BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy...

32
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang Pengembangan Kognitif 1. Pengertian Kemampuan Kognitif Menurut Sujiono (2008:1.3) kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognisi meliputi aspek-aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan persoalan. Chaplin dalam Desmita (2011:97) menjelaskan bahwa Kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai”. Menurut Patmonodewo (2008:27) kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan hal ini Haditono (2006:216) kognitif mengandung arti proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi yang membuat setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri. Jadi dapat disimpulkan kognitif adalah semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang 7 Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Sains dalam Bidang Pengembangan Kognitif

1. Pengertian Kemampuan Kognitif

Menurut Sujiono (2008:1.3) kognitif adalah suatu proses berpikir,

yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognisi meliputi

aspek-aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan

persoalan.

Chaplin dalam Desmita (2011:97) menjelaskan bahwa “Kognisi

adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk di

dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka,

membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai”.

Menurut Patmonodewo (2008:27) kognitif adalah pengertian yang

luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang

mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk

menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan hal ini Haditono (2006:216)

kognitif mengandung arti proses berpikir dan proses mengamati yang

menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi yang membuat

setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri.

Jadi dapat disimpulkan kognitif adalah semua aktivitas mental yang

berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang

7

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

24

memungkinkan sesorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan

merencanakan masa depan, atau semaua proses berpikir yang berkaitan dengan

bagaimana individu memperlajari, memperhatikan, mengamati,

membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan suatu peristiwa

dengan peristiwa lainnya serta mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati

dari dunia sekitar.

Menurut Desmita (2011:96) secara sederhana, kemampuan kognitif

dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta

kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan demikian

dapat dipahami bahwa perkembangan kongnitif adalah salah satu aspek

perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),

yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengna bagaimana individu

mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Sehubungan dengan hal ini

Piaget dalam Desmita (2011:119):

“ Manusia bukan reaktor pasif terhadap stimulus ekstern atau dorongan

naluriah intern yang mendeterminasi dirinya (lingkungan dan kumpulan

objek statis tersendiri, yang terpisah dari subjek yang

mengobservasinya), tetapi mausia adalah makhluk yang membangun

(konstruktis) kognitifnya secara aktif, yang senantiasa menyusun reaksi-

reaksi kognitifnya tentang realitasnya sehingga lingkungan dapat dilihat

sebagai hasil penilaian dirinya”.

Menurut Sujiono (2008:3.3) kemampuan kognitif merupakan sesuatu

yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak terletak pada

pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspek.

Sejalan dengan Piaget dalam Sujiono (2008:3.3) mengemukakan bahwa

perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

25

pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi antara kematangan organisme

dengan lingkungannya. Dalam hal ini organisme aktif mengadakan hubungan

dengan lingkungannya, objek-objek yang ada di lingkungan sekitarnya yang

merupakan proses interaksi yang dinamis.

Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai

teori dengan berbagai peristilahan. Pandangan aliran tingkah laku

(Behaviorisme) dalam Patmonodewo (2008:27) pertumbuhan kecerdasan

melalui tehimpunnya informasi yang makin bertambah. Selanjutnya

dikemukakan bahwa perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh faktor

kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan

pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian

masalah yang dihadapi. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan

dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai

cara berpikir untuk menyelesaikan masalah dapat dipergunakan sebagai tolak

ukur pertumbuhan kecerdasan.

Sesuai dengan teori koginitif Piaget dalam Desmita (2010:99)

perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap

praoperasional, yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Untuk

menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan skema-skema sambil

beradaptasi, Piaget menawarkan dua konsep yang dikemukakan yaitu asimilasi

dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru

ke dalam skema-skema yang ada. Akomodasi terjadi ketika anak-anak

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

26

menyesuaikan skema-skema mereka dengan informasi dan pengalaman-

pengalaman baru.

Pengembangan kognitif dalam Sujiono (2008:1.20) sangat penting, hal

ini dimasukkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar

melalui panca indranya sehingga dengan pengetahuan yang didapat, anak dapat

melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan

kodratnya sesuai dengan makhluk Tuhan yang harus memberdayakan yang ada

di dunia untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

2. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini

Menurut Trianto (2011:136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari

bahasa Inggris “science”. Kata “science” sendiri berasal dari kata dalam

bahasa Latin “scientia” yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social

sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan

Alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai

sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja.

Menurut Indrawati dalam Nugraha (2005:4) memandang sains dalam

3 aspek; pertama, dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai

alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia.

Kedua, sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti

merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.

Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

27

memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab

terjadinya dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan aturan atau terori-teori

dari obyek yang diamati.

Menurut Patta Bundu dalam Maisaroh dkk (2015:5) sains adalah

sejumlah proses atau kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik

tentang dunia sekitar atau pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan

tertentu. Kata sains bisa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang

berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan

dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Dengan kata lain,

sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh

pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut.

Menurut Wahyana dalam Trianto (2011:136) sains adalah suatu

kumpulan pengetahuan tersesusun secara sistematik, dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi

oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pada hakikatnya IPA atau sains

dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu,

sains dipandang pula sebagai proses, produk dan prosedur. Sehubungan dengan

hal ini Marsetio dalam Trianto (2011:137) sains sebagai proses diartikan semua

kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun

untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil

proses, berupa pengetahuan yang telah diajarkan dalam sekolah atau di luar

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

28

sekolah. Sebagai prosedur dimaksudkan sebagai cara yang dipakai untuk

mengetahui sesuatu yang lazim.

Menurut Amien (dalam Nugraha 2005 : 3) sains adalah bidang ilmu

alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk

hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural

science) seperti fisika, kimia, dan biologi.

Carin dan Sund dalam Trianto (2011:153) mendefinisikan sains

sebagai “Pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku

umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Sains meliputi empat unsur utama, yaitu pertama, sikap : rasa ingin tahun

tentang benda atau objek, fenomena alam, makhluk hidup atau tak hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar; kedua, proses: prosedur pemecahan

masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,

perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan

kesimpulan; ketiga, produk : berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan

keempat, aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam

kehidupan sehari-hari.

Abruscato dalam Nugraha (2005:36) menilai bahwa kegiatan sekolah

yang seringkali dihabiskan untuk mengasah daya pikir dan menyerap

pengetahuaan semata-mata, itu adalah keliru. Mengacu pada terori

perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan anak menyerap

sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana anak dapat

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

29

mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana ia dapat

menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup

kehidupannya atau belajarnya.

Jadi nilai sesungguhnya dari sifat pengembangan kognitif harus

mengarah pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi proses. Hendaklah

dalam mengarahkan anak untuk menguasai isi pengetahuan, dilakukan melalui

proses atau aktivitas bermakna. Jika anak diharapkan menguasai konsep-

konsep terkait sains baik berupa fakta, konsep maupun teori, maka kegiatan

yang bisa mencakup dimensi isi maupun proses seperti : melalui observasi,

membaca, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Karena melalui

aktivitas sains anak akan menggunakan kemampuan kognitifnya dalam

memecahkan masalah, matematika dan bahasa pada saat mereka sedang

mengamati, memprediksi, menyelidiki, menguji, menyatakan jumlah dan

berkomunikasi.

Permainan sains mempunyai banyak manfaat untuk pengembangan

kognitif anak. Menurut Sujiono (2008:12.4) permainan sains bermanfaat bagi

anak karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat

menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat

menambah pengetahuan anak secara alamiah.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hakikat pengembangan sains

di TK adalah kegiatan belajar yang menyenangkan dan menarik dilaksanakan

sambil bermain melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan untuk

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

30

mencari tahu atau menemukan jawaban tentang kenyataan yang ada di dunia

sekitar.

3. Pentingnya Kemampuan Sains Bagi Anak Usia Dini

Menurut Jatmika (2011:9) mengungkapkan bahwa dalam beberapa

tahun terakhir ini, ada gejala pelajaran IPA atau sains semakin kurang diminati

di berbagai sekolah di Indonesia. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari minimnya

pengetahuan siswa akan pentingnya pelajaran sains dan matematika dalam

kehidupan. Padahal, Negara kita masih sangat membutuhkan tenaga-tenaga

ahli di bidang ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain

fenomena tersebut, saat ini juga masih terjadi kontroversi mengenai penting

atau tidaknya memberikan materi pendidikan kepada anak usia dini. Tidak

mungkin anak usia dini diberi materi pelajaran, diajari membaca, menulis dan

berhitung. Menurut Bruner dalam Jatmika (2011:9) setiap materi dapat

diajarkan kepada setiap kelompok umur. Perlu diingat bahwa cara-caranya

harus disesuaikan dengan perkembangan usia masing-masing anak. Sains

adalah materi fenomena alam yang telah tersedia di sekeliling kita. Dengan

demikian, belajar sains sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap individu dengan

cara mangamati kejadian alam di sekeliling kita secara saksama.

Nugraha (2005:25) berpendapat bahwa sains sebagai salah satu alat

mengungkap keberadaan dan rahasia alam raya dan isinya atau sebagai salah

satu sarana mencapai tujuan hidup manusia sangat penting untuk dipahami dan

dikuasai. Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa keberhasilan dalam bidang

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

31

sains dapat mempercepat kemajuan, memudahkan dalam kehidupan,

mengurangi penderitaan, sehingga membuka pintu-pintu masa depan yang

cerah dan gemilah. Jadi sains dapat menjadi kawan dan sarana manusia

melengkapi dan menikmati kehidupannya. Jadi perlu adanya upaya-upaya yang

menggiring pada pemahaman, pengembangan dan pemanfaatan sains kea rah

yang dibenarkan sesuai dengan norma dan azas kehidupan.

Menurut Jatmika (2011:11) mengenalkan sains pada anak bukan

berarti mengenalkan rumus-rumus yang serba ruwet. Ilmu pengetahuan atau

sains bukanlah sejumlah hal yang dipikirkan hanya dalam sekali jalan. Tetapi,

belajar sains haruslah dilakukan dalam suasana menyenangkan. Hal ini penting

agar anak dalam kondisi ceria akan bertanya “apa” dan kenapa”. Mengenalkan

sains pada anak harus disesuaikan dengan tahapan umur dan

perkembangannya. Karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan bersama

orang tuanya masing-masing dan guru di sekolah. Untuk itu pembelajaran di

TK sebaiknya dilakukan dengan bermain sambil belajar. Dalam situasi bermain

itulah dapat melakukan beragam eksperimen sains.

Sujiono (2008:7.6) mengungkapkan bahwa bermain merupakan

bermacam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasaan pada diri anak yang

bersifat nonserius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan

yang secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.

Lebih lanjut Sujiono (2008:12.4) permainan sains bermanfaat bagi anak karena

dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

32

imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah

pengetahuan secara alamiah.

Menurut Whiterington dalam Jatmika (2011:11) bermain mempunyai

fingsi mempermudah perkembangan kognitif anak dan memungkinkan anak

melihat lingkungan, mempelajari sesuatu, dan memecahkan masalah yang

dihadapi. Banyak manfaat yang bisa diperoleh jika anak sejak dini telah

diperkenalkan sains. Lebih lanjut menurut Abruscato dalam Nugraha (2005:36)

mengacu pada terori perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan

anak menyerap sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana

anak dapat mengingat dan mengendapkan yang diperolehnya, serta bagaimana

ia dapat menggunakan konsep dan prinsip yang dipelajarinya itu dalam lingkup

kehidupannya atau belajarnya.

Jatmika (2011:12) mengungkapkan bahwa sains melatih anak

bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya

wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Dengan demikian,

sains dapat mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif

dan inisiatif. Dan juga sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap

eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains

dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis).

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

33

B. Metode Eksperimen dengan Kegiatan Bermain Profesor Cilik

1. Metode Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

Winarno dalam Suryosubroto (2009:140) menyatakan bahwa metode

pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal

bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di

sekolah.

Menurut Moeslichatoen (2004:7) metode merupakan bagian dari

strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah

dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya

merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan menurut

Suryosubroto (2009:141) metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan

alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif

pula pencapaian tujuan tersebut.

Menurut Sujiono (2008:7.3) metode adalah cara menyampaikan /

mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga

menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Suyanto (2005:149)

menyatakan bahwa metode pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya

menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak,

bernyanyi, dan belajar. Lebih lanjut Isjoni (2011:86) metode pembelajaran

untuk anak usia dini perlu dirancang dan dipersiapkan dengan baik. Kondisi

dan karakter anak yang menjadi sumber pertimbangan utama.

Moeslichatoen (2004:9) mengemukakan bahwa metode merupakan

cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

34

Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai.

Dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan

anak di Taman Kanak-Kanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan

faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti :

karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan dan dipilih

berdasarkan strategi kegiatan yang ditetapkan. Setiap guru akan menggunakan

metode yang sesuai dengan tujuan dan gaya melaksanakan kegiatan. Sebagai

alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal.

Oleh karena itu dalam memilih suatu metode yang akan digunakan, guru TK

perlu memilih alasan yang kuat dan memperhatikan faktor-faktor yang

mendukung pemilihan metode tersebut seperti karakteristik tujuan kegiatan dan

karakteristik anak yang dibinanya. Karakteristik tujuan adalah pengembangan

kognitif. Metode dapat mengembangkan kognitif anak agar dapat berpikir,

menalar, mampu menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi. Caranya

adalah dengan memahami lingkungan sekitarnya, mengenal orang dan benda-

benda yang ada, mengenal tubuh dan memahami perasaan mereka sendiri,

berlatih mengurus diri sendiri (Hildebrand, dalam Sujiono, 2008).

Menurut Vygotsky dalam Moeslichatoen (2004:17) manusia lahir

dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan,

mengamati, dan mengingat. Kebudayaan akan mentransformasi kemampuan

tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi terutama dengan cara

mengadakan hubungan bermasyarakat dan melalui pengajaran dan penggunaan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

35

bahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Guilford dalam Moeslichatoen

(2004:17) untuk membantu perkembangan kemampuan kognitif anak perlu

memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan

mengobservasi dan mendengarkan secara tepat. Guilford juga mengemukakan

anak itu memiliki fungsi kognitif yang disebut operasi intelektual. Operasi

intelektual sedikit dibedakan dalam pengamatan, ingatan, berpikir konvergen,

berpikir divergen dan evaluatif.

2. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Djamarah & Aswan Zain (2010 : 84) metode ekperimen (percobaan)

adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses

belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk

mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati

suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri

mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

Menurut Roestiyah (2008:80) metode eksperimen adalah salah satu

cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,

mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Lebih lanjut

menurut Sujiono (2008:7.9) metode eksperimen adalah cara anak melakukan

berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

36

sebagai fasilitator, alat untuk berbagai percobaan suda dipersiapkan guru.

Melalui metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan

pengalamannya.

Menurut Sagala (2012:220) metode eksperimen adalah cara penyajian

bahan pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk

membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam

proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan

untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian,

siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba

mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang

dialaminya itu.

Berdasarkan uraian diatas penulis memilih metode eksperimen /

percobaan yaitu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat

dilakukan anak sesuai dengan usianya, guru sebagai fasilitator, alat untuk

berbagai percobaan sudah dipersiapkan guru. Melalui metode ini anak dapat

menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya.

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen

Roestiyah (2008:82) teknik eksperimen kerap kali digunakan karena

memiliki banyak keunggulan, yaitu : Dengan eksperimen siswa terlatih

menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga

tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

37

mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.

Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat dikehendaki oleh

kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif

belajar sendiri dengan bimbingan guru. Siswa dalam melaksanakan proses

eksperimen di samping memperoleh ilmu pengetahuan, juga menemukan

pengalaman praktis serta ketrampilan dalam menggunakan alat-alat

percobaaan. Dengan eksperimen siswa membuktikan ssendiri kebenaran

sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah

peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

Djamarah & Aswan Zain (2010 : 84) metode eksperimen mempunyai

kelebihan yaitu: Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya, dapat membina siswa untuk membuat terobosan-

terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia, hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan

untuk kemakmuran umat manusia.

Menurut Sagala (2012:221) Selain kebaikan metode eksperimen

mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: Pelaksanaan metode ini

sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu

mudah diperoleh dan murah, setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil

yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar

jangkauan kemampuan atau pengendalian, sangat menuntut penguasaan

perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

38

Djamarah & Aswan Zain (2010 : 84) metode eksperimen

mengandung beberapa kekurangan, antara lain: metode ini lebih sesuai

dengan bidang-bidang sains dan teknologi, metode ini memerlukan berbagai

fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal,

metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan, setiap percobaan

tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-

faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

3. Kegiatan Bermain Profesor Cilik

Gagne dalam Sujiono (2008:8.4) media adalah segala alat fisik yang

dapat menyajikan pesan srta mendorong anak untuk belajar. Media berasal dari

bahasa Latin yang artinya “antara”. Media adalah segala sesuatu yang dapat

dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian

dan kemampuan anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar

mengajar pada diri anak (Sujiono, 2008:8.17). Namun bagi kita sebagai guru,

media adalah sebuah saluran komunikasi. Jadi menurut pengertian tersebut

media menggambarkan suatu perantaraan dalam penyampaian informasi dari

suatu sumber kepada penerima. Sumber informasinya adalah guru sedangkan

penerimanya adalah anak.

Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif anak, media apapun

yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-Kanak

adalah untuk belajar sambil bermain. Suasana belajar yang penuh tawa dan

gerak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk permainan dan kegiatan-

kegiatan yang kreatif.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

39

Salah satu definisi belajar yang banyak dipakai ialah bahwa belajar

merupakan perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena

suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Menurut

Suyanto (2005:81) perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan

pengetahuan, cara berpkir, maupun berperilaku.

Menurut Nasution dalam Nugraha (2005:60) mengemukakan bahwa

pengertian belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme (individu)

berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Meskipun semua ahli

menyetujui bahwa batasan belajar itu adalah suatu perubahan perilaku, tetapi

untuk menemukan hakekat tentang belajar para ahli mencoba menelusuri lebih

dalam. Menurut Mappa dalam Nugraha (2005:61) individu (anak) yang belajar

memiliki kesiapan (kapasitas, baik fisik maupun mental) untuk melakukannya.

Bermain menciptakan zone of proximal developmental (ZPD) pada

anak, yakni wilayah yang menghubungkan antara kemampuan actual anak dan

kemampuan potensial anak. Saat bermain, anak melakukan seseuatu yang

melebihi usianya dan tingkah laku mereka sehari-hari. Bermain dapat

diibaratkan sebagai kaca pembesar (magnifying glass), yang berisi semua

kecenderungan perkembangan. Peran, aturan, dan dukungan motivasional

dimungkinkan oleh situasi imajiner yang menyediakan bantuan bagi anak

untuk membentuk tingkat yang lebih tinggi pada ZPDnya (Vygotsky dalam

Musfiroh, 2005:14)

Catron dan Allen dalam Musfiroh (2005:1) mengatakan bahwa

bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

40

optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek

perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang

diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain,

anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu. Anak-

anak bermain karena mereka perlu memanipulasi dan bereksperimen untuk

melihat apa yang terjadi, bagaimana sesuatu itu berproses, dan bagaimana

sesuatu itu berfungsi dalam kehidupannya. Anak bermain karena mereka juga

perlu mengkreasikan pengetahuan mereka dan menantang dunia melalui

interaksi diantara mereka. Anak perlu bermain karena dalam bermain itulah

pertama kali anak menemukan pengetahuan di dalam dunia sosial mereka yang

kemudian menjadi bagian dari perkembangan kognitif mereka.

Pembelajaran sains akan menjadi kering, menjemukan, bahkan

menegankan jika disajikan secara teoritis. Padahal sains adalah pembelajaran

yang menyenangkan. Banyak hal tidak terduga yang dapat dijawab oleh sains.

Dengan percobaan-percobaan sains sederhana anak akan mengungkap banyak

misteri sains. Untuk itu, penulis menggunakan kegiatan bermain “Profesor

Cilik” yang didalamnya merupakan percobaan-percobaan sains sederhana,

alatnya mudah didapat, asyik, dan mudah dilakukan. Pembelajaran aktif lewat

percobaan-percobaan sederhana akan menciptakan pengalaman menyenangkan

bagi anak dan secara alami akan mendorong anak untuk lebih banyak belajar.

Adapun beberapa contoh kegiatan percobaan yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan sains pada anak seperti : permainan “Gelas Nada”,

dilakukan dengan cara guru menyediakan 3 buah gelas dan air, kemudian

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

41

minta anak untuk meletakkannya diatas meja, dan minta anak untuk

menuangkan air ke dalam 3 gelas masing-masing dengan ketinggian berbeda.

Minta anak untuk mengetuk tiap-tiap gelas dengan sendok. Dan gelas akan

mengeluarkan nada rendah, sedang dan tinggi. Saat mengetuk gelas dengan

sendok, air di dalam gelas akan bergetar sehingga menimbulkan nada yang

bervariasi. Pada gelas yang berisi air banyak akan menghasilkan nada rendah.

Jumlah air yang banyak bergetar lebih lambat sehingga ketukannya

menghasilkan nada rendah. Sebaliknya gelas berisi air sedikit menghasilkan

nada tinggi, sehingga ketukannya menghasilkan nada tinggi. (Kuin Sui

(2011:26)).

Prosedur pertama dalam permainan “Benang Tenggelam Di Air”, guru

menyiapkan benang jahit, gunting, gelas, sabun cair, air. Guru membagi anak

menjadi beberapa kelompok. Minta anak untuk mengisi gelas pertama dengan

air, kemudian gelas kedua berisi air yang dicampur sabun. Minta anak untuk

memasukkan perlahan potongan benang pada gelas pertama kemudian minta

anak untuk memasukkan potongan benang pada gelas kedua. Minta anak untuk

mengamati dan memprediksi apa yang terjadi. Pada gelas pertama benang akan

terapung, tetapi pada gelas kedua benang tenggelam di dalam air. Ini terjadi

karena air mempunyai tegangan permukaan yang mampu menahan benda-

benda ringan, seperti benang, jarum tipis, atau klip kertas supaya tetap

terapung. Sabun mengurangi tegangan permukaan air sehingga air tidak

mampu lagi menahan berat benang. Akibatnya benang tenggelam di dalam

campuran air sabun. (Kuin Sui (2011:15)).

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

42

Langkah awal dalam permainan “Bermain Warna”, guru menyiapkan

bahan-bahan seperti: 6 buah gelas , pewarna makanan merah, kuning dan biru,

serta air. Guru meminta anak untuk mengisi 6 buah gelas tersebut dengan

sedikit tepung dan air. Kemudian minta anak untuk menuangkan warna merah

pada gelas pertama, warna kuning pada gelas kedua, warna merah pada gelas

ketiga, warna biru pada gelas keempat, warna biru pada gelas kelima, dan

warna kuning pada gelas keenam. Minta anak untuk memprediksi yang akan

terjadi jika warna merah dicampur dengan kuning, kemudian warna merah

dicampur dengan biru, dan warna biru dicampur dengan kuning. Secara

teroritis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer

meliputi warna merah, kuning dan biru. Sedangkan warna sekunder dibentuk

dengan mencampur dua atau lebih warna primer. Misalnya : warna merah dan

kuning dicampur dapat menghasilkan warna jingga (orange), warna merah dan

biru dicampur dapat menghasilkan warna ungu, sedangkan warna biru dan

kuning dicampur dapat menghasilkan warna hijau. (Suyanto(2005:107)).

Langkah dalam bermain “Larut dan tidak larut”, guru menyiapkan

enam buah gelas bening, air, sendok, minyak, kopi, garam, gula, kecap. Minta

anak untuk menuang air ke dalam gelas kemudian menuang minyak, kopi,

garam, gula, dan kecap ke dalam gelas yang berbeda. Minta anak untuk

mengamati apa yang terjadi dan kopi, garam, gula, kecap pun larut dalam air

sedangkan minyak tidak. Ini terjadi karena salah satu sifat air yang melarutkan

zat lain kecuali minyak. Suhu air yang tinggi akan lebih cepat melarutkan

daripada suhu air yang rendah, Kecepatan mengaduk, mengaduk dengan cepat

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

43

akan lebih cepat pula benda larut, Anomali air dimana pada suhu 4 derajat C

volum air menyusut sampai terkecil namun bila suhu diturunkan kebawah 4

derajat C maka volumenya bertambah. (Condrywati (2009:25)).

Dalam permainan “Telur Ajaib”, guru menyiapkan 2 buah gelas, 2

butir telur dan garam. Guru membagi anak menjadi beberapa kelompok yang

terdiri dari 2 anak, kemudian minta anak untuk menuangkan air ke dalam 2

buah gelas hingga setengah gelas, kemudian masukkan telur ke dalam 1 buah

gelas tersebut, dan telur akan tenggelam. Minta anak untuk masukkan 2-3

sendok garam ke dalam gelas kedua dan aduk hingga larut semua kemudian

memasukkan telur ke dalamnya. Masukkan telur ke dalam larutan garam dan

minta anak untuk mengamati yang terjadi, dan telur pun terapung. Semua

materi termasuk telur mengapung atau tenggelam tergantung pada massa

jenisnya. Telur tenggelam di dalam air tawar karena massa jenis telur lebih

besar daripada air tawar. Telur mengapung di dalam larutan garam pekat

karena massa jenis telur lebih kecil daripada larutan garam. (Kuin Sui

(2011:31)).

Langkah dalam permainan “Misteri Kapur Barus”, guru menyediakan

kapur barus, sendok, cuka, soda kue, 2 buah gelas dan air. Minta anak untuk

menuangkan air pada gelas pertama serta kapur barus.Minta anak memasukkan

cuka dan soda kue ke dalam gelas kedua yang berisi air serta kapur barus dan

mina anak untuk mengamati. Kapur barus akan tenggelam kemudian timbul,

terus tenggelam, timbul dan seterusnya sampai kapur barus larut seluruhnya.

Ketika mencampurkan soda kue dan cuka, maka terjadi reaksi kimia antara

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

44

soda kue dan cuka yang menghasilkan gas karbondioksida. Mula-mula kapur

barus tenggelam karena kerapatannya lebih besar daripada kerapatan air. Gas

karbondioksida yang terbentuk bekumpul dan melekat pada kapur barus

sehingga menyebabkan kapur barus terapung ke permukaan. Ketika kapur

barus mengapung ke permukaan, sebagian gelembung gas meletus dan

menyebabkan kapur barus kehilangan sebagian dari daya apungnya dan kapur

barus kembali tenggelam. (Kuin Sui (2011:47)).

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

Pengertian penilaian menurut Ralph Tyler dalam Yus Anita (2005:29)

merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,

dlam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan

Brewer dalam Yus Anita (2005) menyatakan penilaian adalah penggunaan

system evaluasi yang bersifat komprehensif (menyeluruh) untuk menentukan

kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak. Berarti penilaian

itu harus dilakukan menyeluruh dari apa yang akan dinilai.

Sedangkan menurut Suyanto (2005:195) mengemukakan bahwa untuk

anak TK proses evaluasi dilakukan non tes dengan pertimbangan anak TK

belum bisa membaca dan menulis. Selain itu bentuk tes membuat anak stress.

Sebagai gantinya digunakan asesmen, yaitu suatu proses pengamatan,

pencatatan, dan pendokumentasian kinerja dan karya anak dan bagaimana ia

melakukannya sebagai dasar pengambilan keputusan pendidikan anak yang

berguna bagi peserta didik.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

45

Menurut Yusuf (2009:5) tujuan asesmen bagi anak usia dini adalah

proses memahami tingkat perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak

secara terus menerus dengan cara mengumpulkan data dari pengamatan,

pencatatan, perekaman terhadap perilaku yang ditampilkan. Asesmen harus

dilakukan secara menyeluruh yang meliputi berbagai aspek perkembangan

anak.

Pedoman penilaian menurut menurut Dimyati (2013: 95) yaitu: Anak

yang belum berkembang (BB) penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda

satu bintang ( ), Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan

indikattor RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ), Anak yang sudah

berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH

mendapatkan tanda tiga bintang ( ), Anak yang berkembang sangat baik

(BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan

tanda empat bintang ( ).

Menurut Depdiknas (2006: 6-7) dalam pelaksanaan penilaian sehari-

hari, guru menilai kemampuan (indikator) semua anak yang hendak dicapai

seperti yang telah diprogramkan dalam satuan kegiatan harian (SKH). Cara

pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

○ : Dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa peserta didik

melakukan/menyelesaiakn tugas selalu dibantu guru.

● : Dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa peserta didik mamapu

melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru

: Menunjukkan ketercapaian indikator

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

46

Menurut Depdiknas (2010:10) penilaian dilaksanakan secara integratif

dengan kegiatan pembelajaran.Dalam pelaksanaan penilaian mengacu pada

kemampuan yang hendak dicapai dalam suatu kegiatan yang telah

direncanakan dalam tahapan tertentu. Guru menilai kemampuan yang hendak

dicapai,guru mengacu pada indicator seperti yang telah diprogramkan dalam

(RKH). Adapun pencatatan hasil penilaian dilakukan sebagai berikut:

1. Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian

direncana kegiatan harian (RKH).

2. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai indicator seperti diharapkan

pada RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru,maka

pada kolom penilaian di tuliskan nama anak dan diberi tanda satu

bintang ().

3. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indicator seperti yang

diharapkan dalam RKH mendapat tanda dua bintang( ).

4. Anak yang sudah berkembang (BSH) pada indicator pada RKH

mendapat tanda tiga bintang ( ).

5. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti

yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang(

)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku pedoman penilaian

dari Dimyati (2013: 95)

Anak yang belum berkembang (BB) penilaian dituliskan nama anak

dan diberi tanda satu bintang ( ), Anak yang sudah mulai berkembang (MB)

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

47

sesuai dengan indikattor RKH mendapatkan tanda dua bintang (), Anak

yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam

RKH mendapatkan tanda tiga bintang (), Anak yang berkembang sangat

baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH

mendapatkan tanda empat bintang ().

2. Indikator Hasil Belajar

Sujiono (2008:10.19) indikator merupakan hasil belajar yang lebih

spesifik dan terukur dalam suatu kompetensi dasar. Apabila serangkaian

indikator dalam satu kompetensi dasar sudah tercapai, berarti target kompetensi

dasar tersebut sudah terpenuhi.

Menurut Suyanto (2005:163) mengemukakan bahwa topik-topik sains

yang menarik untuk anak ialah melakukan investigasi terhadap hal-hal seperti:

gerak, menuang, menimbang, busa sabun, tenggelam dan terapung, magnet,

bayangan, perubahan wujud benda.

Yus Anita (2005:39) penilaian aspek perkembangan kognitif meliputi

perkembangan sains dan perkembangan matematika pada anak. Dan penulis

melakukan penilaian pada aspek perkembangan sains anak usia dini.

Menurut Jatmika (2011:12) ada beberapa jenis keterampilan sains

yang dapat mulai dikenalkan pada anak usia dini. Pertama, mengamati.

Caranya, ajak anak-anak untuk mengamati fenomena alam yang terjadi di

sekeliling kita. Dimulai dari yang paling sederhana. Kedua, mengelompokkan.

Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori

masing-masing. Ketiga, memprediksi. Misalnya, berapa lama es akan mencair,

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

48

berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi

dingin, dan seterusnya. Keempat, menghitung. Kita mendorong anak untuk

menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan

bentuk-bentuk benda kepadanya.

Suyanto (2005:163) pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan

untuk mengembangkan kemampuan yaitu, (1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu

kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena yang ada di

alam; (2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan

pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil

pengamatan; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, senang, dan mau melakukan

kegiatan inkuiri dan diskoveri; (4) Memahami pengetahuan tentang berbagai

benda baik ciri, struktur, maupun fungsinya.

Secara rinci dan jelas Nugraha (2005:33) secara skematik uraian

tujuan program pengembangan pembelajaran sains di atas dapat ditampilkan

melalui tabel berikut :

Tabel 2.1 Dimensi Tujuan dan Target Pengembangan Pembelajaran Sains

Pada Anak Usia Dini

No Dimensi Sains

yang

diprogramkan

Tujuan Yang Dapat

Dikembangkan (Setiap Bidang)

Pribadi Yang

Terbentuk (Totalitas)

1 Sains Sebagai

Produk Penguasaan fakta, konsep,

prinsip dan teori (kumpulan

pengetahuan)

Pengusaan segala sesuatu

yang ditemukan dalam

bidang sains

Kemampuan menjelaskan

segala yang diketahuinya

secara memadai

Kemampuan menjelaskan

cara-cara menguasai produk

Memiliki bekal

kemampuan

dasar untuk

keperluan

kehidupannya

Memiliki

keterampilan-

keterampilan

dalam

memperoleh,

mengembangkan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

49

sains tersebut

Penguasaan sains sebagai

produk secara

komprehenship (menyeluruh)

dan utuh

dan menerapkan

konsep sains

dalam

kehidupannya

Memiliki sikap

ilmiah dan

menggunakan

pendekatannya

dalam

menyelesaikan

masalah hidup

yang dihadapinya

Memiliki

kesadaran akan

keteraturan alam

dan segala

keindahan yang

ada di sekitarnya,

sehingga timbul

mencintai dan

memeliharanya

Memiliki tingkat

kreativitas dan

inovasi yang

lebih berarti

2 Sains Sebagai

Proses Penguasaan keterampilan

yang diperlukan untuk

menggali dan menemukan

sains

Menguasai prosedur kerja

menyingkap alam/lingkungan

dengan mengikuti proses

ilmiah

Menguasai cara-cara dalam

menyelesaikan masalah yang

terkait dengan penggalian

dan pengembangan

pembelajaran sains

Keterampilan/proses yang

secara benar harus dimiliki,

diantaranya keterampilan:

Mengamati

Menggolongkan

Mengukur

Menguraikan

Menjelaskan

Mengajukan pertanyaan

Merumuskan problem

Merumuskan hipotesis

Merancang penelitian

Merancang eksperimen

Mengumpulkan data

Menganalisis data

Menarik kesimpulan

3 Sains Sebagai

Sikap Pembentukan pribadi yang

merupakan cerminan sikap

dari ilmuwan

Sejumlah sikap yang harus

dikembangkan, diantaranya :

Sikap jujur

Sikap kritis

Sikap kreatif

Positif terhadap kegagalan

Sikap rendah hati

Tidak mudah putus asa

Keterbukaan untuk dikritik dan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

50

diuji

Sikap menghargai dan

menerima masukan

Berpedoman ada fakta dan

data

Hasrat ingin tahu tinggi

Peneliti melakukan adaptasi sehingga indikator yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Indikator Hasil Belajar

No Indikator Yang Diharapkan

(Kemampuan Sains)

1. Anak mampu aktif mencoba melakukan percobaan

hingga selesai

2. Anak mampu memprediksi yang akan terjadi dalam

percobaan

3. Anak mampu menyelesaikan masalah yang terkait

dengan percobaan yang dilakukan

4. Anak mampu mengelompokkan benda padat dan cair

5. Anak mampu menceritakan hasil percobaan yang telah

dilakukan

D. Kerangka Berpikir

Menurut Patta Bundu dalam Maisaroh dkk (2015:5) sains adalah

sejumlah proses atau kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik

tentang dunia sekitar atau pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan

tertentu. Kata sains bisa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang

berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan

dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Dengan kata lain,

sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh

pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

51

Menurut Jatmika (2011:12) mengungkapkan bahwa sains melatih

anak bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya

wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Dengan demikian,

sains dapat mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif

dan inisiatif. Dan juga sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap

eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains

dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis). Dengan

menggunakan metode eksperimen dengan kegiatan bermain profesor cilik

dapat meningkatkan kemampuan sains anak karena dengan menggunakan

metode ini anak dapat bermain dan bereksperimen langsung menemukan fakta-

fakta yang ada di alam sekitarnya.

Catron dan Allen dalam Tadkiroatun (2005:1) mengatakan bahwa

bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang

optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek

perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang

diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain,

anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan mencipta sesuatu. Lebih

lanjut Sujiono (2008:12.4) permainan sains bermanfaat bagi anak karena dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi-

imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan secara

alamiah.

Dari hal tersebut peneliti melakukan observasi sebelum melakukan

penelitian pada kondisi awal pembelajaran di TK tersebut masih monoton dan

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

52

terkesan membosankan. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas

sehingga anak terlihat bosan. Dan kegiatan pada proses pembelajaran hanya

terpaku pada menulis, berhitung, menggambar, mewarnai, melipat, worksheet

atau majalah. Sehingga banyak anak yang jenuh dan tidak memperhatikan

pembelajaran yang berlangsung. Sehingga perkembangan kognitif khususnya

pada sains anak sangat kurang, karena kurangnya interaksi antara guru dan

anak, serta terhambatnya daya eksplorasi anak karena anak tidak dapat

mengekspresikan dirinya.

Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan penelitian

yang dimulai dengan siklus 1. Dalam penelitian ini metode yang digunakan

adalah metode eksperimen dengan kegiatan bermain professor cilik. Anak

terlihat antusias mengikuti proses pembelajaran, dan meningkatkan daya

eksplorasi serta meningkatkan berpikir kritis anak. Tetapi pada siklus 1 ini

peningkatan perkembangan sains anak sudah meningkat tetapi belum

maksimal.

Setelah siklus 1 dilakukan dengan 3x pertemuan, karena hasilnya

belum maksimal peneliti mengulang kembali penelitian tersebut dengan

menggunakan siklus 2 yang dilakukan dengan 3x pertemuan. Guru

menggunakan media dan metode yang sama. Pada penggunaan media dalam

siklus 2 anak mengalami banyak peningkatan pada perkembangan kognitifnya,

sehingga hasil belajar meningkat.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

53

Metode eksperimen dalam meningkatkan kemamapuan sains

mengenal sifat-sifat air dengan kerangka kegiatan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Minat belajar kurang dan

perkembangan kognitif /

sains anak terhambat,

karena pembelajaran di TK

ini monoton dan kurang

menarik.

Pada saat proses

pembelajaran metode yang

digunakan guru masih

monoton sehingga banyak

anak yang bosan, dan

kemampuan sains anak

kurang berkembang.

maksimal

Guru menggunakan

permainan “Botol

Nada” dalam rangka

untuk mengembangkan

kemampuan sains anak

Siklus II

1. Guru membagi anak

menjadi beberapa kelompok

pada kegiatan di luar

ruangan

2. Guru menggunakan

beberapa permainan dengan

melakukan percobaan

seperti bermain warna, telur

yang mengapung di air, dan

misteri kapur barus

Terjadi

peningkatan yang

signifikan dalam

kemampuan sains

anak dan penelitian

berhasil

1. Minat belajar anak

meningkat

2. Kemampuan belajar

meningkat tapi belum

optimal

3. Pembelajaran tidak

monoton.

Siklus 1

1. Guru mengajak anak

bermain di luar ruangan

dengan mengamati benda

disekitarnya.

2. Menggunakan media

bermain profesor cilik

dengan melakukan

percobaan benang

tenggelam di air, larut dan

tidak larut.

1. Anak antusias dalam

proses pembelajaran

sehingga hasil belajar

meningkat.

2. Kemampuan sains anak

meningkat maksimal.

3. Pembelajaran menjadi

patut dan

menyenangkan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Sains dalam Bidang …repository.ump.ac.id/4426/3/Anggi Desy Arifiani_BAB II.pdf · 2017. 9. 29. · dari obyek yang diamati. Menurut Patta Bundu

54

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, hipotesis dalam penelitian ini

adalah metode eksperimen dengan kegiatan bermain profesor cilik dapat

meningkatkan kemampuan sains pada anak didik kelompok B semester genap

di TK Pertiwi 2 Penambongan Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga

tahun ajaran 2013.

Upaya Meningkatkan Kemampuan…, Anggi Desy Arifiani, FKIP UMP, 2013