Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·...

126
Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH KABUPATEN TAPIN 2011 Kerja Sama: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TAPIN Dengan lembaga penelitian Universitas Lambung Mangkurat 2011

Transcript of Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·...

Page 1: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

1

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kajian Daerah

ANALISIS MAKROEKONOMI DAERAHKABUPATEN TAPIN

2011

Kerja Sama:BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN TAPINDengan

lembaga penelitianUniversitas Lambung Mangkurat

2011

Page 2: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

2

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kajian Daerah: Analisis Ekonomi Makro DaerahKabupaten Tapin 2011@ Pustaka Banua, 2011

Hak cipta ada pada penerbit Pustaka BanuaAll right reserved

Cetakan pertama, April 2012

PenulisSyahrituah SiregarM. Rusmin Nuryadin

EditorTaufik Arbain

Desain/LayoutBana Fikriyah

ISBN :

PenerbitBanda Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapindengan Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat

Kerjasama dengan Pustaka BanuaJl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri BlokD No. 19 Banjarmasine-mail:[email protected] Hp: 081351628292

Page 3: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

3

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kata Pengantar

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kabupaten Tapin bekerja sama dengan Lembaga

Penelitian Universitas Lambung Mangkurat (Lemlit Unlam)

melakukan kajian perekonomian daerah dengan topik

“Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011”.

Kami menyambut baik dengan selesainya buku laporan

penelitian ini dan berkeyakinan ini akan bermanfaat sebagai

salah satu dasar dalam membuat perencanaan pembangunan.

Hal ini sangat beralasan karena analisis yang disajikan dapat

memberikan gambaran umum tentang kinerja makro

ekonomi dan pembangunan yang telah dicapai oleh daerah

ini. Capaian kinerja yang menjadi ukuran tingkat keber-

hasilan maupun kegagalan pembangunan menjadi tolok ukur

bagi pemerintah beserta swasta dan masyarakat sebagai mitra

untuk melangkah bersama menuju hari depan yang lebih

baik.

Melalui publikasi ini dapat dicermati secara lebih teliti

pelaksanaan pembangunan di daerah dengan berbagai

permasalahannya, khususnya pada level makro. Sebagai

bahan evaluasi, data dan analisis ini dapat digunakan untuk

memperbaiki kekurangan pada perencanaan selama ini

sekaligus membantu menentukan fokus dan orientasi

pembangunan yang lebih tepat dimasa yang akan datang.

Page 4: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

4

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak Lemlit

Unlam atas kerja sama yang baik dalam mewujudkan

publikasi ini. Kepada semua pihak yang sudah membantu

dengan berbagai bentuk peranannya kami juga mengucapkan

banyak terima kasih. Semoga buku ini dapat membawa

manfaat seluas-luasnya kepada semua kalangan serta dapat

membantu baik langsung maupun tidak langsung kepada

semua pihak yang berkepentingan dalam membangun daerah

ini.

Rantau, Desember 2011

Kepala BAPPEDA

Kabupaten Tapin

Ir. H.M. Yunus Azis

NIP 110 043 451

Page 5: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

5

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Daftar Isi

Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Tapin

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Grafik

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Dan Sasaran

1.3 Tinjauan Pustaka

1 .4 Metode Penyusunan

1.5 Metode Analisis

1.6 Sistematika Pembahasan

BAB II. POTENSI WILAYAH : SDA DAN SDM

2.1 Letak Geografis Dan Posisi Strategis

Kawasan

2.2 Luas Wilayah Dan Potensi Sumber Daya

Alam

2.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan

Page 6: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

6

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

BAB III. GAMBARAN UMUM KINERJA MAKRO

EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

3.1 PDRB, Pertumbuhan, Dan Struktur

Ekonomi

3.2 Pertumbuhan Dan Peranan Sektoral

3.3 Perkembangan Tingkat Harga

3.4 Perkembangan Tingkat Pengangguran

3.5 Perkembangan Tingkat Kemiskinan

BAB IV. FAKOR PENENTU KINERJA MAKRO

EKONOMI

4.1 Komponen Produksi

4.2 Komponen Pendapatan

4.3 Komponen Pengeluaran

4.4 Aspek Regional

BAB V. PREDIKSI DAN ARAH KEBIJAKAN

MAKRO EKONOMI

5.1 Aggregasi Kinerja Makro Ekonomi

5.2 Prediksi Pertumbuhan Dan Struktur PDRB

5.3 Prediksi Perkembangan Lapangan Kerja

5.4 Arah Kebijakan Makro

Daftar Pustaka

Lampiran

Tentang Penulis

Page 7: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

7

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per

Kecamatan

Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten

Tapin

Tabel 2.3 Penduduk Kabupaten Tapin Tahun 2010

Tabel 2.4 Share Penduduk Dasarkan Kelompok Umur

2006 - 2010

Tabel 2.5 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan

Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Kerja

Tabel 2.6 Perbandingan Share Jumlah Penduduk

Berdasarkan Kelompok Usia Kerja

Tabel 2.7 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar

Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

Tabel 3.1 PDRB Kabupaten Tapin 2010 Berdasarkan

Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun

2000

Tabel 3.2 Share Kabupaten/Kota Terhadap PDRB

Kalsel Atas Dasar Harga Berlaku

Tabel 3.3 PDRB Perkapita Provinsi Kal imantan

Page 8: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

8

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Selatan dan Kabupaten Tapin Tahun 2006 – 2010

(ADHK 2000)

Tabel 3.4 Tingkat Pertumbuhan (%) PDRB

Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 –

2010

Tabel 3.5 Kontribusi Sektoral Terhadap Tingkat

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin Pada

Periode 2006 – 2010

Tabel 3.6 Kontribusi (%) Sektoral dalam

Pembentukan PDRB Kabupaten Tapin Pada

Periode 2006 – 2010

Tabel 3.7 Kontribusi (%) Sektoral Terhadap PDRB

Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 –

2010 Berdasarkan Pengelompokan Primer,

Sekunder, dan Tertier

Tabel 3.8 Perbandingan Kontribusi (%) Sektoral

Terhadap PDRB 2010 (ADHB) pada

Beberapa Daerah

Table 3.9 Tingkat Inflasi di Kalsel

Tahun 2005 - 2010.

Table 3.10 Perkembangan Ketenagakerjaan di

Kabupaten Tapin Tahun 2006 - 2010.

Tabel 3.11 Perkembangan Penduduk Miskin di

Kabupaten Tapin dan Provinsi Kalimantan

Selatan 2006 – 2010

Tabel 3.12 Peranan Kab/Kot dalam Pertumbuhan

Jumlah Penduduk Miskin di

Kalsel 2009 - 2010 (%)

Page 9: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

9

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.1. Persentase Pencari Kerja Berdasarkan

Latar Belakang Pendidikanya di Kabupaten

Tapin 2010

Tabel 4.2 Jumlah Total Pekerja dan Pertumbuhannya

Per Lapangan Usaha di Kabupaten Tapin

2006 - 2010

Tabel 4.3 Produktivitas Pekerja Berdasarkan

Lapangan Usaha di Tapin pada 2006 – 2010

(Rp.Juta)

Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Perusahaan

Perdagangan Menurut Jenisnya di

Kabupaten Tapin pada 2006 - 2010

Tabel 4.6 Perkembangan UMR dan Estimasi

Pendapatan Pekerja di Kabupaten Tapin

pada 2005 - 2010

Tabel 4.7 Perkembangan Penerimaan Daerah

Kabupaten Tapin 2007 – 2010 (dalam

Rp.Juta)

Tabel 4.8 Perkembangan Pengeluaran Daerah

Kabupaten Tapin 2007 – 2010 (dalam

Rp.Juta)

Tabel 4.9 Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten

Tapin 2007 – 2010

Tabel 4.10 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan

Daerah

Tabel 4.11 Derajat Desentralisasi Keuangan Daerah

Kabupaten Tapin 2007 – 2010

Tabel 4.12 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Kabupaten Tapin 2007 – 2010

Page 10: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

10

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.13 Perkembangan Neraca Perdagangan

Kalimantan Selatan 2009 – 2010

Tabel 4.14 Tingkat Pertumbuhan Investasi PMA dan

PMDN di Kalsel Tahun 2006 – 2009

Tabel 4.15 Hasil Analisis Shift-Share Kabupaten Tapin

2005 – 2010 (Juta Rupiah)

Tabel 4.16 Kategori Potensi dan Tingkat Kemajuan

Sektoral

Tabel 4.17 Hasil Analisis Location Quotient

Kabupaten Tapin 2005 - 2010

Tabel 4.18 Kategori Sektoral Menurut Typology

Klassen Berdasarkan Rata-rata

Pertumbuhan dan Kontribusi pada PDRB

2005 – 2010

Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Analisis L-Q, Shift-share,

dan Typology Klasen

Tabel 5.1 Indikasi Kinerja Ekonomi Makro

Kabupaten Tapin 2010

Tabel 5.2 Realisasi dan Prediksi Pertumbuhan PDRB

Kabupaten Tapin s/d 2020

Tabel 5.3 Realisasi dan Prediksi Struktur PDRB

Kabupaten Tapin s/d 2020

Tabel 5.4 Model Estimasi Ketenagakerjaan di Tapin

Tahun 2011

Tabel 5.5 Prediksi Penciptaan Lapangan Kerja Baru

di Kabupaten Tapin 2011 - 2020

Tabel 5.6 Prediksi Ketenagakerjaan Tanpa Intervensi

Percepatan Pertumbuhan di Kabupaten

Tapin 2011 – 2015:

Page 11: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

11

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Daftar Grafik

Grafik 3.1 Share PDRB Kab/Kot di Kalsel 2010

Grafik 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Tapin dan Kalsel

2006 - 2010

Grafik 3.3 Pertumbuhan Sektoral 2009

Grafik 3.4 Peranan Sektoral dalam Pertumbuhan

2010

Grafik 3.4 Pertumbuhan Rata-rata Sektoral 2006 -

2010

Grafik 3.5 Rerata Share Sektoral PDRB Tapin 2006 -

2010

Grafik 3.6 Rerata Share Sektoral PDRB Kalsel 2006 –

2010

Grafik 3.7 Rerata Share dan Pertumbuhan Sektoral

PDRB Tapin 2006 – 2010

Grafik 3.8 Share dan Pertumbuhan PDRB Sektor

Pertanian 2006 – 2010

Grafik 3.9 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB

Sektor Tambang dan Galian 2006 – 2010

Grafik 3.10 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB

Sektor Industri, LGA, Konstruksi, dan

Transportasi Kab Tapin 2006 – 2010

Page 12: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

12

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 3.11 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB

Sektor Perdagangan, H, & R 2006 – 2010

Grafik 3.12 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB

Sektor Keuangan dll 2006 – 2010

Grafik 3.13 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB

Sektor Jasa-jasa 2006 – 2010

Grafik 3.14 Perbandingan Pertumbuhan PDRB dan

Inflasi 2005 – 2010

Grafik 4.1 Komposisi TK (%) Menurut Sektor

Ekonomi di Kab Tapin 2010

Grafik 4.2 Kinerja Otonomi Keuangan Daerah Kab.

Tapin 2007 – 2010

Grafik 5.1 Skenario Kebijakan Makro dan

Pembangunan Daerah

Page 13: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

13

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Bab IPendahuluan

1.1 LATAR BELAKANGPembangunan pada dasarnya dilaksanakan dengan

tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Meski demikian terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan

yang dicapai oleh masyarakat diberbagai wilayah. Perbedaan

ketersediaan (endowment) sumber daya yang dimiliki dan

metode yang digunakan sebagai pendekatan pembangunan

serta faktor-faktor pendukung lainnya bisa menjadi

penyebabnya. Karena itu, diperlukan model implementasi

yang tepat untuk memastikan kebijakan yang ditempuh

dalam pembangunan dapat berjalan efisien dan efektif.

Implementasi yang tepat untuk diterapkan tentulah harus

sesuai dengan situasi dan kondisi aktual dan spesifik di

daerah.

Salah satu syarat untuk dapat mengimplementasikan

kebiajakan pembangunan secara tepat adalah dengan

tersusunnya model perencanaan yang baik. Hal ini didahului

dengan ketepatan analisis atas data dan informasi

perekonomian didaerah agar supaya upaya mendorong

pembangunan khususnya pembangunan ekonomi relevan

dengan potensi ekonomi masyarakat baik berupa potensi

Page 14: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

14

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

sumberdaya manusia, potensi sumberdaya alam, potensi

sumberdaya finansial, maupun sumberdaya kelembagaan

ekonomi masyarakat. Empat komponen sumberdaya

tersebut jika dikelola dengan baik akan merupakan modal

besar yang dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah

dengan cepat dan tepat.

Pemerintah sebagai salah satu unsur pelaku

pembangunan berperan untuk merangsang peran serta

masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan secara

bersama-sama. Meski demikian pemerintah biasanya

dianggap memiliki tanggung jawab terbesar baik atau

buruknya kinerja pembangunan. Untuk itulah perlu adanya

kajian menyeluruh tentang kinerja perekonomian,

khususnya pada level makro guna menjadi landasan berbagai

kebijakan yang akan diambil.

Hingga saat ini di belum terdapat suatu dokumen analisis

data dan informasi makro ekonomi daerah tapin yang

memadai. Padahal, dengan adanya kajian makro ekonomi

daerah ini dapat memberikan pemahaman tentang potensi

perekonomian dan kinerja pembangunan yang telah dicapai.

Disamping itu, analisis yang dihasilkan dapat menjadi

landasan akademik bagi berbagai hal penting, seperti

perumusan arah dan kebijakan pembangunan secara umum,

penentuan strategi dan prioritas dalam menggerakan potensi

ekonomi sektoral, dan memanfaatkan peluang-peluang yang

ada baik secara internal maupun eksternal. Untuk itulah

pemerintah selaku fasilitator dan dinamisator dalam

pembangunan berkewajiban menyediakan sarana informasi

ini. Salah satu bentuknya adalah melalui kajian Analisis

Page 15: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

15

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin.

Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah maka

setiap daerah otonom memiliki kewajiban untuk

meingkatkan keejajteraan masyarakat, mendorong daya

saing daerah, dan mencukupi pelayanan kebutuhan dasar.

Pemerintah harus dapat mengelola dan mengembangkan

segala potensi yang dimilikinya secara tepat. Daerah harus

mampu mengembangkan kapasitasnya secara optimal seusai

sumberdaya yang dapat diandalkan dimasyarakat sembari

menjaga stabilitas dan keberlangsungan pembangunan lewat

terpeliharanya kinerja-kinerja makro ekonomi, seperti

inflasi, kesempatan kerja, dan pertumbuhan.

Penyajian Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten

Tapin ini diharapkan dapat menjadi bentuk penyedaiaan

kerangka dasar argumentasi-argumentasi ilmiah yang

diperlukan dalam pengambilan kebijakan, strategi dan

penentuan prioritas pembangunan. Kesemuanya itu melekat

dalam fungsi perencanaan yang diemban oleh pemerintah.

Dengan adanya arahan pembangunan yang tepat dapat

mendorong berkembangnya ekonomi daerah secara lebih

luas yang akhirnya bermuara pada upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan peningkatan PAD.

1.2 TUJUAN DAN SASARANTujuan dari kajian Analisis Makro Ekonomi Daerah

Kabupaten Tapin ini adalah untuk:

1 . Mengetahui kinerja perekonomian daerah pada

tataran makro meliputi struktur perekonomian,

Page 16: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

16

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

pertumbuhan ekonomi, inflasi, ketenagakerjaan,

tingkat kemiskinan dan pemerataan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan tingkat

kinerja makro ekonomi di daerah melalui komponen-

komponen pendekatan makro: produksi, pendapatan,

dan pengeluaran.

3. Mengetahui sektor ekonomi potensial dan unggul yang

dapat dikembangkan sebagai pr ior i tas dalam

mencapai target-target pebangunan.

4 . Melakukan proyeksi dan prediksi arah

perkembanngan ekonomi sekaligus mengindikasikan

arah kebijakan yang perlu ditempuh

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah

meningkatkan mutu perencanaan pembangunan di Tapin

melalui lahirnya kebijakan, strategi, dan prioritas

pembangunan yang berbasis pada argumentasi ilmiah.

1.3 TINJAUAN PUSTAKAPembahasan tentang Makro Ekonomi Daerah pada

konteks kekinian tidak hanya terkait dengan persoalan

makro ekonomi secara sempit, yakni tentang keseimbangan

sisi supply dan demand pada level aggregate yang meliputi

keseluruhan pasar barang dan jasa, pasar uang dan modal,

serta pasar faktor produksi. Akan tetapi, disamping hal yang

telah disebutkan itu, ia juga menyangkut issue-issue

pembangunan yang aktual, seperti tingkat kemiskinan dan

kesejateraan sosial masyarakat. Secara garis besar komponen

yang harus dibahas dalam analisis makro ekonomi daerah

menyangkut produksi dan pemdapatan ekonomi,

Page 17: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

17

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

pertumbuhan, pengangguran, inflasi, ketenaga kerjaan,

hubungan perdagangan eksternal, kelembagaan keuangan,

keuagan daerah, dan kemiskinan atau kesejahteraan

masyarakat.

Analisis makro ekonomi daerah paling tidak dapat

menunjukkan wajah struktur perekonomian daerah dimana

hal tersebut akan menetukan keberlangsungan ekonomi

sesuai dengan tujuan pembangunan. Pembangunan tidak

boleh pincang hanya pada sektor tertentu tetapi memerlukan

keterpaduan dan keseimbangan. Ketimpangan dapat

menimbulkan pengaruh negatif terutama jika pertumbuhan

hanya terfokus pada sektor-sektor yang tidak menjamin

berjalannya prinsip sustainable development. Prinsip

sustainable development dalam definisi mutakhir menuntut

terjaminnya kelangsungan dari segi kepentingan Sosial,

Lingkungan, dan Ekonomi sendiri. Struktur ekonomi harus

dikoreksi jika hanya menguntungkan segolongan

masyarakat, tidak ramah lingkungan, tidak menyejahterakan

rakyat kebanyakan, dan tidak menjamin kemajuan secara

berkelanjutan.

Rahardjo Adisasmita (2005), menyatakan bahwa

Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari

sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia,

investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan,

transportasi dan komunikasi, komposisi industri, tehnologi,

situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan

pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,

kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan

pembangunan secara luas. Biasanya yang menjadi fokus

pengukurran kinerj pembangunan adalah tingkat

Page 18: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

18

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan diukur dari

perubahan tingkat ekonomi baik dari sisi prduksi ataupun

pengeluaran dibandingkan periode sebelumnya. Beberapa

ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan

PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial

seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa

aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas

(Lincolyn, 1999)

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value

added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di

suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto

adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara

(intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah

bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan

(upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan),

penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan

menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing

sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan

produk domestik regional bruto (PDRB).

Ada tiga pendekatan untuk menghitung pendapatan

regional dengan menggunakan metode langsung (Soediyono,

1992; Tarigan, 2004), yaitu:

1 . Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah cara penentuan

pendapatan regional dengan cara menjumlahkan

seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa

yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari

segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi

Page 19: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

19

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

barang dan jasa itu digunakan untuk : konsumsi rumah

tangga; konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari

untung; konsumsi pemerintah; pembentukan modal

tetap bruto (investasi); perubahan stok, dan ekspor

neto (total ekspor dikurangi dengan total impor).

2. Pendekatan Produksi

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pende-

katan produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan

nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor

produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu,

untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan

pendekatan produksi, maka pertama-tama yang harus

dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang

diciptakan oleh tiaptiap sektor di atas. Pendapatan

regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai

produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.

3. Pendekatan Penerimaan

Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan

cara menjumlahkan pendapatan faktorfaktor produksi

yang digunakan dalam memproduksi barang-barang

dan jasa-jasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan

gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak

langsung neto.

Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan

ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak

dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi

sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat

menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk

Page 20: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

20

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan

(Soeparmoko, 2002).

Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak

pada semua tempat dan semua sektor perekonomian. Akan

tetapi biasanya hanya pada titik-titik tertentu dan sektor-

sektor tertentu pula kegiatan ekonomi bersifat dominan.

Investasi hendaknya diprioritaskan pada sektor-sektor

utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan

wilayah dalam waktu relatif cepat (Glasson, 1990).

Terdapat berbagai teori dan teknik analisis untuk

mennetukan sektor ekonomi potensial yang akan

diimplementasikan dalam kajian ini. Teori dan teknik

tersebut diantaranya Teori Basis Ekonomi dengan alat

analisis Location Quotient (LQ) beserta berbagai bentuk-

modifikasinya. Selain itu, alat analisis Shift-Share (SS) yang

menggambarkan performance (kinerja) sektor sektor di

suatu wilayah dibandingkan kinerja sektor-sektor

perekonomian nasional. Lincolyn Arsyad (1997) dan Latif

Adam (1994), mengemukakan bahwa analisis shift-share

merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis

perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan

perekonomian nasional.

1.4 METODE PENYUSUNANa. Ruang Lingkup

Lingkup kegiatan Analisis Makro Ekonomi Daerah

Kabupaten Tapin ini meliputi wilayah administrative

Kabupaten Tapin yang merupakan bagian dari wilayah

Propinsi Kalimantan Selatan.

Page 21: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

21

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

b. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam kajian ini terbatas pada

data sekunder. Data tersebut meliputi data karak-

teristik dan kapasitas produksi dan pendapatan

daerah pada level makro. Data yang akan digali

kapasitas produksi/otuput ekonomi, sumberdaya

manusia, sumberdaya alam, sumberdaya keuangan,

dan sumberdaya kelembagaan ekonomi di

masyarakat.

Disamping itu, digali pula informasi-informasi terkait

berupa dokumen-dokumen perencanaan pembangunan,

Lakip, dan renstra SKPD dan badandibidang ekonomi untuk

diadakan analisis konten yang mengacu pada tingkat

relevansi antara arah kebijakan yang telah ditetapkan

dengan pola kebijakan yang diperlukan berdasarkan hasil

analisis data.

1.5 METODE ANALISISMetode analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif kuantitatif dalam membangun argumentasi

mendasar untuk mencapai sasaran penelitian dengan

memanfaatkan rujukan-rujukan dokumen dan data historis

pembangunan yang ada serta instrumen-instrumen analisis

dan interpretasi data perencanaan secara integratif.

Alat-alat (tools) analisis data yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik prediksi, agregasi,

proporsi, LQ, SS, dan Typologi Klassen.

Page 22: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

22

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Analisis Shift - Share

Model analisis Shift-Share akan digunakan untuk

sektor-sektor ekonomi yang berkembang di daerah, dan

sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif

dan terkonsentrasi ( spesialisasi) serta melihat hubungan

antar sektor ekonomi di daerah penelitian. Tehnik ini

menggambarkan performance pergeseran struktur ekonomi

daerah dibandingkan dengan performance perekonomian

nasional atau yang lebih tinggi tingkatnya. Model Shift-Share

yang digunakan dalam analisis penelitian ini) adalah seperti

dikemukakan Widodo (2006) sebagai berikut :

Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah :

D ij = Rij + Mij + Cij

Dimana :

Rij = Eij x rn adalah pertumbuhan Regional

(Regional Economic Effect) sector i di

daerah j

Mij = Eij ( rin - rn ) adalah Bauran Industri

(Proportional Shift) sector i di wilayah j

Cij = Eij (rij - rn ) adalah Keunggulan

Kompetitif (Differential Shift) sector i di

wilayah j.

Persamaan r ij mewakili laju pertumbuhan ekonomi

persektor-subsektor di wilayah studi, sedangkan r n dan r

in masing-masing laju pertumbuhan di daerah referensi

(nasional atau regional) persektor-subsektor yang didefinisi-

kan berikut:

Page 23: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

23

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

r ij = ( E*ij - E ij ) / E ij

r in = ( E*in - E in ) / Ein

r n = ( E*n - En ) / E n

Dimana :

E*ij = Nilai tambah (PDRB) sektor-subsektor i

pada periode akhir di Kabupaten Tapin

E ij = Nilai tambah (PDRB) sektor-subsektor i

pada periode awal di Kabupaten Tapin

E*in = Nilai Tambah (PDRB) sektor-subsektor i

pada periode akhir di daerah referensi /

Provinsi Kalsel

E in = Nilai Tambah (PDRB) sektor-subsektor i

pada periode awal di daerah referensi /

Provinsi Kalsel

E* n = Nilai Tambah (PDRB) Total pada

periode akhir di daerah referensi /

Provinsi Kalsel

E n = Nilai Tambah (PDRB) Total pada periode

awal di daerah referensi / Provinsi

Kalsel

Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient ( L-Q) adalah pendekatan

untuk mencari basis ekonomi yang mana industri basis

tersebut mengasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah

maupun diluar daerah yang bersangkutan. Adanya arus

pendapatan dari luar daerah, akan menyebabkan terjadinya

Page 24: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

24

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

kenaikan konsumsi (C) dan investasi (I) didaerah tersebut.

Hal ini selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan

menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan

pendapatan itu tidak hanya menaikkan permintaan (demand)

terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan

akan industri non basis (lokal). Kenaikan permintaan ini

mendorong kenaikan investasi pada industri yang

bersangkutan dan juga industri lain (Widodo, 2006). Karena

itu Location Quotient bertujuan untuk mengukur keunggulan

komperatif dari suatu daerah melalui sektor unggulannya.

Penelitian ini membandingkan setiap sector perekonomian

daerah studi dengan sektor perekonomian yang sama

didaerah referensi. Pendekatan LQ dapat disajikan dalam

bentuk persaman :

PDRB S / TPDRB S LQ = PDRB R / TPDRB R

Dimana :

LQ = Location Quotient sektor i di daerah studi

PDRBS = Nilai tambah bruto sektor i di daerah

studi

TPDRBS = Total PDRB di daerah studi

PDRB R = Nilai tambah bruto sektor i di daerah

referensi

TPDRBR = Total PDRB di daerah referensi

Apanila LQ > 1, maka disebut sektor/subsektor

unggulan ( basis)

Page 25: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

25

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Apabila LQ < 1, maka disebut bukan sektor/subsektor

unggulan ( non basis)

Apabila LQ = 1, maka peranan relatif sektor yang

bersangkutan dalam daerah Studi adalah sama dengan

peranan relatif sektor sejenis dalam daerah referensi.

Analisis Tipologi Klassen

Teknik Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral

daerah (Widodo, 2006). Masing-masing sektor ekonomi di

daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima,

berkembang, potensial, dan terbelakang. Analisis ini

mendasarkan pengelompokan setiap sektor dengan melihat

pertumbuhan dan kontribusinya terhadap total PDRB suatu

daerah yang bersangkutan.

Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat

kategori di atas dapat digambarkan pada bagan berikut ini.

Rerata Kontribusi Rerata Laju Pertumbuhan

si sektor > s PDRB si sektor < s PDRB

ri sektor > r PDRB Sektor Prima Sektor berkembang

ri sektor < r pdrb Sektor Potensial Sektor Terbelakang

Page 26: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

26

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Penentuan Prioritas pengembangan Sektoral

Dari hasil analisis LQ dan S-S untuk keunggulan

kompetitif dan komparatif/spesialisasi serta Tipologi

Klassen yang semuanya diskorkan sesuai dengan range yang

ada di masing-masing sektor, maka dapat ditentukan sektor

yang diprioritaskan dalam pengembangan pembangunan di

Kabupaten Tapin. Interval kelas mengikuti Tipologi Klassen

sedangkan rangenya adalah:

Nilai terbesar - Nilai terkecil R = ------------------------------------

Kelas

(Purbayu dan Ashari, 2003)

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASANLaporan akhir Analisis Makro Ekonomi Daerah

Kabupaten Tapin ini berisi 5 (lima) bab, terdiri dari a).

Pendahuluan, b). Potensi Wilayah: SDA dan SDM, c).

Gambaran umum Kinerja Makro Ekonomi dan

Pembangunan, d). Faktor Penentu Kinerja Makro Ekonomi,

d). Prediksi dan Arah Kebijakan Makro Ekonomi.

Page 27: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

27

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

BAB IIPOTENSI WILAYAH : SDA

DAN SDM

Pembahasan tentang makro ekonomi suatu daerah tidak akan

terlepas dari kondisi kewilayahan yang didalamnya

terkandung sumberdaya. Sumberdaya ekonomi yang dapat

dikelola menjadi faktor-faktor produksi menentukan

kapasitas produksi atau tingkat ekonomi. Oleh karena itu

setiap wilayah memiliki potensi yang dapat disebut sebagai

potensi wilayah. Potensi wilayah Kabupaten Tapin yang akan

diuraikan disini dibatasi pada potensi internal berupa

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan berbagai

komponennya.

2.1 LETAK GEOGRAFIS DAN POSISI

STRATEGIS KAWASANKabupaten Tapin merupakan salah satu dari 13

kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan

Selatan. Secara geografis terletak diantara 20.32'43" -

30.00'43" Bujur Timur dan 1140.46'13" - 1150.30'33"

Lintang Selatan, serta berbatasan dengan:

Page 28: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

28

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

o Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah utara

o Kabupaten Banjar di sebelah selatan

o Kabupaten Barito Kuala di sebelah barat

o Kabupaten Hulu Sungai Selatan i sebelah timur

Kabupaten Tapin memiliki wilayah seluas 2.174,95 km2,

yang secara administratif pemerintahan terbagi dalam 12

kecamatan dengan 133 desa. Kecamatan dengan luas wilayah

paling besar adalah Kecamatan Candi Laras Utara dengan

luas wilayah 681,40 km2 (31,33%), sedangkan Kecamatan

dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tapin

Utara dengan luas wilayah 32,34 km2 atau 1,49% dari seluruh

wilayah Kabupaten Tapin. Letak geografis dan distribusi luas

wilayah untuk masing-masing wilayah Kecamatan dapat

dilihat pada gambar tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2011

No. Kecamatan Desa Luas (Km2) %

1 Binuang 10 132,39 6,09

2 Hatungun 8 95,60 4,40

3 Tapin Selatan 10 153,44 7,05

4 Salam Babaris 6 72,80 3,35

5 Tapin Tengah 17 309,56 14,23

6 Bungur 12 91,26 4,20

7 Piani 8 200,09 9,20

8 Lokpaikat 9 93,89 4,32

9 Tapin Utara 16 32,34 1,49

10 Bakarangan 12 62,57 2,88

11 Candi Laras Selatan 12 249,61 11,48

12 Candi Laras Utara 13 681,40 31,33

Jumlah 133 2.174,95 100,00

Page 29: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

29

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kabupaten Tapin berada di daerah segitiga dalam

Propinsi Kalimantan Selatan. Jalur utama lalu lintas darat

antar kota di Kalimantan Selatan sampai Propinsi Kalimantan

Timur melintasi wilayah Kabupaten Tapin. Titik

pertumbuhan potensial jalur sungai dan darat yang akan

menjadikan segitiga pertumbuhan berada di Kecamatan

Candi Laras Selatan, dipredikasi akan terwujud dalam jangka

menengah.

2.2 LUAS WILAYAH DAN POTENSI SUMBER

DAYA ALAMSeperti terlihat pada table 2.2, luas wilayah Kabupaten

Tapin sebesar 217.495 Ha. Dari luas wilayah tersebut

sebagian besar (94,05%) merupakan kawasan budidaya.

Sisanya (5,95%) merupakan kawasan lindung, yakni hutan

lindung 11.250 ha dan sempadan sungai 1.705 ha. Secara

rinci penggunaan lahan ini dibedakan menjadi lahan hutan

lindung, sempadan sungai, hutan produksi terbatas, hutan

produksi tetap, hutan produksi konversi, budidaya lahan

perkebunan, budidaya lahan kering, budidaya lahan basah,

peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata,

perindustrian, dan perumahan.

Page 30: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

30

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Tapin

No. Jenis Penggunaan Luas (ha) Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Hutan Lindung Sempadan Sungai Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi Budidaya Lahan Perkebunan Budidaya Lahan Kering Budidaya Lahan Basah Peternakan Perikanan Pertambangan Pariwisata Perindustrian Perumahan

11.250 1.705 5.125 3.750

11.060 22.067 16.226

132.239 600 300 750

73 100

6.250

5,17 0,78 2,36 1,72 7,84 10,2 7,46

60,80 0,28 0,14 0,34 0,03 0,05 2,87

217.495 100,00

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2008.

Berdasarkan karakteristik sumberdaya alam, wilayah

Kabupaten Tapin terbagi dalam enam kelompok yaitu:

Kawasan budidaya pertanian lahan basah. Kawasan ini

merupakan penyangga produksi pertanian lahan basah

untuk wilayah Kabupaten Tapin dan sekitarnya,

meliputi Kecamatan Candi Laras Utara, Kecamatan

Candi Laras Selatan, Kecamatan Tapin Tengah, Keca-

matan Bakarangan, sebagian Kecamatan Tapin Utara,

sebagian Kecamatan Tapin Selatan, sebagian Keca-

matan Binuang, dan sebagian Kecamatan Lokpaikat.

Kawasan budidaya pertanian lahan kering. Kawasan

ini berada di daerah perbukitan yang meliputi Keca-

matan Piani, Kecamatan Salam Babaris, Kecamatan

Page 31: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

31

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Hatungun, sebagian Kecamatan Lokpaikat, sebagian

Kecamatan Tapin Selatan, dan sebagian Kecamatan

Binuang. Pada beberapa kawasan perbukitan ini

terdapat hutan (penyangga daerah bawah), per-

kebunan, dan objek wisata. Selain itu, di kawasan ini

terdapat lahan kr i t is yang per lu mendapatkan

perhatian, meliputi Kecamatan Binuang, Hatungun,

Salam Babaris, Tapin Selatan, dan Lokpaikat.

Kawasan aglomerasi perkotaan. Kawasan aglomerasi

ini masih merupakan kawasan pertanian yang

diprediksi akan berkembang menjadi aglomerasi

perkotaan, seperti di sekitar kawasan Kota Rantau

Baru, Binuang Baru, dan Margasari Baru.

Kawasan potensial tumbuh cepat. Kawasan yang pada

saat ini memiliki kecenderungan berkembang pesat

karena lokasinya terletak pada jalur lintas antar

daerah, meliputi Kecamatan Tapin Utara (kota

Rantau Baru), Kecamatan Binuang, dan Kecamatan

Candi Laras Selatan (Margasari Baru).

Kawasan pusat pemerintahan. Kawasan pusat

penyelenggaraan pemerintahan kabupaten terletak di

Kecamatan Tapin Utara.

2.3 KEPENDUDUKAN DAN

KETENAGAKERJAANPada tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Kabupaten

Tapin sebanyak 167.877 jiwa (47.444 RT), terdiri dari

50,41% laki-laki dan 49,59% perempuan. Jumlah ini telah

meningkat 9,01% dari tahun 2007 dengan jumlah penduduk

Page 32: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

32

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

sebesar 154.005 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten

Tapin pada tahun 2008 telah mencapai lebih dari 77 jiwa

atau 22 Rumah Tangga per km. Secara rinci sebaran

penduduk Kabupaten Tapin per kecamatan tahun 2010

disajikan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penduduk Kabupaten Tapin Tahun 2010

Kecamatan

Luas (Km2)

Jumlah Penduduk

Jumlah Rumah Tangga

Rata-rata Per Km2

Pddk RT

1. Binuang 132.39 27,281 7,395 206 56

2. Hatungun 95.6 8,023 2,351 84 25

3. Tapin Selatan 153.44 17,990 5,053 117 33

4. Salam Babaris 72.8 11,063 3,204 152 44

5. Tapin Tengah 309.56 17,635 4,933 57 16

6. B u n g u r 91.26 11,625 3,338 127 37 7. P i a n i 200.09 5,361 1,528 27 8

8. Lokpaikat 93.89 8,904 2,576 95 27

9. Tapin Utara 32.34 23,193 6,605 717 204

10. Bakarangan 62.57 8,621 2,415 138 39 11. Candi Laras Sel 249.61 12,060 3,463 48 14

12. Candi Laras Utara 681.4 16,121 4,583 24 7

J u m l a h 167,877 47.444 77 508

Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS 2011

Berdasarkan kelompok umur, sampai dengan 2010

kelompok umr 5 - 9 tahun semakin dominan hingga mencapai

11,43% dari jumlah seluruh penduduk. Dalam rentang waktu

6 tahun kedepan kelompok ini sudah memasuki usia kerja

sehingga memerlukan antisipasi untuk mengakomodasi

orientasi kegiatan mereka kedepan. Kelompok ini

Page 33: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

33

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

meninggalkan kelompok umum 10 - 14 tahun yang pada 2006

hampir bersamaan, yakni sebesar 10,56% dan 10,47%.

Kelompok umur yang disebut terakhir ini (10 - 14 tahun)

merupakan pendatang baru kedalam usia kerja mulai tahun

depan. Jika mereka masuk ke dunia kerja (bekerja atau

mencari pekerjaan) maka akan mempengaruhi tingkat

partisipasi angkatan kerja. Sebaliknya jika mereka meilik

melakukan aktifitas lain, seperti melanjutkan untuk sekolah

maka harus dapat ditampung dengan wadah pendidikan yang

lebih jelas keterkaitannya bagi dunia kerja, khususnya yang

sesuai dengan potensi ekonomi Tapin sendiri. Kelompok

umur dengan porsi yang paling kecil pada tahun 2010 adalah

umur 55 - 59 tahun dan 60 - 64 tahun.

Tabel 2.4 Share Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

2006 - 2010

Kelompok Umur

2006 2007 2008 2009 2010

0 - 4 9.60 9.60 10.33 8.10 9.52 5 – 9 10.56 10.56 10.07 8.62 11.43

10 – 14 10.47 10.47 10.51 10.13 8.91 15 - 19 10.07 10.07 10.66 10.10 8.68 20 - 24 8.51 8.51 8.83 9.43 8.62 25 - 29 9.55 9.55 9.26 8.22 9.45 30 - 34 8.11 8.11 7.95 8.62 8.64 35 - 39 8.07 8.07 7.87 8.41 8.59 40 - 44 6.79 6.79 7.00 6.63 7.35 45 - 49 4.86 4.86 4.96 6.18 6.06 50 - 54 3.84 3.84 3.53 5.75 4.89 55 - 59 2.54 2.54 2.11 3.45 2.99 60 - 64 2.91 2.91 2.96 2.59 2.53

65+ 4.12 4.12 3.95 3.76 4.12 J u m l a h 152,000 153,655 154,646 154,005 167,877

Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa edisi

Page 34: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

34

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Jika dibandingkan antara pertumbuhan penduduk yang

terkategori usia kerja (15 tahun keatas) dengan yang bukan

usia kerja (0 - 14 tahun) maka secara rata-rata penduduk

pada usia kerja tumbuh lebih tinggi, yaitu 3,18% per tahun.

Oleh karena itu penting adanya langkah-langkah yang tepat

untuk mengantisipasi hal tersebut agar tidak menjadi beban

pada masa yang akan datang.

Tabel 2.5 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan Kelompok Usia Kerja

Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa edisi

Dari struktur penduduk yang ada kelompok usia kerja

cenderung semakin dominan jumlahnya. Porsi penduduk

usia kerja yang pada 2006 sebesr 69,37% telah meningkat

sehingga menjadi 70,66% pada 2010. Hal ini sejalan dengan

tingkat pertumbuhan yang telah di uraikan sebelumnya.

Klp Umur 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-

rata

0-14 1.95 1.09 1.59 (13.51) 21.23 2.47

15 keatas 1.95 1.09 0.23 5.45 7.18 3.18

Total 1.95 1.09 0.64 (0.41) 10.96 2.84

Page 35: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

35

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 2.6 Perbandingan Share Jumlah Penduduk

Berdasarkan Kelompok Usia Kerja

Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa edisi

Pencari kerja yang terdaftar pada 2010 adalah sebanyak

2.558 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya pencari

kerja ini didominsi oleh lulusan SLTA dengan jumlah 1.028

orang. Tingkat pendidikan pencari kerja selanjutnya secara

berurutan berdasarkan jumlahnya adalah berlatar belakang

Sarjana Lengkap, Sarjana Muda, SLTP, dan SD. Pemikiran

untuk mengarahkan para lulusan SLTA untuk memasuki

Politeknik khususnya dibidang Perkebunan dan Pertam-

bangan mungkin cukup tepat. Hal ini mengingat lulusan SLTA

yang dominan serta potensi ekonomi Tapin dikedua lapangan

usaha tersebut sangat besar.

Kelompok

umur 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-

rata

0-14 30.63 30.63 30.92 26.85 29.34 29.67

15 keatas 69.37 69.37 69.08 73.15 70.66 70.33

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Page 36: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

36

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 2.7 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar

Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No Kecamatan SD SLTP SLTA Sarjana

Muda

Sarjana

Lengkap Jumlah

1 Binuang 19 22 160 60 56 317

2 Hatungun 1 15 18 10 0 44

3 Tapin Selatan 82 58 179 48 64 431

4 Salam Babaris 4 8 41 23 23 99

5 Tapin Tengah 49 28 47 41 30 195

6 Bungur 27 44 84 24 22 201

7 Piani 12 11 17 5 2 47

8 Lokpaikat 20 47 127 23 52 269

9 Tapin Utara 30 32 256 150 184 652

10 Bakarangan 21 13 35 7 13 89

11 Candi Laras Selatan 12 15 43 32 29 131

12 Candi Laras Utara 5 22 21 21 14 83

J u m l a h 282 315 1,028 444 489 2,558

Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS 2011

Page 37: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

37

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

BAB IIIGAMBARAN UMUM

KINERJA MAKRO EKONOMIDAN PEMBANGUNAN

Ruang lingkup makro ekonomi menjangkau permasalahan

ekonomi secara menyeluruh atau agregatif. Indikator

yang diekspose merupakan hasil penjumlahan dari berbagai

sektor, berbagai jenis pasar, dan berbagai tingkat pelaku

ekonomi sehingga mewakili tingkat keseimbangan penawaran

dan permintaan menyeluruh dalam perekonomian.

Seara umum komponen yang dapat dipandang sebagai

ukuran kinerja makro ekonomi terdiri dari: pertumbuhan;

inflasi; tingkat pengangguran; dan neraca perdagangan,

dengan berbagai unsur yang menentukannya. Akan tetapi,

analisis makro ekonomi pada konteks perekonomian daerah

tidak terlepas dari indkator kinerja pembangunan seperti

misalnya tingkat kemiskinan.

Pada bagian ini akan diulas beberapa komponen utama

menyangkut kinerja pertumbuhan, inflasi, tingkat

pengangguran, dan tingkat kemiskinan. Komponen indikator

kinerja lainnya akan dibahas pada bab selanjutnya dalam

kerangka faktor penentu kinerja makro ekonomi.

Page 38: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

38

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

3.1 PDRB, PERTUMBUHAN, DAN STRUKTUR

EKONOMIPerkembangan perekonomian suatu daerah biasanya

diukur dengan tingkat produksi, yakni Produk Domestik

Regional Bruto atau PDRB. PDRB merupakan jumlah nilai

tambah value added yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam wilayah perekonomian. Nilai PDRB Kabupaten Tapin

atas dasar harga berlaku seperti yang terdapat dalam tabel

3.1 berikut menggambarkan nilai produksi barang dan jasa

dinilai dengan harga yang berlaku pada periode 2010.

Tabel 3.1 PDRB Kabupaten Tapin 2010 Berdasarkan

Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000

Lapangan Usaha /

Industrial Origin Konstan Berlaku

1. Pertanian 415,221.82 822,650.84

2. Pertambangan dan Penggalian 200,856.64 512,067.77

3. Indusri Pengolahan 51,317.25 118,002.18

4. Listrik dan Air Minum 3,902.31 8,967.42

5. Bangunan 48,516.80 103,167.18

6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 90,213.31 188,724.47

7. Pengankutan dan Komunikasi 19,512.75 40,922.69

8. Bank dan Lembaga Keuangan Lain 38,688.51 88,379.99

9. Jasa-jasa 136,71477 315,290.22

PDRB / GDRP 1,004,944.17 2,198,172.77

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Page 39: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

39

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Jika berdasarkaan harga berlaku nilai PDRB Kabupaten

Tapin adalah Rp. 2.198.172, 77 ( dalam Jutaan) maka

berdasarkan harga konstan nilainya hanya Rp.1.004.944,17

(dalam jutaan). Hal ini karena angka ini merupakan nilai riil

dari pada produksi barang dan jasa dalam teritori

perekonomian Tapin. Nilai riil disini artinya bebas dari

pengaruh peningkatan harga atau inflasi.

Jika dilihat lebih luas ke dalam lingkup kawasan provinsi

Kaimantan Selatan, angka PDRB Kabupaten Tapin tersebut

pada 2010 hanya meliputi 3,34% dari nilai PDRB yang

diciptakan seluruh Kabupaten dan Kota yang berjumlah Rp.

30.067.423,-(dalam jutaan). Posisi Kabupaten Tapin hanya

berada di urutan ke 11 dari ke-13 Kabupaten/Kota yang ada.

Ini berarti skala ekonomi Kabupaten ini termasuk kecil

dibanding wilayah lain pada umumnya.

Page 40: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

40

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 3.2 Share Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Kalsel

Atas Dasar Harga Berlaku

Propinsi Share PDRB Kab/Kot Dalam Provinsi (%)

2008 2009*) 2010**) Ranking

1.Tanah laut 7.51 7.53 7.55 6

2.Kotabaru 16.23 16.22 16.37 1

3.Banjar 11.14 11.22 11.14 3

4.Barito Kuala 6.78 6.61 6.50 7

5.Tapin 3.38 3.35 3.34 11

6.H.S. Selatan 3.71 3.69 3.61 10

7.H.S. Tengah 3.62 3.67 3.63 9

8.H.S. Utara 2.93 2.92 2.89 13

9.Tabalong 9.97 10.02 10.05 5

10.Tanah Bumbu 10.67 10.69 10.77 4

11.Balangan 4.89 4.90 4.91 8

12.Banjarmasin 16.03 16.02 16.06 2

13.Banjarbaru 3.15 3.17 3.17 12

KalSel(Rp. Juta) 100.00 100.00 100.00

27,593,092.50 28,470,811.96 30,067,423 Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Kabupaten yang memiliki ukuran skala ekonomi (size

of economy) paling besar atau berada diurutan teratas adalah

Kotabaru (16,37%). Hal ini sejalan dengan luas wilayahnya

yang paling besar dibanding daerah yang lain. Kotabaru juga

memiliki segala bentuk potensi sumber daya, dari

pertambangan, perkebunan, hingga perikanan dan kelautan

yang besar. Posisi tersebut diikuti oleh Kota Banjarmasin

yang berada diurutan kedua. Kota Banjarmasin sebagai

ibukota wajar memiliki ukuran ekonomi yang besar karena

merupakan pusat kegiata jasa dan perdagangan. Wilayahnya

Page 41: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

41

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

yang strategis sebagai pintu gerbangarus distribusi dari dan

ke wilayah Kalsel, bahan ke provinsi lain di sekitar,

menjadikan volume ekonomi, terutama yang meliputi bidang

jasa perkotaan sangat besar dikota Banjarmasin.

Grafik 3.1

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Kabupaten yang berada paling buncit besaran PDRBnya

adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara, dengan 2,89%.

Kabupaten HSU bersama-sama dengan Batola bahkan

termasuk dalam kategori wilayah tertinggal. Namun

demikian besaran PDRB bukan ukuran satu-satunya penentu

tingkat kemakmuran suatu daerah. Secara individual bisa

saja daerah yang teratas memiliki penduduk miskin yang

lebih banyak dibanding yang terbawah, begitupun

sebaliknya.

Share PDRB Kab/Kot di Kalsel 2010

Balangan5% Banjar

11%Banjarbaru

3%

Banjarm asin15%

Batola7%

HSS4%

HST4%

HSU3%

Kotabaru16%

Tabalong10%

Tala8%

Tanbu11%

Tapin3%

Page 42: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

42

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Sebagaimana terlihat pada tabel 3.3 sepanjang tahun

2006 – 2010 PDRB perkapita Kabupaten Tapin hanya

berkisar antara Rp.4,8 juta – Rp.6,0 juta sedangkan Kalsel

sudah mencapai antara Rp.7,3 juta – Rp.8,5 juta. Meski

demikian rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita Kabupaten

Tapin telah mencapai 5,63% per tahun sementara Kalsel

hanya 3,67% per tahun. Ini menandakan pertumbuhan

produksi Kabupaten Tapin diatas pertumbuhan

penduduknya jauh lebih tinggi dibanding Kalsel.

Tabel 3.3 PDRB Perkapita Provinsi Kalimantan Selatan

dan Kabupaten Tapin Tahun 2006 – 2010 (ADHK 2000)

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Tingkat dinamika perekonomian Kabupaten Tapin

dapat diukur dengan membandingkan pertumbuhannya

terhadap pertumbuhan daerah lain ditingkat regional. Selama

Tahun

TAPIN KALSEL

Nilai (Rp)

Pertum-

buhan (%) Nilai (Rp)

Pertum-

buhan (%)

2006 4,787,688.00 4 7,306,536.00 3.41

2007 5,693,945.00 18.93 7,631,654.00 4.45

2008 5,957,281.00 4.62 7,989,962.00 4.70

2009 5,761,672.00 -3.28 8,152,322.00 2,03

2010 5,986,193.00 3.90 8,458,057.00 3.75

Rata-rata 5.63 3.67

Page 43: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

43

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

rentang 2006 – 2010 meski jauh dibawah, nampak

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapin lebih konsisten

dibandingkan rata-rata provinsi Kalimantan Selatan. Rata-

rata pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin 4,94% sedangkan

Kalsel 5,75% pertahun. Pada 2009 pertumbuhan PDRB

Kabupaten Tapin anjlok menjadi 4,63% sejalan bersamaan

dengan penurunan pada tingkat provinsi Kalsel. Hal ini lebih

dipengaruhi adanya penurunan produksi pertambangan

karena peranan sektor ini cukup dominan. Hal ini dapat

dilihat pada grafik 3.2.

Grafik 3.2

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

4.81%5.05% 4.88%

6.08%

4.94%

6.54%

4.63%

5.38% 5.44%5.69%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

2006 2007 2008 2009 2010

TAHUN

PERTUM BUHAN EKONOM I TAPIN DAN KALSEL 2006 - 2010

TAPIN

KALSEL

Page 44: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

44

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Perkembangan produktifitas ataupun pergerakan

aktifitas ekonomi dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan

PDRB. Melalui pertumbuhan ekonomi dimungkinkan adanya

perluasan kapasitas ekonomi dalam bentuk terbukanya

peluang usaha baru, investasi baru, dan kesempatan kerja

(employment) yang lebih tinggi.

Tabel 3.4 Tingkat Pertumbuhan (%) PDRB Kabupaten

Tapin Pada Periode 2006 – 2010

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-

rata

1. PERTANIAN 2.89 2.27 -0.85 10.90 6.99 4.44

2. PERTAMB & PENGGALIAN 11.52 7.67 15.42 -5.90 4.30 6.60

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.61 8.73 9.95 7.05 5.86 7.64

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10.16 17.81 5.47 2.21 2.93 7.71

5. BANGUNAN 9.03 6.58 7.03 6.73 8.88 7.65

PERDAGANGAN, HO & RESTO 5.57 0.42 3.88 6.70 4.52 4.22

7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 3.13 3.58 9.18 3.43 5.84 5.03

8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. -0.31 12.90 4.38 2.69 6.32 5.20

9. JASA-JASA 0.98 7.61 4.36 2.29 1.67 3.38

Total 4.81 4.88 4.94 4.63 5.44 4.94

Kalimantan Selatan 4,98 6,01 6,45 5,29 5,58 5,66

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Page 45: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

45

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Secara keseluruhan PDRB Kabupaten Tapin tumbuh

rata-rata sebesar 4,94% dalam periode 2006 – 2010. Tingkat

pertumbuhan tertinggi pernah dicapai pada 2010 dengan

besaran 5,44%. Sedangkan pada tahun lainnya pertumbuhan

cukup monoton sekitar diatas 4% tapi dibawah 5%. Tingkat

petumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan perekono-

mian Kalimantan Selatan yang mencapai rata-rata 5,66%

dalam periode yang sama. Hal ini sejalan dengan keadan dari

tahun ke tahun yang selalu lebih tinggi dari pada Tapin.

Grafik 3.3

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Ketergantungan pada sektor pertambangan yang cukup

signifikan nampak pada fluktuasi ekonomi yang terjadi.

Anjlok pertumbuhan PDRB menjadi 4,63% pada 2009 lebih

dipengaruhi adanya penurunan produksi pertambangan yang

mencapai minus 5,90 persen, sebagaimana grafik 3.3. Untuk

PERTUM BUHAN SEKTO RAL 2009

10.90%

-5.90%

7.05%

2.21%

6.73% 6.70%3.43% 2.69% 2.29%

TANI

TAMBANG

MANUFAKTUR

LGA

KONSTRUKSI

DAGANG H R

TRANKOM

KEU

JASA

SEKTOR

RATE

Page 46: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

46

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

itu Kabupaten Tapin perlu mengembangkan sektor lain

sebagai basis pertumbuhannya.

Sumber pertumbuhan ekonomi dapat dipilah ber-

dasarkan lapangan usaha yang menyumbangnya. Ber-

dasarkan tabel 3.6. pertumbuhan ekonomi Tapin pada 2010

sebesar 5,44% ternyata didominasi oleh perkembangan

sektor pertanian.

Grafik 3.4

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Kontribusi sektor pertanian bagi pertumbuhan PDRB

Tapin pada 2010 tersebut sebesar 2,85%. Jauh dibawahnya

adalah sektor pertambangan sebagai penyumbang diurutan

kedua dengan sumbangan sebesar 0,87% bagi pertumbuhan.

Sektor-sektor lainnya menyumbang tidak lebih dari 0,5%.

PERANAN SEKTORAL DALAM PERTUM BUHAN 20102.85%

0.87%

0.30%0.01%

0.42% 0.41%0.11% 0.24% 0.24%

TANI

TAMBANG

MANUFAKTUR

LGA

KONSTRUKSI

DAGANG H R

TRANKOM

KEU

JASA

SEKTOR

Page 47: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

47

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 3.5 Kontribusi Sektoral Terhadap Tingkat

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin

Pada Periode 2006 – 2010

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Keadaan yang tak jauh berbeda terjadi dalam per-

kembangan selama periode 2006 – 2010 (tabel 3.5). Hal ini

tidak hanya memperkuat bukti bahwa struktur ekonomi

Kabupaten Tapin belum mencapai kemajuan secara optimal

tapi juga polanya stagnan dalam lima tahun terakhir.

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

1. PERTANIAN 1.23 0.95 -0.35 4.19 2.85

2. PERTAMB & PENGGALIAN 2.15 1.53 3.15 -1.33 0.87

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.30 0.40 0.47 0.35 0.30

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.03 0.06 0.02 0.01 0.01

5. BANGUNAN 0.38 0.29 0.32 0.31 0.42

6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 0.52 0.04 0.35 0.60 0.41

7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 0.06 0.07 0.17 0.07 0.11

8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. -0.01 0.47 0.17 0.10 0.24

9. JASA-JASA 0.14 1.08 0.63 0.33 0.24

PDRB DENGAN MIGAS 4.81 4.88 4.94 4.63 5.44

Page 48: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

48

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 3.4

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Terdapat sektor-sektor yang paling maju selama rentang

2006 – 2010 yang ditandai dengan dominasinya dalam tingkat

pertumbuhan. Seperti terlihat pada grafik 3.4, sektor yang

paling tinggi tingkat pertumbuhannya adalah sektor Listrik,

Gas, & Air Minum (LGA) (7,71%), sektor Konstruksi (7,65%),

dan sektor Industri (7,64%). Selama rentang waktu tersebut

ketiga sektor ini mengalami peningkatan nilai tambah produksi

paling pesat. Ketiga sektor ini adalah kelompok sektor sekunder

yang umunya menjadi indikator level kemajuan transformasi

ekonomi dalam pembangunan. Semakin maju kelompok sektor

sekunder semakin maju level perekonomian karena menunjuk-

kan kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah.

Ini berarti, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapin telah

berada pada jalur yang benar untuk mengoreksi ketimpangan

sektoral yang selama ini didominasi sektor primer. Peranan

sektor industri diperkirakan akan semakin besar mulai 2013

dengan telah berproduksinya industri CPO (crude palm oil).

PERTUM BUHAN RATA-RATA SEKTO RAL 2006 - 2010

4.44%

6.60%

7.64%

7.71%

7.65%

4.22%

5.03%

5.20%

3.38%

1

2

3

4

5

6

7

8

9

SEKTOR

RATE

Page 49: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

49

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Struktur PDRB yang digambarkan dari share atau

kontribusi sektoral lapangan usaha dalam menciptakan

produksi dapat menjadi gambaran tingkat kemajuan ekonomi

sekaligus golongan masyarakat yang menikmati kue pemba-

ngunan. Selama periode 2006 – 2010 ternyata perekonomian

Tapin masih konsisten bertumpu pada sektor pertanian.

Kontibusi sektor pertanian sampai dengan 2010 mencapai

41,32%. Sektor ini begitu dominan dibanding yang lain, karena

kontribusinya jauh lebih tinggi dari sektor terdekat, misalnya

Pertambangan yang sebesr 19,99% dan Jasa-jasa sebesar 13,60%

Tabel 3.6 Kontribusi (%) Sektoral dalam Pembentukan

PDRB Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 – 2010

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Sektor perdagangan-hotel-restoran hanya menyumbang

8,98% dari PDRB 2010 diikuti kemudian oleh Industri yang

hanya sebesar 5,11%. Sektor-sektor lain memiliki kontribusi

LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010

1. PERTANIAN 41.69 40.66 38.41 40.72 41.32

2. PERTAMB & PENGGALIAN 19.90 20.43 22.47 20.21 19.99

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.58 4.74 4.97 5.09 5.11

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.36 0.41 0.41 0.40 0.39

5. BANGUNAN 4.42 4.49 4.58 4.68 4.83

6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 9.37 8.97 8.88 9.06 8.98

7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 1.90 1.88 1.96 1.93 1.94

8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. 3.63 3.91 3.89 3.82 3.85

9. JASA-JASA 14.14 14.51 14.43 14.11 13.60

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Page 50: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

50

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

dibawah 5%. Ini menandakan perekonomian Tapin belum jauh

beranjak dari karakteristik tradisionalnya yang agraris. Selain

itu ini juga menunjukkan terjadinya kepincangan yang cukup

tajam dalam arah perkembangan produksi. Sektor yang poten-

sial menjadi kutub pertumbuhan karena menciptakan perkem-

bangan rantai produksi dan nilai tambah yang tinggi, yakni

Industri Pengolahan hanya berperan sekitar 4,6% s/d 5,1%.

Tabel 3.7 Kontribusi (%) Sektoral Terhadap PDRB

Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 – 2010 Berdasarkan

Pengelompokan Primer, Sekunder, dan Tertier

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009*) 2010**)

I. PRIMER 61.59 61.08 60.88 60.92 61.30

Pertanian 41.69 40.66 38.41 40.72 41.32

Pertamb dan Pgalian 19.90 20.43 22.47 20.21 19.99

II. SEKUNDER 9.36 9.64 9.96 10.16 10.32

Industri Pengolahan 4.58 4.74 4.97 5.09 5.11

Listrik dan Air Minum 0.36 0.41 0.41 0.40 0.39

Bangunan 4.42 4.49 4.58 4.68 4.83

III. TERSIER 29.05 29.27 29.16 28.92 28.37

Perdgng, Resto, dan H 9.37 8.97 8.88 9.06 8.98

Pengangkutan dan Kom 1.90 1.88 1.96 1.93 1.94

Ban danLKBB 3.63 3.91 3.89 3.82 3.85

Jasa-jasa 14.14 14.51 14.43 14.11 13.60

PDRB / GDRP 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Page 51: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

51

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Struktur ekonomi Tapin juga dapat dilihat berdasarkan

pengelompokan 3 (tiga) kelompok lapangan usaha. Sektor

primer yang terdiri dari pertanian dan pertambangan sangat

dominan dalam pererkonomian, yakni sebesar 61,30%.

Sektor primer adalah lapangan usaha produksi berbasis

kegiatan ekstraktif atau hasilnya langsung dipetik, ditebang,

dikeruk, dan diambil dari alam kemudian dikonsumsi atau

dijual tanpa melalui tahap pengolaha lebih lanjut secara

berarti. Oleh karenanya nilai tambahnya kecil dan tidak

menciptakan rantai produksi yang panjang untuk menum-

buhkan unit-unit kegiatan produktif lainnya. Negara ataupun

wilayah lain yang menerima hasil bumi inil melalui per-

dagangan akan memproses kembali sehingga menjadi produk

yang bernilai tinggi yang tidak jarang kita impor kembali

tentunya dengan harga yang jah lebih tinggi.

Kendati demikian, seperti telah diuraikan sebelumnya

lapangan-lapangan usaha pada kelompok sektor sekunder

mengalami rata-rata tingkat pertumbuhan tertingi dibading

sektor lannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara makro

orientasi produksi pada lima tahun terakhir ini sudah

mengarah pada jalur yang tepat, yaitu mendorong sektor

industri, kondstruksi, dan Listrik-Gas-Air Minum untuk

berperan lebih besar.

Page 52: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

52

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 3.5

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Dilain pihak struktur ekonomi Kalsel seperti dalam

grafik 3.6 struktur PDRB Kalsel didominasi tiga sektor utama.

Kontribusi sektor pertanian 23%, pertambangan 22% dan

perdagangan 15%. Selebihnya disumbangkan oleh enam

sektor lainnya yang berkisar antara 1% hingga 11%.

Grafik 3.6

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Jika dilihat dari arah transformasi ekonomi dalam Visi

Rerata Share Sektoral PDRB Tapin 2006 - 2010

Pdagangan, H R9%

Jasa-jasa14%

Tam bang & Pgl21%

Tani40%

Transkom2%

Industri5%

LGA0%

Konstruksi5%

Keu & Sew a4%

Rerata Share Sektroal PDRB Kalsel 2006 - 2010

23%

22%

11%1%

6%

15%

9%

4%

9%

Tani

Tam bang & Pgl

Industri

LGA

Konstruksi

Pdagangan, H R

Transkom

Keu & Sewa

Jasa-jasa

Page 53: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

53

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kabupaten Tapin relatif lebih terbelakang dari Kalsel.

Struktur ekonomi negara maju ditandai dengan

meningkatnya porsi sektor sekunder dan tersier. Sesuai

dengan estimasi terhadap ekonomi nasional maka perubahan

struktur ekonomi Indonesia menjadi sebuah negara maju

bisa diwujudkan bila sektor-sektor utama tumbuh masing-

masing: Primer 7,8% - 8,3% pertahun; Sekunder 12,6 – 13,1%

pertahun; dan Tersier 13,4% - 13,9% pertahun. Dari sisi

pertumbuhan Tapin relatif lebih mendekati karena sektor

sekunder tumbuh paling cepat. Dari segi kontribusi sektoral,

estimasi keadaan Indonesia Maju 2025 adalah dimana sektor

Primer 10%, Sekunder 36%, dan Tersier 55% seperti terlihat

dalam grafik. Gap/kesenjangan ke arah itu masih jauh bagi

Tapin tetapi ia bukan satu-satunya di Kasel.

Struktur Ekonomi NEGARA MAJU 2025

High income country

Page 54: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

54

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Beberapa daerah yang berdekatan dari segi karakte-

ristik sebagai perbandingan hal yang serupa. Kabupaten-

kabupaetn Tabalong, Tanah Bumbu, dan Balangan yang

merupakan penghasil tambang umumnya juga sangat

tergantung pada sektor Primer, seperti nampak pada tabel

3.8. Share sektor primer di Kabupaten Tabalong dan

Kabupaten Balangan masing-masing 78,65% dan 84,08%,

jauh diatas Tapin. Dari sisi perkembangan share sektor

sekundernya Tapin mencapai 10,47% yang jauh lebih tinggi

dari Tabalong (3,13%) dan Balangan (2,33%).

Tabel 3.8 Perbandingan Kontribusi (%) Sektoral Terhadap

PDRB 2010 (ADHB) pada Beberapa Daerah

Lapangan Usaha Tapin HSS Tablg Tanbu Balangn

I. PRIMER 60.72 36.82 78.65 57.81 84.08

Pertanian 37.42 34.45 12.60 14.49 20.74

Pertamb dan Pgalian 23.30 2.37 66.04 43.31 63.34

II. SEKUNDER 10.47 12.76 3.13 13.23 2.33

Industri Pengolahan 5.37 7.29 0.93 7.08 0.34

Listrik dan Air Minum 0.41 0.38 0.11 0.24 0.13

Bangunan 4.69 5.09 2.09 5.91 1.86

III. TERSIER 28.81 50.42 18.22 28.96 13.59

Perdgng, Resto, dan H 8.59 20.47 5.06 9.58 4.09

Pengangkutan dan

Kom 1.86 5.40 1.54 13.33 2.70

Ban danLKBB 4.02 4.47 2.64 1.74 1.21

Jasa-jasa 14.34 20.08 8.98 4.31 5.60

PDRB / GDRP 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Page 55: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

55

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

3.2 Pertumbuhan dan peranan sektoralAnalisis produksi sektoral menjadi hal yang sangat

penting untuk dapat memahami secara lebih detail kinerja

makro ekonomi daerah yang sebenarnya terjadi. Potensi

kapasitas produksi dimana capaian produksi eksisting yang

diukur dalam PDRB dan merupakan gambaran ketersediaan

sumber daya (endowment) yang mampu dieksploitasi

keadaannya berbeda-beda antar berbagai sektor/lapangan

usaha. Disinilah akan terlihat sumber pertumbuhan dan

penggerak ekonomi sesungguhnya yang ditunjukkan oleh

tingkat pertumbuhan dan kontribusi sektoral dalam PDRB.

Grafik 3.7

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Dari struktur ekonominya dalam rentang 2006 – 2010

Kabupaten Tapin didominasi sektor pertanian dengan

kontibusi dalam PDRB atas dasar harga konstan sekitar 41%

dan sektor pertanian dengan 21%. Jauh dibawahnya sektor

Rerata Share dan Pertum buhan Sektoral

PDRB Tapin 2006 - 2010

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

Tani

Tam bang & P gl

Industri

LG A

K onstruksiP dagangan, H R

Transkom

K eu & S ew a

Jasa-jasa

Share Tum buh

Page 56: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

56

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

jasa-jasa dengan 14% dan perdagangan dengan 9%. Sektor-

sektor lainnya hanya berperan rata-rata dibawah 5%

pertahun. Dari sisi pertumbuhannya, sektor ekonomi paling

maju dalam rentang 2006 – 2010 adalah sektor listrik-gas-

air minum dengan pertumbuhan rata-rata 7,71% pertahun

disusul oleh sektor konatruksi dengan tingkat 7,65% dan

sektor industri dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7,64.

Hal ini dapat dengan jelas dilihat pada grafik 3.7.

Secara detail akan dilihat kinerja sektoral beserta

subsektornya dalam menciptakan pertumbuhan dan

memberikan kontribusi pada PRB. PDRB sektor petanian

menyumbang rata-rata 40,60% bagi PDRB Kabupaten Tapin.

Sebagaimana terlihat pada grafik 3.8 PDRB sektor pertanian

didominasi oleh subsektor tanaman pangan sedangkan

subsektor kehutanan menjadi penyumbang paling kecil.

Grafik 3.8

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Pertanian 2006 - 2010

3.25% 3.26%

27.26%

5.47%1.32%

4.87%

6.59%

4.32%2.56%

0.75%

0.00%5.00%

10.00%15.00%20.00%

25.00%30.00%

T Pangan Kebun Ternak Hutan Ikan

Subsektor

Share

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

Tumbuh

Share Tum buh

Page 57: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

57

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Dari sisi pertumbuhan, subsektor peternakan tumbuh

sangat pesar dibanding subsektor lainnya, kemudian diikuti

tanaman pangan dan perikanan. Subsektor yang tumbuh

lambat dalam periode ini adalah kehutanan dan perkebunan.

Hanya saja subesektor perkebunan diperkirakan akan

semakin mengalami percepatan melalui perkebunan sawit

dengan masuknya industri CPO.

Dengan demikian bisa dikatakan tanaman pangan masih

merupakan penggerak utama sektor pertanian. Disisi lain

peternakan merupakan sektor yang maju pesat dan ber-

potensi untuk berperan lebih signifikan bagi perekonomian

khususnya dari sektor pertanian.

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor

dominan kedua dalam menciptakan PDRB, yakni rata-rata

sebesar 20,57% (ADHK). Seperti terlihat pada grafik 3.9

subsektor yang berkontibusi besar adalah pertambangan non

migas yang menghasilkan komoditi batubara. Sementara itu,

subsektor pengalian memiliki peranan yang jauh lebih kecil.

Page 58: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

58

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 3.9

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Dari beberapa sektor yang maju pesat enam tahun terakhir

diantaranya adalah sektor Industri yang tumbuh 7,64%, seperti

terlihat pada grafik 3.10. Meski demikian peranan sektor masih

kecil yakni rata-rata hanya 4,90% pertahun. Tidak jauh

berbeda keadaannya jika dibandingkan dengan sektor LGA dan

konstruksi. LGA dan konstruksi juga memiliki pertumbuhan

tertinggi masing-masing 7,71% dan 7,65% namun sharenya

dalam PDRB relatif kecil, dibawah 5%.

Dengan demikian, sektor industri dan konstruksi akan

menjadi semakin penting terlebih dengan didukung majunya

sektor LGA dan Transportasi, dimana kedua sektor terakhir

ini juga semakin vital dalam proses transformasi ekonomi.

Pertumbuhannya harus terus dijaga agar tidak menurun atau

bahkan menuju stagnan sebagaimana nampak terjadi pada

Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Tam bang dan Galian 2006 - 2010

20.57%

0.03%

6.61%

1.85%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

Tam bang no M igas Galian

Subsektor

Share

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

Tumbuh

Share

Tum buh

Page 59: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

59

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

sektor industri akhir-akhir ini. Industri meski belum memiliki

peran yang cukup signifikan tapi memiliki tingkat pertum-

buhan yang relatif tinggi pada masa sekarang ini harus

dijadikan momentum kebangkitan ekonomi. Langkah-langkah

strategis untuk merevitasi sektor perlu diambil. Salah satu

caranya adalah dengan mengembangkan agroindustri dan

pengolahan SDA lain seperti hasil pertambangan.

Grafik 3.10

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Dalam komponen PDRB Kabupaten Tapin terdapat

sektor perdagangan, hotel, & restoran berperan rata-rata

9,05% selama 2006 – 2010. Subsektor perdagangan besar

dan eceran nampak paling dominan dengan memberikan

sumbangan dan pertumbuhan paling signifikan bagi PDRB,

seperti terlihat pda grafik 3.11. Sementara itu, perhotelan

memiliki kontribusi palig kecil dibanding subsektor lainnya.

Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Industri, LGA, Konstruksi, dan Transportasi Kab.Tapin, 2006 - 2010

4.90%

0.39%

1.92%

4.60%7.64% 7.71%

5.03%

7.65%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Industri LGA Konstruksi Transkom

Sektor

Share

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

Tumbuh

Share

Tum buh

Page 60: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

60

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Meski demikian subsektor perhotelan memiliki tingkat

pertumbuhan cukup tinggi yaitu 5,03%. Ini menandakan

perkembangan iklim bisnis mengalami kemajuan dan

subsektor perhotelan mendapat keuntungan karenannya.

Perhotelan dapat menjadi lahan bisnis prospektif sejalan

dengan kemajuan bisnis disektor lainnya yang memerlukan

layanan dari sektor jasa.

Lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran

harus mendapat dukungan agar terus berkembang. Iklim

usaha yang kondusif diantaranya memerlukan dukungan dari

fasilitas akomodasi yang memadai. Subsektor perdagangan,

perhotelan, dan restoran menjadi sarana interaksi bisnis

modern yang kelayakannya semakin menentukan.

Grafik 3.11

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Perdagangan, H, & R 2006 - 2010

0.01%

3.76%5.28%

5.57%5.03%

2.43%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Dagang Hotel Resto

Subsektor

Share

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Tumbuh

Share

Tum buh

Page 61: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

61

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Sektor keuangan sebagai salah satu sektor tertier juga

berfungsi melayani bisnis utama dalam perekonomian (core

of economy). Meskipun masih kecil peranannya namun jasa

keuangan cenderung terus meningkat pertumbuhannya.

Sektor keuangan ditujukan untuk dapat melayani kebutuhan

investasi yang ada didaerah agar dapat mendorong

tumbuhnya berbagai bidang usaha. Selama ini di Kalsel, nilai

uang yang dihasilkan terutama dari pertambangan sangat

besar namun pengusaha dan perusahaan besar cenderung

tidak menyimpan dan membelanjakan uangnya di daerah

tetapi membawanya keluar daerah. Oleh sebab itu penting

kiranya meningkatkan peranan lembaga keuangan dalam

pengembangan usaha lokal. Hal ini tidak akan terjadi tanpa

komitmen lembaga-lembaga keuangan untuk mau melakukan

penyaluran kredit ataupun pembiayaan kepada pengusaha

lokal.

Postur sektor keuangan diKabupaten Tapin ternyata

didominasi subsektor persewaan yang berkontribusi 2,33%

terhadap PDRB, seperti terlihat pada grafik 3.12. Subsektor-

subsektor lainnya yaitu Perbankan, Lembaga Keuangan

Bukan Bank (LKBB), dan Jasa Perusahaan memiliki

kontribusi dibawah 1%. Akan tetapi dari segi pertumbuhan

perbankan nampak tumbuh signifikan dengan 8,58%

pertahun, disusul jasa perusahaan dengan 5,65% dan LKBB

5,14%. Persewaan tumbuh paling rendah hanya dengan

4,49%. Dari keadaan ini terlihat bahwa subsektor perbankan

sedang mengalami perkembangan yang pesat sehingga

berpeluang untuk berperan lebih besar dalam meningkatkan

nilai tambah produksi disektor keuangan Kabupaten Tapin.

Page 62: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

62

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 3.12

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Sektor jasa-jasa termasuk komponen yang memberikan

kontribusi signifikan dalam pembentukan PDRB Kabupaten

Tapin, yakni rata-rata 14,16%. Bagian terbesar dalam

pembentukan PDRB sektor jasa berasal dari subsektor jasa

pemerintahan dalam bentuk pelayanan administrasi yang

meliputi 13,57%. Subsektor jasa swasta yang terdiri dari jasa

sosial kemasyarakatan, hiburan-rekreasi, dan jasa

perorangan & rumah tangga secara keseluruhan hanya

menyumbang 0,59%. Hal ini nampak dalam grafik 3.13.

Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Keuangan dll

2006 - 2010

0.82%0.66%

2.33%

0.02%

8.58%

5.14%4.49%

5.65%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

Bank LKBB sewa Jasa Prsh

Subsektor

Share

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

Tumbuh

Share

Tum buh

Page 63: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

63

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 3.13

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011

Perkembangan subsektor jasa swasta yang didalamnya

termasuk pariwisata tumbuh paling tinggi dimana bersamaan

dengan pertumbuhan subsektor perhotelan. Ini menun-

jukkan terdapatnya potensi usaha multisektor seperti

dibidang agribisnis dan pariwisata. Bidang-bidang ini pun

sangat potensial untuk berkembang di Kabupaten Tapin.

3.3 perkembangan tingkat hargaIndikator lain yang menentukan kinerja makro ekonomi

adalah tingkat harga atau sering dipublikasikan dengan istilah

tingkat inflasi. Perkembangan tingkat harga sangat berpenga-

ruh baik bagi konsumen yang memiliki keterbatasan dalam

daya beli maupun bagi kalangan dunia usaha dalam meren-

canakan bisnisnya. Pengusaha menghendaki adanya kestabilan

harga dalam tiap siklus bisnis yang berjalan sehingga dapat

menentukan keputusan berinvestasi dengan lebih baik.

Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Jasa-jasa 2006 - 2010

13.57%

0.59%

3.32%

4.95%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

Pem erintahan Swasta

Subsektor

Share

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Tumbuh

Share

Tum buh

Page 64: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

64

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Table 3.9 Tingkat Inflasi di Kalsel Tahun 2005 - 2010.

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, Beberapa Edisi

(diolah)

Data inflasi Kabupaten belum tersedia di Kalsel, oleh

karena itu informasi tentang inflasi masih mengacu pada

tingkat inflasi di Provinsi. Bagi Tapin angka inflasi provinsi

dapat diasumsikan cukup berarti mengingat Tapin sebagai

wilayah terbuka di pusat jalur transportasi antar wilayah di

Kalimantan Selatan serta jaraknya yang tidak terlalu jauh

dari Ibukota Banjarmasin.

Tingkat inflasi periode 2005 – 2010 cukup fluktuatif.

Dimulai dengan besaran 12,93% persen pada 2005, inflasi

berhasil diturunkan hingga 7,78% pada 2007. akan tetapi inlfasi

kembali berfluktuasi dan naik kembali pada 2008, turun di

2009, dan terakhir naik sampai dengan 9,06% pada 2010.

Kelompok komoditi utama yang menentukan tingkat inflasi ini

adalah Bahan Makanan, Makanan Jadi, Perumahan, Pakaian,

Kesehatan, Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, dan Transportasi-

komunikasi. Pergerakan inflasi kelompok komoditi ini dari

Tahun/

Bulan*)

Kelompok Komoditi

Bahan

Makanan

Makanan

Jadi Rumah Pakaian Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi

Dan

Olahraga

Transpor

tasi dan

Komuni

kasi

Umum

2005 7,41 15,42 12,99 7,75 6,51 5,60 30,85 12,93

2006 22,40 8,68 8,71 7,11 0,75 7,15 0,46 11,04

2007 9,12 15,34 3,19 -2,31 4,92 15,64 1,01 7,78

2008 15,56 9,52 15,55 8,57 8,72 5,06 7,45 11,62

2009 7,05 10,58 -2,36 10,75 0,93 4,76 -3,50 3,86

2010 19,82 8,93 3,65 9,06 3,41 2,75 2,60 9,06

Page 65: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

65

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

tahun ke tahun bervariasi. Pada 2005, komoditi yang memiliki

tingkat inflasi paling tinggi adalah Transportasi-Komunikasi

sedangkan pada 2010 adalah Bahan Makanan.

Berdasarkan grafik 3.7 selama rentang 2005 – 2010

tidak terdapat indikasi Trade Off antara tingkat inflasi dan

tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin. Artinya,

petumbuhan ekonomi dapat didorong maju untuk tumbuh

tinggi tanpa mengakibatkan naiknya inflasi secara ber-

lebihan. Hal ini merupakan keuntungan yang dimiliki dari

karakteristik perekonomian daerah sehingga langkah-

langkah untuk mendorong pemanfaatan potensi ekonomi

secara lebih luas dapat dilakukan dengan baik.

Grafik 3.14

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, Beberapa Edisi

(diolah)

Perbandingan Pertum buhan PDRB dan Inflasi 2005 - 2010

4.81 4.943.49 4.88 4.63 5.44

12.93

11.04

7.78

3.86

9.06

11.62

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pertum

buhan(%

)

0

2

4

6

8

10

12

14

Inflasi (%

)

Pertm b PDRB

Inflasi Um um

Page 66: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

66

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tahun 2005, pertumbuhan mencapai titik terendah

3,49% namun inflasi tertinggi 12,93%. Sementara itu, tahun

2009 Inflasi terendah 3,86%, pertumbuhan lebih tinggi,

sebesar 4,63%. Gejolak inflasi lebih berpengaruh pada

dinamika nominal daripada kemampuan ekonomi riil

sehingga berdampak pada sebagian penduduk ber-

pendapatan tetap.

3.4 Perkembangan Tingkat PengangguranPerkembangan ketenagakerjaan dan tingkat pengang-

guran di Tapin cukup spesifik. Hal ini khususnya kalau dilihat

dari perkembangan tingkat pengangguran yang cenderung

untuk terus turun. Penurunan yang terjadi sebesar rata-rata

-2,65% per tahun selama rentang-rentang 2006 – 2010. pada

saat bersamaan tingkat pertumbuhan ekonomi yan diukur

dari pertumbuhan PDRB tergolong rendah.

Page 67: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

67

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Table 3.10 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten

Tapin Tahun 2006 - 2010.

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rata2

r A Jumlah Penduduk 15

Tahun Keatas 105,443 106,591 106,832 112,653 120,745 3.49

a. Angkatan Kerja 76,014 77,248 72,698 79,466 85,859 3.27

- Bekerja 70,586 70,665 67,642 73,829 80,594 3.54

- Pengangguran Terbuka 5,427 6,583 5,056 5,637 5,265 0.75

b. Bukan Angkatan Kerja 29,429 29,343 34,135 33,187 34,886 4.60

B Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72.09 72.47 68.05 70.54 71.11 -0.28

C Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7.14 8.52 6.95 7.09 6.13 -2.65

TPT Kalsel (%)

5,58 6,91 6,75 5,25 -0.23

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, Beberapa Edisi

(diolah)

Pertumbuhan peduduk usia kerja yang lebih dipengaruhi

oleh perkembangan jumlah penduduk rata-rata bertambah

3,49% per tahun. Tidak jauh beda dengan itu, tingkat

penyerapan tenaga kerja juga berlangsung positiif. Selama

rentang 2006 – 2010 tersebut, jumlah pekerja tumbuh

dengan rata-rata 3,54% pertahun. Dengan tingkat

pertumbuhan sebesar ini maka kesempatan kerja Tapin

cukup prospektif karena berada diatas tingkat pertumbuhan

angkatan kerja. Oleh karena itu dari tahun ke tahun akan

semakin sedikit pencari kerja yang tidak terserap alias

menganggu.

Page 68: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

68

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

3.5 PERKEMBANGAN TINGKAT

KEMISKINANMeski secara relatif persentase penduduk miskin di

Kabupaten Tapin terus menurun namun secara absolut jumlah

penduduk miskin justru terus meningkat. Seperti terlihat pada

tabel dibawah ini jumlah penduduk miskin telah meingkat dari

7.489 orang di 2008 menjadi 9.343 orang di 2010, walaupun

pada saat bersamaan proporsinya menurun dari 6,10%

menjadi 5,57%. Oleh karena itu bisa ditarik kesimpulan bahwa

telah terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Tapin

yang tumbuh sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk

yang ada. Karena pertumbuhannya cukup tinggi maka

kemungkinan besar mereka adalah berasal dari luar atau

pendatang baru/migrant.

Tabel 3.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Kabupaten

Tapin dan Provinsi Kalimantan Selatan 2006 – 2010

Sumber : Berita Resmi Statistik, BPS, Beberapa Edisi (diolah)

Tahun Tapin Kalsel

Total Persentase Total Persentase

2006 t.a.d 278.450

2007 t.a.d 233.500 6,01

2008 7.489 6,10 218.900 6,48

2009 7.489 4,93 175.977 5,12

2010 9.343 5,57 182.000 5,21

Tumbuh (%) 12,38 -9,65

Page 69: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

69

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Hal ini berbeda dengan keadaan penduduk miskin secara

keselruhan di tingkat provinsi yang cendrung terus menurun

baik secara absolut maupun secara realtif. Secara relatif

penduduk miskin pada tingkat propinsi menurun dari 6,01

pada 2007 menjadi 5,21 pada 2010. Hal ini di sertai dengan

hasil yang nyata yaitu pada jumlah penduduk miskin secara

absolut yang dalam rentang 2006 – 2010 menurun dengan

tingkat rata-rata -9,65% per tahun.

Tabel Peranan Kab/Kot dalam Pertumbuhan Jumlah

Penduduk Miskin di Kalsel 2009 - 2010 (%)

Kabupaten

Peran Dalam Pertumbuhan

Penduduk Miskin Kalsel

Ranking

Kab. Tanah Laut (1.08) 0.69 6

Kab. Kota Baru (1.43) 0.22 12

Kab. Banjar 0.20 (0.67) 13

Kab. Barito Kuala (1.92) 0.29 10

Kab. Tapin (0.82) 0.99 3

Kab. Hulu Sungai Selatan (1.90) 0.60 9

Kab. Hulu Sungai Tengah (1.53) 0.77 4

Kab. Hulu Sungai Utara (1.18) 0.28 11

Kab. Tabalong (1.10) 0.60 8

Kab. Tanah Bumbu 0.25 2.07 1

Kab. Balangan (0.24) 0.74 5

Kota Banjarmasin 0.38 0.65 7

Kota Banjar Baru (0.59) 1.65 2

Kalimantan Selatan (10.95) 8.87

Sumber : Berita Resmi Statistik, BPS, Beberapa Edisi (diolah)

Page 70: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

70

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada 2009

jumlah penduduk miskin di Kalsel menurun -10,95% dari

keadaan di 2008, sedangkan pada 2010 meningkat 8,87%

dari periode 2009. Kabupaten Tapin berperan sebesar 0,99%

atas pertumbuhan penduduk miskin di Kalsel tersebut, atau

peranannya menepati peringkat ke 3 dibawah Tanah Bumbu

dan Banjarbaru.

Page 71: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

71

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

BAB IVFAKTOR PENENTU KINERJA

MAKRO EKONOMI

Faktor-faktor yang menentukan kinerja makro ekonomi

berasal dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Sisi

penawaran dalam konteks makro ekonomi berasal dari

produksi seluruh barang dan jasa dalam ekonomi. Disini lain,

permintaan dalam konteks makro ekonomi berasal dari

seluruh pengeluaran akan barang dan jasa disemua level

kegiatan produksi. Kapasitas produksi dalam suatu

perekonomian ditentukan oleh ketersediaan dan

produktifitas faktor-faktor produksi yang dalam hal ini

dinamakan komponen produksi.

4.1 KOMPONEN PRODUKSIKomponen produksi yang dimaksud disini adalah faktor-

faktor produksi dalam perekonomian yang menentukan

kapasitas produksi perekonomian daerah. Kapasitas

produksi yang dimiliki perekonomian merupakan sisi

penawaran ekonomi (Aggregate Suplly) yang dapat

dimanfaatkan baik secara penuh (full employment), dibawah

kapasitas (under employment), ataupun diatas kapasitas

(over employment). Faktor-faktor produksi ini umumnya

Page 72: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

72

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

bersifat jangka panjang, terdiri dari Sumber Daya Manusia,

Sumber Daya Alam, Modal fisik, dan Teknologi, dengan

berbagai dimensinya.

Secara umum ketersediaan data tentang faktor tersebut

sangat kurang, terutama di daerah sehingga tidak memadai

bagi dilakukannya suatu model analisa yang ideal. Oleh

karena itu sering digunakan berbagai variabel lainnya yang

dianggap dapat menjadi pendekatan (proxy). Hal ini pula

yang dilakukan dalam penelitian ini.

Sumber daya manusia sebagian sudah dibahas dalam bab

sebelumnya. Sumber daya manusia memiliki komponen yang

dapat menjadi modal (Human Capital) baik berupa tenaga

fisik, keahlian, keterampilan, latar belakang pendidikan, pola

fikir, motivasi, mentalitas, dan profesionalitas.

Jumlah penduduk Kabupaten Tapin pada 2010 adalah

sebanyak 167.877 jiwa. Penduduk dalam usia kerja sebanyak

120.745 jiwa (70,33%) dan yang bukan usia kerja sebanyak

50.132 jiwa (29,67%). Pada tabel 4.1 terlihat bahwa di tahun

2010 terdapat sebanyak 2.558 pencari kerja yang terdaftar

yang dapat dikatakan sebagai bagian dari jumlah pengang-

guran. Dari jumlah tersebut sebanyak 40,19% berpendidikan

SLTA; 19,12% Sarjana Lengkap; 17,36% Sarjana Muda, dan

sisanya SD serta SLTP.

Page 73: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

73

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.1. Persentase Pencari Kerja Berdasarkan Latar

Belakang Pendidikanya di Kabupaten Tapin 2010

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS, 2011

(diolah)

Ketersediaan lapangan kerja menentukan tertampung

tidaknya pencari kerja tersebut sehingga menjadi modal

manusia yang terakomodasi untuk bekerja. Tabel 4.2

menunjukkan per 2010 terdapat 80.594 pekerja di Kabu-

paten Tapin yang tersebar di berbagai sektor. Selama rentang

2006 - 2010 penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tapin

secara total tumbuh rata-rata 3,54% per tahun. Hal ini sangat

baik mengingat pertumbuhan PDRB yang dialami daerah

cenderung berjalan lambat. Biasanya daya serap tenaga kerja

yang tinggi memerlukan adanya tingkat pertumbuhan PDRB

yang tinggi pula.

Uraian SD SLTP SLTA Sarjana Muda

Sarjana Lengkap Jumlah

Share (%) 11,02 12,31 40,19 17,36 19,12 2,558

Page 74: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

74

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.2 Jumlah Total Pekerja dan Pertumbuhannya Per

Lapangan Usaha di Kabupaten Tapin 2006 - 2010

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Rata r (%)

1 Pertanian 46,411 36,322 38,874 39,801 42,151 -1.61

2 Pertambangan 2,880 4,381 3,186 3,780 4,271 14.12

3 Industri 3,325 5,371 1,901 2,089 3,304 16.24

4 Listrik 325 71 129 273 161 18.53

5 Konstruksi 1,489 2,473 2,408 2,606 4,030 31.58

6 Perdagangan 8,724 10,812 11,026 14,323 12,814 11.32

7 Angkutan 1,560 2,544 3,774 2,089 2,095 16.77

8 Keuangan 169 495 156 532 242 77.73

9 Jasa 5,703 8,197 6,189 8,335 11,525 23.05

Total 70,586 70,665 67,642 73,829 80,594 3.54

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed

(diolah)

Tingginya daya serap tenaga kerja disemua sektor

kecuali petanian yang cenderung melambat bahkan negatif

menjadi penentu stabilnya daya serap tenaga kerja. Meskipun

demikian, sektor petanian adalah sektor yang paling dominan

dalam menampung tenaga kerja, yakni sebanyak 42.151

orang atau 52,30% pada 2010 seperti pada tabel 4.1.

Page 75: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

75

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 4.1

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS,

2011(diolah)

Para pekerja ini disetiap bidangnya turut menentukan

besaran nilai tambah yang dihasilkan perekonomian. Nilai

tambah tersebut ditentukan oleh produktivitas pekerja.

Sebaran nilai produktivitas pekerja sejak 2006 sampai

dengan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.

Kom posisi TK (% ) M enurut Sektor Ekonom i di Kab Tapin 2010

52.3

5.3 4.10.2

5

15.9

2.6 0.3

14.3

0

10

20

30

40

50

60

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Keuangan

Jasa

Sektor

(%) Kom posisi TK

Page 76: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

76

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.3 Produktivitas Pekerja Berdasarkan Lapangan

Usaha di Tapin pada 2006 - 2010 (Rp.Juta)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010

Rata-

rata

1 Pertanian 7.44 9.72 9.00 9.75 9.85 9.15

2 Pertambangan 57.19 40.47 64.24 50.95 47.02 51.97

3 Industri 11.39 7.67 23.82 23.20 15.53 16.32

4 Listrik 9.19 49.77 28.86 13.88 24.21 25.18

5 Konstruksi 24.57 15.77 17.34 17.10 12.04 17.36

6 Perdagangan 8.89 7.20 7.34 6.03 7.04 7.30

7 Angkutan 10.10 6.42 4.72 8.82 9.31 7.88

8 Keuangan 177.50 68.63 227.78 68.46 160.01 140.48

9 Jasa 20.52 15.37 21.24 16.13 11.86 17.03

Total 11.73 12.28 13.47 12.91 12.47 12.57

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed

(diolah)

Dari data nampak bahwa tingkat produktivitas yang

dihitung berdasarkan nilai tambah per pekerja antar sektor

atau lapangan usaha sangat variatif. Sektor keuangan

nampak memiliki tingkat produktifitas yang paling tinggi

sepanjang periode, yakni rata-rata Rp.140,48 juta per

pekerja pe tahun. Pada posisi kedua ditempati Petambangan

dengan rata-rata Rp. 51,97 juta per pekerja pertahun.

Pertanian ternyata bukan yang terendah dalam produktifitas.

Produktifitasnya masih lebih tinggi dari Perdagangan dan

Transportasi. Kendati demikian, seperti halnya sektor lain,

di sektor pertanian terdapat berbagai sub sektor, seperti

Page 77: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

77

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tanaman Pangan, Perkebunan, Prikananan, Peternakan, dan

Kehutanan. Kegiatan di Pertanian yang mampu memberikan

nilai tambah besar biasanya adalah yang dimiliki oleh

perusahaan-perusahaan besar seperti di Perkebunan

maupun Kehutanan.

Sumber daya alam yang paling menonjol pada masya-

rakat dengan tingkat perekonomian yang masih tradisional

adalah luasan tanah/lahan. Total luas lahan kering di Tapin

adalah 163.846 Ha sedangkan lahan sawah 114.355 Ha. Tentu

saja lahan tersebut sebagian telah dijadikan lahan budi daya

oleh masyarakat ataupun perusahaan besar. Berbagai

komoditas pangan, hasil perkebunan, kehutanan, peterna-

kan, dan perikanan dapat dihasilkan.

Hasil alam seperti hasil hutan, pertambangan mineral

dan non mineral, batubara, dan lain-lain selama ini umumnya

telah menghasilkan berbagai industri maupun bisnis per-

dagangan diluar perekonomian Tapin. Produksi batu bara

pada 2010 mencapai 9.983.501 ton. Produksi tersebut telah

meningkat sebesar 47,34% dari tahun sebelumnya yaitu

sebesar 6.775.678,08 ton. Jika dikalikan dengan harganya

niscaya merupakan nilai yang luar biasa. Akan tetapi

sebagian besar batu bara itu hanya diangkut keluar termasuk

untuk di ekspor ke luar negeri.

Ketersediaan kapital atau modal berupa jumlah perusa-

haan atau unit usaha, pabrik, pergudangan, mesin, alat

produksi, dan lain sebagainya yang merupakan hasil investasi

dan reinvestasi sehingga menimbulkan suatu tingkat

akumulasi kapital bagi perekonomian. Ketersediaan kapital

menentukan kapasitas atau kemampuan produksi yang pada

Page 78: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

78

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

akhirnya potensial untuk mencipatakan pertumbuhan

pendapatan.

Iklim yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha

salah satunya tergambar dari maraknya pendirian unit usaha

baru. Berdirinya usaha baru adalah sebagai wujud terjadinya

akumulasi kapital secara aggregate dalam ekonomi yang

meningkatkan kapasitas untuk tumbuh.

Meskipun kecil, namun perkembangan unit diusaha

industri berlangsung positif. Pada tabel 4.4 terlihat jumlah

unit usaha Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan (IKAHH)

pada 2010 tumbuh 0,26% dibanding pada 2009. Begitupun

pada Industri Logam, Elektronika, dan Aneka (ILMEA)

tumbuh dengan besaran 2,08% pada rentang waktu yang

sama. Oleh karena itu secara keseluruhan jumlah unit industri

telah tumbuh dengan 0,38%.

Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri

Menurut Jenisnya

Kelompok Industri Unit Usaha Pertumbuhan

(%) 2009 2010 1. Industri Kimia, Argo dan Hasil

Hutan (IKAHH) 5.812 5.827 0,26

2. Industri Logam, Elektronika dan Aneka (ILMEA)

433 422 2,08

Jumlah/Total 6.245 6.269 0,38

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS, 2011

(diolah)

Page 79: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

79

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Di bidang perdagangan, selama rentang 2006 - 2010

jumlah perusahaan perdagangan secara keseluruhan (di

semua jenis) telah meningkat dari sejumlah 169 perusahaan

menjadi 266 perusahaan, atau tumbuh dengan rata-rata

14,77% per tahun. Jika dililihat lebih detail berdasarkan tabel

4.5, Pedagang Besar tumbuh rata-rata 166,83%, Pedagang

Menengah tumbuh rata-rata 124,27%, dan Pedagang Kecil

tumbuh dengan rata-rata 13,89%.

Dengan demikian terlihat bahwa kegiatan usaha di sektor

perdagangan berlangsung sangat kondusif. Tingkat pertum-

buhan unit usaha formal mulai dari yang berskala besar

sampai yang kecil tumbuh dengan fantastis karena berada

diatas 10%. Kelompok perdagangan besar dan menengah

terutama sekali mengalami pertumbuhan yang sanat tinggi,

diatas 100%. Ini berarti peluang usaha kelompok ini semakin

berkembang sesuai dengan kemajuan kabupaten Tapin.

Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Perusahaan Perdagangan

Menurut Jenisnya di Kabupaten Tapin pada 2006 - 2010

Kecamatan Pedagang

Besar Pedagang Menengah

Pedagang Kecil Total

2006 2 9 158 169

2007 13 54 98 165

2008 13 54 98 165

2009 12 83 172 267

2010 27 36 203 266 Tumbu rata-

rata (%) 166.83 124.27 13.89 14.77

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed

(diolah)

Page 80: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

80

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

4.2 KOMPONEN PENDAPATANSelain dari sisi produksi, indikator makro ekonomi juga

dapat diukur dari sisi pendapatan. Melalui pendekatan pada

sisi pendapatan ini tingkat ekonomi dianggap sebagai jumlah

keseluruhan pendapatan yang diterima setiap pemilik faktor

produksi. Komponen pendapatan itu bisa berupa gaji, upah,

sewa, bunga, fee, tips, bonus, dan sebagainya.

Sebagaimana indikator yang lain, keterbatasan data juga

menjadi kendala yang terdapat dinegara berkembang dan

khususnya di tingkat daerah. Di negara maju data besaran

makr ekonomi dengan pendekatan pendapatan ini sudah

tersedia dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena sistem self-

assessment dalam rangka pelaporan perpajakan individual

sudah berjalan dengan baik sehingga dengan sendirinya

seluruh pendapatan yang diterima warga negara dapat

direkam dengan baik pula. Hal ini bisa berjalan karena

disertai dengan sanksi yang tegas bagi para penggelap pajak.

Tabel 4.6 Perkembangan UMR dan Estimasi Pendapatan

Pekerja

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed

(diolah)

TAHUN BESARNYA UMR (Rp)

KENAIKAN (%)

Jumlah Pekerja

Estimasi Pendapatan

(Rp.000) 2005 536.330 11,20 2006 629.000 17,35 70.586 44.187.129,71 2007 745.000 18,44 70.665 52.645.327,00 2008 825.000 10,74 67.642 55.804.492,19 2009 930.000 12,72 73.829 68.661.136,04 2010 1.024.500 10,16 80.594 82.568.621,97

Rata-rata Kenaikan 11,76 3,54% 17,11%

Page 81: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

81

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Dari sedikit data yang tersedia dan memungkinkan untuk

diakses, tingkat Upah Minimum Regional (UMR) yang

berlaku dapat menjadi petunjuk perkembangan pendapatan

golongan pekerja formal. Tingkat upah regional menjadi

acuan bagi perusahaan untuk memberikan besaran gaji

minimum kepada tiap pekerja meskipun di lapangan tidak

jarang terjadi penyimpangan.

Dari estimasi yang dilakukan, nampak pada tabel 4.6

terjadi kenaikan pendapatan baik tingkat upah satuan maupun

tingkat pendapatan keseluruhan. Tingkat upah naik dengan

tingkat rata-rata 11,76% per tahun, sedangkan Pendapatan

yang diestimasikan diterima pekerja justru tumbuh lebih

tinggi, yakni sebesar rata-rata 17,11% per tahun.

Efektif tidaknya kenaikan upah dan pendapatan ini bagi

peningkatan kesejahteraan pekerja dipengaruhi salah satunya

oleh kenaikan inflasi. Sebagaimana telah dibahas pada bab

sebelumnya tingkat inflasi tahunan cukup berfluktuasi.

Tingkat inflasi umum hanya pernah berada diatas 11 persen

pada tahun 2005, 2006, dan 2008. Sementara itu, kenaikan

upah minimum secara rata-rata tumbuh dengan 11,76 pada

rentang 2005 - 2010. Oleh karena itu, dari ukuran ini dapat

disimplukan kenaikan upah yang ditetapkan mampu

memberikan dampak positif pada tingkat kesejahteraan

pekerja karena lebih tinggi dari tingkat inflasi rata-rata.

4.3 KOMPONEN PENGELUARANPendekatan ketiga dalam melihat kinerja makro

ekonomi adalah dengan melihat indikator dari komponen

pengeluaran agregat. Secara mendasar, komponen

Page 82: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

82

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

pengeluaran keseluruhan jika dilihat dari sisi "injeksi" terdiri

dari konsumsi rumah tangga, investasi, konsumsi peme-

rintah, dan permintaan luar negeri netto. Komponen

pengeluaran dilihat dari sisi "kebocoran" berupa konsumsi

rumah tangga ditambah tabungan masyarakat dan pajak.

Untuk mendekati hal ini secara komprehensif terdapat

kesulitan akibat terbatasnya data. Dengan terbatasnya data

ini maka penulis berusahaa menggunakan indikator

indikator proxy atau yang dapat mewakili indikator yang

dianalisis, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai akibat dari keterbatasan ini maka bentuk

keseimbangan makro yang dapat dihasilkan menjadi tidak

dapat diungkapkan secara tuntas.

KEUANGAN PEMERINTAH

Secara keseluruhan pendapatan daerah pada 2010

adalah sekitar Rp.542,40 M sedangkan belanja Rp.567,27

M. Oleh karenanya terdapat defisit dalam neraca primer

sebesar Rp. 24,87M yang tertutupi dengan adanya

penerimaan pembiayaan.

Trend perkembangan penerimaan

Selama 2007 - 2010 perkembangan penerimaan total

Kabupaten Tapin tumbuh dengan rata-rata 16,96%

pertahun, sperti pada tabel 4.7. Sementara itu PAD

tumbuh dengan besaran 3,18%, total Dana

Perimbangan tumbuh 11,87%, dan total Pendapatan

Lain yang Sah tumbuh dengan 127,56%.

Page 83: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

83

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.7 Perkembangan Penerimaan Daerah

Kabupaten Tapin

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS,

beberapa ed (diolah)

Trend perkembangan Belanja

Selama 2007 - 2010 perkembangan total Belanja Daerah

Kabupaten TAPIN tumbuh dengan rata-rata 7,82% per-

tahun. Belanja tidak langsung tumbuh dengan 13,03%,

sedangkan Belanja Langsung tumbuh dengan13,03%

pertahun. Hal ini secara detail nampak pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Perkembangan Pengeluaran Daerah

Kabupaten Tapin

No Jenis

Penerimaan 2007 2008 2009 2010

Rerata r

(%)

1

Pendapatan Asli

Daerah 18,963.34 18,889.67 18,651.69 20,737.65 3.18

2

Dana

Perimbangan 312,466.91 387,953.27 417,397.15 433,543.72 11.87

3

Pendapatan

Yang Sah Lain 18,694.85 87,795.40 61,722.50 88,118.99 127.56

Total 350,125.10 494,638.34 497,771.34 542,400.36 16.96

No Jenis

Pengeluaran 2007 2008 2009 2010

Rerata

r (%)

1

Belanja Tidak

Langsung 239,886.01 223,352.13 202,525.86 263,919.34 4.70

2

Belanja

Langsung 246,164.50 374,795.99 256,781.67 303,804.61 13.03

Total 486,050.51 598,148.11 459,307.53 567,723.95 7.82

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed

(diolah)

Page 84: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

84

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Kinerja keuangan daerah juga dapat diukur melalui 3

(t iga) kr i ter ia , yai tu kemandir ian, derajat

desentralisasi, dan Rasio Ketergantungan Keuangan

Daerah. Hasil analisis kinerja tersebut dapat dilihat

pada grafik 4.2 berikut ini.

Grafik 4.2

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS,

beberapa ed (diolah)

Kemandirian

Indikator kemandirian daerah dalam otonomi dapat

diukur dengan besarnya kemampuan sumber daya keuangan

daerah tersebut untuk membangun daerahnya dan untuk

bersaing secara sehat dengan kabupaten lainnya dalam

mencapai otonomi yang sesungguhnya.

Dengan berpatokan pada kriteria yang baku rasio

kemandirian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian

Kabupaten Tapin masih dalam katagori "sangat kurang"

Kinerja Otonom i Keuangan Daerah Kab. Tapin 2007 - 2010

89.24%78.43%

83.85%79.93%

4.78%4.47%6.07% 4.87%

5.42% 3.82% 3.75% 3.82%

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%100.00%

2007 2008 2009 2010

Tahun

Rasio

Rasio Kem andirian Daerah

Rasio Derajat Desentalisasi

Rasio Ketergantungan

Page 85: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

85

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

karena perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah dengan

transfer pusat dan propinsi berada dibawah 10%.

Pola hubungan Kabupaten Tapin dengan pemerintah

pusat masuk dalam katagori pola hubungan instruktif karena

kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap transfer pusat

dan propinsi berada dibawah 25% yang artinya peran

pemerintah pusat masih sangat dominan dalam menentukan

kebijakan anggaran dan membiayai kegiatan pemerintahan.

Tabel 4.9 Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Tapin

2007 - 2010

Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed(diolah)

Angak Rasio kemandirian keuangan daerah Tapin

selama 2007 - 2010 berkisar antara 4,4 - 6,1%, seperti

nampak pada tabel 4.9. Ini berarti kemampuan kemandirian

keuangan daerah Tapin rendah sekali dengan pola hubungan

Pusat-Daerah yang Instruktif. Kriteria pola hubungan daerah

dan kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat

dikemukakan pada tabel 4.10 berikut:

Tahun PAD Total

Transfer Total

Penerimaan

Rasio Kemandirian

Daerah (1) (2) (3) (4) (5 )= (2) /(3)

2007 18,963.34 312,466.91 350,125.10 6.07%

2008 18,889.67 387,953.27 494,638.34 4.87%

2009 18,651.69 417,397.15 497,771.34 4.47%

2010 20,737.65 433,543.72 542,400.36 4.78%

Page 86: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

86

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.10 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan

Daerah

Sumber : Olah Data

Derajat Desentralisasi

Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan per-

bandingkan jumlah penerimaan PAD dibagi dengan total

penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan derajat

kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin

tinggi kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah

maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam

melaksanakan dan menyelenggaraan desentralisasi.

Hasil analisis menunjukkan kemampuan menyeleng-

garakan desentralisasi juga masih rendah karena kontribusi

yang diberikan Pendapatan Asli Daerah sangat rendah yaitu

hanya berkisar antara 3,75% sampai dengan 5,42% bila

dibandingkan dengan total penerimaan daerah dalam

rentang 2007 - 2010, seperti nampak pada tabel 4.11.

Kemampuan

keuangan

Kemandirian

%

Pola

Hubungan

Rendah Sekali

Rendah

Sedang

Tinggi

0% - 25%

25% - 50%

50% - 75%

75% - 100%

Instruktif

Konsultatif

Partisipatif

Delegatif

Page 87: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

87

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.11 Derajat Desentralisasi Keuangan Daerah

Kabupaten Tapin 2007 - 2010

Sumber : Olah Data

Rasio Ketergantungan Keuangan daerah

Ketergantungan keuangan derah dihitung berdasarkan

perbandingkan jumlah pendapatan transfer dibagi dengan

total pendapatan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka

semakin tinggi tingkat ketergantungan pemerintah daerah

terhadap pemerintah pusat dan/atau pemerintah propinsi.

Perhitungan Rasio Ketergantungan menunjukkan

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah

pusat/pemerintah propinsi juga masih sangat tinggi. Seperti

nampak pada tabel 4.12, Pendapatan Transfer masih sangat

dominan yaitu berkisar antara 78% sampai dengan 90% bila

dibandingkan dengan total penerimaan daerah. Dari

kecendrungan selama rentang 2007 - 2010 nampak adanya

perbaikan keuangan daerah dimana angka rasio tersebut

cenderung menurun dari periode sebelumnya.

Meski demikian tetap diperlukan upaya dan terobosan

baru untuk dapat mengoptimalkan penerimaan PAD. Hal ini

Tahun PAD Total

Transfer Total

Penerimaan

Rasio Derajat

Desentalisasi (1) (2) (3) (4) (5 )= (2) /(4)

2007 18,963.34 312,466.91 350,125.10 5.42%

2008 18,889.67 387,953.27 494,638.34 3.82%

2009 18,651.69 417,397.15 497,771.34 3.75%

2010 20,737.65 433,543.72 542,400.36 3.82%

Page 88: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

88

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

bisa dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip "good

governance" termasuk layanan prima mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasinya.

Tabel 4.12 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Kabupaten Tapin 2007 - 2010

Sumber : Olah Data

Sumber permintaan aggregate lainnya yang menentukan

besaran ekonomi makro adalah pengeluaran pada sektor luar

negeri yang terdiri dari aktifitas ekspor dan impor. Kegiatan

ekspor merupakan besaran permintaan dari luar negeri/

wilayah yang meningkatkan nilai pendapatan. Sebaliknya

impor merupakan besaran permintaan yang lepas ke luar

negeri/wilayah sehingga dianggap kebocoran pendapatan.

Selisih ekspor dan impor menghasilkan neraca pedaangan.

Data dan informasi lengkap tentang perdagangan dari

Kabupaten Tapin belum tersedia dengan memadai sehingga

disini akan diulas data perdagangan pada tingkat Kalsel. Data

ini dapat diambil dengan asumsi ada bagian kegiatan

perdagangan yang berasal dari Kabupaten Tapin, seperti

Tahun PAD Total

Transfer Total

Penerimaan Rasio

Ketergantungan

(1) (2) (3) (4) (5 )= (3) /(4)

2007 18,963.34 312,466.91 350,125.10 89.24%

2008 18,889.67 387,953.27 494,638.34 78.43%

2009 18,651.69 417,397.15 497,771.34 83.85%

2010 20,737.65 433,543.72 542,400.36 79.93%

Page 89: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

89

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

ekspor batubara. Dari data pada tabel 4.13 selama 2009 s/d

2010 neraca perdagangan Kalsel selalu mengalami surplus

dengan pertumbuhnan 7,54%.

Tabel 4.13 Perkembangan Neraca Perdagangan

Kalimantan Selatan 2009 - 2010

Sumber : Kalimantan Selatan Dalam Angka 2010, BPS, 2011

(diolah)

Sumber permintaan aggregate lainnya adalah

pengeluaran investasi. Kesulitan yang sama terjadi dalam

pengambilan data tentangg investasi yang spesifik berasal

dari Kabupaten Tapin. Karena itu dilakukan pemanfaatan

data pada tingkat provinsi Kalsel. Perkembangan Investasi

PMA dan PMDN menunjukkan hal yang tidak terlalu

menggembirakan. Pertumbuhan tahunan selama rentang

2006 - 2009 pada umumnya negatif. Hal ini menyebabkan

capaian penanaman modal di Kalsel porsinya masih jauh dari

tingkat nasional.

Tahun Nilai X (USD Juta)

Nilai M (USD Juta)

Surplus/Defisit (USD Juta)

2009 5.446 659 4,787 2010 5.616 468 5,148

Tumbuh (%) 3.12 -28.98 7.54

Page 90: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

90

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.14 Tingkat Pertumbuhan Investasi PMA dan

PMDN di Kalsel Tahun 2006 - 2009

Sumber : Kalimantan Selatan Dalam Angka, BPS, beberapa

edisi (diolah)

4.4 ASPEK REGIONALAspek kawasan atau regional sangat menentukan bagi

kinerja makro ekonomi karena dapat memberikan dorongan

melalui keuntungan yang ditimbulkannya maupun tekanan

melalui penghisapan akibat kompetisi. Analisis ekonomi

regional berikut ini didekati dengan menggunakan alat shift-

share, location-quotient, dan typology klassen.

Daya Saing Ekonomi

Sebagaiman telah diterangkan analisis shift share

memperlihatkan 3 (tiga) komponen yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi daerah yakni komponen

Pertumbuhan Ekonomi Regional (Provincial Growth

Component/Regional Share) disingkat PR diberi lambang

TAHUN % Pertumbuhan

PMA PMDN

2006 -59.80 38.20

2007 -7.20 -34.60

2008 1.24 -28.20

2009 -52.80 -60.20

Rerata -29.64 -21.20

Page 91: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

91

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Nij, kemudian Pertumbuhan Sektoral atau Pergeseran

Proporsional (Industrial Mix Component) disingkat PP

diberi lambang Mij, dan Pertumbuhan Daya Saing Wilayah

(Pergeseran Diferensial/Competitive Effect Component)

disingkat PD dan diberi lambang Cij.

Dalam hal ini PR atau Nij mengukur perubahan agregat

sektor ekonomi wilayah Tapin dengan menggunakan besaran

pertumbuhan ekonomi kawasan (Kalsel) yang terjadi. Jika

PR>0 berarti pertumbuhan output agregate sektoral pada

kawasan regional, dalam hal ini Kalsel, mengalami pertum-

buhan yang positif dan akibatnya perekonomian akan

prospektif. Sebaliknya, jika PR<0 vise versa.

PP atau Mij mengukur perubahan relatif sektoral

dibadingkan perubahan tingkat perekonomian di kasawan

regional. Jika PP atau Mij > 0 berarti sektor yang bersang-

kutan adalah sektor yang tumbuh tinggi diatas rata-rata

pertumbuhan ekonomi dikawasan regional Kalsel yang

diamati. Oleh karenanya, kemudian dapat diamati apakah

Kabupaten Tapin terkonsentrasi pada sektor yang pertum-

buhannya pesat dikawasan regional. Jika demikian maka

perekonomian Tapin dapat menjadi pusat dengan meman-

faatkan pertumbuhan kawasan regional melalui sektor

bersangkutan. Akan tetapi jika PP atau Mij < 0 berarti sektor

tersebut adalah sektor yang tumbuh lambat didalam kawasan

regional.

Sedangkan PD atau Cij mengukur seberapa jauh daya

saing sektoral dari daerah (lokal) Tapin dibanding daerah

lainnya di kawasan yang jadi acuan (Kalsel). Jika nilai PD

atau Cij > 0 berarti sektor tersebut memiliki daya saing yang

Page 92: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

92

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

kuat dibanding wilayah lain sehingga dapat menjadi andalan

dalam kawasan Kalsel, namun jika PD atau Cij < 0 maka

sektor tersebut memiliki daya saing lemah.

Tabel 4.15 Hasil Analisis Shift-Share Kabupaten Tapin

2005 - 2010 (Juta Rupiah)

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Dengan menggunakan analisis shift-share diketahui

bahwa selama kurun waktu 2005 - 2010 PDRB Kabupaten

Tapin meningkat Rp. 215,21 milyar, seperti terlihat pada

tabel 4.15. Angka ini , dapat dilihat dari nilai Dij, merupakan

akumulasi dari sumbangan semua sektor yang ternyata telah

mengalami perkembangan positif.

Sektor Nij Mij Cij Dij Rank

Tani 106,296.75 (10,057.08) (16,436.82) 79,802.85 1

Tambang 46,801.19 5,390.26 984.21 53,175.66 2

Industri 11,259.41 (7,815.38) 12,344.20 15,788.22 5

LGA 858.83 (101.37) 434.81 1,192.27 9

Konstruksi 10,638.24 1,547.97 2,761.68 14,947.89 6

Dagang 23,280.63 3,230.53 (9,759.80) 16,751.36 4

Transport 4,843.56 986.18 (1,600.81) 4,228.93 8

Keuangan 9,559.10 4,207.44 (5,241.75) 8,524.80 7

Jasa-jasa 36,734.19 10,707.44 (26,641.44) 20,800.19 3

PDRB Mgs 250,271.90 8,095.99 (43,155.72) 215,212.17

Page 93: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

93

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Komponen regional Share - Nij

Pengaruh pergeseran regional Propinsi Kalimantan

Selatan terhadap PDRB Kabupaten Tapin selama periode

tahun 2005-2010 adalah sebesar Rp. 250.271,90 juta. Hal

ini menunjukkan bahwa peningkatan PDRB Kabupaten Tapin

juga ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi

Kalimantan Selatan. Komponen regional share memberikan

kontribusi yang paling besar pada sektor pertanian senilai

Rp.106,29 milyar. Diurutan selanjutnya adalah sektor

pertambangan, sektora jasa-jasa, sektor perdagangan, sektor

industri, dan sektor bangunan/kontruksi. Urutan

selanjutnya adalah sektor keuangan dan tranportasi-

komunikasi. Sementara itu sektor listrik, gas & air bersih

merupakan sektor yang kontribusinya terendah.

Komponen Pergeseran Proposional - Mij

Komponen pergeseran proposional mempunyai

pengaruh total yang positif terhadap PDRB Kabupaten

Tapin. Besaran sumbangan komponen pergeseran

proporsional ini adalah Rp. 8.095,99 juta dimana ada empat

sektor yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu sektor

Jasa-jasa (Rp.10,71 milyar), Sektor Pertambangan (Rp.5,39

milyar), Sektor Keuangan (Rp.4,21 milyar), dan Sektor

Perdagangan (Rp.3,23 milyar). Sektor-sektor ini tergolong

sebagai sektor-sektor maju yang pertumbuhannya relatif

cepat dibanding sektor lainnya pada tingkat propinsi. Jika

perekonomian Kabupaten Tapin terkonsentrasi pada sektor-

sektor tersebut akan menberikan keunggulan komparatif dan

kompetitif.

Page 94: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

94

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Sektor-sektor yang menerima pengaruh pergeseran

proposional negatif disisi lain, tergolong sebagai sektor yang

kurang maju pada tingkat kawasan. Sektor-sektor tersebut

adalah sektor pertanian, sektor industry, dan sektor Listrik

,gas dan Air.

Komponen Pergeseran Differential - Cij

Total pergeseran differensial yang dimiliki sekluruh

sektor ekonomi di Kabupaten Tapin selama tahun analisis

adalah sebesar Rp. -43,16 milyar. Hal ini menunjukkan

secara umum sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tapin

pertumbuhannya relatif lebih lambat dibanding

pertumbuhan sektor sejenis dalam Propinsi Kalimantan

Selatan. Meski demikian terdapat beberapa sektor yang

memiliki nilai positif. Sektor-sektor yang mempunyai nilai

positif adalah Sektor Industri (Rp.12,34 milyar), sektor

Bangunan atau Kontruksi (Rp.2,76 milyar), sektor

pertambangan (Rp.984,21 juta), dan terakhir sektor

listrik,gas dan air bersih (Rp.434,88 juta). Sektor-sektor

inilah yang berdaya saing tinggi di Kabupaten Tapin.

Sedangkan sektor yang memiliki pergeseran differensial

yang bernilai negatif yaitu Sektor Pertanian, Sektor

Perdagangan, Sektor Transportasi & Komunikasi, Sektor

Keuangan, dan Sektor Jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa

sektor-sektor tersebut lebih lambat pertumbuhannya

dibandingkan pertumbuhan sektor sejenis dalam Propinsi

Kalimantan Selatan.

Hasil analisis Shift-share juga dapat disimpulkan

berdasarkan jenis keunggulan sektoral. Jika digolongkan

Page 95: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

95

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

dalam dua indikator keunggulan maka komponen pergeseran

proporsional atau disebut juga industrial mix - Mij dapat

dianggap sebagai ukuran keunggulan komparatif sedangkan

komponen pergeseran diferensial atau - Cij sebagai ukuran

keunggulan kompetitif. Dari kedua indikator ini sektor-

sektor akan terkategori kedalam sektor yang memiliki

potensi dan tingkat kemajuan yang: Pesat (+,+); Potensial

(+,-); Berkembang (-,+); dan Lemah (-,-).

Untuk lebih rincinya hasil analisis ini dapat dilihat dalam

tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Kategori Potensi dan Tingkat Kemajuan

Sektoral

Sumber : Tabel 4.15 (diolah)

Sektor Keunggulan Komparatif

(Mij)

Keunggulan Kompetitif

(Cij) Kategori

Tani Negatif (-) Negatif (-) Lemah

Tambang Positif (+) Positif (+) Pesat

Industri Negatif (-) Positif (+) Berkembang

LGA Negatif (-) Positif (+) Berkembang

Konstruksi Positif (+) Positif (+) Pesat

Dagang Positif (+) Negatif (-) Potensial

Transport Positif (+) Negatif (-) Potensial

Keuangan Positif (+) Negatif (-) Potensial

Jasa-jasa Positif (+) Negatif (-) Potensial

Page 96: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

96

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Berdasarkan teknik analisis ini dapat diketahui bahwa

hanya ada dua sektor ekonomi di Kabupaten Tapin yang

memiliki tingkat potensi dan kemajuan yang Pesat, yaitu

Sektor Pertambagnan dan Sektor Konstruksi atau Bangunan.

Hal ini ditandai dengan komponen Keunggulan Komparatif -

Mij dan komponen Keunggulan Kompetitif - Cij keduanya

bertanda positif. Sektor-sektor ini memiliki tingkat kemajuan

yang pesat di Kawasan regional Kalimantan Selatan. Pada

saat bersamaan Kabupaten Tapin memperoleh keuntungan

dari perkembangan regional ini karena memiliki daya saing

yang tinggi. Produk sektor ini di wilayah Kabupaten Tapin

tidak hanya memiliki pasar didalam tapi juga berpeluang

memiliki pasar di luar wilayah Kabupaten Tapin.

Sektor yang potensial namun tertekan (potensial/

tertekan) ada empat sektor, yakni Perdagangan, Transpor-

tasi, Keuangan, dan Jasa-jasa. Ini ditandai dengan komponen

Keunggulan Komparatif - Mij yang bertanda positif namun

komponen Keunggulan Kompetitif - Cij bertanda negatif.

Sektor-sektor ini memiliki tingkat kemajuan yang tinggi pada

tingkat propinsi namun Kabupaten Tapin memiliki daya

saing yang rendah. Sektor ini potensial untuk dikembangkan

sesuai dengan arah kemajuan perekonomian regional. Untuk

mendapatkan manfaat atas perkembangan ini sektor-sektor

tersebut harus dipacu pertumbuhannya di Kabupaten Tapin.

Hal ini tentunya tergantung pada ketersediaan potensi yang

masih dapat dikembangkan di dalam perekonomian

Kabupaten Tapin.

Terdapat dua sektor yang berada dalam kondisi

berkembang. Sektor-sektor tersebut adalah Industri dan

Listrik, gas, & air minum. Keunggulan komparatif - Mij sektor

Page 97: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

97

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

ini bertanda negatif artinya sektor ini relatif tumbuh lambat

di kawasan regional Kalsel. Dilain pihak, keunggulan

kompetitif - Cij bertanda positif yang berarti Kabupaten

Tapin lebih maju pada sektor ini sehingga lebih kompetitif

dibanding kawasan regional Kalsel. Hanya saja keunggulan

ini masih belum dapat menghasilkan keuntungan optimal

dari perekonomian kawasan karena pasar diluar Kabupaten

Tapin relatif kurang berkembang. Meski demikian sektor ini

tetap memiliki kesempatan besar untuk berkembang lebih

maju mengingat pasar didalam Kabupaten Tapin maupun di

tingkat nasional maupun internasional tetap akan terbuka

lebar.

Terdapat satu sektor yang memiliki potensi dan tingkat

kemajuan lemah, yaitu Sektor Pertanian. Hal ini ditandai

dengan komponen Keunggulan Komparatif - Mij dan

komponen Keunggulan Kompetitif - Cij keduanya bertanda

negatif. Ini menandakan potensi perkembangan sektor ini

ditingkat regional kecil sedangkan kemajuannya di

Kabupaten Tapin juga lambat sehingga tidak kompetitif.

Sektor pertanian terkategori lemah karena sesuai kondisi

eksisting masih didominasi subsektor tanaman pangan yang

relatif tumbuh lambat. Mengingat potensi alam Kabupaten

tapin yang masih memiliki lahan yang luas maka sektor ini

sebenarnya pot.

Sektor Basis Perekonomian

Seperti telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa

sektor basis berperan penting dalam perekonomian untuk

menciptakan ketahanan pendapatan. Sektor basis

Page 98: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

98

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

menentukan tingkat permintaan barang dan jasa serta

volume kegiatan usaha di daerah. Pengukuran yang

digunakan untuk mengetahui sektor-sektor basis disini

adalah metode Location Quotient (LQ).

Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan

bahwa sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 susunan basis

ekonomi tidak mengalami perubahan yang berarti. Sektor

basis Kabupaten Tapin cenderung tetap, tidak banyak sektor

yang mengalami perubahan dari sektor bukan basis ke sektor

basis demikian pula sebaliknya. Hal ini menandakan bahwa

tulang punggung pembangunan di Kabupaten Tapin mulai

tahun 2005 sampai 2010 tidak banyak mengalami

perubahan. Sektor- sektor basis di Kabupaten Tapin ternyata

adalah adalah Pertanian dan Jasa-jasa. Dengan demikian

sebagian besar sektor ekonomi adalah non basis yang terdiri

dari Pertambangan dan penggalian, Industri, LGA, Bangunan,

Perdagangan, Pengangkutan dan komunikasi serta

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Secara lengkap hasil analisis LQ untuk PDRB Kabupaten

Tapin selama 6 tahun sejak tahun 2005 sampai tahun 2010

dapat dijelaskan pada tabel 4.17 berikut ini.

Page 99: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

99

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 4.17 Hasil Analisis Location Quotient Kabupaten

Tapin 2005 - 2010

LQ Tapin

LAPANGAN USAHA

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Rata2

1. Pertanian 1.75 1.73 1.69 1.59 1.67 1.75 1.70 Basis

2. Ptambang & Pgalian 0.87 0.90 0.93 1.01 0.93

0.90 0.92

Non Basis

3. Industri 0.35 0.38 0.41 0.45 0.47 0.4

8 0.42 Non Basis

4. Listrik, Gas & Air 0.66 0.70

0.80 0.82 0.80 0.77 0.76

Non Basis

5. Bangunan 0.79 0.81 0.81 0.84 0.85 0.87 0.83 Non Basis

6. Perdagangan, H & R 0.62 0.62 0.60 0.59 0.59

0.58 0.60

Non Basis

7. Pengangkutan & Kom 0.23 0.23 0.22 0.23 0.22 0.22 0.22

Non Basis

8. Keuangan, Sewa& Js. 1.03 0.99 0.98 0.98 0.94

0.94 0.98

Non Basis

9. Jasa-Jasa 1.71 1.62 1.65 1.64 1.57 1.48 1.61 Basis

PDRB Dengan Migas 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Dari hasil analisis, Sektor Pertanian mempunyai potensi

yang relatif besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Tapin selama tahun analisis 2005-2010. Nilai LQ

Sektor Pertanian selama tahun analisis selalu lebih dari satu

(LQ>1). Pada tahun 2005 nilai LQ sebesar 1,75 kemudian terus

mengalami fluktuasi. Terdapat kecendrungan penurunan

dimana pada tahun 2006 nilai LQ mengalami penurunan

menjadi 1,73, hingga pada tahun 2008 mencapai titik terendah

sebesar 1,59. Rata-rata nilai LQ pada periode 2005-2010

Page 100: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

100

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

adalah sebesar 1,70 (LQ>1), sehingga secara umum sektor

Pertanian dapat digolongkan sebagai sektor basis. Sektor ini

tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Tapin,

namun juga memenuhi kebutuhan di daerah lainnya. Dengan

kata lain sektor ini memiliki kekuatan ekonomi yang cukup

baik dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian

Kabupaten Tapin karena berpotensi ekspor.

Hasil analisis juga menunjukkan Sektor Jasa-jasa termasuk

dalam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Tapin

meskipun terus mengalami kecendrungan menurun. Dalam

Tabel nampak nilai LQ sektor ini selalu lebih dari satu (LQ>1).

Pada tahun 2005 nilai LQ sebesar 1,71 kemudian mengalami

penurunan hingga pada tahun 2010 nilai LQ hanya sebesar 1,48.

Rata-rata LQ Sektor Jasa-jasa selama tahun 2005-2010 yaitu

sebesar 1,61. Hal ini berarti bahwa sektor jasa-jasa telah mampu

memenuhi semua kebutuhan masyarakat Kabupaten Tapin

sekaigus juga mampu menjual produknya keluar wilayah

perekonomian Tapin. Lapangan usaha jasa-jasa dikelompokkan

kedalam dua sub-sektor yaitu sub sektor jasa pemerintah umum

dan sub sektor jasa swasta. Jasa pemerintahan umum meliputi

kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten

Tapin mencakup administrasi pemerintah dan pertahanan dan

jasa pemerintah lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan

kemasyarakatan lainnya. Jasa swasta meliputi kegiatan bidang

jasa yang dilakukan oleh pihak swasta, misalnya jasa sosial

kemasyarakatan, hiburan dan reksreasi, jasa perorangan dan

rumah tangga. Sejalan dengan perkembangan sektor barang,

sektor ini meningkat dan memiliki prospek yang cukup baik.

Kenaikan pada sektor jasa ini terutama dipengaruhi jasa

pemerintah dengan segala jenis kegiatannya.

Page 101: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

101

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Sektor-sektor yang termasuk non basis namun cukup

kuat adalah Pertambangan dan penggalian, Keuangan, dan

Bangunan karena memiliki nilai LQ hampir mencapai 1.

Sektor-sektor ini tetap penting untuk diperhitungkan karena

memiliki potensi untuk menjadi andalan bagi ekonomi. Hal

ini dikarenakan indikator LQ hanya menunjukkan

perbandingan relatif antara ekonomi Tapin dan ekonomi

kawasan yang menjadi rujukan, yakni Kalsel. Oleh karenanya

intenitas pasar akan hasil produksi tidak dapat digambarkan.

Jadi, walaupun suatu sektor terlihat sebagai non basis namun

bisa jadi memiliki peluang pengembangan yang lebih luas

karena pasar dalam lokal belum tergarap secaara optimal.

Karena kesederhanaannya pula, teknik analisis LQ ini

tidak mampu menggambarkan situasi yang lebih detail dibalik

karakteristik perekonomian kawasan. Hal ini penting dalam

kehati-hatian menggunakan interpretasi hasil LQ Kabupaten

Tapin ini. Contohnya, untuk komoditas pertambangan yang

di anggap non-basis, sehingga otomatis dalam kaca mata

analisis ini hanya diperuntukkan bagi pasar lokal.

Kenyataannya berbeda karena semua atau sebagian besar

komoditas hasil tambang, khususnya batubara, justru

diperuntukkan bagi pasar di luar Kabupaten Tapin luar

ataupun diekspor. Ini menunjukkan bahwa pangsa

pertambangan pada tingkat kawasan perekonomian

Kalimantan Selatan lebih besar diatas perekonomian Tapin.

Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang kemajuan perekonomian lokal dalam

Page 102: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

102

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

kawasan melalui pola dan struktur pertumbuhan sektoral.

Dengan analisis ini sektor ekonomi didaerah lokal dapat

digolongkan kedalam klasifikasi sektor Prima, Berkembang,

Potensial, dan Terbelakang.

Dengan membandingkan tingkat pertumbuhan dan

kontribusi sektor-sektor ekonomi antara Kabupaten Tapin

dengan daerah rerferensi yaitu Provinsi Kalimantan Selatan

maka dapat di ketahui tidak ada satupun terdapat sektor

ekonomi yang tergolong prima, seperti nampak pada tabel

4.18. Sektor prima adalah sektor yang di Kabupaten Tapin

memiliki share atau kontribusi terhadap PDRB total dan

tingkat pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan di Kalimantan Selatan.

Tabel 4.18 Kategori Sektoral Menurut Typology Klassen

Berdasarkan Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi

pada PDRB 2005 - 2010

Sektor Pertumbuhan Kontribusi

Kategori Tapin : Kalsel Tapin : Kalsel

Tani 4.44% < 5.19% 40.88% > 24.11% Potensial Tambang 6.60% > 6.25% 20.28% < 21.97% Berkembang Industri 7.64% > 1.88% 4.83% < 11.47% Berkembang LGA 7.71% > 5.06% 0.38% < 0.51% Berkembang Konstruksi 7.65% > 6.39% 4.54% < 5.49% Berkembang Dagang 4.22% < 6.36% 9.09% < 15.13% Terbelakang Transport 5.03% < 6.68% 1.93% < 8.57% Terbelakang Keuangan 5.20% < 7.88% 3.82% < 3.91% Terbelakang Jasa-jasa 3.38% < 7.10% 14.25% > 8.84% Potensial

Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,

BPS, 2011 (diolah)

Page 103: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

103

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Oleh karena itu fokus ataupun prioritas pembangunan

dapat diarahkan ke sektor lainnya yang tergolong potensial

ataupun berkembang. Sektor dengan kategori potensial ini

terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Jasa-jasa yang

ditandai dengan kontibusi terhadap PDRB relatif lebih tinggi

namun memiliki tingkat pertumbuhan relatif lebih rendah

dibanding pada kawasan regional Kalimantan Selatan, seperti

terlihat pada tabel 4.18. Jika pertumbuhan sektor-sektor ini

dapat ditingkatkan lebih tinggi maka sektor-sektor ini akan

memberikan sumbangan bagi perekonomian dengan lebih

besar lagi.

Sektor-sektor ekonomi yang dapat menjadi andalan

berikutnya adalah yang masuk kategori berkembang. Sektor-

sektor yang terolong kedalam kategori berkembang ini

adalah Sektor Pertambangan, Sektor Industri, Sektor LGA,

dan Sektor Konstruksi. Dapat dilihat ternyata sektor-sektor

ini sebagian besar jenis sektor sekunder ditambah pertam-

bangan. Sektor yang berkembang adalah sektor yang

peranannya masih relatif kecil namun tumbuh dengan lebih

tinggi dibanding kawasan Kalsel. Keadaan ini sangat baik bagi

Tapin karena sejalan dengan karakteristik kemajuan

normatif tansformasi ekonomi dalam pembangunan, yakni

semakin majunya sektor sekunder. Jika kecendrungan ini

dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan maka sektor-

sektor ini (diluar pertambangan) akan lebih besar peranan-

nya dan membawa dampak kemajuan signifikan bagi

perekonomian secara keseluruhan.

Sektor yang tersisa adalah sektor pertanian, Sektor

Perdagangan, Sektor Transportasi, dan Sektor Keuangan.

Ketiga sektor terakhir ini terkategorikan sebagai sektor-

Page 104: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

104

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

sektor yang terbelakang. Hal ini dikarenakan jika dibanding

dengan perekonomian kawasan, sektor-sektor ini tumbuh dan

berkontribusi pada PDRB dengan tingkat yang relatif lebih

rendah dibanding pada level provinsi. Berdasarkan kriteria

alat analisa ini akan sektor-sektor ini tidak terlalu potensial

untuk diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan yang

utama. Kendati demikian sektor-sektor ini tentulah masih

berperan penting sebagai pendukung bagi sektor-sektor

andalan.

Jika dirangkum hasil ketiga alat analisis ekonomi

regional yang telah diuraikan tersebut diatas maka akan

nampak seperti tabel 4.19 berikut ini.

Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Analisis L-Q, Shift-share, dan

Typology Klasen

Sektor Shif-share L-Q T-Klassen PERTANIAN Lemah BBaassiiss PPootteennssiiaall PERTAMBANGAN & PENG PPeessaatt Non Basis Berkembang INDUSTRI PENGOLAHAN Berkembang Non Basis Berkembang LISTRIK, GAS & AIR BER Berkembang Non Basis Berkembang BANGUNAN PPeessaatt Non Basis Berkembang PERDAGANGAN, HO & RE Potensial Non Basis Terbelakang PENGANGKUTAN & KOM Potensial Non Basis Terbelakang KEUANGAN, PERSEWAAN Potensial Non Basis Terbelakang JASA-JASA Potensial BBaassiiss PPootteennssiiaall

Sumber : Tabel-tabel sebelumnya

Page 105: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

105

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Berdasarkan rangkuman dari hasil analisis ekonomi

regional yang telah dilakukan maka kekuatan ekonomi

Kabupaten Tapin nampak tersebar pada berbagai sektor.

Tidak ada satu sektor pun yang memiliki dominasi pada

ketiga alat analisis sehingga keunggulan setiap sektor

tidaklah jauh melebihi sektor yang lainnya. Hal ini bisa jadi

merupakan indikasi bahwa perekonomian Tapin telah

memasuki tahap-tahap transisi menuju struktur yang lebih

baik.

Sektor-sektor yang penting pada saat ini, yaitu Perta-

nian dan Jasa-jasa merupakan sektor yang sejak semula

berkembang dan menjadi tulang punggung perekonomian.

Sejalan dengan perkembangan, terutama pada masa analisis

(2005 - 2010) nampak bahwa sektor-sektor pada kelompok

sekunder ditambah pertambangan mengalami kemajuan

pesat. Sektor-sektor inilah yang diperkirakan akan meng-

gantikan peran kedua sektor yang disebut sebelumnya.

Sektor sekunder yang terdiri dari Industri Pengolahan, LGA,

dan Konstruksi akan menjadi tulang punggung per-

ekonomian Tapin kedepannya.

Sektor Pertanian dan Sektor Jasa-jasa yang secara

eksisting memiliki peranan penting akan masih diperlukan

untuk mendukung stabilitas transformasi ekonomi. Hal ini

penting karena jika terjadi gejolak pada sektor-sektor yang

besar tersebut dampaknya akan jauh lebih besar dibanding

sektor-sektor yang masih berkembang.

Oleh karena itu pintu masuk pengembangan ekonomi

dapat dilakukan pada berbagai sektor sesuai dengan

keunggulannya masing-masing. Untuk itu patut kiranya

Page 106: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

106

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

pemerintah mendukung sektor-sektor tersebut beserta

subsektor-subsektornya sehingga menjadi andalan dan

sekaligus juga unggulan bagi Kabupaten Tapin. Akan tetapi

tentu saja hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan

ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Pengembangan

ekonomi yang berbasis pada kekuatan lokal (seperti

agribisnis, agroindustri, modernisasi ekonomi rakyat, dan

lain-lain) merupakan langkah yang mutlak dipilih sejalan

dengan pengalaman dan pelajaran yang bisa dipetik dari

fenomena sukses dan gagalnya pembangunan diberbagai

level.

Page 107: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

107

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

No Kriteria Keterangan Indikasi Kinerja

I Indikator Pokok Rerata Tertimbang = (+ 3) + (– 1) = 2

1 Pertumbuhan Ekonomi Dibawah rata-rata Kalimantan Selatan

2 Ketenagakerjaan Pengangguran Turun tp lebih tinggi dr Prov

3 Inflasi Berdasarkan Angka Provinsi : Terkendali

4 Neraca perdagangan Tercatat Dalam Angka Provinsi: Surplus

BAB VPREDIKSI DAN ARAH

KEBIJAKANMAKRO EKONOMI

5.1 AGGREGASI KINERJA MAKRO EKONOMIDari berbagai indikator yang telah dianalisa pada bab-

bab terdahulu maka dapat diambil kesimpulan-kesimpulan

tentang tingkat kinerja yang dicapai masing-masing kom-

ponen hingga saat ini. Secara kuaitatif hal ini dapat dijadikan

sebagai landasan bagi penentuan isu strategis dan prioritas

bagi pengambilan kebijakan makro ekonomi kedepan.

Tabel 5.1. Indikasi Kinerja Ekonomi Makro Kabupaten

Tapin 2010

Page 108: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

108

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

II Sisi Produksi Rerata Tertimbang = (+2) + (- 4) = -2

1 Daya Serap Tenaga Kerja (Employment)

Tumbuh stabil

2 Pendidikan Pencari Kerja Dominan SLTA

3 Struktur Produksi (PDRB)

Cenderung Terpusat Pada Sektor Primer

4 Produktivitas Perekja Rendah dan cenderung Turun

5 Posisi Produksi pada Skala Regional/Provinsi

Share semakin menurun

6 Jumlah Unit Usaha Tumbuh Positif

III Sisi Pendapatan Rerata Tertimbang = - 2

1 Pendapatan Masyarakat (Assumsi UMR)

Mengimbangi Inflasi

2 Pendapatan Per Kapita Tumbuh Lambat Lebih rendah dr Prov

IV Sisi Pengeluaran Rerata Tertimbang = (+2) + (-3) = - 1

1 Volume Keuangan Pemerintah

Memadai dan tumbuh tinggi

2 Kemandirian Keuangan Ketergantungan yang besar pada Dana Perimbangan

3 Derajat Desentralisasi Peranan Pendapatan Asli Daerah masih rendah

4 Simpanan dan Kredit di Perbankan

Tumbuh stabil

5 Investasi PMA dan PMDN

Tercatat Dalam Angka Provinsi : Lambat

V Potensi dan Daya Saing Regional

Rerata Tertimbang = (+2) + (-1) = 1

1 Basis Pertumbuhan Terpusat disektor Pertanian dan Jasa

2 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif

Semakin terpusat pada sektor Sekunder

3 Potensi perkembangan dan ketahanan ekonomi

Tersebar pada beberapa sektor

Page 109: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

109

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

VI Indikator Pembangunan Rerata Tertimbang = - 2

1 Kemiskinan Kemiskinan cenderung Naik secara absolut

2 IPM IPM stagnan

TOTAL RERATA TERTIMBANG = 2 + (-2) + (-2) + (-1) + 1 + (-2) = (-4)

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 5.1 diatas merupakan kumpulan indikasi kinerja

makro ekonomi Kabupaten Tapin pada berbagai komponen

yang diperoleh berdasarkan assessment pada analisis sebelum-

nya. Agregasi dari berbagai kinerja tersebut menghasilkan skor

rata-rata tertimbang -4 (minus empat). Ini menunjukkan tingkat

kinerja komponen makro dan pembangunan dalam per-

ekonomian Kabupaten Tapin masih rendah da perlu dibenahi.

Tehnik rata-rata tertimbang yang sangat sederhana

diatas ditujukan untuk membantu menunjukkan indikasi

posisi kinerja makro dan pembangunan kabupaten Tapin saat

ini. Terlihat masih banyak kelemahan kinerja diberbagai

komponen yang masih perlu tingkatkan atau diperbaiki

dengan berbagai strategi.

Salah satu kelemahan yang dialami adalah dalam hal

tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Meski demikian,

tidak semua sektor tumbuh rendah karena terdapat sektor-

sektor pada kelompok sektor sekunder yang nampak tumbuh

tringgi dan semakin maju. Pada saat bersamaan tingkat

pengangguran relatif baik karena dapat ditekan pada tingkat

yang rendah. Hal ini terjadi karena daya serap tenaga kerja

(employment) tumbuh stabil ditengah rendahnya pertum-

Page 110: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

110

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

buhan PDRB. Akan tetapi, konsekuensinya adalah tingkat

produktivitas pekerja relatif rendah.

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Tapin masih relatif

rendah jika dibandingkan dengan prestasi daerah lain secara

nasional maupun pada tingkat Provinisi Kalsel. Akan tetapi,

terdapat kenyataan bahwa akhir-akhir ini perkembangan

penanggulangan kemiskinan menunjukkan hasil yang belum

signifikan. Tingkat kemiskinan mulai 2009 cenderung

meningkat dan berada diatas pertumbuhan rata-rata pro-

vinsi. Karenanya diperlukan langkah-langkah strategis agar

angka kemiskinan ini tidak meningkat lagi.

5.2 PREDIKSI PERTUMBUHAN DAN

STRUKTUR PDRBBerdasarkan kondisi kinerja makro yang telah dicapai,

berikut ini akan diprediksi kondisi besaran utama makro

ekonomi khususnya PDRB. Dengan menggunakan metode

Trend sederhana dapat melihat bagaimana prediksi kondisi

perekonomian ke depan jika keadaan yang ada sekarang

dibiarkan berjalan tanpa adanya suatu intervensi.

Dari tabel 5.2 terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan total

PDRB yang sudah terealisasi (2006 - 2010) mencapai 4,21%.

Angka ini cukup rendah jika dibandingkan dengan kinerja

yang dicapai perekonomian daerah lainnya di Provinsi Kalsel.

Sejalan dengan perkembangan mutakhir maka diperkirakan

pada periode 2011 - 2015 pertumbuhan hanya mencapai rata-

rata 3,83% per tahun. Terlebih lagi pada periode yang lebih

jauh yaitu periode 2016 - 2020- malahan turun jauh lebih

rendah lagi hingga rata-rata 3,30%.

Page 111: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

111

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 5.2 Realisasi dan Prediksi Pertumbuhan PDRB

Kabupaten Tapin s/d 2020

LAPANGAN USAHA

Rata-rata

Realisasi

(2006 – 2010)

Prediksi

(2011 – 2015)

Prediksi

(2016 – 2020)

1. PERTANIAN 3.70% 2.82% 2.96%

2. PERTAMB & PENGGALIAN 5.50% 5.48% 3.81%

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.37% 5.76% 4.42%

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.43% 6.22% 4.27%

5. BANGUNAN 6.37% 5.16% 4.26%

6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 3.51% 3.14% 2.90%

7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 4.19% 4.02% 3.44%

8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. 4.33% 4.25% 3.53%

9. JASA-JASA 2.82% 3.40% 2.71%

PDRB DENGAN MIGAS 4.12% 3.83% 3.30%

Sumber: Hasil Analisis

Jika dikaitkan dengan perkembangan lingkungan

eksternal terdapat kecendrungan yang kurang menggem-

birakan . Ekonomi dunia pada 2012 menurut IMF diprediksi

hanya mampu tumbuh di kisaran 3,6 - 3,7 persen. Hal ini

dipengaruhi semakin parahnya krisis hutang di negara-

negara Eropa sejak 2011 yang melebar ke berbagai aspek

ekonomi lainnya. Disamping itu ekonomi AS belum sepenuh-

nya pulih dari krisis keuangan sejak 2008 sehingga masih

bergelut pada perlambatan pertumbuhan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada

2012 oleh IMF diperkirakan sebesar 6,3% yang telah

Page 112: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

112

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

diturunkan dari prediksi semula. Hal ini sejalan dengan

penurunan keyakinan Bank Indonesia yang sempat mem-

prediski Indonesia akan mampu tumbuh 6,7% pada 2012

sesuai asumsi APBN. Akan tetapi angka ini dikoreksi menjadi

hanya pada rentang 6,3 - 6,7% dan berat untuk menembus

angka 6,5%.

Berkaca dari prediksi tersebut maka perlu adanya

antisipasi agar hal tersebut tidak berdampak negatif.

Perekonomian Tapin berdasarkan trend historis selalu lebih

rendah dari rata-rata pertumbuhan Provinsi Kalsel dan

nasional. Meski demikian Tapin masih memiliki peluang

untuk tumbuh antara 4,0 - 5,0% selama rentang 20011 -

2015. Untuk itu kebijakan harus secara nyata diarahkan

menuju leverage pertumbuhan. Dalam kaca mata makro

ekonomi tingkat pertumbuhan dapat menciptakan perluasan

skala perekonomian, pasar, investasi, employment, dan

pendapatan serta kesejateraan secara simultaneous-reversal

(saling mendorong dalam hubungan bolak-balik).

Tingkat pertumbuhan dan kesempatan kerja memiliki

hubungan yang positif. Okun (dalam Mankiw, 2007)

mengemukakan hukum yang telah diakui dalam ilmu

ekonomi sebagai Okun's Law bahwa hubungan antara GDP

dan pengangguran adalah negatif. Dalam kasus di Tapin

karakteristiknya agak berbeda karena walaupun tanpa

disertai tingkat pertumbuhan yang tinggi telah terjadi

pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang stabil dan

positif. Meski demikian bukan berarti Tapin tidak

memerlukan adanya percepatan dalam pertumbuhan. Justru

ini berarti bahwa kebijakan yang dimaksudkan untuk

Page 113: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

113

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

mendorong pertumbuhan harus menyasar lebih kepada

peningkatan kesejahteraan pekerja ketimbang menciptakan

employment itu sendiri.

Phillips (Dalam Mankiw, 2007) telah memperingatkan

adanya hubungan yang beresiko antara pertumbuhan dan

tingkat inflasi. Jika pertumbuhan terjadi secara berlebihan

dalam arti tidak sesuai dengan daya produktif ekonomi lokal

maka hal tersebut hanya cenderung akan meningkatkan

Demand Aggregate yang hasil akhirnya melambungkan

tingkat inflasi. Jika inflasinya tidak terkendali maka akan

kontraproduktif terhadap tujuan untuk menyejahterakan

rakyat.

Sebagaimana tingkat pertumbuhan, hasil prediksi

komposisi PDRB atau struktur konstribusi/share sektoral

dalam membentuk PDRB tidak menunjukkan keadaan yang

cukup menggembirakan. Dominasi kedua sektor di wilayah

primer, Pertanian dan Pertambangan, belum tergeser oleh

sektor lain, bahkan hingga periode 2016 - 2020 seperti

nampak pada tabel 5.3. Hal ini dapat berubah jika jadi lebih

baik jika terdapat langkah-langkah antisipatif yang dapat

mengoreksi kecendrungan yang sudah ada. Salah satu hal

yang akan berperan meningkatkan kinerja struktur PDRB

Tapin adalah meningkatnya sektor industri secara signifikan

mulai 2012 dengan beroperasinya pabrik CPO.

Page 114: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

114

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Tabel 5.3 Realisasi dan Prediksi Struktur PDRB Kabupaten

Tapin s/d 2020

Sumber: Hasil Analisis

Sesuai dengan hasil analisis ini, di Tapin persoalan yang

relatif lebih prioritas bukanlah tentang sempitnya kesempatan

kerja, akan tetapi adalah masalah kemiskinan. Untuk

mengatasi kemiskinan tersebut salah satu caranya adalah

dengan meningkatkan kesejahteraan pekerja diberbagai

lapangan usaha yang ada. Salah satu indikasinya adalah dengan

lebih meratanya kontribusi sektoral dalam stuktur PDRB.

Oleh karena itu pengurangan ketimpangan sektoral harus

menjadi prioritas untuk ke depannya. Hal itu dapat terjadi

melalui adanya peningkatan produktifitas pekerja.

LAPANGAN USAHA

Rata-rata

Realisasi

(2006 – 2010)

Prediksi

(2011 – 2015)

Prediksi

(2016 – 2020)

1. PERTANIAN 40.88% 39.66% 38.93%

2. PERTAMB & PENGGALIAN 20.28% 21.32% 21.95%

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.83% 5.43% 5.79%

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.38% 0.42% 0.45%

5. BANGUNAN 4.54% 5.01% 5.30%

6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 9.09% 8.77% 8.58%

7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 1.93% 1.95% 1.97%

8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. 3.82% 3.90% 3.95%

9. JASA-JASA 14.25% 13.52% 13.09%

PDRB DENGAN MIGAS 100.00% 100.00

% 100.00%

Page 115: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

115

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Upaya pengentasan kemiskinan melalui adanya perbai-

kan keseimbangan pembangunan dalam struktur ekonomi

adalah sejalan dengan prinsip sustainable development

(Kuncoro, 2004). Penelitian Kakwani, dkk (2004) menjelas-

kan secara lugas bahwa growth (tingkat pertumbuhan) sama

sekali tidak bertanggung jawab atas pengentasan kemiskinan

dengan segala dimensinya. Pengurangan kemiskinan justru

ditentukan oleh Poverty Equivalent Growth Rate. Ini adalah

suatu ukuran proporsi yang besarnya berbeda-beda antar

negara, tergantung tingkat perekonomian dan kesenjangan

(inequality) yang dimiliki. Jangan harapkan pertumbuhan

efektif untuk mengurangi kemiskinan kecuali kebijakan-

kebijakan untuk mengurangi kesenjangan telah berjalan.

5.3 PREDIKSI PERKEMBANGAN

LAPANGAN KERJABerdasarkan perhitungan yang dipadukan antara

proyeksi, proporsi, dan elastisitas (lihat Lampiran ....), maka

model estimasi hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

penyerapan tenaga kerja untuk Kabupaten Tapin adalah

seperti pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Model Estimasi Ketenagakerjaan di Tapin

Tahun 2011

Sumber: Hasil Analisis

Komponen 2010 (Awal) Tumbuh 2011 Delta

Pekerja (org) 80.594 +0.60% 81.076 482

PDRB (Rp. Juta) 1.004.944,17 +1% 1.014.993,61 10,049

Elatisitas 0.60

Page 116: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

116

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Angka elastisitas penyerapan tenaga kerja yang diper-

oleh adalah sebesar 0.60, seperti pada tabel 5.4 diatas.

Dengan demikian maka setiap kenaikan 1% PDRB pada 2011

akan menyerap 482 tambahan tenaga kerja di Tapin. Hasil

proyeksi nilai pertumbuhan PDRB tahun 2011 adalah 3,68%

sehingga diperkirakaan akan terdapat penyerapan tambahan

lapangan kerja sebanyak 1.774 orang.

Setelah melakukan berbagai simulasi maka penulis

memegang asumsi bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja

bersifat konstan sesuai dengan model estimasi diatas. Untuk

rentang waktu 2011 - 2020 dapat diprediksikan posisi

penyerapan tenaga kerja baru pada tingkat pertumbuhan

PDRB masing-masing, seperti terlihat pada tabel 5.5, sebagai

berikut:

Tabel 5.5 Prediksi Penciptaan Lapangan Kerja Baru di

Kabupaten Tapin 2011 - 2020

Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan tabel 5.5, pertumbuhan PDRB Kabupaten

Tapin dalam periode 2011 sampai dengan 2020 diprediksi

berkisar antara 3,09 sampai 4,10%. Sebagai pengaruh dari

pertumbuhan tersebut maka terjadi peningkatan penyerapan

tenaga kerja. Sepanjang periode tersebut nampak terdapat

Tahun 2011 2012 2013 2015 2017 2018 2020

%r PDRB 3,68 4,10 3,94 3,65 3,40 3,29 3,09

% r Pekerja 2,20 1,99 1,88 1,68 1,51 1,44 1,31

Total Pekerja 82.368 84.008 85.583 88.559 91.329 92.645 95.155

Tambahan Pk 1,774 1,976 1,898 1,760 1,640 1,586 1,488

Page 117: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

117

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

tambahan pekerja yang terserap diberbagai lapangan kerja.

Ditahun 2011 nampak tambahan penyerapan tenaga kerja

adalah sejumlah 1.774 orang, sementara pada 2015 dan 2020

masing-masing sebanyak 1.760 oran dan 1.488 orang. Jumlah

penduduk bekerja sejalan dengan ini telah tumbuh positif

dengan tingkat capaian antar 1,31 sampai 2,20% pertahun.

Dengan demikian, Kabupaten Tapin diprediksi akan cukup

baik kinerjanya dalam penyediaan lapangan kerja.

Tabel 5.6 Prediksi Ketenagakerjaan Tanpa Intervensi

Percepatan Pertumbuhan di Kabupaten Tapin 2011 - 2015:

Sumber: Hasil Analisis

Hasil analisis sebelumnya menunjukkan prediksi pertum-

buhan ekonomi Kabupaten Tapin tetap akan berlangsung

positif pada masa yang akan datang. Karakteristik yang

dimiliki sektor usaha produktif di Tapin adalah memiliki daya

serap yang tinggi bagi tenaga kerja. Oleh karenanya maka

kinerja ketenagakerjaan Kabupaten Tapin hingga 2015

diprediksi akan semakin membaik, seperti pada tabel 5.6.

Hasil prediksi pada tabel 5.6 diatas hanya menggunakan data

proyeksi untuk pertumbuhan PDRBnya. Artinya, skenario

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 a Penddk Usia 15 +

123,401 125,869 128,261 130,441 132,528 1. Angkatan Kerja 90,879 92,424 93,904 92,424 93,904 - Bekerja 85,583 87,099 88,559 86,797 88,258 - Pengangguran 5,176 5,295 5,325 5,344 5,646 2. Bukan

AngkKerja 36,686 37,382 38,017 38,625 38,625 b TPAK (%) 70.85 70.85 70.85 70.86 70.86 c TPT (%) 5.79 5.80 5.83 5.76 5.69

Page 118: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

118

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

pertumbuhan PDRB tersebut belum disertai dengan asumsi

perubahan kondisi faktor penentu pertumbuhan.

Dari tabel 5.6 diatas diprediksi bahwa jumlah penduduk

usia kerja (15 tahun keatas) akan semakin bertambah.

Begitupun juga yang terjadi pada jumlah penduduk angkatan

kerja dan bukan angkatan kerja. Pertumbuhan angkatan

kerja mengharuskan adanya antisipasi penyediaan lapangan

kerja yang memadai. Hasil prediksi menunjukkan jumlah

penduduk yang bekerja terus meningkat dari 2011 sampai

dengan 2015. Oleh karenanya, meskipun jumlah pengang-

guran secara absolut juga meningkat, namun tingkat

pengangguran terbuka di Kabupaten Tapin diprediksi akan

semakin menurun. Jika pada 2011 diprediksi tingkat

pengangguran terbuka (TPT) adalah 5,79% maka sampai

dengan 2015 akan dapat diturunkan menjadi 5,69%.

5.4 ARAH KEBIJAKAN MAKROArah kebijakan makro ekonomi tidak terlepas dari

lingkup permasalahan utama makro ekonomi yakni pertum-

buhan ekonomi, kesempatan kerja, tingkat inflasi, dan

neraca perdagangan. Untuk kepentingan daerah lingkup

kebijakan makro ekonomi ditambah dengan indikator

pembangunan, yang umumnya terdiri dari tingkat kemis-

kinan, IPM, dan Anggaran Daerah dalam kerangka otonomi

daerah.

Page 119: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

119

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Grafik 5.1

SkenarioSkenario KebijakanKebijakan MakroMakro dandan Pem bangunanPem bangunan DaerahDaerah

KEU ANG AN

KON DISI DAN PO TENSI :r, p, e

PEMR INTAH

INVESTASI

STRUKTUR EKO NOM I,

BASIS,STRATEGIS

K RED IT

PER TUM BUH AN

FASILITASI

K APASITAS

D AMP AK:M ENGATASI

KEMISKINAN

PENGANG GURAN

MEN INGK ATKAN

IPM

Y ↑, N ↑, P

BELANJA M OD AL, SEKTO R PU BLIKBELANJA M OD AL, SEKTO R PU BLIK

Secara garis besar kerangka konsepnya adalah seperti

grafik 5.1. Pada grafik tersebut diatas digambarkan lingkup

kebijakan makro dalam konteks pembangunan daerah yang

meliputi kebijakan fiskal, moneter, dan sektoral. Urusan

moneter bukan termasuk domain Pemerintah Daerah,

begitupun Hutang Luar Negeri sebagai bagian dari sumber

penerimaan pemerintah yang dapat menjadi instrumen

kebijakan fiskal. Dengan demikian pemerintah daerah lebih

banyak hanya bermain diwilayah kebijakan sektoral.

Hal serupa juga berkenaan dengan indikator makro

pembangunan. Beberapa indikator makro, seperti tingkat

inflasi, neraca perdagangan, neraca APBD, UMR, Investasi

Asing, dan ijin usaha-usaha berskala besar tidak berada

ditangan daerah, baik seluruhnya ataupun sebagian. Oleh

Page 120: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

120

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

karenanya, kebijakan yang realistis namun menyentuh

sasaran apalagi bersifat efektif dan menyeluruh untuk

mempengaruhi kinerja makro ekonomi cukup sulit untuk

dirumuskan pada tataran makro.

Sesuai dengan kondisi faktual Kabupaten Tapin serta

gambaran prediksi kondisi akan datang yang harus

diantisipasi maka terdapat beberapa kebijakan yang strategis

untuk ditempuh.

Arah kebijakan Mendorong Pertumbuhan

Mengingat masih rendahnya tingkat pertumbuhan

PDRB maka diperlukan adanya usaha yang lebih

optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

yang lebih berkualitas dan strategis. Berkualitas dalam

arti kata menuju konsep pembangunan berkelanjutan

dan strategis sesuai dengan basis potensi dan daya

saing ekonomi lokal.

Arah kebijakan Mendorong Nilai Produksi

Dari sisi keberpihakan pemerintah, perlu adanya

dukungan anggaran untuk dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia di daerah. Latar

belakang pendidikan pekerja yang relatif masih

rendah menentukan t ingkat produktifvitas dan

posis inya yang rendah dalam bekerja . Bentuk

dukungan yang dapat dilakukan berupa peningkatan

kualitas dan penyediaan akses bagi pendidikan dan

pelatihan, khususnya dalam meningkatkan lulusan

SLTA agar memperoleh pengetahuan dan

Page 121: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

121

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

keterampilan lebih tinggi untuk siap masuk lapangan

kerja dengan lebih baik . Keberadaan inst i tusi

pendidikan diploma dibidang agroindustri, pertam-

bangan dan sejenisnya niscaya relevan dengan

kebutuhan tersebut.

Mendukung usaha-usaha untuk membangun kemam-

puan berwira usaha bagi calon pengusaha baru dan

mendorong perusahaan-perusahaan yang sudah ada

untuk melakukan up-grading terstruktur dan kon-

tinyu agar kualitas kerja dan daya saing usaha terus

meningkat. Unit-unit usaha swasta baik secara

mandir i ataupun melalui fas i l i tas pemerintah

didorong untuk memiliki program diklat terstruktur

dan kontinyu bagi pekerjanya agar lahir SDM yang

responsif terhadap perkembangan teknologi dan

mampu menciptakan inovasi.

Mengoptimalkan sekaligus mengkaji ulang upaya-

upaya promosi potensi daerah, khususnya dalam

bidang industri serta menyederhanakan prosedur dan

meningkatkan layanan sesuai pr insip good

governance.

Arah kebijakan Mendorong Peningkatan Pendapatan

Masyarakat

Masalah kemisikinan dapat diatasi jika pemerataan

bisa lebih baik. Oleh karena itu perlu dipastikan agar

setiap kebijakan berpihak kepada rakyat, misalnya

dalam hal perkebunan ataupun pertambangan.

Program-program anti kemiskinan terus di jalankan

Page 122: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

122

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

sambil dikaji ulang. Selama masih ada masyarakat

miskin maka dua dimensi pengentasan kemiskinan

yakni mengurangi beban pengeluaran si miskin dan

mendukung mereka untuk dapat meningkatkan

pendapatan harus terus di implementasikan sebagai

wujud keadilan atas distribusi kue pembangunan.

Arah Kebijakan Meningkatkan Kinerja Anggaran

Pemerintah Daerah dan Keuangan

Meningkatkan kemampuan keuangan daerah melalui

intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi

daerah.

Mendorong sekaligus mengontrol perkembangan

lembaga-lembaga kredit mikro dan koperasi.

Meningkatkan profesionalisme dalam manajemen

pelayanan publik.

Berperan dan mendukung upaya-upaya peningkatan

bagi hasil SDA bagi daerah dikarenakan Kabupaten

Tapin adalah salah satu penghasi l komoditas

pertambangan utama di Kalsel.

Page 123: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

123

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

DAFTAR PUSTAKA

Anonim; Modul Sistem Informasi Manajemen

Perencanaan Pembangunan Nasional. Bappenas,

Jakarta, 2003.

Anonim, Pendapatan Regional Kabupaten / Kota di

Kalimantan Selatan 2005-2011, BPS Kalimantan

Selatan. (Beberapa Edisi)

Anonim, PDRB Kabupaten Tapin 2009-2011, BPS

Kabupaten Tapin, 2011

Anonim, Kabupaten Tapin Dalam Angka 2011, BPS

Kabupaten Tapin, 2011

Anonim, Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS

Kabupaten Tapin, 2010

Anonim, Kabupaten Tapin Dalam Angka 2009, BPS

Kabupaten Tapin, 2009

Arsyad, Lincolyn; Pengantar Perencanaan Ekonomi

Daerah. BPFE-UGM, Jogjakarta, 1999.

Kakwani, N. , S. Khandker and H. Son (2004) “Pro-Poor

Growth: Concepts and Measurements with Country

Case Studies” International Poverty Centre Working

Paper 1

Page 124: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

124

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

Krugman.,P. (1998). Space : The Final Frontier. Journal

of Economic Perspectivee, 12 (2)

Mankiw, N. Gregory (2004). Principles of Economics.

Thomson South Western, Mason, Ohio, USA.

Mudrajat Kuncoro (2000). Ekonomi Pembangunan:

Teori, Masalah dan Kebijakan (1st ed.). UPP AMP

YKPN. Yogyakarta.

Mudrajat Kuncoro (2002). Analisis Spasial dan Regional:

Studi Aglomerasi dan Klaster Industri Indonesia. UPP

AMP YKPN. Yogyakarta.

Prasetyo Soepono (2001). Teori Pertumbuhan Berbasis

Ekonomi (eksport) Posisi dan Sumbangannya bagi

Perbendaharaan Alat-alat Analisis Regional. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.16 No.1.

Rahardjo Adisasmita (2005). Dasar-Dasar Ekonomi

Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Soeparmoko (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan

dan Pembangunan Daerah. Edisi pertama. Andi.

Yogyakarta.

Soediyono (1992). Ekonomi Makro: Pengantar Analisis

Pendapatan Nasional, Liberty, Yogyakarta

Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.

Bumi Aksara, Jakarta, 2004

Todaro, Michael P (2006). Pembangunan Ekonomi, Edisi

Kesembilan. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tri Widodo (2006). Perencanaan Pembangunan: Aplikasi

Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN

Jakarta

Page 125: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

125

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011

UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

2008. Indonesia Legal Centre Publishing

UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pusat dan Pemerintah Daerah. 2008.

Indonesia Legal Centre Publishing

Page 126: Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·  · 2013-08-21Jl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri Blok D No. 19 Banjarmasin

126

Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011