BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy...
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Sains dalam Bidang Pengembangan Kognitif
1. Pengertian Kemampuan Kognitif
Menurut Sujiono (2008:1.3) kognitif adalah suatu proses berpikir,
yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognisi meliputi
aspek-aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan
persoalan.
Chaplin dalam Desmita (2011:97) menjelaskan bahwa “Kognisi
adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di
dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai”.
Menurut Patmonodewo (2008:27) kognitif adalah pengertian yang
luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan hal ini Haditono (2006:216)
kognitif mengandung arti proses berpikir dan proses mengamati yang
menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi yang membuat
setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri.
Jadi dapat disimpulkan kognitif adalah semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
7
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
24
memungkinkan sesorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semaua proses berpikir yang berkaitan dengan
bagaimana individu memperlajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan suatu peristiwa
dengan peristiwa lainnya serta mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati
dari dunia sekitar.
Menurut Desmita (2011:96) secara sederhana, kemampuan kognitif
dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa perkembangan kongnitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengna bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sehubungan dengan hal ini
Piaget dalam Desmita (2011:119):
“ Manusia bukan reaktor pasif terhadap stimulus ekstern atau dorongan
naluriah intern yang mendeterminasi dirinya (lingkungan dan kumpulan
objek statis tersendiri, yang terpisah dari subjek yang
mengobservasinya), tetapi mausia adalah makhluk yang membangun
(konstruktis) kognitifnya secara aktif, yang senantiasa menyusun reaksi-
reaksi kognitifnya tentang realitasnya sehingga lingkungan dapat dilihat
sebagai hasil penilaian dirinya”.
Menurut Sujiono (2008:3.3) kemampuan kognitif merupakan sesuatu
yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak terletak pada
pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspek.
Sejalan dengan Piaget dalam Sujiono (2008:3.3) mengemukakan bahwa
perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
25
pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara kematangan organisme
dengan lingkungannya. Dalam hal ini organisme aktif mengadakan hubungan
dengan lingkungannya, objek-objek yang ada di lingkungan sekitarnya yang
merupakan proses interaksi yang dinamis.
Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai
teori dengan berbagai peristilahan. Pandangan aliran tingkah laku
(Behaviorisme) dalam Patmonodewo (2008:27) pertumbuhan kecerdasan
melalui tehimpunnya informasi yang makin bertambah. Selanjutnya
dikemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan
pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian
masalah yang dihadapi. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan
dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai
cara berpikir untuk menyelesaikan masalah dapat dipergunakan sebagai tolak
ukur pertumbuhan kecerdasan.
Sesuai dengan teori koginitif Piaget dalam Desmita (2010:99)
perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap
praoperasional, yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Untuk
menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan skema-skema sambil
beradaptasi, Piaget menawarkan dua konsep yang dikemukakan yaitu asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru
ke dalam skema-skema yang ada. Akomodasi terjadi ketika anak-anak
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
26
menyesuaikan skema-skema mereka dengan informasi dan pengalaman-
pengalaman baru.
Pengembangan kognitif dalam Sujiono (2008:1.20) sangat penting, hal
ini dimasukkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar
melalui panca indranya sehingga dengan pengetahuan yang didapat, anak dapat
melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan
kodratnya sesuai dengan makhluk Tuhan yang harus memberdayakan yang ada
di dunia untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
2. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini
Menurut Trianto (2011:136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari
bahasa Inggris “science”. Kata “science” sendiri berasal dari kata dalam
bahasa Latin “scientia” yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social
sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan
Alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai
sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja.
Menurut Indrawati dalam Nugraha (2005:4) memandang sains dalam
3 aspek; pertama, dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai
alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia.
Kedua, sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti
merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
27
memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab
terjadinya dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan aturan atau terori-teori
dari obyek yang diamati.
Menurut Patta Bundu dalam Maisaroh dkk (2015:5) sains adalah
sejumlah proses atau kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik
tentang dunia sekitar atau pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan
tertentu. Kata sains bisa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang
berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan
dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Dengan kata lain,
sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh
pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut.
Menurut Wahyana dalam Trianto (2011:136) sains adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersesusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi
oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakikatnya IPA atau sains
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu,
sains dipandang pula sebagai proses, produk dan prosedur. Sehubungan dengan
hal ini Marsetio dalam Trianto (2011:137) sains sebagai proses diartikan semua
kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun
untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil
proses, berupa pengetahuan yang telah diajarkan dalam sekolah atau di luar
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
28
sekolah. Sebagai prosedur dimaksudkan sebagai cara yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu yang lazim.
Menurut Amien (dalam Nugraha 2005 : 3) sains adalah bidang ilmu
alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk
hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural
science) seperti fisika, kimia, dan biologi.
Carin dan Sund dalam Trianto (2011:153) mendefinisikan sains
sebagai “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Sains meliputi empat unsur utama, yaitu pertama, sikap : rasa ingin tahun
tentang benda atau objek, fenomena alam, makhluk hidup atau tak hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar; kedua, proses: prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan
kesimpulan; ketiga, produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan
keempat, aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam
kehidupan sehari-hari.
Abruscato dalam Nugraha (2005:36) menilai bahwa kegiatan sekolah
yang seringkali dihabiskan untuk mengasah daya pikir dan menyerap
pengetahuaan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu pada terori
perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan anak menyerap
sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana anak dapat
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
29
mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana ia dapat
menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup
kehidupannya atau belajarnya.
Jadi nilai sesungguhnya dari sifat pengembangan kognitif harus
mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi proses. Hendaklah
dalam mengarahkan anak untuk menguasai isi pengetahuan, dilakukan melalui
proses atau aktivitas bermakna. Jika anak diharapkan menguasai konsep-
konsep terkait sains baik berupa fakta, konsep maupun teori, maka kegiatan
yang bisa mencakup dimensi isi maupun proses seperti : melalui observasi,
membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Karena melalui
aktivitas sains anak akan menggunakan kemampuan kognitifnya dalam
memecahkan masalah, matematika dan bahasa pada saat mereka sedang
mengamati, memprediksi, menyelidiki, menguji, menyatakan jumlah dan
berkomunikasi.
Permainan sains mempunyai banyak manfaat untuk pengembangan
kognitif anak. Menurut Sujiono (2008:12.4) permainan sains bermanfaat bagi
anak karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat
menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat
menambah pengetahuan anak secara alamiah.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hakikat pengembangan sains
di TK adalah kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik dilaksanakan
sambil bermain melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan untuk
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
30
mencari tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada di dunia
sekitar.
3. Pentingnya Kemampuan Sains Bagi Anak Usia Dini
Menurut Jatmika (2011:9) mengungkapkan bahwa dalam beberapa
tahun terakhir ini, ada gejala pelajaran IPA atau sains semakin kurang diminati
di berbagai sekolah di Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari minimnya
pengetahuan siswa akan pentingnya pelajaran sains dan matematika dalam
kehidupan. Padahal, Negara kita masih sangat membutuhkan tenaga-tenaga
ahli di bidang ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
fenomena tersebut, saat ini juga masih terjadi kontroversi mengenai penting
atau tidaknya memberikan materi pendidikan kepada anak usia dini. Tidak
mungkin anak usia dini diberi materi pelajaran, diajari membaca, menulis dan
berhitung. Menurut Bruner dalam Jatmika (2011:9) setiap materi dapat
diajarkan kepada setiap kelompok umur. Perlu diingat bahwa cara-caranya
harus disesuaikan dengan perkembangan usia masing-masing anak. Sains
adalah materi fenomena alam yang telah tersedia di sekeliling kita. Dengan
demikian, belajar sains sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap individu dengan
cara mangamati kejadian alam di sekeliling kita secara saksama.
Nugraha (2005:25) berpendapat bahwa sains sebagai salah satu alat
mengungkap keberadaan dan rahasia alam raya dan isinya atau sebagai salah
satu sarana mencapai tujuan hidup manusia sangat penting untuk dipahami dan
dikuasai. Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa keberhasilan dalam bidang
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
31
sains dapat mempercepat kemajuan, memudahkan dalam kehidupan,
mengurangi penderitaan, sehingga membuka pintu-pintu masa depan yang
cerah dan gemilah. Jadi sains dapat menjadi kawan dan sarana manusia
melengkapi dan menikmati kehidupannya. Jadi perlu adanya upaya-upaya yang
menggiring pada pemahaman, pengembangan dan pemanfaatan sains kea rah
yang dibenarkan sesuai dengan norma dan azas kehidupan.
Menurut Jatmika (2011:11) mengenalkan sains pada anak bukan
berarti mengenalkan rumus-rumus yang serba ruwet. Ilmu pengetahuan atau
sains bukanlah sejumlah hal yang dipikirkan hanya dalam sekali jalan. Tetapi,
belajar sains haruslah dilakukan dalam suasana menyenangkan. Hal ini penting
agar anak dalam kondisi ceria akan bertanya “apa” dan kenapa”. Mengenalkan
sains pada anak harus disesuaikan dengan tahapan umur dan
perkembangannya. Karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan bersama
orang tuanya masing-masing dan guru di sekolah. Untuk itu pembelajaran di
TK sebaiknya dilakukan dengan bermain sambil belajar. Dalam situasi bermain
itulah dapat melakukan beragam eksperimen sains.
Sujiono (2008:7.6) mengungkapkan bahwa bermain merupakan
bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasaan pada diri anak yang
bersifat nonserius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan
yang secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.
Lebih lanjut Sujiono (2008:12.4) permainan sains bermanfaat bagi anak karena
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
32
imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah
pengetahuan secara alamiah.
Menurut Whiterington dalam Jatmika (2011:11) bermain mempunyai
fingsi mempermudah perkembangan kognitif anak dan memungkinkan anak
melihat lingkungan, mempelajari sesuatu, dan memecahkan masalah yang
dihadapi. Banyak manfaat yang bisa diperoleh jika anak sejak dini telah
diperkenalkan sains. Lebih lanjut menurut Abruscato dalam Nugraha (2005:36)
mengacu pada terori perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan
anak menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana
anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana
ia dapat menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup
kehidupannya atau belajarnya.
Jatmika (2011:12) mengungkapkan bahwa sains melatih anak
bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya
wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Dengan demikian,
sains dapat mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif
dan inisiatif. Dan juga sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap
eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains
dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis).
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
33
B. Metode Eksperimen dengan Kegiatan Bermain Profesor Cilik
1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak
Winarno dalam Suryosubroto (2009:140) menyatakan bahwa metode
pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal
bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di
sekolah.
Menurut Moeslichatoen (2004:7) metode merupakan bagian dari
strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah
dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya
merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan menurut
Suryosubroto (2009:141) metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif
pula pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Sujiono (2008:7.3) metode adalah cara menyampaikan /
mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga
menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Suyanto (2005:149)
menyatakan bahwa metode pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya
menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak,
bernyanyi, dan belajar. Lebih lanjut Isjoni (2011:86) metode pembelajaran
untuk anak usia dini perlu dirancang dan dipersiapkan dengan baik. Kondisi
dan karakter anak yang menjadi sumber pertimbangan utama.
Moeslichatoen (2004:9) mengemukakan bahwa metode merupakan
cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
34
Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai.
Dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan
anak di Taman Kanak-Kanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan
faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti :
karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan dan dipilih
berdasarkan strategi kegiatan yang ditetapkan. Setiap guru akan menggunakan
metode yang sesuai dengan tujuan dan gaya melaksanakan kegiatan. Sebagai
alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal.
Oleh karena itu dalam memilih suatu metode yang akan digunakan, guru TK
perlu memilih alasan yang kuat dan memperhatikan faktor-faktor yang
mendukung pemilihan metode tersebut seperti karakteristik tujuan kegiatan dan
karakteristik anak yang dibinanya. Karakteristik tujuan adalah pengembangan
kognitif. Metode dapat mengembangkan kognitif anak agar dapat berpikir,
menalar, mampu menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi. Caranya
adalah dengan memahami lingkungan sekitarnya, mengenal orang dan benda-
benda yang ada, mengenal tubuh dan memahami perasaan mereka sendiri,
berlatih mengurus diri sendiri (Hildebrand, dalam Sujiono, 2008).
Menurut Vygotsky dalam Moeslichatoen (2004:17) manusia lahir
dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan,
mengamati, dan mengingat. Kebudayaan akan mentransformasi kemampuan
tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi terutama dengan cara
mengadakan hubungan bermasyarakat dan melalui pengajaran dan penggunaan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
35
bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford dalam Moeslichatoen
(2004:17) untuk membantu perkembangan kemampuan kognitif anak perlu
memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan
mengobservasi dan mendengarkan secara tepat. Guilford juga mengemukakan
anak itu memiliki fungsi kognitif yang disebut operasi intelektual. Operasi
intelektual sedikit dibedakan dalam pengamatan, ingatan, berpikir konvergen,
berpikir divergen dan evaluatif.
2. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Djamarah & Aswan Zain (2010 : 84) metode ekperimen (percobaan)
adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.
Menurut Roestiyah (2008:80) metode eksperimen adalah salah satu
cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Lebih lanjut
menurut Sujiono (2008:7.9) metode eksperimen adalah cara anak melakukan
berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
36
sebagai fasilitator, alat untuk berbagai percobaan suda dipersiapkan guru.
Melalui metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan
pengalamannya.
Menurut Sagala (2012:220) metode eksperimen adalah cara penyajian
bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian,
siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya itu.
Berdasarkan uraian diatas penulis memilih metode eksperimen /
percobaan yaitu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat
dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat untuk
berbagai percobaan sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini anak dapat
menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Roestiyah (2008:82) teknik eksperimen kerap kali digunakan karena
memiliki banyak keunggulan, yaitu : Dengan eksperimen siswa terlatih
menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga
tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
37
mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat dikehendaki oleh
kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif
belajar sendiri dengan bimbingan guru. Siswa dalam melaksanakan proses
eksperimen di samping memperoleh ilmu pengetahuan, juga menemukan
pengalaman praktis serta ketrampilan dalam menggunakan alat-alat
percobaaan. Dengan eksperimen siswa membuktikan ssendiri kebenaran
sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah
peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
Djamarah & Aswan Zain (2010 : 84) metode eksperimen mempunyai
kelebihan yaitu: Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya, dapat membina siswa untuk membuat terobosan-
terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia, hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan
untuk kemakmuran umat manusia.
Menurut Sagala (2012:221) Selain kebaikan metode eksperimen
mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: Pelaksanaan metode ini
sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
mudah diperoleh dan murah, setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil
yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar
jangkauan kemampuan atau pengendalian, sangat menuntut penguasaan
perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
38
Djamarah & Aswan Zain (2010 : 84) metode eksperimen
mengandung beberapa kekurangan, antara lain: metode ini lebih sesuai
dengan bidang-bidang sains dan teknologi, metode ini memerlukan berbagai
fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal,
metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan, setiap percobaan
tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-
faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
3. Kegiatan Bermain Profesor Cilik
Gagne dalam Sujiono (2008:8.4) media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan srta mendorong anak untuk belajar. Media berasal dari
bahasa Latin yang artinya “antara”. Media adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian
dan kemampuan anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar
mengajar pada diri anak (Sujiono, 2008:8.17). Namun bagi kita sebagai guru,
media adalah sebuah saluran komunikasi. Jadi menurut pengertian tersebut
media menggambarkan suatu perantaraan dalam penyampaian informasi dari
suatu sumber kepada penerima. Sumber informasinya adalah guru sedangkan
penerimanya adalah anak.
Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif anak, media apapun
yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-Kanak
adalah untuk belajar sambil bermain. Suasana belajar yang penuh tawa dan
gerak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk permainan dan kegiatan-
kegiatan yang kreatif.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
39
Salah satu definisi belajar yang banyak dipakai ialah bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena
suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Menurut
Suyanto (2005:81) perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan
pengetahuan, cara berpkir, maupun berperilaku.
Menurut Nasution dalam Nugraha (2005:60) mengemukakan bahwa
pengertian belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme (individu)
berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Meskipun semua ahli
menyetujui bahwa batasan belajar itu adalah suatu perubahan perilaku, tetapi
untuk menemukan hakekat tentang belajar para ahli mencoba menelusuri lebih
dalam. Menurut Mappa dalam Nugraha (2005:61) individu (anak) yang belajar
memiliki kesiapan (kapasitas, baik fisik maupun mental) untuk melakukannya.
Bermain menciptakan zone of proximal developmental (ZPD) pada
anak, yakni wilayah yang menghubungkan antara kemampuan actual anak dan
kemampuan potensial anak. Saat bermain, anak melakukan seseuatu yang
melebihi usianya dan tingkah laku mereka sehari-hari. Bermain dapat
diibaratkan sebagai kaca pembesar (magnifying glass), yang berisi semua
kecenderungan perkembangan. Peran, aturan, dan dukungan motivasional
dimungkinkan oleh situasi imajiner yang menyediakan bantuan bagi anak
untuk membentuk tingkat yang lebih tinggi pada ZPDnya (Vygotsky dalam
Musfiroh, 2005:14)
Catron dan Allen dalam Musfiroh (2005:1) mengatakan bahwa
bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
40
optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek
perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang
diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain,
anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu. Anak-
anak bermain karena mereka perlu memanipulasi dan bereksperimen untuk
melihat apa yang terjadi, bagaimana sesuatu itu berproses, dan bagaimana
sesuatu itu berfungsi dalam kehidupannya. Anak bermain karena mereka juga
perlu mengkreasikan pengetahuan mereka dan menantang dunia melalui
interaksi diantara mereka. Anak perlu bermain karena dalam bermain itulah
pertama kali anak menemukan pengetahuan di dalam dunia sosial mereka yang
kemudian menjadi bagian dari perkembangan kognitif mereka.
Pembelajaran sains akan menjadi kering, menjemukan, bahkan
menegankan jika disajikan secara teoritis. Padahal sains adalah pembelajaran
yang menyenangkan. Banyak hal tidak terduga yang dapat dijawab oleh sains.
Dengan percobaan-percobaan sains sederhana anak akan mengungkap banyak
misteri sains. Untuk itu, penulis menggunakan kegiatan bermain “Profesor
Cilik” yang didalamnya merupakan percobaan-percobaan sains sederhana,
alatnya mudah didapat, asyik, dan mudah dilakukan. Pembelajaran aktif lewat
percobaan-percobaan sederhana akan menciptakan pengalaman menyenangkan
bagi anak dan secara alami akan mendorong anak untuk lebih banyak belajar.
Adapun beberapa contoh kegiatan percobaan yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan sains pada anak seperti : permainan “Gelas Nada”,
dilakukan dengan cara guru menyediakan 3 buah gelas dan air, kemudian
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
41
minta anak untuk meletakkannya diatas meja, dan minta anak untuk
menuangkan air ke dalam 3 gelas masing-masing dengan ketinggian berbeda.
Minta anak untuk mengetuk tiap-tiap gelas dengan sendok. Dan gelas akan
mengeluarkan nada rendah, sedang dan tinggi. Saat mengetuk gelas dengan
sendok, air di dalam gelas akan bergetar sehingga menimbulkan nada yang
bervariasi. Pada gelas yang berisi air banyak akan menghasilkan nada rendah.
Jumlah air yang banyak bergetar lebih lambat sehingga ketukannya
menghasilkan nada rendah. Sebaliknya gelas berisi air sedikit menghasilkan
nada tinggi, sehingga ketukannya menghasilkan nada tinggi. (Kuin Sui
(2011:26)).
Prosedur pertama dalam permainan “Benang Tenggelam Di Air”, guru
menyiapkan benang jahit, gunting, gelas, sabun cair, air. Guru membagi anak
menjadi beberapa kelompok. Minta anak untuk mengisi gelas pertama dengan
air, kemudian gelas kedua berisi air yang dicampur sabun. Minta anak untuk
memasukkan perlahan potongan benang pada gelas pertama kemudian minta
anak untuk memasukkan potongan benang pada gelas kedua. Minta anak untuk
mengamati dan memprediksi apa yang terjadi. Pada gelas pertama benang akan
terapung, tetapi pada gelas kedua benang tenggelam di dalam air. Ini terjadi
karena air mempunyai tegangan permukaan yang mampu menahan benda-
benda ringan, seperti benang, jarum tipis, atau klip kertas supaya tetap
terapung. Sabun mengurangi tegangan permukaan air sehingga air tidak
mampu lagi menahan berat benang. Akibatnya benang tenggelam di dalam
campuran air sabun. (Kuin Sui (2011:15)).
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
42
Langkah awal dalam permainan “Bermain Warna”, guru menyiapkan
bahan-bahan seperti: 6 buah gelas , pewarna makanan merah, kuning dan biru,
serta air. Guru meminta anak untuk mengisi 6 buah gelas tersebut dengan
sedikit tepung dan air. Kemudian minta anak untuk menuangkan warna merah
pada gelas pertama, warna kuning pada gelas kedua, warna merah pada gelas
ketiga, warna biru pada gelas keempat, warna biru pada gelas kelima, dan
warna kuning pada gelas keenam. Minta anak untuk memprediksi yang akan
terjadi jika warna merah dicampur dengan kuning, kemudian warna merah
dicampur dengan biru, dan warna biru dicampur dengan kuning. Secara
teroritis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer
meliputi warna merah, kuning dan biru. Sedangkan warna sekunder dibentuk
dengan mencampur dua atau lebih warna primer. Misalnya : warna merah dan
kuning dicampur dapat menghasilkan warna jingga (orange), warna merah dan
biru dicampur dapat menghasilkan warna ungu, sedangkan warna biru dan
kuning dicampur dapat menghasilkan warna hijau. (Suyanto(2005:107)).
Langkah dalam bermain “Larut dan tidak larut”, guru menyiapkan
enam buah gelas bening, air, sendok, minyak, kopi, garam, gula, kecap. Minta
anak untuk menuang air ke dalam gelas kemudian menuang minyak, kopi,
garam, gula, dan kecap ke dalam gelas yang berbeda. Minta anak untuk
mengamati apa yang terjadi dan kopi, garam, gula, kecap pun larut dalam air
sedangkan minyak tidak. Ini terjadi karena salah satu sifat air yang melarutkan
zat lain kecuali minyak. Suhu air yang tinggi akan lebih cepat melarutkan
daripada suhu air yang rendah, Kecepatan mengaduk, mengaduk dengan cepat
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
43
akan lebih cepat pula benda larut, Anomali air dimana pada suhu 4 derajat C
volum air menyusut sampai terkecil namun bila suhu diturunkan kebawah 4
derajat C maka volumenya bertambah. (Condrywati (2009:25)).
Dalam permainan “Telur Ajaib”, guru menyiapkan 2 buah gelas, 2
butir telur dan garam. Guru membagi anak menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 2 anak, kemudian minta anak untuk menuangkan air ke dalam 2
buah gelas hingga setengah gelas, kemudian masukkan telur ke dalam 1 buah
gelas tersebut, dan telur akan tenggelam. Minta anak untuk masukkan 2-3
sendok garam ke dalam gelas kedua dan aduk hingga larut semua kemudian
memasukkan telur ke dalamnya. Masukkan telur ke dalam larutan garam dan
minta anak untuk mengamati yang terjadi, dan telur pun terapung. Semua
materi termasuk telur mengapung atau tenggelam tergantung pada massa
jenisnya. Telur tenggelam di dalam air tawar karena massa jenis telur lebih
besar daripada air tawar. Telur mengapung di dalam larutan garam pekat
karena massa jenis telur lebih kecil daripada larutan garam. (Kuin Sui
(2011:31)).
Langkah dalam permainan “Misteri Kapur Barus”, guru menyediakan
kapur barus, sendok, cuka, soda kue, 2 buah gelas dan air. Minta anak untuk
menuangkan air pada gelas pertama serta kapur barus.Minta anak memasukkan
cuka dan soda kue ke dalam gelas kedua yang berisi air serta kapur barus dan
mina anak untuk mengamati. Kapur barus akan tenggelam kemudian timbul,
terus tenggelam, timbul dan seterusnya sampai kapur barus larut seluruhnya.
Ketika mencampurkan soda kue dan cuka, maka terjadi reaksi kimia antara
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
44
soda kue dan cuka yang menghasilkan gas karbondioksida. Mula-mula kapur
barus tenggelam karena kerapatannya lebih besar daripada kerapatan air. Gas
karbondioksida yang terbentuk bekumpul dan melekat pada kapur barus
sehingga menyebabkan kapur barus terapung ke permukaan. Ketika kapur
barus mengapung ke permukaan, sebagian gelembung gas meletus dan
menyebabkan kapur barus kehilangan sebagian dari daya apungnya dan kapur
barus kembali tenggelam. (Kuin Sui (2011:47)).
C. Kriteria Keberhasilan
1. Pedoman Penilaian
Pengertian penilaian menurut Ralph Tyler dalam Yus Anita (2005:29)
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dlam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan
Brewer dalam Yus Anita (2005) menyatakan penilaian adalah penggunaan
system evaluasi yang bersifat komprehensif (menyeluruh) untuk menentukan
kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak. Berarti penilaian
itu harus dilakukan menyeluruh dari apa yang akan dinilai.
Sedangkan menurut Suyanto (2005:195) mengemukakan bahwa untuk
anak TK proses evaluasi dilakukan non tes dengan pertimbangan anak TK
belum bisa membaca dan menulis. Selain itu bentuk tes membuat anak stress.
Sebagai gantinya digunakan asesmen, yaitu suatu proses pengamatan,
pencatatan, dan pendokumentasian kinerja dan karya anak dan bagaimana ia
melakukannya sebagai dasar pengambilan keputusan pendidikan anak yang
berguna bagi peserta didik.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
45
Menurut Yusuf (2009:5) tujuan asesmen bagi anak usia dini adalah
proses memahami tingkat perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak
secara terus menerus dengan cara mengumpulkan data dari pengamatan,
pencatatan, perekaman terhadap perilaku yang ditampilkan. Asesmen harus
dilakukan secara menyeluruh yang meliputi berbagai aspek perkembangan
anak.
Pedoman penilaian menurut menurut Dimyati (2013: 95) yaitu: Anak
yang belum berkembang (BB) penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda
satu bintang ( ), Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan
indikattor RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ), Anak yang sudah
berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH
mendapatkan tanda tiga bintang ( ), Anak yang berkembang sangat baik
(BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan
tanda empat bintang ( ).
Menurut Depdiknas (2006: 6-7) dalam pelaksanaan penilaian sehari-
hari, guru menilai kemampuan (indikator) semua anak yang hendak dicapai
seperti yang telah diprogramkan dalam satuan kegiatan harian (SKH). Cara
pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :
○ : Dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa peserta didik
melakukan/menyelesaiakn tugas selalu dibantu guru.
● : Dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa peserta didik mamapu
melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru
: Menunjukkan ketercapaian indikator
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
46
Menurut Depdiknas (2010:10) penilaian dilaksanakan secara integratif
dengan kegiatan pembelajaran.Dalam pelaksanaan penilaian mengacu pada
kemampuan yang hendak dicapai dalam suatu kegiatan yang telah
direncanakan dalam tahapan tertentu. Guru menilai kemampuan yang hendak
dicapai,guru mengacu pada indicator seperti yang telah diprogramkan dalam
(RKH). Adapun pencatatan hasil penilaian dilakukan sebagai berikut:
1. Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian
direncana kegiatan harian (RKH).
2. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai indicator seperti diharapkan
pada RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru,maka
pada kolom penilaian di tuliskan nama anak dan diberi tanda satu
bintang ().
3. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indicator seperti yang
diharapkan dalam RKH mendapat tanda dua bintang( ).
4. Anak yang sudah berkembang (BSH) pada indicator pada RKH
mendapat tanda tiga bintang ( ).
5. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti
yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang(
)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku pedoman penilaian
dari Dimyati (2013: 95)
Anak yang belum berkembang (BB) penilaian dituliskan nama anak
dan diberi tanda satu bintang ( ), Anak yang sudah mulai berkembang (MB)
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
47
sesuai dengan indikattor RKH mendapatkan tanda dua bintang (), Anak
yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam
RKH mendapatkan tanda tiga bintang (), Anak yang berkembang sangat
baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH
mendapatkan tanda empat bintang ().
2. Indikator Hasil Belajar
Sujiono (2008:10.19) indikator merupakan hasil belajar yang lebih
spesifik dan terukur dalam suatu kompetensi dasar. Apabila serangkaian
indikator dalam satu kompetensi dasar sudah tercapai, berarti target kompetensi
dasar tersebut sudah terpenuhi.
Menurut Suyanto (2005:163) mengemukakan bahwa topik-topik sains
yang menarik untuk anak ialah melakukan investigasi terhadap hal-hal seperti:
gerak, menuang, menimbang, busa sabun, tenggelam dan terapung, magnet,
bayangan, perubahan wujud benda.
Yus Anita (2005:39) penilaian aspek perkembangan kognitif meliputi
perkembangan sains dan perkembangan matematika pada anak. Dan penulis
melakukan penilaian pada aspek perkembangan sains anak usia dini.
Menurut Jatmika (2011:12) ada beberapa jenis keterampilan sains
yang dapat mulai dikenalkan pada anak usia dini. Pertama, mengamati.
Caranya, ajak anak-anak untuk mengamati fenomena alam yang terjadi di
sekeliling kita. Dimulai dari yang paling sederhana. Kedua, mengelompokkan.
Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori
masing-masing. Ketiga, memprediksi. Misalnya, berapa lama es akan mencair,
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
48
berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi
dingin, dan seterusnya. Keempat, menghitung. Kita mendorong anak untuk
menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan
bentuk-bentuk benda kepadanya.
Suyanto (2005:163) pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan yaitu, (1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu
kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena yang ada di
alam; (2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan
pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil
pengamatan; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, senang, dan mau melakukan
kegiatan inkuiri dan diskoveri; (4) Memahami pengetahuan tentang berbagai
benda baik ciri, struktur, maupun fungsinya.
Secara rinci dan jelas Nugraha (2005:33) secara skematik uraian
tujuan program pengembangan pembelajaran sains di atas dapat ditampilkan
melalui tabel berikut :
Tabel 2.1 Dimensi Tujuan dan Target Pengembangan Pembelajaran Sains
Pada Anak Usia Dini
No Dimensi Sains
yang
diprogramkan
Tujuan Yang Dapat
Dikembangkan (Setiap Bidang)
Pribadi Yang
Terbentuk (Totalitas)
1 Sains Sebagai
Produk Penguasaan fakta, konsep,
prinsip dan teori (kumpulan
pengetahuan)
Pengusaan segala sesuatu
yang ditemukan dalam
bidang sains
Kemampuan menjelaskan
segala yang diketahuinya
secara memadai
Kemampuan menjelaskan
cara-cara menguasai produk
Memiliki bekal
kemampuan
dasar untuk
keperluan
kehidupannya
Memiliki
keterampilan-
keterampilan
dalam
memperoleh,
mengembangkan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
49
sains tersebut
Penguasaan sains sebagai
produk secara
komprehenship (menyeluruh)
dan utuh
dan menerapkan
konsep sains
dalam
kehidupannya
Memiliki sikap
ilmiah dan
menggunakan
pendekatannya
dalam
menyelesaikan
masalah hidup
yang dihadapinya
Memiliki
kesadaran akan
keteraturan alam
dan segala
keindahan yang
ada di sekitarnya,
sehingga timbul
mencintai dan
memeliharanya
Memiliki tingkat
kreativitas dan
inovasi yang
lebih berarti
2 Sains Sebagai
Proses Penguasaan keterampilan
yang diperlukan untuk
menggali dan menemukan
sains
Menguasai prosedur kerja
menyingkap alam/lingkungan
dengan mengikuti proses
ilmiah
Menguasai cara-cara dalam
menyelesaikan masalah yang
terkait dengan penggalian
dan pengembangan
pembelajaran sains
Keterampilan/proses yang
secara benar harus dimiliki,
diantaranya keterampilan:
Mengamati
Menggolongkan
Mengukur
Menguraikan
Menjelaskan
Mengajukan pertanyaan
Merumuskan problem
Merumuskan hipotesis
Merancang penelitian
Merancang eksperimen
Mengumpulkan data
Menganalisis data
Menarik kesimpulan
3 Sains Sebagai
Sikap Pembentukan pribadi yang
merupakan cerminan sikap
dari ilmuwan
Sejumlah sikap yang harus
dikembangkan, diantaranya :
Sikap jujur
Sikap kritis
Sikap kreatif
Positif terhadap kegagalan
Sikap rendah hati
Tidak mudah putus asa
Keterbukaan untuk dikritik dan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
50
diuji
Sikap menghargai dan
menerima masukan
Berpedoman ada fakta dan
data
Hasrat ingin tahu tinggi
Peneliti melakukan adaptasi sehingga indikator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar
No Indikator Yang Diharapkan
(Kemampuan Sains)
1. Anak mampu aktif mencoba melakukan percobaan
hingga selesai
2. Anak mampu memprediksi yang akan terjadi dalam
percobaan
3. Anak mampu menyelesaikan masalah yang terkait
dengan percobaan yang dilakukan
4. Anak mampu mengelompokkan benda padat dan cair
5. Anak mampu menceritakan hasil percobaan yang telah
dilakukan
D. Kerangka Berpikir
Menurut Patta Bundu dalam Maisaroh dkk (2015:5) sains adalah
sejumlah proses atau kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik
tentang dunia sekitar atau pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan
tertentu. Kata sains bisa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang
berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan
dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Dengan kata lain,
sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh
pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
51
Menurut Jatmika (2011:12) mengungkapkan bahwa sains melatih
anak bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya
wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Dengan demikian,
sains dapat mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif
dan inisiatif. Dan juga sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap
eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains
dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis). Dengan
menggunakan metode eksperimen dengan kegiatan bermain profesor cilik
dapat meningkatkan kemampuan sains anak karena dengan menggunakan
metode ini anak dapat bermain dan bereksperimen langsung menemukan fakta-
fakta yang ada di alam sekitarnya.
Catron dan Allen dalam Tadkiroatun (2005:1) mengatakan bahwa
bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang
optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek
perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang
diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain,
anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu. Lebih
lanjut Sujiono (2008:12.4) permainan sains bermanfaat bagi anak karena dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi-
imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan secara
alamiah.
Dari hal tersebut peneliti melakukan observasi sebelum melakukan
penelitian pada kondisi awal pembelajaran di TK tersebut masih monoton dan
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
52
terkesan membosankan. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas
sehingga anak terlihat bosan. Dan kegiatan pada proses pembelajaran hanya
terpaku pada menulis, berhitung, menggambar, mewarnai, melipat, worksheet
atau majalah. Sehingga banyak anak yang jenuh dan tidak memperhatikan
pembelajaran yang berlangsung. Sehingga perkembangan kognitif khususnya
pada sains anak sangat kurang, karena kurangnya interaksi antara guru dan
anak, serta terhambatnya daya eksplorasi anak karena anak tidak dapat
mengekspresikan dirinya.
Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan penelitian
yang dimulai dengan siklus 1. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan kegiatan bermain professor cilik. Anak
terlihat antusias mengikuti proses pembelajaran, dan meningkatkan daya
eksplorasi serta meningkatkan berpikir kritis anak. Tetapi pada siklus 1 ini
peningkatan perkembangan sains anak sudah meningkat tetapi belum
maksimal.
Setelah siklus 1 dilakukan dengan 3x pertemuan, karena hasilnya
belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan
menggunakan siklus 2 yang dilakukan dengan 3x pertemuan. Guru
menggunakan media dan metode yang sama. Pada penggunaan media dalam
siklus 2 anak mengalami banyak peningkatan pada perkembangan kognitifnya,
sehingga hasil belajar meningkat.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
53
Metode eksperimen dalam meningkatkan kemamapuan sains
mengenal sifat-sifat air dengan kerangka kegiatan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Minat belajar kurang dan
perkembangan kognitif /
sains anak terhambat,
karena pembelajaran di TK
ini monoton dan kurang
menarik.
Pada saat proses
pembelajaran metode yang
digunakan guru masih
monoton sehingga banyak
anak yang bosan, dan
kemampuan sains anak
kurang berkembang.
maksimal
Guru menggunakan
permainan “Botol
Nada” dalam rangka
untuk mengembangkan
kemampuan sains anak
Siklus II
1. Guru membagi anak
menjadi beberapa kelompok
pada kegiatan di luar
ruangan
2. Guru menggunakan
beberapa permainan dengan
melakukan percobaan
seperti bermain warna, telur
yang mengapung di air, dan
misteri kapur barus
Terjadi
peningkatan yang
signifikan dalam
kemampuan sains
anak dan penelitian
berhasil
1. Minat belajar anak
meningkat
2. Kemampuan belajar
meningkat tapi belum
optimal
3. Pembelajaran tidak
monoton.
Siklus 1
1. Guru mengajak anak
bermain di luar ruangan
dengan mengamati benda
disekitarnya.
2. Menggunakan media
bermain profesor cilik
dengan melakukan
percobaan benang
tenggelam di air, larut dan
tidak larut.
1. Anak antusias dalam
proses pembelajaran
sehingga hasil belajar
meningkat.
2. Kemampuan sains anak
meningkat maksimal.
3. Pembelajaran menjadi
patut dan
menyenangkan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013
54
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen dengan kegiatan bermain profesor cilik dapat
meningkatkan kemampuan sains pada anak didik kelompok B semester genap
di TK Pertiwi 2 Penambongan Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga
tahun ajaran 2013.
Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013