BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Disiplinrepository.ump.ac.id/4925/3/BAB II.pdfdi...

29
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Disiplin a. Pengertian Disiplin Belajar Disiplin secara umum yaitu merupakan sikap hidup yang harus dijadikan sebagai kebiasaan hidup dan bukan hanya menyangkut ketaatan. Jika dijadikan kebiasaan hidup, kapan pun, di mana pun kita akan melakukan disiplin secara konsisten, entah di sekolah, di rumah, maupun di dalam masyarakat (Wijaya, 2014:98). Sedangkan disiplin menurut Daryanto & Darmiatun (2013:135) yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Jadi kesimpulan disiplin belajar menurut pengertian di atas yaitu disiplin belajar merupakan sikap tertib dan patuh yang harus dijadikan sebagai kebiasaan hidup pada berbagai ketentuan dan peraturan yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Disiplin belajar dapat dilihat dari kepatuhan siswa terhadap tata tertib yang ada di sekolah, seperti berpakaian sesuai aturan sekolah dan waktu masuk sekolah serta keluar sekolah. Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Disiplinrepository.ump.ac.id/4925/3/BAB II.pdfdi...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Sikap Disiplin

a. Pengertian Disiplin Belajar

Disiplin secara umum yaitu merupakan sikap hidup yang

harus dijadikan sebagai kebiasaan hidup dan bukan hanya

menyangkut ketaatan. Jika dijadikan kebiasaan hidup, kapan pun,

di mana pun kita akan melakukan disiplin secara konsisten, entah

di sekolah, di rumah, maupun di dalam masyarakat (Wijaya,

2014:98). Sedangkan disiplin menurut Daryanto & Darmiatun

(2013:135) yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Jadi kesimpulan disiplin belajar menurut pengertian di atas

yaitu disiplin belajar merupakan sikap tertib dan patuh yang harus

dijadikan sebagai kebiasaan hidup pada berbagai ketentuan dan

peraturan yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Disiplin

belajar dapat dilihat dari kepatuhan siswa terhadap tata tertib yang

ada di sekolah, seperti berpakaian sesuai aturan sekolah dan waktu

masuk sekolah serta keluar sekolah.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

8

b. Macam-macam disiplin

Disiplin adalah kunci sukses karena dalam disiplin tumbuh

sifat teguh memegang prinsip, pantang mundur dalam kebenaran,

serta dapat berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

(Wijaya, 2014:99). Satu cara menjadikan kita disiplin adalah

melalui kebiasaan dan kebiasaan itu terbentuk dari latihan. Ada 5

macam disiplin dalam kehidupan, yaitu

1) Disiplin pribadi yaitu pengarahan disiplin pribadi yang

berkembang melalui kewajiban pribadi dalam diri individu.

Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan

mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan,

peraturan, serta tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat,

dan negara.

2) Disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan

mengendalikan diri agar dapat mematuhi semua ketentuan yang

telah ditentukan oleh negara.

3) Disiplin ilmu yaitu mematuhi semua ketentuan yang ditentukan

sebagai seorang ilmuwan. Jika seorang ilmuwan memiliki sikap

disiplin ilmu, ilmuwan itu memiliki kode etik (aturan) dan

perilaku yang baik.

4) Disiplin tugas yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah

ditentukan oleh atasan atau kepala sekolah. Bentuk-bentuk

ketaatan terhadap atasan adalah mendengarkan dan memahami

perintah dengan sebaik-baiknya serta memohon penjelasan

sampai jelas kemudian melaksanakannya dengan baik,

melipatgandakan kesabaran ketika melaksanakan perintah

tersebut serta ikhlas dan tidak mengurangi atau menambah

sedikitpun, melaksanakan perintah dengan segera meskipun

tidak sesuai dengan pendapatatau keinginannya serta saling

memberi dan menerima nasehat, dan meminta izin dalam setiap

urusan dan memberikan masukan sebelum pimpinan

mengambil keputusan.

c. Indikator Disiplin Belajar

Menurut Daryanto & Darmiatun (2013:135) ada 2 indikator yaitu

indikator sekolah dan indikator kelas.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

9

1) Indikator Sekolah meliputi

a) Memiliki catatan kehadiran.

b) Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang

disiplin.

c) Memiliki tata tertib sekolah.

d) Membiasakan warga sekolah untuk berdisplin.

e) Menengakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil

bagi pelanggaran tata tertib sekolah

2) Indikator Kelas meliputi

a) Membiasakan hadir tepat waktu

b) Membiasakan mematuhi peraturan

c) Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi

keahliannya

d) Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai

program studi keahlian)

Adapun Keterkaitan nilai, jenjang kelas, dan indikator untuk

Sekolah Dasar menurut Daryanto & Darmiatun (2013, 145)

yaitu

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

10

Tabel 2.1 Indikator Keterkaitan Nilai, Jenjang Kelas, dan

Indikator di Sekolah Dasar

Nilai Indikator

Kelas 1-3 Kelas 4-6

Disiplin:

Tindakan yang

menunjukkan

perilaku tertib

dan patuh pada

berbagai

ketentuan dan

peraturan

- Datang ke sekolah

dan masuk kelas

pada waktunya.

- Melaksanakan

tugas-tugas kelas

yang menjadi

tanggung

jawabnya

- Duduk pada

tempat yang telah

ditetapkan

- Menaati peraturan

sekolah dan kelas

- Berpakaian rapi

- Mematuhi aturan

permainan

- Menyelesaikan

tugas pada

waktunya

- Saling menjaga

dengan teman agar

semua tugas-tugas

kelas terlaksana

dengan baik

- Selalu mengajak

teman menjaga

ketertiban kelas

- Mengingatkan

teman yang

melanggar

peraturan dengan

kata-kata sopan

dan tidak

menyinggung

- Berpakaian sopan

dan rapi

- Mematuhi aturan

sekolah

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

11

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar menurut R.Gagne dalam buku Susanto (2013:1) adalah

“suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman”. Sedangkan menurut Muhibbin

(2013:4) “belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan

setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Ini berarti bahwa berhasil

atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung

pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Sedangkan menurut para ahli (Susanto, 2013:4) “belajar adalah

suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam

keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau

pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya

perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa,

maupun bertindak”. Dari beberapa pengertian belajar dapat

disimpulkan bahwa

“Belajar adalah suatu proses atau suatu aktivitas yang

dilakukan oleh individu dalam jenjang pendidikan untuk

memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru

sehingga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku. Seseorang

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

12

dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku

pada dirinya sendiri.”

b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua

golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern

adalah faktor yang ada diri individu yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

1) Faktor-faktor intern, meliputi:

a) Faktor Jasmaniah

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagaian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah

keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

terhadap belajarnya.

b) Faktor Psikologis

Faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar, antara lain: (1) intelegensi, (2)

perhatian, (3) minat, (4) bakat, (5) motif, (6) kematangan,

(7) kesiapan.

c) Faktor Kelelahan

2) Faktor-faktor ekstern, meliputi:

a) Faktor Keluarga

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

13

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa: (1) cara orang tua mendidik, (2) relasi antara

anggota keluarga, (3) suasana rumah tangga, (4) keadaan

ekonomi, (5) pengertian orang tua, (6) latar belakang

kebudayaan, (4) bentuk kehidupan masyarakat.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup:

(1) metode mengajar, (2) kurikulum, (3) relasi guru dengan

siswa, (4) relasi siswa dengan siswa, (5) disiplin sekolah,

(6) pelajaran dan waktu sekolah, (7) standar pelajaran, (8)

keadaan gedung, (9) metode belajar, dan (10) tugas rumah.

d) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi

karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor

masyarakat yang mempengaruhi ini mencakup: (1) kegiatan

siswa dalam masyarakat, (2) media massa, (3) teman

bergaul, dan (4) bentuk kehidupan masyarakat.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada

dua faktor yang dapat mempengaruhi belajar yaitu faktor

yang berada dalam diri individu (intern) dan dalam luar

individu yang belajar (ekstern).

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

14

c. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2009:12) Prestasi berasal dari bahasa

Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia

menjadi “Prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi

belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning

outcome). Maka dari itu, prestasi belajar merupakan suatu masalah

yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena

sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi

menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Prestasi belajar menurut Mulyasa (2013:189) yaitu hasil

yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar,

sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang

dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

Teori belajar yang mendukung prestasi belajar siswa yaitu

teori belajar Konstruktivisme, Konstruktivisme yaitu pembelajaran

yang mengajak siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam

memecahkan permasalahan secara bersama-sama sehingga

didapatkan suatu penyelesaian yang akurat (Saefudin:2008).

Dalam pembelajaran kontruktivisme guru berperan sebagai

fasilitator sekaligus membimbing dan mengarahkan siswa

membangun sendiri pengetahuan dengan terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

15

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prstasi belajar menurut Mulyasa

(2013:189) dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu

1) Bahan atau materi yang dipelajari

2) Lingkungan

3) Faktor Instrumental

4) Kondisi Peserta Didik

Faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama

memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta

didik.

3. Matematika di Sekolah Dasar

a. Pengertian Matematika

Matematika menurut Ruseffendi (Heruman, 2010:1) adalah

bahwa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian

secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur

yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Pengertian matematika antara lain menurut Johnson dan

Rising dalam Russefendi (Suwangsih & Tiurlina, 2006:4) bahwa

“matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

16

akurat respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa

bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi”.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa matematika merupakan pola berpikir, pola

mengorganisasikan, pembuktian yang logis tidak menerima

pembuktian secara induktif, matematika mempunyai struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur

yang didefinisikan dan konsep-konsep yang berhubungan satu

dengan yang lainnya.

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006:25) ciri-ciri

pembelajaran matematika di sekolah dasar antara lain:

a) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika

merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau

suatau topik matematika selalu mengkaitkan atau

menghubungkan dengan topik sebelumnya.

b) Pembelajaran matematika bertahap

Materi pelajaran mateatika diajarkan secara bertahap yaitu

dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep

yang lebih sulit.

c) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

17

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun, karena

sesuai tahap perkembangan mental siswa maka pada pelajaran

matematika di Sekolah Dasar digunakan pendekatan induktif.

d) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang

konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang

satu dengan kebenaran yang lainnya.

e) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran secara bermakna merupakan cara

mengajarkan materi pelajaran yang mengutamakan pengertian

daripada hafalan.

c. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar (2011: 1)

menyatakan tahapan aktivitas penguasaan materi pelajaran

matematika meliputi:

1) Penanaman Konsep

Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan

awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini

pengajaraan memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai

alat peraga.

2) Tahap Pemahaman Konsep

Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan

setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

18

peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit sampai

pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

3) Tahap Pembinaan Keterampilan

Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang

tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap

bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti

mencongak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat

peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.

4) Tahap Penerapan Konsep

Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang

sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan (cerita)

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini

disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan

masalah.

4. Pecahan

a. Pengertian Pecahan

Menurut Heruman (2007:43) pecahan dapat diartikan

sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar,

bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang

biasanya ditandai dengan asiran. Bagian inilah yang dinamakan

pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap

sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

19

Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan

Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) dalam

buku Heruman (2007:43) menyatakan bahwa pecahan merupakan

salah satu topik yang sulit diajarkan. Berdasarkan standar

kompetensi dan kompetensi dasar dapat diketahui bahwa materi

yang akan dijadikan bahan penelitian adalah materi pecahan

dengan kompetensi dasar penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Bilangan pecahan juga berlaku operasi hitung penjumlahan

dan pengurangan. Perhatikan contoh di bawah ini. (Burhan,

2008:172)

1) Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang sama

+

=

=

=

Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan

dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan

penyebutnya tidak dijumlahkan

2) Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang berbeda

+

Penyelesaian dari pecahan dengan penyebut yang berbeda yaitu

Bentuk yang senilai dengan

adalah

,

,

,

, …

Bentuk yang senilai dengan

adalah

,

,

,

, …

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

20

Pecahan yang senilai dengan

dan

yang berpenyebut sama

dan

+

=

+

=

=

Jadi,

+

=

1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari

bentuk pecahan yang senilai)

2. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan

berpenyebut sama

3) Pengurangan pecahan dengan penyebut yang sama

-

=

=

=

Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan

dengan mengurangkan pembilang-pembilangnya.

Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.

4) Pengurangan pecahan dengan penyebut yang berbeda

-

Penyelesaiannya yaitu

Bentuk senilai

adalah

,

,

,

, …

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

21

Bentuk senilai

adalah

,

,

,

, …

Pecahan

senilai

dan pecahan

senilai

-

=

-

=

=

Jadi,

-

=

1. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan

(mencari bentuk pecahan yang senilai).

2. Kurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan

pecahan berpenyebut sama.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head

Together (NHT)

Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur

khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Menurut Robert E. Slavin (2005:256) model pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini diantaranya menomori orang bersama.

Menomori orang bersama pada dasarnya adalah sebuah varian dari

Group Discussion; pembelokannya yaitu pada hanya ada satu siswa

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

22

yang mewakili kelompoknya tetapi tidak sebelumnya tidak diberi

tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang dilandasi

oleh teori belajar Konstruktivis. Numbered Head Together (NHT)

merupakan pendekatan struktural pembelajaran kooperatif yang

telah dikembangkan oleh Spencer Kagan, dll (Ibrahim, 2000:25).

Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang

lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan

struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together berkaitan erat dengan teori belajar

Konstruktivisme.

b. Langkah-langkahnya

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT

menurut Suprijono (2009:92) yaitu

1) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.

Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah

konsep yang di pelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu

kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok

berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap

kelompok terdiri dari 8 orang.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

23

2) Guru memberikan nomer 1-8 kepada tiap-tiap orang dalam

tiap-tiap kelompok.

3) Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa

pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.

Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan

jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan

kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban

atas pertanyaan dari guru.

4) Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomer yang sama

dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi

jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal

itu dilakukan terus hingga semua peserta didik yang bernomer

yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran

memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan

jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih

mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban

pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada

Pelajaran Matematika Materi Pecahan.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran ini

sebagai berikut:

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

24

a) Peserta didik dibagi dalam kelompok yang setiap kelompok

terdiri dari 4 peserta didik, setiap peserta didik dalam setiap

kelompok mendapat nomor yang berbeda.

b) Guru memberikan tugas atau lembar kerja siswa (LKS) dan

masing-masing kelompok mengerjakannya.

c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau

mengetahui jawabannya.

d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang

dipanggil memaparkan hasil kerja sama mereka.

e) Kemudian guru menunjuk nomor yang lain, untuk menanggapi

temannya yang telah memaparkan hasil kerjanya.

f) Kesimpulan.

Menurut Rofiah (2015) ada empat langkah-langkah

pembelajaaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu:

(a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir

bersama, (d) Pemberian jawaban. Langkah-langkah tersebut

kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai

kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut

adalah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran

dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

25

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Penomoran / Numbering

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 anak.

Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan

nama kelompok yang berbeda.

Langkah 3. Pertanyaan dan berpikir bersama / Head Together

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada

setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja

kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk

menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang

mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau

pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Langkah 4. Pemberian jawaban / Answering

Dalam tahap, ini guru menyebut salah satu nomor dan para

siswa dari setiap kelompok dengan nomor yang sama

mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di

kelas.

Langkah 5.Memberi kesimpulan

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

26

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari

semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

disajikan.

Langkah 6.memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-

kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi

kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.

6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator

a. Standar Kompetensi : 1. Menggunakan pecahan dalam

pemecahan masalah.

b. Kompetensi Dasar : 6.3 Menjumlahkan Pecahan

6.3 Mengurangkan Pecahan

c. Indikator :

1) Melakukan operasi hitung penjumlahan pecahan

berpenyebut sama.

2) Melakukan operasi hitung penjumlahan pecahan

berpenyebut berbeda.

3) Melakukan operasi hitung pengurangan pecahan

berpenyebut sama.

4) Melakukan operasi hitung pengurangan pecahan

berpenyebut berbeda.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

27

7. Alat Peraga

a. Pengertian Alat Peraga

Menurut Estiningsih (1994) dalam buku Sukayati &

Suharjana (2009:6) alat peraga merupakan media pembelajaran

yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang

dipelajari. Contoh: papan tulis, buku tulis, dan daun pintu

berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada

saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegipanjang.

Menurut Anitah (2008:3) peraga berasal dari kata raga yang

berarti jasad atau bentuk. Istilah alat peraga ini demikian melekat

pada banyak pendidik sampai kurun waktu yang cukup lama.

Bahkan sampai saat ini masih banyak orang menggunakan istilah

alat peraga secara silih berganti dengan istilah lain seperti alat

bantu, media, alat pelajaran, dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan dari pengertian alat peraga diatas

bahwa alat peraga yaitu media pembelajaran atau alat bantu yang

mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari.

b. Blok Pecahan

Menurut Sukayati & Suharjana (2009:30) bilangan pecahan

lazim disebut pecahan, maka untuk selanjutnya yang dimaksud

pecahan adalah bilangan pecahan.

Alat peraga blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran

pecahan di kelas III, IV, V, VI SD dalam konsep materi:

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

28

a) Pecahan

,

,

,

,

,

,

,

b) Pecahan senilai

c) Penjumlahan dan pengurangan pecahan

Gambar 2.1. Ilustrasi Gambar Blok Pecahan

a) Memperagaan konsep pecahan

Kosep pecahan yang dikenalkan kepada peserta didik dengan

urutan dari

an,

an, dan

an. Selanjutnya mengenalkan pecahan

an,

an,

an,

an, dan

an. Satu lingkaran utuh digunakan untuk

memperagakan bilangan 1.

Lingkaran utuh digunakan untuk

memperagakan bilangan 1.

Lingkaran yang dipotong menjadi 2

bagian sama digunakan untuk

memperagakan konsep

an. Masing-

masing melambangkan

dan dibaca

setengah/seperdua.

“1” disebut pembilang (merupakan 1

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

29

bagian potongan yang

diperhatikan/diambil).

“2” disebut penyebut (merupakan

banyaknya potongan yang sama dari

yang utuh)

Lingkaran yang dipotong menjadi 4

bagian sama digunakan untuk

memperagakan konsep pecahan

an.

Bila mengambil 2 potong maka

disebut

(dua per empat) dan bila

mengambil 3 potong maka disebut

(tiga per empat)

Peragaan dapat dilanjutkan untuk

an,

an,

an,

an,

an, dan

an.

b) Memperagakan penjumlahan pecahan

1. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama.

Contoh

+

=

Kesimpulannya : penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama

dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilang dari kedua

pecahan tersebut, sedangkan penyebutnya tetap.

2. Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

30

Contoh

Digabung

Di ubah

+

=

+

=

Kesimpulannya : penjumlahan dua pecahan tidak sama dan salah

satu penyebutnya merupakan kelipatan penyebut yang lain, dapat

dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu

kemudian baru dijumlahkan.

c) Memperagakan Pengurangan Pecahan

1. Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama

Contoh

Diambil

Sisa

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

31

Kesimpulannya : pengurangan pecahan yang berpenyebut sama

dapat dilakukan dengan mengurangkan pembilangnya, sedangkan

penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.

2. Pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama

Contoh

-

Diubah menjadi d

diambil diambil

=

sisa

Jadi:

-

=

-

=

=

Kesimpulannya: Pengurangan pecahan yang berpenyebut

tidak samadapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya

terlebih dahulu sehingga menjadi dua pecahan berpenyebut

sama, baru mengurangkan pembilangnya, sedangkan

penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.

2.2. Gambar Foto Alat Peraga Blok Pecahan

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

32

B. Penelitian Relevan

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan

oleh Ari Fatma tahun 2012 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran

Koopeatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Materi Pecahan Di Kelas V SDN 2 Karangnangka,

dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi pecahan di kelas lima.

Peneliti yang lain dilakukan oleh Septianti Nurjannah tahun 2015

dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika

Melalui Model Pembelajaran tipe Numbered Head Together

Menggunakan Media Kartu Bilangan Di Kelas IV SDN 1 Kalialang, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

matematika

C. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan

berbagai cara, model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

guna mencapai tujuan dan sarana pendidikan. Banyak model pembelajaran

yang diterapkan oleh guru akan tetapi masih banyak dijumpai beberapa

guru yang masih bingung dalam memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik siswa SD, khususnya pada siswa kelas IVB SD

Negeri 1 Sambirata.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

33

Untuk memberikan ketertarikan dan suasana menyenangkan

kepada siswa, maka cara yang dapat ditempuh misalnya dengan

mengaktifkan mereka dalam kegiatan pembelajaran matematika secara

kelompok, adanya alat peraga dan menggunakan model pembelajaran

yang sesuai. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika, guru yang

baik harus menciptakan suasana pembelajaran matematika yang

menyenangkan. Siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran

matematika apabila penyajiannya baik dan menarik. Dalam hal ini

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) dengan alat peraga blok pecahan sangat membantu siswa

dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Dengan hal seperti itu,

diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat terus meningkat. Untuk

lebih jelasnya dibuat bagan kerangka berfikir dari penelitian ini sebagai

berikut

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

34

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

Hasil belajar matematika

siswa rendah

Tindakan Dalam pembelajaran guru

menggunakan model

pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head

Together (NHT) dengan alat

peraga blok pecahan

Siklus 1 Dalam

pembelajaran

siswa

melaksanakan

model

pembelajaran

kooperatif tipe

Numbered Head

Together (NHT)

dengan alat

peraga blok

pecahan

Siklus 2 Dalam

pembelajaran

siswa

melaksanakan

model

pembelajaran

kooperatif tipe

Numbered Head

Together dengan

alat peraga blok

pecahan

Prestasi belajar

Matematika siswa

meningkat pada : sikap

disiplin dan prestasi

belajar siswa.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016

35

D. Hipotesis Tindakan

Untuk mengatasi masalah yang diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dengan alat peraga blok pecahan

dapat meningkatkan sikap disiplin siswa terhadap mata pelajaran

matematika materi pecahan kelas IVB SD Negeri 1 Sambirata.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dengan alat peraga blok pecahan

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran

matematika materi pecahan kelas IVB SD Negeri 1 Sambirata.

Peningkatan Sikap Disiplin..., Dwi Arianingrum Pratiwi, FKIP, UMP, 2016