Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·...
Transcript of Kajian Daerah ANALISIS MAKRO EKONOMI DAERAH …eprints.ulm.ac.id/48/1/indikator ekonomi ok.pdf ·...
1
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kajian Daerah
ANALISIS MAKROEKONOMI DAERAHKABUPATEN TAPIN
2011
Kerja Sama:BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN TAPINDengan
lembaga penelitianUniversitas Lambung Mangkurat
2011
2
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kajian Daerah: Analisis Ekonomi Makro DaerahKabupaten Tapin 2011@ Pustaka Banua, 2011
Hak cipta ada pada penerbit Pustaka BanuaAll right reserved
Cetakan pertama, April 2012
PenulisSyahrituah SiregarM. Rusmin Nuryadin
EditorTaufik Arbain
Desain/LayoutBana Fikriyah
ISBN :
PenerbitBanda Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapindengan Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat
Kerjasama dengan Pustaka BanuaJl. Pramuka Komplek Smanda Perum Bumi Pramuka Asri BlokD No. 19 Banjarmasine-mail:[email protected] Hp: 081351628292
3
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kata Pengantar
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Tapin bekerja sama dengan Lembaga
Penelitian Universitas Lambung Mangkurat (Lemlit Unlam)
melakukan kajian perekonomian daerah dengan topik
“Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011”.
Kami menyambut baik dengan selesainya buku laporan
penelitian ini dan berkeyakinan ini akan bermanfaat sebagai
salah satu dasar dalam membuat perencanaan pembangunan.
Hal ini sangat beralasan karena analisis yang disajikan dapat
memberikan gambaran umum tentang kinerja makro
ekonomi dan pembangunan yang telah dicapai oleh daerah
ini. Capaian kinerja yang menjadi ukuran tingkat keber-
hasilan maupun kegagalan pembangunan menjadi tolok ukur
bagi pemerintah beserta swasta dan masyarakat sebagai mitra
untuk melangkah bersama menuju hari depan yang lebih
baik.
Melalui publikasi ini dapat dicermati secara lebih teliti
pelaksanaan pembangunan di daerah dengan berbagai
permasalahannya, khususnya pada level makro. Sebagai
bahan evaluasi, data dan analisis ini dapat digunakan untuk
memperbaiki kekurangan pada perencanaan selama ini
sekaligus membantu menentukan fokus dan orientasi
pembangunan yang lebih tepat dimasa yang akan datang.
4
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak Lemlit
Unlam atas kerja sama yang baik dalam mewujudkan
publikasi ini. Kepada semua pihak yang sudah membantu
dengan berbagai bentuk peranannya kami juga mengucapkan
banyak terima kasih. Semoga buku ini dapat membawa
manfaat seluas-luasnya kepada semua kalangan serta dapat
membantu baik langsung maupun tidak langsung kepada
semua pihak yang berkepentingan dalam membangun daerah
ini.
Rantau, Desember 2011
Kepala BAPPEDA
Kabupaten Tapin
Ir. H.M. Yunus Azis
NIP 110 043 451
5
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Daftar Isi
Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Tapin
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Grafik
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Dan Sasaran
1.3 Tinjauan Pustaka
1 .4 Metode Penyusunan
1.5 Metode Analisis
1.6 Sistematika Pembahasan
BAB II. POTENSI WILAYAH : SDA DAN SDM
2.1 Letak Geografis Dan Posisi Strategis
Kawasan
2.2 Luas Wilayah Dan Potensi Sumber Daya
Alam
2.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan
6
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
BAB III. GAMBARAN UMUM KINERJA MAKRO
EKONOMI DAN PEMBANGUNAN
3.1 PDRB, Pertumbuhan, Dan Struktur
Ekonomi
3.2 Pertumbuhan Dan Peranan Sektoral
3.3 Perkembangan Tingkat Harga
3.4 Perkembangan Tingkat Pengangguran
3.5 Perkembangan Tingkat Kemiskinan
BAB IV. FAKOR PENENTU KINERJA MAKRO
EKONOMI
4.1 Komponen Produksi
4.2 Komponen Pendapatan
4.3 Komponen Pengeluaran
4.4 Aspek Regional
BAB V. PREDIKSI DAN ARAH KEBIJAKAN
MAKRO EKONOMI
5.1 Aggregasi Kinerja Makro Ekonomi
5.2 Prediksi Pertumbuhan Dan Struktur PDRB
5.3 Prediksi Perkembangan Lapangan Kerja
5.4 Arah Kebijakan Makro
Daftar Pustaka
Lampiran
Tentang Penulis
7
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per
Kecamatan
Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten
Tapin
Tabel 2.3 Penduduk Kabupaten Tapin Tahun 2010
Tabel 2.4 Share Penduduk Dasarkan Kelompok Umur
2006 - 2010
Tabel 2.5 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan
Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia
Kerja
Tabel 2.6 Perbandingan Share Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kelompok Usia Kerja
Tabel 2.7 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
Tabel 3.1 PDRB Kabupaten Tapin 2010 Berdasarkan
Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun
2000
Tabel 3.2 Share Kabupaten/Kota Terhadap PDRB
Kalsel Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel 3.3 PDRB Perkapita Provinsi Kal imantan
8
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Selatan dan Kabupaten Tapin Tahun 2006 – 2010
(ADHK 2000)
Tabel 3.4 Tingkat Pertumbuhan (%) PDRB
Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 –
2010
Tabel 3.5 Kontribusi Sektoral Terhadap Tingkat
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin Pada
Periode 2006 – 2010
Tabel 3.6 Kontribusi (%) Sektoral dalam
Pembentukan PDRB Kabupaten Tapin Pada
Periode 2006 – 2010
Tabel 3.7 Kontribusi (%) Sektoral Terhadap PDRB
Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 –
2010 Berdasarkan Pengelompokan Primer,
Sekunder, dan Tertier
Tabel 3.8 Perbandingan Kontribusi (%) Sektoral
Terhadap PDRB 2010 (ADHB) pada
Beberapa Daerah
Table 3.9 Tingkat Inflasi di Kalsel
Tahun 2005 - 2010.
Table 3.10 Perkembangan Ketenagakerjaan di
Kabupaten Tapin Tahun 2006 - 2010.
Tabel 3.11 Perkembangan Penduduk Miskin di
Kabupaten Tapin dan Provinsi Kalimantan
Selatan 2006 – 2010
Tabel 3.12 Peranan Kab/Kot dalam Pertumbuhan
Jumlah Penduduk Miskin di
Kalsel 2009 - 2010 (%)
9
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.1. Persentase Pencari Kerja Berdasarkan
Latar Belakang Pendidikanya di Kabupaten
Tapin 2010
Tabel 4.2 Jumlah Total Pekerja dan Pertumbuhannya
Per Lapangan Usaha di Kabupaten Tapin
2006 - 2010
Tabel 4.3 Produktivitas Pekerja Berdasarkan
Lapangan Usaha di Tapin pada 2006 – 2010
(Rp.Juta)
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Perusahaan
Perdagangan Menurut Jenisnya di
Kabupaten Tapin pada 2006 - 2010
Tabel 4.6 Perkembangan UMR dan Estimasi
Pendapatan Pekerja di Kabupaten Tapin
pada 2005 - 2010
Tabel 4.7 Perkembangan Penerimaan Daerah
Kabupaten Tapin 2007 – 2010 (dalam
Rp.Juta)
Tabel 4.8 Perkembangan Pengeluaran Daerah
Kabupaten Tapin 2007 – 2010 (dalam
Rp.Juta)
Tabel 4.9 Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten
Tapin 2007 – 2010
Tabel 4.10 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan
Daerah
Tabel 4.11 Derajat Desentralisasi Keuangan Daerah
Kabupaten Tapin 2007 – 2010
Tabel 4.12 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Kabupaten Tapin 2007 – 2010
10
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.13 Perkembangan Neraca Perdagangan
Kalimantan Selatan 2009 – 2010
Tabel 4.14 Tingkat Pertumbuhan Investasi PMA dan
PMDN di Kalsel Tahun 2006 – 2009
Tabel 4.15 Hasil Analisis Shift-Share Kabupaten Tapin
2005 – 2010 (Juta Rupiah)
Tabel 4.16 Kategori Potensi dan Tingkat Kemajuan
Sektoral
Tabel 4.17 Hasil Analisis Location Quotient
Kabupaten Tapin 2005 - 2010
Tabel 4.18 Kategori Sektoral Menurut Typology
Klassen Berdasarkan Rata-rata
Pertumbuhan dan Kontribusi pada PDRB
2005 – 2010
Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Analisis L-Q, Shift-share,
dan Typology Klasen
Tabel 5.1 Indikasi Kinerja Ekonomi Makro
Kabupaten Tapin 2010
Tabel 5.2 Realisasi dan Prediksi Pertumbuhan PDRB
Kabupaten Tapin s/d 2020
Tabel 5.3 Realisasi dan Prediksi Struktur PDRB
Kabupaten Tapin s/d 2020
Tabel 5.4 Model Estimasi Ketenagakerjaan di Tapin
Tahun 2011
Tabel 5.5 Prediksi Penciptaan Lapangan Kerja Baru
di Kabupaten Tapin 2011 - 2020
Tabel 5.6 Prediksi Ketenagakerjaan Tanpa Intervensi
Percepatan Pertumbuhan di Kabupaten
Tapin 2011 – 2015:
11
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Daftar Grafik
Grafik 3.1 Share PDRB Kab/Kot di Kalsel 2010
Grafik 3.2 Pertumbuhan Ekonomi Tapin dan Kalsel
2006 - 2010
Grafik 3.3 Pertumbuhan Sektoral 2009
Grafik 3.4 Peranan Sektoral dalam Pertumbuhan
2010
Grafik 3.4 Pertumbuhan Rata-rata Sektoral 2006 -
2010
Grafik 3.5 Rerata Share Sektoral PDRB Tapin 2006 -
2010
Grafik 3.6 Rerata Share Sektoral PDRB Kalsel 2006 –
2010
Grafik 3.7 Rerata Share dan Pertumbuhan Sektoral
PDRB Tapin 2006 – 2010
Grafik 3.8 Share dan Pertumbuhan PDRB Sektor
Pertanian 2006 – 2010
Grafik 3.9 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB
Sektor Tambang dan Galian 2006 – 2010
Grafik 3.10 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB
Sektor Industri, LGA, Konstruksi, dan
Transportasi Kab Tapin 2006 – 2010
12
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 3.11 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB
Sektor Perdagangan, H, & R 2006 – 2010
Grafik 3.12 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB
Sektor Keuangan dll 2006 – 2010
Grafik 3.13 Rerata Share dan Pertumbuhan PDRB
Sektor Jasa-jasa 2006 – 2010
Grafik 3.14 Perbandingan Pertumbuhan PDRB dan
Inflasi 2005 – 2010
Grafik 4.1 Komposisi TK (%) Menurut Sektor
Ekonomi di Kab Tapin 2010
Grafik 4.2 Kinerja Otonomi Keuangan Daerah Kab.
Tapin 2007 – 2010
Grafik 5.1 Skenario Kebijakan Makro dan
Pembangunan Daerah
13
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Bab IPendahuluan
1.1 LATAR BELAKANGPembangunan pada dasarnya dilaksanakan dengan
tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Meski demikian terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan
yang dicapai oleh masyarakat diberbagai wilayah. Perbedaan
ketersediaan (endowment) sumber daya yang dimiliki dan
metode yang digunakan sebagai pendekatan pembangunan
serta faktor-faktor pendukung lainnya bisa menjadi
penyebabnya. Karena itu, diperlukan model implementasi
yang tepat untuk memastikan kebijakan yang ditempuh
dalam pembangunan dapat berjalan efisien dan efektif.
Implementasi yang tepat untuk diterapkan tentulah harus
sesuai dengan situasi dan kondisi aktual dan spesifik di
daerah.
Salah satu syarat untuk dapat mengimplementasikan
kebiajakan pembangunan secara tepat adalah dengan
tersusunnya model perencanaan yang baik. Hal ini didahului
dengan ketepatan analisis atas data dan informasi
perekonomian didaerah agar supaya upaya mendorong
pembangunan khususnya pembangunan ekonomi relevan
dengan potensi ekonomi masyarakat baik berupa potensi
14
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
sumberdaya manusia, potensi sumberdaya alam, potensi
sumberdaya finansial, maupun sumberdaya kelembagaan
ekonomi masyarakat. Empat komponen sumberdaya
tersebut jika dikelola dengan baik akan merupakan modal
besar yang dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah
dengan cepat dan tepat.
Pemerintah sebagai salah satu unsur pelaku
pembangunan berperan untuk merangsang peran serta
masyarakat untuk mencapai tujuan pembangunan secara
bersama-sama. Meski demikian pemerintah biasanya
dianggap memiliki tanggung jawab terbesar baik atau
buruknya kinerja pembangunan. Untuk itulah perlu adanya
kajian menyeluruh tentang kinerja perekonomian,
khususnya pada level makro guna menjadi landasan berbagai
kebijakan yang akan diambil.
Hingga saat ini di belum terdapat suatu dokumen analisis
data dan informasi makro ekonomi daerah tapin yang
memadai. Padahal, dengan adanya kajian makro ekonomi
daerah ini dapat memberikan pemahaman tentang potensi
perekonomian dan kinerja pembangunan yang telah dicapai.
Disamping itu, analisis yang dihasilkan dapat menjadi
landasan akademik bagi berbagai hal penting, seperti
perumusan arah dan kebijakan pembangunan secara umum,
penentuan strategi dan prioritas dalam menggerakan potensi
ekonomi sektoral, dan memanfaatkan peluang-peluang yang
ada baik secara internal maupun eksternal. Untuk itulah
pemerintah selaku fasilitator dan dinamisator dalam
pembangunan berkewajiban menyediakan sarana informasi
ini. Salah satu bentuknya adalah melalui kajian Analisis
15
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin.
Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah maka
setiap daerah otonom memiliki kewajiban untuk
meingkatkan keejajteraan masyarakat, mendorong daya
saing daerah, dan mencukupi pelayanan kebutuhan dasar.
Pemerintah harus dapat mengelola dan mengembangkan
segala potensi yang dimilikinya secara tepat. Daerah harus
mampu mengembangkan kapasitasnya secara optimal seusai
sumberdaya yang dapat diandalkan dimasyarakat sembari
menjaga stabilitas dan keberlangsungan pembangunan lewat
terpeliharanya kinerja-kinerja makro ekonomi, seperti
inflasi, kesempatan kerja, dan pertumbuhan.
Penyajian Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten
Tapin ini diharapkan dapat menjadi bentuk penyedaiaan
kerangka dasar argumentasi-argumentasi ilmiah yang
diperlukan dalam pengambilan kebijakan, strategi dan
penentuan prioritas pembangunan. Kesemuanya itu melekat
dalam fungsi perencanaan yang diemban oleh pemerintah.
Dengan adanya arahan pembangunan yang tepat dapat
mendorong berkembangnya ekonomi daerah secara lebih
luas yang akhirnya bermuara pada upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan PAD.
1.2 TUJUAN DAN SASARANTujuan dari kajian Analisis Makro Ekonomi Daerah
Kabupaten Tapin ini adalah untuk:
1 . Mengetahui kinerja perekonomian daerah pada
tataran makro meliputi struktur perekonomian,
16
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
pertumbuhan ekonomi, inflasi, ketenagakerjaan,
tingkat kemiskinan dan pemerataan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan tingkat
kinerja makro ekonomi di daerah melalui komponen-
komponen pendekatan makro: produksi, pendapatan,
dan pengeluaran.
3. Mengetahui sektor ekonomi potensial dan unggul yang
dapat dikembangkan sebagai pr ior i tas dalam
mencapai target-target pebangunan.
4 . Melakukan proyeksi dan prediksi arah
perkembanngan ekonomi sekaligus mengindikasikan
arah kebijakan yang perlu ditempuh
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah
meningkatkan mutu perencanaan pembangunan di Tapin
melalui lahirnya kebijakan, strategi, dan prioritas
pembangunan yang berbasis pada argumentasi ilmiah.
1.3 TINJAUAN PUSTAKAPembahasan tentang Makro Ekonomi Daerah pada
konteks kekinian tidak hanya terkait dengan persoalan
makro ekonomi secara sempit, yakni tentang keseimbangan
sisi supply dan demand pada level aggregate yang meliputi
keseluruhan pasar barang dan jasa, pasar uang dan modal,
serta pasar faktor produksi. Akan tetapi, disamping hal yang
telah disebutkan itu, ia juga menyangkut issue-issue
pembangunan yang aktual, seperti tingkat kemiskinan dan
kesejateraan sosial masyarakat. Secara garis besar komponen
yang harus dibahas dalam analisis makro ekonomi daerah
menyangkut produksi dan pemdapatan ekonomi,
17
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
pertumbuhan, pengangguran, inflasi, ketenaga kerjaan,
hubungan perdagangan eksternal, kelembagaan keuangan,
keuagan daerah, dan kemiskinan atau kesejahteraan
masyarakat.
Analisis makro ekonomi daerah paling tidak dapat
menunjukkan wajah struktur perekonomian daerah dimana
hal tersebut akan menetukan keberlangsungan ekonomi
sesuai dengan tujuan pembangunan. Pembangunan tidak
boleh pincang hanya pada sektor tertentu tetapi memerlukan
keterpaduan dan keseimbangan. Ketimpangan dapat
menimbulkan pengaruh negatif terutama jika pertumbuhan
hanya terfokus pada sektor-sektor yang tidak menjamin
berjalannya prinsip sustainable development. Prinsip
sustainable development dalam definisi mutakhir menuntut
terjaminnya kelangsungan dari segi kepentingan Sosial,
Lingkungan, dan Ekonomi sendiri. Struktur ekonomi harus
dikoreksi jika hanya menguntungkan segolongan
masyarakat, tidak ramah lingkungan, tidak menyejahterakan
rakyat kebanyakan, dan tidak menjamin kemajuan secara
berkelanjutan.
Rahardjo Adisasmita (2005), menyatakan bahwa
Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari
sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia,
investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan,
transportasi dan komunikasi, komposisi industri, tehnologi,
situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan
pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah,
kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan
pembangunan secara luas. Biasanya yang menjadi fokus
pengukurran kinerj pembangunan adalah tingkat
18
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan diukur dari
perubahan tingkat ekonomi baik dari sisi prduksi ataupun
pengeluaran dibandingkan periode sebelumnya. Beberapa
ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan
PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial
seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa
aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas
(Lincolyn, 1999)
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value
added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di
suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto
adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara
(intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah
bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan
(upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan),
penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan
menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing
sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan
produk domestik regional bruto (PDRB).
Ada tiga pendekatan untuk menghitung pendapatan
regional dengan menggunakan metode langsung (Soediyono,
1992; Tarigan, 2004), yaitu:
1 . Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah cara penentuan
pendapatan regional dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa
yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari
segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi
19
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
barang dan jasa itu digunakan untuk : konsumsi rumah
tangga; konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari
untung; konsumsi pemerintah; pembentukan modal
tetap bruto (investasi); perubahan stok, dan ekspor
neto (total ekspor dikurangi dengan total impor).
2. Pendekatan Produksi
Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pende-
katan produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan
nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor
produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu,
untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan
pendekatan produksi, maka pertama-tama yang harus
dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang
diciptakan oleh tiaptiap sektor di atas. Pendapatan
regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai
produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor.
3. Pendekatan Penerimaan
Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan
cara menjumlahkan pendapatan faktorfaktor produksi
yang digunakan dalam memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan
gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak
langsung neto.
Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan
ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak
dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi
sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat
menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk
20
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan
(Soeparmoko, 2002).
Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak
pada semua tempat dan semua sektor perekonomian. Akan
tetapi biasanya hanya pada titik-titik tertentu dan sektor-
sektor tertentu pula kegiatan ekonomi bersifat dominan.
Investasi hendaknya diprioritaskan pada sektor-sektor
utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan
wilayah dalam waktu relatif cepat (Glasson, 1990).
Terdapat berbagai teori dan teknik analisis untuk
mennetukan sektor ekonomi potensial yang akan
diimplementasikan dalam kajian ini. Teori dan teknik
tersebut diantaranya Teori Basis Ekonomi dengan alat
analisis Location Quotient (LQ) beserta berbagai bentuk-
modifikasinya. Selain itu, alat analisis Shift-Share (SS) yang
menggambarkan performance (kinerja) sektor sektor di
suatu wilayah dibandingkan kinerja sektor-sektor
perekonomian nasional. Lincolyn Arsyad (1997) dan Latif
Adam (1994), mengemukakan bahwa analisis shift-share
merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional.
1.4 METODE PENYUSUNANa. Ruang Lingkup
Lingkup kegiatan Analisis Makro Ekonomi Daerah
Kabupaten Tapin ini meliputi wilayah administrative
Kabupaten Tapin yang merupakan bagian dari wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan.
21
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
b. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam kajian ini terbatas pada
data sekunder. Data tersebut meliputi data karak-
teristik dan kapasitas produksi dan pendapatan
daerah pada level makro. Data yang akan digali
kapasitas produksi/otuput ekonomi, sumberdaya
manusia, sumberdaya alam, sumberdaya keuangan,
dan sumberdaya kelembagaan ekonomi di
masyarakat.
Disamping itu, digali pula informasi-informasi terkait
berupa dokumen-dokumen perencanaan pembangunan,
Lakip, dan renstra SKPD dan badandibidang ekonomi untuk
diadakan analisis konten yang mengacu pada tingkat
relevansi antara arah kebijakan yang telah ditetapkan
dengan pola kebijakan yang diperlukan berdasarkan hasil
analisis data.
1.5 METODE ANALISISMetode analisis yang digunakan adalah analisis
deskriptif kuantitatif dalam membangun argumentasi
mendasar untuk mencapai sasaran penelitian dengan
memanfaatkan rujukan-rujukan dokumen dan data historis
pembangunan yang ada serta instrumen-instrumen analisis
dan interpretasi data perencanaan secara integratif.
Alat-alat (tools) analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik prediksi, agregasi,
proporsi, LQ, SS, dan Typologi Klassen.
22
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Analisis Shift - Share
Model analisis Shift-Share akan digunakan untuk
sektor-sektor ekonomi yang berkembang di daerah, dan
sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif
dan terkonsentrasi ( spesialisasi) serta melihat hubungan
antar sektor ekonomi di daerah penelitian. Tehnik ini
menggambarkan performance pergeseran struktur ekonomi
daerah dibandingkan dengan performance perekonomian
nasional atau yang lebih tinggi tingkatnya. Model Shift-Share
yang digunakan dalam analisis penelitian ini) adalah seperti
dikemukakan Widodo (2006) sebagai berikut :
Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah :
D ij = Rij + Mij + Cij
Dimana :
Rij = Eij x rn adalah pertumbuhan Regional
(Regional Economic Effect) sector i di
daerah j
Mij = Eij ( rin - rn ) adalah Bauran Industri
(Proportional Shift) sector i di wilayah j
Cij = Eij (rij - rn ) adalah Keunggulan
Kompetitif (Differential Shift) sector i di
wilayah j.
Persamaan r ij mewakili laju pertumbuhan ekonomi
persektor-subsektor di wilayah studi, sedangkan r n dan r
in masing-masing laju pertumbuhan di daerah referensi
(nasional atau regional) persektor-subsektor yang didefinisi-
kan berikut:
23
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
r ij = ( E*ij - E ij ) / E ij
r in = ( E*in - E in ) / Ein
r n = ( E*n - En ) / E n
Dimana :
E*ij = Nilai tambah (PDRB) sektor-subsektor i
pada periode akhir di Kabupaten Tapin
E ij = Nilai tambah (PDRB) sektor-subsektor i
pada periode awal di Kabupaten Tapin
E*in = Nilai Tambah (PDRB) sektor-subsektor i
pada periode akhir di daerah referensi /
Provinsi Kalsel
E in = Nilai Tambah (PDRB) sektor-subsektor i
pada periode awal di daerah referensi /
Provinsi Kalsel
E* n = Nilai Tambah (PDRB) Total pada
periode akhir di daerah referensi /
Provinsi Kalsel
E n = Nilai Tambah (PDRB) Total pada periode
awal di daerah referensi / Provinsi
Kalsel
Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient ( L-Q) adalah pendekatan
untuk mencari basis ekonomi yang mana industri basis
tersebut mengasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun diluar daerah yang bersangkutan. Adanya arus
pendapatan dari luar daerah, akan menyebabkan terjadinya
24
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
kenaikan konsumsi (C) dan investasi (I) didaerah tersebut.
Hal ini selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan
pendapatan itu tidak hanya menaikkan permintaan (demand)
terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan
akan industri non basis (lokal). Kenaikan permintaan ini
mendorong kenaikan investasi pada industri yang
bersangkutan dan juga industri lain (Widodo, 2006). Karena
itu Location Quotient bertujuan untuk mengukur keunggulan
komperatif dari suatu daerah melalui sektor unggulannya.
Penelitian ini membandingkan setiap sector perekonomian
daerah studi dengan sektor perekonomian yang sama
didaerah referensi. Pendekatan LQ dapat disajikan dalam
bentuk persaman :
PDRB S / TPDRB S LQ = PDRB R / TPDRB R
Dimana :
LQ = Location Quotient sektor i di daerah studi
PDRBS = Nilai tambah bruto sektor i di daerah
studi
TPDRBS = Total PDRB di daerah studi
PDRB R = Nilai tambah bruto sektor i di daerah
referensi
TPDRBR = Total PDRB di daerah referensi
Apanila LQ > 1, maka disebut sektor/subsektor
unggulan ( basis)
25
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Apabila LQ < 1, maka disebut bukan sektor/subsektor
unggulan ( non basis)
Apabila LQ = 1, maka peranan relatif sektor yang
bersangkutan dalam daerah Studi adalah sama dengan
peranan relatif sektor sejenis dalam daerah referensi.
Analisis Tipologi Klassen
Teknik Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral
daerah (Widodo, 2006). Masing-masing sektor ekonomi di
daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor yang prima,
berkembang, potensial, dan terbelakang. Analisis ini
mendasarkan pengelompokan setiap sektor dengan melihat
pertumbuhan dan kontribusinya terhadap total PDRB suatu
daerah yang bersangkutan.
Penentuan kategori suatu sektor ke dalam empat
kategori di atas dapat digambarkan pada bagan berikut ini.
Rerata Kontribusi Rerata Laju Pertumbuhan
si sektor > s PDRB si sektor < s PDRB
ri sektor > r PDRB Sektor Prima Sektor berkembang
ri sektor < r pdrb Sektor Potensial Sektor Terbelakang
26
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Penentuan Prioritas pengembangan Sektoral
Dari hasil analisis LQ dan S-S untuk keunggulan
kompetitif dan komparatif/spesialisasi serta Tipologi
Klassen yang semuanya diskorkan sesuai dengan range yang
ada di masing-masing sektor, maka dapat ditentukan sektor
yang diprioritaskan dalam pengembangan pembangunan di
Kabupaten Tapin. Interval kelas mengikuti Tipologi Klassen
sedangkan rangenya adalah:
Nilai terbesar - Nilai terkecil R = ------------------------------------
Kelas
(Purbayu dan Ashari, 2003)
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASANLaporan akhir Analisis Makro Ekonomi Daerah
Kabupaten Tapin ini berisi 5 (lima) bab, terdiri dari a).
Pendahuluan, b). Potensi Wilayah: SDA dan SDM, c).
Gambaran umum Kinerja Makro Ekonomi dan
Pembangunan, d). Faktor Penentu Kinerja Makro Ekonomi,
d). Prediksi dan Arah Kebijakan Makro Ekonomi.
27
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
BAB IIPOTENSI WILAYAH : SDA
DAN SDM
Pembahasan tentang makro ekonomi suatu daerah tidak akan
terlepas dari kondisi kewilayahan yang didalamnya
terkandung sumberdaya. Sumberdaya ekonomi yang dapat
dikelola menjadi faktor-faktor produksi menentukan
kapasitas produksi atau tingkat ekonomi. Oleh karena itu
setiap wilayah memiliki potensi yang dapat disebut sebagai
potensi wilayah. Potensi wilayah Kabupaten Tapin yang akan
diuraikan disini dibatasi pada potensi internal berupa
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dengan berbagai
komponennya.
2.1 LETAK GEOGRAFIS DAN POSISI
STRATEGIS KAWASANKabupaten Tapin merupakan salah satu dari 13
kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan
Selatan. Secara geografis terletak diantara 20.32'43" -
30.00'43" Bujur Timur dan 1140.46'13" - 1150.30'33"
Lintang Selatan, serta berbatasan dengan:
28
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
o Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah utara
o Kabupaten Banjar di sebelah selatan
o Kabupaten Barito Kuala di sebelah barat
o Kabupaten Hulu Sungai Selatan i sebelah timur
Kabupaten Tapin memiliki wilayah seluas 2.174,95 km2,
yang secara administratif pemerintahan terbagi dalam 12
kecamatan dengan 133 desa. Kecamatan dengan luas wilayah
paling besar adalah Kecamatan Candi Laras Utara dengan
luas wilayah 681,40 km2 (31,33%), sedangkan Kecamatan
dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Tapin
Utara dengan luas wilayah 32,34 km2 atau 1,49% dari seluruh
wilayah Kabupaten Tapin. Letak geografis dan distribusi luas
wilayah untuk masing-masing wilayah Kecamatan dapat
dilihat pada gambar tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Desa dan Luas Wilayah Per Kecamatan
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2011
No. Kecamatan Desa Luas (Km2) %
1 Binuang 10 132,39 6,09
2 Hatungun 8 95,60 4,40
3 Tapin Selatan 10 153,44 7,05
4 Salam Babaris 6 72,80 3,35
5 Tapin Tengah 17 309,56 14,23
6 Bungur 12 91,26 4,20
7 Piani 8 200,09 9,20
8 Lokpaikat 9 93,89 4,32
9 Tapin Utara 16 32,34 1,49
10 Bakarangan 12 62,57 2,88
11 Candi Laras Selatan 12 249,61 11,48
12 Candi Laras Utara 13 681,40 31,33
Jumlah 133 2.174,95 100,00
29
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kabupaten Tapin berada di daerah segitiga dalam
Propinsi Kalimantan Selatan. Jalur utama lalu lintas darat
antar kota di Kalimantan Selatan sampai Propinsi Kalimantan
Timur melintasi wilayah Kabupaten Tapin. Titik
pertumbuhan potensial jalur sungai dan darat yang akan
menjadikan segitiga pertumbuhan berada di Kecamatan
Candi Laras Selatan, dipredikasi akan terwujud dalam jangka
menengah.
2.2 LUAS WILAYAH DAN POTENSI SUMBER
DAYA ALAMSeperti terlihat pada table 2.2, luas wilayah Kabupaten
Tapin sebesar 217.495 Ha. Dari luas wilayah tersebut
sebagian besar (94,05%) merupakan kawasan budidaya.
Sisanya (5,95%) merupakan kawasan lindung, yakni hutan
lindung 11.250 ha dan sempadan sungai 1.705 ha. Secara
rinci penggunaan lahan ini dibedakan menjadi lahan hutan
lindung, sempadan sungai, hutan produksi terbatas, hutan
produksi tetap, hutan produksi konversi, budidaya lahan
perkebunan, budidaya lahan kering, budidaya lahan basah,
peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata,
perindustrian, dan perumahan.
30
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Tapin
No. Jenis Penggunaan Luas (ha) Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Hutan Lindung Sempadan Sungai Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi Budidaya Lahan Perkebunan Budidaya Lahan Kering Budidaya Lahan Basah Peternakan Perikanan Pertambangan Pariwisata Perindustrian Perumahan
11.250 1.705 5.125 3.750
11.060 22.067 16.226
132.239 600 300 750
73 100
6.250
5,17 0,78 2,36 1,72 7,84 10,2 7,46
60,80 0,28 0,14 0,34 0,03 0,05 2,87
217.495 100,00
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2008.
Berdasarkan karakteristik sumberdaya alam, wilayah
Kabupaten Tapin terbagi dalam enam kelompok yaitu:
Kawasan budidaya pertanian lahan basah. Kawasan ini
merupakan penyangga produksi pertanian lahan basah
untuk wilayah Kabupaten Tapin dan sekitarnya,
meliputi Kecamatan Candi Laras Utara, Kecamatan
Candi Laras Selatan, Kecamatan Tapin Tengah, Keca-
matan Bakarangan, sebagian Kecamatan Tapin Utara,
sebagian Kecamatan Tapin Selatan, sebagian Keca-
matan Binuang, dan sebagian Kecamatan Lokpaikat.
Kawasan budidaya pertanian lahan kering. Kawasan
ini berada di daerah perbukitan yang meliputi Keca-
matan Piani, Kecamatan Salam Babaris, Kecamatan
31
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Hatungun, sebagian Kecamatan Lokpaikat, sebagian
Kecamatan Tapin Selatan, dan sebagian Kecamatan
Binuang. Pada beberapa kawasan perbukitan ini
terdapat hutan (penyangga daerah bawah), per-
kebunan, dan objek wisata. Selain itu, di kawasan ini
terdapat lahan kr i t is yang per lu mendapatkan
perhatian, meliputi Kecamatan Binuang, Hatungun,
Salam Babaris, Tapin Selatan, dan Lokpaikat.
Kawasan aglomerasi perkotaan. Kawasan aglomerasi
ini masih merupakan kawasan pertanian yang
diprediksi akan berkembang menjadi aglomerasi
perkotaan, seperti di sekitar kawasan Kota Rantau
Baru, Binuang Baru, dan Margasari Baru.
Kawasan potensial tumbuh cepat. Kawasan yang pada
saat ini memiliki kecenderungan berkembang pesat
karena lokasinya terletak pada jalur lintas antar
daerah, meliputi Kecamatan Tapin Utara (kota
Rantau Baru), Kecamatan Binuang, dan Kecamatan
Candi Laras Selatan (Margasari Baru).
Kawasan pusat pemerintahan. Kawasan pusat
penyelenggaraan pemerintahan kabupaten terletak di
Kecamatan Tapin Utara.
2.3 KEPENDUDUKAN DAN
KETENAGAKERJAANPada tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Kabupaten
Tapin sebanyak 167.877 jiwa (47.444 RT), terdiri dari
50,41% laki-laki dan 49,59% perempuan. Jumlah ini telah
meningkat 9,01% dari tahun 2007 dengan jumlah penduduk
32
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
sebesar 154.005 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten
Tapin pada tahun 2008 telah mencapai lebih dari 77 jiwa
atau 22 Rumah Tangga per km. Secara rinci sebaran
penduduk Kabupaten Tapin per kecamatan tahun 2010
disajikan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Penduduk Kabupaten Tapin Tahun 2010
Kecamatan
Luas (Km2)
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
Rata-rata Per Km2
Pddk RT
1. Binuang 132.39 27,281 7,395 206 56
2. Hatungun 95.6 8,023 2,351 84 25
3. Tapin Selatan 153.44 17,990 5,053 117 33
4. Salam Babaris 72.8 11,063 3,204 152 44
5. Tapin Tengah 309.56 17,635 4,933 57 16
6. B u n g u r 91.26 11,625 3,338 127 37 7. P i a n i 200.09 5,361 1,528 27 8
8. Lokpaikat 93.89 8,904 2,576 95 27
9. Tapin Utara 32.34 23,193 6,605 717 204
10. Bakarangan 62.57 8,621 2,415 138 39 11. Candi Laras Sel 249.61 12,060 3,463 48 14
12. Candi Laras Utara 681.4 16,121 4,583 24 7
J u m l a h 167,877 47.444 77 508
Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan kelompok umur, sampai dengan 2010
kelompok umr 5 - 9 tahun semakin dominan hingga mencapai
11,43% dari jumlah seluruh penduduk. Dalam rentang waktu
6 tahun kedepan kelompok ini sudah memasuki usia kerja
sehingga memerlukan antisipasi untuk mengakomodasi
orientasi kegiatan mereka kedepan. Kelompok ini
33
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
meninggalkan kelompok umum 10 - 14 tahun yang pada 2006
hampir bersamaan, yakni sebesar 10,56% dan 10,47%.
Kelompok umur yang disebut terakhir ini (10 - 14 tahun)
merupakan pendatang baru kedalam usia kerja mulai tahun
depan. Jika mereka masuk ke dunia kerja (bekerja atau
mencari pekerjaan) maka akan mempengaruhi tingkat
partisipasi angkatan kerja. Sebaliknya jika mereka meilik
melakukan aktifitas lain, seperti melanjutkan untuk sekolah
maka harus dapat ditampung dengan wadah pendidikan yang
lebih jelas keterkaitannya bagi dunia kerja, khususnya yang
sesuai dengan potensi ekonomi Tapin sendiri. Kelompok
umur dengan porsi yang paling kecil pada tahun 2010 adalah
umur 55 - 59 tahun dan 60 - 64 tahun.
Tabel 2.4 Share Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
2006 - 2010
Kelompok Umur
2006 2007 2008 2009 2010
0 - 4 9.60 9.60 10.33 8.10 9.52 5 – 9 10.56 10.56 10.07 8.62 11.43
10 – 14 10.47 10.47 10.51 10.13 8.91 15 - 19 10.07 10.07 10.66 10.10 8.68 20 - 24 8.51 8.51 8.83 9.43 8.62 25 - 29 9.55 9.55 9.26 8.22 9.45 30 - 34 8.11 8.11 7.95 8.62 8.64 35 - 39 8.07 8.07 7.87 8.41 8.59 40 - 44 6.79 6.79 7.00 6.63 7.35 45 - 49 4.86 4.86 4.96 6.18 6.06 50 - 54 3.84 3.84 3.53 5.75 4.89 55 - 59 2.54 2.54 2.11 3.45 2.99 60 - 64 2.91 2.91 2.96 2.59 2.53
65+ 4.12 4.12 3.95 3.76 4.12 J u m l a h 152,000 153,655 154,646 154,005 167,877
Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa edisi
34
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Jika dibandingkan antara pertumbuhan penduduk yang
terkategori usia kerja (15 tahun keatas) dengan yang bukan
usia kerja (0 - 14 tahun) maka secara rata-rata penduduk
pada usia kerja tumbuh lebih tinggi, yaitu 3,18% per tahun.
Oleh karena itu penting adanya langkah-langkah yang tepat
untuk mengantisipasi hal tersebut agar tidak menjadi beban
pada masa yang akan datang.
Tabel 2.5 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan Kelompok Usia Kerja
Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa edisi
Dari struktur penduduk yang ada kelompok usia kerja
cenderung semakin dominan jumlahnya. Porsi penduduk
usia kerja yang pada 2006 sebesr 69,37% telah meningkat
sehingga menjadi 70,66% pada 2010. Hal ini sejalan dengan
tingkat pertumbuhan yang telah di uraikan sebelumnya.
Klp Umur 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-
rata
0-14 1.95 1.09 1.59 (13.51) 21.23 2.47
15 keatas 1.95 1.09 0.23 5.45 7.18 3.18
Total 1.95 1.09 0.64 (0.41) 10.96 2.84
35
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 2.6 Perbandingan Share Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kelompok Usia Kerja
Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa edisi
Pencari kerja yang terdaftar pada 2010 adalah sebanyak
2.558 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya pencari
kerja ini didominsi oleh lulusan SLTA dengan jumlah 1.028
orang. Tingkat pendidikan pencari kerja selanjutnya secara
berurutan berdasarkan jumlahnya adalah berlatar belakang
Sarjana Lengkap, Sarjana Muda, SLTP, dan SD. Pemikiran
untuk mengarahkan para lulusan SLTA untuk memasuki
Politeknik khususnya dibidang Perkebunan dan Pertam-
bangan mungkin cukup tepat. Hal ini mengingat lulusan SLTA
yang dominan serta potensi ekonomi Tapin dikedua lapangan
usaha tersebut sangat besar.
Kelompok
umur 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-
rata
0-14 30.63 30.63 30.92 26.85 29.34 29.67
15 keatas 69.37 69.37 69.08 73.15 70.66 70.33
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
36
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 2.7 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar
Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No Kecamatan SD SLTP SLTA Sarjana
Muda
Sarjana
Lengkap Jumlah
1 Binuang 19 22 160 60 56 317
2 Hatungun 1 15 18 10 0 44
3 Tapin Selatan 82 58 179 48 64 431
4 Salam Babaris 4 8 41 23 23 99
5 Tapin Tengah 49 28 47 41 30 195
6 Bungur 27 44 84 24 22 201
7 Piani 12 11 17 5 2 47
8 Lokpaikat 20 47 127 23 52 269
9 Tapin Utara 30 32 256 150 184 652
10 Bakarangan 21 13 35 7 13 89
11 Candi Laras Selatan 12 15 43 32 29 131
12 Candi Laras Utara 5 22 21 21 14 83
J u m l a h 282 315 1,028 444 489 2,558
Sumber: Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS 2011
37
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
BAB IIIGAMBARAN UMUM
KINERJA MAKRO EKONOMIDAN PEMBANGUNAN
Ruang lingkup makro ekonomi menjangkau permasalahan
ekonomi secara menyeluruh atau agregatif. Indikator
yang diekspose merupakan hasil penjumlahan dari berbagai
sektor, berbagai jenis pasar, dan berbagai tingkat pelaku
ekonomi sehingga mewakili tingkat keseimbangan penawaran
dan permintaan menyeluruh dalam perekonomian.
Seara umum komponen yang dapat dipandang sebagai
ukuran kinerja makro ekonomi terdiri dari: pertumbuhan;
inflasi; tingkat pengangguran; dan neraca perdagangan,
dengan berbagai unsur yang menentukannya. Akan tetapi,
analisis makro ekonomi pada konteks perekonomian daerah
tidak terlepas dari indkator kinerja pembangunan seperti
misalnya tingkat kemiskinan.
Pada bagian ini akan diulas beberapa komponen utama
menyangkut kinerja pertumbuhan, inflasi, tingkat
pengangguran, dan tingkat kemiskinan. Komponen indikator
kinerja lainnya akan dibahas pada bab selanjutnya dalam
kerangka faktor penentu kinerja makro ekonomi.
38
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
3.1 PDRB, PERTUMBUHAN, DAN STRUKTUR
EKONOMIPerkembangan perekonomian suatu daerah biasanya
diukur dengan tingkat produksi, yakni Produk Domestik
Regional Bruto atau PDRB. PDRB merupakan jumlah nilai
tambah value added yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam wilayah perekonomian. Nilai PDRB Kabupaten Tapin
atas dasar harga berlaku seperti yang terdapat dalam tabel
3.1 berikut menggambarkan nilai produksi barang dan jasa
dinilai dengan harga yang berlaku pada periode 2010.
Tabel 3.1 PDRB Kabupaten Tapin 2010 Berdasarkan
Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000
Lapangan Usaha /
Industrial Origin Konstan Berlaku
1. Pertanian 415,221.82 822,650.84
2. Pertambangan dan Penggalian 200,856.64 512,067.77
3. Indusri Pengolahan 51,317.25 118,002.18
4. Listrik dan Air Minum 3,902.31 8,967.42
5. Bangunan 48,516.80 103,167.18
6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 90,213.31 188,724.47
7. Pengankutan dan Komunikasi 19,512.75 40,922.69
8. Bank dan Lembaga Keuangan Lain 38,688.51 88,379.99
9. Jasa-jasa 136,71477 315,290.22
PDRB / GDRP 1,004,944.17 2,198,172.77
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
39
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Jika berdasarkaan harga berlaku nilai PDRB Kabupaten
Tapin adalah Rp. 2.198.172, 77 ( dalam Jutaan) maka
berdasarkan harga konstan nilainya hanya Rp.1.004.944,17
(dalam jutaan). Hal ini karena angka ini merupakan nilai riil
dari pada produksi barang dan jasa dalam teritori
perekonomian Tapin. Nilai riil disini artinya bebas dari
pengaruh peningkatan harga atau inflasi.
Jika dilihat lebih luas ke dalam lingkup kawasan provinsi
Kaimantan Selatan, angka PDRB Kabupaten Tapin tersebut
pada 2010 hanya meliputi 3,34% dari nilai PDRB yang
diciptakan seluruh Kabupaten dan Kota yang berjumlah Rp.
30.067.423,-(dalam jutaan). Posisi Kabupaten Tapin hanya
berada di urutan ke 11 dari ke-13 Kabupaten/Kota yang ada.
Ini berarti skala ekonomi Kabupaten ini termasuk kecil
dibanding wilayah lain pada umumnya.
40
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 3.2 Share Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Kalsel
Atas Dasar Harga Berlaku
Propinsi Share PDRB Kab/Kot Dalam Provinsi (%)
2008 2009*) 2010**) Ranking
1.Tanah laut 7.51 7.53 7.55 6
2.Kotabaru 16.23 16.22 16.37 1
3.Banjar 11.14 11.22 11.14 3
4.Barito Kuala 6.78 6.61 6.50 7
5.Tapin 3.38 3.35 3.34 11
6.H.S. Selatan 3.71 3.69 3.61 10
7.H.S. Tengah 3.62 3.67 3.63 9
8.H.S. Utara 2.93 2.92 2.89 13
9.Tabalong 9.97 10.02 10.05 5
10.Tanah Bumbu 10.67 10.69 10.77 4
11.Balangan 4.89 4.90 4.91 8
12.Banjarmasin 16.03 16.02 16.06 2
13.Banjarbaru 3.15 3.17 3.17 12
KalSel(Rp. Juta) 100.00 100.00 100.00
27,593,092.50 28,470,811.96 30,067,423 Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Kabupaten yang memiliki ukuran skala ekonomi (size
of economy) paling besar atau berada diurutan teratas adalah
Kotabaru (16,37%). Hal ini sejalan dengan luas wilayahnya
yang paling besar dibanding daerah yang lain. Kotabaru juga
memiliki segala bentuk potensi sumber daya, dari
pertambangan, perkebunan, hingga perikanan dan kelautan
yang besar. Posisi tersebut diikuti oleh Kota Banjarmasin
yang berada diurutan kedua. Kota Banjarmasin sebagai
ibukota wajar memiliki ukuran ekonomi yang besar karena
merupakan pusat kegiata jasa dan perdagangan. Wilayahnya
41
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
yang strategis sebagai pintu gerbangarus distribusi dari dan
ke wilayah Kalsel, bahan ke provinsi lain di sekitar,
menjadikan volume ekonomi, terutama yang meliputi bidang
jasa perkotaan sangat besar dikota Banjarmasin.
Grafik 3.1
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Kabupaten yang berada paling buncit besaran PDRBnya
adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara, dengan 2,89%.
Kabupaten HSU bersama-sama dengan Batola bahkan
termasuk dalam kategori wilayah tertinggal. Namun
demikian besaran PDRB bukan ukuran satu-satunya penentu
tingkat kemakmuran suatu daerah. Secara individual bisa
saja daerah yang teratas memiliki penduduk miskin yang
lebih banyak dibanding yang terbawah, begitupun
sebaliknya.
Share PDRB Kab/Kot di Kalsel 2010
Balangan5% Banjar
11%Banjarbaru
3%
Banjarm asin15%
Batola7%
HSS4%
HST4%
HSU3%
Kotabaru16%
Tabalong10%
Tala8%
Tanbu11%
Tapin3%
42
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Sebagaimana terlihat pada tabel 3.3 sepanjang tahun
2006 – 2010 PDRB perkapita Kabupaten Tapin hanya
berkisar antara Rp.4,8 juta – Rp.6,0 juta sedangkan Kalsel
sudah mencapai antara Rp.7,3 juta – Rp.8,5 juta. Meski
demikian rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita Kabupaten
Tapin telah mencapai 5,63% per tahun sementara Kalsel
hanya 3,67% per tahun. Ini menandakan pertumbuhan
produksi Kabupaten Tapin diatas pertumbuhan
penduduknya jauh lebih tinggi dibanding Kalsel.
Tabel 3.3 PDRB Perkapita Provinsi Kalimantan Selatan
dan Kabupaten Tapin Tahun 2006 – 2010 (ADHK 2000)
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Tingkat dinamika perekonomian Kabupaten Tapin
dapat diukur dengan membandingkan pertumbuhannya
terhadap pertumbuhan daerah lain ditingkat regional. Selama
Tahun
TAPIN KALSEL
Nilai (Rp)
Pertum-
buhan (%) Nilai (Rp)
Pertum-
buhan (%)
2006 4,787,688.00 4 7,306,536.00 3.41
2007 5,693,945.00 18.93 7,631,654.00 4.45
2008 5,957,281.00 4.62 7,989,962.00 4.70
2009 5,761,672.00 -3.28 8,152,322.00 2,03
2010 5,986,193.00 3.90 8,458,057.00 3.75
Rata-rata 5.63 3.67
43
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
rentang 2006 – 2010 meski jauh dibawah, nampak
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapin lebih konsisten
dibandingkan rata-rata provinsi Kalimantan Selatan. Rata-
rata pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin 4,94% sedangkan
Kalsel 5,75% pertahun. Pada 2009 pertumbuhan PDRB
Kabupaten Tapin anjlok menjadi 4,63% sejalan bersamaan
dengan penurunan pada tingkat provinsi Kalsel. Hal ini lebih
dipengaruhi adanya penurunan produksi pertambangan
karena peranan sektor ini cukup dominan. Hal ini dapat
dilihat pada grafik 3.2.
Grafik 3.2
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
4.81%5.05% 4.88%
6.08%
4.94%
6.54%
4.63%
5.38% 5.44%5.69%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
2006 2007 2008 2009 2010
TAHUN
PERTUM BUHAN EKONOM I TAPIN DAN KALSEL 2006 - 2010
TAPIN
KALSEL
44
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Perkembangan produktifitas ataupun pergerakan
aktifitas ekonomi dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan
PDRB. Melalui pertumbuhan ekonomi dimungkinkan adanya
perluasan kapasitas ekonomi dalam bentuk terbukanya
peluang usaha baru, investasi baru, dan kesempatan kerja
(employment) yang lebih tinggi.
Tabel 3.4 Tingkat Pertumbuhan (%) PDRB Kabupaten
Tapin Pada Periode 2006 – 2010
LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-
rata
1. PERTANIAN 2.89 2.27 -0.85 10.90 6.99 4.44
2. PERTAMB & PENGGALIAN 11.52 7.67 15.42 -5.90 4.30 6.60
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.61 8.73 9.95 7.05 5.86 7.64
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10.16 17.81 5.47 2.21 2.93 7.71
5. BANGUNAN 9.03 6.58 7.03 6.73 8.88 7.65
PERDAGANGAN, HO & RESTO 5.57 0.42 3.88 6.70 4.52 4.22
7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 3.13 3.58 9.18 3.43 5.84 5.03
8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. -0.31 12.90 4.38 2.69 6.32 5.20
9. JASA-JASA 0.98 7.61 4.36 2.29 1.67 3.38
Total 4.81 4.88 4.94 4.63 5.44 4.94
Kalimantan Selatan 4,98 6,01 6,45 5,29 5,58 5,66
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
45
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Secara keseluruhan PDRB Kabupaten Tapin tumbuh
rata-rata sebesar 4,94% dalam periode 2006 – 2010. Tingkat
pertumbuhan tertinggi pernah dicapai pada 2010 dengan
besaran 5,44%. Sedangkan pada tahun lainnya pertumbuhan
cukup monoton sekitar diatas 4% tapi dibawah 5%. Tingkat
petumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan perekono-
mian Kalimantan Selatan yang mencapai rata-rata 5,66%
dalam periode yang sama. Hal ini sejalan dengan keadan dari
tahun ke tahun yang selalu lebih tinggi dari pada Tapin.
Grafik 3.3
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Ketergantungan pada sektor pertambangan yang cukup
signifikan nampak pada fluktuasi ekonomi yang terjadi.
Anjlok pertumbuhan PDRB menjadi 4,63% pada 2009 lebih
dipengaruhi adanya penurunan produksi pertambangan yang
mencapai minus 5,90 persen, sebagaimana grafik 3.3. Untuk
PERTUM BUHAN SEKTO RAL 2009
10.90%
-5.90%
7.05%
2.21%
6.73% 6.70%3.43% 2.69% 2.29%
TANI
TAMBANG
MANUFAKTUR
LGA
KONSTRUKSI
DAGANG H R
TRANKOM
KEU
JASA
SEKTOR
RATE
46
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
itu Kabupaten Tapin perlu mengembangkan sektor lain
sebagai basis pertumbuhannya.
Sumber pertumbuhan ekonomi dapat dipilah ber-
dasarkan lapangan usaha yang menyumbangnya. Ber-
dasarkan tabel 3.6. pertumbuhan ekonomi Tapin pada 2010
sebesar 5,44% ternyata didominasi oleh perkembangan
sektor pertanian.
Grafik 3.4
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Kontribusi sektor pertanian bagi pertumbuhan PDRB
Tapin pada 2010 tersebut sebesar 2,85%. Jauh dibawahnya
adalah sektor pertambangan sebagai penyumbang diurutan
kedua dengan sumbangan sebesar 0,87% bagi pertumbuhan.
Sektor-sektor lainnya menyumbang tidak lebih dari 0,5%.
PERANAN SEKTORAL DALAM PERTUM BUHAN 20102.85%
0.87%
0.30%0.01%
0.42% 0.41%0.11% 0.24% 0.24%
TANI
TAMBANG
MANUFAKTUR
LGA
KONSTRUKSI
DAGANG H R
TRANKOM
KEU
JASA
SEKTOR
47
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 3.5 Kontribusi Sektoral Terhadap Tingkat
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin
Pada Periode 2006 – 2010
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Keadaan yang tak jauh berbeda terjadi dalam per-
kembangan selama periode 2006 – 2010 (tabel 3.5). Hal ini
tidak hanya memperkuat bukti bahwa struktur ekonomi
Kabupaten Tapin belum mencapai kemajuan secara optimal
tapi juga polanya stagnan dalam lima tahun terakhir.
LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1. PERTANIAN 1.23 0.95 -0.35 4.19 2.85
2. PERTAMB & PENGGALIAN 2.15 1.53 3.15 -1.33 0.87
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0.30 0.40 0.47 0.35 0.30
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.03 0.06 0.02 0.01 0.01
5. BANGUNAN 0.38 0.29 0.32 0.31 0.42
6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 0.52 0.04 0.35 0.60 0.41
7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 0.06 0.07 0.17 0.07 0.11
8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. -0.01 0.47 0.17 0.10 0.24
9. JASA-JASA 0.14 1.08 0.63 0.33 0.24
PDRB DENGAN MIGAS 4.81 4.88 4.94 4.63 5.44
48
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 3.4
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Terdapat sektor-sektor yang paling maju selama rentang
2006 – 2010 yang ditandai dengan dominasinya dalam tingkat
pertumbuhan. Seperti terlihat pada grafik 3.4, sektor yang
paling tinggi tingkat pertumbuhannya adalah sektor Listrik,
Gas, & Air Minum (LGA) (7,71%), sektor Konstruksi (7,65%),
dan sektor Industri (7,64%). Selama rentang waktu tersebut
ketiga sektor ini mengalami peningkatan nilai tambah produksi
paling pesat. Ketiga sektor ini adalah kelompok sektor sekunder
yang umunya menjadi indikator level kemajuan transformasi
ekonomi dalam pembangunan. Semakin maju kelompok sektor
sekunder semakin maju level perekonomian karena menunjuk-
kan kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah.
Ini berarti, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapin telah
berada pada jalur yang benar untuk mengoreksi ketimpangan
sektoral yang selama ini didominasi sektor primer. Peranan
sektor industri diperkirakan akan semakin besar mulai 2013
dengan telah berproduksinya industri CPO (crude palm oil).
PERTUM BUHAN RATA-RATA SEKTO RAL 2006 - 2010
4.44%
6.60%
7.64%
7.71%
7.65%
4.22%
5.03%
5.20%
3.38%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SEKTOR
RATE
49
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Struktur PDRB yang digambarkan dari share atau
kontribusi sektoral lapangan usaha dalam menciptakan
produksi dapat menjadi gambaran tingkat kemajuan ekonomi
sekaligus golongan masyarakat yang menikmati kue pemba-
ngunan. Selama periode 2006 – 2010 ternyata perekonomian
Tapin masih konsisten bertumpu pada sektor pertanian.
Kontibusi sektor pertanian sampai dengan 2010 mencapai
41,32%. Sektor ini begitu dominan dibanding yang lain, karena
kontribusinya jauh lebih tinggi dari sektor terdekat, misalnya
Pertambangan yang sebesr 19,99% dan Jasa-jasa sebesar 13,60%
Tabel 3.6 Kontribusi (%) Sektoral dalam Pembentukan
PDRB Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 – 2010
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Sektor perdagangan-hotel-restoran hanya menyumbang
8,98% dari PDRB 2010 diikuti kemudian oleh Industri yang
hanya sebesar 5,11%. Sektor-sektor lain memiliki kontribusi
LAPANGAN USAHA 2006 2007 2008 2009 2010
1. PERTANIAN 41.69 40.66 38.41 40.72 41.32
2. PERTAMB & PENGGALIAN 19.90 20.43 22.47 20.21 19.99
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.58 4.74 4.97 5.09 5.11
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.36 0.41 0.41 0.40 0.39
5. BANGUNAN 4.42 4.49 4.58 4.68 4.83
6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 9.37 8.97 8.88 9.06 8.98
7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 1.90 1.88 1.96 1.93 1.94
8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. 3.63 3.91 3.89 3.82 3.85
9. JASA-JASA 14.14 14.51 14.43 14.11 13.60
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
50
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
dibawah 5%. Ini menandakan perekonomian Tapin belum jauh
beranjak dari karakteristik tradisionalnya yang agraris. Selain
itu ini juga menunjukkan terjadinya kepincangan yang cukup
tajam dalam arah perkembangan produksi. Sektor yang poten-
sial menjadi kutub pertumbuhan karena menciptakan perkem-
bangan rantai produksi dan nilai tambah yang tinggi, yakni
Industri Pengolahan hanya berperan sekitar 4,6% s/d 5,1%.
Tabel 3.7 Kontribusi (%) Sektoral Terhadap PDRB
Kabupaten Tapin Pada Periode 2006 – 2010 Berdasarkan
Pengelompokan Primer, Sekunder, dan Tertier
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009*) 2010**)
I. PRIMER 61.59 61.08 60.88 60.92 61.30
Pertanian 41.69 40.66 38.41 40.72 41.32
Pertamb dan Pgalian 19.90 20.43 22.47 20.21 19.99
II. SEKUNDER 9.36 9.64 9.96 10.16 10.32
Industri Pengolahan 4.58 4.74 4.97 5.09 5.11
Listrik dan Air Minum 0.36 0.41 0.41 0.40 0.39
Bangunan 4.42 4.49 4.58 4.68 4.83
III. TERSIER 29.05 29.27 29.16 28.92 28.37
Perdgng, Resto, dan H 9.37 8.97 8.88 9.06 8.98
Pengangkutan dan Kom 1.90 1.88 1.96 1.93 1.94
Ban danLKBB 3.63 3.91 3.89 3.82 3.85
Jasa-jasa 14.14 14.51 14.43 14.11 13.60
PDRB / GDRP 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
51
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Struktur ekonomi Tapin juga dapat dilihat berdasarkan
pengelompokan 3 (tiga) kelompok lapangan usaha. Sektor
primer yang terdiri dari pertanian dan pertambangan sangat
dominan dalam pererkonomian, yakni sebesar 61,30%.
Sektor primer adalah lapangan usaha produksi berbasis
kegiatan ekstraktif atau hasilnya langsung dipetik, ditebang,
dikeruk, dan diambil dari alam kemudian dikonsumsi atau
dijual tanpa melalui tahap pengolaha lebih lanjut secara
berarti. Oleh karenanya nilai tambahnya kecil dan tidak
menciptakan rantai produksi yang panjang untuk menum-
buhkan unit-unit kegiatan produktif lainnya. Negara ataupun
wilayah lain yang menerima hasil bumi inil melalui per-
dagangan akan memproses kembali sehingga menjadi produk
yang bernilai tinggi yang tidak jarang kita impor kembali
tentunya dengan harga yang jah lebih tinggi.
Kendati demikian, seperti telah diuraikan sebelumnya
lapangan-lapangan usaha pada kelompok sektor sekunder
mengalami rata-rata tingkat pertumbuhan tertingi dibading
sektor lannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara makro
orientasi produksi pada lima tahun terakhir ini sudah
mengarah pada jalur yang tepat, yaitu mendorong sektor
industri, kondstruksi, dan Listrik-Gas-Air Minum untuk
berperan lebih besar.
52
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 3.5
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Dilain pihak struktur ekonomi Kalsel seperti dalam
grafik 3.6 struktur PDRB Kalsel didominasi tiga sektor utama.
Kontribusi sektor pertanian 23%, pertambangan 22% dan
perdagangan 15%. Selebihnya disumbangkan oleh enam
sektor lainnya yang berkisar antara 1% hingga 11%.
Grafik 3.6
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Jika dilihat dari arah transformasi ekonomi dalam Visi
Rerata Share Sektoral PDRB Tapin 2006 - 2010
Pdagangan, H R9%
Jasa-jasa14%
Tam bang & Pgl21%
Tani40%
Transkom2%
Industri5%
LGA0%
Konstruksi5%
Keu & Sew a4%
Rerata Share Sektroal PDRB Kalsel 2006 - 2010
23%
22%
11%1%
6%
15%
9%
4%
9%
Tani
Tam bang & Pgl
Industri
LGA
Konstruksi
Pdagangan, H R
Transkom
Keu & Sewa
Jasa-jasa
53
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kabupaten Tapin relatif lebih terbelakang dari Kalsel.
Struktur ekonomi negara maju ditandai dengan
meningkatnya porsi sektor sekunder dan tersier. Sesuai
dengan estimasi terhadap ekonomi nasional maka perubahan
struktur ekonomi Indonesia menjadi sebuah negara maju
bisa diwujudkan bila sektor-sektor utama tumbuh masing-
masing: Primer 7,8% - 8,3% pertahun; Sekunder 12,6 – 13,1%
pertahun; dan Tersier 13,4% - 13,9% pertahun. Dari sisi
pertumbuhan Tapin relatif lebih mendekati karena sektor
sekunder tumbuh paling cepat. Dari segi kontribusi sektoral,
estimasi keadaan Indonesia Maju 2025 adalah dimana sektor
Primer 10%, Sekunder 36%, dan Tersier 55% seperti terlihat
dalam grafik. Gap/kesenjangan ke arah itu masih jauh bagi
Tapin tetapi ia bukan satu-satunya di Kasel.
Struktur Ekonomi NEGARA MAJU 2025
High income country
54
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Beberapa daerah yang berdekatan dari segi karakte-
ristik sebagai perbandingan hal yang serupa. Kabupaten-
kabupaetn Tabalong, Tanah Bumbu, dan Balangan yang
merupakan penghasil tambang umumnya juga sangat
tergantung pada sektor Primer, seperti nampak pada tabel
3.8. Share sektor primer di Kabupaten Tabalong dan
Kabupaten Balangan masing-masing 78,65% dan 84,08%,
jauh diatas Tapin. Dari sisi perkembangan share sektor
sekundernya Tapin mencapai 10,47% yang jauh lebih tinggi
dari Tabalong (3,13%) dan Balangan (2,33%).
Tabel 3.8 Perbandingan Kontribusi (%) Sektoral Terhadap
PDRB 2010 (ADHB) pada Beberapa Daerah
Lapangan Usaha Tapin HSS Tablg Tanbu Balangn
I. PRIMER 60.72 36.82 78.65 57.81 84.08
Pertanian 37.42 34.45 12.60 14.49 20.74
Pertamb dan Pgalian 23.30 2.37 66.04 43.31 63.34
II. SEKUNDER 10.47 12.76 3.13 13.23 2.33
Industri Pengolahan 5.37 7.29 0.93 7.08 0.34
Listrik dan Air Minum 0.41 0.38 0.11 0.24 0.13
Bangunan 4.69 5.09 2.09 5.91 1.86
III. TERSIER 28.81 50.42 18.22 28.96 13.59
Perdgng, Resto, dan H 8.59 20.47 5.06 9.58 4.09
Pengangkutan dan
Kom 1.86 5.40 1.54 13.33 2.70
Ban danLKBB 4.02 4.47 2.64 1.74 1.21
Jasa-jasa 14.34 20.08 8.98 4.31 5.60
PDRB / GDRP 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
55
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
3.2 Pertumbuhan dan peranan sektoralAnalisis produksi sektoral menjadi hal yang sangat
penting untuk dapat memahami secara lebih detail kinerja
makro ekonomi daerah yang sebenarnya terjadi. Potensi
kapasitas produksi dimana capaian produksi eksisting yang
diukur dalam PDRB dan merupakan gambaran ketersediaan
sumber daya (endowment) yang mampu dieksploitasi
keadaannya berbeda-beda antar berbagai sektor/lapangan
usaha. Disinilah akan terlihat sumber pertumbuhan dan
penggerak ekonomi sesungguhnya yang ditunjukkan oleh
tingkat pertumbuhan dan kontribusi sektoral dalam PDRB.
Grafik 3.7
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Dari struktur ekonominya dalam rentang 2006 – 2010
Kabupaten Tapin didominasi sektor pertanian dengan
kontibusi dalam PDRB atas dasar harga konstan sekitar 41%
dan sektor pertanian dengan 21%. Jauh dibawahnya sektor
Rerata Share dan Pertum buhan Sektoral
PDRB Tapin 2006 - 2010
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
Tani
Tam bang & P gl
Industri
LG A
K onstruksiP dagangan, H R
Transkom
K eu & S ew a
Jasa-jasa
Share Tum buh
56
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
jasa-jasa dengan 14% dan perdagangan dengan 9%. Sektor-
sektor lainnya hanya berperan rata-rata dibawah 5%
pertahun. Dari sisi pertumbuhannya, sektor ekonomi paling
maju dalam rentang 2006 – 2010 adalah sektor listrik-gas-
air minum dengan pertumbuhan rata-rata 7,71% pertahun
disusul oleh sektor konatruksi dengan tingkat 7,65% dan
sektor industri dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7,64.
Hal ini dapat dengan jelas dilihat pada grafik 3.7.
Secara detail akan dilihat kinerja sektoral beserta
subsektornya dalam menciptakan pertumbuhan dan
memberikan kontribusi pada PRB. PDRB sektor petanian
menyumbang rata-rata 40,60% bagi PDRB Kabupaten Tapin.
Sebagaimana terlihat pada grafik 3.8 PDRB sektor pertanian
didominasi oleh subsektor tanaman pangan sedangkan
subsektor kehutanan menjadi penyumbang paling kecil.
Grafik 3.8
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Pertanian 2006 - 2010
3.25% 3.26%
27.26%
5.47%1.32%
4.87%
6.59%
4.32%2.56%
0.75%
0.00%5.00%
10.00%15.00%20.00%
25.00%30.00%
T Pangan Kebun Ternak Hutan Ikan
Subsektor
Share
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
Tumbuh
Share Tum buh
57
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Dari sisi pertumbuhan, subsektor peternakan tumbuh
sangat pesar dibanding subsektor lainnya, kemudian diikuti
tanaman pangan dan perikanan. Subsektor yang tumbuh
lambat dalam periode ini adalah kehutanan dan perkebunan.
Hanya saja subesektor perkebunan diperkirakan akan
semakin mengalami percepatan melalui perkebunan sawit
dengan masuknya industri CPO.
Dengan demikian bisa dikatakan tanaman pangan masih
merupakan penggerak utama sektor pertanian. Disisi lain
peternakan merupakan sektor yang maju pesat dan ber-
potensi untuk berperan lebih signifikan bagi perekonomian
khususnya dari sektor pertanian.
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor
dominan kedua dalam menciptakan PDRB, yakni rata-rata
sebesar 20,57% (ADHK). Seperti terlihat pada grafik 3.9
subsektor yang berkontibusi besar adalah pertambangan non
migas yang menghasilkan komoditi batubara. Sementara itu,
subsektor pengalian memiliki peranan yang jauh lebih kecil.
58
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 3.9
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Dari beberapa sektor yang maju pesat enam tahun terakhir
diantaranya adalah sektor Industri yang tumbuh 7,64%, seperti
terlihat pada grafik 3.10. Meski demikian peranan sektor masih
kecil yakni rata-rata hanya 4,90% pertahun. Tidak jauh
berbeda keadaannya jika dibandingkan dengan sektor LGA dan
konstruksi. LGA dan konstruksi juga memiliki pertumbuhan
tertinggi masing-masing 7,71% dan 7,65% namun sharenya
dalam PDRB relatif kecil, dibawah 5%.
Dengan demikian, sektor industri dan konstruksi akan
menjadi semakin penting terlebih dengan didukung majunya
sektor LGA dan Transportasi, dimana kedua sektor terakhir
ini juga semakin vital dalam proses transformasi ekonomi.
Pertumbuhannya harus terus dijaga agar tidak menurun atau
bahkan menuju stagnan sebagaimana nampak terjadi pada
Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Tam bang dan Galian 2006 - 2010
20.57%
0.03%
6.61%
1.85%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
Tam bang no M igas Galian
Subsektor
Share
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
Tumbuh
Share
Tum buh
59
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
sektor industri akhir-akhir ini. Industri meski belum memiliki
peran yang cukup signifikan tapi memiliki tingkat pertum-
buhan yang relatif tinggi pada masa sekarang ini harus
dijadikan momentum kebangkitan ekonomi. Langkah-langkah
strategis untuk merevitasi sektor perlu diambil. Salah satu
caranya adalah dengan mengembangkan agroindustri dan
pengolahan SDA lain seperti hasil pertambangan.
Grafik 3.10
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Dalam komponen PDRB Kabupaten Tapin terdapat
sektor perdagangan, hotel, & restoran berperan rata-rata
9,05% selama 2006 – 2010. Subsektor perdagangan besar
dan eceran nampak paling dominan dengan memberikan
sumbangan dan pertumbuhan paling signifikan bagi PDRB,
seperti terlihat pda grafik 3.11. Sementara itu, perhotelan
memiliki kontribusi palig kecil dibanding subsektor lainnya.
Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Industri, LGA, Konstruksi, dan Transportasi Kab.Tapin, 2006 - 2010
4.90%
0.39%
1.92%
4.60%7.64% 7.71%
5.03%
7.65%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Industri LGA Konstruksi Transkom
Sektor
Share
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
Tumbuh
Share
Tum buh
60
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Meski demikian subsektor perhotelan memiliki tingkat
pertumbuhan cukup tinggi yaitu 5,03%. Ini menandakan
perkembangan iklim bisnis mengalami kemajuan dan
subsektor perhotelan mendapat keuntungan karenannya.
Perhotelan dapat menjadi lahan bisnis prospektif sejalan
dengan kemajuan bisnis disektor lainnya yang memerlukan
layanan dari sektor jasa.
Lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran
harus mendapat dukungan agar terus berkembang. Iklim
usaha yang kondusif diantaranya memerlukan dukungan dari
fasilitas akomodasi yang memadai. Subsektor perdagangan,
perhotelan, dan restoran menjadi sarana interaksi bisnis
modern yang kelayakannya semakin menentukan.
Grafik 3.11
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Perdagangan, H, & R 2006 - 2010
0.01%
3.76%5.28%
5.57%5.03%
2.43%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Dagang Hotel Resto
Subsektor
Share
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Tumbuh
Share
Tum buh
61
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Sektor keuangan sebagai salah satu sektor tertier juga
berfungsi melayani bisnis utama dalam perekonomian (core
of economy). Meskipun masih kecil peranannya namun jasa
keuangan cenderung terus meningkat pertumbuhannya.
Sektor keuangan ditujukan untuk dapat melayani kebutuhan
investasi yang ada didaerah agar dapat mendorong
tumbuhnya berbagai bidang usaha. Selama ini di Kalsel, nilai
uang yang dihasilkan terutama dari pertambangan sangat
besar namun pengusaha dan perusahaan besar cenderung
tidak menyimpan dan membelanjakan uangnya di daerah
tetapi membawanya keluar daerah. Oleh sebab itu penting
kiranya meningkatkan peranan lembaga keuangan dalam
pengembangan usaha lokal. Hal ini tidak akan terjadi tanpa
komitmen lembaga-lembaga keuangan untuk mau melakukan
penyaluran kredit ataupun pembiayaan kepada pengusaha
lokal.
Postur sektor keuangan diKabupaten Tapin ternyata
didominasi subsektor persewaan yang berkontribusi 2,33%
terhadap PDRB, seperti terlihat pada grafik 3.12. Subsektor-
subsektor lainnya yaitu Perbankan, Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB), dan Jasa Perusahaan memiliki
kontribusi dibawah 1%. Akan tetapi dari segi pertumbuhan
perbankan nampak tumbuh signifikan dengan 8,58%
pertahun, disusul jasa perusahaan dengan 5,65% dan LKBB
5,14%. Persewaan tumbuh paling rendah hanya dengan
4,49%. Dari keadaan ini terlihat bahwa subsektor perbankan
sedang mengalami perkembangan yang pesat sehingga
berpeluang untuk berperan lebih besar dalam meningkatkan
nilai tambah produksi disektor keuangan Kabupaten Tapin.
62
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 3.12
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Sektor jasa-jasa termasuk komponen yang memberikan
kontribusi signifikan dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Tapin, yakni rata-rata 14,16%. Bagian terbesar dalam
pembentukan PDRB sektor jasa berasal dari subsektor jasa
pemerintahan dalam bentuk pelayanan administrasi yang
meliputi 13,57%. Subsektor jasa swasta yang terdiri dari jasa
sosial kemasyarakatan, hiburan-rekreasi, dan jasa
perorangan & rumah tangga secara keseluruhan hanya
menyumbang 0,59%. Hal ini nampak dalam grafik 3.13.
Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Keuangan dll
2006 - 2010
0.82%0.66%
2.33%
0.02%
8.58%
5.14%4.49%
5.65%
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
Bank LKBB sewa Jasa Prsh
Subsektor
Share
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
Tumbuh
Share
Tum buh
63
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 3.13
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011
Perkembangan subsektor jasa swasta yang didalamnya
termasuk pariwisata tumbuh paling tinggi dimana bersamaan
dengan pertumbuhan subsektor perhotelan. Ini menun-
jukkan terdapatnya potensi usaha multisektor seperti
dibidang agribisnis dan pariwisata. Bidang-bidang ini pun
sangat potensial untuk berkembang di Kabupaten Tapin.
3.3 perkembangan tingkat hargaIndikator lain yang menentukan kinerja makro ekonomi
adalah tingkat harga atau sering dipublikasikan dengan istilah
tingkat inflasi. Perkembangan tingkat harga sangat berpenga-
ruh baik bagi konsumen yang memiliki keterbatasan dalam
daya beli maupun bagi kalangan dunia usaha dalam meren-
canakan bisnisnya. Pengusaha menghendaki adanya kestabilan
harga dalam tiap siklus bisnis yang berjalan sehingga dapat
menentukan keputusan berinvestasi dengan lebih baik.
Rerata Share dan Pertum buhan PDRB Sektor Jasa-jasa 2006 - 2010
13.57%
0.59%
3.32%
4.95%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
Pem erintahan Swasta
Subsektor
Share
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Tumbuh
Share
Tum buh
64
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Table 3.9 Tingkat Inflasi di Kalsel Tahun 2005 - 2010.
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, Beberapa Edisi
(diolah)
Data inflasi Kabupaten belum tersedia di Kalsel, oleh
karena itu informasi tentang inflasi masih mengacu pada
tingkat inflasi di Provinsi. Bagi Tapin angka inflasi provinsi
dapat diasumsikan cukup berarti mengingat Tapin sebagai
wilayah terbuka di pusat jalur transportasi antar wilayah di
Kalimantan Selatan serta jaraknya yang tidak terlalu jauh
dari Ibukota Banjarmasin.
Tingkat inflasi periode 2005 – 2010 cukup fluktuatif.
Dimulai dengan besaran 12,93% persen pada 2005, inflasi
berhasil diturunkan hingga 7,78% pada 2007. akan tetapi inlfasi
kembali berfluktuasi dan naik kembali pada 2008, turun di
2009, dan terakhir naik sampai dengan 9,06% pada 2010.
Kelompok komoditi utama yang menentukan tingkat inflasi ini
adalah Bahan Makanan, Makanan Jadi, Perumahan, Pakaian,
Kesehatan, Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, dan Transportasi-
komunikasi. Pergerakan inflasi kelompok komoditi ini dari
Tahun/
Bulan*)
Kelompok Komoditi
Bahan
Makanan
Makanan
Jadi Rumah Pakaian Kesehatan
Pendidikan,
Rekreasi
Dan
Olahraga
Transpor
tasi dan
Komuni
kasi
Umum
2005 7,41 15,42 12,99 7,75 6,51 5,60 30,85 12,93
2006 22,40 8,68 8,71 7,11 0,75 7,15 0,46 11,04
2007 9,12 15,34 3,19 -2,31 4,92 15,64 1,01 7,78
2008 15,56 9,52 15,55 8,57 8,72 5,06 7,45 11,62
2009 7,05 10,58 -2,36 10,75 0,93 4,76 -3,50 3,86
2010 19,82 8,93 3,65 9,06 3,41 2,75 2,60 9,06
65
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
tahun ke tahun bervariasi. Pada 2005, komoditi yang memiliki
tingkat inflasi paling tinggi adalah Transportasi-Komunikasi
sedangkan pada 2010 adalah Bahan Makanan.
Berdasarkan grafik 3.7 selama rentang 2005 – 2010
tidak terdapat indikasi Trade Off antara tingkat inflasi dan
tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapin. Artinya,
petumbuhan ekonomi dapat didorong maju untuk tumbuh
tinggi tanpa mengakibatkan naiknya inflasi secara ber-
lebihan. Hal ini merupakan keuntungan yang dimiliki dari
karakteristik perekonomian daerah sehingga langkah-
langkah untuk mendorong pemanfaatan potensi ekonomi
secara lebih luas dapat dilakukan dengan baik.
Grafik 3.14
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, Beberapa Edisi
(diolah)
Perbandingan Pertum buhan PDRB dan Inflasi 2005 - 2010
4.81 4.943.49 4.88 4.63 5.44
12.93
11.04
7.78
3.86
9.06
11.62
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pertum
buhan(%
)
0
2
4
6
8
10
12
14
Inflasi (%
)
Pertm b PDRB
Inflasi Um um
66
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tahun 2005, pertumbuhan mencapai titik terendah
3,49% namun inflasi tertinggi 12,93%. Sementara itu, tahun
2009 Inflasi terendah 3,86%, pertumbuhan lebih tinggi,
sebesar 4,63%. Gejolak inflasi lebih berpengaruh pada
dinamika nominal daripada kemampuan ekonomi riil
sehingga berdampak pada sebagian penduduk ber-
pendapatan tetap.
3.4 Perkembangan Tingkat PengangguranPerkembangan ketenagakerjaan dan tingkat pengang-
guran di Tapin cukup spesifik. Hal ini khususnya kalau dilihat
dari perkembangan tingkat pengangguran yang cenderung
untuk terus turun. Penurunan yang terjadi sebesar rata-rata
-2,65% per tahun selama rentang-rentang 2006 – 2010. pada
saat bersamaan tingkat pertumbuhan ekonomi yan diukur
dari pertumbuhan PDRB tergolong rendah.
67
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Table 3.10 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten
Tapin Tahun 2006 - 2010.
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rata2
r A Jumlah Penduduk 15
Tahun Keatas 105,443 106,591 106,832 112,653 120,745 3.49
a. Angkatan Kerja 76,014 77,248 72,698 79,466 85,859 3.27
- Bekerja 70,586 70,665 67,642 73,829 80,594 3.54
- Pengangguran Terbuka 5,427 6,583 5,056 5,637 5,265 0.75
b. Bukan Angkatan Kerja 29,429 29,343 34,135 33,187 34,886 4.60
B Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72.09 72.47 68.05 70.54 71.11 -0.28
C Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7.14 8.52 6.95 7.09 6.13 -2.65
TPT Kalsel (%)
5,58 6,91 6,75 5,25 -0.23
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, Beberapa Edisi
(diolah)
Pertumbuhan peduduk usia kerja yang lebih dipengaruhi
oleh perkembangan jumlah penduduk rata-rata bertambah
3,49% per tahun. Tidak jauh beda dengan itu, tingkat
penyerapan tenaga kerja juga berlangsung positiif. Selama
rentang 2006 – 2010 tersebut, jumlah pekerja tumbuh
dengan rata-rata 3,54% pertahun. Dengan tingkat
pertumbuhan sebesar ini maka kesempatan kerja Tapin
cukup prospektif karena berada diatas tingkat pertumbuhan
angkatan kerja. Oleh karena itu dari tahun ke tahun akan
semakin sedikit pencari kerja yang tidak terserap alias
menganggu.
68
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
3.5 PERKEMBANGAN TINGKAT
KEMISKINANMeski secara relatif persentase penduduk miskin di
Kabupaten Tapin terus menurun namun secara absolut jumlah
penduduk miskin justru terus meningkat. Seperti terlihat pada
tabel dibawah ini jumlah penduduk miskin telah meingkat dari
7.489 orang di 2008 menjadi 9.343 orang di 2010, walaupun
pada saat bersamaan proporsinya menurun dari 6,10%
menjadi 5,57%. Oleh karena itu bisa ditarik kesimpulan bahwa
telah terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Tapin
yang tumbuh sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk
yang ada. Karena pertumbuhannya cukup tinggi maka
kemungkinan besar mereka adalah berasal dari luar atau
pendatang baru/migrant.
Tabel 3.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Kabupaten
Tapin dan Provinsi Kalimantan Selatan 2006 – 2010
Sumber : Berita Resmi Statistik, BPS, Beberapa Edisi (diolah)
Tahun Tapin Kalsel
Total Persentase Total Persentase
2006 t.a.d 278.450
2007 t.a.d 233.500 6,01
2008 7.489 6,10 218.900 6,48
2009 7.489 4,93 175.977 5,12
2010 9.343 5,57 182.000 5,21
Tumbuh (%) 12,38 -9,65
69
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Hal ini berbeda dengan keadaan penduduk miskin secara
keselruhan di tingkat provinsi yang cendrung terus menurun
baik secara absolut maupun secara realtif. Secara relatif
penduduk miskin pada tingkat propinsi menurun dari 6,01
pada 2007 menjadi 5,21 pada 2010. Hal ini di sertai dengan
hasil yang nyata yaitu pada jumlah penduduk miskin secara
absolut yang dalam rentang 2006 – 2010 menurun dengan
tingkat rata-rata -9,65% per tahun.
Tabel Peranan Kab/Kot dalam Pertumbuhan Jumlah
Penduduk Miskin di Kalsel 2009 - 2010 (%)
Kabupaten
Peran Dalam Pertumbuhan
Penduduk Miskin Kalsel
Ranking
Kab. Tanah Laut (1.08) 0.69 6
Kab. Kota Baru (1.43) 0.22 12
Kab. Banjar 0.20 (0.67) 13
Kab. Barito Kuala (1.92) 0.29 10
Kab. Tapin (0.82) 0.99 3
Kab. Hulu Sungai Selatan (1.90) 0.60 9
Kab. Hulu Sungai Tengah (1.53) 0.77 4
Kab. Hulu Sungai Utara (1.18) 0.28 11
Kab. Tabalong (1.10) 0.60 8
Kab. Tanah Bumbu 0.25 2.07 1
Kab. Balangan (0.24) 0.74 5
Kota Banjarmasin 0.38 0.65 7
Kota Banjar Baru (0.59) 1.65 2
Kalimantan Selatan (10.95) 8.87
Sumber : Berita Resmi Statistik, BPS, Beberapa Edisi (diolah)
70
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada 2009
jumlah penduduk miskin di Kalsel menurun -10,95% dari
keadaan di 2008, sedangkan pada 2010 meningkat 8,87%
dari periode 2009. Kabupaten Tapin berperan sebesar 0,99%
atas pertumbuhan penduduk miskin di Kalsel tersebut, atau
peranannya menepati peringkat ke 3 dibawah Tanah Bumbu
dan Banjarbaru.
71
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
BAB IVFAKTOR PENENTU KINERJA
MAKRO EKONOMI
Faktor-faktor yang menentukan kinerja makro ekonomi
berasal dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Sisi
penawaran dalam konteks makro ekonomi berasal dari
produksi seluruh barang dan jasa dalam ekonomi. Disini lain,
permintaan dalam konteks makro ekonomi berasal dari
seluruh pengeluaran akan barang dan jasa disemua level
kegiatan produksi. Kapasitas produksi dalam suatu
perekonomian ditentukan oleh ketersediaan dan
produktifitas faktor-faktor produksi yang dalam hal ini
dinamakan komponen produksi.
4.1 KOMPONEN PRODUKSIKomponen produksi yang dimaksud disini adalah faktor-
faktor produksi dalam perekonomian yang menentukan
kapasitas produksi perekonomian daerah. Kapasitas
produksi yang dimiliki perekonomian merupakan sisi
penawaran ekonomi (Aggregate Suplly) yang dapat
dimanfaatkan baik secara penuh (full employment), dibawah
kapasitas (under employment), ataupun diatas kapasitas
(over employment). Faktor-faktor produksi ini umumnya
72
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
bersifat jangka panjang, terdiri dari Sumber Daya Manusia,
Sumber Daya Alam, Modal fisik, dan Teknologi, dengan
berbagai dimensinya.
Secara umum ketersediaan data tentang faktor tersebut
sangat kurang, terutama di daerah sehingga tidak memadai
bagi dilakukannya suatu model analisa yang ideal. Oleh
karena itu sering digunakan berbagai variabel lainnya yang
dianggap dapat menjadi pendekatan (proxy). Hal ini pula
yang dilakukan dalam penelitian ini.
Sumber daya manusia sebagian sudah dibahas dalam bab
sebelumnya. Sumber daya manusia memiliki komponen yang
dapat menjadi modal (Human Capital) baik berupa tenaga
fisik, keahlian, keterampilan, latar belakang pendidikan, pola
fikir, motivasi, mentalitas, dan profesionalitas.
Jumlah penduduk Kabupaten Tapin pada 2010 adalah
sebanyak 167.877 jiwa. Penduduk dalam usia kerja sebanyak
120.745 jiwa (70,33%) dan yang bukan usia kerja sebanyak
50.132 jiwa (29,67%). Pada tabel 4.1 terlihat bahwa di tahun
2010 terdapat sebanyak 2.558 pencari kerja yang terdaftar
yang dapat dikatakan sebagai bagian dari jumlah pengang-
guran. Dari jumlah tersebut sebanyak 40,19% berpendidikan
SLTA; 19,12% Sarjana Lengkap; 17,36% Sarjana Muda, dan
sisanya SD serta SLTP.
73
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.1. Persentase Pencari Kerja Berdasarkan Latar
Belakang Pendidikanya di Kabupaten Tapin 2010
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS, 2011
(diolah)
Ketersediaan lapangan kerja menentukan tertampung
tidaknya pencari kerja tersebut sehingga menjadi modal
manusia yang terakomodasi untuk bekerja. Tabel 4.2
menunjukkan per 2010 terdapat 80.594 pekerja di Kabu-
paten Tapin yang tersebar di berbagai sektor. Selama rentang
2006 - 2010 penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tapin
secara total tumbuh rata-rata 3,54% per tahun. Hal ini sangat
baik mengingat pertumbuhan PDRB yang dialami daerah
cenderung berjalan lambat. Biasanya daya serap tenaga kerja
yang tinggi memerlukan adanya tingkat pertumbuhan PDRB
yang tinggi pula.
Uraian SD SLTP SLTA Sarjana Muda
Sarjana Lengkap Jumlah
Share (%) 11,02 12,31 40,19 17,36 19,12 2,558
74
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.2 Jumlah Total Pekerja dan Pertumbuhannya Per
Lapangan Usaha di Kabupaten Tapin 2006 - 2010
Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Rata r (%)
1 Pertanian 46,411 36,322 38,874 39,801 42,151 -1.61
2 Pertambangan 2,880 4,381 3,186 3,780 4,271 14.12
3 Industri 3,325 5,371 1,901 2,089 3,304 16.24
4 Listrik 325 71 129 273 161 18.53
5 Konstruksi 1,489 2,473 2,408 2,606 4,030 31.58
6 Perdagangan 8,724 10,812 11,026 14,323 12,814 11.32
7 Angkutan 1,560 2,544 3,774 2,089 2,095 16.77
8 Keuangan 169 495 156 532 242 77.73
9 Jasa 5,703 8,197 6,189 8,335 11,525 23.05
Total 70,586 70,665 67,642 73,829 80,594 3.54
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed
(diolah)
Tingginya daya serap tenaga kerja disemua sektor
kecuali petanian yang cenderung melambat bahkan negatif
menjadi penentu stabilnya daya serap tenaga kerja. Meskipun
demikian, sektor petanian adalah sektor yang paling dominan
dalam menampung tenaga kerja, yakni sebanyak 42.151
orang atau 52,30% pada 2010 seperti pada tabel 4.1.
75
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 4.1
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS,
2011(diolah)
Para pekerja ini disetiap bidangnya turut menentukan
besaran nilai tambah yang dihasilkan perekonomian. Nilai
tambah tersebut ditentukan oleh produktivitas pekerja.
Sebaran nilai produktivitas pekerja sejak 2006 sampai
dengan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut.
Kom posisi TK (% ) M enurut Sektor Ekonom i di Kab Tapin 2010
52.3
5.3 4.10.2
5
15.9
2.6 0.3
14.3
0
10
20
30
40
50
60
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan
Keuangan
Jasa
Sektor
(%) Kom posisi TK
76
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.3 Produktivitas Pekerja Berdasarkan Lapangan
Usaha di Tapin pada 2006 - 2010 (Rp.Juta)
Sektor 2006 2007 2008 2009 2010
Rata-
rata
1 Pertanian 7.44 9.72 9.00 9.75 9.85 9.15
2 Pertambangan 57.19 40.47 64.24 50.95 47.02 51.97
3 Industri 11.39 7.67 23.82 23.20 15.53 16.32
4 Listrik 9.19 49.77 28.86 13.88 24.21 25.18
5 Konstruksi 24.57 15.77 17.34 17.10 12.04 17.36
6 Perdagangan 8.89 7.20 7.34 6.03 7.04 7.30
7 Angkutan 10.10 6.42 4.72 8.82 9.31 7.88
8 Keuangan 177.50 68.63 227.78 68.46 160.01 140.48
9 Jasa 20.52 15.37 21.24 16.13 11.86 17.03
Total 11.73 12.28 13.47 12.91 12.47 12.57
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed
(diolah)
Dari data nampak bahwa tingkat produktivitas yang
dihitung berdasarkan nilai tambah per pekerja antar sektor
atau lapangan usaha sangat variatif. Sektor keuangan
nampak memiliki tingkat produktifitas yang paling tinggi
sepanjang periode, yakni rata-rata Rp.140,48 juta per
pekerja pe tahun. Pada posisi kedua ditempati Petambangan
dengan rata-rata Rp. 51,97 juta per pekerja pertahun.
Pertanian ternyata bukan yang terendah dalam produktifitas.
Produktifitasnya masih lebih tinggi dari Perdagangan dan
Transportasi. Kendati demikian, seperti halnya sektor lain,
di sektor pertanian terdapat berbagai sub sektor, seperti
77
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tanaman Pangan, Perkebunan, Prikananan, Peternakan, dan
Kehutanan. Kegiatan di Pertanian yang mampu memberikan
nilai tambah besar biasanya adalah yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan besar seperti di Perkebunan
maupun Kehutanan.
Sumber daya alam yang paling menonjol pada masya-
rakat dengan tingkat perekonomian yang masih tradisional
adalah luasan tanah/lahan. Total luas lahan kering di Tapin
adalah 163.846 Ha sedangkan lahan sawah 114.355 Ha. Tentu
saja lahan tersebut sebagian telah dijadikan lahan budi daya
oleh masyarakat ataupun perusahaan besar. Berbagai
komoditas pangan, hasil perkebunan, kehutanan, peterna-
kan, dan perikanan dapat dihasilkan.
Hasil alam seperti hasil hutan, pertambangan mineral
dan non mineral, batubara, dan lain-lain selama ini umumnya
telah menghasilkan berbagai industri maupun bisnis per-
dagangan diluar perekonomian Tapin. Produksi batu bara
pada 2010 mencapai 9.983.501 ton. Produksi tersebut telah
meningkat sebesar 47,34% dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 6.775.678,08 ton. Jika dikalikan dengan harganya
niscaya merupakan nilai yang luar biasa. Akan tetapi
sebagian besar batu bara itu hanya diangkut keluar termasuk
untuk di ekspor ke luar negeri.
Ketersediaan kapital atau modal berupa jumlah perusa-
haan atau unit usaha, pabrik, pergudangan, mesin, alat
produksi, dan lain sebagainya yang merupakan hasil investasi
dan reinvestasi sehingga menimbulkan suatu tingkat
akumulasi kapital bagi perekonomian. Ketersediaan kapital
menentukan kapasitas atau kemampuan produksi yang pada
78
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
akhirnya potensial untuk mencipatakan pertumbuhan
pendapatan.
Iklim yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha
salah satunya tergambar dari maraknya pendirian unit usaha
baru. Berdirinya usaha baru adalah sebagai wujud terjadinya
akumulasi kapital secara aggregate dalam ekonomi yang
meningkatkan kapasitas untuk tumbuh.
Meskipun kecil, namun perkembangan unit diusaha
industri berlangsung positif. Pada tabel 4.4 terlihat jumlah
unit usaha Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan (IKAHH)
pada 2010 tumbuh 0,26% dibanding pada 2009. Begitupun
pada Industri Logam, Elektronika, dan Aneka (ILMEA)
tumbuh dengan besaran 2,08% pada rentang waktu yang
sama. Oleh karena itu secara keseluruhan jumlah unit industri
telah tumbuh dengan 0,38%.
Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Industri
Menurut Jenisnya
Kelompok Industri Unit Usaha Pertumbuhan
(%) 2009 2010 1. Industri Kimia, Argo dan Hasil
Hutan (IKAHH) 5.812 5.827 0,26
2. Industri Logam, Elektronika dan Aneka (ILMEA)
433 422 2,08
Jumlah/Total 6.245 6.269 0,38
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS, 2011
(diolah)
79
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Di bidang perdagangan, selama rentang 2006 - 2010
jumlah perusahaan perdagangan secara keseluruhan (di
semua jenis) telah meningkat dari sejumlah 169 perusahaan
menjadi 266 perusahaan, atau tumbuh dengan rata-rata
14,77% per tahun. Jika dililihat lebih detail berdasarkan tabel
4.5, Pedagang Besar tumbuh rata-rata 166,83%, Pedagang
Menengah tumbuh rata-rata 124,27%, dan Pedagang Kecil
tumbuh dengan rata-rata 13,89%.
Dengan demikian terlihat bahwa kegiatan usaha di sektor
perdagangan berlangsung sangat kondusif. Tingkat pertum-
buhan unit usaha formal mulai dari yang berskala besar
sampai yang kecil tumbuh dengan fantastis karena berada
diatas 10%. Kelompok perdagangan besar dan menengah
terutama sekali mengalami pertumbuhan yang sanat tinggi,
diatas 100%. Ini berarti peluang usaha kelompok ini semakin
berkembang sesuai dengan kemajuan kabupaten Tapin.
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Perusahaan Perdagangan
Menurut Jenisnya di Kabupaten Tapin pada 2006 - 2010
Kecamatan Pedagang
Besar Pedagang Menengah
Pedagang Kecil Total
2006 2 9 158 169
2007 13 54 98 165
2008 13 54 98 165
2009 12 83 172 267
2010 27 36 203 266 Tumbu rata-
rata (%) 166.83 124.27 13.89 14.77
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed
(diolah)
80
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
4.2 KOMPONEN PENDAPATANSelain dari sisi produksi, indikator makro ekonomi juga
dapat diukur dari sisi pendapatan. Melalui pendekatan pada
sisi pendapatan ini tingkat ekonomi dianggap sebagai jumlah
keseluruhan pendapatan yang diterima setiap pemilik faktor
produksi. Komponen pendapatan itu bisa berupa gaji, upah,
sewa, bunga, fee, tips, bonus, dan sebagainya.
Sebagaimana indikator yang lain, keterbatasan data juga
menjadi kendala yang terdapat dinegara berkembang dan
khususnya di tingkat daerah. Di negara maju data besaran
makr ekonomi dengan pendekatan pendapatan ini sudah
tersedia dengan baik. Hal ini bisa terjadi karena sistem self-
assessment dalam rangka pelaporan perpajakan individual
sudah berjalan dengan baik sehingga dengan sendirinya
seluruh pendapatan yang diterima warga negara dapat
direkam dengan baik pula. Hal ini bisa berjalan karena
disertai dengan sanksi yang tegas bagi para penggelap pajak.
Tabel 4.6 Perkembangan UMR dan Estimasi Pendapatan
Pekerja
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed
(diolah)
TAHUN BESARNYA UMR (Rp)
KENAIKAN (%)
Jumlah Pekerja
Estimasi Pendapatan
(Rp.000) 2005 536.330 11,20 2006 629.000 17,35 70.586 44.187.129,71 2007 745.000 18,44 70.665 52.645.327,00 2008 825.000 10,74 67.642 55.804.492,19 2009 930.000 12,72 73.829 68.661.136,04 2010 1.024.500 10,16 80.594 82.568.621,97
Rata-rata Kenaikan 11,76 3,54% 17,11%
81
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Dari sedikit data yang tersedia dan memungkinkan untuk
diakses, tingkat Upah Minimum Regional (UMR) yang
berlaku dapat menjadi petunjuk perkembangan pendapatan
golongan pekerja formal. Tingkat upah regional menjadi
acuan bagi perusahaan untuk memberikan besaran gaji
minimum kepada tiap pekerja meskipun di lapangan tidak
jarang terjadi penyimpangan.
Dari estimasi yang dilakukan, nampak pada tabel 4.6
terjadi kenaikan pendapatan baik tingkat upah satuan maupun
tingkat pendapatan keseluruhan. Tingkat upah naik dengan
tingkat rata-rata 11,76% per tahun, sedangkan Pendapatan
yang diestimasikan diterima pekerja justru tumbuh lebih
tinggi, yakni sebesar rata-rata 17,11% per tahun.
Efektif tidaknya kenaikan upah dan pendapatan ini bagi
peningkatan kesejahteraan pekerja dipengaruhi salah satunya
oleh kenaikan inflasi. Sebagaimana telah dibahas pada bab
sebelumnya tingkat inflasi tahunan cukup berfluktuasi.
Tingkat inflasi umum hanya pernah berada diatas 11 persen
pada tahun 2005, 2006, dan 2008. Sementara itu, kenaikan
upah minimum secara rata-rata tumbuh dengan 11,76 pada
rentang 2005 - 2010. Oleh karena itu, dari ukuran ini dapat
disimplukan kenaikan upah yang ditetapkan mampu
memberikan dampak positif pada tingkat kesejahteraan
pekerja karena lebih tinggi dari tingkat inflasi rata-rata.
4.3 KOMPONEN PENGELUARANPendekatan ketiga dalam melihat kinerja makro
ekonomi adalah dengan melihat indikator dari komponen
pengeluaran agregat. Secara mendasar, komponen
82
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
pengeluaran keseluruhan jika dilihat dari sisi "injeksi" terdiri
dari konsumsi rumah tangga, investasi, konsumsi peme-
rintah, dan permintaan luar negeri netto. Komponen
pengeluaran dilihat dari sisi "kebocoran" berupa konsumsi
rumah tangga ditambah tabungan masyarakat dan pajak.
Untuk mendekati hal ini secara komprehensif terdapat
kesulitan akibat terbatasnya data. Dengan terbatasnya data
ini maka penulis berusahaa menggunakan indikator
indikator proxy atau yang dapat mewakili indikator yang
dianalisis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sebagai akibat dari keterbatasan ini maka bentuk
keseimbangan makro yang dapat dihasilkan menjadi tidak
dapat diungkapkan secara tuntas.
KEUANGAN PEMERINTAH
Secara keseluruhan pendapatan daerah pada 2010
adalah sekitar Rp.542,40 M sedangkan belanja Rp.567,27
M. Oleh karenanya terdapat defisit dalam neraca primer
sebesar Rp. 24,87M yang tertutupi dengan adanya
penerimaan pembiayaan.
Trend perkembangan penerimaan
Selama 2007 - 2010 perkembangan penerimaan total
Kabupaten Tapin tumbuh dengan rata-rata 16,96%
pertahun, sperti pada tabel 4.7. Sementara itu PAD
tumbuh dengan besaran 3,18%, total Dana
Perimbangan tumbuh 11,87%, dan total Pendapatan
Lain yang Sah tumbuh dengan 127,56%.
83
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.7 Perkembangan Penerimaan Daerah
Kabupaten Tapin
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS,
beberapa ed (diolah)
Trend perkembangan Belanja
Selama 2007 - 2010 perkembangan total Belanja Daerah
Kabupaten TAPIN tumbuh dengan rata-rata 7,82% per-
tahun. Belanja tidak langsung tumbuh dengan 13,03%,
sedangkan Belanja Langsung tumbuh dengan13,03%
pertahun. Hal ini secara detail nampak pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perkembangan Pengeluaran Daerah
Kabupaten Tapin
No Jenis
Penerimaan 2007 2008 2009 2010
Rerata r
(%)
1
Pendapatan Asli
Daerah 18,963.34 18,889.67 18,651.69 20,737.65 3.18
2
Dana
Perimbangan 312,466.91 387,953.27 417,397.15 433,543.72 11.87
3
Pendapatan
Yang Sah Lain 18,694.85 87,795.40 61,722.50 88,118.99 127.56
Total 350,125.10 494,638.34 497,771.34 542,400.36 16.96
No Jenis
Pengeluaran 2007 2008 2009 2010
Rerata
r (%)
1
Belanja Tidak
Langsung 239,886.01 223,352.13 202,525.86 263,919.34 4.70
2
Belanja
Langsung 246,164.50 374,795.99 256,781.67 303,804.61 13.03
Total 486,050.51 598,148.11 459,307.53 567,723.95 7.82
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed
(diolah)
84
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Kinerja keuangan daerah juga dapat diukur melalui 3
(t iga) kr i ter ia , yai tu kemandir ian, derajat
desentralisasi, dan Rasio Ketergantungan Keuangan
Daerah. Hasil analisis kinerja tersebut dapat dilihat
pada grafik 4.2 berikut ini.
Grafik 4.2
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS,
beberapa ed (diolah)
Kemandirian
Indikator kemandirian daerah dalam otonomi dapat
diukur dengan besarnya kemampuan sumber daya keuangan
daerah tersebut untuk membangun daerahnya dan untuk
bersaing secara sehat dengan kabupaten lainnya dalam
mencapai otonomi yang sesungguhnya.
Dengan berpatokan pada kriteria yang baku rasio
kemandirian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian
Kabupaten Tapin masih dalam katagori "sangat kurang"
Kinerja Otonom i Keuangan Daerah Kab. Tapin 2007 - 2010
89.24%78.43%
83.85%79.93%
4.78%4.47%6.07% 4.87%
5.42% 3.82% 3.75% 3.82%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%100.00%
2007 2008 2009 2010
Tahun
Rasio
Rasio Kem andirian Daerah
Rasio Derajat Desentalisasi
Rasio Ketergantungan
85
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
karena perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah dengan
transfer pusat dan propinsi berada dibawah 10%.
Pola hubungan Kabupaten Tapin dengan pemerintah
pusat masuk dalam katagori pola hubungan instruktif karena
kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap transfer pusat
dan propinsi berada dibawah 25% yang artinya peran
pemerintah pusat masih sangat dominan dalam menentukan
kebijakan anggaran dan membiayai kegiatan pemerintahan.
Tabel 4.9 Rasio Kemandirian Daerah Kabupaten Tapin
2007 - 2010
Sumber : Kabupaten Tapin Dalam Angka, BPS, beberapa ed(diolah)
Angak Rasio kemandirian keuangan daerah Tapin
selama 2007 - 2010 berkisar antara 4,4 - 6,1%, seperti
nampak pada tabel 4.9. Ini berarti kemampuan kemandirian
keuangan daerah Tapin rendah sekali dengan pola hubungan
Pusat-Daerah yang Instruktif. Kriteria pola hubungan daerah
dan kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat
dikemukakan pada tabel 4.10 berikut:
Tahun PAD Total
Transfer Total
Penerimaan
Rasio Kemandirian
Daerah (1) (2) (3) (4) (5 )= (2) /(3)
2007 18,963.34 312,466.91 350,125.10 6.07%
2008 18,889.67 387,953.27 494,638.34 4.87%
2009 18,651.69 417,397.15 497,771.34 4.47%
2010 20,737.65 433,543.72 542,400.36 4.78%
86
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.10 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan
Daerah
Sumber : Olah Data
Derajat Desentralisasi
Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan per-
bandingkan jumlah penerimaan PAD dibagi dengan total
penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan derajat
kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin
tinggi kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah
maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam
melaksanakan dan menyelenggaraan desentralisasi.
Hasil analisis menunjukkan kemampuan menyeleng-
garakan desentralisasi juga masih rendah karena kontribusi
yang diberikan Pendapatan Asli Daerah sangat rendah yaitu
hanya berkisar antara 3,75% sampai dengan 5,42% bila
dibandingkan dengan total penerimaan daerah dalam
rentang 2007 - 2010, seperti nampak pada tabel 4.11.
Kemampuan
keuangan
Kemandirian
%
Pola
Hubungan
Rendah Sekali
Rendah
Sedang
Tinggi
0% - 25%
25% - 50%
50% - 75%
75% - 100%
Instruktif
Konsultatif
Partisipatif
Delegatif
87
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.11 Derajat Desentralisasi Keuangan Daerah
Kabupaten Tapin 2007 - 2010
Sumber : Olah Data
Rasio Ketergantungan Keuangan daerah
Ketergantungan keuangan derah dihitung berdasarkan
perbandingkan jumlah pendapatan transfer dibagi dengan
total pendapatan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka
semakin tinggi tingkat ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pemerintah pusat dan/atau pemerintah propinsi.
Perhitungan Rasio Ketergantungan menunjukkan
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah
pusat/pemerintah propinsi juga masih sangat tinggi. Seperti
nampak pada tabel 4.12, Pendapatan Transfer masih sangat
dominan yaitu berkisar antara 78% sampai dengan 90% bila
dibandingkan dengan total penerimaan daerah. Dari
kecendrungan selama rentang 2007 - 2010 nampak adanya
perbaikan keuangan daerah dimana angka rasio tersebut
cenderung menurun dari periode sebelumnya.
Meski demikian tetap diperlukan upaya dan terobosan
baru untuk dapat mengoptimalkan penerimaan PAD. Hal ini
Tahun PAD Total
Transfer Total
Penerimaan
Rasio Derajat
Desentalisasi (1) (2) (3) (4) (5 )= (2) /(4)
2007 18,963.34 312,466.91 350,125.10 5.42%
2008 18,889.67 387,953.27 494,638.34 3.82%
2009 18,651.69 417,397.15 497,771.34 3.75%
2010 20,737.65 433,543.72 542,400.36 3.82%
88
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
bisa dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip "good
governance" termasuk layanan prima mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasinya.
Tabel 4.12 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Kabupaten Tapin 2007 - 2010
Sumber : Olah Data
Sumber permintaan aggregate lainnya yang menentukan
besaran ekonomi makro adalah pengeluaran pada sektor luar
negeri yang terdiri dari aktifitas ekspor dan impor. Kegiatan
ekspor merupakan besaran permintaan dari luar negeri/
wilayah yang meningkatkan nilai pendapatan. Sebaliknya
impor merupakan besaran permintaan yang lepas ke luar
negeri/wilayah sehingga dianggap kebocoran pendapatan.
Selisih ekspor dan impor menghasilkan neraca pedaangan.
Data dan informasi lengkap tentang perdagangan dari
Kabupaten Tapin belum tersedia dengan memadai sehingga
disini akan diulas data perdagangan pada tingkat Kalsel. Data
ini dapat diambil dengan asumsi ada bagian kegiatan
perdagangan yang berasal dari Kabupaten Tapin, seperti
Tahun PAD Total
Transfer Total
Penerimaan Rasio
Ketergantungan
(1) (2) (3) (4) (5 )= (3) /(4)
2007 18,963.34 312,466.91 350,125.10 89.24%
2008 18,889.67 387,953.27 494,638.34 78.43%
2009 18,651.69 417,397.15 497,771.34 83.85%
2010 20,737.65 433,543.72 542,400.36 79.93%
89
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
ekspor batubara. Dari data pada tabel 4.13 selama 2009 s/d
2010 neraca perdagangan Kalsel selalu mengalami surplus
dengan pertumbuhnan 7,54%.
Tabel 4.13 Perkembangan Neraca Perdagangan
Kalimantan Selatan 2009 - 2010
Sumber : Kalimantan Selatan Dalam Angka 2010, BPS, 2011
(diolah)
Sumber permintaan aggregate lainnya adalah
pengeluaran investasi. Kesulitan yang sama terjadi dalam
pengambilan data tentangg investasi yang spesifik berasal
dari Kabupaten Tapin. Karena itu dilakukan pemanfaatan
data pada tingkat provinsi Kalsel. Perkembangan Investasi
PMA dan PMDN menunjukkan hal yang tidak terlalu
menggembirakan. Pertumbuhan tahunan selama rentang
2006 - 2009 pada umumnya negatif. Hal ini menyebabkan
capaian penanaman modal di Kalsel porsinya masih jauh dari
tingkat nasional.
Tahun Nilai X (USD Juta)
Nilai M (USD Juta)
Surplus/Defisit (USD Juta)
2009 5.446 659 4,787 2010 5.616 468 5,148
Tumbuh (%) 3.12 -28.98 7.54
90
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.14 Tingkat Pertumbuhan Investasi PMA dan
PMDN di Kalsel Tahun 2006 - 2009
Sumber : Kalimantan Selatan Dalam Angka, BPS, beberapa
edisi (diolah)
4.4 ASPEK REGIONALAspek kawasan atau regional sangat menentukan bagi
kinerja makro ekonomi karena dapat memberikan dorongan
melalui keuntungan yang ditimbulkannya maupun tekanan
melalui penghisapan akibat kompetisi. Analisis ekonomi
regional berikut ini didekati dengan menggunakan alat shift-
share, location-quotient, dan typology klassen.
Daya Saing Ekonomi
Sebagaiman telah diterangkan analisis shift share
memperlihatkan 3 (tiga) komponen yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi daerah yakni komponen
Pertumbuhan Ekonomi Regional (Provincial Growth
Component/Regional Share) disingkat PR diberi lambang
TAHUN % Pertumbuhan
PMA PMDN
2006 -59.80 38.20
2007 -7.20 -34.60
2008 1.24 -28.20
2009 -52.80 -60.20
Rerata -29.64 -21.20
91
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Nij, kemudian Pertumbuhan Sektoral atau Pergeseran
Proporsional (Industrial Mix Component) disingkat PP
diberi lambang Mij, dan Pertumbuhan Daya Saing Wilayah
(Pergeseran Diferensial/Competitive Effect Component)
disingkat PD dan diberi lambang Cij.
Dalam hal ini PR atau Nij mengukur perubahan agregat
sektor ekonomi wilayah Tapin dengan menggunakan besaran
pertumbuhan ekonomi kawasan (Kalsel) yang terjadi. Jika
PR>0 berarti pertumbuhan output agregate sektoral pada
kawasan regional, dalam hal ini Kalsel, mengalami pertum-
buhan yang positif dan akibatnya perekonomian akan
prospektif. Sebaliknya, jika PR<0 vise versa.
PP atau Mij mengukur perubahan relatif sektoral
dibadingkan perubahan tingkat perekonomian di kasawan
regional. Jika PP atau Mij > 0 berarti sektor yang bersang-
kutan adalah sektor yang tumbuh tinggi diatas rata-rata
pertumbuhan ekonomi dikawasan regional Kalsel yang
diamati. Oleh karenanya, kemudian dapat diamati apakah
Kabupaten Tapin terkonsentrasi pada sektor yang pertum-
buhannya pesat dikawasan regional. Jika demikian maka
perekonomian Tapin dapat menjadi pusat dengan meman-
faatkan pertumbuhan kawasan regional melalui sektor
bersangkutan. Akan tetapi jika PP atau Mij < 0 berarti sektor
tersebut adalah sektor yang tumbuh lambat didalam kawasan
regional.
Sedangkan PD atau Cij mengukur seberapa jauh daya
saing sektoral dari daerah (lokal) Tapin dibanding daerah
lainnya di kawasan yang jadi acuan (Kalsel). Jika nilai PD
atau Cij > 0 berarti sektor tersebut memiliki daya saing yang
92
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
kuat dibanding wilayah lain sehingga dapat menjadi andalan
dalam kawasan Kalsel, namun jika PD atau Cij < 0 maka
sektor tersebut memiliki daya saing lemah.
Tabel 4.15 Hasil Analisis Shift-Share Kabupaten Tapin
2005 - 2010 (Juta Rupiah)
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Dengan menggunakan analisis shift-share diketahui
bahwa selama kurun waktu 2005 - 2010 PDRB Kabupaten
Tapin meningkat Rp. 215,21 milyar, seperti terlihat pada
tabel 4.15. Angka ini , dapat dilihat dari nilai Dij, merupakan
akumulasi dari sumbangan semua sektor yang ternyata telah
mengalami perkembangan positif.
Sektor Nij Mij Cij Dij Rank
Tani 106,296.75 (10,057.08) (16,436.82) 79,802.85 1
Tambang 46,801.19 5,390.26 984.21 53,175.66 2
Industri 11,259.41 (7,815.38) 12,344.20 15,788.22 5
LGA 858.83 (101.37) 434.81 1,192.27 9
Konstruksi 10,638.24 1,547.97 2,761.68 14,947.89 6
Dagang 23,280.63 3,230.53 (9,759.80) 16,751.36 4
Transport 4,843.56 986.18 (1,600.81) 4,228.93 8
Keuangan 9,559.10 4,207.44 (5,241.75) 8,524.80 7
Jasa-jasa 36,734.19 10,707.44 (26,641.44) 20,800.19 3
PDRB Mgs 250,271.90 8,095.99 (43,155.72) 215,212.17
93
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Komponen regional Share - Nij
Pengaruh pergeseran regional Propinsi Kalimantan
Selatan terhadap PDRB Kabupaten Tapin selama periode
tahun 2005-2010 adalah sebesar Rp. 250.271,90 juta. Hal
ini menunjukkan bahwa peningkatan PDRB Kabupaten Tapin
juga ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kalimantan Selatan. Komponen regional share memberikan
kontribusi yang paling besar pada sektor pertanian senilai
Rp.106,29 milyar. Diurutan selanjutnya adalah sektor
pertambangan, sektora jasa-jasa, sektor perdagangan, sektor
industri, dan sektor bangunan/kontruksi. Urutan
selanjutnya adalah sektor keuangan dan tranportasi-
komunikasi. Sementara itu sektor listrik, gas & air bersih
merupakan sektor yang kontribusinya terendah.
Komponen Pergeseran Proposional - Mij
Komponen pergeseran proposional mempunyai
pengaruh total yang positif terhadap PDRB Kabupaten
Tapin. Besaran sumbangan komponen pergeseran
proporsional ini adalah Rp. 8.095,99 juta dimana ada empat
sektor yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu sektor
Jasa-jasa (Rp.10,71 milyar), Sektor Pertambangan (Rp.5,39
milyar), Sektor Keuangan (Rp.4,21 milyar), dan Sektor
Perdagangan (Rp.3,23 milyar). Sektor-sektor ini tergolong
sebagai sektor-sektor maju yang pertumbuhannya relatif
cepat dibanding sektor lainnya pada tingkat propinsi. Jika
perekonomian Kabupaten Tapin terkonsentrasi pada sektor-
sektor tersebut akan menberikan keunggulan komparatif dan
kompetitif.
94
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Sektor-sektor yang menerima pengaruh pergeseran
proposional negatif disisi lain, tergolong sebagai sektor yang
kurang maju pada tingkat kawasan. Sektor-sektor tersebut
adalah sektor pertanian, sektor industry, dan sektor Listrik
,gas dan Air.
Komponen Pergeseran Differential - Cij
Total pergeseran differensial yang dimiliki sekluruh
sektor ekonomi di Kabupaten Tapin selama tahun analisis
adalah sebesar Rp. -43,16 milyar. Hal ini menunjukkan
secara umum sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tapin
pertumbuhannya relatif lebih lambat dibanding
pertumbuhan sektor sejenis dalam Propinsi Kalimantan
Selatan. Meski demikian terdapat beberapa sektor yang
memiliki nilai positif. Sektor-sektor yang mempunyai nilai
positif adalah Sektor Industri (Rp.12,34 milyar), sektor
Bangunan atau Kontruksi (Rp.2,76 milyar), sektor
pertambangan (Rp.984,21 juta), dan terakhir sektor
listrik,gas dan air bersih (Rp.434,88 juta). Sektor-sektor
inilah yang berdaya saing tinggi di Kabupaten Tapin.
Sedangkan sektor yang memiliki pergeseran differensial
yang bernilai negatif yaitu Sektor Pertanian, Sektor
Perdagangan, Sektor Transportasi & Komunikasi, Sektor
Keuangan, dan Sektor Jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor-sektor tersebut lebih lambat pertumbuhannya
dibandingkan pertumbuhan sektor sejenis dalam Propinsi
Kalimantan Selatan.
Hasil analisis Shift-share juga dapat disimpulkan
berdasarkan jenis keunggulan sektoral. Jika digolongkan
95
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
dalam dua indikator keunggulan maka komponen pergeseran
proporsional atau disebut juga industrial mix - Mij dapat
dianggap sebagai ukuran keunggulan komparatif sedangkan
komponen pergeseran diferensial atau - Cij sebagai ukuran
keunggulan kompetitif. Dari kedua indikator ini sektor-
sektor akan terkategori kedalam sektor yang memiliki
potensi dan tingkat kemajuan yang: Pesat (+,+); Potensial
(+,-); Berkembang (-,+); dan Lemah (-,-).
Untuk lebih rincinya hasil analisis ini dapat dilihat dalam
tabel 4.16 berikut ini:
Tabel 4.16 Kategori Potensi dan Tingkat Kemajuan
Sektoral
Sumber : Tabel 4.15 (diolah)
Sektor Keunggulan Komparatif
(Mij)
Keunggulan Kompetitif
(Cij) Kategori
Tani Negatif (-) Negatif (-) Lemah
Tambang Positif (+) Positif (+) Pesat
Industri Negatif (-) Positif (+) Berkembang
LGA Negatif (-) Positif (+) Berkembang
Konstruksi Positif (+) Positif (+) Pesat
Dagang Positif (+) Negatif (-) Potensial
Transport Positif (+) Negatif (-) Potensial
Keuangan Positif (+) Negatif (-) Potensial
Jasa-jasa Positif (+) Negatif (-) Potensial
96
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Berdasarkan teknik analisis ini dapat diketahui bahwa
hanya ada dua sektor ekonomi di Kabupaten Tapin yang
memiliki tingkat potensi dan kemajuan yang Pesat, yaitu
Sektor Pertambagnan dan Sektor Konstruksi atau Bangunan.
Hal ini ditandai dengan komponen Keunggulan Komparatif -
Mij dan komponen Keunggulan Kompetitif - Cij keduanya
bertanda positif. Sektor-sektor ini memiliki tingkat kemajuan
yang pesat di Kawasan regional Kalimantan Selatan. Pada
saat bersamaan Kabupaten Tapin memperoleh keuntungan
dari perkembangan regional ini karena memiliki daya saing
yang tinggi. Produk sektor ini di wilayah Kabupaten Tapin
tidak hanya memiliki pasar didalam tapi juga berpeluang
memiliki pasar di luar wilayah Kabupaten Tapin.
Sektor yang potensial namun tertekan (potensial/
tertekan) ada empat sektor, yakni Perdagangan, Transpor-
tasi, Keuangan, dan Jasa-jasa. Ini ditandai dengan komponen
Keunggulan Komparatif - Mij yang bertanda positif namun
komponen Keunggulan Kompetitif - Cij bertanda negatif.
Sektor-sektor ini memiliki tingkat kemajuan yang tinggi pada
tingkat propinsi namun Kabupaten Tapin memiliki daya
saing yang rendah. Sektor ini potensial untuk dikembangkan
sesuai dengan arah kemajuan perekonomian regional. Untuk
mendapatkan manfaat atas perkembangan ini sektor-sektor
tersebut harus dipacu pertumbuhannya di Kabupaten Tapin.
Hal ini tentunya tergantung pada ketersediaan potensi yang
masih dapat dikembangkan di dalam perekonomian
Kabupaten Tapin.
Terdapat dua sektor yang berada dalam kondisi
berkembang. Sektor-sektor tersebut adalah Industri dan
Listrik, gas, & air minum. Keunggulan komparatif - Mij sektor
97
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
ini bertanda negatif artinya sektor ini relatif tumbuh lambat
di kawasan regional Kalsel. Dilain pihak, keunggulan
kompetitif - Cij bertanda positif yang berarti Kabupaten
Tapin lebih maju pada sektor ini sehingga lebih kompetitif
dibanding kawasan regional Kalsel. Hanya saja keunggulan
ini masih belum dapat menghasilkan keuntungan optimal
dari perekonomian kawasan karena pasar diluar Kabupaten
Tapin relatif kurang berkembang. Meski demikian sektor ini
tetap memiliki kesempatan besar untuk berkembang lebih
maju mengingat pasar didalam Kabupaten Tapin maupun di
tingkat nasional maupun internasional tetap akan terbuka
lebar.
Terdapat satu sektor yang memiliki potensi dan tingkat
kemajuan lemah, yaitu Sektor Pertanian. Hal ini ditandai
dengan komponen Keunggulan Komparatif - Mij dan
komponen Keunggulan Kompetitif - Cij keduanya bertanda
negatif. Ini menandakan potensi perkembangan sektor ini
ditingkat regional kecil sedangkan kemajuannya di
Kabupaten Tapin juga lambat sehingga tidak kompetitif.
Sektor pertanian terkategori lemah karena sesuai kondisi
eksisting masih didominasi subsektor tanaman pangan yang
relatif tumbuh lambat. Mengingat potensi alam Kabupaten
tapin yang masih memiliki lahan yang luas maka sektor ini
sebenarnya pot.
Sektor Basis Perekonomian
Seperti telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa
sektor basis berperan penting dalam perekonomian untuk
menciptakan ketahanan pendapatan. Sektor basis
98
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
menentukan tingkat permintaan barang dan jasa serta
volume kegiatan usaha di daerah. Pengukuran yang
digunakan untuk mengetahui sektor-sektor basis disini
adalah metode Location Quotient (LQ).
Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan
bahwa sejak tahun 2005 sampai tahun 2010 susunan basis
ekonomi tidak mengalami perubahan yang berarti. Sektor
basis Kabupaten Tapin cenderung tetap, tidak banyak sektor
yang mengalami perubahan dari sektor bukan basis ke sektor
basis demikian pula sebaliknya. Hal ini menandakan bahwa
tulang punggung pembangunan di Kabupaten Tapin mulai
tahun 2005 sampai 2010 tidak banyak mengalami
perubahan. Sektor- sektor basis di Kabupaten Tapin ternyata
adalah adalah Pertanian dan Jasa-jasa. Dengan demikian
sebagian besar sektor ekonomi adalah non basis yang terdiri
dari Pertambangan dan penggalian, Industri, LGA, Bangunan,
Perdagangan, Pengangkutan dan komunikasi serta
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Secara lengkap hasil analisis LQ untuk PDRB Kabupaten
Tapin selama 6 tahun sejak tahun 2005 sampai tahun 2010
dapat dijelaskan pada tabel 4.17 berikut ini.
99
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 4.17 Hasil Analisis Location Quotient Kabupaten
Tapin 2005 - 2010
LQ Tapin
LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rata2
1. Pertanian 1.75 1.73 1.69 1.59 1.67 1.75 1.70 Basis
2. Ptambang & Pgalian 0.87 0.90 0.93 1.01 0.93
0.90 0.92
Non Basis
3. Industri 0.35 0.38 0.41 0.45 0.47 0.4
8 0.42 Non Basis
4. Listrik, Gas & Air 0.66 0.70
0.80 0.82 0.80 0.77 0.76
Non Basis
5. Bangunan 0.79 0.81 0.81 0.84 0.85 0.87 0.83 Non Basis
6. Perdagangan, H & R 0.62 0.62 0.60 0.59 0.59
0.58 0.60
Non Basis
7. Pengangkutan & Kom 0.23 0.23 0.22 0.23 0.22 0.22 0.22
Non Basis
8. Keuangan, Sewa& Js. 1.03 0.99 0.98 0.98 0.94
0.94 0.98
Non Basis
9. Jasa-Jasa 1.71 1.62 1.65 1.64 1.57 1.48 1.61 Basis
PDRB Dengan Migas 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
Dari hasil analisis, Sektor Pertanian mempunyai potensi
yang relatif besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Tapin selama tahun analisis 2005-2010. Nilai LQ
Sektor Pertanian selama tahun analisis selalu lebih dari satu
(LQ>1). Pada tahun 2005 nilai LQ sebesar 1,75 kemudian terus
mengalami fluktuasi. Terdapat kecendrungan penurunan
dimana pada tahun 2006 nilai LQ mengalami penurunan
menjadi 1,73, hingga pada tahun 2008 mencapai titik terendah
sebesar 1,59. Rata-rata nilai LQ pada periode 2005-2010
100
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
adalah sebesar 1,70 (LQ>1), sehingga secara umum sektor
Pertanian dapat digolongkan sebagai sektor basis. Sektor ini
tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Tapin,
namun juga memenuhi kebutuhan di daerah lainnya. Dengan
kata lain sektor ini memiliki kekuatan ekonomi yang cukup
baik dan sangat berpengaruh terhadap perekonomian
Kabupaten Tapin karena berpotensi ekspor.
Hasil analisis juga menunjukkan Sektor Jasa-jasa termasuk
dalam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Tapin
meskipun terus mengalami kecendrungan menurun. Dalam
Tabel nampak nilai LQ sektor ini selalu lebih dari satu (LQ>1).
Pada tahun 2005 nilai LQ sebesar 1,71 kemudian mengalami
penurunan hingga pada tahun 2010 nilai LQ hanya sebesar 1,48.
Rata-rata LQ Sektor Jasa-jasa selama tahun 2005-2010 yaitu
sebesar 1,61. Hal ini berarti bahwa sektor jasa-jasa telah mampu
memenuhi semua kebutuhan masyarakat Kabupaten Tapin
sekaigus juga mampu menjual produknya keluar wilayah
perekonomian Tapin. Lapangan usaha jasa-jasa dikelompokkan
kedalam dua sub-sektor yaitu sub sektor jasa pemerintah umum
dan sub sektor jasa swasta. Jasa pemerintahan umum meliputi
kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten
Tapin mencakup administrasi pemerintah dan pertahanan dan
jasa pemerintah lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan dan
kemasyarakatan lainnya. Jasa swasta meliputi kegiatan bidang
jasa yang dilakukan oleh pihak swasta, misalnya jasa sosial
kemasyarakatan, hiburan dan reksreasi, jasa perorangan dan
rumah tangga. Sejalan dengan perkembangan sektor barang,
sektor ini meningkat dan memiliki prospek yang cukup baik.
Kenaikan pada sektor jasa ini terutama dipengaruhi jasa
pemerintah dengan segala jenis kegiatannya.
101
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Sektor-sektor yang termasuk non basis namun cukup
kuat adalah Pertambangan dan penggalian, Keuangan, dan
Bangunan karena memiliki nilai LQ hampir mencapai 1.
Sektor-sektor ini tetap penting untuk diperhitungkan karena
memiliki potensi untuk menjadi andalan bagi ekonomi. Hal
ini dikarenakan indikator LQ hanya menunjukkan
perbandingan relatif antara ekonomi Tapin dan ekonomi
kawasan yang menjadi rujukan, yakni Kalsel. Oleh karenanya
intenitas pasar akan hasil produksi tidak dapat digambarkan.
Jadi, walaupun suatu sektor terlihat sebagai non basis namun
bisa jadi memiliki peluang pengembangan yang lebih luas
karena pasar dalam lokal belum tergarap secaara optimal.
Karena kesederhanaannya pula, teknik analisis LQ ini
tidak mampu menggambarkan situasi yang lebih detail dibalik
karakteristik perekonomian kawasan. Hal ini penting dalam
kehati-hatian menggunakan interpretasi hasil LQ Kabupaten
Tapin ini. Contohnya, untuk komoditas pertambangan yang
di anggap non-basis, sehingga otomatis dalam kaca mata
analisis ini hanya diperuntukkan bagi pasar lokal.
Kenyataannya berbeda karena semua atau sebagian besar
komoditas hasil tambang, khususnya batubara, justru
diperuntukkan bagi pasar di luar Kabupaten Tapin luar
ataupun diekspor. Ini menunjukkan bahwa pangsa
pertambangan pada tingkat kawasan perekonomian
Kalimantan Selatan lebih besar diatas perekonomian Tapin.
Analisis Tipologi Klassen
Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang kemajuan perekonomian lokal dalam
102
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
kawasan melalui pola dan struktur pertumbuhan sektoral.
Dengan analisis ini sektor ekonomi didaerah lokal dapat
digolongkan kedalam klasifikasi sektor Prima, Berkembang,
Potensial, dan Terbelakang.
Dengan membandingkan tingkat pertumbuhan dan
kontribusi sektor-sektor ekonomi antara Kabupaten Tapin
dengan daerah rerferensi yaitu Provinsi Kalimantan Selatan
maka dapat di ketahui tidak ada satupun terdapat sektor
ekonomi yang tergolong prima, seperti nampak pada tabel
4.18. Sektor prima adalah sektor yang di Kabupaten Tapin
memiliki share atau kontribusi terhadap PDRB total dan
tingkat pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan di Kalimantan Selatan.
Tabel 4.18 Kategori Sektoral Menurut Typology Klassen
Berdasarkan Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi
pada PDRB 2005 - 2010
Sektor Pertumbuhan Kontribusi
Kategori Tapin : Kalsel Tapin : Kalsel
Tani 4.44% < 5.19% 40.88% > 24.11% Potensial Tambang 6.60% > 6.25% 20.28% < 21.97% Berkembang Industri 7.64% > 1.88% 4.83% < 11.47% Berkembang LGA 7.71% > 5.06% 0.38% < 0.51% Berkembang Konstruksi 7.65% > 6.39% 4.54% < 5.49% Berkembang Dagang 4.22% < 6.36% 9.09% < 15.13% Terbelakang Transport 5.03% < 6.68% 1.93% < 8.57% Terbelakang Keuangan 5.20% < 7.88% 3.82% < 3.91% Terbelakang Jasa-jasa 3.38% < 7.10% 14.25% > 8.84% Potensial
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan,
BPS, 2011 (diolah)
103
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Oleh karena itu fokus ataupun prioritas pembangunan
dapat diarahkan ke sektor lainnya yang tergolong potensial
ataupun berkembang. Sektor dengan kategori potensial ini
terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Jasa-jasa yang
ditandai dengan kontibusi terhadap PDRB relatif lebih tinggi
namun memiliki tingkat pertumbuhan relatif lebih rendah
dibanding pada kawasan regional Kalimantan Selatan, seperti
terlihat pada tabel 4.18. Jika pertumbuhan sektor-sektor ini
dapat ditingkatkan lebih tinggi maka sektor-sektor ini akan
memberikan sumbangan bagi perekonomian dengan lebih
besar lagi.
Sektor-sektor ekonomi yang dapat menjadi andalan
berikutnya adalah yang masuk kategori berkembang. Sektor-
sektor yang terolong kedalam kategori berkembang ini
adalah Sektor Pertambangan, Sektor Industri, Sektor LGA,
dan Sektor Konstruksi. Dapat dilihat ternyata sektor-sektor
ini sebagian besar jenis sektor sekunder ditambah pertam-
bangan. Sektor yang berkembang adalah sektor yang
peranannya masih relatif kecil namun tumbuh dengan lebih
tinggi dibanding kawasan Kalsel. Keadaan ini sangat baik bagi
Tapin karena sejalan dengan karakteristik kemajuan
normatif tansformasi ekonomi dalam pembangunan, yakni
semakin majunya sektor sekunder. Jika kecendrungan ini
dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan maka sektor-
sektor ini (diluar pertambangan) akan lebih besar peranan-
nya dan membawa dampak kemajuan signifikan bagi
perekonomian secara keseluruhan.
Sektor yang tersisa adalah sektor pertanian, Sektor
Perdagangan, Sektor Transportasi, dan Sektor Keuangan.
Ketiga sektor terakhir ini terkategorikan sebagai sektor-
104
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
sektor yang terbelakang. Hal ini dikarenakan jika dibanding
dengan perekonomian kawasan, sektor-sektor ini tumbuh dan
berkontribusi pada PDRB dengan tingkat yang relatif lebih
rendah dibanding pada level provinsi. Berdasarkan kriteria
alat analisa ini akan sektor-sektor ini tidak terlalu potensial
untuk diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan yang
utama. Kendati demikian sektor-sektor ini tentulah masih
berperan penting sebagai pendukung bagi sektor-sektor
andalan.
Jika dirangkum hasil ketiga alat analisis ekonomi
regional yang telah diuraikan tersebut diatas maka akan
nampak seperti tabel 4.19 berikut ini.
Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Analisis L-Q, Shift-share, dan
Typology Klasen
Sektor Shif-share L-Q T-Klassen PERTANIAN Lemah BBaassiiss PPootteennssiiaall PERTAMBANGAN & PENG PPeessaatt Non Basis Berkembang INDUSTRI PENGOLAHAN Berkembang Non Basis Berkembang LISTRIK, GAS & AIR BER Berkembang Non Basis Berkembang BANGUNAN PPeessaatt Non Basis Berkembang PERDAGANGAN, HO & RE Potensial Non Basis Terbelakang PENGANGKUTAN & KOM Potensial Non Basis Terbelakang KEUANGAN, PERSEWAAN Potensial Non Basis Terbelakang JASA-JASA Potensial BBaassiiss PPootteennssiiaall
Sumber : Tabel-tabel sebelumnya
105
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Berdasarkan rangkuman dari hasil analisis ekonomi
regional yang telah dilakukan maka kekuatan ekonomi
Kabupaten Tapin nampak tersebar pada berbagai sektor.
Tidak ada satu sektor pun yang memiliki dominasi pada
ketiga alat analisis sehingga keunggulan setiap sektor
tidaklah jauh melebihi sektor yang lainnya. Hal ini bisa jadi
merupakan indikasi bahwa perekonomian Tapin telah
memasuki tahap-tahap transisi menuju struktur yang lebih
baik.
Sektor-sektor yang penting pada saat ini, yaitu Perta-
nian dan Jasa-jasa merupakan sektor yang sejak semula
berkembang dan menjadi tulang punggung perekonomian.
Sejalan dengan perkembangan, terutama pada masa analisis
(2005 - 2010) nampak bahwa sektor-sektor pada kelompok
sekunder ditambah pertambangan mengalami kemajuan
pesat. Sektor-sektor inilah yang diperkirakan akan meng-
gantikan peran kedua sektor yang disebut sebelumnya.
Sektor sekunder yang terdiri dari Industri Pengolahan, LGA,
dan Konstruksi akan menjadi tulang punggung per-
ekonomian Tapin kedepannya.
Sektor Pertanian dan Sektor Jasa-jasa yang secara
eksisting memiliki peranan penting akan masih diperlukan
untuk mendukung stabilitas transformasi ekonomi. Hal ini
penting karena jika terjadi gejolak pada sektor-sektor yang
besar tersebut dampaknya akan jauh lebih besar dibanding
sektor-sektor yang masih berkembang.
Oleh karena itu pintu masuk pengembangan ekonomi
dapat dilakukan pada berbagai sektor sesuai dengan
keunggulannya masing-masing. Untuk itu patut kiranya
106
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
pemerintah mendukung sektor-sektor tersebut beserta
subsektor-subsektornya sehingga menjadi andalan dan
sekaligus juga unggulan bagi Kabupaten Tapin. Akan tetapi
tentu saja hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan
ketersediaan sumber daya yang dimiliki. Pengembangan
ekonomi yang berbasis pada kekuatan lokal (seperti
agribisnis, agroindustri, modernisasi ekonomi rakyat, dan
lain-lain) merupakan langkah yang mutlak dipilih sejalan
dengan pengalaman dan pelajaran yang bisa dipetik dari
fenomena sukses dan gagalnya pembangunan diberbagai
level.
107
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
No Kriteria Keterangan Indikasi Kinerja
I Indikator Pokok Rerata Tertimbang = (+ 3) + (– 1) = 2
1 Pertumbuhan Ekonomi Dibawah rata-rata Kalimantan Selatan
2 Ketenagakerjaan Pengangguran Turun tp lebih tinggi dr Prov
3 Inflasi Berdasarkan Angka Provinsi : Terkendali
4 Neraca perdagangan Tercatat Dalam Angka Provinsi: Surplus
BAB VPREDIKSI DAN ARAH
KEBIJAKANMAKRO EKONOMI
5.1 AGGREGASI KINERJA MAKRO EKONOMIDari berbagai indikator yang telah dianalisa pada bab-
bab terdahulu maka dapat diambil kesimpulan-kesimpulan
tentang tingkat kinerja yang dicapai masing-masing kom-
ponen hingga saat ini. Secara kuaitatif hal ini dapat dijadikan
sebagai landasan bagi penentuan isu strategis dan prioritas
bagi pengambilan kebijakan makro ekonomi kedepan.
Tabel 5.1. Indikasi Kinerja Ekonomi Makro Kabupaten
Tapin 2010
108
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
II Sisi Produksi Rerata Tertimbang = (+2) + (- 4) = -2
1 Daya Serap Tenaga Kerja (Employment)
Tumbuh stabil
2 Pendidikan Pencari Kerja Dominan SLTA
3 Struktur Produksi (PDRB)
Cenderung Terpusat Pada Sektor Primer
4 Produktivitas Perekja Rendah dan cenderung Turun
5 Posisi Produksi pada Skala Regional/Provinsi
Share semakin menurun
6 Jumlah Unit Usaha Tumbuh Positif
III Sisi Pendapatan Rerata Tertimbang = - 2
1 Pendapatan Masyarakat (Assumsi UMR)
Mengimbangi Inflasi
2 Pendapatan Per Kapita Tumbuh Lambat Lebih rendah dr Prov
IV Sisi Pengeluaran Rerata Tertimbang = (+2) + (-3) = - 1
1 Volume Keuangan Pemerintah
Memadai dan tumbuh tinggi
2 Kemandirian Keuangan Ketergantungan yang besar pada Dana Perimbangan
3 Derajat Desentralisasi Peranan Pendapatan Asli Daerah masih rendah
4 Simpanan dan Kredit di Perbankan
Tumbuh stabil
5 Investasi PMA dan PMDN
Tercatat Dalam Angka Provinsi : Lambat
V Potensi dan Daya Saing Regional
Rerata Tertimbang = (+2) + (-1) = 1
1 Basis Pertumbuhan Terpusat disektor Pertanian dan Jasa
2 Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
Semakin terpusat pada sektor Sekunder
3 Potensi perkembangan dan ketahanan ekonomi
Tersebar pada beberapa sektor
109
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
VI Indikator Pembangunan Rerata Tertimbang = - 2
1 Kemiskinan Kemiskinan cenderung Naik secara absolut
2 IPM IPM stagnan
TOTAL RERATA TERTIMBANG = 2 + (-2) + (-2) + (-1) + 1 + (-2) = (-4)
Sumber: Hasil Analisis
Tabel 5.1 diatas merupakan kumpulan indikasi kinerja
makro ekonomi Kabupaten Tapin pada berbagai komponen
yang diperoleh berdasarkan assessment pada analisis sebelum-
nya. Agregasi dari berbagai kinerja tersebut menghasilkan skor
rata-rata tertimbang -4 (minus empat). Ini menunjukkan tingkat
kinerja komponen makro dan pembangunan dalam per-
ekonomian Kabupaten Tapin masih rendah da perlu dibenahi.
Tehnik rata-rata tertimbang yang sangat sederhana
diatas ditujukan untuk membantu menunjukkan indikasi
posisi kinerja makro dan pembangunan kabupaten Tapin saat
ini. Terlihat masih banyak kelemahan kinerja diberbagai
komponen yang masih perlu tingkatkan atau diperbaiki
dengan berbagai strategi.
Salah satu kelemahan yang dialami adalah dalam hal
tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Meski demikian,
tidak semua sektor tumbuh rendah karena terdapat sektor-
sektor pada kelompok sektor sekunder yang nampak tumbuh
tringgi dan semakin maju. Pada saat bersamaan tingkat
pengangguran relatif baik karena dapat ditekan pada tingkat
yang rendah. Hal ini terjadi karena daya serap tenaga kerja
(employment) tumbuh stabil ditengah rendahnya pertum-
110
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
buhan PDRB. Akan tetapi, konsekuensinya adalah tingkat
produktivitas pekerja relatif rendah.
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Tapin masih relatif
rendah jika dibandingkan dengan prestasi daerah lain secara
nasional maupun pada tingkat Provinisi Kalsel. Akan tetapi,
terdapat kenyataan bahwa akhir-akhir ini perkembangan
penanggulangan kemiskinan menunjukkan hasil yang belum
signifikan. Tingkat kemiskinan mulai 2009 cenderung
meningkat dan berada diatas pertumbuhan rata-rata pro-
vinsi. Karenanya diperlukan langkah-langkah strategis agar
angka kemiskinan ini tidak meningkat lagi.
5.2 PREDIKSI PERTUMBUHAN DAN
STRUKTUR PDRBBerdasarkan kondisi kinerja makro yang telah dicapai,
berikut ini akan diprediksi kondisi besaran utama makro
ekonomi khususnya PDRB. Dengan menggunakan metode
Trend sederhana dapat melihat bagaimana prediksi kondisi
perekonomian ke depan jika keadaan yang ada sekarang
dibiarkan berjalan tanpa adanya suatu intervensi.
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan total
PDRB yang sudah terealisasi (2006 - 2010) mencapai 4,21%.
Angka ini cukup rendah jika dibandingkan dengan kinerja
yang dicapai perekonomian daerah lainnya di Provinsi Kalsel.
Sejalan dengan perkembangan mutakhir maka diperkirakan
pada periode 2011 - 2015 pertumbuhan hanya mencapai rata-
rata 3,83% per tahun. Terlebih lagi pada periode yang lebih
jauh yaitu periode 2016 - 2020- malahan turun jauh lebih
rendah lagi hingga rata-rata 3,30%.
111
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 5.2 Realisasi dan Prediksi Pertumbuhan PDRB
Kabupaten Tapin s/d 2020
LAPANGAN USAHA
Rata-rata
Realisasi
(2006 – 2010)
Prediksi
(2011 – 2015)
Prediksi
(2016 – 2020)
1. PERTANIAN 3.70% 2.82% 2.96%
2. PERTAMB & PENGGALIAN 5.50% 5.48% 3.81%
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.37% 5.76% 4.42%
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.43% 6.22% 4.27%
5. BANGUNAN 6.37% 5.16% 4.26%
6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 3.51% 3.14% 2.90%
7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 4.19% 4.02% 3.44%
8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. 4.33% 4.25% 3.53%
9. JASA-JASA 2.82% 3.40% 2.71%
PDRB DENGAN MIGAS 4.12% 3.83% 3.30%
Sumber: Hasil Analisis
Jika dikaitkan dengan perkembangan lingkungan
eksternal terdapat kecendrungan yang kurang menggem-
birakan . Ekonomi dunia pada 2012 menurut IMF diprediksi
hanya mampu tumbuh di kisaran 3,6 - 3,7 persen. Hal ini
dipengaruhi semakin parahnya krisis hutang di negara-
negara Eropa sejak 2011 yang melebar ke berbagai aspek
ekonomi lainnya. Disamping itu ekonomi AS belum sepenuh-
nya pulih dari krisis keuangan sejak 2008 sehingga masih
bergelut pada perlambatan pertumbuhan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2012 oleh IMF diperkirakan sebesar 6,3% yang telah
112
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
diturunkan dari prediksi semula. Hal ini sejalan dengan
penurunan keyakinan Bank Indonesia yang sempat mem-
prediski Indonesia akan mampu tumbuh 6,7% pada 2012
sesuai asumsi APBN. Akan tetapi angka ini dikoreksi menjadi
hanya pada rentang 6,3 - 6,7% dan berat untuk menembus
angka 6,5%.
Berkaca dari prediksi tersebut maka perlu adanya
antisipasi agar hal tersebut tidak berdampak negatif.
Perekonomian Tapin berdasarkan trend historis selalu lebih
rendah dari rata-rata pertumbuhan Provinsi Kalsel dan
nasional. Meski demikian Tapin masih memiliki peluang
untuk tumbuh antara 4,0 - 5,0% selama rentang 20011 -
2015. Untuk itu kebijakan harus secara nyata diarahkan
menuju leverage pertumbuhan. Dalam kaca mata makro
ekonomi tingkat pertumbuhan dapat menciptakan perluasan
skala perekonomian, pasar, investasi, employment, dan
pendapatan serta kesejateraan secara simultaneous-reversal
(saling mendorong dalam hubungan bolak-balik).
Tingkat pertumbuhan dan kesempatan kerja memiliki
hubungan yang positif. Okun (dalam Mankiw, 2007)
mengemukakan hukum yang telah diakui dalam ilmu
ekonomi sebagai Okun's Law bahwa hubungan antara GDP
dan pengangguran adalah negatif. Dalam kasus di Tapin
karakteristiknya agak berbeda karena walaupun tanpa
disertai tingkat pertumbuhan yang tinggi telah terjadi
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang stabil dan
positif. Meski demikian bukan berarti Tapin tidak
memerlukan adanya percepatan dalam pertumbuhan. Justru
ini berarti bahwa kebijakan yang dimaksudkan untuk
113
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
mendorong pertumbuhan harus menyasar lebih kepada
peningkatan kesejahteraan pekerja ketimbang menciptakan
employment itu sendiri.
Phillips (Dalam Mankiw, 2007) telah memperingatkan
adanya hubungan yang beresiko antara pertumbuhan dan
tingkat inflasi. Jika pertumbuhan terjadi secara berlebihan
dalam arti tidak sesuai dengan daya produktif ekonomi lokal
maka hal tersebut hanya cenderung akan meningkatkan
Demand Aggregate yang hasil akhirnya melambungkan
tingkat inflasi. Jika inflasinya tidak terkendali maka akan
kontraproduktif terhadap tujuan untuk menyejahterakan
rakyat.
Sebagaimana tingkat pertumbuhan, hasil prediksi
komposisi PDRB atau struktur konstribusi/share sektoral
dalam membentuk PDRB tidak menunjukkan keadaan yang
cukup menggembirakan. Dominasi kedua sektor di wilayah
primer, Pertanian dan Pertambangan, belum tergeser oleh
sektor lain, bahkan hingga periode 2016 - 2020 seperti
nampak pada tabel 5.3. Hal ini dapat berubah jika jadi lebih
baik jika terdapat langkah-langkah antisipatif yang dapat
mengoreksi kecendrungan yang sudah ada. Salah satu hal
yang akan berperan meningkatkan kinerja struktur PDRB
Tapin adalah meningkatnya sektor industri secara signifikan
mulai 2012 dengan beroperasinya pabrik CPO.
114
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Tabel 5.3 Realisasi dan Prediksi Struktur PDRB Kabupaten
Tapin s/d 2020
Sumber: Hasil Analisis
Sesuai dengan hasil analisis ini, di Tapin persoalan yang
relatif lebih prioritas bukanlah tentang sempitnya kesempatan
kerja, akan tetapi adalah masalah kemiskinan. Untuk
mengatasi kemiskinan tersebut salah satu caranya adalah
dengan meningkatkan kesejahteraan pekerja diberbagai
lapangan usaha yang ada. Salah satu indikasinya adalah dengan
lebih meratanya kontribusi sektoral dalam stuktur PDRB.
Oleh karena itu pengurangan ketimpangan sektoral harus
menjadi prioritas untuk ke depannya. Hal itu dapat terjadi
melalui adanya peningkatan produktifitas pekerja.
LAPANGAN USAHA
Rata-rata
Realisasi
(2006 – 2010)
Prediksi
(2011 – 2015)
Prediksi
(2016 – 2020)
1. PERTANIAN 40.88% 39.66% 38.93%
2. PERTAMB & PENGGALIAN 20.28% 21.32% 21.95%
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4.83% 5.43% 5.79%
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.38% 0.42% 0.45%
5. BANGUNAN 4.54% 5.01% 5.30%
6. PERDAGANGAN, HO & RESTO 9.09% 8.77% 8.58%
7. PENGANGKUTAN & KOMUNI 1.93% 1.95% 1.97%
8. KEUANGAN, PERSEWA, & JP. 3.82% 3.90% 3.95%
9. JASA-JASA 14.25% 13.52% 13.09%
PDRB DENGAN MIGAS 100.00% 100.00
% 100.00%
115
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Upaya pengentasan kemiskinan melalui adanya perbai-
kan keseimbangan pembangunan dalam struktur ekonomi
adalah sejalan dengan prinsip sustainable development
(Kuncoro, 2004). Penelitian Kakwani, dkk (2004) menjelas-
kan secara lugas bahwa growth (tingkat pertumbuhan) sama
sekali tidak bertanggung jawab atas pengentasan kemiskinan
dengan segala dimensinya. Pengurangan kemiskinan justru
ditentukan oleh Poverty Equivalent Growth Rate. Ini adalah
suatu ukuran proporsi yang besarnya berbeda-beda antar
negara, tergantung tingkat perekonomian dan kesenjangan
(inequality) yang dimiliki. Jangan harapkan pertumbuhan
efektif untuk mengurangi kemiskinan kecuali kebijakan-
kebijakan untuk mengurangi kesenjangan telah berjalan.
5.3 PREDIKSI PERKEMBANGAN
LAPANGAN KERJABerdasarkan perhitungan yang dipadukan antara
proyeksi, proporsi, dan elastisitas (lihat Lampiran ....), maka
model estimasi hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja untuk Kabupaten Tapin adalah
seperti pada tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4 Model Estimasi Ketenagakerjaan di Tapin
Tahun 2011
Sumber: Hasil Analisis
Komponen 2010 (Awal) Tumbuh 2011 Delta
Pekerja (org) 80.594 +0.60% 81.076 482
PDRB (Rp. Juta) 1.004.944,17 +1% 1.014.993,61 10,049
Elatisitas 0.60
116
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Angka elastisitas penyerapan tenaga kerja yang diper-
oleh adalah sebesar 0.60, seperti pada tabel 5.4 diatas.
Dengan demikian maka setiap kenaikan 1% PDRB pada 2011
akan menyerap 482 tambahan tenaga kerja di Tapin. Hasil
proyeksi nilai pertumbuhan PDRB tahun 2011 adalah 3,68%
sehingga diperkirakaan akan terdapat penyerapan tambahan
lapangan kerja sebanyak 1.774 orang.
Setelah melakukan berbagai simulasi maka penulis
memegang asumsi bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja
bersifat konstan sesuai dengan model estimasi diatas. Untuk
rentang waktu 2011 - 2020 dapat diprediksikan posisi
penyerapan tenaga kerja baru pada tingkat pertumbuhan
PDRB masing-masing, seperti terlihat pada tabel 5.5, sebagai
berikut:
Tabel 5.5 Prediksi Penciptaan Lapangan Kerja Baru di
Kabupaten Tapin 2011 - 2020
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan tabel 5.5, pertumbuhan PDRB Kabupaten
Tapin dalam periode 2011 sampai dengan 2020 diprediksi
berkisar antara 3,09 sampai 4,10%. Sebagai pengaruh dari
pertumbuhan tersebut maka terjadi peningkatan penyerapan
tenaga kerja. Sepanjang periode tersebut nampak terdapat
Tahun 2011 2012 2013 2015 2017 2018 2020
%r PDRB 3,68 4,10 3,94 3,65 3,40 3,29 3,09
% r Pekerja 2,20 1,99 1,88 1,68 1,51 1,44 1,31
Total Pekerja 82.368 84.008 85.583 88.559 91.329 92.645 95.155
Tambahan Pk 1,774 1,976 1,898 1,760 1,640 1,586 1,488
117
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
tambahan pekerja yang terserap diberbagai lapangan kerja.
Ditahun 2011 nampak tambahan penyerapan tenaga kerja
adalah sejumlah 1.774 orang, sementara pada 2015 dan 2020
masing-masing sebanyak 1.760 oran dan 1.488 orang. Jumlah
penduduk bekerja sejalan dengan ini telah tumbuh positif
dengan tingkat capaian antar 1,31 sampai 2,20% pertahun.
Dengan demikian, Kabupaten Tapin diprediksi akan cukup
baik kinerjanya dalam penyediaan lapangan kerja.
Tabel 5.6 Prediksi Ketenagakerjaan Tanpa Intervensi
Percepatan Pertumbuhan di Kabupaten Tapin 2011 - 2015:
Sumber: Hasil Analisis
Hasil analisis sebelumnya menunjukkan prediksi pertum-
buhan ekonomi Kabupaten Tapin tetap akan berlangsung
positif pada masa yang akan datang. Karakteristik yang
dimiliki sektor usaha produktif di Tapin adalah memiliki daya
serap yang tinggi bagi tenaga kerja. Oleh karenanya maka
kinerja ketenagakerjaan Kabupaten Tapin hingga 2015
diprediksi akan semakin membaik, seperti pada tabel 5.6.
Hasil prediksi pada tabel 5.6 diatas hanya menggunakan data
proyeksi untuk pertumbuhan PDRBnya. Artinya, skenario
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 a Penddk Usia 15 +
123,401 125,869 128,261 130,441 132,528 1. Angkatan Kerja 90,879 92,424 93,904 92,424 93,904 - Bekerja 85,583 87,099 88,559 86,797 88,258 - Pengangguran 5,176 5,295 5,325 5,344 5,646 2. Bukan
AngkKerja 36,686 37,382 38,017 38,625 38,625 b TPAK (%) 70.85 70.85 70.85 70.86 70.86 c TPT (%) 5.79 5.80 5.83 5.76 5.69
118
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
pertumbuhan PDRB tersebut belum disertai dengan asumsi
perubahan kondisi faktor penentu pertumbuhan.
Dari tabel 5.6 diatas diprediksi bahwa jumlah penduduk
usia kerja (15 tahun keatas) akan semakin bertambah.
Begitupun juga yang terjadi pada jumlah penduduk angkatan
kerja dan bukan angkatan kerja. Pertumbuhan angkatan
kerja mengharuskan adanya antisipasi penyediaan lapangan
kerja yang memadai. Hasil prediksi menunjukkan jumlah
penduduk yang bekerja terus meningkat dari 2011 sampai
dengan 2015. Oleh karenanya, meskipun jumlah pengang-
guran secara absolut juga meningkat, namun tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Tapin diprediksi akan
semakin menurun. Jika pada 2011 diprediksi tingkat
pengangguran terbuka (TPT) adalah 5,79% maka sampai
dengan 2015 akan dapat diturunkan menjadi 5,69%.
5.4 ARAH KEBIJAKAN MAKROArah kebijakan makro ekonomi tidak terlepas dari
lingkup permasalahan utama makro ekonomi yakni pertum-
buhan ekonomi, kesempatan kerja, tingkat inflasi, dan
neraca perdagangan. Untuk kepentingan daerah lingkup
kebijakan makro ekonomi ditambah dengan indikator
pembangunan, yang umumnya terdiri dari tingkat kemis-
kinan, IPM, dan Anggaran Daerah dalam kerangka otonomi
daerah.
119
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Grafik 5.1
SkenarioSkenario KebijakanKebijakan MakroMakro dandan Pem bangunanPem bangunan DaerahDaerah
KEU ANG AN
KON DISI DAN PO TENSI :r, p, e
PEMR INTAH
INVESTASI
STRUKTUR EKO NOM I,
BASIS,STRATEGIS
K RED IT
PER TUM BUH AN
FASILITASI
K APASITAS
D AMP AK:M ENGATASI
KEMISKINAN
PENGANG GURAN
MEN INGK ATKAN
IPM
Y ↑, N ↑, P
BELANJA M OD AL, SEKTO R PU BLIKBELANJA M OD AL, SEKTO R PU BLIK
Secara garis besar kerangka konsepnya adalah seperti
grafik 5.1. Pada grafik tersebut diatas digambarkan lingkup
kebijakan makro dalam konteks pembangunan daerah yang
meliputi kebijakan fiskal, moneter, dan sektoral. Urusan
moneter bukan termasuk domain Pemerintah Daerah,
begitupun Hutang Luar Negeri sebagai bagian dari sumber
penerimaan pemerintah yang dapat menjadi instrumen
kebijakan fiskal. Dengan demikian pemerintah daerah lebih
banyak hanya bermain diwilayah kebijakan sektoral.
Hal serupa juga berkenaan dengan indikator makro
pembangunan. Beberapa indikator makro, seperti tingkat
inflasi, neraca perdagangan, neraca APBD, UMR, Investasi
Asing, dan ijin usaha-usaha berskala besar tidak berada
ditangan daerah, baik seluruhnya ataupun sebagian. Oleh
120
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
karenanya, kebijakan yang realistis namun menyentuh
sasaran apalagi bersifat efektif dan menyeluruh untuk
mempengaruhi kinerja makro ekonomi cukup sulit untuk
dirumuskan pada tataran makro.
Sesuai dengan kondisi faktual Kabupaten Tapin serta
gambaran prediksi kondisi akan datang yang harus
diantisipasi maka terdapat beberapa kebijakan yang strategis
untuk ditempuh.
Arah kebijakan Mendorong Pertumbuhan
Mengingat masih rendahnya tingkat pertumbuhan
PDRB maka diperlukan adanya usaha yang lebih
optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
yang lebih berkualitas dan strategis. Berkualitas dalam
arti kata menuju konsep pembangunan berkelanjutan
dan strategis sesuai dengan basis potensi dan daya
saing ekonomi lokal.
Arah kebijakan Mendorong Nilai Produksi
Dari sisi keberpihakan pemerintah, perlu adanya
dukungan anggaran untuk dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di daerah. Latar
belakang pendidikan pekerja yang relatif masih
rendah menentukan t ingkat produktifvitas dan
posis inya yang rendah dalam bekerja . Bentuk
dukungan yang dapat dilakukan berupa peningkatan
kualitas dan penyediaan akses bagi pendidikan dan
pelatihan, khususnya dalam meningkatkan lulusan
SLTA agar memperoleh pengetahuan dan
121
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
keterampilan lebih tinggi untuk siap masuk lapangan
kerja dengan lebih baik . Keberadaan inst i tusi
pendidikan diploma dibidang agroindustri, pertam-
bangan dan sejenisnya niscaya relevan dengan
kebutuhan tersebut.
Mendukung usaha-usaha untuk membangun kemam-
puan berwira usaha bagi calon pengusaha baru dan
mendorong perusahaan-perusahaan yang sudah ada
untuk melakukan up-grading terstruktur dan kon-
tinyu agar kualitas kerja dan daya saing usaha terus
meningkat. Unit-unit usaha swasta baik secara
mandir i ataupun melalui fas i l i tas pemerintah
didorong untuk memiliki program diklat terstruktur
dan kontinyu bagi pekerjanya agar lahir SDM yang
responsif terhadap perkembangan teknologi dan
mampu menciptakan inovasi.
Mengoptimalkan sekaligus mengkaji ulang upaya-
upaya promosi potensi daerah, khususnya dalam
bidang industri serta menyederhanakan prosedur dan
meningkatkan layanan sesuai pr insip good
governance.
Arah kebijakan Mendorong Peningkatan Pendapatan
Masyarakat
Masalah kemisikinan dapat diatasi jika pemerataan
bisa lebih baik. Oleh karena itu perlu dipastikan agar
setiap kebijakan berpihak kepada rakyat, misalnya
dalam hal perkebunan ataupun pertambangan.
Program-program anti kemiskinan terus di jalankan
122
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
sambil dikaji ulang. Selama masih ada masyarakat
miskin maka dua dimensi pengentasan kemiskinan
yakni mengurangi beban pengeluaran si miskin dan
mendukung mereka untuk dapat meningkatkan
pendapatan harus terus di implementasikan sebagai
wujud keadilan atas distribusi kue pembangunan.
Arah Kebijakan Meningkatkan Kinerja Anggaran
Pemerintah Daerah dan Keuangan
Meningkatkan kemampuan keuangan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi
daerah.
Mendorong sekaligus mengontrol perkembangan
lembaga-lembaga kredit mikro dan koperasi.
Meningkatkan profesionalisme dalam manajemen
pelayanan publik.
Berperan dan mendukung upaya-upaya peningkatan
bagi hasil SDA bagi daerah dikarenakan Kabupaten
Tapin adalah salah satu penghasi l komoditas
pertambangan utama di Kalsel.
123
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
DAFTAR PUSTAKA
Anonim; Modul Sistem Informasi Manajemen
Perencanaan Pembangunan Nasional. Bappenas,
Jakarta, 2003.
Anonim, Pendapatan Regional Kabupaten / Kota di
Kalimantan Selatan 2005-2011, BPS Kalimantan
Selatan. (Beberapa Edisi)
Anonim, PDRB Kabupaten Tapin 2009-2011, BPS
Kabupaten Tapin, 2011
Anonim, Kabupaten Tapin Dalam Angka 2011, BPS
Kabupaten Tapin, 2011
Anonim, Kabupaten Tapin Dalam Angka 2010, BPS
Kabupaten Tapin, 2010
Anonim, Kabupaten Tapin Dalam Angka 2009, BPS
Kabupaten Tapin, 2009
Arsyad, Lincolyn; Pengantar Perencanaan Ekonomi
Daerah. BPFE-UGM, Jogjakarta, 1999.
Kakwani, N. , S. Khandker and H. Son (2004) “Pro-Poor
Growth: Concepts and Measurements with Country
Case Studies” International Poverty Centre Working
Paper 1
124
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
Krugman.,P. (1998). Space : The Final Frontier. Journal
of Economic Perspectivee, 12 (2)
Mankiw, N. Gregory (2004). Principles of Economics.
Thomson South Western, Mason, Ohio, USA.
Mudrajat Kuncoro (2000). Ekonomi Pembangunan:
Teori, Masalah dan Kebijakan (1st ed.). UPP AMP
YKPN. Yogyakarta.
Mudrajat Kuncoro (2002). Analisis Spasial dan Regional:
Studi Aglomerasi dan Klaster Industri Indonesia. UPP
AMP YKPN. Yogyakarta.
Prasetyo Soepono (2001). Teori Pertumbuhan Berbasis
Ekonomi (eksport) Posisi dan Sumbangannya bagi
Perbendaharaan Alat-alat Analisis Regional. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.16 No.1.
Rahardjo Adisasmita (2005). Dasar-Dasar Ekonomi
Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Soeparmoko (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan
dan Pembangunan Daerah. Edisi pertama. Andi.
Yogyakarta.
Soediyono (1992). Ekonomi Makro: Pengantar Analisis
Pendapatan Nasional, Liberty, Yogyakarta
Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.
Bumi Aksara, Jakarta, 2004
Todaro, Michael P (2006). Pembangunan Ekonomi, Edisi
Kesembilan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tri Widodo (2006). Perencanaan Pembangunan: Aplikasi
Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN
Jakarta
125
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
2008. Indonesia Legal Centre Publishing
UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintah Daerah. 2008.
Indonesia Legal Centre Publishing
126
Kajian Daerah; Analisis Makro Ekonomi Daerah Kabupaten Tapin 2011