BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nasionalismerepository.ump.ac.id/2317/3/DWI RAHMA BAB...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nasionalismerepository.ump.ac.id/2317/3/DWI RAHMA BAB...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Nasionalisme
a. Pengertian Nasionalisme
Bangsa (nation) adalah sekumpulan manusia yang sama
bahasanya, sama adat istiadatnya, sama asal-usulnya, sama
kebudayaannya, senasib dan sepenanggungan, dan tempat
kediamannya (negaranya) pun sama. Nasionalisme secara umum
melibatkan identifikasi identitas etnis dan negara. Menurut Hyman
(2002 :299) “…with the national or patriotic idea so weak and
undeveloped, it arguably makes more sense to analyze rival ideas of
the nation held by the country's different ethnic groups”. Adanya
nasionalisme, rakyat dapat meyakini bahwa bangsanya adalah sangat
penting. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai
gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Dalam banyak
kasus identifikasi budaya nasional yang homogen itu dapat
dikombinasikan dengan pandangan negatif atas ras, budaya, atau
bangsa lain (asing). Menurut Smith (2003 : 10) nasionalisme adalah
ideologi yang meletakkan bangsa dipusat masalahnya dan berupaya
mempertinggi keberadaannya, sedangkan dalam jurnal internasional,
definisi nasionalisme adalah sebagai berikut “Nationalism, in
particular, remains the preeminent rhetoric for attempts to demarcate
8
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
9
political communities, claim rights of self-determination and legitimate
rule by reference to “the people” of a country”. (Calhoun, 1993 : 235)
Nasionalisme menekankan pada identitas kolektif. Di sini “rakyat”
itu harus bersifat otonom, bersatu, dan mengekspresikan budaya
nasional yang tunggal. Identitas itu akan sangat terasa jika kita berada
di luar negeri, di mana postur tubuh, etnisitas, ras, bahasa, agama, dan
budaya kita berbeda dengan sekeliling kita. Maka kitapun akan merasa
lebih dekat dengan sebangsa kita ketika kita berada diperantauan.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa nasionalisme adalah
suatu sikap yang mementingkan kebangsaan diatas segalanya, atau
dengan kata lain seseorang yang memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi akan lebih memahami dan menghargai nilai-nilai kebangsaan
dan memilki semangat kebangsaan yang tinggi.
b. Pendidikan Nasionalisme
Kita seharusnya menanamkan kepada generasi muda akan arti
menjadi warga negara yang baik, yaitu mereka yang menunujukkan
kebanggaan dan kecintaan tanah air. Mustari (2011:195)
mengemukakan pendapat yang menjadi indikasi bahwa kita menjadi
nasionalis diantaranya adalah :
1) Menghargai jasa para tokoh/pahlawan nasional.
Menghargai jasa para tokoh/pahlawan nasional adalah hal yang
sudah semestinya ditanamkan kepada generasi muda. Contoh yang
paling mudah adalah jangan sampai mereka berada atau tinggal di
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
10
sebuah jalan yang bernama seorang pahlawan, namun tidak tahu
siapa dia.
2) Bersedia menggunakan produk dalam negeri
Bersedia menggunakan produk sendiri harus ditanamkan
kepada kita semua, karena dengan itu berarti kita menghormati
karya kita sendiri dan ini akan lebih membanggakan.
3) Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia.
Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia juga harus
dipupuk kepada anak-anak kita, karena memang banga Indonesia
memiliki alam dan budaya yang indah. Sebegitu hebatnya budaya
kita, sehingga banyak jenis budaya kita yang dipatenkan oleh
Negara lain. Untuk itu kita perlu mematenkan semua kekhasan
alamiah dan budaya kita kepada dunia. Namun, untuk upaya
tersebut diperlukan adanya semangat nasionalisme yang tinggi.
4) Hapal lagu-lagu kebangsaan.
Lagu-lagu kebangsaan adalah mesti diajarkan dan dihapal oleh
anak-anak kita. Sebab dengan lagu-lagu tersebut mereka akan
terbawa kembali ke alam perjuangan orang tua mereka dalam
memerdekakan negara ini, mempertahankan kemerdekaan negara
ini, dan juga dalam berjuang untuk membangun negara ini.
5) Memilih berwisata dalam negeri.
Memilih berwisata dalam negeri adalah sikap terpuji untuk
menumbuhkan dan melanggengkan rasa nasionalisme kita. Kita
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
11
harus mengenal lebih dari orang asing akan negeri kita sendiri.
Orang-orang asing berbondong-bondong ke negeri kita untuk
berwisata, sementara kita lebih bangga pergi keluar negeri. Yang
penting adalah kita mengenali dulu negeri kita. Baru setelah itu
banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari negeri ini untuk kita
sendiri dan rakyat Indonesia pada umumnya.
Menurut Mustari (2011:197), untuk mengukuhkan dan
mempertebal rasa nasionalisme kita, sudah semestinya kita saling
menasihati sesama apabila ada kesalahan dan kekhilafan. Demikian
karena, nasionalisme yang berlebihanakan menimbulkan fanatisme
nasionalistik. Kita harus tetapkan bahwa nasionalisme kita adalah
nasionalisme yang berada dijalur kebenaran dan keadilan.
c. Tips Melatih dan Memunculkan Rasa Kebangsaan
Elfindri (2012:148) dalam bukunya Pendidikan Karakter
Kerangka, Metode dan Aplikasi untuk Pendidik dan Profesional
mengemukakan pendapatnya bahwa rasa kebangsaan yang berisi :
cinta bangsa (dan tanah air), ingin membela bangsa, ingin memajukan
bangsa, ingin memandu bangsa kejalan yang tepat dengan yang paling
kuat adalah berani berkorban (harta dan jiwa) demi membela bangsa.
Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa sesorang yang memiliki
rasa kebangsaan akan lebih menjunjung tinggi nilai kebangsaan dan di
dalam hatinya sudah terpatri rasa kebangsaan yang besar.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
12
Rasa kebangsaan perlu dididik dari dini paling tidak mulai
pendidikan dasar. Pada pendidikan dasar, rasa kebangsaan lebih
ditonjolkan bahwa tanah air kita banyak sumber daya alamnya dan
pada banyak orang untuk mengelolanya untuk bahan baku pangan dan
industry. Belajar dan menjadi pandai adalah wajib. Rasa kebangsaan
dilatih melalui permainan bersama penuh disiplin dan kebersamaan
(pendidikan semi spada) seperti : pramuka, kelompok teater anak,
palang merah, pendidikan lalu lintas, pelatihan pada perayaan dan
kegiatan hari-hari kebangsaan : 17 Agustus/hari kemerdekaan, hari
pahlawan 10 November, hari kebangkitan nasional 20 Mei, hari bela
Negara 18 Desember, dsb.
d. Indikator Keberhasilan Karakter Nasionalisme
Menurut Hasan dalam Fitri (2012 : 39) mengemukakan ada dua
jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. Pertama,
indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua, indikator untuk mata
pelajaran. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan
oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai
lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator
ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan
kegiatan sekolah sehari-hari. Indikator mata pelajaran menggambarkan
perilaku efektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran
tertentu, misalnya yaitu IPS.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
13
Indikator nasionalisme yang diterapkan di sekolah dan kelas
antara lain :
1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan
bangsa.
2. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3. Memajang bendera Indonesia, Pancasila, gambar presiden, serta
simbol-simbol negara lainnya.
4. Bangga dengan karya bangsa.
5. Melestarikan seni dan budaya bangsa (Fitri, 2012 : 39)
Indikator pendidikan karakter yang terintegrasi dalam mata
pelajaran IPS antara lain:
1. Penanaman kejujuran dalam bersosial dengan teman.
2. Penanaman sikap saling tolong menolong dalam kebaikan di antara
sesama teman.
3. Pembinaan tenggang rasa dalam pembahasan tentang materi-materi
ilmu sosial (Fitri, 2012 : 39)
Dari bahasan di atas mengenai pendidikan karakter khususnya
tentang nasionalisme sebaiknya ditanamkan sejak dini karena dengan
penanaman sejak dini maka peserta didik akan lebih dini mengetahui
cara menghargai bangsa dan negara, serta memahaminya sehingga
pelaksanaan semangat nasionalisme akan lebih mudah direalisasikan.
Salah satu cara mudah untuk penanaman semangat nasionalisme bagi
peserta didik yaitu melalui pembelajaran IPS.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
14
2. Hakikat Prestasi Belajar
a. Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar memiliki beragam definisi dalam pendidikan.
Menurut Djamarah (2002: 12) Belajar adalah suatu kata yang
sudah akrab dengan semua masyarakat. Bagi para pelajar atau
mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing, bahkan
sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di pendidikan formal.
Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan
keinginan. Seseorang dapat belajar pada pagi hari, sore hari bahkan
malam hari, karena kebiasaan belajar setiap anak berbeda-beda.
Kebiasaan belajar yang berbeda pada setiap anak dilatar belakangi
oleh kemampuan intelektual anak tersebut. Maksudnya adalah, ada
anak yang lebih mudah belajar pada waktu-waktu tertentu seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Hintzman (1978) dalam Syah (2011: 65) berpendapat bahwa
“ Learning is a change in organism due to experience which can
affect the organism’s behavior” (belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri organisme, manusia, atau hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah
laku organism tersebut). Menurut pandangan Hintzman, perubahan
yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
15
belajar apabila mempengaruhi organisme. Secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
dilaksanakan secara terus menerus sehingga perubahan tersebut
dapat terlihat. Proses belajar tersebut dapat dilakukan kapanpun
sesuai kebiasaan anak.
2) Prinsip-prinsip Belajar
Djamarah (2002: 20) menyebutkan di dalam Teori Gestalt
terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar, diantaranya:
a) Belajar berdasarkan keseluruhan
Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, akan tetapi
merupakan satu keseluruhan. Bahan pelajaran yang telah lama
tersimpan di otak dihubung-hubungkan dengan bahan pelajaran
yang baru saja dikuasai, sehingga tidak terpisah dan berdiri
sendiri.
b) Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila
ia telah matang untuk menarima bahan pelajaran itu. Manusia
sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaanya
mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
16
jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena
lingkungan dan pengalaman.
c) Peserta didik sebagai organisme keseluruhan
Peserta didik tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga
emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern, selain
mengajar guru juga mendidik untuk membentuk pribadi peserta
didik.
d) Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian
pertama, yaitu memperoleh tanggapan yang tepat. Mudah atau
sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan.
Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka
dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lainya.
e) Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya. Misalnya, peserta didik terkena
api, kejadian ini menjadi pengalaman bagi peserta didik.
Karena api tersebut menyentuh kulitnya, ia merasa peanas dan
kulitnya mengelupas. Dari pengalamannya itu peserta didik
tidak akan mengulangi untuk bermain api. Dengan demikian,
belajar itu baru timbul apabila seseorang menemukan suatu
situasi/persoalan baru dalam kehidupannya. Dalam menanggapi
hal tersebut ia akan menggunakan semua pengalaman yang
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
17
telah dimilikinya, dengan kata lain peserta didik mengadakan
analisis reorganisasi pengalamannya.
f) Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dan
seseorang melihat pengertian tentang sangkut paut dan
hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung
suatu problem.
g) Belajar lebih berhasil bila berhubungan langsung dengan minat,
keinginan dan tujuan.
Hal itu terjadi bila banyak hubungan dengan apa yang
diperlukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Disekolah progresif, peserta didik diajak membicarakan tentang
proyek/unit agar mengetahui tujuan yang akan dicapai dan
yakin akan manfaatnya.
h) Belajar berlangsung terus menerus
Belajar tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga
diluar sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka untuk
memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, peserta
didik harus banyak belaja, tidak hanya di sekolah saja, akan
tetapi belajar diluar sekolah. Peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan atau pengalaman sendiri-sendiri dirumah atau
dimasyarakat.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
18
3) Prestasi Belajar
a) Pengertian Prestasi
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki
siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar (Hamdani (2011 :
138). Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam
bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami
proses belajar mengajar, sedangkan menurut Winkel (dalam
Hamdani, 2011 : 138) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar.
Kaplan (2005:317) dalam buku “Psychological Testing”
menyatakan, “Achievement test attempt to acsess what a person
has learned following a specific course of instruction”. Maknanya
adalah prestasi didapat seseorang apabila mengikuti perintah
pembelajaran. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang
diperoleh dalam kurun waktu tertentu oleh seorang peserta didik
dalam proses belajar mengajar dan dapat diketahui setelah evaluasi.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
19
b) Indikator Prestasi Belajar
Syah, (2011: 216) pada prinsipnya, pengungkapan prestasi
belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat pangalaman dan proses belajar siswa. Namun,
dalam mengungkapkan ranah tersebut sangat sulit. Hal ini
disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible
(tidak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru
dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan
perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Tabel 2.1
Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/ Jenis
Prestasi Indikator Cara Evaluasi
1. Ranah Cipta
(Kognitif)
1) Pengamatan
2) Ingatan
3) Pemahaman
1. Dapat menunjukan;
2. Dapat membandingkan;
3. Dapat menghubungkan.
1. Dapat menyebutkan;
2. Dapat menunjukan
Kembali.
1. Dapat menjelaskan;
2. Dapat mendefinisikan
dengan lisan sendiri.
1. Tes lisan;
2. Tes tertulis;
3. Observasi;
1. Tes lisan;
2. Tes tertulis;
3. Observasi
1. Tes lisan;
2. Tes tertulis;
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
20
4) Aplikasi/
Penerapan
5) Analisis
(pemeriksaan
dan
pemilihan
secara
teliti).
6) Sintesis
(membuat
paduan
Baru dan utuh)
1. Dapat memberikan
contoh;
2. Dapat menggunakan
secara tepat.
1. Dapat menguaraikan;
2. Dapat
mengklasifikasikan
Atau memilah-milih.
1. Dapat menghubungkan
materi-materi, sehingga
menjadi kesatuan baru;
2. Dapat menyimpulkan;
3. Dapat
menggeneralisasi-
kan (membuat prinsip
umum).
1. Tes lisan;
2. Pemberian
tugas;
3. Observasi;
1. Tes lisan;
2. Pemberian
tugas;
1. Tes lisan;
2. Pemberian
tugas;
(sumber rujukan Surya, 1982 ; Barlow, 1985 dalam Syah, 2011 : 217)
Penelitian tindakan yang dilakukan adalah peningkatan prestasi
belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengetahui cara evaluasi
prestasi siswa hanya menggunakan ranah kognitif saja seperti pada
tabel di atas yang telah memuat jenis, macam, dan cara evaluasi
prestasinya.
c) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
Hamdani (2011:139) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalan faktor yang berasal dari siswa. Faktor
ini antara lain sebagai berikut :
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
21
a) Kecerdasan, adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk meyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan
sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Tingkat
inteligensi sangat menentukan tingakat keberhasilan belajar
siswa, semakin tinggi inteligensi siswa, semakin tinggi
peluang untuk meraih prestasi yang tinggi pula. Oleh karena
itu, jelas bahwa faktor inteligensi merupakan suatu hal yang
tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Faktor jasmaniah atau faktor biologis, kondisi jasmani pada
umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang.
c) Sikap, yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap
suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau
acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
d) Minat, menurut para ahli psikologi adalah suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya
dengan perasaan, terutama perasaan senang. Minat belajar
yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
22
e) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
pada bidang studi tertentu.
f) Motivasi, yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut
mempengaruhi keberhasilan belajar.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan
sosial dan lingkungan non sosial. Yang termasuk lingkungan
social adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman
sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-
lain. Adapun yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah
gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar.
Menurut Slameto (2010 : 54) faktor ekstern meliputi :
1) Keadaan Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan
ekonomi keluarga. Hal yang disebutkan di atas memang
sangat memberikan pengaruh terhadap belajar anak,
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
23
misalnya orang tua yang acuh tak acuh dalam mendidik
anak untuk membiasakan belajar akan membuat anak
kurang berhasil dalam belajarnya.
2) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang penting dalam menentukan keberhasilan
siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat
mendorong siswa untuk belajar giat. Keadaan sekolah ini
meliputi cara penyajian, hubungan guru dengan siswa, alat-
alat pelajaran, dan kurikulum.
3) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa.Pengaruh itu terjadi
karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.Misalnya
teman bergaul, agar siswa dapat belajar dengan baik maka
perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul
yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup
bijaksana.
Dari beberapa faktor yang disebutkan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa penelitian ini berupaya meningkatkan
prestasi dari sisi sisa dan sekolah yaitu dengan penggunaan
model pembelajaran yang lebih mengaktifkan peran siswa
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
24
dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan prestasi
dapat ditingkatkan.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa, karena melalui
pembelajaran IPS siswa diarahkan untuk menjadi warga negara
Indonesia dengan baik, yaitu demokratis, nasionalis, bertanggung
jawab, dan menjunjung tinggi cinta damai yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan bermasyarakat. Mata pelajaran IPS merupakan mata
pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
Terdapat banyak persepsi tentang pengertian Studi Sosial
(terjemahan dari Social Studies) atau IPS dilingkungan pendidikan
kita. Menurut James A. Banks (dalam Sapriya, 2006 : 4) dalam
bukunya Teaching Strategies for The Social Studies memberikan
definisi social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar
dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu
para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan
masyarakatnya. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS disusun secara
sistemayi, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
25
menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan
bermasyarakat, sedangkanmenurut Savage (1996 : 9) definisi social
studies yaitu
“Social studies in the integrated study of the social sciences
and humanities to promote civic competence. Within the scool
program, social studies privides coordinated, systematic study
drawing upon such diciplines as anthropology, archaeology,
economics, geography, history, law, philosophy, political
science, psychology, religion, and sociology, as well as
appropriate content from the humanities, mathematics, and
natural sciences.
Maknanya adalah pembelajaran social gabungan dari pengetahhuan
social dan kemanusiaan untuk mempromosikan kompetensi
kewarganegaraan.Dengan program pembelajaran sosial sekolah,
pembelajaran sosial tergambarkan dari beberapa disiplin ilmu.
Disiplin ilmu yang terkandung dalam mata pelajaran IPS memberikan
sumbangsih berupa nilai-nilai yang bermanfaat untuk bergaul dengan
masyarakat, hal tersebut diperkuat dalam pengertian dari Jarolimek
dibuku Social Studies Competencies and skills (1977 : 6) “…. Social
studies education should and does have something to do with the
development of civic and citizenship knowledge, attitude, values, and
skills”. Menurut Nursid Sumaatmaja (dalam Sapriya, 2006 : 5) studi
sosial (social studies) berbeda dengan ilmu-ilmu sosial. Studi sosial
bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan
lebih merupakan suatu ilmu bidang pengkajian tentang gejala dan
masalah sosial, dengan definisi tersebut materi pembelajaran
Menghargai Keragaman Suku Bangsa Dan Budaya sangat cocok
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
26
dipadukan dengan model PBL karena dalam proses pembelajarannya
siswa akan lebih mudah memhami materi pelajaran apabila disajikan
dalam bentuk permasalahan, karena siswa akan dituntut untuk berpikir
kritis mengenai suatu masalah sosial.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan sosial
adalah ilmu sosial yang didalamnya terintegrasi berbagai macam
bidang ilmu dan berfungsi mentransmisikan nilai-nilai sosial melalui
pengetahuan dan pemahaman yang dialami seseorang sehingga
bermanfaat untuk masa datang.
2. Tujuan pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial
Pelajaran dalam sistem pendidikan selalu mempunyai tujuan yang
ingin dicapai termasuk mata pelajaran IPS. Savage (1996:9)
berpendapat bahwa “...The primary purpose of social studies is to
help young people develop the ability to make informed and reasoned
decisions for the public good as citizens of a culturally diverse,
democratic society in an interdependent world”, sedangkanmenurut
Trianto (2010 : 176) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memilki sikap mental yang
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Dari
rumusan tujuan tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
27
a) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
c) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan msalah yang
berkembang di masyarakat.
d) Menaruh perhatian terhadap isu-isu masalah sosial, serta mampu
membuat analisis kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan
yang tepat
e) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
f) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral
g) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan bersifat
menghakimi.
h) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya dan mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap
persoalan yang dihadapinya.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
28
i) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau
penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
(Puskur, 2006 : 4 dalam Trianto 2010 : 176)
Paparan penjelasan mengenai tujuan pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dari para ahli tersebut dapat didimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah membentuk dan
membina peserta didik untuk menjadi pribadi yang berkualitas
memiliki keterampilan, pengetahuan, kecerdasan berpikir dan
emosional, sehingga terbentuk warga negara yang baik sesuai harapan
masyarakat.
3. Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Menurut Sapriya (2011:48) program pendidikan IPS yang
komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi meliputi:
1) Dimensi pengetahuan
Secara konseptual, pengetahuan hendaknya mencakup : fakta,
konsep, dan generalisasi yang dipahami siswa.
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan
hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS,
diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya
yang terkait dengan kehidupannya. Konsep merupakan kata atau
frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap
kelompok fakta yang berkaitan. Beberapa contoh konsep menurut
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
29
disiplin ilmu-ilmu social, sebagai berikut : tradisi, perubahan,
kontinuitas, konflik, kooperasi kelompok, persepsi, dan lain-lain.
Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau
lebih konsep yang saling terkait. Misalnya apabila orang tidak mau
memlihara hewan peliharaannya, maka hewan tersebut pasti mati.
2) Dimensi keterampilan
Pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan
disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Oleh karena
itu berikut diuraikan sejumlah keterampilan yang diperlukan
sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS dalam proses
pembelajaran, keterampilan tersebut adalah :
(a) Keterampilan meneliti, keterampilan ini diperlukan untu
mengumpulkan dan mengolah data.
(b) Keterampilan berpikir. Sejumlah keterampilan berpikir banyak
berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi
dalam kehidupan masyarakat secara efektif. Untuk
mengembangkan keterampilan berpikir pada siswa perlu
adanya penguasaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus
dari keterampilan tersebut serta melatihnya di kelas.
(c) Keterampilan partisipasi sosial. Dalam belajar IPS, siswa perlu
dibelajarkan bagaimana brinteraksi dan bekerja sama dengan
orang lain. Beberapa keterampilan partisipasi sosial yang perlu
dibelajarkan oleh guru antara lain, berbuat efektif sabagai
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
30
anggota kelompok, menerima kritik dan saran, berbagi tugas
dan pekerjaan sebagai anggota kelompok, dan lain-lain.
(d) Keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran merupakan upaya
untuk mendewasakan seorang anak manusia. Salah satu cirri
orang yang dewasa adalah mereka yang mempu berkomunikasi
dengan orang lain dengan baik. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek
yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS.
3) Dimensi nilai dan sikap
Nilai yang ada di masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan
tingkat keragaman kelompok masyarakat. Untuk mengkaji nilai di
masyarakat, maka nilai dapat di bedakan atas nilai substansif dan
nilai prosedural.
Nilai substantive adalah keyakinan yang telah dipegang oleh
seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar mananamkan
atau menyampaikan informasi semata.Program pembelajaran IPS
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan, merefleksikan, dan mengartikulasikan nilai-nilai
yang dianutnya.
Nilai prosedural-nilai prosedural yang perlu dilatih atau
dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran,
menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
31
4) Dimensi tindakan.
Tindakan sosial merupakan dimensi IPS yang penting karena
tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif.
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning
a. Pengertian Model PBL
PBL adalah model pembelajaran yang menawarkan kebebasan
siswa dalam proses pembelajaran. PBL mengambil psikologi kognitif
sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang
sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa
pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun
peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah kadang-kadang juga
melibatkan diri dalam menjelaskan kepada siswa namun guru disini
hanya sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat
berpikir sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Sugiyanto
(2009 : 152). Masalah yang dibahas adalah permasalahan nyata yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, jadi siswa akan lebih mudah
memahami dan memecahkan permasalahan tersebut, seperti dalam
penjelasan E. de Graff and A. Kolmos (2003 : 658)
“Problem-based learning is an educational approach
whereby the problem is the startingpoint of the learning process.
The type of problem is dependent on the specific organisation.
Usually, the problems are based on real-life problems which
have been selected and edited to meet educational objectives
and criteria”.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
32
sedangkan menurut Panen, dalam Rusmono (2012 : 74) mengatakan
dalam strategi pembelajaran PBL, siswa diharapkan untuk terlibat
dalam proses penelitian yang mengharuskan untuk mengidentifikasi
permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut
untuk pemecahan masalah. Smith & Ragan, dikutip Visser (Rusmono
2012 : 74) mengatakan bahwa strategi pembelajaran dengan PBL
merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu
mata pelajaran pada seluruh kurikulum. PBL memusatkan pada
masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru
menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog (Jauhar 2011 : 86)
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran PBL
adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
untuk memecahkan masalah secara kelompok yang disajikan oleh
guru, guru disini hanya berkedudukan sebagai fasilitator dalam
pembelajaran yang turut serta dalam kelancaran proses pembelajaran.
b. Ciri-ciri Model PBL
Menurut Baron, dalam Rusmono (2012 : 74) PBL memiliki ciri-
ciri yaitu :
1) Menggunakan permasalahan dalam dunia nyata
2) Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah
3) Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa
4) Guru berperan sebagai fasilitator
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
33
Ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL dan
perilaku yang dibutuhkan oleh guru. Untuk masing-masing tahapnya
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran PBL
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Memberikan
orientasi tentang
permasalahannya
kepada siswa
Guru membahas tujuan pelajaran,
mendeskripsikan dan memotivasi siswa
untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi
masalah.
Fase 2 : Mengorganisasikan
siswa untuk
meneliti.
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas-tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya.
Fase 3 : Membantu
investigasi mandiri
dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi.
Fase 4 : Mengembangkan
dan
mempresentasikan
hasil
Guru membantu siswa dalam
menerapkan dan menyiapkan hasil-hasil
yang tepat, seperti laporan, rekaman,
video, dan model-model dan membantu
mereka untuk menyampaikan kepada
orang lain.
Fase 5 : Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap investigasinya dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber (Sugiyanto (2009 : 159)
Perilaku yang diinginkan dari guru dan siswa, yang
berhubungan dengan masing-masing fase, dideskripsikan dengan lebih
terperinci sebagai berikut:
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
34
1) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa.
Pada awal pembelajaran PBL, seperti semua tipe pelajaran
lainnya, guru seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas
maksud pelajarannya, membangun sikap positif terhadap
pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan
untuk dilakukan oleh siswa. Untuk siswa yang belum pernah
terlibat PBL, guru harus menjelaskan proses dan prosedur model
itu secara terperinci. Hal-hal yang perlu dielaborasi antara lain :
a) Tujuan utama pelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah
besar informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai
permasalahan penting dan menjadi pelajar yang mandiri.
b) Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak
memiliki jawaban yang mutlak “benar” dan sebagian besar
permasalahan kompleks memiliki banyak solusi yang
kadang-kadang saling bertentangan
c) Selama fase investigative pelajaran, siswa akan didorong
untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi. Guru
akan memberikan bantuan, tetapi siswa mestinya berusaha
bekerja secara mandiri atau dengan teman-temannya.
d) Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, siswa
akandidorong untuk mengekspresikan ide-idenya secara
terbuka dan bebas. Tidak adaide yang akan ditertawakan
oleh guru maupun teman sekelas. Semua siswa akan diberi
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
35
kesempatan untuk berkontribusi dalam investigasi dan
mengekspersikan ide-idenya.
2) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan
keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka
untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama.PBL juga
mengharuskan guru untuk membantu siswa untuk merencanakan
tugas investigative dan pelapornya.
3) Perencanaan kooperatif
Setelah siswa menerima orientasi tentang situasi
bermasalah yang dimaksud dan telah membentuk tim-tim studi,
guru dan siswa harus meluangkan waktu yang cukup untuk
menetapkan sub-sub topik, tugas-tugas investigative, dan jadwal
yang spesifik.
4) Investigasi, pengumpulan data, dan eksperimentasi
Aspek investigasi ini sangat penting. Langkah inilah yang
digunakan guru untuk mendorong siswa mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen mental atau aktual sampai mereka
memahami sepenuhnya dimensi-dimensi situasi bermasalahnya.
Maksudnya agar siswa mengumpulkan informasi yang cukup
untuk menciptakan dan mengonstruksikan ide-idenya sendiri.
Fase pelajaran ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang
masalah itu dalam buku. Guru seharusnya membantu siswa dalam
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
36
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dan mereka
seharusnya menyodorkan berbagai pertanyaan untuk membuat
siswa memikirkan tentang permasalahan itu dan tentang jenis
informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada solusi yang
defensible (dapat dipertahankan).
5) Mengembangkan hipotesa, menjelaskan, dan memberi solusi
Selama fase ini, guru mendorong segala macam ide dan
menerima sepenuhnya ide-ide itu. Seperti fase pengumpulan data
dan eksperimentasi, guru terus memberikan berbagai pertanyaan
yang membuat siswa memikirkan tentang kekuatan hipotesis dan
solusi mereka dan tentang kualitas informasi yang telah mereka
kumpulkan.
c. Penilaian Model PBL
Penilaian dalam PBL dikatakan Baron (Rusmono 2012 : 77)
meliputi penilaian oleh siswa, guru, dan teman sebaya. Penilaian oleh
siswa, yaitu setiap siswa diberi kuesioner oleh sekolah untuk menilai
penampilan kelompok, setiap siswa membuat catatan sendiri langkah-
langkah kegiatan yang dilakukan dalam kelompok dan perorangan,
termasuk komentar. Penilaian oleh guru, meliputi guru mengadakan
ujian tertulis atau lisan. Penilaian teman sebaya dilakukan dengan
menggunakan lembaran penilaian untuk setiap siswa yang disiapkan
oleh sekolah mengenai bagian-bagian yang akan dinilai, seperti
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
37
mendapatkan pengetahuan, kontribusi terhadap proses, dan pemahaman
terhadap permasalahan.
d. Manfaat Model PBL
PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar
yang otonom dan mandiri (Jauhar, 2011 : 88). Penjelasan mengenai
manfaat dari model PBL tersebut dapat diketahui bahwa model
pembelajaran ini sangat baik untuk melatih siswa belajar pemahaman
mengenai sebuah pemecahan masalah, sehingga siswa akan terbiasa
untuk berpikir aktif menyelesaikan masalah. Siswa yang terbiasa
dengan berpikir aktif akan membentuk siswa lebih mandiri dalam
melakukan berbagai hal.
e. Kelebihan dan Kekurangan PBL
a) Kelebihan PBL
(1) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
(2) Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.
(3) Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
b) Kekurangan PBL
(1) Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak
dapat tercapai.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
38
(2) Membutuhkan banyak waktu, dan dana.
(3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
ini.
B. Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, yaitu :
1. Penelitian oleh Darmawan dari UPI Kampus Serang, dengan judul
penelitian “penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS di
MI Darussaadah Pandeglang”. Penelitian tersebut dilaksanakan dalam tiga
siklus, dengan hasil sebagai berikut berdasarkan hasil observasi dan studi
dokumentasi yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa dan
hasil belajar siswa pada konsep peristiwa alam dengan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah (PBM) diperoleh data bahwa nilai tes akhir
siswa dalam pembelajaran konsep sumber daya alam menggunakan model
PBM mengalami peningkatan yang berarti dibanding sebelum dilakukan
tindakan sebesar 5,9, setelah diberi tindakan pada siklus pertama diperoleh
nilai 6,4, siklus kedua meningkat sebesar 7,2, dan pada siklus ke tiga
menningkat lagi sebesar 7,8. (Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11 No 2
Oktober 2010).
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
39
C. Kerangka Pikir
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilaksanakan
secara terus menerus sehingga perubahan tersebut dapat terlihat. Berkaitan
dengan proses pembelajaran IPS, pendidikan karakter khususnya rasa
nasionalisme sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat kebangsaan
dan rasa kebersamaan di dalam proses pembelajaran. Dari hasil wawancara
dengan guru kelas IV, rasa nasionalisme itu perlu dikembangkan mengingat
sekarang peserta didik banyak yang kurang memiliki rasa nasionalisme, hal itu
tercermin dari adanya sikap yang kurang tertib dan khidmat siswa pada saat
pelaksanaan upacara bendera, adanya siswa yang tidak mengetahui hasil
budaya bangsa beserta daerah asalnya, kurangnya pajangan gambar mengenai
hasil kebudayaan.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan menggunakan model
pembelajaran inovatif salah satunya yaitu PBL. Model pembelajaran PBL
dapat mengembangkan prestasi dan rasa nasionalisme dalam pembelajaran IPS,
karena model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah untuk dibahas secara
kelompok melibatkan siswa secara langsung, dengan itu siswa akan mudah
memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013
40
Penjelasan di atas, dapat disusun skema sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan analisis teori dan kerangka berpikir diatas, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : ”Melalui Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan prestasi
belajar IPSdi Kelas IV SD Negeri 1 Klahang”.
Input
Proses
Hasil
1. Meningkatnya
prestasi siswa
ditandai
dengan
meningkatnya
jumlah siswa
yang nilainya
mencapai
KKM
2. Meningkatnya
rasa
nasionalisme
siswa.
1. Penerapan
model PBL
pada
pembelajaran
IPS
1. Masih banyak
nilai siswa
dibawah KKM
2. Materi belajar
yang terlalu luas
dan teoritis
sedangkan waktu
minim
3. Model masih
konvensional
4. Sikap siswa yang
kurang
menunjukkan
rasa nasionalisme
Peningkatan Rasa Nasionalisme..., Dwi Rahmawati, FKIP UMP, 2013