BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tipe-tipe kesalahan
Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan
siswa tidak menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham
dengan pertanyaan dalam soal matematika, siswa tidak
memahami arti kata, siswa tidak menguasai konsep dan kurang
menguasai teknik berhitung.
Lerner (1988) mengemukakan berbagai kesalahan umum yang
dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika,
yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya
pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru,
kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca
sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi
membaca tulisannya sendiri.
Kesamaan Pendapat menurut Subanji dan Mulyoto (2000:13-
14) tentang jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam
mengerjakan soal-soal matematika antara lain : Kesalahan
interpretasi bahasa yaitu Kesalahan menyatakan bahasa sehari-
hari ke dalam bahasa matematika dan kesalahan dalam
menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa
matematika; Kesalahan teknis yaitu Kesalahan perhitungan atau
komputasi dalam mengerjakan soal-soal; Kesalahan konsep yaitu
Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk
menjawab suatu masalah. Siswa sering melakukan kesalahan
penggunaan teorema atau rumus yang tidak sesuai dengan kondisi
prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak menuliskan
teorema.
Tipe-tipe kesalahan dibagi ke dalam indikator agar
penggolongan kesalahan lebih spesifik. Tabel tipe kesalahan
berdasarkan indikator menurut Subanji dan Mulyoto
(Restuningtyas, 2012) dapat dilihat dalam Tabel 2.1
6
Tabel 2.1
Tipe Kesalahan
No Tipe Kesalahan Indikator
1 Kesalahan Interpretasi Bahasa
Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
Kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika
2 Kesalahan Teknis Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal
3 Kesalahan Konsep Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah
Jenis-jenis kesalahan lain menurut Subanji dan Mulyoto, jenis
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika
dikelompokan menjadi 5 jenis, yaitu :
Kesalahan menggunakan data yaitu siswa tidak menggunakan
data yang seharusnya dipakai dalam menjawab pertanyaan yang
ada. Siswa juga melakukan kesalahan dalam memasukan data ke
variabel dan menambah data yang tidak diperlukan dalam
menjawab suatu masalah; Kesalahan menarik kesimpulan yaitu
kesalahan dalam melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung
yang benar juga kerap dilakukan oleh siswa. Kesalahan siswa
dalam melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai
dengan penalaran logis; Kesalahan imaginasi yaitu kesalahan
imaginasi merupakan kesulitan dan kekeliruan siswa dalam
imajinasi ruang (spasial) dalam dimensi-dimensi tiga yang
berakibat salah dalam mengerjakan soal-soal matematika;
Kesalahan Prasyarat yaitu kesalahan prasyarat merupakan
kesalahan dan kekeliruan siswa dalam mengerjakan soal
matematika karena bahan pelajaran yang sedang dipelajari siswa
belum dikuasai; Kesalahan Tanggapan yaitu kesalahan tanggapan
merupakan kekeliruan dalam penafsiran atau tanggapan siswa
terhadap konsepsi, rumus-rumus dan dalil-dalil matematika dalam
mengerjakan soal matematika.
Penelitian ini mengacu pada pendapat Subanji dan Mulyoto
(Restuningtyas, 2012), dimana pengklasifikasian kesalahan
7
berdasarkan indikatornya. Pengklasifikasian tipe-tipe kesalahan
jawaban siswa dalam penelitian ini berdasarkan Pedoman
Pengklasifikasian Kesalahan Pada Materi Sistem Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear, dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Pedoman Pengklasifikasian Kesalahan Pada
Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
No Indikator kesalahan Kesalahan yang dilakukan siswa
1 Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
Kesalahan dalam menyatakan suatu bentuk permasalahan soal cerita ke dalam bentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika
Kesalahan dalam menyatakan suatu bentuk simbol, grafik dan tabel ke dalam bentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
2 Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal
Kesalahan dalam melakukan perhitungan (perkalian,pembagian, penjumlahan, pengurangan) pada sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Kesalahan dalam menuliskan tanda negatif/positif
3 Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah
Kesalahan dalam menentukan dan menggunakan rumus terkait dalam menyelesaiakan soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Kesalahan dalam menuliskan, mengubah tanda persamaan dan pertidaksaman linear
2. Remediasi
a. Pengertian
Remediasi merupakan layanan pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajar
sehingga mencapai standar minimal ketuntasan yang
diterapkan. Sudrajat (2007) menyatakan bahwa untuk
memahami konsep penyelenggaraan metode remediasi,
8
terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang diberlakukan berdasarkan peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006
dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 tahun
2007 dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis
kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran
yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Ischak dan Warji (1982), remediasi adalah kegiatan
perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Kartono,
2007).
b. Tujuan Remediasi
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remediasi adalah
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah memperbaiki
kesalahan siswa. secara khusus kegiatan remediasi bertujuan
membantu siswa menuntaskan penguasaan kompetensi yang
telah ditetapkan (Kartono, 2007).
c. Fungsi Remediasi
Pengajaran remediasi mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar (Kartono,
2007). Ada enam fungsi pengajaran remediasi yaitu :
i. Fungsi Korektif
Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran
remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan
terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai
apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar
mengajar.
ii. Fungsi Pemahaman
Dengan pengajaran remedial memungkinkan guru,
siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai
pribadi siswa.
9
iii. Fungsi Penyesuaian
Pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk
bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (proses belajarnya). Artinya, siswa dapat
belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang
untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar.
iv. Fungsi Pengayaan
Pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses
pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan
dalam pengajaran regular, akan dapat diperoleh melalui
pengajaran remedial.
v. Fungsi Akselerasi
Dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh
hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu
yang efektif dan efisien.
vi. Fungsi Terapeutik
Bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran
remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang
diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.
3. Jenis-jenis Kegiatan Remediasi
Dalam melakukan kegiatan remedial untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar, guru dapat melakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut (Kartono, 2007):
a. Melaksanakan pembelajaran kembali
Melalui bentuk kegiatan ini seorang guru dapat
melaksanakan pembelajaran kembali materi yang belum
dikuasai oleh siswa dengan berorientasi pada kesulitan yang
dihadapi siswa tersebut. Bagi siswa yang kurang memahami
konsep, sebaiknya guru memberikan banyak contoh dalam
pembelajaran dan berorientasi pada kehidupan siswa serta
banyak memberikan contoh penerapan sehari-hari. misalnya
pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.
10
b. Melakukan aktivitas fisik, misal Think Pair Share
Dalam matematika ada konsep-konsep yang mudah
dipahami apabila dijelaskan atau diperagakan melalui aktifitas
fisik seperti demonstrasi, praktek dan menggunakan media
dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat
memahami dengan baik konsep tersebut. Kegiatan remediasi
ini yaitu dengan melakukan praktek atau dengan metode Think
Pair Share misalnya pada materi sistem persamaan dan
pertidaksamaan linear.
c. Kegiatan kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan kelompok
dapat efektif dalam membantu siswa, jika di antara anggota
kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan
mampu memberikan penjelasan pada siswa lainnya.
d. Tutorial
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remediasi.
Dalam kegiatan tutorial, seorang guru meminta bantuan
kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menjadikan tutor
siswa yang berasal dari kelas yang sama ataupun dari kelas
yang lebih tinggi.
e. Menggunakan sumber belajar lain.
Penggunaan sumber belajar yang lain yang relevan dapat
membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi
pelajaran. Misalnya, guru meminta siswa untuk mengunjungi
ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
Selain itu, guru juga dapat meminta siswa membaca sumber
lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota
masyarakat yang mempunyai keahlian sesuatu yang sesuai
dengan materi yang dipelajari.
Dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan remediasi dengan
mengajar kembali (re-teaching) dengan menggunakan metode
Think Pair Share. Metode ini juga dapat digunakan untuk
11
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar,
karena dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain siswa lebih
dapat memahami suatu materi khususnya pada materi sistem
persamaan dan pertidaksamaan linear.
4. Metode Think Pair Share
a. Pengertian
Think Pair Share adalah suatu metode pembelajaran
kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan
merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini
memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang
menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif
metode Think Pair Share ini relatif lebih sederhana karena
tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk
ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih
siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat
teman.
Metode Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman
dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair
Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling
membantu satu sama lain Ibrahim (2007) dengan cara ini
diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan
dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Lie (2002) menyatakan bahwa, Think Pair Share
adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.
b. Karateristik
Ibrahim (2000) Ciri utama pada metode pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share adalah tiga langkah utamanya
yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu :
12
i. Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan
atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa
diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai
pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini,
siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini
karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa
sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui
jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir
pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk
tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan
dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan,
jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal
pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time”
atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri
sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain.
Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya
siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas
untuk dikerjakan sendiri.
ii. Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah agar siswa berpasangan dengan
teman sebangkunya sehingga dapat saling bertukar
pikiran. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai
hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir
yang didapat menjadi setingkat lebih baik, karena siswa
mendapat tambahan informasi dan metodologi
pemecahan masalah yang lain.
Pada tahap ini, tidaklah diharuskan bahwa ada dua
orang siswa untuk setiap pasangan. Langkah ini dapat
berkembang dengan meminta pasangan lain untuk
membentuk kelompok berempat dengan tujuan
memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan
kelompok yang lebih besar (kelas).
13
iii. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh
kelas)
Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil
pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan
seluruh kelas. langkah ini merupakan penyempurnaan
langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini
menolong agar semua kelompok berakhir pada titik yang
sama. Kelompok yang belum menyelesaikan
permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami
pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan
penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa
benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi
maupun penguatan diakhir pembelajaran.
c. Tahap pembelajaran (sintaks) metode pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
terdiri dari lima langkah, dalam tiga langkah utama sebagai ciri
khas yaitu : think, pair dan share. Langkah-langkah
pembelajaran dalam metode kooperatif tipe Think Pair Share
dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3
Sintaks metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1 pendahuluan
1. Guru menjelaskan aturan main dan batas waktu untuk setiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
2. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
Tahap 2 Think
1. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
2. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa
3. Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
Tahap 3 Pair
1. Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
2. Siswa berdiskusi dengan pasangannya
14
mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Tahp 4 Share
1. Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa dikelas dengan dipandu oleh guru.
Tahap 5 Penghargaan
1. Siswa dinilai secara individu dan kelompok
Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut :
i. Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian
apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada
aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga
menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan
waktu untuk setiap tahap kegiatan.
ii. Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru
melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal
siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think
time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara
individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam
penentuannya, guru harus mempertimbangkan
pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diberikan.
iii. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara
berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap
siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan
agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar
dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa
mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan
mengenai jawaban atas permasalahan yang telah
diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan
untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban
secara bersama.
15
iv. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau
seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan
jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif
kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap
anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil
pemikiran mereka.
v. Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara
individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan
hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok
berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama
pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap
seluruh kelas.
d. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share adalah :
i. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat
suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari
siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
ii. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
iii. Dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan
menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang
lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil
iv. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran
(teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk
dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru
(student oriented).
Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share adalah :
i. Metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak
diterapkan di sekolah
16
ii. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru,
waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan
intervensi secara maksimal
iii. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat
kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan
mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir
memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan
kesulitan sendiri bagi siswa.
5. Langkah Pemecahan Masalah Matematika
Sumardiyono (Supinah, 2010) mengungkapkan bahwa
pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang
belum dikenal. Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006
mengemukakan, bahwa pemecahan masalah merupakan fokus
dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah
tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi
tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian.
Menurut Polya (Nuralam, 2009), pemecahan masalah
merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu
kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan
segera. Langkah-langkah dalam pemecahan masalahnya yakni
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah, dan melakukan pengecekan kembali semua langkah yang
telah dikerjakan. Pada fase memahami masalah siswa tidak
mungkin menyelesaikan masalah dengan benar tanpa adanya
pemahaman terhadap masalah yang diberikan, selanjutnya siswa
harus mampu menyusun rencana atau strategi. Penyelesaian
masalah dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa
yang kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah.
Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan masalah
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat.
Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah adalah
melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan, mulai dari fase
17
pertama hingga hingga fase ketiga. Kesalahan yang tidak perlu
terjadi dapat dikoreksi kembali dengan model seperti ini, sehingga
siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan
masalah yang diberikan.
Secara garis besar langkah-langkah pemecahan masalah
menurut Polya dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya
Penelitian ini menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh
Polya (Nuralam, 2009), secara garis besar indikator kemampuan
pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
Memahami Masalah (Understanding)
Merencanakan Penyelesaian (Planning)
Menyelesaikan Masalah (Solving)
Melakukan Pengecekan Kembali (Checking)
18
Tabel 2.4
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Polya
Berdasarkan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
No Langkah Pemecahan Masalah
Indikator
1 Memahami soal (Understanding)
Siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear tersebut, seperti :
a. Data atau informasi apa yang dapat diketahui dari soal?
b. Apa inti permasalahan dari soal yang memerlukan pemecahan?
c. Adakah dalam soal itu rumus-rumus, gambar, grafik, tabel atau tanda-tanda khusus?
d. Adakah syarat-syarat penting yang perlu diperhatikan dalam soal?
2 Merencanakan penyelesaian (Planning)
a. Siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
b. Siswa harus mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan mencari rumus-rumus yang diperlukan dalam soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
3 Menyelesaikan Masalah (Solving)
a. Siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai
b. Siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku
c. Siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahannya
d. Siswa melaksanakan langkah-langkah rencana
4 Melakukan Pengecekan Kembali (Checking)
Siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya
19
6. Belajar Tuntas
Belajar tuntas berdasarkan bebrapa ahli pendidikan,
sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa belajar
tuntas artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat
dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara
menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada
materi tersebut.
Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam
kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar
dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal
terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005).
Basuki (2012) belajar tuntas (mastery Learning) merupakan
proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan
terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada
siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu mengatasi
perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna
untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar
tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang
melekat pada pembelajaran klasikal.
Benyamin S Bloom (dalam Yamin, 2008) menyebutkan tiga
strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi,
mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, dan
mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal dengan
memberi bumbu untuk menyesuaikan dengan kemampuan
individual yang meliputi : 1) corrective technique, pengajaran
remedial yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap
tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan prosedur dan
metode yang berbeda dari sebelumnya; 2) memberikan tambahan
waktu kepada siswa yang membutuhkan (belum menguasai bahan
secara tuntas).
20
B. Tinjauan Materi
1. Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
SK : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
KD : 1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan
sistem persamaan campuran linear dan kuadrat
dalam dua variabel
2. Merancang model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear
3. Menyelesaikan pertidaksamaan satu variabel yang
melibatkan bentuk pecahan aljabar
4. Menyelesaikan model matematika dari masalah
yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu
variabel dan penafsirannya
Indikator : 1. Menentukan himpunan penyelesaian dari sistem
persamaan linear
2. Menentukan penyelesaian model matematika dari
masalah yang berhubungan dengan sistem
persamaan linear
3. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu
variabel dan Menentukan Daerah Penyelesaian
pertidaksamaan linear satu variabel dengan
menggunakan grafik
4. Menentukan penyelesaian model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan
satu variabel.
21
2. Peta konsep
Gambar 2.2
Peta Konsep
Persamaan dan Pertidaksamaan
Persamaan Pertidaksamaan
Linear Kuadrat
Mencari
Himpunan
Penyelesaian
Menyusun
Persamaan
dari Akar-akar
Dua Variabel Satu Variabel
SPL
Mencari
Himpunan
Penyelesai
an
Mencari Himpunan
Penyelesaian
dengan
Menggunakan Garis
Bilangan
Mencari
Himpunan
Penyelesai
an
Kuadrat Linear
22
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
Tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
tentang sistem persamaan dan pertidaksamaan linear
Banyak Kesalahan
Kesalahan siswa dapat diperbaiki dengan cara remediasi dengan
menggunakan metode Think Pair share
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesalahan
Interpretasi
Bahasa
Tipe-tipe kesalahan
yang dilakukan siswa
Think Pair Share akan menunjukkan kemampuan siswa dalam mengingat
suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta
saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan.
Kesimpulan Data
Pembelajaran Remediasi
dengan menggunakan
metode Think Pair Share
Kesalahan Teknis Kesalahan Konsep
Wawancara
23
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah remediasi menggunakan
metode Think Pair Share dapat memperbaiki kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear kelas
X SMK Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.