BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ......

34
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Matematika a. Pengertian Matematika Andi Hakim Nasution (Karso, 2007: 1.39) mengatakan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang berarti mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata Sansekerta medha atau widya yang berarti kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Menurut Ruseffendi ( Karso, 2007: 1.39) matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku sacara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Selanjutnya menurut Reys (Karso, 2007: 1.40) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Kline (Karso, 2007: 1.40) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika dapat pula diartikan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif. (Herman Hudojo, 1988: 3).

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ......

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Matematika

a. Pengertian Matematika

Andi Hakim Nasution (Karso, 2007: 1.39) mengatakan bahwa istilah

matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang berarti

mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata

Sansekerta medha atau widya yang berarti kepandaian, ketahuan, atau

intelegensi. Menurut Ruseffendi ( Karso, 2007: 1.39) matematika itu

terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi,

aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan

kebenarannya berlaku sacara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu

deduktif. Selanjutnya menurut Reys (Karso, 2007: 1.40) mengatakan bahwa

matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola

berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Kline

(Karso, 2007: 1.40) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat

sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu

manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan

alam.

Matematika dapat pula diartikan dengan ide-ide (gagasan-gagasan),

struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik

sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu

kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logik dengan

menggunakan pembuktian deduktif. (Herman Hudojo, 1988: 3).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

12

Matematika adalah angka-angka perhitungan yang merupakan bagian dari

hidup manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan secara eksak

berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau ilmu

mengenai logika dan problem-problem menarik. Matematika membahas

faktor-faktor dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang

dan bentuk (Karso, 2007: 1.42).

Berdasarkan pernyataan dari para ahli matematika di atas dapat dikatakan

bahwa matematika suatu pengetahuan yang tidak sempurna karena dirinya sendiri,

jadi keberadaan matematika itu sendiri untuk membantu permasalahan manusia

dalam bidang sosial, ekonomi, dan alam. Hal ini berarti belajar matematika adalah

belajar konsep yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta

lebih memahami lagi konsep yang terdapat dalam materi tersebut.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Karso (2007: 2.7) tujuan pendidikan matematika di jenjang pendidikan

dasar mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional

yang telah dirumuskan dalam GBHN. Diungkapkan dalam GBHN matematika

kurikulum pendidikan dasar, bahwa tujuan umum diberikannya matematika di

jenjang pendidikan dasar meliputi dua hal, yaitu:

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang sedang berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, dan efektif.

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar

yang pertama di atas memberikan penekanan pada penataan nalar dan

pembentukan sikap siswa. Sedangkan pada tujuan yang kedua memberikan

penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu

pengetahuan lainnya. (Karso. 2007: 2.8)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

13

Karso (2007: 2.8) diungkapkan dalam GBPP Matematika SD, bahwa

tujuan pengajaran matematika di SD meliputi 4 hal, yaitu:

1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika.

3) Memiliki pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran matematika itu sendiri adalah membekali peserta didik agar mampu

terjun ke masyarakat yang dibekali dengan ilmu-ilmu yang bersifat logis. Setelah

siswa diberi pembelajaran matematika yang bersifat logis diharapakan siswa

mampu membentuk sikap yang logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin. Serta

diharapkan siswa mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini tujuan matematika yang diambil oleh peneliti adalah

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep matematika yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Standar

Kompetensi “menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah”. Dengan

Kompetensi Dasar “Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta

sebaliknya.”. Dengan materi pokok “mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal

serta sebaliknya”.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

14

c. Fungsi Matematika

Menurut Karso (2007: 2.6) fungsi matematika ada 3, yaitu:

1) Matematika sebagai alat

Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk

memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-

persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan

penyederhanaan soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.

Bila seorang siswa dapat melakukan perhitungan, tetapi tidak dapat

menyatakan tepat atau tidaknya operasi yang digunakan atau tidak tahu

alasannya, maka tentunya ada yang salah dalam pengerjaannya atau ada

sesuatu yang belum dipahami.

2) Matematika sebagai pembentukan pola pikir.

Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk

memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki

dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan

pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa

mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstrak ini,

siswa dilatih untuk membuat perkiraan terkaan, atau kecenderungan

berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan

melalui contoh-contoh khusus (generalisasi).

3) Matematika sebagai ilmu pengetahuan

Guru harus mampu menunjukkan bahwa matematika selalu mencari

kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang telah diterima, bila

diketemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-

penemuan sepanjang mengikuti pola pikir yang sah.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari

matematika itu sendiri ada 3, yaitu: matematika sebagai alat, matematika sebagai

pola pikir, matematika sebagai ilmu pengetahuan. Apabila suatu pembelajaran

sudah berpedoman pada ketiga fungsi tersebut, maka tujuan dari pembelajaran

matematika pun akan tercapai dengan maksimal.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

15

d. Ruang Lingkup Matematika

Karso (2007: 2.10) dalam GBPP Matematika SD menjelaskan bahwa ruang

lingkup materi atau bahan kajian matematika SD ada lima, yaitu:

1) Unit Aritmatika (Berhitung)

Unit aritmatika dasar atau berhitung mendapat porsi dan penekanan

utama. Sebagian besar dari bahan kajian matematika SD adalah berhitung

yaitu bagian dari matematika yang membahas bilangan dengan operasinya

beserta sifat-sifatnya. Bilangan diperkenalkan dengan pendekatan urutan

bilangan asli serta kumpulan benda konkret. Sedangkan pembahasannya

disajikan secara bertahap mulai dari bilangan-bilangan kecil terus

berkembang ke arah yang lebih besar. Kemudian dibahas pula soal-soal cerita

atau soal-soal dengan kalimat, dan hitung uang yang disesuaikan dengan

pengenalan bilangan serta kenyataan-kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Unit Pengantar Aljabar

Unit pengantar aljabar adalah perluasan terbatas dari unit aritmatika dasar.

Dengan dasar pemahaman tentang bilangan, dilakukan rintisan pengenalan

aljabar. Variabel (peubah) diperkenalkan dalam bentuk (...) atau atau yang

serupa itu. Di kelas-kelas yang lebih tinggi, secara bertahap diperkenalkan

huruf-huruf seperti n, x, a, sebagai pengganti titik-titik dan kotak tersebut.

Namun istilah variabel di SD tetap tidak diperkenalkan karena kemungkinan

dipandang terlalu abstrak dan belum sesuai dengan perkembangan

kemampuan anak usia SD.

3) Unit Geometri

Unit geometri mengutamakan pengenalan bangun datar dan bangun

ruang. Namun di SD, istilah geometri sendiri tidak diperkenalkan. Bangun-

bangun geometri diperkenalkan melalui proses non formal, konkret, dan

diawali dengan bangun-bangun yang sering dijumpai para siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Bangun-bangun datar yang diperkenalkan diantaranya

segitiga, lingkaran, persegi, persegipanjang, trapesium, jajargenjang, dan

macam-macam sudut. Sedangkan bangun-bangun ruangnya seperti kubus,

balok, limas, kerucut, bola, tabung, dan macam-macam prisma.

4) Unit Pengukuran

Pengukuran diperkenalkan sejak kelas I sampai dengan kelas VI dan

diawali dengan pengukuran tanpa menggunakan satuan baku. Di kelas-kelas

yang lebih tinggi baru diperkenalkan pengukuran dengan satuan baku.

Adapun konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup

pengukuran panjang, keliling, luas, berat, volume, sudut, dan waktu dengan

satuan-satuan ukurannya. Selain itu di SD diperkenalkan satuan ukuran

jumlah (satuan banyak ) seperti lusin, kodi, dan gros.

5) Unit Kajian Data

Yang dimaksud dengan kajian data adalah pembahasan materi statistik

secara sederhana di SD. Unit kajian data ini hanya diberikan di kelas V dan

kelas VI saja. Dalam topik kajian data ini terdapat kegiatan pengumpulan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

16

data, menyusun data, dan manyajikan data secara sederhana, serta membaca

data yang telah disajikan dalam bentuk diagram. Data yang dikaji diambil

dari lingkungan kelas dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari yang

mudah diamati seperti data banyaknya siswa pria dan wanita dan data berat

badan serta tinggi badan.

Dalam mencapai semua materi matematika SD diperlukan suatu kurikulum

yang menjadi pegangan bagi guru. Kurikulum yang saat ini digunakan yaitu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam KTSP termuat Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD yang termuat dalam

standar isi mata pelajaran matematika merupakan tujuan minimun yang harus

dicapai oleh siswa, dan merupakan acuan untuk mengembangkan kurikulum

untuk tingkat satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada

pemberdayaan siswa yang difasilitasi oleh guru dalam suatu proses pembelajaran.

e. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Karso (2007: 2.16) karakteristik pembelajaran matematika di jenjang

sekolah dasar ada 4, yaitu:

1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap)

Bahan kajian matematika diajarkan secara berjenjang atau bertahap, yaitu

dimulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sukar.

Pembelajaran matematika harus dimulai dari yang konkret, ke semi konkret,

dan berakhir pada yang abstrak. Di SD penggunaan benda-benda konkret

masih diperlukan untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap objek

matematika. Penggunaan gambar dapat dipandang sebagai semi konkret dan

termasuk kepada salah satu usaha untuk memahami konsep yang abstrak

sebagai wujud dari berjenjangnya pembelajaran matematika.

2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral

Dalam setiap memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu

memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.

Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan

sekaligus untuk mengingatkannya kembali. Pengulangan konsep dalam bahan

ajar dengan memperluas dan mendalamkannya adalah perlu dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

17

pembelajaran matematika. Metode spiral bukanlah mengajarkan konsep

hanya dengan pengulangan atau perluasan saja, tetapi harus ada peningkatan.

Spiralnya harus spiral naik bukan spiral datar.

3) Pembelajaran matematika menekankan pola pendekatan induktif

Matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif

aksiomatik. Namun sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SD,

maka dalam pembelajaran matematika perlu ditempuh pola pikir atau pola

pendekatan induktif. Misalnya dalam pengenalan suatu bangun datar, tidak

diawali oleh definisi bangun datar tersebut dan mengenal namanya. Setelah

memahami nama-nama bangun datar yang bersesuaian, siswa dapat

memperkaya dalam situasi yang khusus. Pemahaman konsep-konsep

matematika melalui contoh-contoh tentang sifat-sifat yang sama yang

dimiliki dan yang tidak dimiliki oleh konsep-konsep tersebut merupakan

tuntutan pembelajaran matematika usia SD.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran dalam matematika sesuai dengan struktur deduktif

aksiomatiknya. Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya

merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran

suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila

didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima

kebenarannya. Dalam pembelajaran matematika di SD, meskipun ditempuh

pola induktif, tetapi tetap bahwa generalisasi suatu konsep haruslah bersifat

deduktif. Kebenaran konsistensi tersebut mempunyai nilai didik yang sangat

tinggi dan amat penting untuk pembinaan sumber daya manusia dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

18

Tabel 1. SK dan KD untuk Kelas V SD Semester 2

Standar kompetensi Kompetensi dasar

Bilangan

5. Menggunakan pecahan

dalam pemecahan masalah

5.1. Mengubah pecahan ke

bentuk persen dan desimal

serta sebaliknya

5.2. Menjumlahkan dan

mengurangkan berbagai

bentuk pecahan

5.3. Mengalikan dan membagi

berbagai bentuk pecahan

5.4. Menggunakan pecahan

dalam masalah

perbandingan dan skala

Geometri dan Pengukuran

6. Memahami sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun

6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat

bangun datar

6.2. Mengidentifikasi sifat-sifat

bangun ruang

6.3. Menentukan jaring-jaring

berbagai bangun ruang

sederhana

6.4. Menyelidiki sifat-sifat

kesebangunan dan simetri

6.5. Menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan

bangun datar dan bangun

ruang sederhana

Dalam penelitian ini akan mengambil SK dan KD untuk kelas V SD semester

2 dalam materi pokok pengerjaan hitung pecahan:

a. Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.

b. Kompetensi Dasar

5.1. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

19

c. Indikator

1. Mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal.

2. Mengubah desimal ke bentuk pecahan biasa.

2. Tinjauan tentang Hasil Belajar Matematika

a. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional. Hasil adalah

perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw

materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk

memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil

pembangunan, termasuk hasil belajar (Haryanto, 2007: 25).

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan,

kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan

berkembang disebabkan karena belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar,

bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Menurut Slameto (2003: 2) “belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Sedangkan C.

Asri Budiningsih (2005: 34) mendefinisikan “belajar menurut teori kognitif yaitu

suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,

emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.” Belajar merupakan aktivitas yang

melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar yang terjadi

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

20

antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya

dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran

seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Sri Anitah, dkk (2008: 2.4) mengatakan bahwa belajar adalah proses

pengalaman (learning is experience), artinya belajar itu suatu proses interaksi

antara individu dengan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut terjadi proses

mental, intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya.

Hilgard (I. L. Pasaribu & B. Simanjuntak, 1980: 76) mengatakan belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah kegiatan reaksi terhadap lingkungan,

perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh

pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan

obat-obatan.

Menurut Muhibbin Syah (2003: 92) “belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”

Sedangkan Cronbach (Abd. Rachman Abror, 1993: 66) menyatakan “Learning is

show by a change in behaviour as a result of experience”. Jadi menurut

Cronbach, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam

mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya.

Menurut Robert M. Gagne (Sumadi Suryadinata, 2004: 231) “Learning is a

change in human disposition or capacity, which persists over a period of time,

and which is not simply ascribable to processes of growth”. Tegasnya menurut

Gagne, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

21

tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam

situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.

Degeng (Yatim Riyanto, 2009: 5) mendefinisikan belajar merupakan

pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si pelajar.

Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-

hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan

kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan baru.

Sedangkan Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin (1989: 8)

berpendapat bahwa belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan

tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan

penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas

lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi.

Ernest R. Hilgard (Abd. Rachman Abror, 1993: 66) menyatakan “Learning is

the process by which an activity originates or is changed through training

procedures (whethever in the laboratory or in the natural environment) as

distinguished from changed by factors not attributable to training”. Tegasnya

menurut Hilgard, belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan

sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari

perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Beberapa penjelasan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman

dan interaksi dengan lingkungannya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

22

Seseorang dikatakan belajar dengan menunjukkan beberapa ciri-ciri. Oemar

Hamalik (Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin, 1989: 12)

mengemukakan bahwa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:

1) Proses belajar ialah mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui.

2) Proses itu berjalan melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran

yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

3) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan tertentu.

4) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan peserta didik

sendiri yang mendorong motivasi secara berkesinambungan.

5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.

6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara material dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan individual di kalangan peserta didik.

7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman

dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan peserta

didik.

8) Proses belajar yang terbaik ialah apabila peserta didik mengetahui status dan

kemajuannya.

9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.

10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat

didiskusikan secara terpisah.

11) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang

merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.

12) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

13) Hasil-hasil belajar diterima oleh peserta didik apabila memberi kepuasan pada

kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.

14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang

dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

15) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan

kecepatan yang berbeda-beda.

16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai bersifat kompleks dan dapat berubah-

ubah (adaptable) jadi tidak sederhana dan statis.

Dari beberapa penjelasan-penjeasan di atas, dapat disimpulkan pengertian dari

hasil belajar matematika yaitu suatu proses perubahan tingkah laku seorang

individu dari sebelum mengalami proses belajar dan sesudah mengalami proses

belajar khususnya pada mata pelajaran matematika. Benyamin S. Bloom

(Rosjidan, 2001: 4) membagi tujuan pendidikan atas tiga ranah (dominan) yaitu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

23

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam ranah kognitif hasil belajar

tersusun dalam 6 tingkatan yaitu : 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4)

analisis, 5) sintesis, 6) evaluasi. Ranah afektif meliputi sikap dan nilai-nilai terdiri

atas 1) penerimaan (perhatian), 2) responding, 3) valuing, 4) organisasi, 5)

karakertisasi melalui suatu nilai kompleks nilai. Terakhir ranah psikomotor terdiri

atas 1) persepsi, 2) set, 3) respon terkendali, 4) mekanisme, 5) respon kentara

yang kompleks, 6) adaptasi, dan 7) keaslian. Dan dalam penelitian ini hasil belajar

yang diambil yaitu hasil belajar ranah kognitif.

Menurut Nana Sudjana (1989: 50) tipe hasil belajar ranah kognitif

diketegorikan menjadi 6, yaitu:

1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge).

2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention).

3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi).

4) Tipe hasil belajar analisis.

5) Tipe hasil belajar sintesis.

6) Tipe hasil belajar evaluasi.

Rosjidan, dkk (2001: 5) memberikan saran terhadap pengajaran yang

menggunakan tujuan kognitif, yaitu:

1) Ketika merencanakan setiap unit belajar, siapkan daftar istilah dan fakta yang

perlu diketahui siswa.

2) Pusatkan perhatian pada dalil dan rumus yang membantu anak belajar dan

memecahkan masalah.

3) Telaah bab atau unit belajar untuk menentukan kecenderungan dan urutannya

sehingga dapat dijabarkan.

4) Pusatkan perhatian pada teknik mengklasifikasi informasi atau untuk

menghubungkan antar orang, objek dan kejadian dengan menempatkan

menurut kategorinya.

5) Jika anda menyuruh siswa membuat penilaian, berikan kategorinya yang

memungkinkan mereka gunakan untuk menentukan kualitas dan efektivitas

serta nilai.

6) Bila mengajar siswa yang lebih tua, pusatkan perhatian pada prinsip, hukum

,teori, dan bagaimana mereka membuat pemahaman atas berbagai kejadian.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

24

7) Buat usaha sistematik sebagai cara mendorong siswa menterjemahkan,

menginterpretasi, menganalisis, mensintesis, ekstrapolasi, dan mengevaluasi.

Menurut Wiji Suwarno (2009: 108) “bentuk soal yang digunakan untuk mengukur

hasil belajar pada ranah kognitif yaitu dengan tes lisan, tes tertulis, dan tes

perbuatan.” Penggunaan bentuk soal yang akan digunakan oleh guru perlu

disesuaikan juga dengan materi yang telah disampaikan. Penggunaan bentuk soal

yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh

siswa.

b. Pentingnya Penilaian Hasil Belajar

Menurut Suharsimi (S. Eko Putro Widoyoko, 2010: 36) guru maupun pendidik

lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam

dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar

mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah. Ada pun

makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah:

1) Makna Bagi Siswa

Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat

mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan

oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari penilaian hasil belajar ini ada dua

kemungkinan:

a) Memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hasil itu

menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada

kesempatan lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang

cukup besar untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang

lebih memuaskan. Keadaan sebaliknya dapat juga terjadi, yakni siswa

sudah merasa puas dengan hasil yang diperoleh dan usahanya menjadi

kurang gigih untuk lain kali.

b) Tidak Memuaskan

Jika siswa tidak puas dengan nilai yang diperoleh, ia akan berusaha

agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia selalu belajar giat.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

25

Namun demikian, dapat juga sebaliknya. Bagi siswa yang lemah

kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil yang kurang

memuaskan yang telah diterimanya.

2) Makna Bagi Guru

a) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat

mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak melanjutkan

pelajarannya karena sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

kompetensi yang diharapkan, maupun mengetahui siswa-siswa yang

belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang diharapkan. Dengan

petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-

siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi yang diharapkan.

b) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat

mengetahui apakah pengalaman belajar (materi pelajaran) yang disajikan

sudah tepat bagi siswa sehingga untuk kegiatan pembelajaran di waktu

yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

c) Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat

mengetahui apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah tepat

atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh hasil penilaian yang

kurang baik maupun jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini

disebabkan oleh strategi atau metode pembelajaran yang kurang tepat.

Apabila demikian halnya, maka guru harus introspeksi diri dan mencoba

mencari strategi lain dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

3) Makna Bagi Sekolah

a) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana

hasil belajar siswa-siswanya, maka akan dapat diketahui apakah kondisi

belajar maupun kultur akademik yang diciptakan oleh sekolah sudah

sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar siswa merupakan cermin

kualitas suatu sekolah.

b) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat

digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang

dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagaimana

dituntut Standar Nasional Pendidikan (SNP) atau belum. Pemenuhan

berbagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar siswa.

c) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai

pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program

pendidikan di sekolah untuk masa-masa yang akan datang.

Penilaian hasil belajar memang penting untuk dilakukan oleh guru. Karena hal

itu akan membawa hal yang positif bagi siswa, guru, dan sekolah. Pentingnya

penilaian hasil belajar bagi siswa yaitu dapat digunakan untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar dari peserta didik, dengan memberikan penilaian hasil

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

26

belajar dapat diketahui sejauh mana perkembangan peserta didik dalam mengikuti

proses pembelajaran. Selain itu penilaian hasil belajar juga dapat mendiagnosa

kesulitan belajar dari peserta didik. Dan hal itu dapat dijadikan patokan dari guru

untuk melakukan suatu perbaikan.

Pentingnya penilaian hasil belajar bagi guru yaitu dapat dijadikan sebagai

dasar apakah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah berhasil atau

belum. Apabila belum, maka guru harus mengubah strategi pembelajaran yang

dilakukan, hal itu dilakukan tentu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

peserta didik. Pentingnya penilaian hasil belajar bagi sekolah yaitu hasil belajar

yang diperoleh siswa bisa dijadikan acuan apakah pembelajaran sudah terlaksana

dengan baik atau belum. Apabila belum, maka perlu dilakukan suatu inovasi lain

untuk melakukan perbaikan hasil belajar yang diperoleh siswa.

3. Tinjauan tentang Tes

a. Pengertian Tes

Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2009: 45) “tes merupakan salah satu alat

untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi

karakteristik suatu objek.” Dalam pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan

peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Tes merupakan bagian tersempit

dari penilaian. Sedangkan menurut Djemari (S. Eko Putro Widoyoko, 2009: 45)

tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang

secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau

pertanyaan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

27

Menurut Linn dan Gronlund dalam (Cece Rakhmat & Didi Suherdi, 1999: 66)

yakni test is an instrument or systematic procedure for measuring a sample of

behaviour (tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran

sebuah sampel perilaku). Lebih jauh Linn dan Gronlund merinci bahwa tes

“answer the questions ‘How well does the individual perform----either in

comparison with others or in comparison with a domain of performance task?”

(tes menjawab pertanyaan ‘Seberapa baikkah seorang siswa melakukan tugas

pelajaran baik dibandingkan dengan siswa lainnya, maupun dibandingkan dengan

tolok ukur pengerjaan sebuah tugas pelajaran”).

Menurut Abd. Rachman Abror (1993: 169) “tes adalah sejumlah soal atau

pertanyaan yang harus dijawab ataupun serangkaian tugas khusus yang harus

dikerjakan oleh testee dalam waktu tertentu. Kemudian hasilnya dinilai yang

diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf ataupun kedudukan sekaligus.”

Amir Daien Indrakusuma (1975: 27) mengatakan bahwa “tes adalah suatu alat

atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau

keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang

boleh dikatakan tepat dan cepat.”

Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes

merupakan alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam menanggapi stimulus

yang diberikan oleh guru dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

28

b. Ciri-Ciri Tes Yang Baik

Tepat tidaknya data yang diperoleh sebuah tes akan sangat tergantung atas

kualitas atau tingkat kebaikan tes yang digunakan. Hanya tes yang baik yang akan

menghasilkan data yang tepat seperti yang dimaksudkan. Menurut Cece Rakhmat

& Didi Suherdi (1999: 67) “tingkat kebaikan suatu tes sekurang-kurangnya dapat

dilihat dari 4 ciri berikut: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3) tingkat kesukaran, dan 4)

kepraktisan.”

1) Validitas

Tes yang baik akan meniliki tingkat validitas yang tinggi. Istilah validitas

pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan dalam mengungkap data yang

semestinya diungkapkan. Tes hasil belajar yang valid akan mengungkap

aspek-aspek hasil belajar secara tepat. Dengan kata lain tes tersebut menguji

apa yang semestinya dites. Untuk menjamin validitas sebuah tes, pembuat tes

perlu membuat kisi-kisi sebagai pedoman penyusunan tes, sehingga soal-soal

yang dibuat tidak menyimpang dari tujuan pengukuran dan representatif

terhadap keseluruhan bahan ajar yang akan diungkap.

2) Reliabilitas

Kalau validitas menunjukkan pada tingkat ketetapan, reliabilitas

menunjukkan tingkat ketetapan, keajegan, atau kemantapan. Suatu tes yang

reliabel akan mampu mengahasilkan data yang relatif ajeg dan konsisten,

sehingga hasilnya dapat dipercaya. Sebagai contoh, umpamakan sebuah

kegiatan pengetesan menghasilkan data sebagai berikut: siswa “A” mendapat

skor 65, siswa “B” 68, siswa “C” 73, siswa “D” 60. Kalau setelah beberapa

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

29

wakrtu tertentu, tes itu diberikan ulang kepada siswa-siswa yang sama dan

menghasilkan skor-skor yang relatif sama, maka tes tersebut memiliki tingkat

reliabilitas yang tinggi.

3) Tingkat kesulitan

Suatu tes yang baik akan memiliki tingkat kesukaran yang seimbang

dalam kaitan ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama berkaitan dengan proporsi

penyebaran soal yang sulit, sedang, mudah. Kedua, berkaitan dengan

kemampuan siswa yang dimaksud oleh tes tersebut. Seorang guru bisa keliru

mengambil keputusan, karena soal yang diberikan terlalu sulit atau terlalu

mudah. Di sinilah perlunya seorang guru menimbang tingkat kesukaran soal

yang digunakan baik secara rasional maupun secara empirik. Mengenai

proporsi penyebaran soal, memang tidak ada kriteria yang pasti. Namun,

lazimnya soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang lebih banyak

daripada yang sulit atau yang mudah. Sebagai contoh, sebuah tes sebaiknya

memiliki proporsi penyebaran sebagai berikut: 25% sulit, 50% sedang, dan

25% mudah.

4) Kepraktisan.

Kepraktisan juga merupakan salah satu ciri yang perlu dipertimbangkan

dalam menentukan tingkat kebaikan tes. Pengertian kepraktisan menyangkut

segi kemudahan dalam mengadministrasikan tes. Semakin mudah sebuah tes

diadministrasikan, semakin baik tes itu dilihat dari segi ini.

Menurut peneliti ciri-ciri tes yang baik yaitu validitas, reliabilitas, tingkat

kesulitan yang berbeda, dan kepraktisan. Selain ciri-ciri yang sudah dijelaskan di

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

30

atas, tes yang baik juga harus mempunyai ciri objektivitas. Yang dimaksud

dengan objektivitas di sini yaitu tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya.

Jadi, dalam pelaksanaa tes tidak boleh terdapat faktor subjektif yang

mempengaruhi, terutama dalam proses penyekoran. Selain itu tes yang baik juga

harus memenuhi syarat ekonomis. Yang dimaksud dengan ekonomis di sini yaitu

pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang

banyak, dan waktu yang lama.

c. Prinsip-Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes

hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang

telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau keterampilan siswa yang

diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Menurut

Ngalim Purwanto (1992: 23) prinsip dasar tes hasil belajar ada 6, yaitu:

1) Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning

outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.

2) Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran

yang telah diajarkan.

3) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk

mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.

4) Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang

diinginkan.

5) Dibuat seandal (relible) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan

dengan baik.

6) Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

31

d. Prosedur Penyusunan Tes Hasil Belajar

Menurut Cece Rakhmat & Didi Suherdi (1999: 76) secara garis besar,

prosedur penyusunan tes hasil belajar menempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar yang

semestinya diungkap

2) Menyusun kisi-kisi

3) Membuat/menulis soal sekaligus dengan kunci jawaban

4) Mengadakan pemerikasaan (judgemenet) terhadap setiap butir soal secara

rasional

5) Mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang dibuat

6) Memahami petunjuk pengerjaan soal

7) Mengadakan uji coba (try out)

8) Merevisi soal

9) Mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk final

10) Memperbanyak soal

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis tes tertulis. Bentuk tes yang

digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan bentuk tes pilihan ganda (multiple

choise) dan bentuk tes jawaban singkat.

4. Tinjauan tentang Tes Pilihan Ganda

S. Eko Putro Widoyoko (2010: 59) “tes pilihan ganda adalah tes di mana

setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu.” Pada

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

32

umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 (lima). Tentu

saja jumlah alternatif jawaban tersebut tidak boleh terlalu banyak. Bila alternatif

jawaban lebih dari lima maka akan sangat membingungkan peserta tes, dan juga

akan sangat menyulitkan penyusunan butir soal. Tipe tes ini dalam bahasa inggris

dikenal dengan nama multiple choise item ( butir soal pilihan majemuk atau

ganda). Tipe tes ini adalah yang paling populer dan paling banyak digunakan

dalam kelompok tes objektif karena banyak sekali materi yang dapat dicakup.

Wiji Suwarno (2009: 108) mendefinisikan “tes pilihan ganda yaitu tes yang

memiliki jawaban terbatas dan biasanya memiliki jawaban terbatas. Tes objektif

dapat mencakup banyak materi, penskorannya objektif dan dapat dikoreksi oleh

komputer maupun orang lain.”

Setiap tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu: pernyataan atau disebut

juga stem, dan alternatif pilihan jawaban atau disebut juga option. Stem mungkin

dalam bentuk pernyataan atau dapat juga dalam bentuk pertanyaan. Alternatif

jawaban yang bukan kunci dinamakan pengecoh atau distractors.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda yaitu suatu

soal yang terdiri dari sebuah stem (pernyataan atau pertanyaan ) dan option

(pilihan jawaban). Jadi dalam soal pilihan ganda sudah disediakan alternatif

jawaban, beberapa alternatif jawaban yang bukan kunci jawaban merupakan

pengecoh.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

33

a. Karakteristik Tes Pilihan Ganda

Berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-persoalan dalam tes

pilihan ganda sudah distruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut

sudah dapat ditentukan secara pasti. Dalam tes pilihan ganda, siswa tidak

mempunyai kesempatan untuk mengorganisasikan jawabannya sendiri, karena

alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan, dan siswa tinggal memilih jawaban

mana yang paling tepat. Penguasaan bahan ajar yang diukur dengan tes pilihan

ganda pada umumnya lebih terbatas kepada hal-hal yang bersifat faktual (dangkal)

bila dibandingkan dengan tes uraian. Namun tes ini lebih cenderung dapat

mengungkap bahan ajar secara luas, karena waktu yang dibutuhkan untuk

mengerjakan setiap soal relatif singkat. Proses penyekoran dan pemeriksaan

hasilnya juga lebih mudah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat

diselesaikan pemeriksaan terhadap pekerjaan siswa dalam jumlah relatif banyak.

b. Pedoman Penyusunan Tes Pilihan Ganda

Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2010: 71) pedoman penyusunan tes pilihan

ganda adalah sebagai berikut:

1) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga

dengan membaca pokok soal siswa sudah dapat menentukan jawaban

sebelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban.

2) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan.

3) Hindari rumusan kata yang berlebihan.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

34

4) Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau

kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di

tengah-tengah kalimat.

5) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.

6) Semua pilihan jawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban

yang benar.

7) Hindari jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang

salah.

8) Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar.

9) Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan jawaban.

10) Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang

bermakna tidak pasti, misalnya: kebanyakan, sering kali, kadang-kadang, dan

sejenisnya.

11) Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif.

c. Kelebihan Tes Pilihan Ganda

Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2010: 68) kelebihan dari tes pilihan ganda

yaitu:

1) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level

tujuan pembelajaran.

2) Jumlah butir soal yang relatif banyak maka penarikan sampel pokok bahasan

yang akan diujikan dapat lebih luas.

3) Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

35

4) Tipe butir soal pilihan ganda disusun sedemikian rupa sehingga menuntut

kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkat kebenaran

sekaligus.

5) Jumlah pilihan yang disediakan lebih dari dua.Tipe butir soal pilihan ganda

memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik.

6) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan hanya mengubah tingkat

homogenitas alternatif jawaban.

7) Informasi yang diberikan lebih kaya.

Sedangkan menurut Cece Rakhmat & Didi Suherdi (1999: 90) kelebihan dari

tes pilihan ganda yaitu:

1) Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal objektif lebih singkat.

2) Panjang-pendeknya suatu tes (banyak-sedikitnya jumlah butir soal) bisa

berpengaruh terhadap kadar reliabilitas.

3) Proses penyekoran dapat dilakukan secara mudah.

4) Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif.

d. Kekurangan Tes Pilihan Ganda

Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2010: 70) kekurangan dari tes pilihan ganda

yaitu:

1) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

36

2) Ada kecenderungan bahwa guru menyusun butir soal tipe ini dengan hanya

menguji atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam

ranah kognitif.

3) Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda

(testwise) terhadap hasil tes peserta.

Menurut Cece Rakhmat & Didi Suherdi (1999: 91) kekurangan dari tes pilihan

ganda yaitu:

1) Terdapat kemungkinan untuk menebak jawaban dengan tepat, kecuali dalam

tes bentuk jawaban singkat/isian.

2) Tidak mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu persoalan.

3) Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.

4) Bahan ajar yang diungkap dengan tes objektif pada umumnya lebih terbatas

pada hal-hal yang faktual.

5. Tinjauan tentang Tes Jawaban Singkat

Menurut S. Hamid Hasan & Asmawi Zainul (1992: 44) “tes bentuk jawaban

singkat (short answer) adalah butir soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan

yang dapat dijawab dengan satu kata, satu frase, satu angka atau satu formula.”

Sedangkan menurut Budi Purnama (2011) “soal jawaban singkat adalah soal yang

menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat berupa kata, prase,

nama, tempat, nama tokoh, lambang, atau kalimat yang sudah pasti.” Butir soal

bentuk jawaban singkat adalah salah satu bentuk tes yang paling mudah

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

37

dikonstruksi. Hal ini disebabkan karena butir soal ini hanya mengukur hasil

belajar yang sederhana, yaitu yang bersifat ingatan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes jawaban singkat adalah

bentuk soal pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu

angka, satu frase, maupun satu formula.

a. Karakteristik Tes Jawaban Singkat

Tes jawaban singkat merupakan suatu tes yang berbentuk pertanyaan atau

pernyataan yang jawabannya satu angka, satu frase, satu kata, maupun satu

formula. Pada tes jawaban singkat rumusan pertanyaan atau pernyataan menuntut

sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya

dapat dilakukan secara objektif. Bentuk tes jawaban singkat dapat digunakan

untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah untuk bidang Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Bentuk tes ini mengharuskan siswa untuk

menuliskan jawabannya, bukan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

Dengan demikian bentuk tes jawaban singkat dapat meminimalkan kemungkinan

siswa dalam menebak jawaban.

b. Pedoman Penyusunan Tes Jawaban Singkat

Menurut Cece Rakhmat & Didi Suherdi (1999: 105) untuk menghasilkan butir

soal tes jawaban singkat yang baik, bagi penyusun tes diharapkan memperhatikan

hal-hal berikut:

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

38

1) Jawaban yang diminta harus jelas dan pasti, hindari pernyataan yang tidak

terbatas.

2) Kata-kata yang dihilangkan (jawaban yang dituntut) hendaknya merupakan

sesuatu yang berarti atau penting.

3) Hindari penghilangan kata-kata yang terlalu banyak, sehingga persoalan tidak

mengandung makna yang jelas.

4) Jika jawaban yang dituntut lebih dari satu, sebutkanlah secara tegas.

5) Tempat jawaban yang disediakan seimbang dengan panjangnya jawaban yang

dituntut.

c. Kelebihan Tes Jawaban Singkat

Beberapa kelebihan dari tes jawaban singkat, diantaranya yaitu:

1) Mudah dalam penyusunannya, terutama untuk mengukur ingatan atau

pengetahuan.

2) Mengurangi kemungkinan adanya siswa yang menebak jawaban soal.

3) Dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dalam

bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

4) Menyusun soalnya relatif mudah.

5) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat.

6) Hasil penilaiannya cukup objektif.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

39

d. Kekurangan Tes Jawaban Singkat

Beberapa kekurangan tes jawaban singkat, diantaranya yaitu:

1) Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

2) Sulit menyusun soal yang hanya satu jawaban, lebih-lebih untuk proses

mental yang tinggi.

3) Cenderung hanya mengukur hafalan.

4) Sukar dalam hal penskoran, apabila penulis soal tidak menyajikan kunci

jawaban yang tepat .

5) Adanya kemungkinan kesalahan penulisan jawaban.

6) Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama

bentuk uraian.

7) Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.

6. Pengaruh Tes Pilihan Ganda dan Tes Jawaban Singkat terhadap Hasil

Belajar Matematika

Tes hasil belajar matematika adalah tes yang diberikan untuk mengukur

tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi matematika setelah

mengikuti suatu proses pembelajaran. Ada beberapa bentuk tes yang biasanya

digunakan untuk melakukan suatu evaluasi pembelajaran yaitu: tes pilihan ganda,

tes jawaban singkat, tes menjodohkan, tes benar salah, dan tes uraian. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan tes pilihan ganda dan tes jawaban singkat

untuk mengetahui hasil belajar manakah yang lebih tinggi apabila digunakan pada

materi mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan sebaliknya.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

40

Menurut Jahja Umar, dkk (1999: 29) terdapat perbandingan antara tes jawaban

singkat dengan tes pilihan ganda. Perbandingan tersebut bisa dilihat dari aspek

penulisan soal, jawaban dari peserta didik, kecenderungan menebak jawaban, dan

penskoran. Penulisan soal dalam tes pilihan ganda relatif sukar, karena guru harus

menyiapkan alternatif jawaban. Sedangkan pada tes jawaban singkat guru tidak

perlu menyiapkan alternatif jawaban. Dalam tes jawaban singkat peserta didik

dituntut untuk menjawab soal tersebut berdasarkan pengetahuan dan

pemahamannya sendiri, karena pada tes jawaban singkat guru tidak menyediakan

alternatif jawaban. Pada tes pilihan ganda, siswa diperkenankan untuk memilih

jawaban dari berbagai alternatif yang tersedia. Pada tes jawaban singkat, siswa

tidak diberi kesempatan untuk menebak jawaban, sedangkan pada tes pilihan

ganda memungkinkan siswa untuk melakukan spekulasi atau menebak jawaban.

Penskoran pada tes pilihan ganda mudah, cepat, dan objektif. Sedangkan

penskoran pada tes jawaban singkat memang sedikit agak rumit, apabila guru

tidak mempunyai kunci jawaban. Penskoran pada tes jawaban singkat bersifat

objektif.

Menurut Baso Intang Sappaile (2008: 12) pemberian tes jawaban singkat

dapat memberikan kesempatan ke peserta didik untuk membangun sendiri

pengetahuan dan pemahamannya dalam menjawab soal, sedangkan pemberian tes

pilihan ganda dapat memungkinkan siswa untuk melakukan spekulasi atau

menebak jawaban. Pemberian tes jawaban singkat dapat memotivasi siswa untuk

belajar lebih giat lagi, siswa tidak hanya belajar sekilas. Sehingga hasil belajar

yang didapat juga akan optimal. Selain itu, pemberian tes jawaban singkat dapat

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

41

memberikan kesempatan ke peserta didik untuk memperlihatkan kemampuannya

dalam mengungkapkan pikiran dalam menjawab soal. Sehingga melalui

pemberian tes jawaban singkat peserta didik memperoleh pengalaman untuk

mengembangkan pengetahuannya. Dengan pengalaman tersebut peserta didik

memiliki konsep-konsep matematika yang memadai dan memungkinkan hasil

belajar yang diperoleh siswa pun akan tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tes pilihan

ganda dapat memungkinkan siswa berspekulasi atau menebak dalam menjawab

pertanyaan, akan tetapi alternatif jawaban itu dapat mengecoh siswa dalam

memilih jawaban yang benar. Selain itu, tes pilihan ganda juga menyebabkan

kurangnya motivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Sedangkan pada tes

jawaban singkat siswa harus berusaha menjawab sendiri pertanyaan yang telah

tersedia, karena pada tes jawaban singkat tidak disediakan alternatif jawaban.

Pada tes jawaban singkat siswa tidak diberi kesempatan untuk berspekulasi dalam

menjawab pertanyaan, karena dalam tes bentuk ini tidak disediakan alternatif

jawaban seperti pada tes pilihan ganda. Tes jawaban singkat juga dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi. Jadi dari kedua

bentuk tes tersebut terdapat perbedaan dalam bentuk soal dan cara menjawabnya,

sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas V SD.

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar yang menggunakan tes jawaban singkat lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil belajar yang menggunakan tes pilihan ganda.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

42

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian dari

Haryanto (2011: 53) dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar IPA

Kelas V SD dengan Menggunakan Tes Pilihan Ganda dan Tes Isian di SD Negeri

2 Tribuana dan SD Negeri 3 Bondolharjo.” Temuan penelitian ini menunjukkan

ada perbedaan antara hasil belajar IPA kelas V SD siswa yang diberi tes pilihan

ganda dengan hasil belajar IPA kelas V SD siswa yang diberi tes isian. Rerata

hasil belajar yang menggunakan tes isian sebesar 77,33 dan rerata hasil belajar

yang menggunakan tes pilihan ganda sebesar 71,85. Dengan melihat hasil

perolehan hasil rerata yang diperoleh dari kedua bentuk tes tersebut, rerata hasil

belajar yang menggunakan tes isian lebih tinggi dibandingkan dengan rerata hasil

belajar yang menggunakan tes pilihan ganda.

C. Kerangka Berpikir

Tujuan dari pendidikan Matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu

mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam

kehidupan dan di dunia yang sedang berkembang, melalui latihan bertindak atas

dasar logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Selain itu pendidikan

matematika di jenjang pendidikan dasar juga bertujuan untuk mempersiapkan

siswa agar mampu menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam

kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dalam pembelajaran matematika yang terjadi di kelas tidak dapat terlepas dari

bagian-bagian yang terkait untuk menunjang pembelajaran tersebut. Hal-hal

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

43

seperti siswa, guru, proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, model

pembelajaran yang digunakan, materi pelajaran dan hasil yang diharapkan. Dalam

kegiatan belajar mengajar berlangsung proses pembelajaran. Dalam melakukan

suatu proses pembelajaran tentunya guru bermaksud untuk melihat hasil dari apa

yang sudah diajarkan kepada peserta didiknya, apakah peserta didiknya sudah bisa

memahami materi yang diajarkan atau belum. Setelah melakukan suatu proses

pembelajaran, guru bisa memberikan evaluasi. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui apakah peserta didiknya sudah memahami materi yang diajarkan atau

belum.

Pemberian evaluasi dan kegiatan mengajar merupakan satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. Dalam memberikan evaluasi bisa dilakukan dengan teknik

tes dan teknik non tes. Pemberian evaluasi dengan teknik tes bisa dilakukan

dengan memberikan soal. Betuk tes itu sendiri ada banyak macamnya. Beberapa

diantaranya yaitu bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes jawaban singkat.

Masing-masing bentuk tes mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-

masing. Penerapan teknik evaluasi yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap

hasil belajar yang akan di peroleh oleh peserta didik.

Tes pilihan ganda dan tes jawaban singkat merupakan beberapa contoh dari

teknik penilaian dengan menggunakan tes tertulis. Tes pilihan ganda adalah

bentuk tes yang mempunyai altenatif jawaban yang sudah pasti, sedangkan pada

tes jawaban singkat merupakan bentuk soal yang menuntut siswa untuk

mengembangkan pikirannya sendiri ke dalam jawaban yang dikehendaki dari

pertanyaan tersebut. Sebaiknya guru mempunyai pedoman penyekoran dalam

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.eprints.uny.ac.id/9708/2/BAB 2 - 08108241126.pdf · ... Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola ... penyederhanaan

44

memberikan penilaian untuk tes yang menggunakan bentuk jawaban singkat, hal

ini dilakukan agar tidak membingungkan dalm proses penyekoran. Jadi dari

kedua bentuk soal tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-

masing. Meskipun demikian, pada tes pilihan ganda memungkinkan siswa untuk

melakukan spekulasi atau menebak jawaban. Sedangkan dalam tes jawaban

singkat siswa harus menjawab sendiri pertanyaan yang tersedia dengan jawaban

yang cepat dan tepat, karena dalam tes jawaban singkat tidak disedikan alternatif

jawaban. Selain itu, tes jawaban singkat dapat lebih memotivasi siswa untuk

belajar lebih giat lagi. Penjelasan di atas sebagai dasar untuk mengetahui

perbandingan hasil belajar matematika kelas V SD yang menggunakan tes pilihan

ganda dan yang menggunakan tes jawaban singkat.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis

penelitian yaitu “hasil belajar matematika siswa kelas V SD yang menggunakan

tes jawaban singkat lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar yang

menggunakan tes pilihan ganda.”