BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya · Pendekatan Kardinal, kepuasan...

27
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yaitu journal nasional, internasional dan laporan akhir yang berkaitan. Penelitian pertama yang menjadi referensi yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hugh Wilkins yang berjudul “Souvenirs: What and Why We Buy”, Journal of Travel Research, 2011. Penelitian ini menggunakan mix metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini membahas kesenjangan gender dan motivasi untuk pembelian souvenir, mengevaluasi perilaku pembelian souvenir wisatawan serta mengidentifikasi arti penting dari souvenir yaitu sebagai bukti pengalaman, memori dan sebagai hadiah untuk kerabat. Hasil penelitian membuktikan bahwa pria akan lebih cenderung untuk membeli produk diskon dan bermerek, sementara wanita lebih cenderung untuk membeli souvenir yang lebih spesifik, atau barang yang mencerminkan dari destinasi yang meraka tuju. Kedua, souvenir yang sering dibeli oleh wisatawan ketika mereka berlibur yaitu photographs, postcards, dan paintings region. Ketiga, keputusan pembelian souvenir oleh wisatawan karena mereka ingin membawa kembali memori yang telah mereka habiskan selama liburan (As memory) dan juga peran souvenir sebagai hadiah natal ataupun hari ulang tahun kerabat mereka. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama akan mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap keputusan wisatawan dalam pembelian souvenir di destinasi yang mereka tuju. Sedangkan perbedaan yang ada dalam penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan focus discussion group mengenai motivasi

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya · Pendekatan Kardinal, kepuasan...

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa hasil penelitian

sebelumnya yaitu journal nasional, internasional dan laporan akhir yang berkaitan.

Penelitian pertama yang menjadi referensi yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Hugh Wilkins yang berjudul “Souvenirs: What and Why We Buy”, Journal of

Travel Research, 2011. Penelitian ini menggunakan mix metode kuantitatif dan

kualitatif. Penelitian ini membahas kesenjangan gender dan motivasi untuk

pembelian souvenir, mengevaluasi perilaku pembelian souvenir wisatawan serta

mengidentifikasi arti penting dari souvenir yaitu sebagai bukti pengalaman,

memori dan sebagai hadiah untuk kerabat. Hasil penelitian membuktikan bahwa

pria akan lebih cenderung untuk membeli produk diskon dan bermerek, sementara

wanita lebih cenderung untuk membeli souvenir yang lebih spesifik, atau barang

yang mencerminkan dari destinasi yang meraka tuju. Kedua, souvenir yang sering

dibeli oleh wisatawan ketika mereka berlibur yaitu photographs, postcards, dan

paintings region. Ketiga, keputusan pembelian souvenir oleh wisatawan karena

mereka ingin membawa kembali memori yang telah mereka habiskan selama

liburan (As memory) dan juga peran souvenir sebagai hadiah natal ataupun hari

ulang tahun kerabat mereka. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian kali

ini yaitu sama-sama akan mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap keputusan

wisatawan dalam pembelian souvenir di destinasi yang mereka tuju. Sedangkan

perbedaan yang ada dalam penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu metode

pengumpulan data yang menggunakan focus discussion group mengenai motivasi

wisatawan dalam melakukan pembelian souvenir, sedangkan penelitian kali ini

akan terfokus pada pengumpulan data secara kuantitatif dengan variabel

pendukung lainnya yaitu; consumer behavior, perceived value of souvenir dan

pengaruhnya terhadap permintaan souvenir di pasar seni Ubud..

Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Joanne Yoon-

Jung Oh yang berjudul “Predictors of tourists’ shopping behaviour: Examination

of socio-demographic characteristics and trip typologies”, Journal of Vacation

Marketing Vol 10 no 4. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif

dengan penyebaran kuisioner by phone and email. Survei ini berfokus pada pola

perjalanan, karakteristik perjalanan, sikap, motivasi, latar belakang sosial-

ekonomi dan niat masa depan untuk melakukan perjalanan dan kaitannya dengan

perilaku belanja turis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa

kelompok yang lazim ditemukan berbeda dari kegiatan berbelanja bila dilihat dari

segi umur, gender dan tipologi perjalanan merupakan faktor signifikan yang

mempengaruhi pola pilihan dalam berbelanja. Persamaan penelitian tersebut

dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama mengidentifikasi karakteristik

wisatawan bila dilihat d.ari pola umur, gender dan tipologi perjalanan. Perbedaan

yang terdapat dalam penelitian tersebut dengan penelitian saat ini yaitu, penelitian

saat ini akan menganalisa variabel pendukung lainnya yaitu; motivation on buying

souvenir, consumer behavior, perceived value of souvenir dan pengaruhnya

terhadap permintaan souvenir di pasar seni Ubud.

Penelitian selanjutnya yang menjadi referensi bagi peneliti yaitu jurnal

yang diterbitkan oleh Farzaneh Vasheghani-Farahani, 2014 yang berjudul

“Effective Factors on Souvenir Purchase: The Case of Foreign Tourists'

Viewpoint in Tehran City”. Jurnal tersebut meneliti bagaimana tingkah laku

wisatawan lokal di Tehran dalam berbelanja souvenir dengan menggunakan

variabel yaitu : karakteristik traveler, karakteristik perjalanan dan nilai yang

dirasakan dari produk souvenir di Tehran. Hasil dari penelitian menunjukkan

bahwa wisatawan lebih cenderung untuk membeli souvenir seperti makanan khas

Tehran dan kerajinan tangan khas Tehran. Bila dilihat dari karakteristik traveler

dan segi perjalanan, wisatawan yang berkunjung ke Tehran merupakan individual

traveler sehingga mereka cenderung memilih untuk membeli souvenir yang

mereka bisa bawa sendiri hingga sampai ke negara asal wisatawan. Perbedaan

penelitian tersebut dengan penelitian saat ini yaitu adanya beberapa variabel yang

akan diuji.

Penelitian selanjutnya yaitu jurnal yang diterbitkan oleh Chanin Yoopetch,

berjudul”Exploring Value of Time, Shopping Behavior and Shopping Motivation

of International Tourists in the Chatuchak Weekend Market” International

Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial

Engineering Vol:7, No:1, 2013. Penelitian ini mengidentifikasi perbedaan faktor

demografis wisatawan internasional berdasarkan tiga faktor utama, value of time,

karakteristik, dan motivasi belanja wisatawan ketika mereka berbelanja di

Chatuchak Weekend Market. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

terhadap wisatawan mancanegara yang menjadi pengunjung Chatuchak Weekend

Market. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

pada latar belakang demografis pribadi, seperti usia, jenis kelamin, pendapatan,

dan kebangsaan dapat mempengaruhi perilaku belanja wisatawan internasional.

Usia dan pendapatan merupakan factor yang paling signifikan mempengaruhi

wisatawan dalam berbelanja. Older tourist lebih memilih untuk berbelanja

ditempat yang mereka anggap nyaman dibandingkan wisatawan yang lebih muda.

Wisatawan dengan pendapatan yang lebih tinggi lebih menekankan pada

kenyamanan lokasi, kualitas produk, dan pengalaman belanja yang lebih baik.

Sebaliknya, wisatawan dengan pendapatan rendah cenderung untuk mencari harga

yang lebih baik dengan penawaran. Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian kali ini yaitu sama-sama mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang

melakukan perbelanjaan di pasar tradisional. Perbedaan yang terdapat pada

penelitian yaitu penelitian tersebut hanya menganalisa karakteristik dan motivasi

wisatawan, sedangkan penelitian saat ini akan menganalisa variabel pendukung

lainnya yaitu ; motivation on buying souvenir, consumer behavior, perceived

value of souvenir dan pengaruhnya terhadap permintaan souvenir di pasar

tradisional.

Penelitian selanjutnya yang menjadi referensi peneliti yaitu, jurnal

nasional yang berjudul “Analisis Pola Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan

Ikan di Kota Surakarta” Sancall 2014 oleh Kusdiyanto. Penelitian tersebut

menggunakan metode kuantiatatif dengan tujuan untuk menganalisa variable apa

yang mempengaruhi jumlah permintaan ikan di Kota Surakarta. Hasil dari

penelitian tersebut yaitu secara serempak kepastian variabel bebas secara

berurutan yang mempunyai pengaruh dominan terhadap permintaan konsumsi

ikan adalah variabel pendapatan, kemudian disusul oleh variabel harga

tahu/tempe, variabel harga telur, serta variabel harga ikan. Persamaan penelitian

tersebut dengan penelitian kali ini yaitu terdapat variabel karakteristik yang

mempengaruhi keputusan konsumen dalam berbelanja souvenir ke pasar modern.

Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini terdapat pada

variabel yang diukur. Penelitian tersebut menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian, sedangkan penelitian kali ini akan berfokus

pada karakteristik, motivasi wisatawan, pola perilaku dan nilai dari souvenir dan

pengaruhnya terhadap permintaan spuvenir di pasar seni Ubud Bali.

Penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan Jasa Kereta Api ” pada

tahun 2011 oleh Citra Hilda. Penelitian tersebut membahas mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan akan jasa kereta api executive Harina

(Trex) Semarang – Bandung and Executive Argo Muria (Trex) Semarang –

Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif dengan

penyebaran kuisioner. Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel yang

mempengaruhi dampak positif dan signifikan terhadap penggunaan kereta selama

1 bulan, pada eksekutif Harina dan eksekutif layanan kereta Argo Muria adalah

harga tiket, dan pendapatan dari penumpang. Sementara variabel yang

berpengaruh negatif dan signifikan, di kereta eksekutif Harina adalah gender. Hal

ini terjadi karena ada kemungkinan bahwa penumpang wanita yang cenderung

memilih transportasi praktis perjalanan. Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian kali ini yaitu sama-sama menganalisa karakteristik atau pola perilaku

konsumen yang melakukan pembelanjaan akan barang atau jasa. Perbedaan yang

terdapat pada penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yaitu lokasi penelitian

dan hasil yang akan dicapai. Selain itu penelitian kali ini akan terfokus pada

analisis permintaan souvenir di pasar seni Ubud.

Penelitian yang menjadi referensi selanjutnya yaitu jurnal nasional yang

berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belanja Wisatawan

Domestik Ke Pasar Seni Tradisional Di Kabupaten Gianyar”Jurnal Buletin Studi

Ekonomi, Vol. 20 No. 2, Agustus 2015. Penelitian tersebut menganalisa faktor-

faktor yang mempengaruhi minat belanja wisatawan domestik ke pasar seni

tradisional di Kabupaten Gianyar dengan metode pendekatan kuantitatif. Hasil

dari penelitian tersebut yaitu (1) tidak ada pengaruh signifikan secara tidak

langsung variabel produk dan harga pada minat belanja wisatawan melalui

kepuasan, (2) variabel produk dan harga berpengaruh positif pada kepuasan, (3)

tidak ada pengaruh signifikan secara langsung maupun tidak langsung variabel

pendidikan dan jumlah tanggungan pada minat belanja wisatawan melalui

pendapatan, (4) variabel pendidikan dan jumlah tanggungan berpengaruh positif

pada pendapatan, (5) variabel produk dan harga, berpengaruh positif pada minat

belanja wisatawan, sedangkan pendidikan, jumlah tanggungan, kepuasan dan

pendapatan berpengaruh negatif pada minat belanja wisatawan. Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian kali ini sama-sama menganalisa kegiatan

belanja wisatawan di pasar seni tradisional. Sedangkan perbedaan yang terdapat

pada penelitian kali ini dengan penelitian tersebut yaitu, penelitian kali ini akan

terfokus pada analisis permintaan souvenir di pasar seni Ubud yang dipengaruhi

oleh variabel motivation on buying souvenir, perceived value of souvenir, dan

consumer behavior

Jurnal kesembilan yang menjadi referensi yaitu penelitian oleh Nur Indah

Purwanti, Mengkaji Perbandingan Pola Perilaku Konsumen Di Pasar Modern

(Retail) dan Di Pasar Tradisional” Penelitian tersebut bertujuan untuk

menganalisa perbandingan pola perilaku konsumen yang berbelanja dipasar

tradisional dan pasar modern. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel

yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam berbelanja di pasar modern dan

tradisional yaitu; lokasi, kebersihan pasar, fasilitas, kepuasan konsumen terhadap

harga, tata letak atau infrastruktur dan jam buka-tutup pada pasar tradisional dan

pasar modern. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian kali ini yaitu

adanya beberapa perbedaan variabel yang akan diuji serta penelitian tersebut

mengkomparasi pola perilaku konsumen pada dua tempat. Persamaan penelitian

tersebut dengan penelitian saat ini yaitu sama-sama menganalisa pola perilaku

konsumen dan kaitannya terhadap permintaan souvenir di pasar tradisional.

2.2 Deskripsi Konsep dan Teori

2.2.1 Tinjauan Teori Konsumen

Teori konsumen digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan produk-

produk yang akan dipilih oleh konsumen (rumah tangga), pada tingkat pendapatan

dan harga tertentu. Teori ini juga digunakan untuk mendapatkan kurva

permintaan. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis penentuan pilihan

konsumen ini ada 2 yaitu pendekatan ordinal, dan pendekatan kardinal.

1. Pendekatan Kardinal, kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan

kepuasan (misalnya uang). Setiap tambahan satu unit barang yang

dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut

dalam jumlah tertentu. Semakin besar jumlah barang yang dapat

dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang

rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat

pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat

bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen

dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang

maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai

kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen

terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan

tambahan (marginal utility). Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh

yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.

Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan

adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

2. Pendekatan Ordinal, dalam pendekatan ordinal daya guna suatu barang

tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu

membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari

mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori

ordinal adalah indefference curve, yaitu kurva yang menunjukkan

kombinasi 2 (dua) macam barang konsumsi yang memberikan tingkat

kepuasan sama

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian

terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar

program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.

Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa

membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi

perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan

program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran

perusahaan.

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan

berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan

pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk

yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar

dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk

beberapa produk yang lain;

(2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis

individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis

ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental

tidak dapat diamati secara langsung;

(3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu

kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan,

kelas-kelas sosial dan sebagainya.

2.2.1.1 Tinjauan Tentang Pola Perilaku Konsumen

Menurut Blackwell, Minard dan Engel (2001) perilaku konsumen adalah

aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau

jasa. Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan

lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata

lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia

dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005)

A. Tipe – Tipe Perilaku Pembelian

Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan

pembelian dijelaskan sebagai berikut :

1. Budget Allocation (Pengalokasian budget)

Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana

membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, dan kapan waktu yang tepat

untuk membelanjakan uang

2. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)

Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh

konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri

3. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)

Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat

atau di mana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut.

4. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)

Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk

apa yang sebenarnya ingin dibeli.

Preferensi konsumen dalam kegiatan berbelanja di pasar-pasar tradisional

cenderung menurun disebabkan karena masyarakat lebih memilih untuk

berbelanja di pasar modern yang menawarkan produk yang lebih lengkap dengan

harga yang bersaing serta kenyamanan dalam berbelanja.

Pasar Tradisional yang dulu menjadi basis ekonomi rakyat kini semakin

sepi peminatnya. Bukan saja kondisi pasar tradisional pada umumnya yang

semrawut, kumuh, becek dan kotor, tetapi juga harga, kualitas produk dan juga

lokasi yang jauh dari pemukiman sangat mempengaruhi konsumen. Dalam dunia

perdagangan di pasar ada beberapa faktor yang mempengaruhi preferensi

konsumen dalam berkunjung ke pasar tradisional dan pada akhirnya faktor-faktor

tersebut akan mempengaruhi tingkat permintaan souvenir yang ada di pasar seni

tradisional. Adapun variabel-variabel yang dimaksud yaitu: fasilitas parkir,

kondisi pasar, harga produk, kualitas produk dan lokasi pasar, dan jam buka-tutup

pasar.

1. Fasilitas parkir merupakan fasilitas pelayanan umum yang merupakan

faktor sangat penting dalam sistem transportasi di daerah perkotaan

(Alamsyah, 2005). Menurut keputusan Menteri Perhubungan No: 66 tahun

1993, parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak

bersifat sementara. Terciptanya lokasi parkir yang aman dan nyaman

diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian di pasar-pasar seni

tradisional.

2. Harga produk merupakan harga yang bersaing, artinya tidak ada kesan

barang yang sama lebih mahal dibandingkan di pasar lainnya. Harga

dipasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti, oleh karena itu

bisa dilakukan tawar menawar. Bila terpaksa dan tidak bisa dielakkan lagi

maka perlu diberi alasan yang kuat mengapa barang tersebut menjadi lebih

mahal. Atau karena faktor kualitas, pelayanan atau ada hal-hal lainnya

yang menyebabkan barang berbeda harganya.

3. Lokasi pasar, pasar membutuhkan lahan dan lokasi yang strategis,

mengingat aktivitas yang terjadi di pasar tersebut dan pentingnya peran

pasar sebagai salah satu komponen pelayanan kota, daerah dan wilayah

yang mengakibatkan kaitan dan pengaruh dari masing-masing unsur

penunjang kegiatan perekonomian kota. Dengan letak yang strategis, akan

lebih terjamin proses transaksi jual-belinya daripada pasar yang letaknya

kurang strategis. Dalam hal ini harus diperhatikan faktor-faktor keramaian

lalu lintas, kemungkinan tempat pemberhentian orang untuk berbelanja,

keadaan penduduk di lingkungan pasar, keadaan perparkiran dan

sebagainya.

4. Tata letak, atau yang lebih dikenal dengan layout merupakan satu

keputusan yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka

panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak

menentukan daya saing usaha dalam kapasitas, proses, fleksibilitas, dan

biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra

perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai

sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon

cepat. Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang

ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan.

5. Jam operasional, jam operasional pasar tradisional berbeda dengan pasar

seni modern yang memberikan fasilitas buka hingga 24 jam. Normalnya

pasar tradisional di buka mulai pukul 09.00 WITA dan tutup pada pukul

17.00 WITA. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap keputusan konsumen

atau wisatawan dalam berbelanja ke pasar seni tradisional. Semua kios

pada pasar tradisional memiliki jam operasional yang belum tentu sama.

Jika ingin memperoleh pendapatan yang tinggi maka diperlukan jam

operasional yang lebih lama. Semakin lama jam operasional sebuah kios di

pasar maka akan semakin besar pula kesempatan untuk menjual souvenir

dan memperoleh pendapatan yang tinggi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan consumer behavior yaitu

mengkaitkan pikiran dan perasaan yang dialami pengunjung atas dan aksi yang

dilakukan saat proses berbelanja. Consumer behavior tentu erat kaitannya dengan

jumlah permintaan souvenir di pasar tradisional, karena lokasi, harga suatu

barang, kualitas, fasilitas parkir, tata letak dan jam operasional berpengaruh

terhadap keputusan wisatawan dalam berkunjung ke pasar Ubud.

2.2.1.2 Tinjauan Tentang Motivasi Belanja

Definisi dari Motivasi adalah proses-proses psikologis yang menyebabkan

stimulasi, arahan, dan kegigihan terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan secara

sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan” (Robert Kreitner, 2014).

Thoha (2004: 206) mengatakan bahwa perilaku manusia itu hakekatnya

adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu

pada umumnya di rangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan.

Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah

lainnya, seperti misalnya kebutuhan, keinginan, dorongan, semangat atau impuls.

Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang

mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,

kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi

merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung

pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku

seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam

bertingkah laku.

Faktor internal

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi,

sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan

dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali

perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu

.2.2.1.1 Motivasi Dalam Membeli Souvenir

Banyak terdapat motivasi untuk membeli souvenir, termaksud peran

souvenir sebagai hadiah, (Kim and Littrell 2001; Gordon 1986), sebagai tanda

(Gordon 1986), dan sebagai pengingat (Littrell et al. 1994; Swanson 2004). Peran

souvenir sebagai hadiah meliputi peran reintegrasi dan desakralisasi (Gordon

1986) serta perilaku pemberian hadiah dan self-gifting.

a. Souvenir as gift

Gift-giving (e.g., Kim and Littrell, 2001): pemberian souvenir sebagai

hadiah merupakan sebuha bukti dari perjalanan, ritual pemberian hadiah, apresiasi

atau balasan kepada mereka yang memiliki hubungan baik dengan wisatawan.

Dalam berbagai budaya, pemberian souvenir sebagai hadiah merupakan bagian

yang diharapkan setelah melakukan perjalanan

b. Souvenir as memory

Pembelian souvenir dapat dikatakan sebagai sebuah memory atau

pengalaman sesaat, karena dari kegiatan berwisata sering memberikan beberapa

kenangan yang berharga ketika mereka kembali kerumah. Untuk alasan ini orang

membutuhkan souvenir sebagai simbol nyata dari perjalanan mereka. Zauberman,

Ratner, and Kim (2009) telah menciptakan istilah “strategic memory protection”

untuk menggambarkan tindakan yang dirancang untuk mendorong mengingat

peristiwa kehidupan yang penting, dengan souvenir menjadi contoh dari objek

fisik yang dimaksudkan untuk menjaga kenangan dari peristiwa kehidupan yang

penting, seperti liburan (Zauberman, Ratner, dan Kim 2009).

c. Souvenir as evidence

“Pengumpulan souvenir membuat pengalaman nyata, baik untuk

digunakan oleh orang lain atau sebagai alat memperpanjang pengalaman bagi

pengguna. (Gordon 1986; MacCannell 1989).” Pembelian souvenir sebagai tanda

atau bukti bahwa seseorang telah melakukan sebuah perjalanan ke suatu destinasi

sehingga ketika wisatawan kembali ke negara asal mereka memiliki bukti fisik

dari perjalanan tersebut. Pembelian ini sebagian besar adalah untuk produk lokal

yang mengingatkan wisatawan dari tempat dan pengalaman, pada dasarnya untuk

kenang-kenangan. Pembelian souvenir as evidence biasanya menunjukkan

„tangibilisation‟ pengalaman tur dan akuisisi bukti liburan.

Dalam penelitian ini souvenir as gift, as memory, as evidence dikaitkan

dengan motivasi dalam pembelian souvenir bila dilihat dari tujuan dan kegunaan

souvenir tersebut bagi wisatawan di suatu destinasi.

2.2.2 Tinjuan Tentang Souvenir

2.2.2.1 Pengertian souvenir

Kata souvenirs atau cindera mata berasal dari bahasa Perancis berarti “to

remember”, dan bahasa latin „subvenire‟ berarti “to come up, come to mind”

(Hoven dan Eggen, 2005). Cinderamata atau souvenir adalah barang khas yang

erat hubungannya terhadap pariwisata, event-event, dan kenang-kenangan yang

berfungsi untuk „menyimpan atau memunculkan suatu kenangan‟ (Damrongpipat,

2009). Souvenir mampu memberikan peluang untuk keberhasilan periklanan

secara global dan bahkan berpotensi sebagai sumber pendapatan yang

menguntungkan. Salah satu kharakteristik souvenir atau cinderamata yang paling

penting adalah keaslian (nilai otentik) dan keunikannnya yang mempengaruhi

wisatawan untuk membeli (Wicks dkk. 2004). Wisatawan menyukai produk yang

mengandung unsur simbolik suatu daerah dan kerajinan tangan yang memiliki

nilai tradisi dan budaya. Seringkali cara-cara baru yang ditempuh untuk

memperkuat nilai keunikan dan keinginan membeli adalah dengan cara mengajak

wisatawan terlibat dalam pembuatan produk seperti membuat batik dan kain

tenun, membuat kerajinan perak, dan lain sebagainya (Damrongpipat, 2009).

2.2.2.2 Klasifikasi Souvenir

Kategori souvenir as gift, as memory, and as evidence dibagi menjadi

empat kriteria sebagai berikut (Amitabh Upadhya; 2016) :

1. Pernak-pernik; jenis souvenir ini hanya sebagai pengingat dari sebuah

destinasi. Biasanya jenis souvenir ini di produksi dalam jumlah yang

banyak dengan harga yang murah. Contoh souvenir semacam ini yaitu;

magnet kulkas, gantungan kunci, mug. Souvenir ini cocok dibeli untuk

keluarga dan kerabat.

2. Figurine atau replika: tipe kedua ini memiliki nilai memori dari sebuah

perjalanan, seperti kesenangan setelah mengunjungi museum, pantai,

pegunungan dan sebagainya. Miniature atau replika tersebut biasanya

diproduksi dalam jumlah massal oleh masyarakat lokal.

3. Local crafts; kategori ketiga souvenir ini masuk kedalam “tangibilisers”

yang bisa menambah fitur dari sebuah pengalaman liburan. Harga dari

souvenir local craft bisa dibilang sedikit mahal karena barang tersebut

tidak diproduksi secara massal dan umumnya dalam bentuk kerajinan

tangan, namun karena beberapa alat teknis modern mungkin telah

memasuki proses produksi. Identitas regional dan keaslian kerajinan ini

membuat mereka tidak hanya dicari para turis, tapi hadiah yang berharga

untuk mengesankan si penerima.

4. Bernilai seni (value art); keempat dalam kelompok ini adalah seni yang

berharga atau kerajinan khas dari tempat yang dikunjungi. Barang tersebut

dapat dikategorikan sebagai souvenir atau barang antik yang memiliki nilai

“art investment” dari waktu ke waktu. Karena nilai tukar mereka

mengandung unsur keaslian dan “artistic characteristic of the piece”

Tujuan mengklasifikasi souvenir diatas kedalam beberapa kriteria yaitu

untuk membatasi jenis-jenis souvenir yang ada di pasaran. Selain itu

pengklasifikasian souvenir dapat mempermudah peneliti dalam menghitung

jumlah souvenir yang dibeli oleh wisatawan guna memperoleh hasil permintaan

souvenir di pasar Ubud.

2.2.2.3 Perceived Value of Souvenir

Perceived value konsumen merupakan keseluruhan penilaian konsumen

terhadap kegunaan suatu produk atas apa yang diterima dan apa yang diberikan

oleh produk tersebut, menurut definisi costumer perceived value (Zeithaml, 1998).

“Perceived value of souvenir” nilai tukar dari souvenir dapat didefinisikan

kaitannya dengan komoditas lain sebagai nilai obyektif dari semua komoditas

(Shepherd, 2002). Dengan demikian nilai souvenir diidentifikasi dalam pikiran

konsumen sebagai jumlah uang yang mereka bayar untuk membeli dan sebagian

besar dianggap sebagai harga rendah dan diproduksi secara massal. Terdapat dua

faktor yang mempengaruhi perceived value of souvenir, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal dikaitkan dengan sosialisasi, waktu, operasional,

informasi terkait prduk dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal dikaitan

dengan harga, lingkungan penjualan, dan sebagainya. Pada umumnya yang

mempengaruhi nilai dari sebuah souvenir yaitu; design, motif tradisional dan

kualitas dari souvenir.

1. Model/design : Pembelian souvenir oleh konsumen bergantung dari

design souvenir. Souvenir di buat dengan desain yang mewakili sifat

wisata tersebut, misalkan saja wisata di bali akan sangat kental dengan

souvenir-souvenir dengan ornament-ornament candi, ukiran bali, dan juga

souvenir budaya bali lainnya.

2. Motif tradisional : Motif tradisional merupakan gambaran dari beberapa

bentuk yang di stilirisasi atau di gayakan oleh seniman menjadi sebuah

bentuk. Secara umum di gunakan menghias bidang, ruang atau benda.

ragam hias yang berkembang ditengah-tengah masyarakat secara turun-

temurun, dan tetap digemari dan dilestarikan sebagai sesuatu yang dapat

memberi manfaat (keindahan) bagi kehidupan, dari masa ke masa. Motif

tradisonal mungkin berasal dari seni klasik atau seni primitif, namun

setelah mendapat pengolahan-pengolahan tertentu, dilestarikan

kemanfaatannya demi memenuhi kebutuhan, khususnya dalam hal

kebutuhan estetis (Drs. Made Suparta, 43-44)

3. Kualitas souvenir ; menurut Goetch dan Davis, kualitas merupakan

kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses

serta lingkungan yang memenuhi apa yang diharapkan. Dengan kata lain

kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang

kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan

secara tegas maupun tersama. Suatu konsep kualitas dari sebuah souvenir

dapat dinilai dari produk maupun prosesnya. Kualitas produk meliputi

kualitas bahan baku dan barang jadi, sedangkan kualitas proses meliputi

kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi

perusahaan manufaktur dan proses penyediaan jasa atauproduk tersebut di

pasaran.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perceived value of souvenir

yaitu suatu penilaian pengunjung atau wisatawan terhadap kegunaan barang yang

sudah mereka beli. Perceived value of souvenir erat kaitannya dengan jumlah

permintaan souvenir di pasaran karena yang mempengaruhi nilai dari sebuah

souvenir yaitu; design, motif tradisional dan kualitas dari souvenir.

2.2.3 Tinjauan Tentang Permintaan (Demand)

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu

harga dan waktu tertentu. Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan (demand)

mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu

antara jumlah suatu barang yang mau dibeli orang dan harga tersebut. Menurut

Gilarso, 2001 definisi permintaan adalah jumlah suatu barang yang mau dan

mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga selama jangka waktu tertentu

dengan anggapan hal – hal lain tetap sama (Ceteris Paribus).

Formula: Qd = f (P, Y, Ps, Pk, Po, t, …)

Keterangan:

Qd = Jumlah permintaan suatu barang.

P = Harga barang yang bersangkutan.

Y = Pendapatan.

Ps = Harga barang substitusi

Pk = Harga barang komplementer.

Po = Jumlah penduduk (Populasi)

t = Selera.

Asumsi: hanya variabel harga barang tersebut [P] yang diperhatikan

sedangkan variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus) sehingga formula di

atas menjadi: Qd = f (P) atau P = f (Qd)

2. Hukum Permintaan (The Law of Downward Sloping Demand)

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003) permintaan atau kurva

permintaan adalah hubungan antara harga dengan kuantitas yang dibeli. Ada suatu

hubungan yang pasti antara harga pasar dari suatu barang dengan kuantitas yang

diminta dari barang tersebut asalkan hal-hal lain tidak berubah. Banyaknya barang

yang dibeli orang tergantung pada harganya, makin tinggi harga suatu barang

maka semakin sedikit unit yang diinginkan konsumen untuk dibeli (ceteris

paribus). Makin rendah harga pasarnya, makin banyak unitnya yang ingin dibeli.

Seperti terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kurva permintaan

Sukirno (1995) menyatakan bahwa teori permintaan menerangkan tentang

ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Besarnya permintaan

masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor yaitu: (1) harga

barang itu sendiri, (2) harga barang lain, (3) pendapatan rumah tangga dan

masyarakat, (4) distribusi pendapatan dalam masyarakat, (5) cita rasa masyarakat,

(6) jumlah penduduk, dan (7) ramalan akan keadaan dimasa yang akan datang.

Faktor yang mempengaruhi permintaan:

1. Harga Barang yang dimaksud/ harga barang

Dengan asumsi ceteris paribus, memiliki hubungan yang terbalik (miller

dan minner, 2000) yang sesuai dengan hukum permintaan yaitu “Apabila harga

suatu barang mengalami kenaikan, maka kuantitas yang diminta oleh konsumen

akan turun, sebaliknya apabila harga suatu barang mengalami penurunan, maka

kuantitas yang diminta oleh konsumen akan naik”.

2. Harga barang substitusi

Barang substitusi merupakan barang yang dapat menggantikan fungsi

barang lain. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang

yang dapat digantikannya. Jika harga barang pengganti lebih murah, maka barang

yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. Artinya

penurunan/kenaikan harga barang subtitusi/pengganti akan menggeser kurva

permintaan kekiri/kekanan

3. Rata-rata pendapatan

Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam permintaan suatu

barang. Pada umumnya, semakin besar pendapatan/penghasilan, semakin besar

pula permintaan sehingga kurva permintaan akan bergeser ke kanan (Ari

Sudarman, 1989).

4. Selera

Selera merupaka pengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli.

Perubahan selera memang bisa berlangsung sangat lama, namun cepat atau lambat

perubahan selera terhadap suatu komoditi menggeser kurva permintaan ke kanan,

sehingga pada setiap tingkat harga akan lebih banyak komoditi yang dibeli.

5. Estimasi atau forecasting distribusi dll.

Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi permintaan suatu

komoditas/barang anatara lain distribusi pendapatan, jumlah penduduk, ekspektasi

harga dimasa mendatang dan perkiraan tentang keadaan dimasa mendatang atau

yang sering disebut ekspektasi tentang masa depan yang sulit di ukur secara

kuantitatif, misalnya karakteristik seseorang yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan

terakhir, dll.

6. Jumlah Populasi

Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka barang yang

diminta akan meningkat.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan permintaan akan suatu barang

yaitu menunjuk pada hubungan antara jumlah suatu barang yang dibeli dan harga

dari suatu barang. Umumnya jumlah souvenir yang dibeli wisatawan tergantung

pada harga yang dipatok oleh pedagang pasar. Semakin terjangkau harga suatu

souvenir yang ditawarkan oleh pedagang pasar maka semakin banyak jumlah

souvenir yang akan dibeli oleh mereka. Sehingga hokum permintaan pada teori

diatas erat kaitannya dalam penelitian ini.

2.2.4 Tinjauan Tentang Pasar Tradisional

Menurut Koentjaraningrat dalam Siwarni (2009:3) pengertian pasar adalah

pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang

bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda-benda, jasa ekonomi dan

uang, dan tempat hasil transaksi yang dapat disampaikan pada waktu yang akan

datang berdasarkan harga yang ditetapkan.

Pengertian pasar adalah tiap terjadinya transaksi antara penjual dengan

pembeli ataupun tiap terjadinya transaksi supply dan demand antara penjual dan

pembeli sehingga terjadi kesepakatan harga, penjual mau melepaskan

barang/dagangannya dan pembeli mau membayar pada harga tertentu.

A. Syarat-syarat terbentuknya pasar:

1. Adanya penjual

2. Adanya pembeli

3. Adanya barang atau jasa yang diperjual belikan

4. Terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli

B. Berikut perbedaan pasar tradisional dan pasar modern :

1) Pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan

Universitas Sumatera Utara Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama

dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang

dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau

koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang

dagangan melalui tawar menawar (Perpres No.112 Tahun 2007). Ritel tradisional

dapat didefenisikan sebagai perusahaan yang menjual barang eceran selain

berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan ritel tradisional adalah perusahaan

kelontong yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berada di

wilayah perumahaan, pedagang kaki lima, pedagang yang berjualan di pasar

tradisional

2) Pasar Modern

Pasar Modern adalah pasar atau toko dengan sistem pelayanan mandiri,

menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,

Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk

perkulakan. Adapun ritel modern yang diatur keberadaan lokasinya bahwa

minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem

jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di

dalam kota/perkotaan. Berdasarkan luas lantai toko minimarket memiliki luas

lantai < 400 m2 (Perpres No.112 Tahun 2007).

Dalam lingkup pasar tradisional sebagai pasar pemerintah. Terdapat tiga

pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari hari, yaitu: penjual, pembeli dan

Pegawai atau Pejabat Dinas pasar (Riasto Widiatmono, Jurnal Bisnis Srategi,

2006). Pasar tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1.Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi manajemen: Planning,

Organizing, Actuating, dan Controlling.

2.Tidak ada konsep marketing, yaitu : Bahwa pembeli adalah raja, terdapat

pelayanan penjualan; penentuan harga berdasarkan perhitungan harga pokok

ditambah keuntungan tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman

bagi pembeli, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pasar tradisional yaitu tempat

dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah

pasar tradisional. Pasar seni yang dijadikan objek pada penelitian ini yaitu pasar

seni Ubud Gianyar Bali. Pasar seni Ubud dikatakan memenuhi kriteria pasar

tradisional pada umumnya karena didukung dengan adanya pedagang kecil,

menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal

kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

yang berhubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis penelitian dirumuskan

sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara motivation on buy souvenir terhadap

jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivation on buy souvenir

terhadap jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara perceived value of souvenir terhadap jumlah

permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara perceived value of souvenir

terhadap jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara consumer behavior terhadap jumlah

permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara consumer behavior terhadap

jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud Bali.

2. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara motivation on buying souvenir, percieved

value of souvenir dan consumer behavior secara simultan terhadap jumlah

permintaan souvenir di pasar seni Ubud.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivation on buying souvenir,

percieved value of souvenir dan consumer behavior secara simultan terhadap

jumlah permintaan souvenir di pasar seni Ubud.