berkaitan dengan kecerdasan, peneliti menyimpulkan bahwa kecerdasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti individu, lingkungan, dan stimulus
yang diperolehnya. Kecerdasan juga dapat ditingkatkan antara lain dengan
stimulus yang diberikan oleh lingkungan belajar di sekolah dan kondisi
lingkungan keluarga, hal ini akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan kecerdasan siswa.
3. Pembelajaran IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris
‘science’. Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan
sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Menurut
H.W Fowler (Trianto, 2010: 136) IPA adalah pengetahuan yang
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
22
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Adapun Wahyana (Trianto, 2010: 136) mengatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh
adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai IPA, peneliti
menyimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis
dan terbatas pada gejala alam. Cakupan yang terdapat pada IPA meliputi
alam semesta keseluruhan dan seluruh benda-benda penyusunnya yaitu
meliputi benda-benda yang ada di bumi baik yang tertangkap oleh indera
maupun yang tidak dapat tertangkap oleh indera.
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan
secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi Bloom bahwa:
“Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang
merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep
yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara
garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami
dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan
serta keteraturannya. Di samping itu, pembelajaran sains
diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik),
lemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan
apresiasi (Prihantro Laksmi) dalam Trianto (2010: 142).
Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses pembelajaran IPA
lebih ditekankan pada pendekatan proses, hingga siswa dapat
menemukan fakta, konsep, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
23
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan
sehingga out put yang dihasilkan pun semakin baik dan berkualitas. Oleh
karana itu, dalam pembelajaran IPA di SD, peneliti akan memperhatikan
pendekatan proses dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif dan
psikomotor siswa.
b. Sumber Daya Alam dan Teknologi pada Pembelajaran IPA SD
Sumber daya alam merupakan kekayaan alam yang diciptakan
oleh Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Semua yang ada di alam ini
merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Kemajuan teknologi sangat membantu manusia mengolah sumber daya
alam untuk mendatangkan manfaat yang sebanyak-banyaknya. Sumber
daya alam ada yang dimanfaatkan secara langsung, ada pula yang harus
diolah lebih dahulu dengan menggunakan teknologi. Benda-benda yang
dibuat dengan teknologi menjadi sangat berbeda dengan bahan asalnya
(Sulistyanto, 2008: 184).
Beberapa sumber daya alam yang dapat diperbaharui yang sedang
mengalami kerusakan dan pencemaran, demikian pula kapasitas
lingkungan dalam mengakomodasi limbah menjadi semakin terbatas.
Sebagai gambaran, jika penggunaan sumber daya alam meningkat 5%
per tahun, tingkat penggunaan itu meningkat menjadi dua kali lipat dalam
waktu 14 tahun. Jika sekarang ini persediaan diketahui 100 kali
penggunaan saat ini, maka persediaan yang ada akan habis dalam waktu
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
24
36 tahun jika penggunaan meningkat 5% per tahun (Suparmoko, 2008:
15).
Pemanfaatan dan pengolahan sumber daya alam harus
memperhatikan etika lingkungan agar terjalin hubungan yang serasi
antara manusia dengan lingkungan, hal ini sesuai dengan pendapat
(Andriana, 2010: 7) yang menyatakan bahwa menjaga keberlangsungan
pemenuhan kebutuhan hidup yang bersumber dari sumber daya alam,
menusia perlu bersikap bijaksana dalam pemanfaatan sumber daya
dengan menindaklanjuti pengolahan sumber daya alam. Manusia
berperan sebagai konsumen, produsen, dan sekaligus sebagai pengelola
lingkungan hidup. Memanfaatkan dan mengelola lingkungan hidup
berarti meningkatkan kualitas lingkungan hidup, sehingga didapat
lingkungan hidup yang tertata dengan baik.
Terkait dengan sumber daya alam dan teknologi, materi ini
terdapat di kelas IV SD semester 2 yaitu ada pada KD 11.2. Materi ini
berisi mengenai bagaimana sumber daya alam diproses dengan teknologi,
baik teknologi yang modern maupun teknologi sederhana. Selain itu,
materi ini mengajarkan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya
alam dengan bijak dan bagaimana mengolah sumber daya alam agar
kelestarian lingkunagn tetap terjaga.
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengerucutkan
maksud sumber daya alam yang akan dipelajari siswa. Sumber daya alam
yang dimaksud adalah sumber daya alam hayati berupa tumbuhan.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
25
Walaupun tumbuhan tergolong sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, namun apabila manusia tidak menjaga keberadaannya
maka akan hilang karena apabila spesiesnya sampai punah pun maka
alam tidak dapat memproduksi yang baru kembali.
Sumber daya alam hayati berupa tumbuhan merupakan salah satu
bahan baku penting dalam pembuatan kertas yang dibantu dengan
teknologi. Banyak manusia yang mengabaikan penggunaan kertas,
karena hal tersebut kelihatan sepele. Mereka tidak menyadari bahwa
kertas berasal dari kayu. Kayu sendiri merupakan bagian dari tumbuhan,
apabila tumbuhan kayu ini terus menerus ditebang untuk memenuhi
kebutuhan industri ataupun pemenuh kebutuhan manusia tanpa
diadakannya konservasi, maka sumber daya alam hayati berupa tanaman
ini akan habis.
Kegiatan 3R yaitu reuse, recycle, reduce kertas melalui
pembelajaran berbasis proyek yang akan dilakukan oleh siswa kelas IV
SD Negeri Margasana diharapkan mengajarkan mereka agar lebih
melestarikan serta melindungi lingkungan hidup mereka agar tercipta
keseimbangan lingkungan yang mendukung kesejahteraan hidup
masyarakat setempat. Kegiatan ini diharapkan juga dapat memunculkan
serta melatih sikap peduli lingkungan siswa dan mengantisipasi
munculnya sikap acuh terhadap lingkungan yang muncul dikemudian
hari.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
26
Peneliti menganggap bahwa kegiatan ini sangat bagus dan tepat
dilakukan di SD, karena usia siswa SD merupakan usia yang masih
mudah untuk dibentuk menjadi sesuatu yang baik. Kemampuan
intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikanya
berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya
nalarnya dengan melakakukan praktek lapangan. Hal ini sesuai dengan
teori psikologi yang dikemukakan oleh J. Piaget (Tumisem, 2012: 20)
yang menyatakan bahwa perkembangan anak usia 7-11 tahun berada
pada tingkat perkembangan intelektual operasional konkret.
Perkembangan anak usia dasar juga ditandai dengan gerak atau
aktifitas motorik yang lincah, oleh karena itu usia ini merupakan massa
yang ideal untuk belajar ketrampilan yang berkaitan dengan motorik baik
halus maupun kasar. Selain itu, perkembangan motorik sangat
menunjang keberhasilan siswa.
4. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan penerapan dari
pembelajaran aktif, teori konstruktivisme dari Piaget serta teori
konstruksionisme dari Seymour Papert. Sebagaimana halnya dengan
konstruktivisme, pemikiran konstruksionisme juga berprinsip bahwa setiap
anak membangun model mentalnya untuk berpikir dan memahami dunia di
sekelilingnya. Paham konstruksionisme berasumsi bahwa pembelajaran
akan berlangsung dengan efektif jika para siswa aktif dalam membuat atau
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
27
memproduksi suatu karya fisik yang dapat dihadirkan dalam dunia nyata
suatu artefak (Warsono, 2012: 152).
Secara sederhana, pembelajaran berbasis proyek didefinisikan
sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi
dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau
dengan suatu proyek sekolah. Terkait dengan teknologi dalam pembelajaran
berbasis proyek, Khasanah (2004: 42) mengemukakan bahwa teknologi
sebagai alat perpanjangan tangan manusia banyak dianggap memberikan
solusi atas permasalahan hidup. Sedangkan menurut Bransfor dan Stein
(Warsono, 2012: 153) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek sebagai
suatu pendekatan pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa
dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan.
Pembelajaran berbasis proyek menurut Widiyatmoko (2012: 53)
adalah pembelajaran yang menuntut pengajar dan peserta didik
mengembangkan pertanyaan penuntun. Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran
berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi
dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini
memungkinkan peserta didik dapat menjawab pertanyaan penuntun.
Metode proyek memberikan peluang kepada anak untuk
meningkatkan keterampilan yang telah dikuasai secara perseorangan atau
kelompok kecil, dan menimbulkan minat anak terhadap apa yang telah
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
28
dilakukan dalam proyek serta bagi anak untuk mewujudkan daya
kreativitasnya, bekerja secara tuntas, dan bertanggung jawab atas
keberhasilan tujuan kelompok, mempunyai pemahaman yang utuh tentang
suatu konsep. Metode proyek merupakan suatu metode pembelajaran yang
melibatkan anak dalam belajar memecahkan masalah dengan melakukan
kerjasama dengan anak lain, masing-masing melakukan bagian
pekerjaannya secara individual atau dalam kelompok kecil untuk mencapai
tujuan yang menjadi milik bersama.
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis proyek adalah perencanaan, penciptaan, serta
pemrosesan yang dapat digambarkan di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Kerja Umum Pembelajaran Berbasis Proyek
Sumber: Han dan Bhattacharya dalam Warsono (2012: 157)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
berbasis proyek terdiri dari tiga fase pokok. Pada fase pertama, yaitu fase
perencanaan. Dalam tahap ini, pebelajar memilih topik, mencari sumber-
sumber informasi yang relevan, dan mengorganisasikan sumber-sumber
menjadi suatu bentuk yang berguna. Dalam fase penciptaan, pebelajar
mengembangkan gagasan terkait proyek, menggabungkan dan
menyinergikan seluruh kontribusi dari anggota kelompok, dan mewujudkan
Planning
Choosing topic
Searching
resources
Organizing
Creating
Developing thought &
documentation
Coordinating & Blending
Processing
Reflection
Follow up
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
29
proyeknya. Dalam fase tiga, yaitu fase pemrosesan, proyek hasil karya
mereka didiskusikan dalam prinsip saling berbagi dengan kelompok lain,
sehingga diperoleh umpan balik, kemudian setiap kelompok melakukan
refleksi terhadap hasil karyanya.
Terkait dengan hal ini, Han & Bhattacharya (Warsono, 2012: 157)
mengidentifikasi ada lima keuntungan dari implementasi pembelajaran
berbasis proyek, yaitu:
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa;
b. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah;
c. Memperbaiki keterampilan menggunakan media pembelajaran;
d. Meningkatkan semangat dan keterampilan berkolaborasi;
e. Meningkatkan keterampilan dan manajemen berbagai sumber daya.
Langkah-langkah kegiatan yang umum diterapkan dalam
pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: (diadaptasi dari
Brown dan Campione (Warsono, 2012: 158).
a. Timbulnya masalah dari para siswa. Dalam hal ini terkait dengan
menghadapi masalah (problem facing), mengidentifikasikan masalah
(problem definition), dan kategori masalah (problem categorization).
b. Memunculkan adanya proyek sebagai suatu alternatif pemecahan
masalah.
c. Pembentukan tim pembelajaran kolaboratif/kooperatif untuk
memecahkan masalah/proyek.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
30
d. Setelah kajian lebih lanjut dalam tim mereka, para siswa yang cepat
belajar (expert) membantu rekannya yang lambat belajar sehingga tidak
mengganggu kelangsungan proyek.
e. Hal ini mencapai titik kulminasinya berupa pengerjaan serangkaian tugas
berkelanjutan bagi semua anggota tim yang memungkinkan terciptanya
hasil pemikiran siswa yang nyata, dapat dilihat dan dipublikasikan
berupa suatu artefak atau karya pemikiran yang bermakna.
Berdasarkan pemaparan di atas, pembelajaran berbasis proyek
merupakan kategori pembelajaran motorik yaitu proses pembentukan
sistematika kognitif tentang gerak pada diri siswa, yang kemudian
diaplikasikan dalam psikomotor, mulai dari tingkat keterampilan gerak yang
komplek, sebagai suatu fisiologis yang dapat membentuk aspek psikologis
untuk mencapai otomatisasi gerak (Decaprio, 2013: 18).
Keterampilan motorik sebenarnya tidak bergantung pada kecerdasan
intelektual. Artinya seorang yang memiliki otak cerdas bisa saja tidak
mempunyai keterampilan motorik yang baik. Sebaliknya, seorang siswa
yang memiliki otak biasaa-biasa saja justru mempunyai keterampilan
motorik yang baik. Oleh karena itu, melalui pembelajaran berbasis proyek,
peserta didik dilatih untuk dapat membentuk sistematika kognitif dan
memiliki keterampilan motorik yang baik.
Kegiatan yang akan dilakukan siswa kelas IV di SD Negeri
Margasana terkait dengan penerapan pembelajaran berbasis proyek yaitu
pembuatan proyek bubur kertas diharapkan dapat mengurangi limbah dan
kerusakan alam yang diakibatkan oleh ulah manusia. Selain itu, pembuatan
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
31
proyek ini dharapkan dapat menjadi media pembelajaran IPA bagi guru dan
mempermudah siswa dalam memahami materi IPA.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Upaya yang dilakukan peneliti terkait dengan penggunaan metode
pembelajaran berbasis proyek, pernah diteliti oleh Putu Arimbawa, Wayan
Sadia, Nyoman Tika di kelas VIII SMP N 3 Sidemen pada tahun 2013. Mereka
adalah tim peneliti Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha
(UNDIKSHA). Judul penelitian tersebut yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (MPBP) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah IPA
Sehari-hari Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa”. Hasil penelitian
menyatakan berdasarkan hasil analisis dengan Anava dua jalur diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik yang signifikan antara peserta didik pada kelas MPBP dan peserta didik
kelas kontrol. Hasil analisis untuk hipotesis kedua disimpulkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara model pembelajaran berbasis proyek dengan motivasi
berprestasi terhadap kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian lain terkait dengan pembelajaran berbasis proyek pernah diteliti
juga oleh Ketut Suarni, Nyoman Dantes, Nyoman Tika. Mereka adalah tim
peneliti dari Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Mereka
mengadakan penelitian pada tahun 2014 di jenjang pendidikan dasar
menggunakan metode pembelajaran berbasis projek. Judul penelitian tersebut
yaitu “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Projek Terhadap Minat dan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Gugus 1 Kecamatan Kuta”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan yang signifikan minat belajar IPA
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
32
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. (2) terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran berbasis projek dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. (3) terdapat perbedaan minat dan hasil belajar IPA
secara simultan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis
projek dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada subyek penelitian dan materi yang
disajikan. Subyek penelitian pada peneliti ini merupakan siswa kelas IV SD
Negeri Margasana. Selain itu materi yang disajikan merupakan materi IPA
mengenai hubungan sumber daya alam dengan teknologi. Pada penelitian ini,
siswa akan diminta untuk membuat suatu proyek berupa bubur kertas yang
nantinya akan dibentuk menjadi kertas daur ulang dan dibentuk menjadi media
pembelajaran IPA seperti bentuk hewan ataupun tumbuhan yang terkait dengan
materi yang ada pada mata pelajaran IPA.
C. Kerangka Pikir
Penguasaan materi yang disampaikan guru merupakan syarat dalam
mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang
ada di kelas IV di SD Negeri Margasana semester 1 dalam mata pelajaran IPA
yaitu siswa kurang menguasai materi dikarenakan guru dalam menyampaikan
materi masih bersifat verbal, sehingga diperlukan suatu metode pembelajaran
yang mengubah verbalisme menjadi nyata.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
33
Terkait dengan penerapan pembelajaran IPA, siswa belum menerapkan
ilmu pengetahuan yang mereka peroleh. Sikap mereka terhadap lingkungan
masih rendah yaitu masih menyepelekan penggunaan teknologi yang berasal
sumber daya alam yang sulit diperbaharui seperti kertas. Oleh karena itu,
peneliti akan menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek dengan
harapan dapat memperbaiki sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar IPA
siswa. Menurut Johnson & Sharan dalam Joyce (2009: 321) mengatakan bahwa
praktik saling mengajari antarsesama kawan sebaya menimbulkan
kompleksitas sosial atau daya kooperatif suatu kelompok semakin bagus,
sehingga akan meningkatkan prestasi dan capaian dari beberapa tujuan
pembelajaran, baik secara konsep maupun teori dan meningkatkan skill siswa.
Apabila metode dan media yang digunakan guru selalu monoton, maka
siswa akan bosan dan prestasi belajar siswa rendah. Sebaliknya apabila metode
dan media yang dipilih guru bervariasi maka prestasi belajar siswa lebih baik
pula. Untuk memberikan penjelasan dapat digambarkan dalam kerangka
berpikir sebagai berikut:
Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Sikap peduli
lingkungan dan
prestasi belajar
IPA siswa kelas
IV SD Negeri
Margasana
masih rendah
Tindakan Hasil yang diharapkan
Menerapkan
pembelajaran inovatif
dengan menerapkan
pembelajaran
berbasis proyek
Peningkatan sikap
peduli lingkungan dan
prestasi belajar IPA
siswa kelas IV SD
Negeri Margasana
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
34
Berdasarkan pada skema di atas, peneliti mengemukakan uraian
argumentatif mengenai kerangka berpikir yang ada pada penelitian tindakan
kelas ini yaitu kondisi awal yang ada pada kelas IV SD Negeri Margasana
menunjukan bahwa sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar IPA masih
rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil angket terhadap 27 siswa yang
menyatakan bahwa sikap peduli lingkungan mereka terhadap sampah kertas
masih rendah. Selain itu, rendahnya prestasi belajar siswa juga dibuktikan dari
nilai ulangan harian siswa selama 3 kali diadakan ulangan harian pada semester
1 yang tergolong masih rendah.
Permasalahan yang ada di kelas IV SD Negeri Margasana
membutuhkan solusi untuk dapat mengatasi permasalahan siswa mengenai
rendahnya sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar IPA yang masih
rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti akan menerapkan
pembelajaran inovatif dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Pada
pembelajaran berbasis proyek, siswa akan dilatih untuk berdiskusi mengenai
permasalahan yang ada di lingkungan seperti permasalahan sampah kertas dan
melakukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut seperti
membuat proyek bubur kertas yang akan dibentuk menjadi kertas daur ulang
dan berbagai bentuk kreasi siswa yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran IPA seperti bentuk hewan dan tumbuhan. Dari proyek pembuatan
bubur kertas ini, diharapkan adanya peningkatan sikap peduli lingkungan siswa
terhadap sampah kertas.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014
35
Penggunaan metode pembelajaran aktif melalui penerapan model
pembelajaran berbasis proyek pada penelitian tindakan kelas ini diharapkan
juga dapat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran IPA yang
memperhatikan hakikat pembelajaran IPA meliputi produk, proses, sikap dan
teknologi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir ilmiah untuk
memahami suatu objek IPA. Dengan memperhatikan hakikat pembelajaran
IPA yang meliputi produk, proses, sikap dan teknologi, maka pembelajaran
IPA akan semakin bermakna dan siswa akan terbantu dalam memahami materi
yang diajarkan sehingga prestasi belajar IPA siswa akan meningkat dan
memuaskan.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
tindakan pada penelitian ini yaitu melalui penerapan pembelajaran berbasis
proyek diduga dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan dan prestasi
belajar IPA materi hubungan sumber daya alam dengan teknologi di kelas IV
SD Negeri Margasana tahun ajaran 2013/2014.
Upaya Meningkatkan Sikap..., Risna Dwi Yanti, FKIP UMP, 2014