BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keaktifan a ...repository.ump.ac.id/2939/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keaktifan a ...repository.ump.ac.id/2939/3/BAB II.pdf ·...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keaktifan
a. Pengertian Keaktifan
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap
guru di dalam proses pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh
Dimyati dan Mudjiono (2010: 51) bahwa “untuk dapat memproses dan
mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk aktif
secara fisik, intelektual, dan emosional”. Pendapat Dimyati dan
Mudjiono sejalan dengan pendapat Djamarah (2008: 110) yaitu “dalam
proses belajar mengajar, aktivitas siswa yang diharapkan tidak hanya
aspek fisik, melainkan juga aspek mental”. Kedua pendapat tersebut
diperkuat oleh pendapat Goodwin (2014: 4) dalam Research in Higher
Education Journal yaitu:
“constructivism is characterized by teachers who us active,
engaging learning activities to cause students to create
knowledge, and them to reflect and talk about what they are doing
as their understanding changes”.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa guru menggunakan
aktivitas belajar aktif dan menarik sehingga siswa dapat menciptakan
pengetahuan, kemudian merefleksikan dan membicarakan apa yang
mereka lakukan saat pemahaman mereka berubah.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
9
Berdasarkan pengertian keaktifan dari beberapa ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar
merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang
bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana belajar
menjadi kondusif.
b. Implikasi Prinsip Keaktifan
Menurut Anurrahman (2010: 120-121) implikasi prinsip keaktifan
atau aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran adalah:
1) Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa
untuk berkreativitas dalam proses belajarnya.
2) Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan
atau inkuiri dan eksperimen.
3) Memberi tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
4) Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang
memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
5) Menggunakan multi metode dan multi media di dalam
pembelajaran.
Proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan
siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
10
Tabel 2.1
Indikator Keaktifan Belajar
Variabel Indikator
Keaktifan
Belajar
Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
Terlibat dalam pemecahan masalah.
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru.
Bertanya kepada peserta didik lain atau guru
apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi.
Berusaha mencari berbagai informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperolehnya.
Melatih diri dalam memecahkan soal atau
masalah yang sejenis.
Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa
yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan
tugas atau persoalan yang dihadapinya.
(Sudjana, 2010: 61)
Indikator tentang keaktifan dapat diterapkan dalam suatu
pembelajaran, yaitu dengan cara siswa aktif dengan turut serta dalam
melaksanakan tugas kelompok, siswa juga dapat menilai kemampuan
yang ada pada dirinya dari hasil-hasil yang diperoleh.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar seperti dijelaskan oleh
Arifin (2013: 12) bahwa prestasi belajar merupakan “masalah yang
bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang
rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang
kemampuannya masing-masing”. Selain itu menurut Mulyasa (2014:
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
11
189) yaitu “prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang
setelah menempuh kegiatan belajar”.
Pengertian prestasi belajar dari para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai
setelah seseorang melakukan suatu usaha. Usaha yang dilakukan
merupakan proses suatu pencapaian, apabila seseorang telah melakukan
suatu usaha secara maksimal maka prestasipun akan mengiringinya.
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama seperti yang
dikemukakan oleh Arifin (2013: 12-13), antara lain:
(1)Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, (2) Prestasi belajar
sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi
biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan
(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia. (3)
Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan, (4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dalam arti
bahwa prsetasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
produktivitas suatu institusi pendidikan, (5) Prestasi belajar dapat
dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Fungsi dari prestasi belajar yang dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami
prestasi belajar siswa, memahami prestasi belajar siswa, baik
perseorangan maupun kelompok. Hal ini dikarenakan fungsi dari
prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator kualitas institusi
pendidikan. Selain itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan
balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga
dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis penempatan atau
bimbingan terhadap siswa.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
12
3. Video Pembelajaran
a. Pengertian Video Pembelajaran
Media menurut Purwanti (2015: 43) yaitu “sesuatu yang dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung
antara pendidik dan peserta didik”. Pendapat tersebut sejalan dengan
pendapat Sadiman (2008: 74) yaitu “media yang menyajikan audio dan
visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang bersifat fakta
maupun fiktif seperti misalnya ceritera, bisa bersifat informatif, edukatif
maupun instruksional”. Kedua pendapat ahli di atas didukung oleh
Hernawan dkk (2007: 114) yaitu “media yang menyajikan informasi
dalam bentuk suara dan visual. Berupa narasi, dialog dan musik,
sedangkan unsur visual berupa gambar atau foto diam, gambar
bergerak, animasi, dan teks”.
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam berinteraksi yang
berlangsung antara peserta didik dan pendidik, sedangkan video
pembelajaran merupakan gambar yang bergerak disertai dengan suara,
sehingga dapat dikatakan bahwa video merupakan media audio visual
yang dapat dijadikan sebagai alat penyampaian pesan-pesan atau materi
pelajaran.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
13
b. Keuntungan dan Keterbatasan Media Video
Keuntungan media pembelajaran menurut Setyorini dan
Madziatul (2016: 129) yaitu:
“the use of instructional media is one of the element to make a
learning condition conducive. The existence of the instructional
media used in the learning and teaching process aims to help
students in increasing the learning outcomes”.
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa penggunaan media
pembelajaran merupakan salah satu elemen untuk membuat kondisi
belajar siswa kondusif. Adanya media pembelajaran yang digunakan
dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajarnya.
Arsyad (2007: 49-50) menyebutkan bahwa ada beberapa
keuntungan menggunakan video yaitu:
(1)Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari
siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-
lain, (2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat
yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang
perlu, (3) Video dapat mendorong dan meningkatkan motivasi
serta menanamkan sikap dari segi-segi afektif lainnya, (4) Video
yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran
dan pembahasan dalam kelompok siswa, (5) Video dapat
ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen maupun perorangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran banyak memiliki keuntungan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa serta memberikan banyak pengalaman dasar ketika
membaca, berdiskusi dan berpraktik. Video juga dapat menggambarkan
suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
14
Selain memiliki keuntungan, maka video juga memiliki
keterbatasan menurut Smaldino, dkk (2011: 412) yaitu:
(1)Program ditayangkan dalam kecepatan yang tetap, beberapa
pemirsa mungkin tertinggal dan yang lainnya tidak sabar
menunggu bagian selanjutnya, (2) Video bukan merupakan sarana
lisan yang hebat melainkan merupakan sarana visual, (3)
Meskipun video memiliki keuntungan bagi konsep yang
melibatkan gerakan, video kemungkinan tidak cocok bagi topik
lain di mana kajian terperinci mengenai sebuah visual tunggal
dilibatkan.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran
selain memiliki keuntungan juga memiliki keterbatasan dalam
penggunaannya, karena video bukan merupakan sarana lisan yang hebat
melainkan merupakan sarana visual dan video juga membutuhkan
kecocokkan dalam materi yang akan diajarkan
4. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian IPS
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu diajarkan di
sekolah dasar, karena dalam pelajaran IPS memuat cara interaksi sosial
dan kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dan mendalam.
IPS yang diajarkan harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
agar pelajaran yang didapat lebih bermakna seperti yang dijelaskan oleh
Susanto (2013: 138) yaitu “IPS untuk mengembangkan konsep
pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di
lingkungan siswa, sehingga dapat menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya”.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
15
Barr, Barth dan Shermis (1977: 48) menyatakan bahwa social
studies dikembangkan kedalam tiga tradisi, yaitu:
1. Social Studies Taught as Citizenship Transmission (Ilmu sosial yang
terintegrasi sebagai ilmu kewarganegaraan).
2. Social Studies Taught as Social Science (Ilmu sosial sebagai disiplin
ilmu yang terpisah).
3. Social Studies Taught as Reflective Inquiry (Ilmu sosial sebagai ilmu
pengetahuan yang bersifat melatih kepekaan terhadap gejala sosial
yang terjadi di sekitar).
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa program
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun secara sistematis
dalam proses pembelajaran untuk memenuhi keberhasilan dalam hidup
bermasyarakat. IPS mengajarkan tentang konsep pemikiran yang
berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa
sehingga dapat menjadikan warga negara yang baik dan bertanggung
jawab terhadap bangsa dan negaranya. Pengembangan social studies
dari mulai pendidikan dasar sampai tingkat menengah atas ditandai oleh
keterpaduan pengetahuan, kemampuasn peserta didik dan sikap peserta
didik terhadap gejala sosial yang terjadi di sekitarnya. Pembelajaran IPS
membantu peserta didik untuk membangun peserta didik untuk
membangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang
secara akademik terhadap realita.
b. Tujuan IPS
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan
potensis siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
16
masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS dikemukakan oleh Sapriya
(2011: 194-195) yaitu:
(1)Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar
untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial,
(3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang
mejemuk ditingkat lokal, nasional dan global.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
melatih siswa untuk berfikir logis dan kritis, sehingga menciptakan rasa
ingin tahu siswa dalam memecahkan masalah. Siswa juga dapat
berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2011: 16-17) adalah “suatu
model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain”. Selain itu menurut Lie
(2010: 29) bahwa “pelaksanaan prosedur model kooperatif dengan benar
akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif”.
Pendapat dari Isjoni dan Lie sejalan dengan pendapat yang Suprijono
(2013: 54) yang menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu “semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh
guru atau diarahkan oleh guru”.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
17
Pendapat-pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat
melatih siswa agar mampu berpartisipasi aktif, berkomunikasi, dan
bekerjasama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu siswa
satu sama lain. Selain itu, siswa mempunyai tanggung jawab untuk
memperoleh hasil yang telah menjadi tujuan dalam kelompoknya biasanya
berjumlah 2 orang atau lebih untuk saling aktif dalam menyelesaikan tugas
secara optimal. Hal itu bertujuan untuk keberhasilan kelompok dan
menjadikan siswa menjadi kompak dalam berkelompok untuk menerima
pembelajaran.
Berbeda dengan model-model pembelajaran yang lain, model ini
lebih menekankan pada proses keaktifan dalam bentuk kelompok. Tujuan
pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran ini bukan hanya
kemampuan akademik saja, melainkan menumbuhkan adanya keaktifan
untuk penguasaan materi secara bersama-sama. Sehingga menumbuhkan
rasa kekompakan atau sosial yang tinggi diantara siswa
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Kooperatif
Fase Perilaku Guru
Fase 1
Mengklarifikasi tujuan dan
establishing set
a. Guru membuka kegiatan
dengan memberikan salam
dan mengajak siswa untuk
berdoa.
b. Guru mengecek kehadiran
siswa.
c. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
d. Guru memotivasi siswa
untuk belajar.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
18
Lanjutan tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Kooperatif
Fase 2
Mempresentasikan
informasi
a. Sebagai kegiatan pembuka
guru bertanya kepada siswa
tentang materi yang akan
dipelajari.
b. Guru memberikan penguatan
kepada siswa yang mau
menjawab.
c. Guru menyajikan materi
kepada siswa.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam tim-tim belajar
a. Guru membagi siswa ke
dalam beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4
siswa.
b. Guru menampilkan media
berupa video pembelajaran.
c. Guru membagikan LKS.
Fase 4
Membantu kerja tim dan
belajar
a. Guru membagikan soal
kepada tiap-tiap kelompok.
b. Guru meminta siswa untuk
berdiskusi dengan
kelompoknya masing-
masing.
c. Guru meminta kepada dua
orang siswa yang tinggal
dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan
informasi mereka kepada
tamu dari kelompok lain.
d. Guru meminta siswa yang
bertugas sebagai tamu mohon
diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri
untuk melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
e. Guru memerintahkan siswa
kepada setiap kelompok
mencocokkan dan membahas
hasil-hasil kerja mereka.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
19
Lanjutan tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Kooperatif
Fase 5
Mengujikan berbagai materi
a. Guru menguji pengetahuan
siswa dengan membagikan
lembar evaluasi kepada
masing-masing siswa tentang
materi yang telah dipelajari.
Fase 6
Memberikan pengakuan
a. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menyampaikan pendapat
tentang pembelajaran.
b. Guru dan siswa bersama-
sama menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
c. Guru memberikan
penghargaan kepada siswa
atau kelompok yang
menjawab benar.
d. Guru melakukan tindak
lanjut berupa tugas rumah.
e. Guru menutup pembelajaran
dengan berdoa dan memberi
salam.
(Arends, 2008: 21)
6. Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay
Two Stray atau dua tinggal dua tamu yang dikembangkan oleh Spencer
Kagan dan biasa digunakan bersama dengan model kepala bernomor
(Numbered Heads Together). Struktur Two Ttay Two Stray yaitu salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada
kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Suprijono (2015: 112-113)
yaitu
“model pembelajaran yang diawali dengan membagi kelompok
kecil yang terdiri dari empat anak, setelah kelompok terbentuk guru
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
20
memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus
didiskusikan, dua orang diantaranya bertugas berkunjung ke
kelompok lain dan dua orang lainnya bertugas menerima tamu dari
kelompok lain”.
Pernyataan dari Suprijono, sejalan dengan pendapat Hanafiah dan
Suhana (2012:56) yang menjelaskan bahwa “model dua tinggal dua tamu
(Two Stay Two Stray) memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya”. Hal ini dapat
dimaksudkan bahwa model Two Stay Two Stray merupakan suatu kegiatan
kelompok yang membagikan hasil dan informasi kekelompok lain.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model
pembelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok kecil yang terdiri dari
empat anak. Pada setiap kelompoknya dan setiap anggota kelompok
mempunyai tugas yaitu dua orang diantaranya bertugas berkunjung ke
kelompok lain dan dua orang lainnya bertugas menerima tamu dari
kelompok lain, mereka bekerjasama dan saling aktif untuk memecahkan
masalah.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Kooperatif tipe Two
Stay Two Stray menurut Lie, (2010: 62) adalah sebagai berikut:
(1)Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa, (2)
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua
kelompok yang lain, (3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok,
bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka, (4)
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri, dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, (5) Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
21
Pendapat dari ahli di atas, maka dapat disimpulkan langkah-langkah
Cooperatif Learning tipe Two Stay Two Stray yang akan digunakan
adalah:
a. Pembelajaran diawali dengan guru membagi kelompok kecil yang
terdiri dari 4 (empat) siswa dan ada 1 kelompok yang terdiri dari
5 (lima) siswa. Pembagian kelompok harus bersifat heterogen dan
guru harus benar-benar membagi kelompok sesuai dengan
kemampuan siswa.
b. Guru menayangkan video pembelajaran.
c. Guru membagikan tugas pada masing-masing kelompok untuk
didiskusikan bersama kelompoknya. Guru harus sudah
mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dibagikan
kepada setiap kelompok.
d. Diskusi masing-masing kelompok selesai, dua orang dari masing-
masing kelompok keluar untuk mewakili kelompoknya untuk
bertamu pada kelompok lain. Peran guru sangat penting untuk
membimbing jalannya diskusi.
e. Anggota kelompok yang tidak bertugas menjadi tamu,
berkewajiban menerima tamu dari kelompok lain dan
menjelaskan hasil dari diskusi kelompoknya.
f. Selesai bertamu, dua orang yang mewakili menjadi tamu kembali
pada kelompoknya dan membawa hasil bertamu dari semua
kelompok.
g. Hasil bertamu dan hasil diskusi kelompoknya dicocokkan serta
dibahas untuk memperoleh kesimpulan akhir yang diminta oleh
guru. Guru membimbing semua kelompok untuk berpikir bersama
menyimpulkan hasil diskusi yang telah didapatkan pada saat
belajar menggunakan model pembelajaran yang diterapkan.
Adapun langkah yang peneliti lakukan melalui model Kooperatif tipe
Two Stay Two Stray, yaitu bertujuan melatih siswa untuk bersosialisasi
dengan baik, membentuk sikap siswa untuk aktif, bekerjasama,
bertanggungjawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling
mendukung satu sama lain untuk berprestasi.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
22
B. Penelitian yang Relevan
Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan
penulis teliti, tetapi peneliti dapat menemukan penelitian yang relevan yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Hamiddin dalam jurnal Vidya Karya Jurnal
Pendidikan (2012) yang berjudul “Improving Students’ Comprehension Of
Poems Using Two Stay-Two Stray Strategy”. Jurnal tersebut menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray
pada kelas puisi dengan subjek penelitian mahasiswa kelas B jurusan Bahasa
Inggris, hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan yaitu 71% pada
siklus I menjadi 86% pada siklus II.
Ketuntasan hasil belajar mencapai KKM yang diterapkan dengan nilai
rata-rata kelas meningkat yaitu 76 menjadi 80 dengan ketuntasan dalam
memahami puisi mencapai 71% pada siklus I dan 86% pada siklus II. Hasil
peningkatan dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa aktif dan mereka memiliki motivasi yang baik dalam belajar dan
memahami puisi.
Penelitian di atas senada dengan penelitian yang dilakukan Ahadi
Saputra. (2016) pada jurnal English Educational Journal yang berjudul “Use
of Two Stay Two Stray Strategy in Teaching Reading”. Jurnal tersebut
menunjukan bahwa ketika siswa di kelas eksperimen yang diajar membaca
dengan menggunakan model Two Stay Two Stray memperoleh perbaikan
yang lebih baik daripada di kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan
metode konvensional.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
23
Berdasarkan hasil dari kuesioner, para siswa eksperimen memberikan
tanggapan positif terhadap pembelajaran menggunakan model Two Stay Two
Stray sehingga proses pembelajaran membaca mereka meningkat dan mereka
mendapat hasil positif dalam hubungan sosial dengan teman-teman mereka.
Mereka bisa memberi dan berbagi ide-ide mereka dengan satu sama lain dan
memiliki saling ketergantungan positif sementara belajar bersama dalam
kelompok. Akibatnya, prestasi mereka dalam membaca lebih baik dari
sebelum menggunakan teknik Two Stay Two Stray. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa siswa dari SMPN Beutong Ateuh memberi respon
positif terhadap penggunaan model Two Stay Two Stray untuk pemahaman
mengajar membaca. Mereka tidak hanya belajar cara untuk mendapatkan
lebih banyak pengetahuan tetapi juga cara untuk berinteraksi satu sama lain.
Akibatnya mereka belajar untuk menghargai pendapat dan gagasan orang
lain.
C. Kerangka Berpikir
Penerapan model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan
metode untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray juga dapat membuat
pembelajaran lebih menarik dan dapat membuat siswa lebih aktif, baik dalam
berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, untuk menyelesaikan suatu tugas
atau masalah. Keterkaitan keaktifan dalam proses pembelajaran akan
menimbulkan peningkatan prestasi belajar IPS, khususnya pada materi
peristiwa sekitar proklamasi.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
24
Kerangka berpikir Penelitian dengan menggunakan model kooperatif
tipe Two Stay Two Stray, dijelaskan pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Skema Kerangaka Berpikir
Skema kerangka berpikir yang diuraikan di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pada kondisi awal hasil belajar siswa masih dibawah KKM
(<70), dikarenakan ketika siswa menyimpulkan suatu masalah dalam
berdiskusi kelompok belum sesuai yang diharapkan, sehingga pemahaman
siswa dalam materi peristiwa sekitar proklamasi belum maksimal karena
belum menggunakan model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray, kemudian
dilakukan perbaikan sampai dua kali siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Kondisi awal
Di bawah kkm
< 70
Guru belum
Menggunakan metode
Cooperative learning
tipe
Two stay two stray dan
belum menggunakan
video pembelajaran.
Prestasi belajar
siswa rendah
Tindakan
Melaksanakan PTK
dengan menggunakan
metode Cooperative
learning tipe Two stay
two stray dan
menggunakan video
pembelajaran.
Siklus
1 rendah
Siklus
2
Refleksi
Kondisi akhir
KKM > 70
Dengan menggunakan metode
Cooperative learning tipe
Two stay two stray dan
menggunakan video pembelajaran
dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017
25
Tindakan selanjutnya dilakukan mulai dari perencanaan, tindakan, observasi
dan refleksi dengan menggunakan model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray
maka diakhiri siklus II penguasaan siswa terhadap materi meningkat sehingga
hasil belajar IPS meningkat mencapai KKM yang diharapkan (>70).
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari kajian teori penelitian dan kerangka berpikir di
atas sebagai berikut:
1. Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan menggunakan video
pembelajaran dapat meningkatakn keaktifan siswa di kelas V SD Negeri 3
Lesmana.
2. Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan menggunakan video
pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas V SD
Negeri 3 Lesmana.
Meningkatkan Keaktifan Dan…, Lisnawati, FKIP, UMP, 2017