BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB...

20
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006). Pengertian prestasi menurut Djamarah (1994) diartikan sebagai suatu hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Sardiman (1987) menjelaskan bahwa prestasi belajar yaitu tingkat pencapaian penguasaan materi pelajaran yang ditempuh dan biasanya diwujudkan dalam indeks prestasi”. Prestasi belajar berarti suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar (Slameto, 2003). Begitu pula yang dikemukan oleh Winkel (2004) mengenai prestasi belajar, suatu bukti yang dicapai oleh seseorang setelah belajar. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha- usaha belajar. Tu’u (2004) mengatakan prestasi belajar ialah hasil belajar siswa yang diperoleh siswa ketika mengikuti pembelajaran di kelas yang dinilai secara kognitif dan dinyatakan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang dilaluinya. Berdasarkan pendapat-pendapat tentang prestasi belajar di atas maka penelitian ini mengacu pada teori Tu’u (2004) yang menjabarkan bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh siswa ketika mengikuti pembelajaran di kelas yang dinilai secara kognitif dan dinyatakan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang dilaluinya. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut pandangan Slameto (2003) yaitu terdiri dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang berpengaruh ialah faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Faktor jasmani dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006). Pengertian prestasi

menurut Djamarah (1994) diartikan sebagai suatu hasil dari suatu kegiatan

yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara

kelompok.

Sardiman (1987) menjelaskan bahwa prestasi belajar yaitu tingkat

pencapaian penguasaan materi pelajaran yang ditempuh dan biasanya

diwujudkan dalam indeks prestasi”. Prestasi belajar berarti suatu perubahan

yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar (Slameto, 2003). Begitu

pula yang dikemukan oleh Winkel (2004) mengenai prestasi belajar, suatu

bukti yang dicapai oleh seseorang setelah belajar. Prestasi belajar merupakan

hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-

usaha belajar. Tu’u (2004) mengatakan prestasi belajar ialah hasil belajar siswa

yang diperoleh siswa ketika mengikuti pembelajaran di kelas yang dinilai

secara kognitif dan dinyatakan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang

dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang

dilaluinya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang prestasi belajar di atas maka

penelitian ini mengacu pada teori Tu’u (2004) yang menjabarkan bahwa hasil

belajar siswa yang diperoleh siswa ketika mengikuti pembelajaran di kelas

yang dinilai secara kognitif dan dinyatakan melalui nilai atau angka dari hasil

evaluasi yang dilakukan guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau

ujian yang dilaluinya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut pandangan Slameto

(2003) yaitu terdiri dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang

berpengaruh ialah faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Faktor

jasmani dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

6

Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika

kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah

pusing, mengantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun

ada gangguan kelainan alat inderanya. Selain faktor kesehatan, cacat tubuh

juga menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh

atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah

tangan, lumpuh, dan lain-lain.

Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor

keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga yang memberi

dampak pada prestasi siwa yaitu cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi

keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah. Faktor sekolah dapat

berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah,

interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan. Faktor

lingkungan masyarakat yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa

antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di

lingkungan keluarganya (Slmeto, 2003).

Tu’u (2004) menguraikan bahwa ada beberapa faktor yang penting dan

mendasar yang memberi kontribusi bagi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor

tersebut ialah kecerdasan, bakat, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan

keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar.

Kecerdasan berkaitan dengan kemampuan rasional memahami, mengerti,

memecahkan masalah, dan kemampuan mengatur perilaku pada lingkungan

yang berubah serta kemampuan belajar dari pengalamannya. Faktor bakat,

kemampuan yang ada pada seseorang sejak lahir, yang merupakan warisan

dari orang tuanya. Motif diartikan sebagai dorongan yang membuat seseorang

melakukan sesuatu.

Faktor cara belajar diantaranya adalah konsentrasi sebelum dan ketika

pembelajaran berlangsung, mempelajari kembali bahan yang telah diterima

dengan segera dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan (Tu’u, 2004).

Begitu pula dengan lingkungan keluarga berupa dorongan, bimbingan dan

teladan yang diberikan dari orang tua. Lingkungan sekolah merupakan

lingkungan pendidikan yang terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang

baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual, disiplin, dan ilmu

pengetahuan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

7

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang terdiri dari 4-6 siswa dengan struktur kelompok heterogen

(Slavin dalam Isjoni 2009). Kelompok heterogen artinya kelompok yang setiap

anggota kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda

(tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan

jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Lie, 2002).

Slavin (dalam Sanjaya, 2006) meracang pembelajaran kooperatif dengan

dua alasan. Alasan pertama karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri

dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, dapat

merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar bepikir memecahkan masalah

dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.

Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas,

struktur tujuan dan struktur penghargaan (Nur dkk, 2000). Struktur tugas,

struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran

kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur

penghargaan model pembelajaran yang lain. Proses pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada

suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Pembelajaran kooperatif juga mengembangkan diskusi dan komunikasi

dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir

kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan

menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai

kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Tujuan model

pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan

siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta

pengembangan keterampilan sosial (Nur ,dkk. 2000).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

8

b. Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur, dkk (2000), prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah

setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus mengetahui

bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, harus

membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota

kelompoknya kemudian siswa akan dikenai evaluasi, berbagi kepemimpinan,

membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya,

dan siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama dengan

teman, selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, saling

mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, belajar dari teman

sendiri dalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara

atau saling mengemukakan pendapat, keputusan tergantung pada siswa

sendiri, siswa aktif (Stahl dalam Wahyudi, 2010). Senada dengan ciri-ciri

tersebut, Johnson dan Johnson (dalam Sanjaya, 2006) mengemukakan ciri-ciri

pembelajaran kooperatif adalah terdapat saling ketergantungan yang positif

antar anggota kelompok, dapat dipertanggungjawabkan secara individu,

heterogen, berbagi kepemimpinan, berbagi tanggung jawab, menekankan

pada tugas dan kebersamaan, membentuk keterampilan sosial, peran guru

mengamati proses belajar mahasiswa, efektivitas belajar tergantung pada

kelompok. Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang

anggota), bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan

akademik, jender, suku, maupun lainnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

9

d. Pengelolaan Kelas Model Pembelajaran Kooperatif

Ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu

pengelompokan, semangat gotong royong dan penataan ruang kelas.

Pengelolaan kelas ini bertujuan untuk membina pembelajaran dalam

mengembangkan niat dan kiat kerja sama dan berinteraksi dengan siswa

lainnya. Pengelompokan heterogen lebih disukai para guru karena memiliki

beberapa keuntungan antara lain memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengajar (peer tutoring), menumbuhkan semangat gotong royong dan

memudahkan pengelolaan kelas. Semangat gotong royong diperlukan agar

setiap anggota kelompok dapat bekerja secara efektif dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Semangat ini dapat dibina ketika siswa berinteraksi dalam kelompok masing-

masing. Siswa dapat berinteraksi dengan maksimal, dibutuhkan penataan

ruang kelas. Bangku ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat

melihat guru dan papan tulis dengan jelas, serta dapat melihat rekan-rekan

kelompoknya dengan baik (Lie, 2002).

e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam kegiatan

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007).

Langkah pertama, guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivaasi

siswa belajar pada awal pelajaran. Fase ini kemudian dilanjutkan dengan

penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim atau

kelompok-kelompok belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat

siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas. Fase terakhir

pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil kerja kelompok atau

mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi

penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Berikut tabel

fase-fase pembelajaran kooperatif:

Tabel 1.1

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

10

Fase-2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menginformasikan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4 Membimbing kelompok belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Fase-5

Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.

Fase-6 Memberikan penghargaan.

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

f. Model Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif

Penilaian model pembelajaran kooperatif yang dijelaskan oleh Lie

(2002), siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama

dengan metode gotong royong. Mereka saling membantu dalam

mengerjakan tes sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok dapat

diperoleh dengan beberapa cara yaitu dengan mengambil dari nilai terendah

yang didapat oleh siswa dalam kelompok, atau dari nilai rata-rata nilai semua

anggota kelompok. Kelebihan cara tersebut adalah semangat gotong royong

yang ditanamkan. Kekurangan menggunakan cara ini ialah dapat

menimbulkan perasaan negatif dan tidak adil. Siswa yang mampu akan

merasa rugi oleh nilai rekannya yang rendah. Siswa yang rendah mungkin

merasa bersalah karena memberi sumbangan yang rendah. Cara lain yang

bisa dipilih untuk menjaga rasa keadilan. Setiap anggota memberikan nilai di

atas nilai rata-rata mereka sendiri. Hal ini berati setiap siswa pandai ataupun

kurang pandai mempunyai kesempatan untuk berkontribusi. Siswa yang

kurang pandai tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka

karena mereka juga memberikan nilai yang sama pada kelompok mereka.

g. Beberapa Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

beberapa ahli antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990)

dalam Suyatno (2009) adalah jigsaw, Number Head Together (NHT), STAD

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

11

(Student Teams Achievement Divisions), TAI (Team Assited Individualization

atau Team Accelarated Instruction), kancing gemerincing, dan lain-lain.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh

Aronson dkk (Nur, dkk. 2000). Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw

adalah sebagai berikut: guru membagi suatu kelas menjadi beberapa

kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 - 6 siswa dengan

kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan

rendah serta jika mungkin anggota. Kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.

Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian

materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai. Tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas

mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa

dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok

yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

Kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang

sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya

jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut

kelompok jigsaw (gigi gergaji). Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun

kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok

atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil

diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan

persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru lalu

memberikan kuis untuk siswa secara individual, guru memberikan

penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor

kuis berikutnya (terkini). Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi

beberapa bagian materi pembelajaran. Jika menggunakan jigsaw yang perlu

diperhatikan ialah untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu

tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen

(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam

penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa

terhadap materi pembelajaran. Langkah-langkah penerapan NHT yaitu guru

menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai, guru memberikan kuis secara individual

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

12

kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal, guru membagi kelas

dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa, setiap

anggota kelompok diberi nomor atau nama. Kemudian guru mengajukan

permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok, guru mengecek

pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota

kelompok untuk menjawab dan guru memfasilitasi siswa dalam membuat

rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir

pembelajaran. Guru kemudian memberikan tes/kuis kepada siswa secara

individual, dan memberi penghargaan pada kelompok melalui skor

penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar

individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (Nur, dkk. 2000).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD diuraikan oleh Slavin. Langkah

model pembelajaran ini dimulai dengan pembagian siswa dalam beberapa

tim yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan,

jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan materi

pelajaran, kemudian siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing

dengan tujuan agar setiap anggota kelompok dapat menguasai materi yang

diajarkan. Langkah selanjutnya, semua siswa diminta mengerjakan kuis

secara individu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata

pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing kelompok

diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan

hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk

memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu

akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Penghargaan

kelompok didapat dari nilai seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi

kelompok, praktik kelompok, dan kuis individu.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Indivudualization)

a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

Indivudualization)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin (dalam

Syarif, 2011). Pada penelitian yang akan dilaksanakan ini mengacu pada

model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dijabarkan oleh Slavin

(1995). TAI adalah salah satu model pembelajaran dimana para siswa

dengan kemampuannya masing-masing bekerja sama di dalam kelompok

kecil dengan kemampuan yang berbeda. Slavin membuat model ini

berdasarkan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

13

keunggulan pembelajaran kooperatif dan individu. Kedua, TAI melatih

siswa untuk peduli dengan orang lain yaitu temannya. Model pembelajaran

ini disusun untuk memecahkan masalah kesulitan belajar secara individu.

Terjemahan bebas dari TAI adalah Bantuan Individual dalam Kelompok

(BidaK) dengan karaktristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada

siswa sehingga siswa harus membangun pengetahuan dan tidak menerima

bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru adalah negoisasi dan bukan

imposisi-intruksi. Sintaks BidaK menurut Slavin (dalam Suyatno, 2009)

adalah membuat kelompok heterogen dan memberikan bahan ajar berupa

modul, siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota

kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga

terjadi diskusi, penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

Pembelajaran kooperatif tipe ini mengkombinasikan keunggulan

pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual yang dirancang

untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Kegiatan

pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri

khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi

pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual

dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh

anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas

keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama (Suyatno, 2009).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

14

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

Indivudualization)

Ciri khas dari pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Nur, dkk. 2000) ialah siswa dalam kelompok secara kooperatif

menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-

beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah atau jika mungkin

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta

memperhatikan kesetaraan jender. Penghargaan lebih menekankan pada

kelompok dari pada masing-masing individu. Pembelajaran kooperatif

dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling

berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan

pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling

membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri

maupun teman lain.

c. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

Indivudualization)

Komponen-komponen pembelajaran kooperatif tipe TAI yang

dikemukakan oleh Nur (2005) meliputi student creative (siswa kreatif),

placement test (tes penempatan), team (kelompok), team study (belajar

kelompok), whole class (unit-unit kelas keseluruhan kelompok), fact test

(tes fakta) dan team scores and team recognition (skor kelompok dan

pengakuan kelompok).

Student creative yang dimaksud Nur (2005) adalah guru memberikan

tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara

individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. Kedua placement test, guru

memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor

dasar atau skor awal atau dengan melihat hasil ulangan sebelumnya. Ketiga

team, guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4

– 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan

(tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari

ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

Team study, hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam

kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling

memeriksa jawaban teman satu kelompok. Whole class unit, guru

memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

15

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Fact test, guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. Team score

and recognition, guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor

kuis berikutnya (terkini).

Prosedur model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang dijabarkan

oleh Slavin (1995) tersebut adalah teams yaitu pembentukan kelompok

heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Placement test, pemberian

pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru

mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. Curriculum materials,

materi yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang ada.

Teaching Group, pemberian materi secara singkat dari guru menjelang

pemberian tugas kelompok. Team Study, tahapan tindakan belajar yang

harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara

individual kepada siswa yang membutuhkan. siswa diberikan untuk

mengerjakan soal secara individu terlebih dahulu kemudian setelah itu

mendiskusikan hasilnya dengan kelompok masing – masing. Team Score

and Team Recognition, pemberian skore terhadap hasil kerja kelompok

dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil

secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam

menyelesaikan tugas. Fact test, pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta

yang diperoleh siswa. Dan Whole-Class Units, pemberian materi oleh guru

kembali diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Penelitian ini menggunakan prosedur pembelajaran kooperatif tipe TAI

yang dikemukakan oleh Slavin (1995). Diawali dengan teams, placement

test, curriculum materials, teaching group, team study, team scores and

team recognition, fact test dan whole class.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

16

d. Penghargaan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

(Team Assisted Individualization)

Menurut Slavin (dalam Nur, 2000) guru memberikan penghargaan

pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari

nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok yaitu dengan

menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal)

dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan

sebelumnya. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah

siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata

nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.

Langkah terakhir dengan menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang

besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar

(awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai

peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan

predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Berikut ini tabel predikat

kelompok (Slavin, 1995):

Tabel 1.2 Predikat Kelompok

Interval Rata-rata Nilai Peningkatan Predikat

Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15 CUKUP

15 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20 BAIK

20 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25 SANGAT BAIK

Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25 SEMPURNA

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

17

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team

Assisted Indivudualization)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki kekurangan dan

kelebihan. Adapun kelebihannya antara lain siswa yang lemah dapat

terbantu dalam menyelesaikan masalah, siswa berlatih bekerjasama dalam

suatu kelompok, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan

dan ketarmpilannya, adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam

menyelesaikan masalah. Selain mempunyai kelebihan, model ini juga

mempunyai kekurangan. Kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe TAI

adalah siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan

menggantungkan pada siswa yang pandai, dibutuhkan waktu yang lama

untuk membuat dan mengembangkan perangkat belajar, dan guru dapat

mengalami kesulitan jika jumlah siswa terlalu banyak (Syariffudin, 2011).

5. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2005), penelitian tindakan ialah sebuah

bentuk inkuiri relatif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial

tertentu meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktik sosial

pendidikan mereka dan pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan

praktik pendidikan ini dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan

praktik ini.

PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian,

tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang

berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang.

Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus

kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan

tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang

sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom

action research yaitu suatu action research (penelitian tindakan) yang

dilakukan di kelas (Arikunto, 2007).

Definisi-definisi PTK yang telah diuraikan maka penelitian yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted

Individualization) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

18

Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Gemawang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”

mengacu pada definisi PTK yang dikemukakan Arikunto.

Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa model diantaranya model

Kurt Lewin, model Kemmis Mc Taggart, model John Elliot, model Hopkins, dan

model Mc Kernan (Sutama, 2011). Model-model tersebut bertujuan untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas.

Model Kurt Lewin merupakan dasar atau acuan pokok dari adanya

berbagai model penelitian tindakan lainnya, khususnya PTK. Kurt Lewin adalah

orang yang pertama kali memperkenalkan AR. Konsep pokok penelitiannya

terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan/planning, tindakan/acting,

pengamatan/observing, dan refleksi/reflecting. Hubungan keempat komponen

tersebut merupakan suatu siklus. Berikut ini design PTK model Kurt Lewin:

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

19

Gambar 1.1

Design PTK Model Lewin

Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah

merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian,

karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen

tersebut, meliputi: perencanaan, aksi/tindakan, observasi, dan refleksi. Suatu

siklus selesai diimplementasikan sesudah adanya refleksi, kemudian

diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus

tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. Model PTK

Kemmis dan Mc Taggart dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

20

Gambar 1.2.

Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model

Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam

setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi

(tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa

langkah yang terrealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

21

Gambar 1.3

PTK Model Elliot

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

22

PTK model Dave Ebbutt secara skematis yaitu:

Gambar 1.4

Model PTK Dave Ebbutt

Model PTK yang dikemukakan oleh Mc Kernan lebih menekankan pada

“proses waktu”, dalam arti bahwa dalam PTK yang penting bukanlah dengan

mengatur waktu secara kaku akan tetapi harus dapat mencakup penentuan

fokus permasalahan, penyelesaian permasalahan yang rasional dan kepemilikan

penelitian yang demokratis (Sutama, 2011).

Penelitian yang akan dilaksanakan ini termasuk dalam jenis penelitian

tindakan kelas (PTK) dan menggunakan PTK model Kemmis & Mc Taggart.

Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin

(Kemmis dan Mc Taggar, 1992) yaitu planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan) dan reflection (refleksi).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

23

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian (Aminoto, 2008) di SMP Negeri 2 Bulu yang menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TAI melalui kegiatan problem solving menunjukkan

bahwa nilai rata-rata data awal dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yaitu

59,2. Pada siklus I, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 64,2 dengan nilai

diatas KKM (60) ialah 16 siswa meningkat menjadi 68,3 dan nilai di atas KKM

sebanyak 25 siswa.

Data yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan oleh Tiliyani (2007)

dengan menggunakan pembelajaran cooperative learning tipe Team Assisted

Individualization (TAI) di kelas IXB SMP Negeri I Adiwerna kabupaten Tegal

dalam pokok bahasan Pangkat Tak Sebenarnya, hasil tes akhir siklus I, II, dan III

persentasi ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat. Siklus I siswa yang

tuntas belajar 58,97 %, siklus I sebesar 76,92 %, dan siklus III sebesar 89,74 %.

Penelitian yang sejalan dengan Tiliyani (2007), penelitian Undari (2011) di

SMA Negeri 2 Malang yang menerapkan pembelajaran kooperatif TAI dan TPS

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang diiukur dari skor rata-rata yaitu

skor awal rata-rata sebelum perlakuan sebesar 75,7, skor rata-rata siklus I

sebesar 80, dan skor rata-rata siklus II 83,1 dan diukur dengan persentase

ketuntasan belajar secara klasikal SKM (Standart Ketuntasan Minimum) sebelum

perlakuan sebesar 36,8%, pada siklus I sebesar 78,9%, dan siklus II sebesar

94,7%.

C. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal siswa kelas VIIIA SMP N 1 Gemawang mempunyai

prestasi belajar matematika yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih kurang

optimal dalam memanfaatkan strategi pembelajaran yang tepat dalam

meningkatkan prestasi belajar belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode

konvensional. Salah satu pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa pada pembelajaran matematika adalah pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization).

Penerapan model pembelajaran tipe TAI (Team Assisted Individualization)

pada siklus I membahas materi menghitung panjang garis singgung lingkaran dan

menghitung panjang garis singgung persekutuan luar dan dalam lingkaran.

Pelaksanaan model tersebut masih secaa abstrak yang artinya masih belum

sepenuhnya. Guru masih membantu siswa dalam memahami materi.

Pelaksanaan siklus I belum dapat mencapai indikator kinerja. Siklus II pada

materi menghitung panjang lilitan minimum pada lingkaran dan menghitung jari-

jari lingkaran dalam dan luar segitiga, model pembelajaran tipe TAI dijalankan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1881/3/T1_202008068_BAB II.pdf · Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . ... dengan metode gotong ...

24

dengan sepenuhnya dan prestasi belajar matematika meningkat. Berdasarkan

uraian di atas maka kerangka berpikir dapat diilustrasikan pada diagram berikut

ini:

Gambar 1.5 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan

pada penelitian ini adalah melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di

kelas VIIIA semester II SMP Negeri 1 Gemawang pada pokok bahasan Garis

Singggung Lingkaran dengan indikator keberhasilan yaitu bila 80% jumlah siswa

sudah mencapai nilai ketuntasan 72.

Guru menggunakan metode yang konvensional

Siklus I Penerapan model

pembelajaran tipe TAI

Rendahnya prestasi belajar siswa

Indikator kinerja belum tercapai

Siklus II Penerapan model

pembelajaran tipe TAI

Prestasi belajar matematika meningkat