BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ektrakurikuler Pramuka 1 ...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ektrakurikuler Pramuka 1 ...
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ektrakurikuler Pramuka
1. Pengertian Ekstrakurikuler Pramuka
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang sifatnya di
luar kegiatan KBM. Kegiatan ini dilakukan untuk menunjang kegiatan
kokurikuler. Semua peserta didik diwajibkan mengikuti kegiatan ini
walaupun hanya satu kegiatan. Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidik (KTSP) kegiatan tersebut dikenal dengan nama
Pengembangan Diri, sebagai dasar pelaksanaan pendidikan berkarakter
melalui ekstrakurikuler1.
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang
dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka
memperluas pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, dan
menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-
norma sosial, baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk
insan yang paripurna. Dengan kata lain, ekstrakurikuler merupakan
kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk
membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat dan minat mereka melaluikegiatan yang secara khusus
1Zainal Aqib & Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter,(Bandung: Yrama Widya, 2011),
68
18
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa
Indonesia yaitu: “suatu kegiatan yang berada di luar program yang
tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan
pembinaan siswa”2. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan
memberikan kebebasan pada siswa. Terutama dalam menentukan jenis
kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka.
Menurut Rusli Lutan ekstrakurikuleradalah :
Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses
belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik.
Antara kegiatan intrakulikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya
tidak dapat dipisahkan bahkan kegiatan ekstrakurikuler
perpanjangan pelengkap atau penguat 3.
Menurut Noor ekstrakurikuler adalah:
“Kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan
konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
2Dendy Sugono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, (Jakarta: 2008), 291
3Rusli Lutan, Pembaharuan Pendidikan Jasmani di Indonesia. (Jakarta: Depdiknas Ditjen
Dikdasmen, 2004), 72
19
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah/madrasah”4.
Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler tersebut merupakan suatu kegiatan kurikuler
diluar jam mata pelajaran wajib dimana siswa dapat bebas untuk
memilih kegitan ekstrakurikuler yang diminatinya, dan dapat
menambah wawasan, bakat dan minat siswa pada mata pelajaran
tertentu. Dan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
menekankan kepada kebutuhan siswa agar menambah wawasan, sikap
dan keterampilan siswa diluar jam pelajaran.
Menurut Mukson Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari
Praja Muda Karana, yang memiliki arti Rakyat Muda yang Suka
Berkarya5. "Pramuka" merupakan sebutan bagi anggota Gerakan
Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka
Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan
Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu
Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka,
Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing
Pramuka. Pramuka adalah suatu permainan menarik yang didalamnya
mengandung unsur pendidikan dialam terbuka, tempat anak dan orang
4M.Rohinah Noor , The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), 75
5Mukson,Buku panduan Pramuka Siaga, (Semarang: CV. Sahabat, 2011), 2
20
dewasa atau orang tua pergi bersama-sama mengembara untuk
melaksanakan kegiatan.
Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dapat
membentuk diri dan kepribadian siswa yang menjadi manusia
Indonesia yang berilmu pengetahuan yang tinggi dan dapat
menerapkan nilai-nilai luhur bangsa.
Ekstrakurikuler pramuka adalah kegiatan non pelajaran formal
yang dilakukan peserta didik sekolah yang diadakan di luar jam
belajar kurikulum standar untuk mempelajari kepramukaan.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar jalur
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, fleksibel, berlangsung sepanjang hayat, dan tingkat
kompetensi peserta didiknya dapat disetarakan dengan kompetensi
pada pendidikan formal6.
2. Visi & Misi Ekstrakurikuler Pramuka
Mengacu pada lampiran III peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum berkaitan dengan pedoman kegiatan
ekstrakurikuler perlu adanya visi misi kegiatan ekstrakurikuler.
Adapun visi misi kegiatan ekstrakurikuler Pramuka sebagai berikut :
a. Visi ekstrakurikuler pramuka
6Tim Pengembang Ilmu Pendidikan,Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,(FIP-UPI: PT. Imperal Bhakti
Utama 2007), 11
21
1) Mengacu kepada landasan filosofis bangsa yaitu Pancasila dan
UUD 1945 dan landasan lain bersifat baku dan telah menjadi
pegangan hidup bangsa Indonesia.
2) Mengacuvisi umum pendidikan yaitu dengan
rumusan: “Terwujudnya Insan Kamil”.
3) Memiliki indikator pengembangan prestasi , berkepribadian,
nasionalisme, budaya nasional atau Indonesia.
4) mengikuti perkembangan era global dan IPTEK dilandasi oleh
keimanan dan ketaqwaan.
5) sesuai konteks daerah, sekolah, visi yayasan, dan
menggambarkan harapan masa datang7.
b. Misi ekstrakurikuler pramuka
1) Mewujudkan kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang inovatif.
2) Mewujudkan pembiayaanekstrakurikuler pramuka yang
memadai, wajar dan adil8.
Dengan memiliki visi dan misi yang disusun secara rasional
maka kegiatan pramuka dapat memiliki arah dan tujuan yang
jelas. Dokumen rasional tersebut selanjutnya perlu dimasukkan
dalam kurikulum sekolah, karena ekstrakurikuler adalah bagian
integral dari proses pendidikan.
7“Kompasiana”. Last Modified 06/2015,
https://www.kompasiana.com/rudimulyatiningsih/manajemen-cerdas-ekstrakurikuler-
pramuka_552c6db26ea834df0e8b4609
8“kompasiana”
22
3. Tujuan Ekstrakurikuler Pramuka
Gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda
Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia dengan tujuan agar :
a. Anggotanya menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak
luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan
beragamanya.
b. Anggotanya menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan
keterampilannya.
c. Anggotanya menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya.
d. Anggotanya menjadi manusia yang menjadi warga negara
Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi angota masyarakat
yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu
menyelanggarakan pembangunan bangsa dan negara9.
4. Bentuk-bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
a. Baris-berbaris
9“rijal09”. Last Modified 04/2016, http://www.rijal09.com/2016/04/tujuan-ekstrakurikuler-
pramuka.html
23
Baris-berbaris adalah salah satu bentuk latihan fisik, yang
diperlukan guna menanamkan kebiasaandalam tata cara kehidupan
yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Maksud dan tujuan digunakannya baris-berbaris sebagai alat
pendidikan karakter adalah menumbuhkan sikap jasmani yang
tegap tangkas, rasa persatuan, disiplin dan tanggung jawab 10
.
b. Upacara
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang
ditata dalam suatu ketentuan peraturan yang dilakukan atau
diadakan sehubungan dengan peristiwa penting, seperti upacara
adat, upacara pelantikan, upacara pembinaan tanda penghargaan,
uparacara peringatan, dan upacara lainnya11
.
Upacara dalam gerakan pramuka diselenggarakan sebagai
bentuk pendidikan di dalam upacara terdapat peraturan yang harus
ditaati dan dijalankan oleh seluruh peserta upacara. Saat upacara
juga terdapat bimbingan langsung dari pembina pramuka,
bimbingan disini diartikan sebagai pengarahan tata urutan upacara
dan pemberian sambutan dari pembina upacara, pengarahan tata
urutan upacara membiasakan sikap disiplin, teratur, tertib.
Sedangkan sambutan dari pembina upacara akan lebih bermakna
untuk pramuka karena mendapatkan sentuhan kata-kata
10
Novan Andy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, (Yogyakarta: Citra Aji Parama,
2012), 173
11Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka, 43
24
pengarahan dari Pembina upacara yang menggugah semangat dan
jiwa peserta upacara.
c. Permainan
Membina pramuka penegak berarti mendalami dunia
penegak, dunia anak yang perlu diterjuni baik secara psikis maupun
pendekatan lainnya. Untuk itu, perlu dikenal dasar kodrati dan
didaktis, pertumbuhan dan perkembangannya dalam rangka
memantau anak memperoleh perkembangan sumber daya manusia
yang optimal. Dengan demikian selayaknya hubungan yang terjadi
antara peserta didik dan pembinanya adalah hubungan kemitraan
yang edukatif 12
.
Permainan dalam kepramukaan bukan seperti permainan
biasanya, tetapi permainan yang bermakna dalam mengembangkan
nilai karakter siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam permainan
kepramukaan adalah:
a. Permainan harus mengandung unsur kesehatan, sehat jasmani
dan rohani.
b. Permainan harus mengandung unsur kebahagiaan.
c. Permainan harus mengandung unsur tolong menolong, kerja
sama, menghargai orang lain, berani berkorban untuk orang lain.
d. Permainan harus mengandung unsur yang bermanfaat.
12
Novan Andy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, 190
25
e. Permainan juga harus tetap dapat mengembangkan kecerdasan
spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan fisik.
f. Permainan harus senantiasa menarik, aman, dan nyaman.
g. Permainan yang bersifat kompetitif akan lebih baik 13
.
d. Pertemuan
Pertemuan siswa atau forum siswa adalah suatu wadah yang
digunakan untuk kegiatan bersama oleh pramuka demi tercapainya
tujuan pendidikan gerakan pramuka. Maksud dari pertemuan
adalah memberi kegiatan yang bernilai pendidikan dengan cara
yang bervariasi, menarik, menggembirakan, tidak membosankan
sehingga para peserta mampu berswadaya, mampu memenuhi
hidupnya dan mampu membentuk keluarga, masyarakat sekitar
untuk mencapai kesejahteraan14
.
Pertemuan-pertemuan pramuka penegak :
1) Pesta Penegak
Pesta penegak meruapakan kegiatan pertemuan yang
dilakukan oleh pramuka penegak, didalamnya terdapat
kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan kegiatan penegak,
misalnya seperti kegiatan perlombaan, kegiatan bakti, kegiatan
permainan. Kegiatan-kegiatan tersebut dikelola oleh anggota
dewasa dan anggota penegak menjadi pesertanya.
2) Bazar Penegak
13
Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka, 43 14
Novan Andy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, 190
26
Bazar penegak dilakukan untuk menjual hasil karya
mereka kepada masyarakat. Selain berpengalaman dalam
melakukan dalam jual beli, juga mendapat pengalaman
membuat hasil karya yang bermanfaat.
3) Persari, persari bisa berupa :
a) Pendalaman dwi satya dan dwi darma
b) Kegiatan permainan
c) Kegiatan ketrampilan
4) Wisata Penegak
Wisata penegak adalah suatu unsur acara berjalan atau
dengan kendaraan melikat pemandangan indah, objek wisata,
museum dan sebagainya. Namun dalam wisata penegak juga
terdapat nilai-nilai yang mengandung pendidikan. Wisata tidak
harus dilakukan di lokasi yang jauh, tetapi wisata juga dapat
dilakukan di lingkungan sekitar, masalah dikemas dalam
kegiatan yang bersifat rekreatif dan edukatif.
e. Perkemahan
Kegiatan yang dilakukan diluar (alam terbuka) merupakan
cara efektif pembentukan watak siswa. Dengan berkemah siswa
bisabelajar untuk menghargai kesederhanaan, menghindari pola
hidup konsumtif dan mempelajari keharmonisan15
.
15
Novan Andy Wiyani, Pendidikan Karakter dan Kepramukaan, 190
27
Perkemahan bisa dijadikan wadah untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan siswa melalui kegiatan-kegiatan yang
bersifat keagamaan. Seperti : sholat berjama’ah, mengaji, dakwah
serta aktivitas sosial kemasyarakatan16
.
f. Perjalanan lintas alam atau pengembaraan
Perjalanan lintas alam dikonsentrasikan pada survival
training yang penuh dengan tantangan, dengan berbagai variasi :
1) Membaca peta
2) Menggunakan kompas
3) Membuat peta perjalanan
4) Memecahkan sandi dan bahasa isyarat
5) Membaca tanda jejak
6) Menaksir tinggi pohon dan lebar sungai
7) Praktek p3k
8) Halang rintang17
.
5. Fungsi Ekstrakurikuler Pramuka
Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum 2013, lampiran III dijelaskan bahwa fungsi
kegiatan ekstrakurikuler Pramuka adalah Kegiatan ekstrakurikuler
16
“radarcirebon.com”. Last Modified 01/2014, http://www.radarcirebon.com/2014/01/Gudep
Daeng Morontalo Gelar Religius Camp|Radar Cirebon.html 17
Jana T. Anggadiredja, Kursus Mahir Dasar Untuk Pembina Pramuka, 44
28
pada satuan pendidikan memiliki fungsi pengembangan, sosial,
rekreatif, dan persiapan karir yaitu18
.
a. Fungsi pengembangan, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik
melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian
kesempatan untuk pembentukan karakter dan pelatihan
kepemimpinan.
b. Fungsi sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab
sosial peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas
pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan internalisasi
nilai moral dan nilai sosial.
c. Fungsi rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan
sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau
atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta
didik.
d. Fungsi persiapan karir, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler
berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik
melalui pengembangan kapasitas.
18
Zainal Aqib & Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter,(Bandung: Yrama Widya,
2011), 68
29
6. Konsep Manajemen Ekstrakurikuler Pramuka
Menurut Mulyono, manajemen peserta didik adalah seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja
serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM
dengan efektif dan efisien19
. Mulyono menambahkan manajemen
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di
luar jam pelajaran untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya
manusia yang dimiliki peserta didik, baik berkaitan dengan aplikasi
ilmu pengetahuan yang didapatkannya maupun dalam pengertian
khusus untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan
potensi dan bakat yang ada dalam dirinya20
. Berikut konsep
manajemen ekstrakurikuler yaitu:
a. Perencanaan
Menurut Danim, perencanaan adalah proses kegiatan rasional
dan sistematik dalam menetapkan keputusan21
.Dalam kerangka
manajemen sekolah, perencanaan bermakna bahwa kepala sekolah
bersama timnya harus berfikir untuk menentukan saran-saran
dikaitkan dengan kegiatan mereka sebelumnya. Kegiatan itu lebih
didasari atas metode, pemikiran logis, analisis ketimbang praduga.
b. Pelaksanaan
19
Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), 178 20
Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan, 187 21
Sudarwan Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 11
30
Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang
sesuai dengan perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi.
Jadi pelaksanaan artinya menggerakkan orang-orang agar mau
bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif. Dalam hal
ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan.
c. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi,
dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Evalusi harus
dilaksanakan secara sistematis dan kontinu agar dapat
menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Evaluasi
juga sebaiknya dilaksanakan setiap hari dengan jadwal yang
sistematis dan terencana. Dengan dilaksanakannya evaluasi
seorang guru bisa mengetahui apakah peserta didik tersebut sudah
dapat mencapai hasil secara maksimal atau belum, dan guru juga
bisa dengan mudah mengetahui peserta didik mana yang sudah
layak melanjutkan kejenjang berikutnya.
B. Karakter Religius
1. Pengertian Karakter
31
Secara etimologis, kata karakter (inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu charassein yang berarti to engrave22
.Kata to
engrave bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan23
. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Adapun berkarater adalah
mempunyai tabiat, mempunyai kepribadian, berwatak 24
.
Dengan makna seperti itu, berarti karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau
sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima dari lingkungan, seperti keluarga pada masa kecil dan bawaan
sejak lahir25
. Sering dengan pengertian ini, ada sekelompok orang yang
berpendapat bahwa baik atau buruknya karakter manusia sudah menjadi
bawaan sejak lahir. Jika bawaannya baik, manusia itu berkarakter baik.
sebaliknya, jika bawaannya buruk, maka manusia itu akan berkarakter
buruk.
Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas
Lickona yang mendasarkan pada beberapa definisi yang dikemukakan
oleh para ahli. Ia menegaskan bahwa karakter yang baik adalah apa
yang diinginkan untuk anak-anak. Lalu ia mempertanyakan, “Karakter
22
Kevin Ryan & Karen E. Bohlin, Building Character in Schools, (Practical Ways (Paperback),
1999), 5
23John M Echolsdan Hasan Shadily, Kamus Inggris lndonesia (Jakarta: PT.Gramedia, 1995), 214
24Marzuki,Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), 19-20
25Doni Koesoema Albertus,Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak diZaman
Global,(Jakarta: PT. Grasindo, 2007), 80
32
yang baik itu terdiri dari apa saja?” Lickona kemudian menyetir
pendapat Aristoteles, seorang filsuf Yunani Kuno, yang mendefinisikan
karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-
tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dengan diri
orang lain. Lickona juga menyetir pendapat Michael Novak, seorang
filsuf komporeryang mengemukakan bahwa karakter merupakan
campuran yang harmonis dari seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh
tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang
berakal sehat yang ada dalam sejarah. Novak menegaskan bahwa tidak
ada seorangpun yang memiliki semua kebaikan, setiap orang memiliki
beberapa kelemahan26
.
Dari beberapa pandangan tentang karakter seperti di atas,
Lickona kemudian mengemukakan bahwa karakter adalah a reliable
inner dispation to respond to situations in a morally good way27
, yang
berarti suatu watak terdalam untuk merespons situasi dalam suatu cara
yang baik dan bermoral. Dalam pandangan Lickona, karakter berarti
suatu watak yang terdalam yang dapat diandalkan untuk merespon
situasi dengan cara yang menurut moral baik. selanjutnya, Lickona
menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts:
moral knowing , moral feeling, ang moral behavior.” (Artinya:
Karakter tersusun ke dalam tiga bagiam yang saling terkait, yaitu
26
Lickona Thomas, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility, (New York: Bantam Books, 1991), 50 27
Lickona Thomas, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility, 51
33
pengetahuan tentang moral, perasaan bermoral, dan perilaku bermoral).
Jadi, karakter terdiri atas tiga bagian pokok yang saling berhubungan,
yaitu pengetahuan tentang moral, perasaan bermoral, dan perilaku
bermoral.
Berdasarkan pandangan tersebut, Lickona menegaskan bahwa
karakter mulia (good character) meliputi penegtahuan tentang kebaikan
(knowing the good), lalu menimnulkan komitmen (niat) terhadap
kebaikan (desiring the good), dan akhirnya benar-benar melakukan
kebaikan (doing the good). Inilah tiga pilar karakter yang diharapkan
menjadi kebiasaan (habits), yaitu habits of the mind (kebiasaan dalam
berfikir), habits if the heart (kebiasaan dalam hati), dan habits of action
(kebiasaan dalam tindakan). Dengan kata lain, karakter mengacu
kepada serangkaian penegtahuan (cognitive), sikap (attitudes), dan
motivasi (motivasion), serta perilaku (behaviors) dan ketrampilan
(skills)28
.
Adapun menurut Musfiroh, karakter mengacu kepada
serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan ketrampilan. Karakter berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kabaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam,
rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan berkarakter jelek29
.
28
Lickona Thomas, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility, 51 29
Zainal Aqib & Sujak, Panduan & Aplikasi Pendidikan Karakter,(Bandung: Yrama Widya,
2011), 2-3
34
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang
potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif,
percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri,
hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela
berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil,
rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja
keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin
antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis,
hemat/efisian, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian
diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka,
dan tertib.
Dari pengertian karakter diatas dapat dipahami bahwa karakter
identik dengan akhlak sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia yang baik
dalam rangka hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia,
maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata karma, budaya, dan adat istiadat30
.
2. Pengertian Religius
30
Marzuki,Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), 21
35
Religiusitas atau keberagaman, menurut islam adalah
melaksanakan ajaran agama atau ber-Islam secara menyeluruh (QS.
2:208). Karena itu, setiap muslim, baik dalam berpikir, bersikap
maupun bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam31
.
Religius dideskripsikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain32
.
Religius (nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan)
adalah pikiran, perkataan, dan nilai tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran
agamanya.
Kemendiknas mengartikan bahwa karakter religius sebagai
sebuah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ibadah
agama lain, serta hidup rukun dengan agama lain 33
.
Maka karakter religius yaitu kumpulan tata nilai yang menuju
pada pendekan diri seseorang dengan Tuhannya, yang melandasi
pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan sebagai wujud
pendekatan diri kepada Tuhan.
31
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 287 32
Syamsyul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep & Implementasi Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi & Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), 41 33
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah
(Jakarta:Balitbang, 2010), 9
36
3. Nilai-nilai Karakter Religius
Nilai religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan
agama lain, serta hidup rukun dalam pemeluk agama lain34
. Seseorang
disebut religius ketika ia merasa perlu dan berusaha mendekatkan
dirinya dengan Tuhan (sebagai penciptanya), dan patuh melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya35
.
Adapun nilai-nilai karakter religius pada tabel 2.1 diantaranya
yaitu:
No. Variabel Indikator Sub Indikator
1. Karakter
Religius (Y)
Relasi dengan
sang pencipta
a. Memiliki keimanan dan
ketakwaan kepada Allah
b. Menjalankan segala
perintah Allah.
c. Menjauhi segala larangan
Allah
d. Memiliki disiplin
menjalankan ibadah
Relasi dengan
sesama
a. Memiliki toleransi atau
menghargai keyakinan yang
berbeda.
b. Memiliki kepedulian sosial
34
Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah (konsep dan praktik Implementasi),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 43 35
Syamsyul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep & Implementasi Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi & Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), 127
37
No. Variabel Indikator Sub Indikator
masyarakat sekeliling.
Harmoni dengan
alam
a. Menjaga kebersihan
b. Memiliki kepedulian
terhadap lingkungan
c. Memanfaatkan lingkungan
dengan baik
Melalui ekstrakurikuler pramuka yang lebih menekankan
karakter religius diharapkan mampu mengembangkan nilai karakter
religius siswa untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan patuh
melaksanakan ajaran agama islam.
4. Pembentukan Karakter Religius
Pengembangan atau pembentukan karakter religius diyakini
perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya
untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di
sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong
lahirnya anak-anak yang baik dengantumbuh dan berkembangnya
karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan
kapasitas dan komitmennyauntuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan
hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui
orang tua dan lingkungannya.
38
Karakter religius dikembangkan melalui tahap pengetahuan
(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak
terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan
kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melaksanakan kebiasaan tersebut.
C. Hipotesis Penelitian
Diperlukan suatu hipotesis atau dugaan sementara dari penelitian
yang akan dilakukan, untuk mengetahui jawaban yang bersifat
sementara. Menurut Sugiono, hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban
teoritis terhadap rumusan masalah, belum jawaban yang empirik dengan
data36
.
Dengan demikian, maka dalam penelitian ini ditetapkan rumusan
hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Kerja (H1) yaitu :
Ada pengaruh yang signifikan ekstrakurikuler pramuka terhadap
karakter religius siswa di Ma Al-Ichsan Brangkal Sooko Mojokerto.
2. Hipotesis nihil (H0) yaitu :
Tidak ada pengaruh yang signifikan ekstrakurikuler pramuka
terhadap karakter religius siswa di Ma Al-Ichsan Brangkal Sooko
Mojokerto.
36
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2009), 96
39