BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB...

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Bermain Drama Berbicara tentang peningkatan keterampilan memerankan tokoh dalam drama, semua tak lepas dari pengertian keterampilan itu sendiri, kemudian karakteristik subjek pemeran tokoh dalam drama, sampai lebih jauh mengenal tentang drama. a. Pengertian Keterampilan Dalam rangka meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di sekolah dasar, maka salah satu faktor penunjang hal ini adalah keterampilan yang dimiliki siswa. Terutama dalam kegiatan pembelajaran yang memiliki aspek psikomotor yang tinggi. Seperti pembelajaran tentang memerankan tokoh dalam drama yang terdapat dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Dalam memerankan tokoh dalam drama yang dilakukan oleh siswa memanglah lebih ditekankan pada sisi keterampilan. Dari unsur sastra dalam drama seperti lafal, intonasi, kemudian dari unsur teater (seni pementasan) seperti ekspresi, penghayatan, dan aspek lainnya, memanglah lebih didominasi oleh unsur psikomotor didalamnya. Meskipun aspek kognitif dan afektif ikut pula dalam hal ini, namun peningkatan pembelajaran memerankan tokoh dalam drama lebih ditekankan pada aspek psikomotorik sebagai Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Keterampilan Bermain Drama

Berbicara tentang peningkatan keterampilan memerankan tokoh

dalam drama, semua tak lepas dari pengertian keterampilan itu sendiri,

kemudian karakteristik subjek pemeran tokoh dalam drama, sampai lebih

jauh mengenal tentang drama.

a. Pengertian Keterampilan

Dalam rangka meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di

sekolah dasar, maka salah satu faktor penunjang hal ini adalah

keterampilan yang dimiliki siswa. Terutama dalam kegiatan

pembelajaran yang memiliki aspek psikomotor yang tinggi. Seperti

pembelajaran tentang memerankan tokoh dalam drama yang terdapat

dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar.

Dalam memerankan tokoh dalam drama yang dilakukan oleh

siswa memanglah lebih ditekankan pada sisi keterampilan. Dari

unsur sastra dalam drama seperti lafal, intonasi, kemudian dari unsur

teater (seni pementasan) seperti ekspresi, penghayatan, dan aspek

lainnya, memanglah lebih didominasi oleh unsur psikomotor

didalamnya. Meskipun aspek kognitif dan afektif ikut pula dalam hal

ini, namun peningkatan pembelajaran memerankan tokoh dalam

drama lebih ditekankan pada aspek psikomotorik sebagai

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

keterampilan siswa karena pembelajaran ini dituntut adanya action

di atas panggung.

Terampil itu sendiri memilki makna cakap dalam

menyelesaikan tugas, keterampilan berarti kecakapan untuk

menyelesaikan tugas.

Dalam hal ini, pengertian keterampilan yang dimaksud lebih

spesifik kepada siswa sekolah dasar, atau secara psikologis pada

masa sekolah (6,0 – 12,0 tahun). Tingkatan keterampilan maupun

perkembangan pada masa sekolah berbeda dengan orang dewasa.

Aspek yang menjadikan ciri khusus pada perkembangan masa

sekolah adalah sebagai berikut:

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan

permainan. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar

dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Pada masa

sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga

sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi, dan permainan-

permainan ringan, seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan

sebagainya.

b. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin

akan semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan

tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

perempuan mengikuti permainannya yang khas laki-laki, seperti

main kelereng, main bola, dan layang-layang.

c. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Apabila kita telah

melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dan

mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan

mengenai pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep

(tanggapan).

Dari ciri khusus dari perkembangan pada masa sekolah di atas,

berhubungan dengan adanya pembelajaran tentang memerankan

tokoh dalam drama, maka jenis drama yang akan diaplikasikan

terhadap siswa pun memperhatikan ciri dan karakter siswa. Seperti

halnya ekspresi dalam aspek drama yang mampu menunjang

perkembangan siswa, pemilihan tokoh dalam drama yang

berkesesuaian dengan gender siswa, dan pemilihan skenario drama

yang sederhana dan jelas memberikan nilai moral yang baik.

b. Pembelajaran Drama di Sekolah Dasar

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Syaiful Sagala,

2011: 61). Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan

aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-

mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan

memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning)

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

agar proses belajar lebih memadai. Hal ini juga akan terjadi dalam

pembelajaran drama di sekolah dasar, karena dalam pembelajaran ini

guru tidak hanya menyampaikan materi, tapi juga memfasilitasi,

bahkan lebih dalam memahami karakter siswa tiap individu. Dalam

pembelajaran memerankan tokoh dalam drama, selain guru menjadi

fasilitator dan pembingbing, siswa juga memiliki peranan aktif yang

besar karena siswa akan perform secara aktif memerankan drama.

Drama pada sekolah dasar, yang ada dalam sub materi di

pelajaran Bahasa Indonesia, berbeda dengan drama pada umumnya

yang diperankan orang dewasa di atas panggung. Tokoh yang

bermain pada drama di sekolah dasar adalah anak-anak, yang

memiliki karakter seperti yang peneliti jelaskan sebelumnya. Dalam

dunia drama, drama di sekolah dasar ini disebut drama anak-anak

dan creative dramatic.

Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan

untuk penonton yang terdiri dari anak-anak, dengan lakon yang

disuguhkan secara cermat oleh aktor-aktor yang memenuhi syarat

sebagai aktor.Creative dramaticadalah drama yang dimainkan oleh

anak-anak, yang dipergunakan sebagai media pendidikan anak-anak.

Menurut Sumantri Sastrowondho, yang menjadi tujuan dalam

creative dramatic bukanlah publik, tetapi adalah proses dari

penyelenggaraan drama itu sendiri bagi para peserta yang terdiri dari

anak-anak.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

Dari pengertian tersebut, bahwa drama dalam sub materi

memerankan tokoh dalam drama yang ada dalam pembelajaran

sekolah dasar, bahwa drama itu sendiri memiliki pengertian drama

sebagai drama anak-anak dan creative dramatic. Sebagai drama

anak-anak yang mampu memberikan tontonan kepada anak-anak,

sehingga memberikan pesan moral dan hiburan melalui pertunjukan

drama. Sebagai creative dramatic karena siswa yang memerankan

tokoh dalam drama dijadikan fokus utama dalam pengembangan

kegiatan memerankan tokoh dalam drama.

c. Bermain Drama dalam Pementasan

Ada tiga pihak yang saling berkaitan dalam pementasan:

sutradara, pemain, dan penonton. Dalam penelitian ini sutradara bisa

diperankan guru dan peneliti, sementara pemain dan penonton adalah

seluruh siswa di dalam kelas. Mereka tidak mungkin bertemu jika

tidak ada naskah (teks). Secara praktis, pementasan bermula dari

naskah yang dipilih oleh sutradara atau guru dan peneliti, tentunya

setelah melalui proses studi. Sampai di sini, persoalan drama dalam

dimensi pementasan masih terlihat sederhana. Karena setelah ini,

penonton (terutama yang awam) menjadi tabu melihat drama telah

menjadi suatu seni pertunjukan yang siap dinikmati.

Dari semua unsur yang memungkinkan sebuah drama dapat

dipentaskan manjadi satu seni pertunjukan, maka dapat dipilah-pilah

menjadi dua bagian besar, yaitu (1) unsur utama, terdiri dari

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton, serta

(2) sarana pendukung, yang terdiri dari pentas dan komposisinya,

kostum (busana), tata rias, pencahayaan, serta tatasuara, dan ilustrasi

musik. Kesemua unsur ini, jika dilihat dari cara membaginya, yang

dikategorikan sebagai unsur utama adalah unsur manusia, sedangkan

unsur sarana pendukung adalah unsur kebendaan atau barang. Maka,

efektif tidaknya unsur sarana pendukung amat tergantung pada

bagian unsur utama mengelolanya. Harus disadari tanpa bantuan

sarana pendukung, bisa saja sebuah pementasan drama tidak menarik

untuk dinikmati. Bayangkan saja jika pementasan menuntut

tampilnya seorang tokoh raja, atau tokoh yang dituntut seorang tua

(kakek-kakek atau nenek-nenek), sementara pemain seluruhnya

muda-muda, atau tempat dan ruang yang sedang dipentaskan

menuntut menggambarkan suasana di kamar tidur, sedangkan yang

disaksikan penonton panggung masih di dekor sebagai ruang tamu,

dan lain-lain. Berdasarkan hal itu, unsur sarana pendukung tidak bisa

diabaikan, melainkan dipelajari dan dikaji sehingga ketika

dipergunakan untuk pementasan suatu drama, unsur ini menjadi tepat

guna.

d. Hakikat Drama

Pengertian tentang drama yang dikenal selama ini, misalnya

dengan menyebutkan bahwa drama adalah cerita atau tiruan perilaku

manusia yang dipentaskan tidaklah salah. Hal ini disebabkan jika

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

ditinjau dari kata drama itu sendiri, pengertian drama di atas

dianggap tepat. Kata drama berasal dari Bahasa Yunani yaitu

draoma yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan

sebagainya. Jadi dramaberarti perbuatan atau tindakan. Berdasarkan

kenyataan ini memang drama sebagai suatu pengertian lebih

difokuskan kepada dimensi seni pertunjukannya dibanding dimensi

genre sastranya. Beberapa pengertian tentang drama yang akan

diungkapkan berikut ini akan menunjukan bahwa dimensi drama

sebagai seni pertunjukan lebih mendominasi dibanding dimensi

genre sastranya.

Menurut Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen, drama

adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus

melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Adapun

pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan

dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang

diekspresikan secara langsung. Dari beberapa pengertian yang telah

diungkapkan tersebut tidak terlihat perumusan yang mengarahkan

pengertian drama kepada pengertian drama ke dimensi sastranya.

Padahal meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan,

tidaklah berarti bahwa semua karya drama yang ditulis oleh

pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun karya

drama tetap dipahami, dimengerti dan dinikmati. Tentulah

pemahaman dan penikmatan atas karya drama tersebut lebih pada

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

aspek cerita sebagai genre sastra, dan bukan sebagai karya seni

lakon. Oleh sebab itu dengan mengabaikan aspek sastra di dalam

drama hanya akan memberikan gambaran yang tidak menyeluruh

terhadap suatu bentuk seni yang disebut drama.

Pengertian drama yang dikenal selama ini, yang hanya

diarahkan pada dimensi seni pertunjukan atau seni lakon, ternyata

memberikan cerita yang kurang baik terhadap drama, khususnya

bagi masyarakan Indonesia. Konsepsi drama adalah peniruan atau

tindakan yang tidak sebenarnya, berpura-pura di atas pentas,

menghasilkan idiom-idiom yang menunjukan bahwa drama bukanlah

drama dianggap “sesuatu” yang serius dan berwibawa. Pernyataan

seperti “Janganlah kamu bersandiwara!”atau “Pemilihan pimpinan

organisasi merupakan panggung drama saja!”,menujukan istilah

drama atau sandiwara dipakai untuk ejekan ketidakseriusan. Harus

diluruskan pengertian “peniruan” di dalam drama agar tidak

disalahartikan oleh masyarakat. Di samping itu, kenyataan ini

tentulah amat bertentangan dengan hakikat sastra bahwa kebenaran,

keseriusan merupakan hal-hal yang dibicarakan di dalam sastra.

Dengan demikian, drama sebagai salah satu genre sastra seharusnya

dipahami bahwa di dalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran dan

keseriusan, bukan sekedar “permainan” belaka.

Seperti yang diketahui, bahwa dalam kehidupan masyarakat,

sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu; (1) Fungsi rekreatif, yaitu

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat

atau pembacanya, (2) Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu

mengarahkan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai

kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya, (3) Fungsi

estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi

penikmat/pembaca karena sifat keindahannya, (4) Fungsi moralitas,

yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada

pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk,

karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi, dan

(5) Fungsi religius, yaitu sastra mampu menghasilkan karya-karya

yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para

penikmat/pembaca sastra.

Sebagai salah satu karya yang mempunyai dua dimensi, maka

pementasan harus dianggap sebagai penafsiran lain dari penafsiran

yang telah ada yang dapat ditarik dari suatu karya drama. Dengan

kata lain penafsiran ini memberikan kepada drama sebagai

penafsiran kedua. Maksud dari pernyataan ini adalah, pementasan

baru dimungkinkan terjadi jika teks drama telah ditelaah dan

ditafsirkan oleh sutradara dan (pemain untuk kepentingan suatu seni

peran yang didukung oleh perangkat panggung, seperti dekor,

kostum, tata rias, pencahayaan, dan lain-lainnya). Sesuatu yang

terjadi di atas panggung tidak termasuk pada teori drama sebagai

genre sastra, melainkan pada ilmu drama sebagai suatu seni

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

pertunjukan, yang oleh banyak pihak pada saat ini disebut dengan

istilah teater. Dengan demikian, hasil penafsiran sutradara dan

pemain yang kemudian menjadi seni pertunjukan dari suatu teks

drama memberikan pemahaman lain bagi peneliti atau mereka yang

sedang mengkaji teks drama, disamping peneliti atau mereka yang

sedang mengkaji teks drama, disamping pemahaman yang telah

dimiliki dari pembacaan teks drama. Sehingga, bukan sebaliknyalah

yang harus terjadi, yaitu menempatkan hasil penafsiran sutradara dan

para pemain teks drama yang kemudian menjadi seni pertunjukan

sebagai dasar untuk memahami teks drama dari sudut dimensi sastra.

Demikianlah, pengertian terhadap drama sebaiknya memang

dengan menempatkan kesadaran bahwa drama adalah karya yang

memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu (1) dimensi sastradan (2)

dimensi seni pertunjukan. Pemahaman terhadap masing-masing

dimensi wajar jika berbeda karena unsur-unsur yang membangun

dan membentuk drama pada masing-masing memang berbeda.

Meskipun berbeda, pemahaman drama pada satu dimensi akan

memberikan bantuan bagi pemahaman dimensi lainnya. Pada

akhirnya, pemahaman itu akan mengeras pada pemahaman yang

menyeluruh terhadap drama sebagai karya dua dimensi tersebut.

Berdasarkan karakteristik drama yang demikian dapat

diketahui secara lebih terperinci hal-hal yang khusus terdapat pada

drama tetapi tidak ditemukan genre sastra lainnya, misalnya pada

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

fiksi maupun pada puisi. Dan hasil perbandingan antara genre sastra

drama dengan genre sastra fiksi dan puisi didapatkan kekhususan

karakteristik drama sebagi berikut.

1. Drama, karena karakteristiknya, penggambaran unsur-unsur

pembangunnya dari segi genre sastra terasa lebih lugas, lebih

tajam, dan lebih detil, terutama unsur perwatakan dan

penokohan. Hal ini pulalah yang menyebabkan penerjemahan

teks drama ke dalam unsur visualisasi terasa lebih intens.

Perhatikan unsur ujaran, gerak dan perilaku para tokoh, jauh

lebih hidup, dan berkarakter tegas dibanding dengan ujaran,

gerak, dan perilaku tokoh dalam genre fiksi.

2. Pengarang tidak dapat secara leluasa mengembangkan

kemampuan imajinasinya di dalam drama. Artinya jika

pengarang ingin melukiskan suatu kehidupan di alam tertentu

yang secara konfensional belum dapat diterima logika umum

amatlah sulit. Paparan menjadi terbatas dikarenakan hal tersebut

harus mempertimbangkan penyampaiannya dalam bentuk

dialog.

3. Dalam dimensi sebagai seni pertunjukan, drama dapat memberi

pengaruh emosional yang lebih besar dan terarah kepada

penikmat (audiens) jika dibandingkan dengan genre sastra

lainnya.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

4. Keterkaitan dimensi sastra dengan dimensi seni pertunjukan

mengharuskan para aktor dan pemain “menghidupkan” tokoh-

tokoh yang digambarkan pengarangnya lewat apa yang di apa

yang diucapkan tokoh-tokoh tersebut dalam bentuk dialog-

dialog.

5. Unsur panggung memang membatasi pengarang drama dalam

menuangkan imajinasinya. Namun demikian panggung juga

memberi kesempatan sepenughnya kepada pengarang untuk

dapat mempergunakannya supaya menarik dan memuaskan

perhatian penikmat dan penonton pada suatu situasi tertentu,

yaitu situasi panggung.

6. Bentuk yang khusus dari drama ialah keseluruhan peristiwa

yang disampaikan melalui dialog.

7. Konflik kemanusiaan menjadi syarat mutlak. Bentuk dialoglah

yang menuntun adanya konflik tersebut di dalam drama.

8. Ada anggapan bahwa drama tidaklah dapat dianggap sebagai

suatu genre murni sebagaimana genre fiksi dan puisi.

9. Sebagaimana kemungkinan pemberi penafsiran kedua, dimensi

seni pertunjukan pada drama, disamping memiliki nilai

keunggulan memiliki pula nilai kekurangan. Keunggulannya

adalah peristiwa dapat disaksikan langsung secara konkret,

sedangkan kelemahannya drama tidak dapat dinikmati kedua

kalinya seperti genre sastra dalam fiksi dan puisi.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

10. Sutradara, aktor, dan pendukung pementasan harus secara arif

menafsirkan dan berusaha setuntas mungkinuntuk

memfisualisasikan tuntutan teks drama.

Di dalam drama dialog memilki fungsi sebagai sarana primer

yang dijabarkan ke dalam satuan-satuan pikiran, akan di dapatkan

rumusan-rumusan sederhana sebagaimana yang diuraikan pada

pembahasan berikut ini.

1. Sarana universal, dialog sebagai sarana primer di dalam drama

berfungsi sebagai wadah bagi pengarang untuk menyampaikan

informasi, menjelaskan fakta atau ide-ide utama.

2. Alur adalah rentetan peristiwa yang satu dengan peristiwa yang

lain dalam hubungan sebab akiat.

3. Dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh atau

pelaku.

4. Menciptakan serta melukiskan suasana merupakan fungsi

lainnya dari dialog di dalam drama.

5. Dialog juga menentukan dan dapat mengatur tempo permainan.

6. Sebagai suatu genre sastra ada unsur yang baru dapat ditemukan

setelah unsur-unsur intrinsik lainnya dipahami oleh pembaca

dan atau penonton.

e. Unsur Intrinsik Drama

Jika dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama

dapat dikatakan “kurang sempurna”. Di dalam drama tidak

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

ditemukan unsur adanya unsur pencerita, sebagaimana terdapat di

dalam fiksi. Alur di dalam drama lebih dapat ditelusuri melalui

motivasi yang merupakan alasan untuk munculnya suatu peristiwa.

Motivasi di dalam menjadi penting karena aspek ini sudah menjadi

perhatian pengarang sewaktu karya drama ditulis. Meskipun dalam

menulis pengarang dapat menggunakan kebebasan daya cipta yang

dimilikinya, ia tetap harus memikirkan kemungkinan dapat

terjadinya laku (action) di pentas. Faktor laku merupakan wujud

lakon, dan motivasilah yang merupakan landasannya. Aspek inilah

yang menyebabkan drama mempunyai sedikit “keterbatasan”

dibanding fiksi.

1) Tokoh, Peran, dan Karakter

Dalam hal penokohan, di dalamnya termasuk hal-hal yang

berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh,

(aspek fisiologis),keadaan kejiwaan tokoh (aspek

sosiologi),serta karakter tokoh. Hal-hal yang termasuk di dalam

permasalahan penokohan ini saling berhubungan dalam upaya

membangun permasalahan-permasalahan atau konflik-konflik

kemanusiaan yang merupakan persyaratan utama drama. Bahkan

di dalam drama, unsur penokohan merupakan aspek penting.

Selain melalui aspek inilah aspek-aspek lain di dalam drama

dimungkinkan berkembang, unsur penokohan di dalam drama

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

terkesan lebih tegas dan jelas pengungkapannya dibanding

dengan fiksi.

2) Motivasi, Konflik, Peristiwa, dan Alur

Permasalahan-permasalah drama, disamping dapat

dibangun melalui pertemuan dua tokoh atau sekelompok tokoh

yang memerankan peran yang berbeda, juga dapat dibangun

melalui laku. Pada segi pementasan, unsur laku terasa lebih jelas

dan konkret, dibanding pada teksnya. Hal ini menjadi jelas

karena unsur laku di atas pentas merupakan tindakan

pemvisualisasian.

Laku dapat dipahami sebagai gerakan atau tindakan tokoh-

tokoh. Gerakan atau tindakan-tindakan tokoh berikutnya dapat

membentuk suatu peristiwa. Pada hakikatnya pun, gerakan atau

tindakan para tokoh itu sendiri merupakan suatu kejadian yang

dapat dikaitkan telah berlangsung jika seseorang tokoh atau

sekelompok tokoh melakukan kegiatan pada suatu tempat dan

pada suatu waktu tertentu. Peristiwa-peristiwa atau pada

kejadiannya membentuk permasalahan-permasalahan drama.

Peristiwa di dalam drama, merupakan salah satu unsurnya,

sulitlah dibayangkan sebuah karya fiksional disampaikan tanpa

adanya peristiwa atau kejadian. Dalam memahami peristiwa di

dalam drama harus disadari sepenuhnya bahwa peristiwa

tidaklah terjadi begitu saja, secara tiba-tiba tau serta-merta.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

Setiap peristiwa yang berlaku atau yang terjadi selalu

mempunyai hubungan sebab akibat. Sesuatu peristiwa akan

terjadi jika disebabkan oleh suatu hal atau hal yang menjadi

alasan peristiwa itu terjadi. Di samping itu, setiap peristiwa yang

berlaku akan menimbulkan akibat tertentu yang mungkin saja

berupa munculnya peristiwa-peristiwa baru.

Suatu tindakan, perbuatan atau laku tidak mungkin

dilakukan begitu saja dan tiba-tiba oleh para tokoh. Harus ada

alasan (logika imajinatif) tentang laku tersebut dilakukan oleh

tokoh. Alasan tentang suatu laku atau juga suatu peristiwa

terjadi dapat disebutkan dengan istilah motivasi. Laku

merupakan perwujudan drama, maka laku atau satuan peristiwa

harus dijelaskan melalui kerangka unsur dan totalitas tentang hal

tersebut terjadi. Oleh sebab itu, motivasi merupakan dasar laku,

keseluruhan stimulus yang menjadi sebab pelaku (seorang atau

sekelompok orang) mengadakan respons-respons. Motivasidapat

muncul dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut.

(a) Kecenderungan-kecenderungan dasar (basic instinct) yang

dimilki manusia, misalnya kecenderungan untuk dikenal,

untuk memperoleh suatu pengalaman tertentu, suatu

pemuasan libido tertentu.

(b) Situasi yang melingkupi manusia, yaitu keadaan fisik dan

keadaan sosial.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

(c) Interaksi sosial, yaitu rangsangan yang ditimbulkan karena

hubungan sesama manusia.

(d) Watak manusia itu sendiri, sifat-sifat intelektualnya,

emosionalnya, persepsi dan resepsinya, dan ekspresif serta

sosial kulturalnya.

3) Latar dan Ruang

Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai

karya fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan

dan alur. Jika permasalahan drama sudah diketahui melalui alur

atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas suasana,

tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku. Latar dan ruang di

dalam drama memperjelas pembaca untuk mengidentifikasikan

permasalahan drama.

Secara langsung latar berkaitan dengan penokohan dan

alur. Sehubungan dengan itu, latar harus saling menunjang

dengan alur dan penokohan dalam membangun permasalahan

dan konflik. Latar yang konkret biasanya berhubungan dengan

tokoh-tokoh yang konkret dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

Sebaliknya latar yang abstrak akan berhunungan dengan

peristiwa yang abstrak dengan tokoh-tokoh yang abstrak pula.

4) Penggarapan Bahasa

Di dalam sebuah drama, dialog merupakan situasi bahasa

utama, namun pengertian penggarapan bahasa di sini bukanlah

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

tentang dialog itu sendiri, melainkan bagaimana bahasa

dipergunakan pengarang sehingga terjadi situasi bahasa.

Tentang bahasa dipergunakan barangkali menyangkut tentang

gaya. Mungkin lebih tepat jika yang dimaksudkan dengan

penggarapan bahasa adalah yang biasa disebut dengan style.

Ada tujuh ciri bahasa tulis. Di dalam ketujuh ciri bahasa

tulis itu terkandung keunggulan dan kelemahannya. Bahasa tulis

jika dibandingkan dengan bahasa lisan, telah kehilangan unsur

penunjang, seperti isyarat, ekspresi, intonasi, serta peragaan.

Sebenarnya di dalam kekurangan itu terdapat celah untuk

pengarang yang kreatif dapat menyampaikan permasalahan-

permasalahan drama. Pengarang diharapkan harus

mengungkapkan permasalahan secermat dan teliti mungkin,

sehingga tersusunlah bahasa yang rapi dan indah sebagai salah

satu ciri karya sastra. Dengan kreatifitasnya, pengarang

memanfaatkan kekurangan bahasa tulis untuk menciptakan

situasi sastra yang ambigu yang juga menjadi ciri khas karya

sastra.

5) Tema (Premisse) dan Amanat

Tema dan amanat dapat dirumuskan dari berbagai

peristiwa, penokohan, dan latar. Tema adalah inti permasalahan

yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya. Oleh

sebab itu, terra merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

yang terkait dengan penokohan dan latar. Dalam sebuah drama

terdapat banyak peristiwa yang masing-masingnya mengemban

permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari

permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan ini juga

dapat muncul melalui perilaku-perilaku para tokoh ceritanya

yang terkait dengan latar dan ruang. Amanat di dalam drama

dapat terjadi lebih dari satu, asal semua itu terkait dengan tema.

Pencarian amanat pada dasarnya identik atau sejalan dengan

teknik pencarian tema. Oleh sebab itu, amanat juga merupakan

kristalistik dari berbagai peristiwa, perilaku tokoh, latar, dan

ruang cerita.

2. Model Pembelajaran Kolaborasi dan Scaffolding Learning dalam

Pembelajaran Bermain Drama

Kolaborasi dan scaffolding learning adalah gabungan dua unsur

atau lebih yang dipadukan secara intensif. Model kolaborasi dan

scaffolding learning merupakan dua hal yang saling menunjang. Titik

berat kolaborasi adalah pada masalah penyatuan dua unsur, yaitu sastra

dan seni. Sementara scaffolding learning cenderung ke arah langkah

pemanfaatan dua unsur sastra dan seni itu disajikan. Melalui kolaborasi

dan scaffolding learning pembelajaran bermain drama berupaya

mencampur dengan tahap dan langkah tertentu antara ragam genre dalam

sastra dengan seni pertunjukan atau teater secara padu. Percampuran

unsur itu bukan tanpa alasan, melainkan untuk menemukan keindahan

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

dan sekaligus kedalaman rasa. Dalam kaitan ini, sekaligus untuk

meyakinkan gagasan Carter, bahwa sastra itu tidak sekedar masalah

“pengejaran” tetapi cenderung “pengajaran”. Bermain drama adalah

genre dalam dimensi sastra yang tidak sekedar mengejar materi

melimpah, tetapi harus diupayakan untuk menanamkan pendidikan

akhlak tertentu.

Endaswara menyatakan bahwa scaffolding learning adalah metode

pembelajaran dengan tahap-tahapan tertentu. Scaffolding berarti

membangun tahapan. Tahapan itu dalam bidang bermain drama berupa

perangkap atau pancingan. Biasanya mengajar sering melakukan metode

ini dengan menyebutkan potongan kata, potongan bacaan, potongan

akting, lalu diteruskan oleh subjek didik, sehingga pengertian menjadi

jelas. Sesungguhnya konsep ini juga tidak hanya dilakukan sekolah

tingkat rendah, tetapi jenjang apapun dapat melakukannya.

Asumsi dasar hadirnya model kolaborasi dan scaffolding learning

dalam pembelajaran bermain drama adalah drama merupakan bentuk

karya yang kaya akan nilai seni dan pesan pendidikan serta nilai sosial.

Sebagai karya seni, telah sepantasnya apabila orang yang belajar drama

menciptakan aneka perubahan yang signifikan agar karya itu dapat

memiliki daya tarik khusus, terutama untuk siswa sekolah dasar yang hal

semacam ini masihlah asing dan merupakan hal yang baru. Melalui aneka

tampilan pembelajaran, pesan nilai pendidikan dalam bermain drama

justru mudah tertanam. Akar-akar estetika justru mudah meresap ketika

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

sebuah drama ditampilkan atau diapresiasi menurut nuansa seni,

khususnya pada siswa sekolah dasar. Dalam kaitan ini, perspektif sastra

yang dikaitkan adalah (1) sebuah ekspresi superfisial dari fenomena

tertentu dan (2) sebagai simbol pandangan sastrawan. Dari kedua hal

tersebut, sebenarnya nilai drama akan mudah ditangkap maknanya

melalui suatu model kolaborasi dan scaffolding learning pada siswa

sekolah dasar.

Prinsip dasar model kolaborasi dan scaffolding learning adalah

hadirnya pembelajaran bermain drama pada siswa sekolah dasar yang tak

lain sebagai sebuah pengalaman dalam aktifitas mengeksplor jiwa

dengan nilai-nilai tertentu. Bermain drama akan menawarkan

pengalaman hidup yang beragam. Untuk itu bermain drama pada siswa

kelas V SD Negeri 1 Dukuhwaluh yang semula hanya sekedar diformat

sebagai kegiatan sekedar membaca skenario di depan kelas, akan berubah

menjadi konsumsi di atas panggung.

Secara teknis, tentang upaya peningkatan keterampilan bermain

drama melalui penerapan model kolaborsi dan scaffolding learning ini

adalah dengan memadukan dua unsur antara sastra dengan seni teater

secara padu dan untuh yang dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu.

Adapun tahapan-tahapan tersebut melalui beberapa langkah. Langkah

pertama adalah pengenalan tentang bermain drama pada siswa.

Pengenalan di sini adalah kegiatan transfer knowledge dan transfer

values tentang drama yang dilakukan secara mendalam. Kemudian

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

penggunaan media video dianggap efektif untuk mengenalkan drama

secara lebih konkret kepada siswa. Termasuk tentang memerankan tokoh

tertentu semua dilakukan dalam tahapan pengenalan drama pada siswa.

Langkah selanjutnya adalah penugasan, dilakukan dengan membentuk

kelompok dan masing-masing kelompok dibagi skanario drama yang

akan mereka pentaskan nantinya. Selanjutnya adalah sesi latihan sebelum

pementasan, yang dilakukan seluruh kelompok di luar jam pelajaran

dengan bimbingan intensif. Langkah yang terakhir adalah pementasan.

Event puncak dari pembelajaran bermain drama ini adalah ketika

pementasan berlangsung. Siswa diberi kesempatan untuk menunjukan

keterampilannya (perform) secara totalitas. Kegiatan perform ini bisa

menggunakan kostum sederhana yang mereka pilih serta konsep

panggung sederhana yang dirancang di dalam kelas. Sedangkan metode

penilaiannya mengaplikasikan sistem perlombaan. Jadi ada juara di

pementasan ini, dengan demikian antusiasme siswa dalam melakukan

pementasan drama tinggi.

Upaya peningkatan keterampilan bermain drama melalui model

kolaborasi dan scaffolding learning dengan penggunaan media video ini

akan mampu membangkitkan minat, bakat, kreatifitas, eksplorasi

penjiwaan, serta nilai berupa pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Pembelajaran kolaborasi dan scaffolding learning pada dasarnya

merupakan sebuah bentuk penyajian integrated method. Kolaborasi dan

scaffolding learning diartikan sebagai percampuran dua unsur atau lebih

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

dalam pembelajaran, yang disatukan sehingga membentuk kepaduan

strukturan dan fungsional, melalui tahapan estetis. Kepaduan strukturan

artinya adanya penataan yang sinkron dari awal sampai akhir

pembelajaran. Penataan struktur itu cukup beralasan guna mencapai

keberhasilan pembelajaran. Kepaduan fungsional yang berarti terkait

dengan makna dari perpaduan itu, diupayakan agar menarik, lebih efektif

dan efisien, dan menggunakan pancingan jitu.

Dengan demikian pembelajaran bermain drama pada siswa kelas V

SD Negeri 1 Dukuhwaluh dengan menerapkan model kolaborasi dan

scaffolding learning pada dasarnya adalah proses pembelajaran tentang

bermain drama dengan penyajian yang utuh dan sesuai pada hakikat

tentang nilai dalam drama. Pembelajaran tentang memerankan tokoh

dalam drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat di SD Negeri

1 Dukuhwaluh belumlah mencapai pembelajaran tentang bermain drama

dengan utuh dan sesuai hakikatnya. Sebab kegiatan yang dilakukan

hanya sekedar membacakan teks skenario drama di depan kelas,

selebihnya tak ada lagi unsur lain yang dimasukan. Dengan demikian

penerapan pembelajaran bermain peran dengan model kolaborasi dan

scaffolding learning pada siswa kelas V SD Negeri 1 Dukuhwaluh

berpaya membelajarkan drama seutuhnya pada siswa.

Penerapan model kolaborasi memanglah sesuai dengan

karakteristik drama. Sebab drama memang memiliki dua unsur yang

menjadi ciri khasnya. Bahwa drama memilki dimensi sastra sekaligus

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

dimensi seni pementasan atau teater. Sehingga pendekatan yang

dilakukan tepat dilakukan dengan model kolaborasi.

Sedangkanscaffolding learning adalah upaya langkah dan tahapan yang

ditempuh selama pembelajaran berlangsung untuk mencapai kompetensi

siswa yang diinginkan.

3. Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, video adalah bagian yang

memancarkan gambar pada pesawat televisi; rekaman gambar hidup atau

program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi. Dari

pengertian tersebut video memiliki sifat audio dan visual. Sehingga

mampu menunjukan gambar hidup lengkap dengan suara yang

mengiringinya.

Penggunaan media video dalam pembelajaran merupakan alat-alat

peraga yang diproyeksikan, yaitu alat peraga yang menggunakan

proyektor sehingga gambar nampak pada layar, dan video maupun film

adalah contoh alat peraga yang diproyeksikan.

Dalam penelitian yang dilaksanakan, peneliti pun menggunakan

media video yang di dalamnya berupa film singkat tentang permainan

drama yang dimainkan oleh beberapa siswa sekolah dasar. Film pada

hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar-mengajar

yang mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama. Film

adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan

tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal, (Sudjana,

2010: 102).

Menurut fungsinya, film itu dapat berbentuk film dokumentasi,

sponsor (advertensi perusahaan), hiburan, pendidikan, keagamaan, darma

wisata, propaganda, dan episode.

Menggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas

berguna terutama untuk;

a) Mengembangkan pikiran dan pendapat siswa.

b) Menambah daya ingat pada pelajaran.

c) Mengembangkan daya fantasi anak didik.

d) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

e) Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu.

f) Memperjelas hal-hal yang abstrak.

g) Memberikan gambaran pengalaman yang lebih realistis.

Untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dalam

menggunakan film di kelas perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

a) Langkah pesiapan guru

Pada langkah ini guru menetapkan tujuan yang akan dicapai dari

penggunaan film sehubungan dengan pelajaran yang akan dijelaskan

melalui film tersebut.

b) Langkah persiapan kelas

Pada langkah ini bukan hanya menyiapkan perlengkapan yang

dibutuhkan untuk pemutaran film saja, tetapi juga persiapan siswa

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

agar dapat mengikuti, mencatat, menganalisis, mengkritik, dan lain-

lain dari isi film pendidikan tersebut.

c) Langkah penyajian film

Penyajian film bisa diputar ulang, bisa pula diputar dengan

kecepatan rendah bila ada hal-hal yang sangat penting untuk

dianalisis.

d) Langkah lanjutan dan aplikasi

Sesudah pemutaran film perlu ada kegiatan belajar sebagai tindak

lanjut dari penggunaan film tersebut. Misalnya diskusi, laporan, dan

tugas lain.

Suatu film pendidikan dikatakan baik bila memenuhi beberapa

syarat, di antaranya adalah sangat menarik minat siswa dan autenti, up to

date, sesuai dengan tingkat kematangan anak, bahasanya baik dan tepat,

mendorong keaktifan siswa sejalan dengan isi pelajaran dan memuaskan

dari segi teknik.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam buku Bunga Rampai, model-model pembelajaran bahasa, sastra

dan seni. Penelitian tentang upaya peningkatan pembelajaran khususnya

tentang pertunjukan di atas panggung pernah dilakukan oleh Suwardi

Endraswara, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS

Universitas Negeri Yogyakarta, melalui model kolaborasi dan scaffolding

learning. Sedikit berbeda, namun esensinya masihlah sama. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Suwardi Endraswara adalah tentang pertunjukan dalam

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

membaca puisi jawa yang dikolaborasi dan di scaffolding learningkan dengan

unsur seni lain seperti gamelan, tari, dan lain sebagainya. Sehingga menjadi

sebuah pertunjukan di atas panggung yang utuh dan dapat dinikmati

penonton. Sedangkan yang peneliti kaji dalam skripsi ini adalah tentang

bermain peran yang pada hakikatnya memiliki dua unsur yaitu sastra dan seni

teater.

Berikut adalah hasil penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh

Suwardi Endraswara, pada tahun 2003 dengan judul “Pembelajaran Sastra

Berbasis Kompetensi.”

Hasil penelitian menggambarkan bahwa model kolaborasi dan

scaffolding learning sastra dan seni dalam mata kuliah sanggar sastra

membutuhkan beberapa siklus. Dalam siklus I, subjek didik belajar vokal,

akting, melagukan macapat. Pada siklus ini mereka bermain puisi Jawa

modern dan macapat dengan iringan instrumen gamelan. Instrumen gamelan

dirancang dalam bentuk gecul. Subjek didik membaca dan bermain gamelan

yang lebih kompleks karena mengolaborasi dan scaffolding learning-kan

dalam bentuk seni pertunjukan. Siklus II, dilakukan sama seperti pada siklus I

dengan berbagai perbaikan setelah dilakukan evaluasi pada siklus I. Hasil

evaluasi siklus II ternyata subjek didik telah menguasai model kolaboratif.

Setelah melakukan berbagai tahapan, namun mereka masih merasa kurang

terutama dalam hubungannya dengan rasa (ngeng).

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

C. Kerangka Berpikir

Memerankan tokoh dalam drama memanglah terdapat dalam salah satu

kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar. Dengan adanya drama di pendidikan sekolah dasar, sudah

pasti guru dituntut untuk mencapai proses dan hasil dari bermain drama, dan

siswa berkewajiban untuk mengenal dan mempraktekan drama itu sendiri.

Kenyataanya hal ini tidaklah seperti yang peneliti asumsikan.

Pembelajaran drama di sekolah dasar kebanyakan belumlah memenuhi proses

dan hasil dari bermain drama yang sesungguhnya. Hal ini memanglah wajar,

mengingat kebanyakan bermain drama hanya dikenalkan dengan ruang dan

waktu yang lebih luas di tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama hingga

perguruan tinggi dan di sanggar-sanggar saja. Tidaklah suatu yang umum

drama diajarkan sebagai keterampilan khusus yang diajarkan pada siswa

sekolah dasar dalam muatan lokal maupun ekstra kulikuler. Karena hal inilah

guru menganggap biasa dan bukanlah prioritas utama untuk diajarkan secara

total dalam pembelajaran.

Jika kita kembali pada hakikat dan tujuan pendidikan seperti yang

ditentukan dalam kurikulum maupun oleh pakar pendidikan dengan teori-

teori mereka, secara umum pembelajaran mestilah membangkitkan minat,

bakat, kreatifitas, serta penuh makna yang mampu membentuk karakter

peserta didik. Jika pembelajaran tentang bermain drama hanya seremonial

untuk sekedar menggugurkan kewajiban, seperti yang pernah peneliti

observasi dan melakukan wawancara dengan pihak pelaksana pembelajaran

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

tentang bermain drama, maka hasil dari pembelajaran tidaklah mampu

mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran yang mampu membangkitkan minat, bakat, kreatifitas,

serta penuh makna yang mampu membentuk karakter peserta didik semua

aspek ini bisa kita gali hanya dengan melakukan totalitas dengan bermain

drama. Minat siswa mampu terbangkit dengan memerankan tokoh dalam

drama, sebab drama menyajikan dunia imaginatif, inspiratif, serta ruang dan

waktu yang menyenangkan penuh tantangan kepada mereka, drama juga

memberikan dunia yang jauh dari membosankan seperti dunia yang mereka

jalani dalam kesehariannya. Kedua, bakat siswa mampu tergali sebab mereka

diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk mengeksplor diri. Ketiga,

kreatifitas siswapun mampu terasah, sebab mereka mestilah mampu

menciptakan watak dan bahasa tubuh maupun lisan yang mereka ciptakan

sendiri hingga sejalan dengan tokoh yang mereka perankan. Terakhir yaitu

penuh makna dan miliki nilai pendidikan karakter, sebab semua drama dalam

karya sastra adalah cerita-cerita mengesankan yang berupa nilai, pesan,

nasehat, moral yang baik yang disajikan dengan luar biasa.

Berdasarkan argumen peneliti di atas, dapat digeneralisasikan bahwa

pembelajaran memerankan tokoh dalam drama memanglah sangat penting.

Disayangkan sekali jika pembelajaran memerankan tokoh dalam drama tidak

dilakukan secara total. Untuk itulah maka peneliti hendak melakukan upaya

untuk meningkatkan keterampilan bermain drama pada siswa sekolah dasar.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

Upaya peningkatan itu peneliti tempuh melalui model pembelajaran

kolaborasi dan scaffolding learning dengan menggunakan media video.

Menggunakan kolaborasi, sebab drama terdiri dari dua unsur yaitu

unsur sastra dan unsur teater (seni pementasan). Kedua unsur ini adalah

kesatuan yang padu, oleh sebab itu penting untuk mengenalkan drama pada

siswa dengan keutuhan dua unsur ini. Intonasi, lafal, gaya bahasa dan

sebagainya adalah bagian drama dari segi sastra, sedangkan ekspresi,

penghayatan, gesture, adalah bagian drama dari unsur teater (seni

pementasan). Pengenalan drama sebagi dua unsur yang padu ini dikenalkan

dengan media audio visual (video). Mengapa media video, sebab video

dikenal media paling tepat untuk memahamkan siswa secara konkret dan

langsung.

Menggunakan scaffolding learning sebab untuk mencapai tingkatan

siswa mampu mementaskan drama secara baik, dibutuhkan langkah dan

tahapan tertentu. Selama ini yang dikeluhkan pihak pendidik di sekolah dasar

mengapa pembelajaran drama tidaklah maksimal, karena terbatasnya waktu.

Berdasarkan hal ini salah satu tahapan dalam model scaffolding learning yang

peneliti solusikan adalah pembelajaran drama itu dijadikan salah satu

kegiatan ekstra kulikuler. Sebab dalam kegiatan yang secara khusus

membahas tentang drama, siswa akan lebih fokus dan total dalam belajar

tentang drama.

Dari rangkain proses untuk mencapai hasil siswa mampu memerankan

tokoh dalam drama dengan baik, yang peneliti tempuh melalui penerapan

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan ...repository.ump.ac.id/3039/3/TAUFAN H. BAB II.pdf · Drama anak-anak adalah sebuah drama yang dipentaskan ... c. Bermain

model kolaborasi dan scaffolding learning dengan menggunakan media

video, adalah sebuah harapan agar keterampilan siswa dalam bermain drama

bisa meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dikemukakan

hipotesis tindakan sebagai berikut: dengan menggunakan model kolaborasi

dan scaffolding learning dengan penggunaan media video dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya tentang memerankan tokoh dalam

drama dapat meningkatkan keterampilan bermain peran dengan lafal, intonasi

dan ekspresi yang tepat pada siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 1

Dukuhwaluh.

Peningkatan Keterampilan Bermain..., Taufan Hidayat, FKIP UMP 2012