A. Disiplin Anak 1. Pengertian disiplinrepository.ump.ac.id/4538/3/DEFI DWI NURAINI - BAB II.pdf2)...
Transcript of A. Disiplin Anak 1. Pengertian disiplinrepository.ump.ac.id/4538/3/DEFI DWI NURAINI - BAB II.pdf2)...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Disiplin Anak
1. Pengertian disiplin
Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi
tuntutan dari lingkungan, disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk
menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu
untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh dari orang lain
atau karena situasi kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang
diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan tempat ia hidup
(Semiawan 2009:89).
Menurut Sutirna (2013:115) Disiplin berasal dari kata disciple
yang artinya belajar secara suka rela mengikuti pemimpin dengan
tujuan dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Selanjutnya menurut Anomius (dalam Wantah 2005:140)
disiplin adalah suatu cara untuk membantu anak agar dapat
mengembangkan pengendalian diri. Dengan menggunakan disiplin
anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah
lakunya yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing, dan
membantu agar anak memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan
5
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
6
kepatuhannya dan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara
teratur.
Berbeda dari pendapat diatas, Hurlock (dalam Gunarsa 2011:81)
disiplin sebagai suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut
paut dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Lebih lanjut menurut Zuariah 2007 (dalam Sari 2015:22) disiplin
juga sebagai cerminan dari ketaatan, kepatuhan, ketertiban, kesetiaan,
ketelitian, dan keteraturan, perilaku seseorang terhadap norma yang
berlaku serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan dan tanpa
paksaan.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa disiplin yaitu membantu
anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri dan proses latihan
atau belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai cerminan dari ketaatan, kepatuhan, ketertiban,
kesetiaan, dan keteraturan.
2. Unsur – unsur yang berpengaruh dalam disiplin
Menurut Hurlock (1978 : 84) ada 3 unsur dalam disiplin yaitu
peraturan, hukuman, dan penghargaan.
a. Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola
tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru atau teman bermain.
Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang
disetujui dalam situsi tertentu.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
7
b. Hukuman berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang
karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai
ganjaran atau pembalasan.
c. Penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil
yang baik. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi
dapat berupa kata-kata, pujian, senyuman atau tepukan
dipunggung.
Menurut Kurtinez dan Greif (dalam Wantah 2005 :150-169) ada
5 unsur dalam disiplin yaitu peraturan, kebiasaan-kebiasaan, hukuman,
penghargaan dan konsisten.
a. Peraturan
Peraturan adalah ketentuan- ketentuan yang harus ditetapkan untuk
menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi,
institusi, atau komunitas.
b. Kebiasaan- kebiasaan
Disamping ada aturan-aturan yang bersifat positif dan formal, ada
pula kebiasaan-kebiasaan (habit) sosial yang tidak tertulis.
Meskipun tidak tertulis, kebiasaan- kebiasaan ini telah menjadi
semacam keharusan sosial dan menjadi kewajiban setiap anggota
masyrakat untuk melaksanakannya.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
8
c. Hukuman
Hukuman adalah suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang
dijatuhkan pada seseorang yang berbuat kesalahan, perlawannan,
atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan.
d. Penghargaan
Penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang
mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Seseorang
akan terus berupaya meningkatkan dan mempertahankan disiplin
prestasi dan produktifitas yang kemudian mendapatkan
penghargaan.
e. Konsisten
Konsisten dalam disiplin mempunyai tiga peran penting. Pertama,
mempunyai nilai mendidik yang besar. kedua, mempunyai nilai
motivasi bagi anak. Ketiga, konsisten dalam menjalankan aturan.
Selanjutnya menurut Sutirna (2013:116) unsur disiplin antara
lain peraturan (petunjuk bertingkah laku), konsisiten (memotivasi
tingkah laku yang baik), penghargaan (membuat anak mengerti apakah
perilkunya dapat direrima atau tidak), dan hukuman sebagai akibat
melaggar peraturan ( mengajarkan anak untuk mengerti aturan,
menghentikan tingkah laku yang salah).
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
9
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
unsur - unsur dalam disiplin adalah peraturan, hukuman, penghargaan,
kebiasaan - kebiasaan dan konsisten.
3. Bentuk - bentuk disiplin
Menurut Hurlock (dalam Wantah 2005 :178) ada tiga bentuk
disiplin yang umumnya digunakan orang tua dalam membina perilaku
anaknya.
a. Disiplin yang bersifat permisif dan demokratis
Pendidik yang menggunakan bentuk disiplin ini tidak menggunakan
banyak aturan, memberikan kebebasan dan kesempatan sepenuhnya
pada anak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pertimbangan
dan kemauan mereka.
b. Disiplin yang otoriter dan keras
Pendidik yang menggunakan disiplin ini menginginkan agar anak
patuh dengan aturan yang mereka tetapkan.
c. Disiplin yang situsional dan moderat
Pendidik yang menggunakan disiplin ini memberi penjelasan yang
memadai kepada anak tentang aturan dan perilaku mana yang baik
dan mana yang tidak baik.
Menurut Baumrind (dalam Wantah 2005 :183) menemukan
bahwa berbagai modus untuk mengontrol anak dalam pembentukan
disiplin yaitu, permisif, otoritarian dan otoritatif dipengaruhi juga oleh
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
10
dinamika dan suasana hubungan dalam keluarga, urutan kelahiran dan
besarnya keluarga, ibu yang bekerja dan orientasi nilai - nilai
keagamaan dari orang tua.
Menurut Sutirna (2013: 115-116) bentuk - bentuk disiplin
antara lain disiplin karena paksaan dan disiplin tanpa paksaan.
Disiplin dengan paksaan (otoriter) adalah pendisiplinan secara paksa,
anak harus mengikuti aturan yang telah ditentukan. Jika anak tidak
melakukan maka anak akan dihukum. Sedangkan disiplin tanpa
paksaan (permisif) adalah disiplin dengan membiarkan anak mencari
batasan sendiri.
Dari pendapat beberapa ahli diatas bahwa bentuk - bentuk
disiplin yang sering digunakan orang tua adalah disiplin yang
bersifat permisif dan demokratis, disiplin yang otoriter dan keras,
dan disiplin yang situsional dan moderat.
4. Aspek – aspek dalam disiplin
Ada beberapa aspek yang berperan dalam disiplin anak seperti
yang dikemukakan oleh Moenir (2010:96), kholbreg (dalam
sutirna 2013:116-117)
a. Disiplin waktu.
b. Disiplin perbuatan.
c. Disiplin karena ingin disayang atau takut dihukum.
d. Disiplin jika kesenangan dipenuhi.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
11
e. Disiplin karena mengetahui ada tuntutan di lingkungan.
f. Disiplin karena sudah ada orientasi terhadap otoritas.
g. Disiplin karena sudah melakukan nilai - nilai sosial.
Menurut Moenir (2010:96) indikator kedisiplinan berdasarkan
disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu :
a. Disiplin waktu meliputi :
1) Tepat waktu dalam belajar.
2) Datang dan pulang sekolah tepat waktu, mulai dari selesai
belajar di rumah dan di sekolah tepat waktu.
3) Tidak meninggalkan kelas atau membolos saat pelajaran.
4) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
b. Disiplin perbuatan, meliputi :
1. Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku.
2. Tidak malas belajar.
3. Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya.
4. Tidak suka berbohong.
Indikator perkembangan disiplin menurut Kholberg (dalam
Sutirna 2013: 116-117).
a. Disiplin Karena ingin disayang atau takut dihukum
Contoh : anak mengikuti peraturan karena ingin disayang orang
tua atau orang dewasa. Anak tidak mempunyai perasaan bersalah
jika melakukan pelanggaran.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
12
b. Disiplin jika kesenangan dipenuhi
Contoh : anak mau tidur siang setelah diberi es krim.
c. Disiplin karena mengetahui ada tuntutan di lingkungan
Contoh : anak semakin memahami ada aturan diluar
lingkungannya seperti kesekolah dengan pakaian seragam.
d. Disiplin karena sudah ada orientasi terhadap otoritas
Contoh : anak tahu aturan untuk tidak boleh buang sampah
sembarangan.
e. Disiplin karena sudah melakukan nilai - nilai sosial. Tata tertib,
atau prinsip - prinsip.
Contoh : anak mulai dapat memilih yang baik dan yang buruk.
B. Pola Asuh Orang tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi seorang anak. Pada usia
ini anak mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah
dilihatnya. Disinilah peran orang tua (ayah dan Ibu) memiliki peran yang
begitu sangat besar untuk memberikan pelayanan berupa pola asuh yang tepat
dan efektif bagi buah hatinya.
Menurut Anggraeni (2009 : 2) pola asuh orang tua adalah pola
perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu
ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, baik dari segi negatif
maupun positif.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
13
Menurut Wibowo (2012 :112) pola asuh ini didefinisikan sebagai pola
interaksi antara anak dengan orang tua, yang meliputi pemenuhan kebutuhan
fisik (seperti makan, minum, dan lain- lain) dan kebutuhan non fisik seperti
perhatian, empati, kasih sayang dan sebagainya.
Menurut Wiwit, dkk(2003:126) pada dasarnya pola asuh dapat
diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak.
Lebih lanjut Gunarsa 2002 (dalam Devita Sari 2015:12)
mengatakan pola asuh adalah cara orang tua bertindak, berinteraksi,
mendidik, dan membimbing anak sebagai suatu aktivitas yang
melibatkan banyak perilaku tertentu secara individual maupun bersama
- sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
adalah seluruh cara perlakuan yang diterapkan orang tua pada anak dalam
bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak yang meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, mimum dan lain - lain) dan
kebutuhan non fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang dan sebagainya.
2. Jenis-jenis Pola Asuh
Dalam kehidupan sehari-hari dirumah, seperti telah diketahui
terdapat berbagai jenis - jenis pola pendidikan atau pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua salah satunya, menurut Hurlock, Hardy &
Heyes (dalam Agus Wibowo 2012 : 116) ada 3 jenis pola asuh yaitu,
pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
14
a. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter ini ciri khasnya adalah kekuasaan orang tua
amat dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi, kontrol terhadap
tingkah laku anak sangat ketat, anak dan orang tua akan sering
menghukum jika anak tidak patuh.
b. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri, orang tua mendorong
anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan, ada kerja sama
antara orang tua dan anak, anak diakui sebagai pribadi, ada
bimbingan dan pengarahan dari orang tua, dan ada kontrol dari
orang tua yang tidak kaku.
c. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif mempunyai ciri, orang tua memberikan
kebebasan penuh pada anak untuk berbuat, dominasi pada anak,
sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, tidak ada bimbingan
dan pengarahan dari orang tua, dan kontrol dan perhatian orang tua
terhadap anak sangat kurang bahkan tidak ada.
Menurut Anggraeni (2009 :3) terdapat 4 macam pola asuh orang
tua yaitu Pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh
permisif, pola asuh penelantar. Pola asuh demoktaris adalah pola
asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
15
rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran -
pemikiran, bersikap realistis terhadap kemampuan anak. Pola asuh
otoriter merupakan kebalikan dari pola asuh demokratis. Pola asuh
ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum. Pola asuh
permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang
sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya, mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apa bila anak
sedang dalam bahaya. Sangat sedikit bimbingan yang diberikan
orang tua. Pola asuh penelantar orang tua ini pada umumnya
memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-
anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi,
seperti bekerja dan melakukan penghematan biaya untuk anak
mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara
fisik dan psikis, biasanya dilakukan seorang ibu yang depresi.
Menurut Baumrind (dalam Dariyo 2007: 206) ada 4 jenis pola asuh,
yakni :
a. Pola asuh otoriter (authoritarian)
Dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral artinya segala
ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
16
(aturan) yang harus ditaati oleh anak.Supaya taat, orang tua tak
segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orang
tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, seringkali
orang tua tak menyukai tindakan anak yang memprotes,
mengkritik atau membantahnya.
b. Pola asuh permisif (permissive)
Orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi
kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Orang
tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan
kehendak anaknya. Semua kehidupan keluarga seolah-olah sangat
ditentukan oleh kemauan dan keinginan anak. Jadi anak
merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga.
c. Pola asuh demokratis (authoritative)
Gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan
untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak
dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai
kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide
atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Dengan demikian
orangtua dan anak dapat berdiskusi, berkomunikasi atau berdebat
secara konstruktif, logis, rasional demi mencapai kesepakatan
bersama.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
17
d. Pola asuh situasional (situational)
Tak tertutup kemungkinan bahwa individu yang menerapkan
pola asuh itu tidak tahu apa nama/jenis pola asuh yang
dipergunakan sehingga secara tak beraturan menggunakan
campuran ke 3 pola asuh diatas. Hal ini disesuaikan dengan
kondisi dan situasi, tempat dan waktu bagi setiap keluarga yang
bersangkutan.
Menurut baumrind (dalam wiwit 2003:128) mengemukakan
secara umum pola asuh tergambar dalam 3 macam bentuk sebagai
berikut :
a. Authoritarian
Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksa kehendak, suatu
peraturan yang direncanakan orang tua dan harus dituruti olah anak.
Pendekatan yang semacam ini biasanya kurang responsif pada hak
dan keinginan anak. Anak lebih dianggap sebagai obyek yang harus
patuh dan menjalankan aturan. Ketidakberhasilan kemampuan
dianggap kegagalan.
b. Permisif
Pola ini sangat bertolak belakang dengan pola asuh diatas yang
menggunakan pendekatan kekuasaan orang tua. Permisif dapat
diartikan orang tua yang serba memperbolehkan atau suka
mengijinkan. Pola pengasuhan ini menggunakan pendekatan yang
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
18
sangat responsive (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung
terlalu longgar.
c. Authoritative (demokratis)
Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan demokratis.
Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan
mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan
kebutuhan yang realistis. Tentu saja tidak semata-mata menuruti
keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak
mengenai kebutuhan yang penting bagi kehidupannya.
Selanjutnya menurut Diana Baumbrind 1971 (dalam Santrock
2007:167) ia percaya bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau
menjauh. Alih- alih mereka harus menetapkan aturan bagi anak dan
menyayangi mereka. Dia telah menjelaskan empat jenis gaya
pengasuhan.
a. Pengasuhan otoritarian
adalah gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum,
dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan
mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Batas
dan kendali yang tegas diterapkan pada anak, dan sangat sedikit
tawar-menawar verbal yang diperbolehkan. Gaya ini biasanya
mengakibatkan perilaku anak yang tidak kompeten secara sosial.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
19
b. Pengasuhan otoritatif
mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas
dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal memberi
dan menerima dimungkinkan, dan orangtua bersikap hangat dan
penyayang terhadap anak. Gaya ini biasanya mengakibatkan
perilaku anak yang kompeten secara sosial.
c. Pengasuhan yang mengabaikan
Gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Anak yang memiliki orangtua yang mengabaikan merasa
bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada
diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki
kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian
diri yang buruk dan tidak mandiri.
d. Pengasuhan yang menuruti
Adalah gaya pengasuhan dimana orangtua sangat terlibat dengan
anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka.
Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang
diinginkan. Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan
perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan
keinginannya.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa jenis -
jenis pola asuh yang sering digunakan orang tua dalam mendidik anak
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
20
adalah pola asuh otoriter (authoritarian), pola asuh demokratis
(authoritative), pola asuh permisif (permissive), pola asuh situasional
(situational).
3. Pola Asuh Authoritative
Menurut Baumrind (dalam Wiwit 2003:128) pola asuh
authoritative (demokratis) pola asuh ini menggunakan pendekatan
rasional dan demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan
anak dan mencukupinya dengan pertimbanganfaktor kepentingan dan
kebutuhan yang realistis. Tentu saja tidak semata-mata menuruti
keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak mengenai
kebutuhan yang penting bagi kehidupannya.
Menurut Baumrind (dalam Dariyo 2007: 206) Pola asuh
demokratis (authoritative) gabungan antara pola asuh permisif dan
otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan
tindakan antara anak dan orangtua. Baik otang tua maupun anak
mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu
gagasan, ide atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Dengan
demikian orangtua dan anak dapat berdiskusi, berkomunikasi atau
berdebat secara konstruktif, logis, rasional demi mencapai
kesepakatan bersama.
Selanjutnya menurut Hurlock, Hardy & Heyes (dalam Agus
Wibowo 2012 : 116) Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri, orang
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
21
tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan, ada
kerja sama antara orang tua dan anak, anak diakui sebagai pribadi, ada
bimbingan dan pengarahan dari orang tua, dan ada kontrol dari orang
tua yang tidak kaku.
Lebih lanjut menurut Anggraeni (2009:3) pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang mempriorotaskan kepentingan anak,
tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio
atau pemikiran -pemikiran, bersikap realistis terhadap kemampuan
anak.
Berdasarkan definisi diatas peneliti menyimpulkan pola asuh
authoritative ini menggunakan pendekatan rasional dan demokratis,
dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan
antara anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai
kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide atau
pendapat untuk mencapai suatu keputusan. Memprioritaskan
kepentingan anak tetapi tidak ragu mengendalikan mereka, dengan ciri
- ciri orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia
inginkan, ada kerja sama antara orang tua dan anak danada kontrol
dari orang tua yang tidak kaku.
Beberapa indikator pola asuh authoritative menurut Hurlock
(dalam Wibowo 2012)antara lain :
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
22
a. Orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia
inginkan.
b. Ada kerja sama antara orang tua dan anak, anak diakui sebagai
pribadi.
c. Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua.
d. Ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku.
Menurut Hetherington & Porke (dalam Wiwit 2003:132)
indikator authoritative yaitu :
a. Penekanan aturan yang cukup tegas
b. Tidak menyerah pada paksaan
c. Menunjukan rasa tidak senang dalam menghadapi perilaku anak
yang tidak baik
d. Menunjukan rasa senang ketika anak berperiku baik, peraturan
dikomunikasikan dengan jelas
e. Mengharapkan kematangan anak dan perilaku mandiri pada anak
sesuai dengan usia anak.
C. Hubungan Antara Pola Asuh Authoritative Terhadap Disiplin Anak
Suksesnya pembentukan disiplin pada anak khususnya yang
dilakukan dalam keluarga ditentukan oleh sejumlah faktor. Menurut
Dodson 1978 (dalam Wantah 2005:180) menyebutkan faktor penting
dalam pembentukan disiplin.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
23
Pertama, latar belakang dan kultur kehidupan keluarga. Bila
orang tua sejak kecil terbiasa hidup dalam lingkungan yang keras,
pemabuk, tidak memiliki disiplin, tidak mnghargai orang lain, bertingkah
laku semaunya, maka kebiasaan itu akan terbawa ketika orang tua
membimbing dan menanamkan disiplin pada anak.
Kedua, sikap dan karakter orang tua. Faktor ini sangat
mempengaruhi cara - cara orang tua dalam menanamkan disiplin kepada
anaknya. Orang tua yang mempunyai watak otoriter, suka menguasai,
menganggap dirinya benar, dan tidak mempedulikan orang lain, akan
cenderung membina disiplin anak - anaknya secara otoriter pula.
Sebaliknya orang tua yang mempunyai watak pemarah, lemah lembut,
dan tidak ingin menyakiti orang lain, akan cenderung memperlakukan
disiplin pada anak - anaknya secara permisif dan tidak ingin menyakiti
anak dengan hukuman fisik atau dengan kata - kata yang kasar.
Ketiga, latar belakang pendidikan dan status ekonomi keluarga,
juga dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi upaya pembentukan
disiplin terhadap anak. Orang tua yang mengecap pendidikan menengah
keatas dan memilki status ekonomi yang baik, dalamarti dapat memenuhi
kebutuhan - kebutuhan pokok kelurga seperti pangan, sandang,
pemukiman, kesehatan, dan pendidikan dapat mengupayakan pendidikan
dan pembentukan disiplin yang lebih terencana, sistamatis, dan terarah,
dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai pendidikan rendah, dan
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
24
secara ekonomi tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari
secara layak.
Keempat, keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga adalah
faktor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap upaya
pembentukan disiplin dalam keluarga. Sebuah kelurga cenderung tidak
utuh secara struktural, yaitu salah satunya, ibu atau ayah tidak lagi
bersama - sama dalam kelurga, akan memberi pengaruh negatif terhadap
penanaman disiplin kepada anak. Apa lagi kalau salah seorang ibu, ayah,
atau keduanya meninggalkan rumah tanpa kesepakatan atau pulang larut
malam tanpa saling peduli satu denga yang lain.
Kelima, faktor lain dalam keluarga yang turut mempengaruhi
pembentukan disiplin anak usia dini adalah cara - cara dan tipe perilaku
parental, yaitu perilaku orang tua dalam membimbing, mendidik, dan
menanamkan displin kapada anaknya, (1) tipe parental yang keras, kejam,
dingin, otoriter, selalu memberi nasehat atau selalu memberi nasehati
atau selalu memarahi anak, (2) memperlihatkan kesulitannya sendiri, (3)
memanjakan, sehingga setiap kebutuhan anak akan dituruti secara
berlebihan walaupun anak sendiri tidak memintanya, (4) selalu khawatir
terhadap anak, khawatir kalau ia mendapat sakit, celaka dijalan,
khawatir kalau makanan atau minumannya kurang steril dan sebagainya.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017
25
D. Hipotesis
Berdasarkan pemaparan uraian diatas tersebut, maka peneliti akan
mencoba membuat kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan
kebenarannya, maka penulis membuat hipotesis menurut Arikunto (2006:73 -
74) yaitu :
Ha : Ada hubungan pola asuh authoritative dengan tingkat disiplin anak
di TK BA Aisyiyah Mertasari Kecamatan Purwanegara Kabupaten
Banjarnegara Semester Genap tahun ajaran 2016 – 2017.
Ho : Tidak Ada hubungan pola asuh authoritative dengan tingkat disiplin
anak di TK BA Aisyiyah Mertasari Kecamatan Purwanegara
Kabupaten Banjarnegara semester Genap tahun ajaran 2016 - 2017.
HUBUNGAN ANTARA POLA ...DEFI DWI NURAINI, FKIP PG PAUD, UMP 2017