BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya · Pendekatan Kardinal, kepuasan...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya · Pendekatan Kardinal, kepuasan...
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa hasil penelitian
sebelumnya yaitu journal nasional, internasional dan laporan akhir yang berkaitan.
Penelitian pertama yang menjadi referensi yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Hugh Wilkins yang berjudul “Souvenirs: What and Why We Buy”, Journal of
Travel Research, 2011. Penelitian ini menggunakan mix metode kuantitatif dan
kualitatif. Penelitian ini membahas kesenjangan gender dan motivasi untuk
pembelian souvenir, mengevaluasi perilaku pembelian souvenir wisatawan serta
mengidentifikasi arti penting dari souvenir yaitu sebagai bukti pengalaman,
memori dan sebagai hadiah untuk kerabat. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pria akan lebih cenderung untuk membeli produk diskon dan bermerek, sementara
wanita lebih cenderung untuk membeli souvenir yang lebih spesifik, atau barang
yang mencerminkan dari destinasi yang meraka tuju. Kedua, souvenir yang sering
dibeli oleh wisatawan ketika mereka berlibur yaitu photographs, postcards, dan
paintings region. Ketiga, keputusan pembelian souvenir oleh wisatawan karena
mereka ingin membawa kembali memori yang telah mereka habiskan selama
liburan (As memory) dan juga peran souvenir sebagai hadiah natal ataupun hari
ulang tahun kerabat mereka. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian kali
ini yaitu sama-sama akan mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap keputusan
wisatawan dalam pembelian souvenir di destinasi yang mereka tuju. Sedangkan
perbedaan yang ada dalam penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu metode
pengumpulan data yang menggunakan focus discussion group mengenai motivasi
wisatawan dalam melakukan pembelian souvenir, sedangkan penelitian kali ini
akan terfokus pada pengumpulan data secara kuantitatif dengan variabel
pendukung lainnya yaitu; consumer behavior, perceived value of souvenir dan
pengaruhnya terhadap permintaan souvenir di pasar seni Ubud..
Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Joanne Yoon-
Jung Oh yang berjudul “Predictors of tourists’ shopping behaviour: Examination
of socio-demographic characteristics and trip typologies”, Journal of Vacation
Marketing Vol 10 no 4. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
dengan penyebaran kuisioner by phone and email. Survei ini berfokus pada pola
perjalanan, karakteristik perjalanan, sikap, motivasi, latar belakang sosial-
ekonomi dan niat masa depan untuk melakukan perjalanan dan kaitannya dengan
perilaku belanja turis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa
kelompok yang lazim ditemukan berbeda dari kegiatan berbelanja bila dilihat dari
segi umur, gender dan tipologi perjalanan merupakan faktor signifikan yang
mempengaruhi pola pilihan dalam berbelanja. Persamaan penelitian tersebut
dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama mengidentifikasi karakteristik
wisatawan bila dilihat d.ari pola umur, gender dan tipologi perjalanan. Perbedaan
yang terdapat dalam penelitian tersebut dengan penelitian saat ini yaitu, penelitian
saat ini akan menganalisa variabel pendukung lainnya yaitu; motivation on buying
souvenir, consumer behavior, perceived value of souvenir dan pengaruhnya
terhadap permintaan souvenir di pasar seni Ubud.
Penelitian selanjutnya yang menjadi referensi bagi peneliti yaitu jurnal
yang diterbitkan oleh Farzaneh Vasheghani-Farahani, 2014 yang berjudul
“Effective Factors on Souvenir Purchase: The Case of Foreign Tourists'
Viewpoint in Tehran City”. Jurnal tersebut meneliti bagaimana tingkah laku
wisatawan lokal di Tehran dalam berbelanja souvenir dengan menggunakan
variabel yaitu : karakteristik traveler, karakteristik perjalanan dan nilai yang
dirasakan dari produk souvenir di Tehran. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa wisatawan lebih cenderung untuk membeli souvenir seperti makanan khas
Tehran dan kerajinan tangan khas Tehran. Bila dilihat dari karakteristik traveler
dan segi perjalanan, wisatawan yang berkunjung ke Tehran merupakan individual
traveler sehingga mereka cenderung memilih untuk membeli souvenir yang
mereka bisa bawa sendiri hingga sampai ke negara asal wisatawan. Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian saat ini yaitu adanya beberapa variabel yang
akan diuji.
Penelitian selanjutnya yaitu jurnal yang diterbitkan oleh Chanin Yoopetch,
berjudul”Exploring Value of Time, Shopping Behavior and Shopping Motivation
of International Tourists in the Chatuchak Weekend Market” International
Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial
Engineering Vol:7, No:1, 2013. Penelitian ini mengidentifikasi perbedaan faktor
demografis wisatawan internasional berdasarkan tiga faktor utama, value of time,
karakteristik, dan motivasi belanja wisatawan ketika mereka berbelanja di
Chatuchak Weekend Market. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
terhadap wisatawan mancanegara yang menjadi pengunjung Chatuchak Weekend
Market. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada latar belakang demografis pribadi, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan,
dan kebangsaan dapat mempengaruhi perilaku belanja wisatawan internasional.
Usia dan pendapatan merupakan factor yang paling signifikan mempengaruhi
wisatawan dalam berbelanja. Older tourist lebih memilih untuk berbelanja
ditempat yang mereka anggap nyaman dibandingkan wisatawan yang lebih muda.
Wisatawan dengan pendapatan yang lebih tinggi lebih menekankan pada
kenyamanan lokasi, kualitas produk, dan pengalaman belanja yang lebih baik.
Sebaliknya, wisatawan dengan pendapatan rendah cenderung untuk mencari harga
yang lebih baik dengan penawaran. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian kali ini yaitu sama-sama mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang
melakukan perbelanjaan di pasar tradisional. Perbedaan yang terdapat pada
penelitian yaitu penelitian tersebut hanya menganalisa karakteristik dan motivasi
wisatawan, sedangkan penelitian saat ini akan menganalisa variabel pendukung
lainnya yaitu ; motivation on buying souvenir, consumer behavior, perceived
value of souvenir dan pengaruhnya terhadap permintaan souvenir di pasar
tradisional.
Penelitian selanjutnya yang menjadi referensi peneliti yaitu, jurnal
nasional yang berjudul “Analisis Pola Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan
Ikan di Kota Surakarta” Sancall 2014 oleh Kusdiyanto. Penelitian tersebut
menggunakan metode kuantiatatif dengan tujuan untuk menganalisa variable apa
yang mempengaruhi jumlah permintaan ikan di Kota Surakarta. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu secara serempak kepastian variabel bebas secara
berurutan yang mempunyai pengaruh dominan terhadap permintaan konsumsi
ikan adalah variabel pendapatan, kemudian disusul oleh variabel harga
tahu/tempe, variabel harga telur, serta variabel harga ikan. Persamaan penelitian
tersebut dengan penelitian kali ini yaitu terdapat variabel karakteristik yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam berbelanja souvenir ke pasar modern.
Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini terdapat pada
variabel yang diukur. Penelitian tersebut menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian, sedangkan penelitian kali ini akan berfokus
pada karakteristik, motivasi wisatawan, pola perilaku dan nilai dari souvenir dan
pengaruhnya terhadap permintaan spuvenir di pasar seni Ubud Bali.
Penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan Jasa Kereta Api ” pada
tahun 2011 oleh Citra Hilda. Penelitian tersebut membahas mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan akan jasa kereta api executive Harina
(Trex) Semarang – Bandung and Executive Argo Muria (Trex) Semarang –
Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif dengan
penyebaran kuisioner. Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel yang
mempengaruhi dampak positif dan signifikan terhadap penggunaan kereta selama
1 bulan, pada eksekutif Harina dan eksekutif layanan kereta Argo Muria adalah
harga tiket, dan pendapatan dari penumpang. Sementara variabel yang
berpengaruh negatif dan signifikan, di kereta eksekutif Harina adalah gender. Hal
ini terjadi karena ada kemungkinan bahwa penumpang wanita yang cenderung
memilih transportasi praktis perjalanan. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian kali ini yaitu sama-sama menganalisa karakteristik atau pola perilaku
konsumen yang melakukan pembelanjaan akan barang atau jasa. Perbedaan yang
terdapat pada penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yaitu lokasi penelitian
dan hasil yang akan dicapai. Selain itu penelitian kali ini akan terfokus pada
analisis permintaan souvenir di pasar seni Ubud.
Penelitian yang menjadi referensi selanjutnya yaitu jurnal nasional yang
berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belanja Wisatawan
Domestik Ke Pasar Seni Tradisional Di Kabupaten Gianyar”Jurnal Buletin Studi
Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015. Penelitian tersebut menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi minat belanja wisatawan domestik ke pasar seni
tradisional di Kabupaten Gianyar dengan metode pendekatan kuantitatif. Hasil
dari penelitian tersebut yaitu (1) tidak ada pengaruh signifikan secara tidak
langsung variabel produk dan harga pada minat belanja wisatawan melalui
kepuasan, (2) variabel produk dan harga berpengaruh positif pada kepuasan, (3)
tidak ada pengaruh signifikan secara langsung maupun tidak langsung variabel
pendidikan dan jumlah tanggungan pada minat belanja wisatawan melalui
pendapatan, (4) variabel pendidikan dan jumlah tanggungan berpengaruh positif
pada pendapatan, (5) variabel produk dan harga, berpengaruh positif pada minat
belanja wisatawan, sedangkan pendidikan, jumlah tanggungan, kepuasan dan
pendapatan berpengaruh negatif pada minat belanja wisatawan. Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian kali ini sama-sama menganalisa kegiatan
belanja wisatawan di pasar seni tradisional. Sedangkan perbedaan yang terdapat
pada penelitian kali ini dengan penelitian tersebut yaitu, penelitian kali ini akan
terfokus pada analisis permintaan souvenir di pasar seni Ubud yang dipengaruhi
oleh variabel motivation on buying souvenir, perceived value of souvenir, dan
consumer behavior
Jurnal kesembilan yang menjadi referensi yaitu penelitian oleh Nur Indah
Purwanti, Mengkaji Perbandingan Pola Perilaku Konsumen Di Pasar Modern
(Retail) dan Di Pasar Tradisional” Penelitian tersebut bertujuan untuk
menganalisa perbandingan pola perilaku konsumen yang berbelanja dipasar
tradisional dan pasar modern. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel
yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam berbelanja di pasar modern dan
tradisional yaitu; lokasi, kebersihan pasar, fasilitas, kepuasan konsumen terhadap
harga, tata letak atau infrastruktur dan jam buka-tutup pada pasar tradisional dan
pasar modern. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yaitu
adanya beberapa perbedaan variabel yang akan diuji serta penelitian tersebut
mengkomparasi pola perilaku konsumen pada dua tempat. Persamaan penelitian
tersebut dengan penelitian saat ini yaitu sama-sama menganalisa pola perilaku
konsumen dan kaitannya terhadap permintaan souvenir di pasar tradisional.
2.2 Deskripsi Konsep dan Teori
2.2.1 Tinjauan Teori Konsumen
Teori konsumen digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan produk-
produk yang akan dipilih oleh konsumen (rumah tangga), pada tingkat pendapatan
dan harga tertentu. Teori ini juga digunakan untuk mendapatkan kurva
permintaan. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis penentuan pilihan
konsumen ini ada 2 yaitu pendekatan ordinal, dan pendekatan kardinal.
1. Pendekatan Kardinal, kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan
kepuasan (misalnya uang). Setiap tambahan satu unit barang yang
dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut
dalam jumlah tertentu. Semakin besar jumlah barang yang dapat
dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang
rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat
pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat
bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen
dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang
maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai
kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen
terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan
tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh
yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.
Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan
adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
2. Pendekatan Ordinal, dalam pendekatan ordinal daya guna suatu barang
tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu
membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari
mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori
ordinal adalah indefference curve, yaitu kurva yang menunjukkan
kombinasi 2 (dua) macam barang konsumsi yang memberikan tingkat
kepuasan sama
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar
program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan
program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran
perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan
berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk
yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar
dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk
beberapa produk yang lain;
(2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis
individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis
ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental
tidak dapat diamati secara langsung;
(3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu
kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan,
kelas-kelas sosial dan sebagainya.
2.2.1.1 Tinjauan Tentang Pola Perilaku Konsumen
Menurut Blackwell, Minard dan Engel (2001) perilaku konsumen adalah
aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau
jasa. Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan
lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata
lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia
dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005)
A. Tipe – Tipe Perilaku Pembelian
Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian dijelaskan sebagai berikut :
1. Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana
membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, dan kapan waktu yang tepat
untuk membelanjakan uang
2. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh
konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri
3. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat
atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut.
4. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk
apa yang sebenarnya ingin dibeli.
Preferensi konsumen dalam kegiatan berbelanja di pasar-pasar tradisional
cenderung menurun disebabkan karena masyarakat lebih memilih untuk
berbelanja di pasar modern yang menawarkan produk yang lebih lengkap dengan
harga yang bersaing serta kenyamanan dalam berbelanja.
Pasar Tradisional yang dulu menjadi basis ekonomi rakyat kini semakin
sepi peminatnya. Bukan saja kondisi pasar tradisional pada umumnya yang
semrawut, kumuh, becek dan kotor, tetapi juga harga, kualitas produk dan juga
lokasi yang jauh dari pemukiman sangat mempengaruhi konsumen. Dalam dunia
perdagangan di pasar ada beberapa faktor yang mempengaruhi preferensi
konsumen dalam berkunjung ke pasar tradisional dan pada akhirnya faktor-faktor
tersebut akan mempengaruhi tingkat permintaan souvenir yang ada di pasar seni
tradisional. Adapun variabel-variabel yang dimaksud yaitu: fasilitas parkir,
kondisi pasar, harga produk, kualitas produk dan lokasi pasar, dan jam buka-tutup
pasar.
1. Fasilitas parkir merupakan fasilitas pelayanan umum yang merupakan
faktor sangat penting dalam sistem transportasi di daerah perkotaan
(Alamsyah, 2005). Menurut keputusan Menteri Perhubungan No: 66 tahun
1993, parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak
bersifat sementara. Terciptanya lokasi parkir yang aman dan nyaman
diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian di pasar-pasar seni
tradisional.
2. Harga produk merupakan harga yang bersaing, artinya tidak ada kesan
barang yang sama lebih mahal dibandingkan di pasar lainnya. Harga
dipasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu
bisa dilakukan tawar menawar. Bila terpaksa dan tidak bisa dielakkan lagi
maka perlu diberi alasan yang kuat mengapa barang tersebut menjadi lebih
mahal. Atau karena faktor kualitas, pelayanan atau ada hal-hal lainnya
yang menyebabkan barang berbeda harganya.
3. Lokasi pasar, pasar membutuhkan lahan dan lokasi yang strategis,
mengingat aktivitas yang terjadi di pasar tersebut dan pentingnya peran
pasar sebagai salah satu komponen pelayanan kota, daerah dan wilayah
yang mengakibatkan kaitan dan pengaruh dari masing-masing unsur
penunjang kegiatan perekonomian kota. Dengan letak yang strategis, akan
lebih terjamin proses transaksi jual-belinya daripada pasar yang letaknya
kurang strategis. Dalam hal ini harus diperhatikan faktor-faktor keramaian
lalu lintas, kemungkinan tempat pemberhentian orang untuk berbelanja,
keadaan penduduk di lingkungan pasar, keadaan perparkiran dan
sebagainya.
4. Tata letak, atau yang lebih dikenal dengan layout merupakan satu
keputusan yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka
panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak
menentukan daya saing usaha dalam kapasitas, proses, fleksibilitas, dan
biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra
perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai
sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon
cepat. Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang
ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan.
5. Jam operasional, jam operasional pasar tradisional berbeda dengan pasar
seni modern yang memberikan fasilitas buka hingga 24 jam. Normalnya
pasar tradisional di buka mulai pukul 09.00 WITA dan tutup pada pukul
17.00 WITA. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap keputusan konsumen
atau wisatawan dalam berbelanja ke pasar seni tradisional. Semua kios
pada pasar tradisional memiliki jam operasional yang belum tentu sama.
Jika ingin memperoleh pendapatan yang tinggi maka diperlukan jam
operasional yang lebih lama. Semakin lama jam operasional sebuah kios di
pasar maka akan semakin besar pula kesempatan untuk menjual souvenir
dan memperoleh pendapatan yang tinggi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan consumer behavior yaitu
mengkaitkan pikiran dan perasaan yang dialami pengunjung atas dan aksi yang
dilakukan saat proses berbelanja. Consumer behavior tentu erat kaitannya dengan
jumlah permintaan souvenir di pasar tradisional, karena lokasi, harga suatu
barang, kualitas, fasilitas parkir, tata letak dan jam operasional berpengaruh
terhadap keputusan wisatawan dalam berkunjung ke pasar Ubud.
2.2.1.2 Tinjauan Tentang Motivasi Belanja
Definisi dari Motivasi adalah proses-proses psikologis yang menyebabkan
stimulasi, arahan, dan kegigihan terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan secara
sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan” (Robert Kreitner, 2014).
Thoha (2004: 206) mengatakan bahwa perilaku manusia itu hakekatnya
adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu
pada umumnya di rangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan.
Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah
lainnya, seperti misalnya kebutuhan, keinginan, dorongan, semangat atau impuls.
Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang
mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,
kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi
merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung
pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku
seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam
bertingkah laku.
Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi,
sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan
dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali
perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu
.2.2.1.1 Motivasi Dalam Membeli Souvenir
Banyak terdapat motivasi untuk membeli souvenir, termaksud peran
souvenir sebagai hadiah, (Kim and Littrell 2001; Gordon 1986), sebagai tanda
(Gordon 1986), dan sebagai pengingat (Littrell et al. 1994; Swanson 2004). Peran
souvenir sebagai hadiah meliputi peran reintegrasi dan desakralisasi (Gordon
1986) serta perilaku pemberian hadiah dan self-gifting.
a. Souvenir as gift
Gift-giving (e.g., Kim and Littrell, 2001): pemberian souvenir sebagai
hadiah merupakan sebuha bukti dari perjalanan, ritual pemberian hadiah, apresiasi
atau balasan kepada mereka yang memiliki hubungan baik dengan wisatawan.
Dalam berbagai budaya, pemberian souvenir sebagai hadiah merupakan bagian
yang diharapkan setelah melakukan perjalanan
b. Souvenir as memory
Pembelian souvenir dapat dikatakan sebagai sebuah memory atau
pengalaman sesaat, karena dari kegiatan berwisata sering memberikan beberapa
kenangan yang berharga ketika mereka kembali kerumah. Untuk alasan ini orang
membutuhkan souvenir sebagai simbol nyata dari perjalanan mereka. Zauberman,
Ratner, and Kim (2009) telah menciptakan istilah “strategic memory protection”
untuk menggambarkan tindakan yang dirancang untuk mendorong mengingat
peristiwa kehidupan yang penting, dengan souvenir menjadi contoh dari objek
fisik yang dimaksudkan untuk menjaga kenangan dari peristiwa kehidupan yang
penting, seperti liburan (Zauberman, Ratner, dan Kim 2009).
c. Souvenir as evidence
“Pengumpulan souvenir membuat pengalaman nyata, baik untuk
digunakan oleh orang lain atau sebagai alat memperpanjang pengalaman bagi
pengguna. (Gordon 1986; MacCannell 1989).” Pembelian souvenir sebagai tanda
atau bukti bahwa seseorang telah melakukan sebuah perjalanan ke suatu destinasi
sehingga ketika wisatawan kembali ke negara asal mereka memiliki bukti fisik
dari perjalanan tersebut. Pembelian ini sebagian besar adalah untuk produk lokal
yang mengingatkan wisatawan dari tempat dan pengalaman, pada dasarnya untuk
kenang-kenangan. Pembelian souvenir as evidence biasanya menunjukkan
„tangibilisation‟ pengalaman tur dan akuisisi bukti liburan.
Dalam penelitian ini souvenir as gift, as memory, as evidence dikaitkan
dengan motivasi dalam pembelian souvenir bila dilihat dari tujuan dan kegunaan
souvenir tersebut bagi wisatawan di suatu destinasi.
2.2.2 Tinjuan Tentang Souvenir
2.2.2.1 Pengertian souvenir
Kata souvenirs atau cindera mata berasal dari bahasa Perancis berarti “to
remember”, dan bahasa latin „subvenire‟ berarti “to come up, come to mind”
(Hoven dan Eggen, 2005). Cinderamata atau souvenir adalah barang khas yang
erat hubungannya terhadap pariwisata, event-event, dan kenang-kenangan yang
berfungsi untuk „menyimpan atau memunculkan suatu kenangan‟ (Damrongpipat,
2009). Souvenir mampu memberikan peluang untuk keberhasilan periklanan
secara global dan bahkan berpotensi sebagai sumber pendapatan yang
menguntungkan. Salah satu kharakteristik souvenir atau cinderamata yang paling
penting adalah keaslian (nilai otentik) dan keunikannnya yang mempengaruhi
wisatawan untuk membeli (Wicks dkk. 2004). Wisatawan menyukai produk yang
mengandung unsur simbolik suatu daerah dan kerajinan tangan yang memiliki
nilai tradisi dan budaya. Seringkali cara-cara baru yang ditempuh untuk
memperkuat nilai keunikan dan keinginan membeli adalah dengan cara mengajak
wisatawan terlibat dalam pembuatan produk seperti membuat batik dan kain
tenun, membuat kerajinan perak, dan lain sebagainya (Damrongpipat, 2009).
2.2.2.2 Klasifikasi Souvenir
Kategori souvenir as gift, as memory, and as evidence dibagi menjadi
empat kriteria sebagai berikut (Amitabh Upadhya; 2016) :
1. Pernak-pernik; jenis souvenir ini hanya sebagai pengingat dari sebuah
destinasi. Biasanya jenis souvenir ini di produksi dalam jumlah yang
banyak dengan harga yang murah. Contoh souvenir semacam ini yaitu;
magnet kulkas, gantungan kunci, mug. Souvenir ini cocok dibeli untuk
keluarga dan kerabat.
2. Figurine atau replika: tipe kedua ini memiliki nilai memori dari sebuah
perjalanan, seperti kesenangan setelah mengunjungi museum, pantai,
pegunungan dan sebagainya. Miniature atau replika tersebut biasanya
diproduksi dalam jumlah massal oleh masyarakat lokal.
3. Local crafts; kategori ketiga souvenir ini masuk kedalam “tangibilisers”
yang bisa menambah fitur dari sebuah pengalaman liburan. Harga dari
souvenir local craft bisa dibilang sedikit mahal karena barang tersebut
tidak diproduksi secara massal dan umumnya dalam bentuk kerajinan
tangan, namun karena beberapa alat teknis modern mungkin telah
memasuki proses produksi. Identitas regional dan keaslian kerajinan ini
membuat mereka tidak hanya dicari para turis, tapi hadiah yang berharga
untuk mengesankan si penerima.
4. Bernilai seni (value art); keempat dalam kelompok ini adalah seni yang
berharga atau kerajinan khas dari tempat yang dikunjungi. Barang tersebut
dapat dikategorikan sebagai souvenir atau barang antik yang memiliki nilai
“art investment” dari waktu ke waktu. Karena nilai tukar mereka
mengandung unsur keaslian dan “artistic characteristic of the piece”
Tujuan mengklasifikasi souvenir diatas kedalam beberapa kriteria yaitu
untuk membatasi jenis-jenis souvenir yang ada di pasaran. Selain itu
pengklasifikasian souvenir dapat mempermudah peneliti dalam menghitung
jumlah souvenir yang dibeli oleh wisatawan guna memperoleh hasil permintaan
souvenir di pasar Ubud.
2.2.2.3 Perceived Value of Souvenir
Perceived value konsumen merupakan keseluruhan penilaian konsumen
terhadap kegunaan suatu produk atas apa yang diterima dan apa yang diberikan
oleh produk tersebut, menurut definisi costumer perceived value (Zeithaml, 1998).
“Perceived value of souvenir” nilai tukar dari souvenir dapat didefinisikan
kaitannya dengan komoditas lain sebagai nilai obyektif dari semua komoditas
(Shepherd, 2002). Dengan demikian nilai souvenir diidentifikasi dalam pikiran
konsumen sebagai jumlah uang yang mereka bayar untuk membeli dan sebagian
besar dianggap sebagai harga rendah dan diproduksi secara massal. Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi perceived value of souvenir, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal dikaitkan dengan sosialisasi, waktu, operasional,
informasi terkait prduk dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal dikaitan
dengan harga, lingkungan penjualan, dan sebagainya. Pada umumnya yang
mempengaruhi nilai dari sebuah souvenir yaitu; design, motif tradisional dan
kualitas dari souvenir.
1. Model/design : Pembelian souvenir oleh konsumen bergantung dari
design souvenir. Souvenir di buat dengan desain yang mewakili sifat
wisata tersebut, misalkan saja wisata di bali akan sangat kental dengan
souvenir-souvenir dengan ornament-ornament candi, ukiran bali, dan juga
souvenir budaya bali lainnya.
2. Motif tradisional : Motif tradisional merupakan gambaran dari beberapa
bentuk yang di stilirisasi atau di gayakan oleh seniman menjadi sebuah
bentuk. Secara umum di gunakan menghias bidang, ruang atau benda.
ragam hias yang berkembang ditengah-tengah masyarakat secara turun-
temurun, dan tetap digemari dan dilestarikan sebagai sesuatu yang dapat
memberi manfaat (keindahan) bagi kehidupan, dari masa ke masa. Motif
tradisonal mungkin berasal dari seni klasik atau seni primitif, namun
setelah mendapat pengolahan-pengolahan tertentu, dilestarikan
kemanfaatannya demi memenuhi kebutuhan, khususnya dalam hal
kebutuhan estetis (Drs. Made Suparta, 43-44)
3. Kualitas souvenir ; menurut Goetch dan Davis, kualitas merupakan
kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses
serta lingkungan yang memenuhi apa yang diharapkan. Dengan kata lain
kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan
secara tegas maupun tersama. Suatu konsep kualitas dari sebuah souvenir
dapat dinilai dari produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi
kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi
kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi
perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa atauproduk tersebut di
pasaran.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perceived value of souvenir
yaitu suatu penilaian pengunjung atau wisatawan terhadap kegunaan barang yang
sudah mereka beli. Perceived value of souvenir erat kaitannya dengan jumlah
permintaan souvenir di pasaran karena yang mempengaruhi nilai dari sebuah
souvenir yaitu; design, motif tradisional dan kualitas dari souvenir.
2.2.3 Tinjauan Tentang Permintaan (Demand)
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu
harga dan waktu tertentu. Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan (demand)
mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu
antara jumlah suatu barang yang mau dibeli orang dan harga tersebut. Menurut
Gilarso, 2001 definisi permintaan adalah jumlah suatu barang yang mau dan
mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu
dengan anggapan hal – hal lain tetap sama (Ceteris Paribus).
Formula: Qd = f (P, Y, Ps, Pk, Po, t, …)
Keterangan:
Qd = Jumlah permintaan suatu barang.
P = Harga barang yang bersangkutan.
Y = Pendapatan.
Ps = Harga barang substitusi
Pk = Harga barang komplementer.
Po = Jumlah penduduk (Populasi)
t = Selera.
Asumsi: hanya variabel harga barang tersebut [P] yang diperhatikan
sedangkan variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus) sehingga formula di
atas menjadi: Qd = f (P) atau P = f (Qd)
2. Hukum Permintaan (The Law of Downward Sloping Demand)
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) permintaan atau kurva
permintaan adalah hubungan antara harga dengan kuantitas yang dibeli. Ada suatu
hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang
diminta dari barang tersebut asalkan hal-hal lain tidak berubah. Banyaknya barang
yang dibeli orang tergantung pada harganya, makin tinggi harga suatu barang
maka semakin sedikit unit yang diinginkan konsumen untuk dibeli (ceteris
paribus). Makin rendah harga pasarnya, makin banyak unitnya yang ingin dibeli.
Seperti terlihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kurva permintaan
Sukirno (1995) menyatakan bahwa teori permintaan menerangkan tentang
ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Besarnya permintaan
masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor yaitu: (1) harga
barang itu sendiri, (2) harga barang lain, (3) pendapatan rumah tangga dan
masyarakat, (4) distribusi pendapatan dalam masyarakat, (5) cita rasa masyarakat,
(6) jumlah penduduk, dan (7) ramalan akan keadaan dimasa yang akan datang.
Faktor yang mempengaruhi permintaan:
1. Harga Barang yang dimaksud/ harga barang
Dengan asumsi ceteris paribus, memiliki hubungan yang terbalik (miller
dan minner, 2000) yang sesuai dengan hukum permintaan yaitu “Apabila harga
suatu barang mengalami kenaikan, maka kuantitas yang diminta oleh konsumen
akan turun, sebaliknya apabila harga suatu barang mengalami penurunan, maka
kuantitas yang diminta oleh konsumen akan naik”.
2. Harga barang substitusi
Barang substitusi merupakan barang yang dapat menggantikan fungsi
barang lain. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang
yang dapat digantikannya. Jika harga barang pengganti lebih murah, maka barang
yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. Artinya
penurunan/kenaikan harga barang subtitusi/pengganti akan menggeser kurva
permintaan kekiri/kekanan
3. Rata-rata pendapatan
Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam permintaan suatu
barang. Pada umumnya, semakin besar pendapatan/penghasilan, semakin besar
pula permintaan sehingga kurva permintaan akan bergeser ke kanan (Ari
Sudarman, 1989).
4. Selera
Selera merupaka pengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli.
Perubahan selera memang bisa berlangsung sangat lama, namun cepat atau lambat
perubahan selera terhadap suatu komoditi menggeser kurva permintaan ke kanan,
sehingga pada setiap tingkat harga akan lebih banyak komoditi yang dibeli.
5. Estimasi atau forecasting distribusi dll.
Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi permintaan suatu
komoditas/barang anatara lain distribusi pendapatan, jumlah penduduk, ekspektasi
harga dimasa mendatang dan perkiraan tentang keadaan dimasa mendatang atau
yang sering disebut ekspektasi tentang masa depan yang sulit di ukur secara
kuantitatif, misalnya karakteristik seseorang yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, dll.
6. Jumlah Populasi
Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta.
Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka barang yang
diminta akan meningkat.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan permintaan akan suatu barang
yaitu menunjuk pada hubungan antara jumlah suatu barang yang dibeli dan harga
dari suatu barang. Umumnya jumlah souvenir yang dibeli wisatawan tergantung
pada harga yang dipatok oleh pedagang pasar. Semakin terjangkau harga suatu
souvenir yang ditawarkan oleh pedagang pasar maka semakin banyak jumlah
souvenir yang akan dibeli oleh mereka. Sehingga hokum permintaan pada teori
diatas erat kaitannya dalam penelitian ini.
2.2.4 Tinjauan Tentang Pasar Tradisional
Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah
pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan
uang, dan tempat hasil transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan
datang berdasarkan harga yang ditetapkan.
Pengertian pasar adalah tiap terjadinya transaksi antara penjual dengan
pembeli ataupun tiap terjadinya transaksi supply dan demand antara penjual dan
pembeli sehingga terjadi kesepakatan harga, penjual mau melepaskan
barang/dagangannya dan pembeli mau membayar pada harga tertentu.
A. Syarat-syarat terbentuknya pasar:
1. Adanya penjual
2. Adanya pembeli
3. Adanya barang atau jasa yang diperjual belikan
4. Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli
B. Berikut perbedaan pasar tradisional dan pasar modern :
1) Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
Universitas Sumatera Utara Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama
dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau
koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar (Perpres No.112 Tahun 2007). Ritel tradisional
dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual barang eceran selain
berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel tradisional adalah perusahaan
kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berada di
wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang yang berjualan di pasar
tradisional
2) Pasar Modern
Pasar Modern adalah pasar atau toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk
perkulakan. Adapun ritel modern yang diatur keberadaan lokasinya bahwa
minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem
jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di
dalam kota/perkotaan. Berdasarkan luas lantai toko minimarket memiliki luas
lantai < 400 m2 (Perpres No.112 Tahun 2007).
Dalam lingkup pasar tradisional sebagai pasar pemerintah. Terdapat tiga
pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari hari, yaitu: penjual, pembeli dan
Pegawai atau Pejabat Dinas pasar (Riasto Widiatmono, Jurnal Bisnis Srategi,
2006). Pasar tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi manajemen: Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling.
2.Tidak ada konsep marketing, yaitu : Bahwa pembeli adalah raja, terdapat
pelayanan penjualan; penentuan harga berdasarkan perhitungan harga pokok
ditambah keuntungan tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman
bagi pembeli, dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pasar tradisional yaitu tempat
dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah
pasar tradisional. Pasar seni yang dijadikan objek pada penelitian ini yaitu pasar
seni Ubud Gianyar Bali. Pasar seni Ubud dikatakan memenuhi kriteria pasar
tradisional pada umumnya karena didukung dengan adanya pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
2.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang berhubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara motivation on buy souvenir terhadap
jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivation on buy souvenir
terhadap jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara perceived value of souvenir terhadap jumlah
permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara perceived value of souvenir
terhadap jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara consumer behavior terhadap jumlah
permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara consumer behavior terhadap
jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara motivation on buying souvenir, percieved
value of souvenir dan consumer behavior secara simultan terhadap jumlah
permintaan souvenir di pasar seni Ubud.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivation on buying souvenir,
percieved value of souvenir dan consumer behavior secara simultan terhadap
jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud.