BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapi para siswa. Salah satunya adalah layanan bimbingan kelompok. Menurut Hartinah (2009: 6) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah sama. Tujuan dari kelompok yaitu sebagai tempat di mana isi bimbingan diterapkan. Hartinah menambahkan bahwa penyajian informasi pendidikan atau jabatan karier kepada sejumlah siswa termasuk ke dalam bimbingan kelompok. Adapun menurut Winkel dan Hastuti (2004: 547) bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan, untuk memberikan bantuan kepada siswa yang dilakukan oleh pembimbing/konselor melalui tiap kegiatan kelompok. Kelompok ini bekerjasama atau bertukar pikiran untuk mencegah berkembangnya masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan pribadi maupun sosial. Hal tersebut bermakna bahwa bimbingan kelompok adalah kegiatan secara berkelompok dengan cara berdiskusi untuk meningkatkan perkembangan pribadi maupun sosial siswa yang bertujuan meningkatkan kerjasama atau bertukar pikiran antara satu dengan yang lainnya. Penulis lain juga merumuskan pengertian bimbingan kelompok sebagai berikut: Bimbingan kelompok adalah layangan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling

a. Bimbingan Kelompok

1) Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk mengentaskan

permasalahan yang dihadapi para siswa. Salah satunya adalah layanan

bimbingan kelompok. Menurut Hartinah (2009: 6) menyatakan bahwa

bimbingan kelompok adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada

kelompok individu yang mengalami masalah sama. Tujuan dari

kelompok yaitu sebagai tempat di mana isi bimbingan diterapkan.

Hartinah menambahkan bahwa penyajian informasi pendidikan atau

jabatan karier kepada sejumlah siswa termasuk ke dalam bimbingan

kelompok.

Adapun menurut Winkel dan Hastuti (2004: 547) bimbingan

kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan, untuk memberikan

bantuan kepada siswa yang dilakukan oleh pembimbing/konselor melalui

tiap kegiatan kelompok. Kelompok ini bekerjasama atau bertukar pikiran

untuk mencegah berkembangnya masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan pribadi maupun sosial. Hal tersebut bermakna bahwa bimbingan

kelompok adalah kegiatan secara berkelompok dengan cara berdiskusi

untuk meningkatkan perkembangan pribadi maupun sosial siswa yang

bertujuan meningkatkan kerjasama atau bertukar pikiran antara satu

dengan yang lainnya.

Penulis lain juga merumuskan pengertian bimbingan kelompok

sebagai berikut:

Bimbingan kelompok adalah layangan bimbingan yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama

memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama

dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

8

kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar,

anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Layanan kelompok mempunyai tiga fungsi

yaitu: (1) informatif (2) pengembangan (3) preventif dan kreatif

(Sukardi, 2010: 64).

Romlah (2006: 3) Bimbingan kelompok adalah proses pemberian

bantuan yang diberikan padaa individu dalam situasi kelompok.

Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada

siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Prayitno (1995: 61) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok

diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok siswa menjadi

mandiri yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Hal tersebut

menjelaskan bahwa bimbingan kelompok merupakan bimbingan yang

dilakukan secara kelompok untuk mencapai tujuan tertentu sesuai

kebutuhan siswa. Dalam buku lain Prayitno (1994: 317) mengemukakan

bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan layanan bimbingan

maupun kegiatan informasi yang diberikan dalam suasana kelompok

untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.

Adapun dengan rencana dan keputusan yang tepat penting dimiliki siswa

untuk bekal dalam menyelesaikan permasalahan, baik permasalahan

sosial, belajar, karier, pribadi. Bimbingan kelompok dapat dilakukan

dengan pemberian informasi kepada kelompok yang membutuhkan.

Berpijak dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa bimbingan kelompok merupakan bimbingan yang diberikan

kepada kelompok siswa memiliki masalah sama untuk tujuan tertentu

yaitu membantu menyelesaikan masalah, menyusun rencana dan

memandirikan dalam mengambil keputusan yang tepat.

2) Tujuan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan kegiatan selalu memiliki tujuan, begitu pula

bimbingan kelompok. Bennet (dalam Romlah, 2006: 14) mengemukakan

tujuan bimbingan kelompok yaitu:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

9

a) Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal

penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan

dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

b) Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan

kelompok.

c) Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif

dari pada melalui kegiatan bimbingan individual.

d) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih

efektif. Dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami

oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan

emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap

masalah individu menjadi lebih mudah.

3) Dinamika dalam Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok akan lebih efektif jika adanya

dinamika kelompok. Menurut Hartinah (2009: 62) menjelaskan bahwa

dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan yang

mengembangkan berbagai kekuatan yang mempengaruhi perilaku

anggota dan perilaku kelompok untuk menciptakan perubahan positif

dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Dinamika

kelompok menekankan pada keefektifan kelompok dalam melakukam

kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Adanya

dinamika dalam bimbingan kelompok penting untuk diciptakan untuk

mencapai tujuan secara maksimal.

Peserta kelompok dapat secara langsung terlibat dan menjalani

dinamika kelompok. Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok

dapat mencapai tujuan ganda yaitu berkesempatan untuk

memperkembangkan diri dalam kemampuan sosial dan dapat

memperoleh berbagai pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman,

nilai dan sikap, serta berbagai alternatif yang akan memperkaya dan

dapat dipraktikkan (Prayitno, 1995: 67).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

10

4) Tahap Perkembangan Kegiatan Kelompok dalam Layanan

Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno (dalam Rochayatun, 2015: 32), tahap-tahap

perkembangan kelompok dalam bimbingan melalui pendekatan

kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan perkembangan

kegiatan bimbingan kelompok sama dengan tahapan yang terdapat dalam

konseling kelompok. Agar bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan

baik, maka disususn langkah-langkah yang sistematis. Hal tersebut

dilakukan guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi serta

menentukan tindakan selanjutnya.

a) Tahap Pembentukan

Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok,

saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri,menjelaskan cara

kegiatan kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk

menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok, yang meliputi

pemberian penjelasan tentang kelompok yang dimaksud, tujuan dan

manfaat adanya kelompok tersebut, ajakan untuk memasuki dan

mengikuti kegiatan.

b) Tahap Peralihan

Pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan

oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan selanjutnya dalam

kegiatan kelompok. Serta membahas suasana yang terjadi dan

meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.

c) Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Mengemukakan masalah atau topik, anggota membahas

masalah/topik secara mendalam, tanya jawab antar anggota dan

pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas dan

menyangkut masalah atau topik yang sedang dibicarakan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

11

d) Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan

segera berakhir, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan

kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan.

e) Evaluasi Kegiatan

Penilaian terhadap kegiatan kenseling kelompok dapat

dilakukan secara tertulis di mana para peserta diminta

mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya

terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan

kelompok (yang menyangkut isi dan proses) maupun kemungkinan

keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya.

5) Manfaat Bimbingan Kelompok

Hartinah (2009: 114) menyebutkan beberapa manfaat dan

pentingnya bimbingan kelompok bagi siswa, yaitu:

a) Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan

berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Pendapat siswa tersebut dapat

bermacam-macam, ada yang positif dan ada yang negatif. Semua

pendapat tersebut, melalui dinamika kelompok (dan peranannya guru

BK) diluruskan bagi pendapat yang negatif.

b) Memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang

berbagai hal yang siswa bicarakan.

c) Pemahaman yang objektif, tepat dan luas diharapkan dapat

menimbulkan sikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungan

siswa yang bersangkutan dengan hal yang mereka bicarakan dalam

kelompok.

d) Sikap positif diharapkan dapat merangsang siswa untuk menyususn

program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan terhadap yang buruk

dan dukungan terhadap yang baik”.

e) Program kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong siswa dalam

melaksanakan kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil

sesuai dengan yang telah diprogramkan semula.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

12

Lima manfaat tersebut dapat diperoleh melalui dinamika kelompok.

Apabila manfaat tersebut dapat dikembangkan maka bimbingan

kelompok akan efektif dalam mencapai tujuan.

b. Teknik Symbolic Modeling

1) Pengertian Teknik Symbolic Modeling

Teknik model perlu untuk merubah perilaku siswa dalam mencapai

tujuan. Komalasari, Wahyuni & Karsih (2011: 176),”Modeling merupakan

belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah

laku atau perilaku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan

sekaligus, melibatkan proses kognitif”. Terdapat beberapa tipe modeling,

salah satunya yaitu symbolic modeling. Komalasari, dkk (2011: 176)

menjelaskan lebih lanjut bahwa model simbolik yaitu modeling melalui

film dan video yang menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi sebagai

sumber model tingkah laku.

Menurut Corey (1995: 427) model simbolik merupakan perilaku

model ditunjukkan dalam film, video, atau alat lainnya. Adanya film,

video atau alat lainnya tersebut sebagai stimulus untuk membentuk

pikiran, sikap dan perilaku yang lebih positif sesuai tujuan yang

diharapkan.

Abimanyu (1996: 259) menyatakan bahwa symbolic modeling dapat

disajikan melalui materi, video, film atau slide. Model-model simbolis

dapat dikembangkan untuk klien perorangan atau kelompok. Suatu model

simbolis dapat mengajarkan klien tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi

sikap dan nilai, dan mengajarkan keterampilan sosial melalui simbol atau

gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada siswa. Hal tersebut

bermakna bahwa layanan bimbingan kelompok yang dapat di berikan

kepada individu maupun kelompok dengan memberikan model atau

contoh melalui simbol yang dapat berupa film, video, gambar atau

rekaman untuk merubah tingkah laku atau pemikiran yang sesuai.

Bandura (dalam Abimanyu, 1996: 260) membuktikan bahwa model-

model simbolik telah digunakan dan berhasil dalam berbagai situasi. Klien

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

13

yang mengalami rasa takut yang kemudian diminta mengamati sesuatu

model atau model-model yang telah berhasil menghadapi situasi-situasi

ketakutan tanpa akibat negatif, maka klien itu kemudian dapat mengurangi

dan menghilangkan rasa ketakutannya.

Berpijak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

teknik symbolic modeling adalah pemberian bantuan kepada individu yang

membutuhkan secara individu maupun kelompok melalui model berupa

simbol seperti gambar, video atau film. Model berguna sebagai contoh

untuk diamati oleh klien dalam merubah tingkah laku, pemikiran, dan

sikap untuk lebih positif.

2) Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Modeling

Menurut Komalasari, dkk (2011: 177) terdapat beberapa hal yang

perlu diperhatikan sebelum melakukan kegiatan modeling sehingga

pelaksanaan modeling berjalan sesuai harapan. Hal tersebut yaitu:

a) Ciri model seperti usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan

kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi;

b) Anak lebih senang meniru model sesusianya dari pada model dewasa;

c) Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam

jangkauannya;

d) Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka.

Perempuan lebih mengimitasi ibunya.

3) Prinsip Teknik Symbolic Modeling

a) Belajar bisa diperoleh melalui tidak langsung dengan mengamati

tingkah laku orang lain beserta konsekuensinya dalam bentuk alat

visual.

b) Kecakapan sosial emosional yang terganggu bisa dihapus dengan

mengamati dan mencontoh tingkah laku model yang terdapat dalam

film atau video.

c) Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan

mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

14

tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang

dilakukannya.

d) Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang

dikenai hukuman melalui film atau video.

e) Status kehormatan model sangat berarti.

f) Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh

tingkah laku model.

g) Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar

modifikasi perilaku.

4) Langkah Pelaksanaan Teknik Symbolic Modeling

Abimanyu (1996: 260) Pelaksanaan teknik symbolic modeling dapat

dilakukan sesuai langkah-langkah pengembangan model simbolis sebagai

berikut :

a) Sifat-Sifat dari Pemakai

Pertimbangan pertama dalam mengembangkan suatu model

simbolis adalah menentukan sifat-sifat orang yang akan diberi

treatment dengan model. Sifat-sifat dari model simbolis hendaknya

sama dengan orang-orang yang akan menggunakan prosedur itu.

Konselor hendaknya juga mempertimbangkan derajat variasi sifat-

sifat yang ada, yang dimiliki oleh para pengguna model simbolis.

Memasukkan beberapa orang sebagai model (menggunakan multiple

model) dapat membuat suatu model simbolis lebih berguna untuk

klien yang bervariasi.

b) Tingkah Laku Tujuan yang Menjadi Model

Tingkah laku tujuan hendaknya dispesifikasi. Konselor dapat

mengembangkan seri-seri model simbolis untuk memusatkan pada

tingkah laku yang berbeda, atau pola tingkah laku yang kompleks

dapat dipecah-pecah ke dalam keterampilan yang kurang kompleks.

c) Media

Pemilihan media penyampaian ini akan tergantung pada dimana,

dengan siapa, dan bagaimana model simbolis itu akan digunakan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

15

Media ini dapat berupa film, rekaman video atau pemuatan dalam

rekaman slide.

d) Isi dan Persentasi

Tanpa memperhitungkan media yang digunakan untuk

menggambarkan penyajian model itu, konselor hendaknya

mengembangkan suatu naskah untuk merefleksikan isi modeling yang

disajikan. Naskah itu hendaknya meliputi intruksi, modeling, latihan,

balikan, dan ringkasan.

(1) Instruksi

Instruksi hendaknya dilakukan dengan singkat tapi jelas dan rinci

sebelum model itu akan membantu klien mengidentifikasi

komponen dari model yang ditampilkan dan diperlukan. Instruksi

menyediakan suatu rasional tentang modeling tersebut.

(2) Modeling

Persiapan perencanaan tentang kegiatan yang akan ditiru untuk

mencapai tujuan. Hendaknya perencanaan yang menjadi model

menunjukkan urutan keterampilan yang terencana.

(3) Latihan

Dalam symbolic modeling hendaknya dimungkinkan adanya

kesempatan bagi klien untuk berlatih tentang apa yang mereka

lihat atau baca dalam kehidupannya sehari-hari.

(4) Balikan

Setelah klien diinstruksikan untuk berlatih dan waktunya telah

cukup, balikan dalam bentuk deskripsi tentang tingkah laku atau

aktivitas hendaknya dilakukan. Klien hendaknya diinstruksikan

untuk mengulang modeling dan mempraktikkannya lagi jika

balikan menunjukkan adanya masalah.

(5) Ringkasan

Pada kesimpulan dari skenario, perencanaan hendaknya

mencakup suatu ringkasan tentang apa yang telah ditiru dan

pentingnya bagi klien menguasai tingkah laku model.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

16

e) Testing Lapangan dari Model

Sebelum membuat model simbolis dapat melakukan tes lapangan

skrip dengan beberapa orang atau teman dari sasaran kelompok klien.

Adapun proses penting modeling menurut Komalasari,dkk (2011: 177)

yaitu:

a) Perhatian

Siswa harus berfokus pada model. Proses ini dipengaruhi asosiasi

pengamat dengan model, sifat model yang atraktif, arti penting

tingkah laku yang diamati bagi pengamat.

b) Representasi

Yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasi dengan

ingatan. Jika dalam symbolic modeling maka menggunakan gambar

atau imajinasi. Imajinasi memungkinkan dilakukan latihan simbolik

dalam pikiran.

c) Peniruan tingkah laku model

Tata cara melakukan atau meniru model yang sudah disediakan. Hasil

diharapkan mencapai tujuan dalam modeling.

d) Motivasi dan penguatan

Motivasi tinggi untuk melakukan tingkah laku model membuat

semangat sehingga menjadi efektif. Imitasi lebih kuat pada tingkah

laku yang diberi penguatan daripada dihukum.

Komalasari menambahkan tentang langkah-langkah pelaksanaan

symbolic modeling, yaitu:

a) Menetapkan bentuk penokohan yaitu symbolic modeling.

b) Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

c) Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat

perilaku konseli.

d) Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral

rehearsal, dan penguatan.

e) Pada saat konseli memperhatikan penampilan model, berikan

penguatan alamiah.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

17

f) Bila mungkin, buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model

secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan

alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan

untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.

g) Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan

mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

h) Skenario harus dibuat realistic.

i) Melakukan permodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang

menimbulkan rasa takut atau kebingungan bagi konseli.

Langkah-langkah dalam symbolic modeling menurut Nursalim dkk,

(2005: 124) yaitu :

a) Rasional : Pada tahap ini konselor memberikan penjelasan atau uraian

singkat tentang tujuan, prosedur dan komponen-komponen strategi

yang akan digunakan dalam proses konseling

b) Pemberian Contoh: Pada tahap ini konselor memberikan contoh

kepada klien berupa model yang disajikan dalam bentuk video atau

media lainnya, di mana perilaku model yang akan diperlihatkan telah

disetting untuk ditiru oleh klien

c) Praktik/ Latihan: Pada tahap ini, klien akan diminta untuk

mempraktikkan setelah ia memahami perilaku model yang telah

disaksikan. Biasanya praktik atau latihan ini mengikuti suatu urutan

yang telah disusun

d) Pekerjaan Rumah: Pada tahap ini konselor memberikan pekerjaan

rumah kepada klien dan membawa hasil pekerjaan rumah ke

pertemuaan selanjutnya

e) Evaluasi: Pada tahap ini konselor bersama dengan konseli

mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan, serta kemajuan apa saja

yang telah dirasakan klien selama proses bimbingan. Selain itu,

konselor juga harus memberikan motivasi untuk terus mencoba dan

mempraktikkan apa yang telah klien dapat.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

18

Kesimpulan dari kedua pengertian dan penjelasan di atas tentang

bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling adalah bahwa

bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang membutuhkan bantuan

melalui teknik pemberian contoh melalui simbolik seperti video, film atau

gambar. Simbolik tersebut diharapkan dapat menjadi contoh dan dapat

merubah tingkah laku, sikap, ataupun pemikiran siswa dalam kelompok sesuai

dengan model yang dicontohkan.

2. Hakikat Perencanaan Karir

a. Pengertian Perencanaan Karier

Munandir (1996: 92) menyatakan bahwa pemilihan karier adalah

proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi

mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya. Ini

mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali,

dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan karier yang terus

berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja. Hal tersebut bermakna bahwa

proses pemilihan karier adalah proses pengambilan keputusan

pekerjaannya untuk mencapai kepuasan kerja yang dapat dilakukan secara

berulang-ulang sampai menemukan puncak kepuasan dan kecocokan kerja

sesuai dengan dirinya. Salah satu usaha yang mendukung dalam pemilihan

karier adalah kesiapan dalam merencanakan karier di masa depan.

Perencanaan karier penting untuk siswa SMK dalam mempersiapkan

kariernya setelah lulus sekolah. Walker dalam Geradus (2005: 32)

menyatakan bahwa perencanaan karier adalah proses perencanaan pribadi

seseorang tentang pekerjaan selama hidup. Perencanaan karier

menghendaki penilaian atas kemampuan dan minat, mempertimbangkan

alternatif kesempatan karier, menentukan tujuan karier, dan merencanakan

kegiatan pengembangan praktik. Hal tersebut bermakna bahwa

perencanaan karier adalah proses individu untuk menentukan proses karier

dalam hidupnya serta mempertimbangkan menentukan alternatif dan

tujuannya.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

19

Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006: 110) merumuskan

perencanaan karier adalah proses yang dilalui sebelum melakukan

pemilihan karier. Hal tersebut menjelaskan bahwa perencanaan karier

adalah proses atau rangkaian yang harus dilakukan sebelum pemilihan

karier demi kesuksesan karier di masa depan.

Supriatna (2009: 49) menyatakan bahwa perencanaan karier adalah

aktivitas siswa yang mengarah pada keputusan karier masa depan. Bentuk

dari perencanaan karier adalah perwujudan diri melalui serangkaian

aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Pendapat tersebut

menjelaskan bahwa perencanaan karier merupakan aktivitas untuk

mempersiapkan karier di masa depan dengan aktivitas yang mendukung

karier.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Aminnurrohim (2014: 58) bahwa

perencanaan karier adalah sebuah proses dasar yang dapat digunakan

untuk mempersiapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan di masa depan.

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan

karier merupakan proses perencanaan pribadi tentang karier di masa depan

melalui aktivitas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Aktivitas

perencanaan karier berupa peningkatan kemampuan dan minat,

mempertimbangkan alternatif kesempatan karier, menentukan tujuan yang

matang untuk menunjang karier di masa depan.

b. Masalah-Masalah dalam Perencanaan Karier

Siswa dikatakan bermasalah dalam kariernya jika tidak mencapai

kematangan karier sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan

kariernya. Tanda-tanda siswa yang tidak mampu merencanakan kariernya

dengan baik menurut Suherman (2013: 83), yaitu:

1) Tidak adanya kesediaan untuk mempelajari informasi karier secara

memadai

2) Malas/tidak membicarakan karier dengan orang dewasa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

20

3) Malas/tidak mengikuti pendidikan tambahan (kursus untuk menambah

pengetahuan tentang keputusan karier

4) Malas/tidak berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler

5) Malas/tidak mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan

yang diinginkan

6) Kurang memiliki pengetahuan tentang kondisi pekerjaan yang

diinginkan

7) Kurang memadainya pengetahuan tentang persyaratan pendidikan

untuk pekerjaan yang diinginkan

8) Kurang/tidak mampu merencanakan apa yang harus dilakukan setelah

tamat sekolah

9) Kurang/tidak memadainya pengetahuan tentang cara dan kesempatan

memasuki dunia kerja yang diinginkan

10) Kurang/tidak mampu mengatur waktu luang secara efektif.

Beberapa tanda tersebut dapat dilihat untuk mengetahui siswa yang

memiliki perencanaan kurang baik untuk dijadikan sebagai subjek dalam

meningkatkan perencanaan karier.

c. Tujuan Perencanaan Karier

Bimbingan dan Konseling di tingkat SMA/SMK memiliki tujuan

salah satunya siswa mampu merencanakan karier dimasa depan dengan

baik. Suherman (2013: 195) menyatakan dalam tujuan BK karier di SMA/

SMK “Siswa memiliki kemampuan untuk merencanakan masa depan

terutama karier yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk

memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan

kondisi kehidupan sosial ekonomi”. Hal tersebut menekankan bahwa

perencanaan karier penting sebagai bekal di masa depan setelah lulus

SMA/SMK.

Geradus (2005: 33) menyatakan bahwa perencanaan karier memiliki

enam tujuan yaitu (1) Memperoleh kesadaran dan pemahaman diri

(kekuatan dan kelemahan) berhubungan dengan tujuan dan rencana karier,

(2) Mencapai kepuasan pribadi dalam bekerja, (3) Memperoleh

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

21

penempatan dan penghasilan financial yang memadai, (4) Menggunakan

waktu secara efektif, (5) Mencapai kesuksesan pribadi dan karier, (6)

Mengembangkan kemampuan individu untuk mengendalikan karier.

Lebih lanjut maksud dari pendapat tersebut adalah tujuan

perencanaan karier yaitu individu memperoleh kesadaran dan kepuasan

pribadi dalam proses perencanaan dan pengambilan karier unttuk

memperoleh penempatan dan kesuksesan karier serta dapat

mengembangkannya demi keberlangsungan karier.

d. Aspek Perencanaan Karier

Dalam kajian tentang perencanaan karier, harus dipahami aspek-

aspek perencanaan karier. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti,

2006: 110), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu

perencanaan karier, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan

pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi

akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber

yang dimiliki.

2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan

syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam

suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan,

dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.

3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman

diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu

kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam

merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan

yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang

dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang

tersedia.

Adapun menurut Suherman (2013: 81) bahwa perencanaan karier

memiliki beberapa aspek dalam meningkatkan perencanaan karier, yaitu:

1) Mempelajari informasi karier

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

22

2) Membicarakan karier dengan orang dewasa

3) Mengikuti pendidikan tambahan (khusus) untuk menambah

pengetahuan tentang keputusan karier

4) Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler

5) Mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang

diinginkan

6) Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan

7) Mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan

8) Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah

9) Mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang

diinginkan

10) Mampu mengatur waktu luang secara efektif.

e. Komponen Perencanaan Karier

Mengacu pada definisi di atas, ada empat komponen perncanaan

karier menurut Brooks dalam Geradus (2005: 34), yaitu (1) Komponen self

assessment atas kemampuan, bakat, dan minat serta hambatan dan

peluang, (2) Komponen identifikasi alternatif pilihan karier, (3) Komponen

tujuan karier, dan (4) komponen aktivitas pengembangan untuk mencapai

tujuan karier.

Lebih lanjut maksud dari pendapat tersebut yaitu perencanaan karier

memiliki beberapa komponen yang dipenuhi untuk mencapai tujuan karier

yaitu self assessment kemampuan dan hambatan, alternatif pilihan, tujuan

karier, dan pengembangan karier. Pertama perlu adanya pengetahuan

kemampuan diri sendiri dalam hal karier. Kemudian memahami hambatan

dalam pemilihan karier serta memiliki alternatif untuk mencapai tujuan

dan dapat mengembangkan karier mencapai kesuksesan atau kepuasan

pribadi dalam karier.

3. Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling Meningkatkan

Perencanaan Karier Siswa

Bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling untuk

merencanakan karier adalah bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

23

yang membutuhkan bantuan melalui pemberian model (contoh) seperti film,

video atau gambar tentang seseorang yang yang sukses karena memiliki

perencanaan karier yang baik.

Adanya pemberian contoh berupa gambar dan video tentang perencanaan

yang baik maka diharapkan siswa dapat mencontoh tokoh tersebut dalam

perencanaan karier siswa di masa depan. Upaya mencapai tujuan tersebut,

peneliti menggunakan teknik yang berbeda yaitu dengan bimbingan kelompok.

Tujuan penggunaan bimbingan kelompok tersebut dapat memaksimalkan

pemberian contoh kepada siswa. Sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya

dengan pemberian contoh saja.

Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam bimbingan kelompok

teknik symbolic modeling adalah:

a. Tahap Pembentukan

Peneliti mempersiapkan hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan

yaitu mempersiapkan model yang akan diberikan kepada siswa dengan

mempertimbangkan sifat-sifat dari pemakai, tingkah laku tujuan yang

menjadi model, pemilihan media dan testing lapangan dari model. Setelah

mempersiapkan dapat dibentuk kelompok dan memberikan penjelasan

tujuan kegiatan.

b. Tahap Peralihan

Pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan anggota

kelompok pada tahap pelaksanaan kegiatan. Penjelasan tersebut berupa

intruksi yang bersifat jelas, rinci dan rasional tentang model tersebut.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pemimpin kelompok melaksanakan kegiatan kepada para anggota

yang telah direncanakan yaitu melakukan symbolic modeling (berupa

video, gambar biografi, dan film), latihan, balikan, peniruan tingkah laku

model. Pelaksanaan kegiatan ini hendaknya memperhatikan perhatian

anggota kelompok dan memberikan motivasi serta penguatan saat

pelaksanaan kegiatan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

24

d. Tahap Pengakhiran

Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera

berakhir. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan ringkasan atau

kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan.

e. Evaluasi Kegiatan

Pada tahap ini pemimpin dan anggota kelompok mengevaluasi

kegiatan yang telah dilakukan dan kemajuan apa saja yang telah dirasakan

anggota kelompok selama proses pelaksanaan kegiatan. Selain itu,

pemimpin kelompok dapat memberikan motivasi dan penguatan kepada

anggota kelompok untuk mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa dikatakan berhasil dalam pemberian model apabila memenuhi

indikator keberhasilan, yaitu:

1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri

2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja

3) Penalaran yang jelas akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri

sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penulisan ini, peneliti telah melakukan penelaahan atau penelusuran

terhadap penulisan terdahulu yang berkaitan dengan teknik symbolic modeling dan

perencanaan karier.

Sofwan Adiputra (2015: 45) dengan judul “Penggunaan teknik Modeling

terhadap Perencanaan Karir Siswa”, Dalam penulisan ini menguji teknik modeling

dengan konseling kelompok untuk meningkatkan kemandirian dalam perencanaan

karier, hal ini terbukti dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan. Sebanyak 24 siswa menjadi sampel, 12 siswa sebagai kelompok

eksperimen dan 12 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang

diberikan perlakuan mengalami perubahan yang signifikan sebesar 0,001 atau

probabilitas di bawah alpha 0,05. Hasil perhitungan tersebut dikatakan bahwa

teknik modeling efektif untuk meningkatkan perencanaan karier pada siswa kelas

X SMA Yasmida Ambarawa. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang

akan dilakukan. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

25

independent yaitu perencanaan karier dan variabel dependent secara umum yaitu

teknik modeling. Selain memiliki persamaam, kedua penelitian ini juga memiliki

perbedaan yaitu penelitian Sofwan menggunakan konseling kelompok sedangkan

penelitian ini dimodifikasi ke dalam bimbingan kelompok. Selain itu, penelitian

Sofwan menggunakan teknik model langsung.

Hilda Mardiati Rahmah Sari (2014: 41) dengan judul “Efektivitas Teknik

Modeling untuk Meningkatkan Self Efficacy Karier Siswa”. Dalam penulisan ini

menguji teknik modeling yaitu symbolic modeling untuk meningkatkan keyakinan

diri dalam merencanakan karier. Hasil analisis dapat dikatakan bahwa teknik

symbolic modeling efektif untuk meningkatkan keyakinan diri dalam

merencanakan karier. Penelitian Hilda memiliki kesamaan teknik penelitian ini

yaitu symbolic modeling. Selain memiliki persamaan juga memiliki perbedaan

yaitu penelitian Hilda untuk meningkatkan self efficacy karier sedangkan

penelitian ini lebih menekankan pada perencanaan karier siswa.

Siti Mawarisa Milati H. (2015: 35) dengan judul “Efektivitas Bimbingan

Kelompok Dengan Teknik symbolic modeling Dalam Meningkatkan Perilaku

Prososial Siswa”, Dalam penulisan ini menguji teknik bimbingan kelompok

dengan teknik symbolic modeling untuk meningkatkan perilaku prososial pada

siswa dan kemudian pengujiannya berhasil bahwa bimbingan kelompok dengan

teknik symbolic modeling berhasil dan efektif untuk meningkatkan perilaku

prososial pada siswa. Penelitian Siti memiliki persamaan teknik dengan penelitian

ini yaitu symbolic modeling tetapi juga memiliki perbedaan yaitu pada variabel

independent. Penelitian Siti untuk meningkatkan perilaku prososial sedangkan

penelitian ini untuk meningkatkan perencanaan karier siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dijelaskan bahwa bimbingan

kelompok dengan teknik symbolic modeling adalah diskusi yang didalamnya

terdapat penerapan teknik modeling (pemberian contoh) kepada siswa yang

menjadi subjek dengan menggunakan simbol seperti video dan gambar untuk

merubah tingkah laku atau pola berpikir. Sedangkan perencanaan karier adalah

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

26

proses individu untuk menentukan kepuasan atau kesuksesan karier dengan

memahami kemampuan, hambatan dan alternatif pemecahan.

Pada kondisi awal siswa di SMK N 1 Sukoharjo terdapat beberapa yang

belum dapat merencanakan karier dan bingung dengan kariernya. Oleh karena itu,

diperlukan adanya teknik untuk meningkatkan perencanaan karier pada siswa.

Berbagai cara atau teknik yang diharapkan membantu perencanaan karier

adalah menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan treatment diskusi yang di modifikasi

dengan teknik symbolic modeling yaitu penggunaan video dan gambar.

Alur kerangka berpikir dapat dibuat pada Gambar 1:

Prosedur Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling : 1. Tahap Pembentukan

a. Mempersiapkan model dengan

mempertimbangkan sifat dari pemakai

b. Tingkah laku tujuan yang menjadi model

c. Pemilihan media

2. Tahap Peralihan

a. Penjelasan pelaksanaan

b. Pengkondisian

3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

a. Melakukan symbolic modeling

b. Latihan

c. Balikan

d. Peniruan model

e. Penguatan alamiah

4. Tahap Pengakhiran

a. Mengemukakan kesimpulan

5. Evaluasi Kegiatan

a. Melihat perubahan

b. Pemberian Penguatan

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Permasalahan siswa dalam

perencanaan karier:

1. Siswa belum mengetahui

karier mereka setelah lulus

SMK.

2. Siswa beranggapan belum

membutuhkan perencanaan

karier sehingga belum

memiliki perencanaan

karier

3. Siswa belum memahami

informasi tentang karier

yang disampaikan guru BK.

4. Siswa masih ragu dalam

memilih karier.

5. Bagi siswa yang belum

memahami informasi

tentang karier, guru BK

belum memberikan

perlakuan terhadap siswa

tersebut.

Pokok

permasalahan:

Siswa belum

merencanakan

kariernya

Perencanaan karier

siswa meningkat:

1. Pengetahuan dan

pemahaman diri sendiri

2. Pengetahuan dan

pemahaman dunia kerja

3. Penalaran yang jelas

akan hubungan

pengetahuan dan

pemahaman diri sendiri

dengan pengetahuan

dan pemahaman dunia

kerja.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

27

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: “Bimbingan

kelompok dengan teknik symbolic modeling efektif untuk meningkatkan

perencanaan karier siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran

2015/2016”.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/K3112021_bab2.pdf · Dalam buku lain Prayitno ... konseling kelompok. Agar bimbingan

28