BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana....

24
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Purwanto (2011:38) mengatakan bahwa belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya (Suprijono,2009:3). Hal sama disampaikan Joko Susilo (2009:23) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan kelakuan. Slameto (2010:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar sebagai suatu proses artinya kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau perilaku (behavior). Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar sesungguhnya mengandung tiga unsur yaitu belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku itu terjadi karena didahului oleh proses latihan dan pengalaman secara berulangulang dan perubahan tingkah laku karena belajar bersifat relatif permanen dan secara terus menerus.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana....

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Purwanto (2011:38) mengatakan bahwa belajar adalah proses dalam diri

individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan

dalam perilaku. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam

praktiknya yang dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha

memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat

mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak

didominasi aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah

hafal dengan hal-hal yang telah dipelajarinya (Suprijono,2009:3). Hal sama

disampaikan Joko Susilo (2009:23) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar

adalah merupakan suatu proses, atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni

mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan dan latihan, melainkan perubahan

kelakuan.

Slameto (2010:2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Belajar sebagai suatu proses artinya kegiatan belajar terjadi

secara dinamis dan terus-menerus yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam

diri anak. Perubahan yang dimaksud dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau

perilaku (behavior).

Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar sesungguhnya

mengandung tiga unsur yaitu belajar merupakan perubahan tingkah laku,

perubahan tingkah laku itu terjadi karena didahului oleh proses latihan dan

pengalaman secara berulang–ulang dan perubahan tingkah laku karena belajar

bersifat relatif permanen dan secara terus menerus.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

8

2.2 Pembelajaran IPA di SD

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau

sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’. Trianto (2010:136). Kata

‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu.

Menurut Sri Sulistyorini (2007:8) menyatakan bahwa pembelajaran IPA harus

melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning ) dengan cara guru dapat

merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik

untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,

menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai,

dan pengalaman yang di butuhkan. Selanjutnya menurut Usman Samatowa

(2006:146) menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan

IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin

tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan

(skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA

menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Trianto (2010:151-153) menyatakan bahwa pembelajaran IPA di sekolah

sebaiknya memberikan pengalaman pada peserta didik untuk belajar menguji

suatu pernyataan yang didapat dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari,

sehingga dari hasil pengujian tersebut mereka dapat memperoleh jawaban

sementara dari pengamatan yang dilakukan. Adanya jawaban sementara yang

dibuat dapat membantu peserta didik untuk berpikir logis terhadap suatu bentuk

peristiwa alam yang terjadi karena pembelajaran IPA itu dapat membantu

menjawab berbagai masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam yang terjadi.

Selanjutnya menurut Samatowa (2010:2) menyatakan bahwa IPA di SD

hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik

secara alamiah. hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan

bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara

berfikir ilmiah. Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan

untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka

dimana mereka hidup.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

9

Jadi pembelajaran IPA di SD hendaknya melibatkan keaktifan anak secara

penuh dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari, menemukan,

menyimpulkan dan mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai,

dan pengalaman yang di butuhkan serta membuka kesempatan kepada anak didik

untuk memperoleh pemahaman secara mendalam dan pengalaman secara

langsung untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar secara ilmiah.

2.2.1 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006

adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan

Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 ruang

lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi: cair, padat, dan

gas.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

10

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan

benda-benda langit lainnya.

Rungan lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup

dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya

meliputi: cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi,

panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP:2006)

2.2.2 Karakteristik Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar

Menurut Sugihartono, dkk, (2008:109), tahap perkembangan berpikir anak

dibagi menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

3. Tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan

4. Tahap operasional formal (12-15 tahun)

Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas 5 Sekolah Dasar termasuk berada

pada tahap operasional konkrit dalam berpikir. Anak pada masa operasional

konkrit sudah mulai menggunakan operasi mentalnya untuk memecahkan

masalah-masalah yang aktual. Anak mampu menggunakan kemampuan

mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkrit. Kemampuan

berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat,

memahami, dan memecahkan masalah.

Rita Eka Izzaty, dkk (2008:116) membagi masa anak-anak di Sekolah Dasar

menjadi dua fase yaitu masa anak kelas rendah (kelas I sampai dengan kelas 3),

dan masa anak kelas tinggi (kelas 4 sampai dengan kelas 6). Masa anak kelas

rendah berlangsung antara usia 7-9 tahun, sedangkan masa anak kelas tinggi

berlangsung antara usia 9-12 tahun. Kelas 5 Sekolah Dasar tergolong pada masa

anak kelas tinggi. Anak kelas tinggi Sekolah Dasar memiliki karakteristik sebagai

berikut:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

11

1. Perhatian tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.

2. Ingin tahu, ingin belajar, dan berpikir realitas.

3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi

belajarnya di sekolah.

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk

bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam

kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk

kelas 5 Sekolah Dasar termasuk berada pada tahap operasional konkrit dan

termasuk pada kelompok kelas tinggi. Anak kelas 5 Sekolah Dasar berpikir secara

realistis, yaitu berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Hal yang perlu

diperhatikan oleh guru IPA, bahwa anak pada tahap operasional konkrit masih

sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk membantu pengembangan

kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu, guru seharusnya selalu mengaitkan

konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan benda-benda konkrit yang ada di

lingkungan sekitar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak

untuk dapat mempelajari segala sesuatu yang bersifat konkrit adalah

pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar.

2.3 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011:22) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

berasal dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-

sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

tim. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009:54) menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah konsep lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh

guru.

Trianto (2007:42) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tidak

hanya sekedar belajar kelompok saja tapi pembelajaran kooperatif merupakan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

12

strategi belajar dengan beberapa jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda-beda dimana dalam menyelesaikan tugas

kelompok, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling

membantu guna mecapai tujuan dalam pembelajaran tertentu. Selanjutnya Wina

(2013:242) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar kemampuan akademik,

jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) untuk meningkatkan

partisipasi siswa, 2) untuk memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, 3) memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berdeda latar belakangnya (Trianto,2007:42). Langkah-langkah pembelajaran

kooperatif oleh (Trianto,2009:66-67) adalah sebagaimana terlihat pada tabel

berikut:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

13

Berdasarkan enam fase sintaks pembelajaran kooperatif di atas, maka

pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-

tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti

dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian

dilanjutkan langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja

bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase

terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok

atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok dan

usaha-usaha individu.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah

suatu model dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu

secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Ahmad Zuhdi (2010:64) . Senada

dengan itu, Afisanti Lusita (2011:77) juga menyatakan bahwa model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan metode belajar

dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian

secara acakuru memanggil nomor dari siswa.

2.3.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Menurut Miftahul Huda (2014:130) pada dasarnya Numbered Heads

Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya

hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk

duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah

selesai guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru

tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu

seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan

memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi selanjutnya menurut

Anita Lie (2004:59) Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu tipe dari

pembelajaran kooperatif pendekatan struktural yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkanjawaban

yang paling tepat. Sedangkan menurut Trianto (2007:62) Numbered Heads

Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

14

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur

kelas tradisional.

Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah

penggunaan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT)

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sebuah tekhnik pembelajaran

kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar

dalam pelaksanaan pembelajaran menurut Lie (2005:59). Adapun tujuan dari

metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ini adalah untuk

mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai

pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka

mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian (Trianto,2010:85).

Jadi dapat disimpulkan Numbered Heads Together (NHT) adalah model

pembelajaran kooperatif dimana terdapat penomoran siswa dalam kelompok

untuk bekerja sama dalam menyelesaikan soal.

2.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) menurut Mifthaful Huda (2014:138) sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Masing-masing siswa dalam

kelompok diberi nomor.

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok

mengerjakannya

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut.

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok

mereka.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

15

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) menurut Trianto (2007:62) sebagai berikut:

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama dalam Numbered Heads Together

(NHT), dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan

memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai

nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

b. Pengajuan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari

materi pelajaran tertentu yang sedang dipelajari, dalam membuat

pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat

umum dang dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir

bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jwaban kepada

anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban

dari masing-masing pertanyaan.

d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru salah atu nomor dan setiap siswa dari tiap

kelompok ang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih

kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa

yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan

dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok yang lain yang

bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

16

Tabel 2.2

Sintak pembelajaran Numbered Heads Together

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas terdapat persamaan pada langkah-

langkah pembelajaran model kooperatif tipe NHT yang dikemukakan Miftahul

Huda (2014:138) dan Trianto (2007:62) yaitu siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok. Setiap siswa diberi nomor dan beberapa kelompok harus berdiskusi

dan mencari jawaban yang benar. Kemudian guru memenggil nomor siswa dan

nomor yang dipanggil harus melaporkan hasil kerja sama dalam kelompok.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

17

Dari sintaks pembelajaran di atas, maka penerapan langkah-langkah

pembelajaran model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam

penelitian iniadalah sebagai berikut

Tabel 2.3

Langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together

Sesuai Standar Proses

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

18

2.4 Media Pembelajaran

Pengertian media menurut Arsyad (2006:3), Kata media berasal dari kata

latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau, “pengantar”.

Dalam bahasa arab, media adalah (wassail) atau pengantar pesan dari pengirim

kepada penerima pesan.istilah “media“ bahkan sering dikaitkan atau

dipergantikan dengan kata teknologi yang berasal dari kata latin “tekne’ bahasa

inggris “art” dan “logos” bahas indonesia “ilmu”. Menurut Hujar Sanaky,

(2009:3), media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan

pesan. Penggunaan media dalam proses pembelajaran cukup penting, hal ini dapat

membantu para siswa dalam mengembangkan imajinasi dan daya pikir. Dalam

pengertian yang lebih luas media pembelajran adalah alat, metode, dan tehnik

yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi

antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas.

Menurut Azhar Arsyad, (2006:3), media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam

pengertiian ini, guru, buku tek, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara

lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran dapat diartikan

sebagai media alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal lebih lanjut

Azhar Arsyad, (2006:4), secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran

meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, vidio camera, vidio

recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan

komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau bahan

fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Basuki dan Farida, (2001:12) media ialah pembawa pesan yang

berasal dari suatu sumber pesan ( yang dapat berupa orang atau benda ) kepada

penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan ialah siswa.

Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indra mereka.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

19

Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan indranya untuk menerima

informasi.

2.4.1 Peran Dan Fungsi Media

A. Peran Media

1. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.

2. Mengatasi batas-batas ruang kelas.

3. Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak

dapat diamati karena terlalu kecil.

4. Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan

proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik.

5. Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian

demi bagian untuk diamati secara terpisah.

6. Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung

melalui telinga. Misalnya: alat bantu sistem pengeras suara.

7. Mengatasi peristiwa-peristiwa alam. Misalnya: terjadinya letusan

gunung berapi, pertumbuhan tumbuhan atau perkembang biakan

binatang, dapat digunakan media gambar, film, dan sebagainya.

8. Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat

atau dengan keadaaan sekitar. Misalnya: kunjungan ke museum,

kebun binatang, dan sebagainya.

9. Memberika kesamaan/ kesatuan dalam pengamatan peserta didik.

10. Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan

motivasi kegiatan belajar peserta didik.

B. Fungsi Media Menurut Derek Rowntree (Ahmad Rohani,1997:7), media

berfungsi:

1) Membangkitkan motivasi belajar.

2) Mengungkap apa yang telah dipelajari.

3) Menyediakan stimulus belajar.

4) Mengaktifkan respon peserta didik.

5) Memberikan balikan dengan segera.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

20

Menurut Mc Known (Ahmad Rohani,1997:8), ada 4 fungsi yaitu:

1. Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu pendidikan yang

menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang

mementingkan kebutuhan pendidikan peserta didik.

2. Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik karena :

a. Media pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi

peserta didik, sehingga menarik peserta didik.

b. Penggunaan media memberikan kebebasan kepada peserta didik

lebih besar dibandingkan dengan cara belajar tradisional.

c. Media lebih konkrit dan mudah dipahami.

d. Mendorong peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak.

e. Memberikan kejelasan (clarification)

f. Memberikan rangsangan (stimulation)

Selain dari pendapat di atas Basuki Wibawa (2001:13) juga mengungkap

fungsi media sebagai alat yang dapat digunakan dalam proses balajar mengajar

dengan dua cara, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar

yang dapat digunakan sendiri oleh siswa. Media yang digunakan sebagai alat

bantu mengajar disebut dependent media. Media belajar yang digunakan oleh

siswa yang digunakan dalam kegiatan belajar mandiri disebut independent media.

Penggunaan media dalam pembelajaran, guru perlu :

a. Memahami media yang akan digunakan, dengan mengkaji dan

mengumpulan informasi sebanyak mungkin tentang media yang akan

digunakan.

b. Menyimpan media dan mencobanya sebelum digunakan di depan kelas.

c. Mengatur fasilitas dan lingkungan yang terkait dengan menggunakan

media, seperti tempat duduk siswa, ventilasi, pencahayaan ruangan, udara,

suasana, dan kondisi kelas.

d. Menyiapkan siswa, misal dengan menyampaikan terlebih dahulu kepada

siswa tentang garis besar materi pembelajaran, latar belakangnya,

keuntungan mempelajari materi tersebut, atau memberikan penekanan

terhadap hal-hal penting.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

21

e. Menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Pemilihan Media

Menghasilkan suatu produk media pembelajaran yang baik maka

diperlukan prinsip dalam pemilihan media. Setyosari (2008:22) mengidentifikasi

prinsip-prinsip media sebagai berikut:

1. identifikasi ciri-ciri media yang diperhatikan sesuai dengan kondisi,

unjuk kerja (performance) atau tingkat setiap tujuan pembelajaran,

2. identifikasi kerakteristik siswa (pembelajar) yang memerlukan media

pembelajaran khusus,

3. identifikasi karakteristik lingkungan belajar berkenaan dengan media

pembelajar yang akan digunakan,

4. identifikasi pertimbangan praktis yang memungkinkan media mana

yang mudah dilaksanakan,

5. identifikasi faktor ekonomi dan organisasi yang menentukan

kemudahan penggunaan media pembelajaran.

Menggunakan media harus memperhatikan prinsip pemilihan media

terlebih dahulu. Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran menurut

Saud (2009:97) adalah sebagai berikut:

a) tepat guna, artinya media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan

kompetensi dasar,

b) berdaya guna, artinya media pembelajaran yang digunakan mampu

meningkatkan motivasi siswa,

c) bervariasi, artinya media pembelajaran yang digunakan mampu

mendorong sikap aktif siswa dalam belajar.

Prinsip-prinsip media yang dipaparkan oleh Saud tersebut mengidentifikasikan

bahwa media yang tepat guna, berdaya guna, dan bervariasi dapat menjadi suatu

media pembelajaran yang baik. Isi media yang dirancang sesuai dengan

desain pembelajaran dapat menjadikan media berkualitas. Media yang

berkualitas akan menumbuhkan ketertarikan bagi peserta didik untuk belajar

menggunakan media

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

22

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

prinsip-prinsip pemilihan media harus diperhatikan dengan baik, sehingga

dapat menghasilkan suatu media pembelajaran yang menarik dengan materi yang

tepat.Belajar menggunakan media pembelajaran menjadi optimal. Media

pembelajaran yang baik adalah media pembelajaran yang mampu membantu

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip-prinsip pembuatan media

harusmemperhatikan beberap faktor. Faktor yang diperhatikan (1) perangkat

pembelajaran, (2) lingkungan belajar, (3) tempat belajar, (4) ekonomi sosial

budaya.

2.4.3 Media Konkrit

Media Benda Konkrit menurut Ibrahim dan Nana Syaodih (2003:119),

menyatakan bahwa “media benda konkrit adalah objek yang sesungguhnya yang

akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari

berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.”

Bagi kaum konstruktifisme belajar diartikan sebagai usaha mengubah konsepsi

kognitif siswa melalaui usaha stimulan oleh guru menggunakan berbagai metode

dan media yang memadai dan mendukung ke arah tersebut.

2.4.4 Manfaat Media Konkrit

Penggunaan media konkrit dalam proses pembelajaran membawa dampak

yang sangat luas terhadap pola pembelajaran tingkat sekolah dasar. Sebagian

besar materi pembelajaran di SD bersifat imajinatif baik rasional maupun tidak,

baik yang menyangkut saintifik dan non sains. Hal tersebut berbeda dengan pola

pembelajaran sekolah kkejuruan yang mutlak harus menampilkan media asli ke

dalam ruang belajar. Akan tetapi dengan luasnya bidang pembelajaran di SD yang

meliputi IPA, IPS, Matematika, Bahasa hingga keterampilan sehingga

menyulitkan kita apabila semua pembelajaran harus dilengkapi dengan media

asli. Sehingga timbul gagasan untuk memanipulasi benda asli agar menjadi media

yang mendekati asli. Hal tersebut akan memudahkan siswa untuk membangun

struktur konsepnya di otak. Secara rinci berikut manfaat dari media konkrit:

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

23

1. memudahkan siswa dalam membangun struktur kognitif dalam

membentuk konsep.

2. memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar sesuai dengan

program yang sudah ditetapkan.

3. mengefektifkan proses pembelajaran

4. meningkatkan interaksi komponen pembelajaran

Seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:25), merinci manfaat media

pendidikan sebagai berikut:

a. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena

itu mengurangi verbalisme.

b. Memperbesar perhatian siswa.

c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama

melalui gambar hidup.

f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membant

perkembangan kemampuan berbahaya.

g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara

lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak.

Manfaat media pembelajaran menurut Purnamawati dan Eldarni (2001:4)

yaitu:

1. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan

peredaran darah;

2. Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam

lingkungan belajar;

3. Menampilkan objek yang terlalu besar, misalkan pasar, candi;

4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata

telanjang;

5. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat;

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

24

6. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan

lingkungannya;

7. Membangkitkan motivasi belajar;

8. Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok

belajar;

9. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang

maupun disimpan menurut kebutuhan;

10. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu

dan ruang

11. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan

bahwa manfaat media pembelajaran benda konkrit yaitu:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra;

3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar;

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

kemampuan visual, auditori & kinestetiknya;

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &

menimbulkan persepsi yang sama.

Keunggulan media konkrit merupakan media yang saat ini paling

dianjurkan penggunaannya oleh para pakar pendidikan, praktisi pendidikan dan

pengamat pendidikan. Hal tersebut terjadi karna media konkrit memiliki banyak

keunggulan di antaranya adalah : memiliki tingkat obyektifitas yang tinggi,

mudah berinteraksi dengan siswa melalui segenap panca indra, memiliki

fleksibilitas yang tinggi dimana dapat digunakan untuk pembelajaran mata

pelajaran yang lain, dapat dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan, situasi dan

kondisi.

Kelemahan media benda konkrit dalam Mulyani Sumantri dan Johar

Permana (2001:176), kelemahan media benda konkrit antara lain: memerlukan

tambahan anggaran biaya pendidikan, memerlukan ruang dan tempat yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

25

memadai jika media tersebut berukuran besar, apabila media yang diperlukan

sulit didapat ditempat tersebut, maka akan menghambat proses pembelajaran,

baik guru atau siswa harus mampu menggunakan media pembelajaran tersebut.

Namun dari kelemahan penggunaan media benda konkrit tersebut diatas, tidak

akan mengurangi manfaat atau memberikan dampak kerugian yang begitu besar

terhadap proses pembelajaran.

2.5 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:40-41) menyatakan bahwa hasil

belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari

sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental

yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat

perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor. Selanjutnya menurut Purwanto (2011:46) menyatakan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa

hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan. Menurut Hamalik (2006:3) menyatakan bahwa hasil

belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku

pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak

mengerti menjadi mengerti.

Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil

belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami

belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

26

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2010:54), adapun faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi: Faktor yang ada pada

diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern), yang meliputi:

1. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan

penglihatan. Jika salah satu faktor biologis terganggu akan

mempengaruhi hasil prestasi belajar

2. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi serta

perhatian ingatan berfikir

3. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar, dan haus.

Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut faktor ekstern, yang

meliputi:

1. Faktor keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.

Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat

menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar

2. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum,hubungan guru

dengan siswa, siswa dengan siswa danberdisiplin di sekolah

3. Faktor masyaraka meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah

lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong

untuk lebih giat belajar.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat

dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas

belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga

lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap

mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana

mestinya, itulah yang disebut belajar. Tetapi di sini peneliti hanya meneliti

kemampuan, keterampilan dan sikap siswa saja.

Menurut Huda (2014:32) pembelajaran kooperatif mengacu pada metode

pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

27

membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan

kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada

pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda selanjutnya

menurut Isjoni (2011:15) dengan model kooperatif dapat diterapkan untuk

memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat

teman, dan saling memberikan pendapat.

Dari beberapa ahli diatas Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -

kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang

difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman

anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu

masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada

waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.

2.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Alustina Isyuniarsih dalam sikripsinya yang berjudul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Afektif Pada Mata Pelajaran IPA

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada

Siswa Kelas V SD Negeri 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora

Tahun pelajaran 2011/2012.” Hasil penelitian menyebutkan bahwa hasil belajar

kognitif dan hasil belajar afektif siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil

belajar siswa ada kondisi awal siswa yang tuntas 8 orang (33,33%) dan yang tidak

tuntas 16 orang atau (66,67%). Pada siklus I siswa yang tuntas 22 orang (91,67%)

dan yang tidak tuntas 2 orang (8,33%). Sedangkan pada siklus II semua siswa

yang terdiri dari 24 orang tersebut sudah memenuhi KKM atau semua dikatakan

tuntas 100%. Sedangkan untuk peningkatan hasil belajar afektif pada kondisi

awala kurang aktif (41,67%), pada siklus I menjadi cukup aktif (45,83%) dan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

28

pada siklus II manjadi aktif (58%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil

belajar afektif siswa kelas V SDN 03 Ngumbul, kecamatan Todanan, Kabupaten

Blora Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan penerapan model

pembelajaran numbered heads together secara tepat dan sesuai standar proses,

sehingga keberhasilan tersebut tercapai.

Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Yuni Winarti dalam

skripsinya yang berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together)

Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Banyumundul 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran

2011/2012.” Juga menunjukkan peningkatan pada keaktifan dan hasil belajar

siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan

keaktifan untuk mata pelajaran IPA kelas V semester 2 tahun pelajaran

2011/2012. Siswa yang mencapai KKM 65 dari 32 sebanyak 17 siswa satu

53,13% tuntas dan sebanyak 15 siswa atau 46,87% belum tuntas. Nilai rata-

ratanya adalah 66,25, sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah

adalah 52 dan siklus II sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai

ketuntas siklus II siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 36 siswa atau 100%

dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Simpulan dari penelitian

tersebut adalah pembelajaran IPA menggunakan metode Numbered Heads

Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD

Negeri Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, semester 2 tahun pelajaran

2011/2012.

Dari dua penelitian terdahulu, dapat dilihat perbedaan yang cukup jelas,

diantaranya oleh Alustina Isyuniarsih yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Kognitif Dan Afektif Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri

03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2011/2012.

Oleh Yuni Winarti (2011) yang berjudul Penggunaan Metode NHT Untuk

Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Banyumundul 02, Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran Numbered Heads

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

29

Together (NHT) dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan

penelitian lagi dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun

demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang dilakukan kali ini,

dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut pertama bahwa pada

penelitian terdahulu, para peneliti belum menambahkan media konkrit dalam

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT), peneliti menduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, subyek

penelitian. Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa sekolah

yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subyek didik, merupakan

faktor lain yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Situasi sekolah yang

berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda, demikian

juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda tentu

berkontribusi terhadap hasil belajar siswa juga. Karena itu, dengan memilih

subyek penelitian yaitu siswa kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang, peneliti

bermaksud melihat efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media konkrit dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Artinya, jika model ini efektif, maka model ini

akan menjadi rujukan bagi sekolah bersangkutan, maupun sekolah yang berbeda,

karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja memiliki situasi yang berbeda-

beda.

2.7 Kerangka Berfikir

Ada berbagai macam cara guru untuk meningkatkan hasil belajar siswanya,

misalnya dengan menggunakan media yang beragam agar pembelajaran tidak

membosankan bagi siswa. Untuk itu salah satu model yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) berbantuan media konkrit dengan menggunakan model

pembelajaran ini dapat mengubah situasi kondisi belajar yang dapat

membangkitkan semangat belajar siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) berbantuan media ini siswa dilatih untuk

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar€¦ · magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

30

berpikir kritis teliti dan melatih tanggung jawab sekaligus siswa dapat

mendapatkan pengalaman yang nyata atas apa yang dipelajarinya.

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir sebagaimana

yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah melalui

“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) Berbantuan Media Konkrit Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada

Siswa Kelas 5 SDN Jombor Kecamatan Tuntang “.