BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit -...

30
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Rumah sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar, 2004). 2.1.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Rumah sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Rumah

sakit juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu

setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Siregar,

2004).

2.1.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna

adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

11

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009, rumah sakit umum mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.2 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan

dan pengelolaannya:

1. Berdasarkan Jenis Pelayanan

a. Rumah Sakit Umum

Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,

jenis penyakit,atau kekhususan lainnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

12

2. Berdasarkan Pengelolaan

a. Rumah Sakit Publik

Dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hokum

yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola pemerintah

dan pemerintah daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan

Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Rumah Sakit Privat

Dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk

Perseroan Terbatas atau Persero.

Dan berdasarkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44

Tahun 2009 tentang rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan

kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum

diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah

sakit:

a. rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

b. rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik luas.

c. rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

13

d. rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Depkes RI, 2009;

Siregar,2004).

3. Badan Layanan Umum (BLU)

Berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005, Badan Layanan Umum adalah

instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam

melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam

pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas,

dan penerapan praktek bisnis yang sehat.

2.2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

IFRS adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang

apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan

tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar, 2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

14

farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi

rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar

di rumah sakit tersebut.

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, struktur organisasi instalasi

farmasi rumah sakit mencakup penyelenggaraan pengelolaan perbekalan

farmasi, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu.

2.3 Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD)

Central Sterile Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan

Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang

menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua

alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril.Rumah sakit sebagai

institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah risiko

terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.Salah satu indikator

keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi

nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu

dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit (Depkes RI, 2009).

Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh:

a. besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial.

b. kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi

manusia di lingkungan rumah sakit.

Adapun tugas CSSD di rumah sakit adalah (Depkes RI, 2009):

1. menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

15

2. melakukan proses sterilisasi alat/bahan.

3. mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,kamar

operasi maupu ruangan lainnya.

4. memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.

5. mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun

sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

6. melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan

dan pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi

nosokomial.

7. memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi.

8. mengevaluasi hasil sterilisasi.

Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses

pembilasan,pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan

pengemasan, member label, sterilisasi, penyimpanan sampai proses distribusi

(Depkes RI, 2009). Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan

pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi

seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan

meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas

transportasi alat steril (Depkes RI, 2009). Ketersediaan ruangan CSSD yang

memadai merupakan suatu keharusan untuk keefisienan dan keoptimalan

fungsi kerja CSSD. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari

ruang kotor ke ruang bersih, maka ruangan CSSD dibagi menjadi 5 bagian

(Depkes RI, 2009):

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

16

1. Ruang dekontaminasi: terjadi proses penerimaan barang kotor, melakukan

dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus

direncanakan,dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses

dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat

menyebabkan infeksi,racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Sistem

ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang

dekontaminasi harus:

1.1. Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.

1.2. Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan

lainnya.

1.3. Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.

2. Ruang pengemasan alat: untuk melakukan pengemasan dan penyimpanan

alat/barang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan

tertutup.

3. Ruang produksi dan prossesing: linen diperiksa, dilipat, dan dikemas untuk

persiapan sterilisasi. Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula bahan-

bahan seperti kain kasa, cotton swab, dan lain-lain.

4. Ruang sterilisasi: tempat dimana proses sterilisasi dilakukan. Untuk

sterilisasi Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah

tetapi masih dalam satu unit pusat sterilisasi dan dilengkapi exhaust.

5. Ruang penyimpanan barang steril. Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang

sterilisasi. Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu

belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan. Dinding dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

17

lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah

dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan

minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan

untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat-

alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses

ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang

terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang

sesuai dengan persyaratan.

Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan:

1. mencegah infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah

mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.

2. memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit.

3. menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk

yang dihasilkan.

2.4. Limbah rumah Sakit

2.4.1. Pengertian Limbah Rumah Sakit

Prüss, A.(2005), Limbah rumah sakit adalah limbah yang

mencakup semua buangan yang berasal dari instalasi kesehatan,

fasilitas penelitian, dan laboratorium. Kepmenkes Republik Indonesia

No.1204/Menkes/SK/X/2004, mengatakan Limbah Rumah Sakit ada 3

macam yakni; 1) Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja

yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung

mikrooganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

18

bagi kesehatan.2) Limbah Gas adalah semua limbah yang berbentuk gas

yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti

insenerator, dapur, perlengkapan generator,anastesi, dan pembuatan

obat Sitotoksik. 3) Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit

yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri

dari limbah medis padat dan limbah padat non medis.

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari

tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007).

Limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,

limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,

limbah radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat non medis artinya

limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis

yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat di

manfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis

meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak

berkaitan dengan cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis

dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong

plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non padat (Kepmenkes

RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

19

Tabel 2.1. Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit

Kategori

Limbah

Definisi Contoh Limbah Yang Dihasilkan

Infeksius Limbah yang terkontaminasi organisme patogen (bakteri, virus,parasit, atau jamur) yang tidak secara rutin ada

lingkungan dan organism tersebut dalam jumlah dan virulensi

yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

Kultur laboratorium, limbah dari bangsal isolasi, kapas, materi, atau

peralatan yang teresentuh pasien

yang terinfeksi, ekskreta.

Patologis Limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat

infeksius,otopsi, organ binatang percobaan dan

bahan lain yang telah diinokulasi,terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius

Bagian tubuh manusia dan hewan

(limbah anatomis), darah dan

cairan tubuh yang lain, janin.

Sitotoksis Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan

pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang

mempunyai kemampuan untuk membunuh atau mengahambat pertumbuhan sel hidup.

Dari materi yang terkontaminasi

pada saat persiapan dan pemberian

obat, misalnya spuit, ampul,kemasan,obatkedaluarsa,

larutan sisa, urine, tinja,muntahan

pasien yang mengandung obat sitotoksik.

Benda

tajam

merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka

tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.

Benda- benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi

oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

skalpel, pisau bedah,peralatan

infus, gergaji bedah, dan pecahan kaca

Farmasi Limbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga

mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang

berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung darah

atau cairan, dan ampul obat.

obat-obatan, vaksin, dan serum

yang sudah kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan

terkontaminasi, yang tidak

diperlukan lagi.

Kimia berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostic dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan

rumah sakit dengan menggunakan desinfektan.

Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang

kadaluarsa atau sudah tidak

diperlukan lagi,solven

Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal

dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.Limbah ini

dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat,

cair atau gas

Cairan yang tidak terpakai dari

radioaktif atau riset dilaboratorium,

peralatan kaca, kertas absorben yang terkontaminasi, urine dan

ekskreta dari pasien yang diobati

atau diuji dengan radionuklida yang terbuka.

Logam

yang

bertekanan tinggi/

berat

Limbah yang mengandung logam berat dalam konsetrasi

tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya

dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak

Thermometer, alat pengukur

tekanan darah,residu dari ruang

pemeriksaan gigi, dan sebagainya

Kontainer Bertekanan

Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah sakit.

tabung gas, kaleng aerosol yang mengandung residu, gas

cartridge.

(Sumber : Pengelolaan Aman limbah layanan kesehatan,WHO,2005)

2.4.2. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Depkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas

lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

20

1. Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,

eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik. Penampilan rumah sakit

dapat memberikan efek psikologis bagi pemakai jasa, karena adanya

kesan kurang baik akibat limbah yang tidak ditangani dengan baik.

2. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air

yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas

bangunan di sekitar rumah sakit.

3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,

logam nutrien tertentu dan fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa

kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari

bagian kedokteran gigi. Gangguan kesehatan dapat dikelompokkan

menjadi gangguan langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak

langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah

yang dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman

pathogen sehingga dapat menimbulkan penyakit dan gangguan tidak

langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, baik yang tinggal di sekitar

rumah sakit maupun masyarakat yang sering melewati sumber limbah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

21

medis diakibatkan oleh proses pembusukan, pembakaran dan

pembuangan limbah tersebut.

5. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara

pasti,namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau

kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,

bahan radioaktif.

Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan infeksi silang.

Limbah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme

pembawa penyakit melalui proses infeksi silang baik dari pasien ke

pasien, dari pasien ke petugas atau dari petugas ke pasien. Pada

lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air

tanah, air permukaan dan adanya pencemaran udara, menyebabkan

pencemaran lingkungan karena limbah rumah sakit (Moersidik, 1995).

Secara ekonomis, dari beberapa kerugian di atas pada akhirnya

menuju kerugian ekonomis, baik terhadap pembiayaan operasional dan

pemeliharaan, adanya penurunan cakupan pasien dan juga kebutuhan

biaya kompensasi pencemaran lingkungan. Orang yang kesehatannya

terganggu karena pencemaran l ingkungan apalagi sampai cacat atau

meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas kesehatan yang

berarti beban sosial ekonomi penderitanya, keluarganya dan masyarakat.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

22

2.4.3. Persyaratan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit sesuai

keputusan Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004

a. Minimasi Limbah:

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari

sumber.

2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan

bahan kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia

dan farmasi.

4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis

mulai dari pengumpulan, pengangakutan, dan pemusnahan harus

melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang

menghasilkan limbah.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari

limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus

anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang

yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

23

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui

proses sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus

dilakukan tes Bascillus Stearothermophilus dan untuk sterilisasi

kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan

kembali.Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali

pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan

kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan

menggunakan wadah dan label seperti tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori

No Kategori

Wadah

Kontainer/ka

ntong plastik

Lambang Keterangan

1 Radioaktif Merah

Kantong boks timbale

dengan symbol radioaktif

2 Sangat

infeksius

Kuning

Kantong plastic kuat, anti

bocor, atau kontainer yang

dapat di sterilisasi dengan

otoklaf

3 Limbah

infeksius,

patologi

anatomi

Kuning

Plastik kuat dan anti bocor

atau kontainer

4 Sitotoksik Ungu

Kontainer plastic kuat dan

anti bocor

5 Limbah kimia

dan farmasi

Coklat _ Kantong plastik atau

kontainer

(Sumber: Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

24

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk

pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor,

dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.

c. Tempat penampungan sementara

1. Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya

harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

2. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator maka limbah

medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah

sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk

dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila di

simpan pada suhu ruang.

d. Transportasi

1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan

pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia

maupun binatang.

3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung

diri yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian panjang

(coverall),apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan

sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

25

e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat

1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen

infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan

panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk

limbahinfeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan

dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.

Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke

tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya

sudah aman.

2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator

pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman,

sanitary landfill,dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi

dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang

khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan

inersisasi.

3) Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang

dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

26

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena

kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada

insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah

kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk

menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu

rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke

udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia,

kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara

yang dapat dipilih (WHO, 2005).

4) Limbah bahan kimiawi

a. Pembuangan limbah kimia biasa.

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino,

garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor.

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang

terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi

pirolitik, kapsulisasi,atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh

dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

27

uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat

mencemari air tanah.

6) Kontainer Bertekanan

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan

adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih

dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk

pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan

dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan

kimia berbahaya untuk pembuangannya.

7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam

kibijakan dan strategi nasional yang menyangkut perturan,

infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.

(Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

2.4.4. Tata Cara Pelaksanaan membuang Limbah medis padat berdasarkan

masing-masing fungsinya dirumah sakit.

Gambar 2.1. Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah Rumah Sakit

a) Laboratorium Kering (jarum suntik,dsb) incinerator

Cair Infection Autoclave

Penampungan setempat UPL

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

28

Keterangan Gambar:

Limbah di laboratorium dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu: limbah

kering dan limbah cair. Limbah kering berupa jarum suntik dimusnahkan di

incinerator. Sedangkan limbah cair yang menimbulkan infeksi dimusnahkan di

autoclave dan limbah cair yang melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah

dibuang padat penampungan setempat yaitu UPL.

UPL (unit pengelolaan limbah) merupakan sarana untuk mengolah limbah

cari dari limbah yang kotor kemudian di proses sampai menjadi cukup bersih dan

diusahakan untuk dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

b). O.K

Kering (jarum suntik,dsb) incinerator

Basah (sisa makanan,dsb) Bak penampungan luar RS

Cair bak penampungan UPL Sungai

Sisa organ tubuh pathology Incinerator

Keterangan Gambar:

Limbah pada OK dipisahkan berdasarkan jenisnya. Limbah kering seperti

jarum suntik dimusnahkan menggunakan incinerator. Limbah basah seperti sisa

makanan di buang didalam bak penampungan diluar rumah sakit. Limbah cair di

buang dalam bak penampungan kemudian diproses sampai menjadi cukup bersih

dan dibawa baku mutu yang ditetapkan pemerintah (melalui UPL) kemudian

dibuang kesungai. Dan untuk limbah sisa organ tubuh dipisahkan berdasarkan

patologi kemudian dimusnahkan di incinerator.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

29

c). Radiologi

Cair bak penampungan khusus

Colbalt ex Reexport

Keterangan Gambar:

Limbah radiologi yang bersifat cair di buang kedalam bak penampungan

khusus, sedangkan untuk limbah radiologi yg bersifat cobalt ex di musnahkan

melalui reexport.

d). Unit Rawat Jalan

Bak penampungan limbah Unit Pengelolaan Limbah

Cair

Septic tank Luar Rumah Sakit

Medis Incinerator

Sampah padat

Non medis bak luar Rumah Sakit

Keterangan Gambar:

Untuk limbah cair dalam unit rawat jalan dibuang dalam dua tempat

yaitu, bak penampungan limbah yang selanjutnya dikelola berdasarkan UPL, dan

melalui septic tank. Untuk sampah padat dipisahkan berdasarkan sampah medis

dan non medis, sampah medis dimusnahkan dalam incinerator dan sampah non

medis dibuang kedalam bak diluar rumah sakit.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

30

e). Unit Perawatan

Kering (jarum suntik,perban) Incinerator

Basah Bak penampungan luar Rumah Sakit (sisa makanan)

Septic tank Luar Rumah Sakit

Cair

(wastafel dsb) Unit Pengelolaan Limbah

Keterangan Gambar:

Limbah kering dalam unit perawatan seperti jarum suntik dan perban

dimusnahkan dalam incinerator. Limbah basah seperti sisa makanan dibuang

dalam bak penampungan diluar rumah sakit. Limbah cair dialirkan melalui septic

tank diluar rumah sakit dan melalui wastafel yang selanjutnya dialirkan ke UPL.

f). Laundry / Catering Unit Pengelolaan Limbah

Keterangan Gambar:

Untuk limbah dalam Laundry dan catering dialirkan ke UPL.

(Sumber : Manajemen Rumah Sakit, 2003)

2.5. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Sasaran pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagaimana menangani

limbah berbahaya, menyingkirkan dan memusnahkannya seekonomis

mungkin, namun higienis dan tidak membahayakan lingkungan. Untuk

limbah yang bersifat umum, penanganannya adalah identik dengan limbah

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

31

kota yang lain. Daur ulang sedapat mungkin diterapkan pada setiap

kesempatan. Bahan-bahan tajam yang terinfeksi harus dibungkus secara baik

serta tidak akan mencelakakan pekerja yang menangani dan dapat dibuang

seperti limbah umum, sedang bahan-bahan tajam yang terinfeksi diperlakukan

sebagai limbah berbahaya.

Untuk memudahkan pengenalan berbagai jenis limbah yang akan

dibuang, digunakan pemisahan dengan kantong-kantong yang spesifik

(biasanya dengan warna yang berbeda atau dengan pemberian label).

Beberapa contoh warna yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI

adalah:

1. Kantong warna hitam: limbah sejenis rumah tangga biasa

2. Kantong warna kuning: semua jenis limbah yang harus masuk insinerator

3. Kantong warna kuning strip hitam: limbah yang sebaiknya ke insinerator,

namun bisa pula dibuang ke landfill bila dilakukan pengumpulan terpisah

dan pengaturan pembuangan

4. Kantong warna biru muda atau transparans strip biru tua : limbah yang

harus masuk ke autoclave sebelum ditangani lebih lanjut.

Limbah yang harus dipisahkan dari yang lain adalah limbah patologis

dan infektious. Limbah infectious beresiko tinggi perlu ditangani terlebih

dahulu dalam autoclave sebelum menuju pengolahan selanjutnya atau

sebelum disingkirkan di landfill. Limbah darah yang tidak terinfeksi dapat

dimasukkan ke dalam saluran limbah kota dan dibilas dengan air, sedang

yang terinfeksi harus diperlakukan sebagai limbah berbahaya. Kontainer-

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

32

kontainer dibawah tekanan (aerosol dan sebagainya) tidak boleh dimasukkan

ke dalam insinerator.

Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan kantong-kantong yang kuat

(dari pengaruh luar ataupun dari limbahnya sendiri) dan tahan air atau

dimasukkan dalam kontainer-kontainer logam. Kantong-kantong yang

digunakan dibedakan dengan warna yang seragam dan jelas, dan diisi

secukupnya agar dapat ditutup degan mudah dan rapat. Disamping warna

yang seragam, kantong tersebut diberi label atau simbol yang sesuai.

Kontainer harus ditutup dengan baik sebelum diangkut. Bila digunakan

kantong dan terlebih dahulu harus masuk autoclave, maka kantong-kantong

itu harus bisa ditembus oleh uap sehingga sterilisasi dapat berlangsung

sempurna. Limbah radioaktif juga harus mempunyai tanda-tanda yang standar

dan disimpan untuk menunggu masa aktifnya terlampaui sebelum

dikatagorikan limbah biasa atau limbah berbahaya lainnya.

Mobilitas dan transportasi limbah baik internal maupun eksternal

hendaknya dipertimbangkan sebagai bagian menyeluruh dari sistem

pengelolaaan dari institusi tersebut. Secara internal, limbah biasanya diangkut

dari titik penyimpanan awal manuju area penampungan atau menuju titik

lokasi insinerator. Alat angkutan atau sarana pembawa tersebut harus dicuci

secara rutin dan hanya digunakan untuk membawa lim bah.

Di rumah sakit modern, transportasi limbah ini bisa menggunakan cara

pneumatis dengan perpipaan, namun cara ini tidak boleh digunakan untuk

limbah patologis dan infectious. Limbah yang akan diangkut ke luar,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

33

misalnya oleh Dinas Kebersihan setempat, harus tidak mengandung resiko

terhadap kesehatan pengangkut tersebut. Limbah berbahaya dari rumah sakit

yang akan diangkut, diatur seperti halnya aturan-aturan yang berlaku pada

limbah berbahaya lain, misalnya jenis kontainer, tanda-tanda dan tata

caranya.

Secara umum jenis pengelolaan limbah rumah sakit menurut Kpmenkes

1204/MENKES/SK/X/2004 adalah sebagai berikut :

a. Limbah umum

1. Tidak diperlukan pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan

limbah domestik

2. Seluruh makanan yang telah meninggalkan dapur pada prinsipnya

adalah limbah bila tidak dikonsumsi dan sisa makanan dari bagian

penyakit menular perlu di autoclave dulu sebelum dibuang ke landfill.

b. Limbah patologis

1. Pengolahan yang dilakukan adalah dengan sterilisasi, insinerasi

dilanjutkan dengan landfilling

2. Insinerasi merupakan metode yang sangat dianjurkan, kantong-kantong

yang digunakan untuk membungkus limbah juga harus diinsinerasi.

c. Limbah radioaktif

1. Bahan radioaktif yang digunakan dalam kegiatan kesehatan/medis ini

biasanya tergolong mempunyai daya radioaktivitas level rendah, yaitu

di bawah 1 megabecquerel (MBq)

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

34

2. Limbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak mengandung

bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik

3. Penangan limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit itu sendiri,

dan umumnya disimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah habis,

untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif biasa.

d. Limbah kimia

1. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah identik

dengan limbah lainnya yang tidak termasuk katagori berbahaya

2. Konsep penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik

dengan penjelasan sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini tentang

limbah berbahaya

3. Beberapa kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya

misalnya :

a) Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang

dapat diredistilasi

b) Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan

produk toksik bila dibakar dapat digunakan sebagai bahan bakar

c) Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan

peralatan gelas di laboratorium, atau didaur-ulang untuk

mendapatkan khromnya

d) Limbah logam-merkuri dari termometer, manometer dan

sebagainya dikumpulkan untuk didaur-ulang; limbah jenis ini

dilarang untuk diinsinerasi karena akan menghasilkan gas toksik

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

35

e) Larutan-larutan pemerosesan dari radioaktif yang banyak

mengandung silver dapat direklamasi secara elektrostatis

f) Batere-batere bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk didaur-

ulang seperti : merkuri, kadmium, nikel dan timbal

4. Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam

menangani limbah jenis ini, baik secara on-site maupun off-site;

insinerator tersebut harus dilengkapi dengan sarana pencegah

pencemaran udara, sedang residunya yang mungkin mengandung

logam-logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesusai.

5. Solven yang tidak diredistilasi harus dipisahkan antara solven yang

berhalogen dan nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan

penanganan khusus dan solven non- halogen dapat dibakar pada on-site

insinerator

6. Limbah cytotoxic dan obat-obatan genotoxic atau limbah yang

terkontaminasi harus dipisahkan, dikemas dan diberi tanda serta dibakar

pada insinerator; limbah jenis ini tidak di autoclave karena disamping

tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya bagi operator

7. Beberapa jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian

pelayanan alat-alat kesehatan, misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan

kapasitor atau dari mikroskop yang mengandung PCB dan sebagainya,

sehingga perlu ditangani sesuai jenisnya

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

36

e. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious)

Memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung ditangani pada

insinerator ; autoclave tidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah

diwadahi dan ditangani secara baik sebelum diinsinerasi.

f. Benda-benda tajam

Dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari bahaya

tertusuk, sebelum dibakar dalam insinerator

g. Limbah farmasi

Obat-obatan yang tidak digunakan dikembalikan pada apotik, sedangkan

yang tidak dipakai lagi ditangani secara khusus misalnya diinsinerasi atau

di landfilling atau dikembalikan ke pemasok.

h. Kontainer-kontainer di bawah tekanan: di landfilling atau didaur-ulang.

Limbah kimiawi berbahaya yang tidak dapat didaur-ulang segera

dipisahkan sesuai dengan jenisnya dan pengolahannya, misalnya melalui

sebuah insinerator, karena limbah jenis ini kadangkala toksik dan

flammable, sehingga tidak boleh dibuang melalui sistem riolering.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

37

2.6. Kerangka Teori

Gambar 2.6 ( Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemenkes

1204/Menkes/SK/X/2004)

Limbah Cair

Limbah Padat

Limbah Gas

Proses Pengelolaan Limbah

Padat :

1. Penimbangan Timbulan

(Volume) Limbah Padat

Medis/Non Medis

2. Pengumpulan :

a. Tempat Penampungan

Sementara

b. Pemilahan

c. Pengemasan

d. Pelabelan

3. Pengangkutan

a. Kenderaan pengangkut

b. Pengangkutan jalur

khusus

4. Pemusnahan Akhir

(Incinerator)

Proses Pengelolaan Limbah

Cair :

1. Proses Pengelolaan Secara

Fisik

2. Proses Pengelolaan Secara

Kimia/Biologis

Proses Pengelolaan Limbah

Gas :

1. Monitoring gas

NO2,SO2,logam berat,dan

dioksin sekali setahun

2. Pembakaran 1.000 º C dengan

mengurangi emisi gas dan

debu

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

38

2.7. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas maka kerangka konsep penelitian

adalah sebagai berikut :

Bertitik tolak dari Kerangka konsep penelitian tersebut diatas maka alur

pelaksanaan penelitian pengelolaan limbah di RSUD Toto Kabila dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Timbulan sampah yang menjadi sasaran penelitian adalah yang berasal dari

ruang laboratorium, ruang rawat jalan, ruang perawatan, dan ruang radiologi

untuk timbulan limbah padat medis sedangkan untuk limbah padat non medis

berasala ke lima ruangan tersebut ditambah dengan ruangan laundry/catering.

Limbah Padat Rumah Sakit :

1. Timbulan (Volume) Limbah

Padat Medis/Non Medis

2. Pengumpulan :

a. Tempat Penampungan

Sementara

b. Pemilahan

c. Pengemasan

d. Pelabelan

3. Pengangkutan

a. Kenderaan pengangkut

b. Pengangkutan jalur

khusus

4. Pemusnahan Akhir

(Incinerator)

Pengelolaan Limbah

Padat RSUD Toto

Kabila

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Rumah sakit - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/1842/6/2012-2-13201-811408059-bab2... · dengan standar pelayanan rumah sakit. ... perlengkapan generator,anastesi,

39

Besaran timbulan diukur pada saat penelitian dengan menggunakan

timbangan.

2. Pengumpulan limbah RSUD Toto Kabila dilihat dari beberapa aspek :

a. Tempat Penampungan Sementara, dilihat tipe ataupun kesesuaian dengan

persyaratan yang disyaratkan berdasarkan Kepmenkes 1204 Tahun 2004

b. Pemilahan, dilihat apa limbah dipisahkan dari sumbernya

c. Pengemasan, kemasan limbah harus didasarkan Kepmenkes 1204 Tahun

2004

d. Pelabelan, untuk setiap label limbah disesuaikan dengan jenis limbah yang

dihasilkan dari setiap ruangan berdasarkan Kepmenkes 1204 Tahun 2004

3. Pengangkutan. Dibandingkan alat yang digunakan untuk mengangkut limbah

medis dan non medis pada saat penelitian dengan alat angkut yang

dipersyaratkan berdasarkan Kepmenkes 1204 Tahun 2004

4. Pemusnahan Akhir. Pada tahapan ini dilihat tahapan pemusnahan dan peralatan

yang digunakan dalam tahapan ini baik untuk pemusnahan limbah medis

maupun pemusnahan untuk limbah non medis.