BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB...

30
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 263) dimaknai sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena pengajaran hanyalah sebatas aktivitas transfer ilmu pengetahuan saja sedangkan pendidikan lebih dari sekedar itu melainkan transformasi nilai dan pembentukan karakter dengan segala aspek yang dicakupnya. Pengertian tentang Pendidikan juga disampaikan oleh Dewantara dalam Daryanto, dkk (2013: 10) sebagai “segala sifat dan pengajaran yang dimulai sejak anak dalam kandungan ibu hingga akil baligh, yang dapat mewujudkan intelligible, yakni tabiat yang dipengaruhi oleh kematangan berpikir. Lebih lanjut Dewantara dalam Daryanto (2013: 10) mengatakan bahwa pengajaran yang ideal merupakan pengajaran yang melibatkan sistem Tri Pusat Pendidikan, yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat. Konsep Tri Pusat ini tidak dapat diabaikan. Sistem pendidikan nasional ini tidak hanya ditempatkan di alam lingkungan sekolah saja, akan tetapi terdapat Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 263)

dimaknai sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan lebih dari sekedar

pengajaran, karena pengajaran hanyalah sebatas aktivitas transfer ilmu

pengetahuan saja sedangkan pendidikan lebih dari sekedar itu

melainkan transformasi nilai dan pembentukan karakter dengan segala

aspek yang dicakupnya.

Pengertian tentang Pendidikan juga disampaikan oleh

Dewantara dalam Daryanto, dkk (2013: 10) sebagai “segala sifat dan

pengajaran yang dimulai sejak anak dalam kandungan ibu hingga akil

baligh, yang dapat mewujudkan intelligible, yakni tabiat yang

dipengaruhi oleh kematangan berpikir”. Lebih lanjut Dewantara dalam

Daryanto (2013: 10) mengatakan bahwa pengajaran yang ideal

merupakan pengajaran yang melibatkan sistem Tri Pusat Pendidikan,

yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat. Konsep Tri Pusat ini tidak

dapat diabaikan. Sistem pendidikan nasional ini tidak hanya

ditempatkan di alam lingkungan sekolah saja, akan tetapi terdapat

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

9

keikutsertaan keluarga dan masyarakat yang membentuk sukses

maupun gagalnya pendidikan nasional.

Pendidikan dalam definisi yang lain juga dikemukakan oleh

Iqbal dalam Al Ghazali (2013: 15) sebagai segala sesuatu yang

memiliki tujuan, yakni kesempurnaan insani di dunia dan akhirat.

Manusia akan sampai pada tingkat kesempurnaan itu hanya dengan

menguasai sifat keutamaan melalui jalur ilmu (pendidikan).

Keutamaan itulah yang akan membuat dia bahagia di dunia dan

mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga sasaran atau tujuan

akhirnya akan terwujud, yakni bahagia di dunia dan akhirat.

Pendapat dari beberapa ahli di atas tentang pengertian

pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan secara umum

dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku manusia. Proses

perubahan tersebut tidak hanya dilihat dari aspek kemampuan manusia

sebagai makhluk yang paling sempurna dalam segi kematangan

berpikir saja, namun pendidikan juga dimaknai sebagai proses

pengubahan tingkah laku manusia dengan pemberian dan penerapan

nilai-nilai dasar yang dibutuhkan manusia sebagai makhluk sosial

dalam menjalani hidupnya.

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Zubaedi (2011: 14) memaknai pendidikan karakter sebagai “the

deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal

character development” (usaha kita secara sengaja dari seluruh

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

10

dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan karakter

dengan optimal). Penanaman nilai-nilai karakter tidak bisa dilakukan

hanya dengan sekedar proses mentransfer ilmu pengetahuan atau

melatih suatu keterampilan tertentu. Penanaman karakter memerlukan

proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam

lingkungan peserta didik, seperti lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, maupun media massa.

Definisi pendidikan karakter yang lain juga dikemukakan oleh

Megawangi dalam Kesuma, dkk (2011: 5), sebagai “sebuah usaha

untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada

lingkungannya”.Pengertian pendidikan karakter oleh Warsono yang

dikutip oleh Kurniawan (2013: 40) dimaknai sebagai proses pemberian

tuntunan peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang

berkarakter dan melibatkan berbagai dimensi yaitu dimensi hati, pikir,

raga, serta rasa dan karsa, dengam kata lain karakter dimaknai sebagai

kualitas pribadi yang orientasinya baik, dan dalam kehidupan nyata

pun berperilaku demikian yang secara koheren memancar sebagai hasil

dari olah pikir, olah hati, olahraga, dan olah rasa dan karsa.

Pendapat beberapa ahli diatas tentang Pendidikan karakter jika

disimpulkan maka pendidikan karakter merupakan proses penanaman

nilai-nilai karakter yang diberikan oleh guru melalui pendidikan formal

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

11

dengan dukungan komponen lain, seperti orang tua dan masyarakat

melalui penerapan nilai kebiasaan, pemberian contoh dan teladan yang

baik guna menciptakan peserta didik yang tidak hanya cakap dalam

bidang intelektual saja, namun juga memiliki karakter yang baik.

Indikator keberhasilan pendidikan karakter dapat dilihat dari

perubahan perilaku peserta didik, dari perilaku yang menyimpang

menjadi perilaku yang baik, serta perilaku yang awalnya memang

sudah baik dapat menjadi lebih baik lagi.

c. Tujuan pendidikan karakter

Tujuan pendidikan karakterdiuraikan oleh Zuchdi dalam

Damayanti (2014: 12), sebagai pengajaran nilai-nilai tradisional

tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku

yang baik dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini digambarkan sebagai

perilaku moral. Secara umum, pendidikan karakter atau pendidikan

nilai bertujuan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik.

Karakter yang baik adalah tentang suatu pengetahuan yang baik, kasih

sayang, cinta kasih yang baik, dan melakukan atau bertindak yang

baik.

Berbicara tentang tujuan pendidikan karakter, Lickona dalam

Damayanti (2014: 13) menguraikan tujuan Pendidikan karakter

sebagai nilai-nilai dalam tindakan. Karakter disusun atas tiga bagian

yang saling berhubungan, yaitu mengetahui, merasakan dan

melakukan. Mengetahui karakter yang baik, menginginkan yang baik

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

12

dan melakukan kebaikan, baik dalam kebiasaan, berpikir, kebiasaan

merasa, dan kebiasaan bertindak.

Kesuma, dkk (2011: 7) dalam bukunya juga menguraikan

tujuan diadakannya pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan

kemampuan peserta didik, yaitu diantaranya kemampuan akademik,

kemampuan sosial, kemampuan dan kemampuan religi. Selain itu,

tujuan pendidikan yang lain adalah untuk membentuk watak yang baik

bagi peserta didik, serta sebagai bentuk perubahan peradaban bangsa

yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah menurut

Kesuma, dkk (2011: 9) adalah sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

dianggap penting dan perlu sehingga menjadi

kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana

nilai-nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan

karakter secara bersama.

Uraian tentang tujuan pendidikan karakter menurut para ahli di

jika disimpulkan maka pada dasarnya tujuan Pendidikan karakter yang

diberikan oleh sekolah sebagai Lembaga Pendidikan formal melalui

penanaman nilai dan contoh keteladanan melalui guru bertujuan untuk

menciptakan peserta didik sebagai calon generasi penerus bangsa yang

memiliki akhlak, kepribadian, dan moralitas yang baik dan sesuai

dengan adat dan budaya serta karakter bangsa Indonesia.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

13

d. Nilai Karakter Mandiri

1). Pengertian Mandiri

Pengertian tentang kemandirian telah banyak diuraikan

oleh beberapa ahli, yang biasanya dibahas dalam kajian atau buku-

buku terkait dengan perkembangan psikologi anak. Para ahli yang

menguraikan penjelasan tentang kemandirian salah satunya adalah

Erickson dan Desmita yang keseluruhannya terangkum dalam buku

karangan Desmita yang berjudul “Psikologi perkembangan peserta

didik”.

Desmita (2009: 185) menguraikan pengertian kemandirian

sebagai kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran,

perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri

untuk menguasai perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan.

Sedangkan menurut Erikson dalam Desmita (2009: 185)

menyatakan kemandirian sebagai usaha untuk melepaskan diri dari

orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses

mencari identitas, ego, yaitu merupakan perkembangan kearah

individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.

Kemandirian dalam kehidupan sehari-hari biasanya dapat

diindikasikan sebagai kemampuan menentukan nasibnya sendiri,

kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab,

mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta

mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

14

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kemandirian

merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat

bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri, serta mampu

mengambil keputusan-keputusan kreatif untuk setiap permasalahan

yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri yang baik, terutama

melaksanakan tugas-tugasnya, dan bertanggung jawab atas apa

yang dilakukannya.

2). Bentuk-bentuk Kemandirian

Havighurst, R dalam Desmita (2009: 186) membagi

kemandirian atas empat bentuk kemandirian, yaitu:

a) Kemandirian emosi, yaitu kemampuan mengontrol emosi diri

sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang

lain.

b) Kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi

sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang

lain.

c) Kemandirian intelektual, yaitu kemampuan untuk mengatasi

berbagai masalah yang dihadapi.

d) Kemandirian sosial, yaitu kemampuan untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain tidak tergantung pada aksi orang

lain.

3). Pentingnya Kemandirian Bagi Peserta Didik

Proses belajar mengajar seringkali ditemui adanya

fenomena peserta didik yang kurang mandiri, termasuk dalam

belajar. Kondisi ini jika dibiarkan tentunya akan berdampak buruk

untuk diri peserta didik itu sendiri. Kebiasaan belajar yang kurang

baik, seperti tidak betah belajar dalam waktu yang lama,

membolos, dan menyontek merupakan contoh fenomena

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

15

permasalahan penyimpangan dalam dunia pendidikan yang hingga

saat ini masih menjadi masalah umum yang cukup sulit ditemukan

solusi yang tepat dan berkesinambungan.

Fenomena-fenomena mengenai penyimpangan yang

berkaitan dengan nilai-nilai karakter khususnya perlu mendapat

perhatian khusus untuk dicarikan solusi yang tepat dalam konteks

dunia Pendidikan untuk mengembangkan kemandirian peserta

didik. Sunaryo Kartadinata dalam Desmita (2009: 189)

menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan dengan

permasalahan kemandirian, antara lain:

a) Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena

niat sendiri yang ikhlas. Perilaku ini akan mengarah pada

perilaku formalistic, ritualistic dan tidak konsisten, yang pada

gilirannya akan menghambat pembentukan etos kerja dan etos

kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri dari kualitas

sumber daya dan kemandirian manusia.

b) Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup.

c) Sikap hidup konformistis tanpa pemahaman dan konformistik

dengan mengorbankan prinsip.

Gejala-gejala tersebut merupakan bagian dari kendala-

kendala utama dalam mempersiapkan individu-individu yang

mampu mengarungi kehidupan masa yang akan datang yang

semakin kompleks dan penuh tantangan. Pertimbangan

kemandirian peserta didik menuju kearah kesempurnaan terutama

dalam bersikap dan implementasi nilai-nilai karakter yang baik

menjadi sangat penting dilakukan secara serius, sistematis, dan

terprogram.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

16

Kemandirian merupakan kecakapan yang sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan pendidikan.

Pengembangan kemandirian peserta didik yang diuraikan oleh

Desmita (2009: 190), diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis,

yang memungkinkan anak merasa dihargai.

b) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan

keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

c) Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi

lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.

d) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan

anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang

lain.

e) Menjalin kehidupan yang harmonis dan akrab dengan anak.

4). Tingkatan dan karakteristik kemandirian

Lovinger dalam Desmita (2009: 187), mengemukakan

tingkatan kemandirian dan karakteristiknya yaitu:

a) Tingkat pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.

Ciri-ciri:

(1) Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat

diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

(2) Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.

(3) Berpikir tidak logis dan tertegun pad acara berpikir tertentu

(stereotype).

(4) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum games.

(5) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta

lingkungannya.

b) Tingkat kedua, adalah tingkat konformistik. Ciri-cirinya:

(1) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.

(2) Cenderung berpikir stereotype dan klise.

(3) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal.

(4) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh

pujian.

(5) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya

instropeksi.

(6) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal.

(7) Takut tidak diterima kelompok.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

17

(8) Tidak sensitif terhadap keindividualan.

(9) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

c) Tingkat ketiga, adalah tingkat sadar diri

(1) Mampu berpikir alternatif.

(2) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.

(3) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.

(4) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang

ada.

(5) Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah.

(6) Memikirkan cara hidup.

(7) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

d) Tingkat keempat, adalah tingkat saksama. Ciri-cirinya:

(1) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.

(2) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku

tindakan.

(3) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif

diri sendiri maupun orang lain.

(4) Sadar akan tanggung jawab.

(5) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri.

(6) Peduli akan hubungan mutualistic.

(7) Memiliki tujuan jangka Panjang.

(8) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.

(9) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

e) Tingkat kelima, adalah tingkat individualitas. Ciri-cirinya:

(1) Peningkatan kesadaran individualitas.

(2) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dan

ketergantungan.

(3) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.

(4) Mengenal eksistensi perbedaan individual.

(5) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam

kehidupan.

(6) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar

dirinya.

(7) Mengenal kompleksitas diri.

(8) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

f) Tingkat keenam, adalah tingkat mandiri. Ciri-cirinya:

(1) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

(2) Cenderung bersikap realistic dan objektif terhadap diri

sendiri dan orang lain.

(3) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan

sosial.

(4) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.

(5) Toleran terhadap ambiguitas.

(6) Peduli akan pemenuhan diri.

(7) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.

(8) Responsive terhadap kemandirian orang lain.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

18

(9) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang

lain.

(10) Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh

keyakinan dan keceriaan.

5). Indikator Kemandirian

Seseorang yang mandiri dapat dilihat dari tingkah lakunya

yang mencerminkan sikap mandiri terutama dalam mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Desmita (2009: 185)

menyebutkan ciri-ciri sikap mandiri dapat dilihat sebagai berikut:

a). Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk

maju demi kebaikan dirinya sendiri.

b). Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi

masalah yang dihadapi.

c). Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.

d). Bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

Ciri-ciri sikap mandiri dapat dikembangkan menjadi beberapa

indikator sebagai tolak ukur untuk menilai sikap mandiri peserta didik

dalam mengikuti proses pembelajaran. Suid, dkk (2017: 73)

menjelaskan terdapat 6 indikator dalam mengukur sikap mandiri

peserta didik, antara lain:

a). Percaya diri

b). Mampu bekerja sendiri

c). Menghargai waktu

d). Bertanggung jawab

e). Memiliki hasrat bersaing untuk maju

f). Mampu mengambil keputusan.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

19

e. Nilai Karakter Tanggung Jawab

1). Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan salah satu nilai karakter yang

harus dimiliki masing-masing peserta didik dan perlu pelatihan,

pembiasaan, dan sikap keteladanan yang baik agar nilai karakter ini

dapat terpatri dengan baik dalam setiap diri peserta didik.

Tanggung jawab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2007: 139)

memiliki arti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau

terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb).

Lebih lanjut pengertian tanggung jawab diuraikan oleh

Damayanti (2014: 44) sebagai “sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang

seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, negara, Tuhan Yang

Maha Esa, masyarakat, lingkungan, baik alam, sosial maupun

budaya”. Yaumi (2014: 72) mendefinisikan tanggung jawab

sebagai “suatu tugas atau kewajiban untuk melakukan atau

menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan (yang diberikan oleh

seseorang, atau atas janji atau komitmen sendiri yang harus

dipenuhi seseorang, dan yang memiliki konsekuen hukuman

terhadap kegagalan”.

Kesimpulan dari pengertian tanggung jawab di atas adalah

tanggung jawab merupakan bagian dari sikap sadar diri seseorang

dalam melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan oleh

seseorang menyangkut dengan kewajibannya baik terhadap diri

sendiri maupun orang lain.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

20

2). Macam-macam Tanggung Jawab

Mustari (2014: 21) memaparkan macam-macam tanggung

jawab sebagai berikut:

a). Tanggung jawab personal

Bertanggung jawab merupakan tindakan yang

menyebabkan seseorang itu memilih untuk bertindak atau

berbicara atau mengambil posisi tertentu sehingga ia harus

bertanggung jawab.

b). Tanggung jawab moral

Tanggung jawab moral biasanya merujuk pada

pemikiran bahwa seseorang mempunyai kewajiban moral

dalam situasi tertentu. Orang yang tidak taat terhadap

kewajiban-kewajiban moral kemudian menjadi alasan untuk

diberi hukuman.

c). Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab dimana

manusia saling memberi dan tidak membuat kerugian kepada

masyarakat yang lain, selain itu tanggung jawab sosial

merupakan tanggung jawab yang sifat-sifatnya perlu

dikendalikan dalam hubungannya dengan orang lain.

Sikap tanggung jawab yang harus di tanamkan dan di

implementasikan siswa dalam kehidupan nyata tidak hanya sebatas

pada bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, namun tanggung

jawab juga dilakukan terhadap kelompok dan mempertanggung

jawabkan setiap tindakan atau sikap di lingkungan sekolah maupun

masyarakat, karena tanggung jawab sifatnya luas, tidak hanya

sebatas dalam lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan tempat

tinggal peserta didik diharuskan untuk bertanggung jawab terhadap

segala hal yang dipilih dan dilakukan.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

21

3). Karakteristik sikap tanggung jawab

Yaumi (2014: 74) menguraikan karakteristik sikap

tanggung jawab yang perlu dimiliki dan ditanamkan dalam

kehidupan sehari-hari antara lain:

a) Melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan

b) Selalu menunjukkan ketekunan, kerajinan, dan terus berusaha.

c) Selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain.

d) Selalu disiplin dan mengontrol diri dalam keadaan apapun.

e) Selalu mengkaji, menelaah, dan berpikir sebelum bertindak.

f) Mempertimbangkan dan memerhitungkan semua konsekuensi

dari perbuatan.

g)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Sikap Mandiri dan

Tanggung Jawab

Penerapan nilai karakter mandiri dan tanggung jawab pada

praktiknya tidak pernah terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai karakter mandiri dan tanggung

jawab menurut Ali dan Asrori dalam Suid, dkk (2017: 74) antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

peserta didik. Suid, dkk (2017: 74) memaparkan bahwa faktor internal

ini muncul karena pengaruh sifat bawaan dari diri seseorang, jadi dapat

disimpulkan bahwa sifat bawaan inilah yang membentuk karakteristik

seseorang yang menentukan seseorang itu memiliki sikap-sikap seperti

rajin, malas, mandiri, tanggung jawab, dll. Selain karena sifat atau ciri

khas karakter seseorang yang didapat dari lahir, Suid juga menjelaskan

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

22

bahwa pengaruh gen atau keturunan yang berasal dari orang tua juga

memiliki peranan dalam membentuk sikap seseorang meskipun dalam

kenyataannya hal ini masih menjadi perdebatan karena dalam

kehidupan sehari-hari tidak jarang kita temui orang tua yang memiliki

sifat dasar rajin belum tentu juga akan melahirkan anak dengan sifat

dasar yang sama, karena yang lebih utama bukanlah tentang gen orang

tua mana yang akan menurunkan sifat anak yang baik, tetapi lebih

kepada cara orang tua dalam mendidik anak tersebut sehingga

terbentuk anak dengan sifat dasar yang berbeda-beda.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta

didik yang mempengaruhi karakter dasarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Suid, dkk (2017: 74) dalam jurnalnya memaparkan sedikitnya terdapat 3

faktor eksternal yang mempengaruhi dan sedikit banyak menentukan

seseorang memiliki sikap mandiri dan tanggung jawab, antara lain:

1). Pola asuh orang tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan

mempengaruhi perkembangan kemandirian anaknya. Orang tua yang

terlalu banyak melarang dan menggunakan kata “jangan” kepada anak

tanpa disertai penjelasan yang rasional akan menghambat

perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang

menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat

mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

23

yang sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan lainnya

tentunya akan memberi pengaruh yang kurang baik terhadap

perkembangan kemandirian anak.

Anak yang terbiasa sejak dini dididik untuk bersikap mandiri dan

bertanggung jawab dalam melakukan segala sesuatunya cenderung

lebih dapat menyesuaikan diri untuk bersikap demikian dalam keadaan

apapun, dibandingkan dengan anak yang terbiasa bergantung pada

orang tuanya dalam melakukan segala sesuatunya, contohnya:

menyiapkan seragam sekolah sendiri, berangkat sekolah tanpa diantar

orang tua, mengerjakan tugas sekolah sendiri, menyiapkan buku-buku

sekolah yang akan digunakan tanpa bantuan orang tua, sampai dari

hal-hal kecil lain yang dapat terlihat di lingkungan keluarga seperti

membereskan peralatan sekolah yang sudah selesai digunakan untuk

belajar, membereskan mainan setelah digunakan dan kegiatan-kegiatan

lain, yang mencerminkan sikap kemandirian dan tanggung jawab anak

di lingkungan keluarga.

2). Sistem Pendidikan di sekolah

Sistem Pendidikan di sekolah adalah sistem pendidikan yang ada

di sekolah tempat anak dididik dalam lingkungan formal. Proses

Pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi

Pendidikan dan cenderung indoktrinisasi tanpa argumentasi akan

menghambat perkembangan kemandirian dan tanggung jawab anak.

Sebaliknya proses pendidikan di sekolah yang lebih menekankan

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

24

pentingnya penghargaan terhadap anak dan penciptaan kompetensi

positif akan memperlancar perkembangan kemandirian belajar anak

termasuk tanggung jawabnya pula.

Guru yang mengajar dengan cara yang variatif, menyenangkan

dan demokratis serta cenderung tidak membeda-bedakan perlakuannya

antara peserta didik satu dengan yang lainnya cenderung akan

menciptakan peserta didik yang lebih percaya diri dan nyaman dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran, dibandingkan dengan guru yang

mengajar dengan metode yang kurang bervariasi, monoton, datar, serta

membeda-bedakan peserta didik yang pintar dan kurang pintar,

sehingga dampak positif dari hasil pembelajaran yang dilakukan pun

akan terlihat. Peserta didik dengan sendirinya akan terbentuk menjadi

peserta didik yang mandiri dan lebih bertanggung jawab lagi akan

kewajiban yang harus dilakukannya sebagai seorang siswa.

3). Sistem Kehidupan di Masyarakat

Sistem kehidupan masyarakat yang menekankan lingkungan

masyarakat yang aman, menghargai potensi ekspresi remaja dalam

bentuk berbagai kegiatan, dan tidak berlaku hierarkis akan merangsang

dan mendorong perkembangan kemandirian dan tanggung jawab anak

dalam lingkup yang lebih luas. Teman sebaya sedikit banyak juga

memiliki pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Anak yang

bergaul dengan teman-teman yang memang terbiasa mandiri dan

bertanggung jawab dalam melakukan segala sesuatunya, biasanya akan

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

25

memiliki sikap yang demikian pula.

Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Ali dan Asrori dalam

Suid,dkk (2017: 75) mengemukakan ada sejumlah intervensi yang

dapat dilakukan untuk pengembangan kemandirian dan tanggung

jawab anak, antara lain sebagai berikut:

1. Penciptaan partisipasi dan keterlibatan dalam keluarga, yang

diwujudkan dalam bentuk saling menghargai antar anggota

keluarga dan keterlibatan dalam memecahkan masalah anak.

2. Penciptaan keterbukaan, yang diwujudkan dalam bentuk

toleransi terhadap perbedaan pendapat, memberikan alasan

terhadap keputusan yang diambil bagi anak, keterbukaan terhadap

minat anak, mengembangkan komitmen terhadap tugas anak,

kehadiran dan keakraban hubungan dengan anak.

3. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan, yang

diwujudkan dalam bentuk mendorong rasa ingin tahu anak,

adanya aturan tetapi tidak cenderung mengancam apabila ditaati,

adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi

lingkungan.

4. Penerimaan positif tanpa syarat, yang diwujudkan dalam bentuk

tidak membeda-bedakan anak, menerima anak apa adanya, serta

menghargai ekspresi potensi anak.

5. Empati terhadap anak yang diwujudkan dalam bentuk

memahami pikiran dan perasaan anak, melihat persoalan anak

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

26

dengan berbagai sudut pandang, dan tidak mudah mencela karya

anak.

6. Penciptaan kehangatan hubungan dengan anak, yang diwujudkan

dalam bentuk interaksi secara akrab, membangun suasana humor

dan komunikasi ringan dengan anak, dan bersikap terbuka

terhadap anak.

Kesimpulan dari pendapat ahli di atas tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian dan tanggung jawab peserta didik terutama

pada saat proses pembelajaran berlangsung antara lain terdapat dua faktor,

yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik)

seperti sifat-sifat dasar yang dimiliki, dan faktor eksternal (faktor yang

berasal dari luar diri peserta didik) seperti peranan keluarga melalui pola

asuh orang tua, sistem pendidikan melalui peran guru dalam proses

pembelajaran, dan sistem masyarakat termasuk di dalamnya adalah

peranan teman sebaya yang sedikit banyak berpengaruh terhadap

terbentuknya sikap mandiri dan tanggung jawab peserta didik dalam

praktiknya.

3. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pendidikan di Indonesia diharapkan dapat

mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki

komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Seiring dengan perkembangan ilmu

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

27

pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir

masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Tanggung jawab

melaksanakan evaluasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan

pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan

bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap

siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

Susanto (2012: 224) menyatakan bahwa kenyataan tersebut pada

umumnya belum sepenuhnya dipahami oleh kalangan pendidik,

khususnya guru sekolah dasar. Proses pembelajaran di kelas berjalan

sangat membosankan dan membuat peserta didik tertekan. Hal ini pula

yang terjadi saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu pelajaran yang bertujuan

untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan

pada Pancasila, undang-undang, dan norma-norma yang berlaku di

masyarakat masih belum optimal di sampaikan ke siswa.

Istilah PKn apabila dikaji secara mendalam berasal dari

kepustakaan asing, yang memiliki dua istilah yakni civic education

dan citizenship education. Cogan dalam Susanto (2012: 224)

menjelaskan kedua istilah ini dapat dimaknai, sebagai berikut:

1) Civic education, diartikan sebagai: … the foundational course

work in school designed to prepare young citizens for an active

role in their communities in their adult lives (suatu mata pelajaran

dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

28

negara muda agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam

masyarakatnya).

2) Citizenship education atau education for citizenship, diartikan

sebagai:… the more inclusive term and encompasses both these in-

school experience as well as out-of-school or „non-

formal/informal‟ learning which takes place in the family, the

religious organization, community organizations, the media etc,

which help to shape thetotality of the citizen (merupakan istilah

generik yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar

sekolah, seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dalam

organisasi keagamaan, dalam media yang membantunya untuk

menjadi warga negara seutuhnya).

Makna dari kedua istilah tersebut, civic education ternyata

lebih cenderung digunakan dalam makna yang serupa untuk mata

pelajaran di sekolah (identik dengan PKn), yang memiliki tujuan

utama mengembangkan siswa sebagai warga negara yang cerdas dan

baik. Civic education atau PKn dirumuskan secara luas untuk

mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran

dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus,

peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan

belajar dalam proses penyiapan warga negara tersebut.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

29

b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Susanto (2012: 225) menguraikan pengertian dari Pendidikan

Kewarganegaraan untuk selanjutnya disebut PKn adalah “mata

pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan

melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa

Indonesia”. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan

dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-hari, baik sebagai

individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa, dan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan

pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar

warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar

menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

PKn menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

20 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah adalah mata pelajaran yang mendiskusikan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara

Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945

Pendidikan Kewarganegaraan kaitannya dengan kedudukannya

sebagai mata pelajaran yang dipelajari peserta didik dari tingkat dasar

hingga perguruan tinggi memiliki potensi besar dalam pembentukan

karakter bangsa, seperti yang diuraikan Fauzi, dkk (2013: 4) PKn

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

30

sebagai bidang studi mempunyai kedudukan yang strategis dalam

membina sikap dan tingkah laku sehingga peserta didik tersebut

mempunyai sikap dan tingkah laku yang sesuai dan cocok dengan sila-

sila dari Pancasila. Melalui kegiatan pendidikan diharapkan siswa

menyerap nilai-nilai Pancasila yang diarahkan secara manusiawi dan

alamiah melalui penghayatan dan pengamalan secara pribadi dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat.

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk menambah

wawasan terkait dengan peran dan kedudukan serta kepentingan

warganegara sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat

dan sebagai warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan

bersedia untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta

mengembangkan potensi individu agar memiliki wawasan, sikap, dan

keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan

untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam

berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran tidak

sekedar memiliki misi mengembangkan semangat kebangsaan dan

cinta tanah air (penjelasan pasal 3), lebih lanjut Winarno (2013: 20)

menjelaskan bahwa suatu program Pendidikan yang terdapat dalam

PKn berperan untuk mencapai salah satu tujuan Pendidikan nasional,

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

31

yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

d. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Pendidikan Kewarganegaraan penting diajarkan terutama pada

jenjang Sekolah Dasar sebagai bentuk pemberian pemahaman dan

kesadaran jiwa setiap anak didik dalam peranannya mengisi

kemerdekaan, dimana kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperoleh

dan dapat dinikmati hingga saat ini didapatkan dengan perjuangan

keras dan penuh pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan dan

seluruh rakyat Indonesia. Bentuk penanaman pemahaman akan

apresiasi yang memadai terhadap makna perjuangan yang dilakukan

para pejuang harus ditanamkan sejak dini, agar dapat menimbulkan

rasa senang, sayang, cinta, keinginan untuk memelihara, melindungi,

dan membela negara itulah yang menjadikan PKn itu menjadi penting

untuk diajarkan di sekolah dasar sebagai upaya sadar menyiapkan

warga negara yang memiliki rasa kecintaan dan kesetiaan dan

keberanian untuk membela bangsa dan negaranya.

Susanto (2012: 233) menjelaskan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan di sekolah dasar memberikan pelajaran pada siswa

untuk memahami dan membiasakan dirinya dalam kehidupan di

sekolah atau di luar sekolah, karena materi Pendidikan

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

32

Kewarganegaraan menekankan pada pengalaman dan pembiasaan

dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan

pengertian sederhana sebagai bekal untuk mengikuti Pendidikan ke

jenjang berikutnya.

Selain itu, perlunya Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di

sekolah dasar ialah agar sejak dini peserta didik dapat memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Tujuan diajarkannya

Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar dalam cakupan yang

lebih luas adalah agar siswa dapat memahami hak dan kewajiban

secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara

terdidik dan bertanggung jawab.

Pendidikan Kewarganegaraan mulai diajarkan sejak jenjang

sekolah dasar dengan alasan anak pada usia sekolah dasar adalah anak

yang haus akan pengetahuan, sangat penting dan tepat jika pada masa

ini diberikan konsep dasar tentang wawasan nusantara dan perilaku

yang demokratis secara benar dan terarah, terutama kaitannya dengan

penanaman nilai-nilai kesadaran akan tujuan utama diberikannya

Pendidikan Kewarganegaraan ini pada jenjang Pendidikan formal,

yaitu untuk menciptakan manusia-manusia calon generasi penerus

bangsa yang memiliki jiwa nasionalisme dan mau menjadi warga

negara yang baik dan taat aturan.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

33

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ropitasari tahun 2016 berjudul

“Pengintegrasian Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran PKn di SMP

Negeri 9 Purwokerto”.

Pengintegrasian nilai-nilai Pendidikan karakter dalam

pembelajaran PKn di SMP N 9 Purwokerto yakni berkat kemahiran guru

dalam merancang penggunaan perangkat pembelajaran berupa silabus dan

RPP yang dilaksanakan dalam tiga tahap, dari mulai perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.Kendala yang dihadapi dalam

pengintegrasian nilai-nilai Pendidikan karakter yakni kondisi peserta didik

sehingga sulit dalam mengenali karakter para peserta didik sehingga sulit

dalam mengenali karakter peserta didik, materi yang sebagian besar

hafalan, implementasi yang sudah diajarkan oleh guru belum tentu

diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari karena faktor

pergaulan.

Upaya yang dilakukan oleh mengatasi kendala pengintegrasian

nilai-nilai Pendidikan karakter dalam pembelajaran PKn yakni dengan

menggunakan media pembelajaran yang bervariasi agar peserta didik lebih

memahami materi yang disampaikan, kemudian upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kendala yang lain adalah dengan melakukan komunikasi

dan pengarahan kepada peserta didik secara individu.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Susiatik Titik tahun 2013 yang berjudul

“Pengaruh Pembelajaran PKn Terhadap Pembentukan Karakter Siswa”.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

34

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara praktik memang

terdapat pengaruh signifikan pemberian materi pembelajaran PKn

terhadap pembentukan karakter siswa, namun sebenarnya tidak hanya

pada pemberian materi pembelajaran PKn yang dapat memberikan sisipan

materi pembentukan karakter anak. Pengaruh pemberian materi

pembelajaran PKn terhadap pembentukan karakter siswa adalah

menjadikan PKn sebagai mata pelajaran yang mampu membentuk

kebiasaan yang baik, agar senantiasa menjaga perilaku yang baik.

3. Penelitian yang dilakukan oleh D. Patrick Saxon tahun 2013 tentang

“Student Responsibility and SelfDirected Learning: An Interview with

Christine McPhail”.

Dalam kajiannya Bersama Christine McPhail, D.Patrick Saxon

menguraikan bahwa guru memiliki tanggung jawab utama untuk

memfasilitasi peserta didiknya agar menjadi orang yang potensinya

berkembang dan memiliki rasa tanggung jawab. Menjadi seorang guru

juga dituntut untuk mengetahui karakteristik setiap peserta didiknya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh David Light Shields tahun 2011 yang

berjudul “Character as the Aim of Education”.

Dalam jurnalnya, David Light menjelaskan bahwa Pendidikan

karakter kedudukannya tidak kalah penting dengan ilmu atau kajian

bidang keilmuan yang menekankan pada aspek nilai-nilai kognitif saja.

Orang yang memiliki karakter intelektual yang kuat akan memiliki sifat

penasaran, berpikiran terbuka, reflektif, strategis, dan cenderung suka

mencari kebenaran.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

35

Dari keempat penelitian relevan tersebut, jika ditarik kesimpulan

secara umum, penelitian-penelitian tersebut kebanyakan masih membahas

tentang nilai-nilai pendidikan karakter secara umum. Nilai-nilai karakter

dan pokok bahasannya belum mengerucut pada nilai karakter tertentu

saja. Cakupannya pun masih luas dan belum fokus pada satu topik saja.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang akan saya lakukan, karena pada

penelitian ini saya hanya memfokuskan pada dua nilai karakter dari total

18 nilai karakter, khususnya kaitannya dengan proses pembelajaran PKn

di kelas V sekolah dasar.

C. Kerangka Pikir

Sesuai dengan amanat UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Hal ini bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia hendaknya memenuhi 3

ranah dasar pendidikan yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Peserta

didik idealnya tidak hanya diberi ilmu pengetahuan saja dalam

penyelenggaraan proses pendidikan, akan tetapi pemberian nilai-nilai afeksi

dan keterampilan juga dapat menyeimbangkan peserta didik agar tidak hanya

tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki

nilai-nilai afeksi yang baik, yang dapat diterapkan tidak hanya di lingkungan

belajarnya saja (sekolah), namun juga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

36

Penanaman nilai-nilai karakter dalam lingkup pendidikan formal

dalam hal ini adalah sekolah, dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran

di kelas, karena kegiatan pembelajaran ini dinilai memiliki potensi besar

dalam penanaman nilai-nilai afeksi yang baik, karena selain terdapat indikator

nilai sikap atau karakter yang harus dicapai siswa dalam satu kompetensi,

terdapat pula sosok guru yang dapat menjadi teladan atau role model yang

baik untuk diteladani peserta didiknya.

Berawal dari pemikiran tersebut, secara formal upaya menyiapkan

kondisi, sarana, dan prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang

mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda yang

memiliki landasan kuat sangat diperlukan. Namun, sinyal tersebut baru

disadari ketika terjadi krisis penurunan nilai-nilai karakter yang banyak terjadi

hingga saat ini. Penurunan nilai sikap mandiri dan tanggung jawab dalam diri

peserta didik merupakan salah satu contoh masalah kemerosotan nilai-nilai

afeksi.

Sesuatu yang sangat disayangkan jika perilaku ini terjadi terus

menerus dan seolah menjadi budaya atau kebiasaan buruk yang melekat dalam

diri peserta didik, terutama bagi peserta didik yang duduk di kelas tinggi, yang

idealnya sudah mampu menunjukan sikap mandiri dan tanggung jawabnya

baik dalam proses pembelajaran sebagai kewajiban dirinya sebagai peserta

didik, maupun di luar itu. Terlepas dari pro dan kontra serta melihat kondisi

yang ada dilapangan yang masih minim dalam penanaman nilai karakter

sebagai sebuah mata pelajaran, maka penelitian ini lebih menekankan ke arah

bagaimana sikap mandiri dan tanggung jawab peserta didik dapat terlihat,

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/7982/3/DYAH PRAMUNI BAB II.pdf · proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan peserta

37

khususnya dalam proses pembelajaran PKn.Mata pelajaranPKn dipilih karena

dianggap memiliki potensi besar dalam menanamkan nilai-nilai karakter

didalamnya, termasuk peran guru pada proses pembelajaran tersebut. Guru

Sebagai pihak yang bertugas mentransfer ilmu pengetahuan termasuk nilai-

nilai afeksi didalamnya, serta keterlibatan dirinya sebagai tokoh yang menjadi

teladan peserta didiknya.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Faktor Pendukung yang

muncul dalam penerapan

sikap mandiri dan tanggung

jawab peserta didik

Faktor penghambat yang

terjadi dalam penerapan sikap

mandiri dan tanggung jawab

peserta didik

Peserta didik kurang mandiri

dan bertanggung jawab dalam

proses pembelajaran

Kurang terlihatnya nilai

Pendidikan Karakter dalam

proses Pembelajaran (khususnya

pada proses pembelajaran PKn)

Peran Guru Mempengaruhi

Perkembangan Nilai-nilai

Karakter Peserta Didik

Mata Pelajaran PKn Sebagai

Mata Pelajaran Pembentuk

Karakter Peserta Didik

Tujuan PKn dan Tujuan

Pendidikan Nasional

Dekripsi kuantitatif dan

kualitatif sikap mandiri dan

tanggung jawab peserta didik

pada proses pembelajaran

PKn

Studi Deskriptif Sikap..., Dyah Pramuni Anjasmoro, FKIP UMP 2018