Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2....

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET MELALUI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY METHOD SISWA KELAS V SD NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2....

Page 1: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET

MELALUI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY METHOD

SISWA KELAS V SD NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

HENY SUSILOWATI

NIM X7109043

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet

melalui Pembelajaran Guided Inquiry Method Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Tahun Pelajaran 2010/2011”

Oleh :

Nama : Heny Susilowati

NIM : X7109043

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I

Drs. Kartono, M.Pd

NIP. 195401021977031001

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing II

Dra.Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd

NIP. 196101211986012001

Page 3: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet

melalui Pembelajaran Guided Inquiry Method Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Tahun Pelajaran 2010/2011”

Oleh :

Nama : Heny Susilowati

NIM : X7109043

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd ___________

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd ____________

Penguji I : Drs. Kartono, M.Pd ___________

Penguji II : Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd ___________

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidilan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatulah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 4: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Heny Susilowati, NIM X7109043. PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP

GAYA MAGNET MELALUI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

METHOD SISWA KELAS V PADA SD NEGERI 2 AMPEL BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

penguasaan konsep gaya magnet melalui pembelajaran guided inquiry method

siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran 2010/2011.Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan

model siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Ampel dan sebagai subyek

penelitian adalah siswa kelas V. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester

genap tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data yang digunakan oleh peneliti

adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah dokumentasi, lembar observasi dan tes hasil evaluasi

belajar. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interaktif

yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: pengumpulan data/reduksi

data, sajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Prosedur penelitian dengan

model siklus yang terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi.

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa: penerapan

pembelajaran melalui guided inquiry method dapat meningkatkan penguasaan

konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel. Hal ini dapat dilihat dari

prosentase kenaikan hasil evaluasi belajar (peningkatan penguasaan konsep) siswa

kelas V sebanyak 34 anak dari sebelum ada tindakan sampai siklus II. Sebelum

ada tindakan siswa yang mendapatkan nilai minimal 60 ada 16 anak atau 47,05%

dari 34 anak, pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai minimal 60 ada 24 anak

atau 70,59% dari 34 anak, pada siklus II siswa yang mendapatkan nilai minimal

60 ada 33 anak atau 91,18% dari 34 anak. Hasil evaluasi belajar penguasaan

konsep gaya magnet siswa sebelum tindakan kemudian dilaksanakan siklus I

mengalami prosentase kenaikan 23,54%; dari siklus I kemudian dilaksanakan

siklus II penguasaan konsep gaya magnet siswa mengalami prosentase kenaikan

20,59%.

Page 5: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT

Heny Susilowati, NIM. X7109043. INCREASING MASTERY of the

CONCEPTS of LEARNING STYLE MAGNETS through the GUIDED

INQUIRY METHOD STUDENTS CLASS V in SD NEGERI 2 AMPEL

BOYOLALI YEARS 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of teacher training

and educational sciences. Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011.

The purpose of this classroom action research is to improve the mastery of

the concept of magnetic force through learning guided inquiry method students

class V SD Negeri 2 Ampel Subdistrict Ampel Boyolali Years 2010/2011. The

form of research is the research action classroom that consists of two cycles, each

cycle consists of four stages: planning, implementation, observation and

reflection. As the subject of research is the student class V SD Negeri 2 Ampel.

Place of research conducted in SD Negeri 2 Ampel and the study subject

were students in gradeV. Time studies conducted in the second semester of the

school year 2010/2011. Sources of data used by researchers is the source of

primary data and secondary data sources. Data collection techniques in the

research is documentation, observation sheet and test results of the evaluation

study. Techniques of data analysis using interactive analysis techniques: the link

between the three components include: data collection/data reduction, dish,

withdrawal of conclude/verification. Research procedures with cycle model

consisting of four stage, namely planning, execution, observation and reflection.

This classroom action research results can be inferred that: application of

learning through the guided inquiry method can improve student mastery of the

concept of magnetic force class V SD Negeri 2 Ampel. This can be seen from the

percentage increase in the results of the evaluation study (increased mastery of the

concepts) class V students as much as 34 children from prior to any action until

the cycle II. Before there was the action of students who get a minimum of 60

there are 16 child or child 47,05% of 34, on cycle I students who get the value of

60 minimum there are 24 children or 70,59% of 34 children, cycle II students who

get the value of 60 minimum there are 33 children or 91,18% of the children. The

results of the evaluation of the magnetic force concept Mastery Learning students

before action then implemented the cycle I experienced the percentage increase in

23,54%. from the cycle I then implemented the cycle II magnetic force concept

mastery students experience the percentage increase in 20,59%.

Page 6: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-

gurumu, dan berlakulah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemahan HR. Tabrani)

Siapapun yang bermaksud menjadi seorang guru bagi manusia, biarlah dia

mengawali dengan mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain, dan

mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.

(Kahlil Gibran)

Pengetahuan adalah tanda nyata kebangsawananmu, tidak peduli siapa bapakmu

atau dari suku mana kau berasal.

(Kahlil Gibran)

Setiap keindahan dan kebesaran di dunia ini diciptakan oleh sebuah pemikiran

atau perasaan yang ada dalam diri seseorang.

(Kahlil Gibran)

Page 7: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Bapak_Ibu dan “Umi”, yang selalu

memberikan doa restunya disetiap

langkah-langkahku.

Ayahanda tercinta dan Ananda Alul

tersayang yang selalu memberikan

semangat baru.

Rekan-rekan S1 PGSD-Transfer kelas A

dan Almamaterku.

Page 8: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan skripsi

ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang

timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin penelitian

2. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Pendidikan Sekolah Dasar

yang telah memberikan izin penulisan skripsi.

3. Dra. Endang SM, M.Hum, selaku Pembimbing I yang dengan sabar

memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi.

4. Drs. Kartono, M.Pd, selaku dosen pengampu Pembimbing I yang dengan

sabar memberikan bimbingan dan motivasi.

5. Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar

memberikan bimbingan, dukungan dan motivasi.

6. Mulyono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah Negeri 2 Ampel yang telah

memberikan ijin penelitian.

7. Berbagai pihak yang telah membantu, terutama teman-teman penulis yang

selalu memberi dukungan.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 9: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. iv

HALAMAN ABSTRACT ........................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4

D. Perumusan Masalah .................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7

1. Tinjauan tentang Penguasaan Konsep Belajar IPA ............. 7

a. Hakekat Belajar ............................................................. 7

b. Hakekat Penguasaan Konsep Gaya Magnet Siswa ....... 9

c. Hakekat Pembelajaran IPA ........................................... 11

d. Belajar dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar .......... 15

e. Tujuan Pembelajaran IPA ............................................. 16

f. Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah ............... 17

Page 10: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

g. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA ............................... 19

h. Tinjauan tentang Konsep .............................................. 19

i. Tiga Tahapan Penguasaan Konsep ............................... 20

j. Macam-macam Konsep ................................................. 21

k. Prinsip Belajar Konsep.................................................. 22

l. Pembelajaran IPA Kelas V Materi Gaya Magnet ......... 23

2. Tinjauan tentang Inquiry Method (metode inkuiri) ............. 25

a. Teori Inquiry Method (metode inkuiri) ......................... 25

b. Tujuan Penggunaan Inquiry Method (metode inkuiri) .. 30

c. Macam-macam Inquiry Method (metode inkuiri) ......... 31

B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 34

C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 35

D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 36

BAB III METODOLOGI TINDAKAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 37

1. Tempat Penelitian ............................................................. 37

2. Waktu Penelitian ............................................................... 37

B. Subjek Penelitian ...................................................................... 38

C. Sumber Data ............................................................................ 38

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38

1. Dokumentasi ...................................................................... 38

2. Observasi ........................................................................... 39

3. Tes ...................................................................................... 39

E. Validitas Data .......................................................................... 40

F. Teknik Analisis Data ............................................................... 41

1. Reduksi Data ...................................................................... 42

2. Penyajian Data ................................................................... 42

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ...................................... 42

G. Jadwal Penelitian ..................................................................... 43

H. Prosedur Penelitian .................................................................. 44

Page 11: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

1. Tahap Perencanaan ............................................................ 44

2. Tahap Pelaksanaan ............................................................. 45

3. Tahap Observasi ................................................................ 45

4. Tahap Refleksi ................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 55

1. Kondisi Awal (Pra-Tindakan) .............................................. 55

B. Pelaksanaan Tindakan ............................................................... 57

1. Siklus I ................................................................................. 57

2. Siklus II ................................................................................ 65

C. Pembahasan Hasil Penelitan ...................................................... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................... 79

B. Implikasi ................................................................................... 79

C. Saran ......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 82

LAMPIRAN

Page 12: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal penelitian ....................................................................... 43

Tabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52

Tabel 3. Frekuensi nilai evaluasi sebelum tindakan ................................. 55

Tabel 4. Prosentase hasil observasi siswa suklus I ................................... 62

Tabel 5. Frekuensi nilai IPA siklus I siswa kelas V .................................. 63

Tabel 6. Prosentase hasil observasi siswa suklus II .................................. 71

Tabel 7. Frekuensi nilai IPA siklus II siswa kelas V ................................ 72

Tabel 8. Data perbandingan nilai tes penguasaan konsep gaya magnet

sebelum tindakan, siklus I dan siklus II ...................................... 75

Tabel 9. Data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet sebelum

penelitian, siklus I dan siklus II .................................................. 77

Page 13: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistematika materi gaya magnet ............................................. .. 24

Gambar 2. Langkah-langkah guided inquiry method .............................. .. 28

Gambar 3. Pendekatan metode inkuiri ..................................................... . 29

Gambar 4. Kerangka berpikir ................................................................... . 36

Gambar 5. Model Analisis Interaktif ....................................................... .. 42

Gambar 6. Model penelitian Kemmis dan Taggart ................................... 46

Gambar 7. Grafik histogram frekuensi nilai evaluasi sebelum tindakan ... 56

Gambar 8. Grafik histogram prosentase hasil observasi siswa suklus I .... 62

Gambar 9. Grafik histogram frekuensi nilai IPA siklus I ........................... 63

Gambar 10.Grafik histogram prosentase hasil observasi siswa siklus II .... 72

Gambar 11.Grafik histogram frekuensi nilai IPA siklus II .......................... 73

Gambar 12.Data perbandingan nilai tes penguasaan konsep gaya magnet

sebelum tindakan, siklus I dan siklus II ................................... 76

Gambar 13.Grafik data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet

sebelum penelitian, siklus I dan siklus II ................................. 77

Page 14: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus IPA Kelas V Semester 2 ........................................ 85

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...................... 86

Lampiran 3. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ..... 97

Lampiran 4. Kunci Jawaban Instrumen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Siklus I .......................................................... 98

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa 1 pada Siklus I ............................. 99

Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa 2 pada Siklus I ............................. 100

Lampiran 7. Lembar Penilaian Siswa Sebelum Siklus I .......................... 101

Lampiran 8. Lembar Penilaian Siswa pada Siklus I ................................ 102

Lampiran 9. Lembar Penilaian Test Proses Pada Siklus I ....................... 103

Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ........................ 104

Lampiran 11. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I .......................... 105

Lampiran 12. Gambar Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I ............... 106

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .................... 107

Lampiran 14. Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .... 116

Lampiran 15. Materi Gaya Magnet Kelas V Semester II ......................... 118

Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa 1 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 123

Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa 2 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 124

Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa 3 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 125

Lampiran 19. Lembar Kerja Siswa 4 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 126

Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa 5 Gaya Magnet pada Siklus II ........... 127

Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa 6 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 128

Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa 7 Gaya Magnet pada Siklus II .......... 129

Lampiran 23. Lembar Hasil Kerja Siswa Gaya Magnet pada Siklus II ... 130

Lampiran 24. Lembar Penilaian Siswa pada Siklus II ............................... 131

Lampiran 25. Lembar Penilaian Test Proses Pada Siklus II ...................... 132

Lampiran 26. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ....................... 133

Lampiran 27. Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ........................ 134

Lampiran 28. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Siklus 135

Page 15: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Lampiran 29. Gambar Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II ............. 136

Lampiran 30. Perijinan ............................................................................... 137

Page 16: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan

sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul

diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di

samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Seperti

dicanangkan oleh PBB sebagai berikut :

Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

kualitas SDM baik fisik, mental maupun spiritual. Sejalan dengan konsep

pendidikan yang dicanangkan oleh PBB bahwa pendidikan ditegakan oleh

4 pilar, yaitu lern to know, learn to do, learn to live together dan learn to

be. Pilar pertama dan kedua lebih diarahkan untuk membentuk sense of

having yaitu bagaimana pendidikan dapat mendorong terciptanya sumber

daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu pengetahuan dan

ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup,

sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif dan inovatif ditengah

kehidupan masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan

untuk membentuk karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana

harus terus menerus belajar, dan membentuk karakter yang memiliki

integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk melayani

sesama. Sense of being ini penting karena sikap dan perilaku seperti ini

akan mendidik siswa untuk belajar saling memberi dan menerima serta

belajar untuk menghargai serta menghormati perbedaan atas dasar

kesetaraan dan toleransi (Upik, 2005).

Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

sekolah menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam

menanggapi setiap pembelajaran. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu

yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran dikaitkan

dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif, dan

inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan.

1

Page 17: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga

terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi

tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang

dirumuskan. Usman (2000: 4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar

adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas

dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Senada dengan Usman, Suryosubroto (1997: 19)

mengatakan bahwa proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan

guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program

tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu yakni pengajaran.

Mengacu dari kedua pendapat tersebut, maka proses belajar dan mengajar

yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik,

mental, maupun emosionalnya. Pelajaran IPA misalnya diperlukan kemampuan

guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa

dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan penguasaan konsep

gaya magnet. Hal tersebut, sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari,

siswa tidak pernah lepas dengan dunia IPA (Sains), yang dekat dengan aktivitas

kehidupan mereka.

Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Senior Secondary

Education Project 2006 memperlihatkan bahwa dalam proses belajar dan

mengajar, guru berperan dominan dan informasi hanya berjalan satu arah dari guru

ke siswa, sehingga siswa sangat pasif. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan

metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan demikian

pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat

Sudjana (1987: 76), bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk

menciptakan proses belajar dan mengajar.

Berdasarkan hasil evaluasi mata pelajaran IPA materi gaya magnet, data

yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan untuk menguasai konsep gaya

magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten

Page 18: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Boyolali masih dibawah KKM yaitu 60. Hal ini dapat dilihat dengan hanya

47,05% siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih, dan 52,95% siswa mendapat

nilai dibawah 60 (lihat lampiran 7). Kemampuan siswa dalam penguasaan konsep

gaya yang masih rendah disebabkan karena guru masih menggunakan metode

yang bersifat konvensional. Proses belajar mengajar, guru yang berperan aktif

sedangkan siswanya pasif.

Kemampuan penguasaan konsep gaya magnet yang masih rendah akan

mengakibatkan siswa kesulitan dalam pembelajaran materi gaya magnet

(elektromagnetik) di satuan pendidikan yang lebih tinggi. Guru dianjurkan

menggunakan metode pembelajaran yang tepat, salah satunya pembelajaran

dengan menggunakan guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing).

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat,

dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan

penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk

memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual

(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir

menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara,untuk

membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Metode inquiry menurut Roestiyah (2001: 75) merupakan suatu teknik

atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru

membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa di bagi menjadi beberapa

kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus

dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di

dalam kelompok. Hasil kerja mereka kemudian dibuat laporan yang kemudian

dilaporkan.

Menurut Sanjaya (2008: 202) hakekat guided inquiry method sebagai

berikut :

Metode inkuiri terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru membimbing

siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan

mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam

menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Metode inkuiri

Page 19: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar

dengan metode inkuiri. Dengan metode ini siswa belajar lebih berorientasi

pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami

konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan pada

tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok

maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan

menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka kontribusi guided inquiry method dalam

pembelajaran adalah peningkatan penguasaan konsep gaya magnet oleh siswa.

Untuk membuktikannya perlu dilakukan penelitian yang relevan tentang

kemampuan penguasaan konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA. Oleh karena

itu penelitian ini diberi judul ”Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet

melalui Guided Inquiry Method pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahn sebagai berikut :

1. Guru belum menggunakan metode atau metode pembelajaran dalam

menyampaikan materi gaya magnet .

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam penguasaan konsep gaya magnet dalam

pembelajaran IPA.

3. Anggapan siswa, bahwa mata pelajaran IPA sulit dibandingkan dengan mata

pelajaran yang lain.

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini tidak diteliti secara keseluruhan mengingat

keterbatasan kemampuan dan waktu. Penelitian ini dibatasi pada :

1. Peningkatan penguasaan konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA.

2. Penggunaan guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing) dalam

pembelajaran IPA.

Page 20: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan guided inquiry method (metode

inkuiri terbimbing) dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet pada

siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun

Ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah : Meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet

melalui guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing) pada siswa kelas V

SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran

2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

peningkatan kualitas pembelajaran.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Memberikan kontribusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

penguasaan konsep-konsep materi IPA khususnya materi gaya magnet

sehingga penguasaan konsep gaya magnetnya dapat meningkat.

2) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

karena pembelajaran dilakukan secara sintaks/tahap per tahap.

Page 21: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Bagi guru

1) Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata

pelajaran IPA, khususnya materi gaya magnet.

2) Meningkatkan kualitas belajar mengajar dengan penerapan model dan

metodologi yang bersifat variatif dan bukan lagi secara klasikal yang

sifatnya konvensional.

3) Memberikan kepuasan kepada guru karena pembelajaran dapat

semangat dan memperoleh hasil sesuai yang di harapkan.

c. Bagi Sekolah

1) Merupakan asset yang dapat memberikan kontribusi dalam upaya

meningkatkan kemajuan serta kualitas pendidikan di sekolah yang

bersangkutan

2) Dengan meningkatnya penguasaan konsep gaya magnet siswa serta

kualitas pendidikan di sekolah, maka akan meningkatkan citra sekolah

di mata masyarakat.

Page 22: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Penguasaan Konsep Belajar IPA

a. Hakekat Belajar

Belajar dapat dipandang suatu perubahan pada diri individu yang

disebabkan dari hasil pengalaman, di mana guru terutama melihat siswa

dalam bentuk terakhir dari bebagai pengalaman interaksi belajar

mengajar. Dari situ terlihat sifat-sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang

dimilikinya. Seorang siswa dinyatakan telah belajar apabila telah terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu antara

lain tentang :

1) Penguasaan pengetahuan baru (kognitif)

2) Penguasaan keterampilan baru (psikomotor)

3) Pengembangan sikap dan minat baru (afektif)

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali, baik

dilihat dari jenis maupun sifatnya. Karena itu tidak semua perubahan

dalam diri seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 60), belajar (learning) adalah

merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

dan latihan. Hal di atas sependapat dengan Skinner dalam Muhibbin Syah

(1995: 89), bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian

tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa

proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila

diberi penguatan. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara

progresif sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

7

Page 23: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Menurut Suhaenah Suparno (2001: 2), belajar merupakan suatu

aktivitas yang menimbulkan suatu perubahan yang relatif permanen

sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan. Perubahan-perubahan

tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan (fatique), kematangan, ataupun

karena mengkosumsi obat tertentu.

Sejalan dengan perumusan di atas, menurut Hilgard dan Bower

dalam Ngalim Purwanto (1990: 84), mengemukakan bahwa belajar adalah

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang

dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan,

atau keadaan sesaat dari seseorang (kelelahan, kecelakaan).

Sedangkan menurut Slameto (1995: 2), berpendapat belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Senada

dengan pendapat Oemar Hamalik (2003: 327), belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman melalui

interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, psikomotor dan

afektif. Belajar adalah suatu usaha kegiatan yang menghasilkan perubahan

tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang berulang-ulang.

Sedangkan menurut peneliti yang dimaksud dengan belajar adalah suatu

proses kegiatan atau usaha dengan melalui latihan dan pengalaman yang

berulang-ulang dalam proses belajar agar mendapatkan perubahan tingkah

laku yang bersifat lebih baik dan tersimpan dalam jangka waktu yang

lama.

Page 24: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar apabila

terjadi adanya perubahan tingkah laku yang baru pada orang tersebut,

yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya belum bisa

menjadi bias, sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984:

57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi

yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori:

pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis,

sintesis, dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh

Krathwohl dkk, merupakan penguasaan konsep gaya magnet yang

paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan

sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini

mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk

menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf,

manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah

psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih

dengan ranah kognitif dan afektif.

b. Hakekat Penguasaan konsep gaya magnet Siswa.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran

Page 25: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan

oleh guru sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal

dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,

1987: 28).

Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran

memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah

sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran,

sehingga proses atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan

belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penguasaan

konsep gaya magnet dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu

segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari

ketika belajar. Penguasaan konsep gaya magnet diukur dengan berbagai

cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes

(Depdiknas: 2002).

Menurut Horward Kysley dalam Sudjana (1990: 22) membagi tiga

macam penguasaan konsep gaya magnet, yakni (a) keterampilan dan

kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.

Masing masing jenis penguasaan konsep gaya magnet dapat diisi dengan

bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sedangkan Gagne membagi

lima kategori penguasaan konsep gaya magnet, yakni (a) informasi

verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan

(e) keterampilan motorik.

Page 26: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Menurut Purwanto (1986) bahwa penguasaan konsep gaya magnet

biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk

mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana

tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan

pembelajaran.

Penguasaan konsep gaya magnet yang dicapai siswa dipengaruhi

dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang

dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa lebih

besar pengaruhnya terhadap penguasaan konsep gaya magnet. Seperti

dikemukakan oleh Clark bahwa penguasaan konsep gaya magnet siswa di

sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi

oleh lingkungan. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh

siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap

dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis

(Sudjana, 1987: 39-40).

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis

dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku

individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang

paling dominan mempengaruhi penguasaan konsep gaya magnet di

sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif

tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu penguasaan konsep gaya magnet siswa di

sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran,

maka ranah-ranah tersebut harus selalu diperhatikan karena satu sama

lain saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran.

c. Hakekat Pembelajaran IPA

Menurut Srini M. Iskandar (2001: 2) IPA adalah ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA merupakan

pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan dinamis tiada henti-

Page 27: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis,

berobjek, bermetode dan berlaku secara universal (Suyoso, 1998: 23)

dalam http://juhji-science-sd.blog.com/.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri

Sulistyorini, 2007: 39).

IPA mempunyai objek yaitu benda-benda alam dan peristiwa-

peristiwanya yang bersifat: 1) ada saling hubungan antara benda alam

satu dengan yang lain, 2) ada saling hubungan antara benda dan peristiwa

alam, dan 3) ada saling hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa

yang lain, sehingga benda dan peristiwa alam itu bersifat integral.

Perkembangan IPA sebagai ilmu pengetahuan mengalami tingkat tingkat

sebagai berikut: 1) tingkat coba-coba dan kebetulan, dan sifatnya

deskriptif, 2) tingkat perenungan, penggunaan logika, dan sifatnya

otoriter dan teoritik, dan 3) tingkat pengamatan, pembuktian dan

percobaan (eksperimental), dan sifatnya terbuka dan objektif.

Menurut Suyoso ( 1998: 23) IPA merupakan pengetahuan hasil

kegiatan manusia yang bersifat aktif secara dinamis tiada henti-hentinya

serta diperoleh melalui metode tertentu yang teratur sistematis, berobjek,

bermetode dan berlaku secara, universal.

Sri Sulistyorini (2007: 39) menuliskan bahwa IPA berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan alam sekitar serta prospek

Page 28: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari.

Srini M. Iskandar (2001: 17 ) IPA merupakan ilmu pengetahuan

tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas

hasil observasi, eksperimen dan induksi.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA yang benar

mencakup 4 komponen : (1) IPA sebagai produk, (2) IPA sebagai proses,

(3) IPA sebagai sikap dan, (4) IPA sebagai teknologi (Cain dan Evans,

1993: 4 ).

Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan

dari segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi

proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi pengembangan sikap ilmiah.

Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. Ini berarti bahwa proses

belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA

tersebut.

1) IPA sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis

IPA terdahulu yang umumnya telah tersusun secara lengkap dan

sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body

of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting, tetapi ada sisi

lain IPA yang tidak kalah pentingnya yaitu dimensi “proses”,

maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. Dalam pengajaran

IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya

memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar

merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis

digunakan.

2) IPA sebagai Proses

Yang dimaksud dengan “proses” di sini adalah proses mendapatkan

IPA. Kita mengetahui bahwa IPA disusun dan diperoleh melalui

metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah

Page 29: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara

bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada

akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD

dapat melakukan penelitian sederhana. Di samping itu, pentahapan

pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu proses

penelitian atau eksperimen, yakni meliputi: (1) observasi; (2)

klasifikasi; (3) interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6)

mengendalikan variabel; (7) merencanakan dan melaksanakan

penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; dan (10) komunikasi. Jadi, pada

hakikatnya, pada proses mendapatkan IPA diperlukan sepuluh

keterampilan dasar. Untuk memahami sesuatu konsep, siswa tidak

diberitahu oleh guru, tetapi guru memberi peluang pada siswa untuk

memperoleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa

dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan

membuat kesimpulan.

3) IPA sebagai Pemupukan Sikap

Makna “sikap” pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya

pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Beberapa ciri sikap ilmiah

itu adalah:

a) Objektif terhadap fakta, artinya tidak dicampuri oleh perasaan

senang atau tidak senang.

b) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup

data yang menyokong kesimpulan itu.

c) Berhati terbuka, artinya mempertimbangkan pendapat atau

penemuan orang lain sekalipun pendapat atau penemuan itu

bertentangan dengan penemuaannya sendiri.

d) Tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat.

e) Bersifat hati-hati.

f) Ingin menyelidiki (Srini M. Iskandar 2001: 13 -14).

Page 30: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran di SD yang

dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep

yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman

melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan

dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA

sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dapat

membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa IPA merupakan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai

pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip prinsip, proses

penemuan dan memiliki sikap ilmiah.

Mata pelajaran IPA berfungsi untuk :

1). Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan

lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-

hari.

2). Mengembangkan keterampilan proses.

3). Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi

siswauntuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

4). Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi.

5). Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan

sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih

tinggi. (Depdikbud, 1997: 87)

d. Belajar dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Nana Sudjana (1989: 28) belajar adalah proses yang

diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman,

melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Oemar Hamalik (1999: 37) berpendapat belajar adalah suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Sedangkan menurut Gulo W (2004: 8) belajar adalah suatu proses

yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah laku

dalam berfikir, bersikap dan berbuat.

Page 31: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dari beberapa uraian diatas dapat kita ketahui bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan

mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat pada

individu yang belajar.

Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat

serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah

(UUSPN dalam Darmodjo dan Kaligis, 1992/1993). Untuk

mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari

berbagai disiplin ilmu yang salah satunya adalah IPA. Ilmu Pengetahuan

Alam diperlukan oleh siswa Sekolah Dasar karena IPA dapat

memberikan iuran untuk tercapainya tujuan pendidikan di Sekolah Dasar.

e. Tujuan Pembelajaran IPA

Salah satu pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep

konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

(Depdikbud, 1994: 61). Sri Sulistyorini (2007: 40) mengemukakan tujuan

pembelajaran IPA yaitu :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan

keberadaaan, keindahan, dan keteraturan dan ciptaannya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,

menjaga, melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP. (BSNP, 2006: 14-

15).

Page 32: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan IPA adalah untuk

menguasai konsep, keterampilan, dan memanfaatkannya dalam

kehidupan sehari-hari. Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa

memiliki pengetahuan tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai

lingkungan melalui pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan

dasar mengenai IPA.

f. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut siswa

tidak hanya belajar dari buku, melainkan dituntut untuk belajar

mengembangkan kemampuan dirinya. Melatih keterampilan siswa untuk

berfikir secara kreatif dan inovatif merupakan latihan awal bagi siswa

berfikir kritis untuk mengembangkan daya cipta dan mengembangkan

minat dalam diri siswa secara dini. Guru sebagai faktor penunjang

keberhasilan pengajaran IPA dituntut kemampuannya untuk dapat

menyampaikan bahan kepada siswa dengan baik. Untuk itu guru perlu

mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan suatu bahan

pengajaran atau metode apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran

IPA.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalahnya. Penerapan

IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada

lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan metode

yang dapat menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap

ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan

hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Page 33: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Prinsip utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu:

1) Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui

pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi.

2) Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung

karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan

siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap

awal pembelajaran.

3) Pemgetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang

konsisten dengan pengetahuan para ilmuan, pengetahuan yang kita

miliki. Pengetahuan yang demikian kita sebut miskonsepsi. kita perlu

merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini

selama pembelajaran.

4) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang

dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas kita sebagai guru IPA

adalah mengajar siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang

sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol dan

hubungan dengan konsep lain.

5) Ilmu Pengetahuan Alam atas produk, proses dan prosedur. Karena itu

kita perlu mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih

banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk Ilmu

Pengetahuan Alam saja. (Leo Sutrisno, 2007: 3 – 5).

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 43) untuk mengajarkan IPA dikenal

beberapa metode, yakni (1) metode kepada fakta-fakta, (2) metode

konsep (3) dan metode proses. Pembelajaran yang menggunakan metode

fakta terutama bermaksud menyodorkan penemuan-penemuan IPA.

Metode ini tidak mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang sifat

IPA. Selanjutnya konsep adalah suatu ide yang mengikat banyak fakta

menjadi satu. Untuk memahami suatu konsep, anak perlu bekerja dengan

objek-objek yang kongkret, memperoleh fakta-fakta, melakukan

Page 34: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ekplorasi dan memanipulasi ide secara mental, tidak sekedar menghafal.

Oleh karena itu, metode konsep memberikan gambaran yang lebih jelas

tentang IPA dibandingkan dengan metode faktual.

g. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah

Dasar dalam BSNP (2006: 15) meliputi aspek-aspek berikut:

1) Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan

gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

h. Tinjauan tentang Konsep

Konsep adalah bagian yang sangat penting dalam mempelajari dunia

kita. Konsep memiliki kemampuan mengelompokkan objek, event, atau

gagasan dengan karakteristik umum, Konsep memungkinkan kita

menyederhanakan, mengkategorisasikan serta menghadapi keragaman

sekitar kita.

Pendefinisian konsep didasarkan pada:

1) Respon

Respon tampak pada: kemampuan deskriminasi yang artinya mampu

memberikan berbagai contoh; yang tak dilihat sebelumnya.

Misalnya, di mana seorang pengendara secara konsisten berhenti di

semua traffic light pada saat menyala merah, ia mungkin berkata

memiliki konsep “berhenti” bagaimanapun ia bisa mengatakan,

menulis, atau memahami label verbal. Definisi ini menegaskan

Page 35: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

perbedaan fundamental antara hafalan dan konseptualisasi. Proses

hafalan bisa mencakup pengenalan obyek khusus, atau asosiasi label

kata khusus dengan label satu obyek, sedangkan konsep

pembentukan melibatkan label umum untuk berbagai kelompok

obyek.

2) Stimulus

Stimulus tampak pada kemampuan membedakan contoh dan non

contoh. Misalnya, ”persegi” bisa didefinisikan sebagai ”gambar

geometri tertutup yang memiliki empat sisi yang sama dan empat

sudut yang sama.” Konsep harus dioperasionalkan sebagai

kemampuan menyatakan definisi atau mengenal dan

mengidentifikasi secara benar gambar geometri yang menunjukkan

atribut stimulus di atas. Definisi konsep ini adalah fungsional bagi

desainer karena menunjukkan apa yang harus dihadirkan pebelajar,

yakni, kriteria atribut yang membedakan contoh-contoh dari non

contoh konsep (gambar, tertutup, empat sisi yang sama, sudut yang

sama).

i. Tiga Tahapan Penguasaan Konsep

Proses analisis konsep bisa mulai dengan formal atau definisi

kamus tetapi harus melangsungkan paling tidak tiga langkah berikut ini:

1) Mengekstrak kriteria atribut dari definisi tersebut, yakni gambar

tertutup, empat sisi yang sama, empat sudut yang sama.

2) Memeriksa (lebih disukai dengan pebelajar yang tak dibuat-buat)

apakah atribut itu adalah perlu dan cukup untuk membedakan secara

reliable contoh-contoh dari non-contoh.

3) Mempertimbangkan apakah atribut lain (atau sekelompok lebih kecil

atribut di atas) akan cukup.

Page 36: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Langkah-langkah di atas mencerminkan skeptisme yang memadai

mengenai sebagian desainer instruksional relatif pada definisi tradisional

yang diberikan dalam teks dan kamus, baik dengan referensi kepada

apakah mereka berfungsi (memberi dasar yang reliable untuk

mengidentifikasi contoh-contoh) dan dengan referensi apakah mereka

adalah ekonomis (memberi dasar paling sederhana atau paling

mahal/efektif untuk mengidentifikasi contoh). Menurut Markle dan

Tiemann (1974: 34) melakukan analisis konsep ”morfem” yang

menghasilkan delapan atribut (langkah satu di atas). Analisis dan

pengujian selanjutnya (langkah dua) menunjukkan bahwa enam atribut

adalah tidak relevan dan hanya dua yang kriterial. Analisis selanjutnya

(langkah tiga) menunjukkan bahwa penambahan satu kriteria atribut

secara signifikan meningkatkan akurasi konsep pebelajar, yakni,

keterampilannya dalam membedakan contoh morfem dari non-contoh.

Konsep harus dibangun secara khusus sepanjang kurikulum,

misalnya perbaikan berkali-kali kapasitas belajar dan perlunya

pengembangan. Konsep awal bisa diajarkan relatif pada konteks lokal

yang mana akan dilakukan pembelajar. Misalnya, beberapa atribut formal

konsep “serangga” (exo-skeleton, tiga bagian utama tubuh, enam kaki,

dan lain-lain).

j. Macam-macam Konsep

Beberapa konsep adalah sebagai berikut:

1) Conjuntive concepts

Didefinisikan dengan ”dan,” dengan atribut dan ini bahwa satu dan

serta dan yang lain, misalnya atribut contoh yang umum. Misalnya,

”apel” bisa didefinisikan dengan atribut-atribut misalnya : buah yang

enak dimakan dan dari pohon sumber dan kebulat-bulatan dan

biasanya kemerah-merahan.

Page 37: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2) Disjunctive concepts

Definisikan dengan ”atau”, yakni., misalnya memiliki baik satu

atribut (atau sekelompok) maupun atribut lain (atau sekelompok).

Misalnya, ”menendang” dalam olah raga baseball bisa didefinisikan

sebagai : ayunan adonan atau panggilan wasit atau pukulan berulang-

ulang di luar garis dasar.

3) Relational concepts

definisikan dengan hubungan antara atribut-atriut daripada dengan

kehadirannya atau ketiadaannya. Misalnya, ”gunung” bisa

didefinsikan sebagai ketinggian permukaan bumi yang lebih besar

dibanding bukit dan lebih tidak seragam dibanding dataran tinggi.

k. Prinsip Belajar Konsep

Prinsip belajar konsep diantaranya:

1) Konsep Conjuntive

Konsep conjuntive adalah konsep yang paling mudah dicapai,

kemudian relational concepts, dan disjunctive concepts agak dengan

mudah dicapai. Untungnya, sebagian besar dalam subyek sekolah

adalah conjunctive dan karena itu, relatif diterima pada pengajaran

dan belajar.

2) Konsep objek konkret

Konsep objek konkret muncul lebih mudah dibentuk dibanding

beberapa konsep yang lebih abstrak. Bagaimanapun perbedaan ini

bisa diatributkan pada perbedaan fundamental dalam konsep konkret.

Abstrak adalah tidak jelas. Perbedaan ini secara sederhana

mencerminkan relatif sulit dalam mengidentifikasi kriteria atribut

dan memperjelas kepada pembaca. Tetapi, fakta bahwa kata-kata

konkret adalah lebih mudah dihafal dibanding kata-kata abstrak bisa

menjelaskan sebagian kemudahan lebih besar pencapaian konsep

konkrit.

Page 38: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Konsep abstrak

Konsep abstrak bisa dipelajari dari berbagai struktur verbal,

misalnya, definisi (termasuk atribut kriteria), konteks kalimat, contoh

yang dijelaskan, dan sinonim.

Sedangkan konsep dari beberapa tingkat bisa dibentuk dari konteks

kalimat dan sinonim, kita memandang penggunaan definisi

(memfiturkan atribut kriteria) dan contoh-contoh yang dijelaskan

bisa menjadi alat yang lebih reliable dalam mengembangkan konsep

yang akurat.

l. Pembelajaran IPA Kelas V Materi Gaya Magnet

Mata Pelajaran : IPA/Sains

Kelas/Semester : V/2 (dua)

Standar Kompetensi : 5. Energi dan Perubahannya.

Kompetensi Dasar : 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya,

gerak dan energi melalui percobaan. (gaya

gravitasi, gaya gesek, gaya magnet).

Sesuai standar kompetensi dan kopetensi dasarnya menyimpulkan

hasil percobaan dan pengamatan bahwa gaya magnet dapat menembus

benda nonmagnetis, gaya magnet paling kuat terletak dibagian kutubnya,

magnet mempunyai dua kutup, cara-cara membuat gaya magnet dan

magnet digunakan untuk berbagai macam peralatan, sehingga peneliti

mempunyai tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran IPA

kelas V tersebut, antara lain:

1) Melalui percobaan siswa dapat menunjukkan benda yang bersifat

magnetis dan benda yang bersifat non magnetis.

2) Melalui percobaan siswa dapat menunjukkan kekuatan gaya magnet

dalam menembus beberapa benda.

Page 39: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3) Melalui percobaan siswa dapat membuat gaya magnet yaitu dengan

cara induksi, gosokan, dan aliran listrik.

4) Siswa dapat mengaplikasikan dan menunjukkan penggunaan gaya

magnet dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran guru

harus mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA

untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan sistematika

pembelajaran IPA Kelas V dengan materi gaya magnet (gambar 1)

sebagai berikut:

DAPAT MENARIK BENDA

DARI BAHAN

GAYA

MAGNET

DAPAT DIBUAT DARI BESI

ATAU BAJA DENGAN CARA

BESI NIKEL KOBALT INDUKSI GOSOKAN ALIRAN

LISTRIK

Gambar 1 : Sistematika Materi Gaya Magnet

Page 40: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2. Tinjauan tentang Inquiry Method (metode inkuiri)

a. Teori Inquiry Method (metode inkuiri)

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau

terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi,

dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran

inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk

membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir)

terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi

tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk

membantu individu untuk membangun kemampuan itu.

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau

pemeriksaan, penyelidikan. As Novak (1964) Inquiry is the [set] of

behaviors involved in the struggle of human beings for reasonable

explanations of phenomena about which they are curious. Penelitian

adalah suatu tindakan yang memerlukan usaha atau upaya dari manusia

untuk menjelaskan suatu masalah yang ingin diketahui atau diselidiki.

Menurut Piaget (dalam Ida, 2005: 5) metode inquiry adalah metode

pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan

eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari

jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu

dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan

dengan yang ditemukan orang lain.

Menurut Kuslan Stone (2006: 6) metode inquiry adalah metode

pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan

gejala-gejala ilmiah dengan metode dan jiwa para ilmuwan.

Menurut Oemar Hamalik (dalam Ida, 2006: 6) pengajaran

berdasarkan inquiry adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di

mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau

Page 41: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu

prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.

Menurut Sanjaya (2008 : 196) menyatakan bahwa ciri-ciri

pembelajaran metode inquiry sebagai berikut :

Ciri-ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi

inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan

siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa

tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk

menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua,

seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari

dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self

belief). Artinya dalam metode inkuiri menempatkan guru bukan

sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan

motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya

dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa,

sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya

merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga, tujuan

dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari

proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak

hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana

mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Sanjaya (2008: 202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap

orientasi ini adalah:

a) Menjelaskan topik, tujuan, dan penguasaan konsep gaya magnet

yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-

langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah

merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan

kesimpulan

c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

Page 42: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang

disajikan adalah persoalan yang menantang siswa. Teka-teki dalam

rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk

mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang

sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui

proses tersebut siswa memperoleh pengalaman yang sangat berharga

sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap

anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau

dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari

suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam

pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental

yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses

pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat

dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti

mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan

yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat digambarkan langkah-langkah

pembelajaran dengan guided inquiry method (gambar 2) sebagai berikut:

Page 43: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dalam metode inkuiri digunakan komunikasi multi arah;

komunikasi sebagai ”transaksi”. Apabila dilukiskan dalam suatu bagan,

metode inkuiri (gambar 3) sebagai berikut:

ORIENTASI MERUMUSKAN

MASALAH

MERUMUSKAN

HIPOTESIS

MENGUMPULKAN

DATA

MENGUJI

HIPOTESIS

MERUMUSKAN

KESIMPULAN

Gambar 2 : Langkah-langkah guided inquiry method

Page 44: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

GURU MEMILIH TINGKAH LAKU (TUJUAN)

GURU BERTANYA YANG DAPAT MEMANCING

PENDAPAT PESERTA DIDIK

PESERTA DIDIK MENGAJUKAN HIPOTESIS UNTUK DIKAJI/DIPELAJARI LEBIH LANJUT

INDIVIDU/KELOMPOK PESERTA DIDIK MENJELAJAHI

DATA/ INFORMASI UNTUK MENGUJI HIPOTESIS

PESERTA DIDIK MENARIK KESIMPULAN

GUIDED INQUIRY METHOD

PESERTA DIDIK TIDAK MENCARI DATA UNTUK

MENGUJI HIPOTESIS

GURU MENDORONG PESERTA DIDIK UNTUK

MENCARI DATA

PESERTA DIDIK MENGIDENTIFIKASI JAWABAN/MENARIK

KESIMPULAN

Gambar 3. Metode Metode Inkuiri

(Ahmad Rohani, 2004: 40)

Page 45: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

b. Tujuan penggunaan Inquiry Method (metode inkuiri)

Menurut Arends, “The overal goal of inquiry teaching has been

and continues to be, that helping student learn how ask question, seek

answers or solution to satisfy their cuirosity, and building their own

theories and ideas about the word” (Arends, 1994 : 386) Pada prinsipnya

tujuan pengajaran dengan metode inquiry adalah membantu siswa

bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan

untuk memuaskan keingintahuannya dan untuk membantu membangun

teori mereka sendiri dan gagasan tentang dunia.

Pembelajaran inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai

konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat

membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga

tahap: (1) Tahap problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan

kelompok; (3) Tahap pemahaman secara individual, dan pada saat yang

sama guru sebagai instruktur harus dapat memberikan kemudahan bagi

kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok dan mengelola

kegiatan pengajaran.

Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri adalah untuk membantu

siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan

keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan

menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Joyce, B, et. al (2000): “ The

general goal of inquiry training is to help students develop the

intellectual discipline and skills necessary to raise questions and search

out answers stemming from their curiosity”

Keunggulan-keunggulan metode inquiry :

1) Meningkatkan pemahaman sains

2) Produktif dalam berpikir kreatif

Page 46: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3) Siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis

informasi.

4) Menekankan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

5) Memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar.

6) Mampu melayani siswa di atas rata-rata.

Setiap metode mengajar tidak selalu unggul, namun juga

mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan metode inquiry antara lain :

1) Guru dituntut untuk lebih kreatif.

2) Belajar mengajar dengan metode inquiry perlu kecerdasan.

3) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

c. Macam-macam Inquiry Method (metode inkuiri)

Metode inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya

intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan

oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis metode inkuiri tersebut adalah:

1) Inkuiri Terbimbing (guided inquiry method)

Metode inkuiri terbimbing yaitu metode inkuiri dimana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan

awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran

aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap

pemecahannya. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa

yang kurang berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dengan

metode ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan

petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami dan menguasai

konsep-konsep pelajaran. Pada metode ini siswa akan dihadapkan

pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui

diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu

menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara

mandiri.

Page 47: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan

memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap

awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-

tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa

mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang

diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah

yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran

IPA. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar

kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar

guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat

mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang

diperlukan oleh siswa.

2) Inkuiri Bebas (free inquiry method)

Pada umumnya metode ini digunakan bagi siswa yang telah

berpengalaman belajar dengan metode inkuiri. Karena dalam metode

inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti

seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan

untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara

mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Belajar dengan metode inkuiri bebas mempunyai beberapa

kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan

sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan

dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan

sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang

diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada

kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik

berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk

memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang

diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada

Page 48: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami

topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu,

sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry method)

Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua

metode inkuiri sebelumnya, yaitu: metode inkuiri terbimbing dan

metode inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan

dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani

acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam metode ini siswa

tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki

secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan metode ini

menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap

memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih

sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam metode inkuiri jenis ini guru membatasi memberi

bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri,

dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri

penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat

menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan

secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang

relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi

dengan siswa dalam kelompok lain.

Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran

dengan metode inkuiri, peneliti memilih metode inkuiri terbimbing

(Guided inquiry method) yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Pemilihan ini peneliti lakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian

yang akan dilakukan terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar (SD), dimana

tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari

Page 49: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

operasi abstrak ke operasi konkret, dan siswa masih belum

berpengalaman belajar dengan metode inkuiri serta karena siswa masih

dalam taraf belajar proses ilmiah dan proses pembelajaran IPA topik yang

diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus kurikulum IPA, sehingga siswa

tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan

dipelajari. Peneliti beranggapan metode inkuiri terbimbing lebih cocok

untuk diterapkan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yaitu:

1. Laporan penelitian Sutirah (2009) Penerapan metode inkuiri untuk

meningkatkan penguasaan konsep energi gerak pada mata pelajaran IPA

siswa kelas III SD Negeri Pakisaji 02 Kademangan Blitar Tahun Pelajaran

2008/2009, menyatakan bahwa penggunaan metode inkuiri pada

pembelajaran IPA dengan materi konsep energi gerak menghasilkan:

meningkatnya keaktifan dalam pembelajaran dan penguasaan konsep gaya

magnet siswa.

2. Laporan penelitian dari Joko Sutrisno (2009). Penerapan metode inkuiri

untuk meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Kebonsari Temanggung Tahun Pelajaran 2007/2008, menyatakan bahwa

metode inquiry memberikan kesempatan meningkatnya motivasi belajar

siswa. Memberikan kesempatan dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian,

masih terdapat batasan-batasan. Misalnya, jika pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan kepada siswa terlalu sulit (jarak psikologisnya jauh), tidak

memberikan rangsangan dan curiosity yang tinggi, maka peningkatan

motivasi belajar juga sulit diharapkan. Namun secara umum dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari metode inquiry terhadap

motivasi belajar siswa.

Page 50: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kondisi awal siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel yang terjadi

pada saat proses pembelajaran yaitu siswa terlihat pasif dan kurang berminat

dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan materi gaya magnet. Hal ini terjadi

karena guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa

sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Pembelajaran lebih banyak ceramah,

menghafal tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih berfikir

memecahkan masalah dengan mengembangkan keterampilan berpikir intelektual

dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan

menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka sehingga

pembelajaran kurang bermakna yang mengakibatkan penguasaan konsep gaya

magnet siswa rendah (variabel Y).

Salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet

siswa di sekolah, perlu adanya penelitian yang sifatnya lebih inovatif agar

pembelajaran lebih diminati siswa dengan penuh semangat dan siswa lebih

termotivasi untuk giat belajar. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan menerapkan metode pembelajaran guided inquiry

method (variabel X) dalam proses pembelajaran IPA. Pembelajaran dengan guided

inquiry method menekankan pada penguasaan konsep, keterampilan berpikir

intelektual dan keterampilan-keterampilan keterampilan lainnya seperti

mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal

dari keingintahuan mereka, sehingga apa yang mereka pelajari lebih bermakna

untuk meningkatkan penguasaan konsep IPA.

Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi

akhir, yaitu penguasaan konsep IPA dengan materi gaya magnet siswa kelas V SD

Negeri 2 Ampel dapat meningkat, dan siswa lebih termotivasi dan tertarik untuk

belajar IPA.

Page 51: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran

(gambar 4) sebagai berikut:

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: tindakan kelas ini sebagai

berikut: ”Penguasaan konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel

Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 dapat

ditingkatkan melalui pembelajaran guided inquiry method ”.

GURU : BELUM MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY

METHOD

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN GUIDED INQUIRY

METHOD

PENGUASAAN KONSEP GAYA MAGNET

MENINGKAT

SISWA : PENGUASAAN KONSEP GAYA

MAGNET RENDAH

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 4 : Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

Page 52: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali. Pemilihan tempat penelitian dengan pertimbangan

antara lain karena menghemat waktu dan biaya, serta melihat kondisi siswa

yang banyak mengalami kesulitan belajar IPA dalam penguasaan konsep

gaya magnet.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2010/2011, selama 5 bulan yaitu mulai bulan Februari sampai bulan Juni

2011. Pada bulan Februari peneliti mulai menyusun proposal. Pada bulan

Maret peneliti melakukan kegiatan perbaikan proposal yang telah

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, perijinan penelitian di Kampus

UNS Pusat, penyusunan RPP, dan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan siklus I

ini memerlukan waktu satu minggu, jadi dilaksanakan pada minggu ke

pertama bulan Mei 2011. Siklus II dilaksanakan dua minggu pada minggu ke

dua dan minggu ketiga pada bulan Mei 2011. Selanjutnya peneliti

menganalisis data yang diperoleh yang memerlukan waktu empat minggu.

Pada pertengahan bulan Mei 2011 peneliti mulai menyusun hasil laporan

selama tiga minggu, dan pada pertengahan bulan Juni peneliti meminta

pengesahan laporan dan dilanjutkan ujian. Dari uraian di atas, secara rinci

terdapat pada jadwal penelitian (tabel 1).

37

Page 53: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan

Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 pada Semester genap.

Siswa yang mengalami masalah kesulitan balajar dalam peguasaan konsep gaya

magnet, yaitu 18 dari 34 siswa. Siswa kelas V terdiri dari 13 anak laki-laki dan 21

anak perempuan. Jadi jumlah siswa kelas V adalah 34 anak.

C. Sumber Data

Beragam informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam

penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Informasi tersebut akan digali

dari berbagai sumber data yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Sumber data pokok (primer), yaitu dari para siswa, guru, kepala sekolah dan

orang tua siswa SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

2. Sumber data sekunder meliputi arsip/dokumen, tes penguasaan konsep gaya

magnet, dan lembar observasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi dan tes.

1. Dokumentasi

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data

yaitu arsip daftar nilai hasil evaluasi mata pelajaran IPA materi gaya magnet

semester II siswa kelas V tahun pelajaran 2010/2011 (lampiran 7), foto

kegiatan belajar mengajar IPA kelas V(lampiran 12 dan lampiran 29), video

kegiatan belajar mengajar IPA kelas V .

Page 54: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah

perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan

hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.

Langkah-langkah observasi meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan

observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.

3. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini selain

observasi adalah tes. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan penguasaan konsep gaya magnet oleh siswa. Tes yang dimaksud

tes materi gaya magnet.

a. Pengertian Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 127) tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

atau kelompok. Tes merupakan suatu cara untuk melakukan penelitian

dengan memberikan tugas yang harus dikerjakan siswa untuk

mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa yang dapat

dibandingkan dengan yang dicapai temannya, apakah nilai tersebut sudah

mencapai KKM (Kretiria Ketuntasan Minimal) atau belum. Apabila

belum mencapai KKM, maka siswa tersebut perlu diremidi agar dapat

tuntas. Dalam mata pelajaran IPA kelas V, batas KKM adalah 60

berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSPN).

b. Syarat tes yang baik

Suatu tes yang digunakan sebagai instrumen pengukuran akan

dapat sesuai sasaran bila tes tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang

baik. Ciri-ciri tes yang baik menurut Suharsimi Arikunto (2002: 57) yaitu

memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis.

Page 55: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Penjelasan dari ciri-ciri tes yang baik adalah sebagai berikut :

1) Validitas

Tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat menunjukkan apa yang

hendak diukur.

2) Reliabilitas

Tes dikatakan reliabel jika memiliki/memberikan hasil yang tetap

apabila diteskan berkali-kali.

3) Objektivitas

Tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes

itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi hasil tes.

4) Praktibilitas

Tes memiliki praktibilitas apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah

pengadministrasiannya.

5) Ekonomis

Tes dikatakan ekonomis apabila tes tersebut tidak membutuhkan

ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

E. Validitasi Isi

Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data kualitatif yang akan

dikumpulakan dalam penelitian ini, digunakan teknik validasi isi (content

validity). Validasi isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.

Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana aitem-

aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan catatan tidak keluar

dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes

mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”.

Selanjutnya validitas isi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Validitas muka (face validity)

Validitas muka merupakan tipe validitas yang paling rendah signifikansinya

Page 56: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan

(appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan

kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan

bahwa validitas muka telah terpenuhi.

2. Validitas logik (logical/sampling validity)

Validitas logik merupakan validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi tes

merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Untuk

memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu tes harus dirancang sedemikian

rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang relevan dan perlu menjadi

bagian tes secara keseluruhan. Penggunaan blueprint sangat membantu

tercapainya validitas logik.

F. Teknik Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklasifikasikan sebagai

data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian digabungkan dengan data

kuatitatif (hasil tes evaluasi penguasaan konsep gaya magnet) sebagai dasar untuk

mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif interaktif (Milles dan

Hubberman, 2007: 20) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu (1) reduksi data, (2)

penyajian data, (3) penarikan kesimpulan/verifikasi). Aktivitas ketiga komponen

tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data

sebagai siklus.

Hubungan interaksi antara komponen-komponen analisis dapat

divisualisasikan pada gambar 5 sebagai berikut:

Page 57: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Gambar 5 : Model Analisis Interaktif

Gambar di atas menunjukkan langkah-langkah yang harus dilakukan

peneliti, yaitu:

1. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.

Reduksi yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengerahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-

kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam

penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya

gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Hasil dari data observasi dan tes yang telah didapatkan dari laporan

penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya.

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi

Pengumpulan Data

(Data Collection)

Penyajian Data

(Data Display)

Reduksi Data

(Data Reduction)

Penarikan Kesimpulan

(Verifikasi)

Page 58: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar tidaknya hasil

dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di

lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari

data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu

merupakan validitasnya.

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (2) tahun pelajaran

2010/2011, selama 5 bulan. Mulai bulan Februari sampai bulan Juni. Dengan

rincian jadwal penelitian pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 : Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Februari

11

Maret

11

April

11

Mei

11

Juni

11

1. Penyusunan dan

Pengajuan

Proposal

X X X X X X X

2. Mengurus ijin

Penelitian

X X X X

3. Pelaksanaan

penelitian

X X

4. Analisis Data X X X X

5. Penyusunan

Pelaporan

X X X X

6. Pelaksanaan

Ujian

X

7. Revisi X X

Page 59: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

H. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui

permasalahan yang menyebabkan rendahnya penguasaan konsep gaya magnet

pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru sesuai dengan pokok permasahan yang dirumuskan

dalam judul penelitian ini, maka data yang diperlukan dalam penelitian adalah

mengenai penggunaan guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing) yang

dilakukan oleh guru dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung.

Data dikumpulkan melalui pengamatan pada saat peneliti melaksanakan proses

pembelajaran dengan menggunakan guided inquiry method (metode inkuiri

terbimbing).

Dengan berpedoman pada refleksi awal, maka prosedur pelaksanaan

penelitian melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus berisi empat langkah

yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan mencakup kegiatan :

a. Guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti, menyusun RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran) dengan indikator mampu menguasai konsep

gaya magnet selama pengadaan penelitian.

b. Guru yang sekaligus bertidak sebagai peneliti memilih metode

pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan

disampaikan yaitu melalui pembelajaran guided inquiry method (metode

inkuiri terbimbing).

c. Guru menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

d. Merancang tes untuk siklus I dan kunci jawabannya.

e. Menyiapkan lembar penilaian.

f. Membuat lembar observasi.

Page 60: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran (ada 2

kali tatap muka) sesuai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni

tentang kemampuan penguasaan konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD

Negeri 2 Ampel, dengan menggunakan guide inquiry method (metode inkuiri

terbimbing), pembelajaran ini dilaksanakan oleh guru kelas V dan diobservasi

oleh guru kelas VI.

Peneliti dalam tahap pelaksanaan ini menyusun langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Orientasi

Guru menjelaskan topik, tujuan dan penguasaan konsep gaya magnet

yang diharapkan dapat dicapai siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah

pembelajaran melalui guided inquiry method (metode inkuiri

terbimbing). Guru melakukan motivasi melalui percobaan.

2) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan masalah sesuai dengan topik

yang dibahas secara bersama-sama.

3) Siswa dibimbing untuk merumuskan hipotesis dari rumusan masalah

yang sudah dipilih.

4) Siswa dibimbing guru untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan.

5) Siswa dibimbing guru untuk menguji hipotesis yaitu menentukan

jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil

pengujian hipotesis (eksperimen) dan guru menunjukkan pada siswa data

mana yang relevan.

3. Tahap Observasi

Pada tahap observasi dilaksanakan oleh rekan sejawat dan guru kelas V

dengan instrumen pengamatan (aktivitas guru dan siswa). Observasi

diarahkan pada pedoman yang telah diteliti.

Page 61: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini aktivitas yang dilakukan adalah mengadakan refleksi dan

evaluasi dari kegiatan 1, 2, 3 bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I

menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep gaya magnet pada

siswa kelas V maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Jika pada siklus I

belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan penguasaan konsep

gaya magnet maka dilaksanakan siklus II, dan selanjutnya sampai penguasaan

konsep gaya magnet meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 6 : Model Penelitian Kemmis dan Taggart (Sumber: Kurt Lewin 2003 : 1)

Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Rencana siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas V, yang mana masih

ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah atau kurang dalam

mata pelajaran IPA. Data diperoleh dari dokumentasi hasil evaluasi

pembelajaran IPA meteri gaya magnet sebelum ada penelitian (lihat

lampiran 7). Ternyata setelah diteliti ada beberapa siswa yang belum

mampu menguasai konsep gaya magnet, sehingga dalam pembelajaran

IPA guru perlu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang

Rencana 1 Rencana 2

Refleksi 1 Tindakan 1 Refleksi 2 Tindakan 2

Observasi 1 Observasi 2

1

Siklus n

Rekomendasi

Page 62: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

sesuai dengan materi pembelajaran yakni guided inquiry approach

(metode inkuiri terbimbing).

Peneliti dalam tahap perencanaan ini menyusun langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menyusun rencana pembelajaran (RPP) IPA dengan KD

mendiskripsikan pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu

benda. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran adalah

guided inquiry method.

2) Guru menyiapkan media yang diperlukan.

3) Merancang tes siklus I dan kunci jawabannya.

4) Menyiapkan lembar penilaian.

5) Membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan dengan mengadakan pembelajaran

sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yakni tentang

kemampuan penggunaan guided inquiry method (metode inkuiri

terbimbing). Guru mengajak siswa agar aktif dalam pemebelajaran

dengan melakukan kegiatan pembelajaran percobaan/penemuan, ini

dilakukan secara bergantian dan berulang-ulang sampai siswa yang belum

menguasai konsep gaya magnet dapat menguasai. Guru memberi

motivasi kepada semua siswa dan membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam menguasai konsep gaya magnet. Guru selalu mengamati

perkembangan kemajuan siswa dalam proses pembelajaran.

Peneliti dalam tahap pelaksanaan ini menyusun langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Orientasi.

Guru menjelaskan topik, tujuan dan penguasaan konsep gaya magnet

yang diharapkan dapat dicapai siswa. Guru menjelaskan langkah-

langkah pembelajaran melalui guided inquiry method (metode

Page 63: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

inkuiri terbimbing). Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan

pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi belajar

siswa.

2) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan masalah sesuai dengan

topik yang dibahas secara bersama-sama. Guru membawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan mendorong siswa

untuk mencari jawaban yang tepat.

Misalnya : - Persoalan (percobaan)

Potongan kayu ranting/lidi yang sudah diisi

dengan isi stepler dibungkus kertas dan potongan

lidi tanpa diisi stepler dibungkus kertas

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Siswa diajak

berlomba untuk mengambil ranting dari dalam

tabung reaksi dengan menggunakan magnet.

- Perumusan masalah

“Mengapa potongan ranting yang dibungkus kertas

dapat ditarik dengan menggunakan magnet?”

“Mengapa ada potongan ranting yang dibungkus

kertas tidak tertarik oleh magnet?”

3) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan hipotesis. Siswa diberi

tugas untuk meneliti potongan ranting yang tertarik magnet dan

potongan ranting yang tidak tertarik magnet. Dari penelitian itu

diharapkan siswa mengetahui bahwa potongan ranting yang tertarik

magnet berisi besi/isi stepler dan potongan ranting yang tidak tertarik

magnet tidak berisi besi/isi stepler.

4) Siswa dibimbing guru untuk mengumpulkan data untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Guru menggali pendapat siswa dengan cara

siswa diminta mengemukakan pendapatnya terhadap hipotesis yang

telah dirumuskan. Semua pendapat siswa ditampung guru dan ditulis

di papan tulis.

Page 64: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

5) Siswa dibimbing guru untuk menguji hipotesis yaitu menentukan

jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi

yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data dan dapat

dipertanggungjawabkan. Siwa melakukan percobaan lembar kerja

siswa atau eksperimen untuk menguji hipotesis (lampiran 5 dan

lampiran 6).

6) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan kesimpulan yaitu proses

mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian

hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

mampu menunjukkan pada siswa data (lembar kerja siswa) mana

yang relevan.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil

pengamatan siswa dan guru pada waktu proses pembelajaran berlangsung,

sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah dapat menguasai konsep

gaya magnet dan apakah guru sudah menggunakan metode yang tepat

dalam pembelajaran IPA materi gaya magnet. Guru membandingkan hasil

evaluasi pembelajaran dan observasi (guru dan siswa) sebelum ada

tindakan dan siklus I.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil

pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian analis dilaksanakan

terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut

akan diperoleh suatu kesimpulan. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan

mengalami perbaikan apabila semakin banyak siswa yang mampu dan

tidak mengalami kesulitan dalam penguasaan konsep gaya magnet. Peran

guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran guided

inquiry method juga semakin baik.

Page 65: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

2. Rancangan Siklus II

Pada siklus II, perencanaan tindakan kelas dikaitkan dengan hasil yang

telah ada pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut

dengan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum, sehingga

pelaksanaan penelitian ini tidak mengganggu jadwal pelajaran. Tujuan

penelitian adalah untuk mengatasi kesulitan belajar menguasai konsep gaya

magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel, maka sebelum melaksanakan

siklus II peneliti harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan

terutama metode pembelajaran guided inquiry method. Metode yang akan

digunakan pada siklus II ini harus lebih menarik. Pada siklus II guru

mempersiapkan materi pelajaran, dan metode pembelajaran yang digunakan

adalah guided inquiry method. Setiap akhir pembelajaran selalu diadakan tes

kemampuan penguasaan konsep gaya magnet dan hasilnya dinilai oleh guru.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam

pembelajar IPA dengan menggunakan guided inquiry method. Dinyatakan

berhasil apabila telah mencapai target keberhasilan (KKM) 41% – 60%

dengan kriteria cukup, 61% – 80% dengan kriteria baik, dan 81% – 100%

dengan kriteria sangat baik.

Tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan (Planing )

Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan

melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan guided inquiry

method. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang disampaikan guru

adalah mengenai istilah gaya magnet dan benda-benda yang mengandung

bahan magnet. Guru selalu memantau dan mencatat perkembangan siswa

dalam belajar materi gaya magnet yaitu mengenai penggolongan benda-

benda magnet. Pada tahap ini menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan materi untuk siklus II berdasarkan

hasil refleksi pada siklus I.

Page 66: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran

IPA yang selama ini prestasi siswa dianggap rendah karena berada di

bawah KKM. Tindakan dalam penelitian ini berupa penerapan guided

inquiry method dalam proses pembelajaran. Setiap tindakan yang

dilakukan tersebut selalu diikuti dengan kegiatan pemantauan dan

evaluasi serta analisis dan refleksi.

Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi untuk mengetahui

apakah tindakan yang dilakukan telah dapat mengatasi permasalahan

yang ada. Selain itu peneliti juga melakukan observasi untuk

mengumpulkan data yang akan diolah untuk menentukan tindakan

berikutnya

Peneliti dalam tahap pelaksanaan ini menyusun langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Orientasi.

Guru menjelaskan topik, tujuan dan penguasaan konsep gaya magnet

yang diharapkan dapat dicapai siswa. Guru menjelaskan langkah-

langkah pembelajaran melalui guided inquiry method (metode

inkuiri terbimbing). Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan

pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi belajar

siswa.

2) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan masalah sesuai dengan

topik yang dibahas secara bersama-sama. Guru membawa siswa pada

suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan mendorong siswa

untuk mencari jawaban yang tepat.

Misalnya : - Persoalan (percobaan)

Guru meletakkan beberapa benda diatas meja

(misalnya peniti, sapu tangan, potongan kayu,

pensil, penghapus dan lain-lain). Siswa melakukan

Page 67: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

percobaan , dekatkanlah magnet ke tiap benda (satu

persatu) dan kemudian catatlah hasilnya dalam

tabel percobaan, setelah itu lepaskanlah benda dan

letakan kembali di tempatnya. Isikan hasil

pengamatan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet.

No. Nama Benda Tertarik

Magnet

Tidak Tertarik

Magnet

1. Peniti

2. Paku payung

3. Klip kertas

4. Besi

5. Sapu tangan

6. Kertas

7. Karet penghapus

8. Pensil

9. Uang logam

10. Batu kerikil

- Perumusan masalah

“Mengapa ada beberapa benda yang tidak dapat

tertarik oleh magnet?” (seperti yang terjadi pada

percobaan).

“Mengapa benda-benda yang tertarik magnet

menempel pada ujung-ujung kutup magnet?”

3) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan hipotesis. Siswa diberi

tugas untuk meneliti benda-benda yang dapat ditarik magnet dan

benda-benda yang tidak tertarik magnet. Dari penelitian itu

diharapkan siswa mengetahui bahwa benda yang tertarik magnet

Page 68: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

termasuk benda magnetis dan benda-benda yang tidak tertarik

magnet termasuk benda non magnetis. Siswa juga diharapkan

mengetahui bahwa kekuatan magnet yang paling besar berada di

ujung-ujung kutupnya.

4) Siswa dibimbing guru untuk mengumpulkan data untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Guru menggali pendapat siswa dengan cara

siswa diminta mengemukakan pendapatnya terhadap hipotesis yang

telah dirumuskan. Semua pendapat siswa (kelompok) ditampung

guru dan ditulis di papan tulis.

5) Siswa dibimbing guru untuk menguji hipotesis yaitu menentukan

jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi

yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data dan dapat

dipertanggungjawabkan. Siswa melakukan percobaan lembar kerja

siswa atau eksperimen untuk menguji hipotesis (lampiran 16 sampai

lampiran 22).

6) Siswa dibimbing guru untuk merumuskan kesimpulan yaitu proses

mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian

hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

mampu menunjukkan pada siswa data (lembar kerja siswa) mana

yang relevan.

c. Observasi ( Observing )

Kegiatan observasi dilakukan untuk memonitor tindakan yang

terjadi di kelas. Dalam tahap ini peneliti mengadakan observasi sebagai

partisipasi pasif dimana peneliti berada di dalam lokasi penelitian namun

tidak berperan aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti

hanya mengamati jalannya proses pembelajaran yang terjadi di dalam

kelas. Peneliti mencatat bagaimana keaktifan siswa, mencatat kelemahan

dan kelebihan proses pembelajaran yang telah berlangsung dan

mengobservasi penguasaan konsep gaya magnet. Peneliti juga menganalisa

Page 69: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

hasil observasi guru yang dilakukan oleh rekan sejawat mengenai peran

guru selama pembelajaran gaya magnet dengan metode guided inquiry

method berlangsung. Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data

tersebut hingga dapat digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan

yang muncul. Guru membandingkan hasil evaluasi pembelajaran dan

observasi (guru dan siswa) sebelum ada tindakan, siklus I dan siklus II.

d. Tahap Refleksi ( Reflecting )

Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-

langkah perbaikan apa yang dapat ditempuh, sehingga didapatkan suatu

solusi untuk semua permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa

dalam proses pembelajaran IPA. Pada tahap ini peneliti, guru, dan rekan

sejawat berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengambil suatu

kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan penelitian. Dari hasil

penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil

atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah

selanjutnya.

Guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama

pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Setiap akhir

pembelajaran selalu diadakan tes penguasaan konsep dan hasilnya dinilai

oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai siswa dalam

pembelajaran IPA dengan menggunakan guided inquiry method. Dalam

pengolahan data yang berasal dari observasi dinyatakan berhasil apabila

telah mencapai target keberhasilan nilai ketuntasan 41% – 60% dengan

kriteria kurang (belum tuntas); 61% – 80% dengan kriteria cukup (belum

tuntas) dan 81% – 100% dengan kriteria baik (tuntas). Berdasarkan

refleksi tersebut, apabila kemampuan penguasaan konsep gaya magnet

kelas V SD belum menunjukkan peningkatan guru melaksanakan

pertemuan berikutnya yaitu siklus III, tetapi apabila sudah mencapai

KKM tidak dilaksanakan siklus III.

Page 70: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal (Pra-tindakan)

Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti mengumpulkan data

dan informasi tentang subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara

lain daftar nama siswa kelas V dan daftar hasil evaluasi IPA materi gaya

magnet.

Dari pengumpulan data daftar hasil evaluasi materi gaya magnet

semester II siswa kelas V, diperoleh dari 34 siswa, baru 16 siswa atau 47,05%

mencapai ketuntasan belajar (mendapat nilai sama dengan 60 atau nilai 60 ke

atas). Nilai yang diperoleh siswa berkisar antara 20 – 100 dengan nilai rata-

rata 59 (lihat lampiran 7). Perolehan nilai rata-rata siswa tersebut jauh dari

ketuntasan minimal hasil belajar yang telah ditentukan oleh guru kelas V SD

Negeri 2 Ampel.

Tabel 3 adalah daftar frekuensi nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD

Negeri 2 Ampel (lihat lampiran 7) :

Tabel 3. Frekuensi Nilai Evaluasi Sebelum Tindakan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2

Ampel

Nilai Frekuensi Prosentase

0 - 20 1 2,94 %

21 - 40 3 8,82 %

41 - 60 17 50,00 %

61 - 80 9 26,47 %

81 - 100 4 11,77 %

Jumlah 34 100 %

55

Page 71: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Dari tabel 3 dapat kita amati pada grafik histogram pada gambar 9

di bawah ini :

Gambar 7. Grafik Histogram Frekuensi Nilai Evaluasi sebelum

Tindakan IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Dari tabel 3 gambar 7 dapat kita lihat ada 1 anak atau 2,94 % yang

mendapat nilai antara 0 – 20, ada 3 anak atau 8,82 % yang mendapat nilai antara

21 – 40, ada 17 anak atau 50,00 % yang mendapat nilai antara 41 – 60, ada 9 anak

atau 26,47 % yang mendapat nilai antara 61 – 80 dan ada 4 anak atau 11,77 %

yang mendapat nilai antara 81 – 100.

Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal

pokok yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan minat siswa belajar IPA dengan

cara mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan

penguasaan konsep belajar siswa dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat

oleh guru yaitu dengan menerapkan metode guided inquiry method (metode

inkuiri terbimbing).

Page 72: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

B. Pelaksanaan Tindakan

1. Siklus I

a. Persiapan / Perencanaan tindakan I

Kegiatan persiapan dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 April 2011.

Pada tahap ini peneliti merencanakan pelaksanaan siklus I pertemuan

pertama pada hari Senin tanggal 2 Mei 2011 dan pertemuan ke dua hari

Selasa tanggal 3 Mei 2011 di ruang kelas V SD Negeri 2 Ampel

Kecamatan Ampel. Pertemuan direncanakan berlangsung 2 x 35 menit

setiap satu kali pertemuan dilaksanakan pada jadwal terstruktur. Langkah

peneliti antara lain adalah menyiapkan rencana pembelajaran IPA kelas V,

Kompetensi Dasar. 5. Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan

energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gerak, gaya magnet).

Setelah membuat rencana pembelajaran, peneliti mengkoordinasi

siswa untuk membawa alat dan bahan yang akan digunakan untuk

pelaksanaan percobaan. Alat dan bahan dibawa sesuai jadwal

pelaksanaan siklus I. Alat dan bahan yang disiapkan antara lain magnet,

kertas, isi steples, batang ranting/lidi dan tabung reaksi. Peneliti juga

menyiapkan evaluasi beserta kunci jawabannya (lihat lampiran 3 dan 4),

evaluasi digunakan peneliti untuk mengukur sejauh mana keberhasilan

proses pembelajaran. Peneliti pun menyiapkan lembar observasi, untuk

mengamati proses pembelajaran

b. Pelaksanaan

Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I pertemuan

pertama dilaksanakan hari Senin tanggal 2 Mei 2010 pada jadwal

terstruktur yaitu pukul 07.15 – 08.25. Pertemuan kedua dilaksanakan hari

Selasa tanggal 3 Mei 2011 pada jadwal terstruktur yaitu pukul 09.15 –

10.25. Pelaksanaan dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 2 Ampel.

Page 73: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Langkah-langkah yang dilakukan guru selama proses pembelajaran

sebagai berikut (lihat lampiran 2) :

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;

2) Guru membuka pelajaran dengan memberikan apersepsi, kenapa

jarum bisa menempel paa ujung gunting jahit?;

3) Anak menjawab pertanyaan dari guru sebagai respon;

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, siswa

memperhatikan;

5) Guru menyiapkan bahan percobaan/demonstrasi;

6) Guru mengkoordinasikan siswa untuk melakukan percobaan, siswa

mempersiapkan diri;

7) Guru memunculkan masalah sebagai awal penerapan metode

guided inquiry method. “Mengapa ada bungkusan kertas yang dapat

tertarik magnet dan ada bungkusan kertas yang tidak dapat tertarik

magnet?”. Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai rumusan

masalah;

8) Guru membagikan lembar kegiatan yang berisi petunjuk

pelaksanaan percobaan untuk penemuan, kemudian menugaskan

siswa untuk melaksanakannya (lihat lampiran 5). Dalam

pelaksanaan kegiatan percobaan, guru memberi bimbingan;

9) Siswa melaksanakan kegiatan percobaan sesuai lembar kegiatan

(lihat lampiran 5) dengan bantuan dan bimbingan guru.

(Pelaksanaan percobaan merupakan penerapan metode guided

inquiry method digunakan untuk menguji jawaban sementara);

10) Guru menyuruh siswa menjawab pertanyaan yang ada di dalam

lembar kegiatan dan mencatat hasil percobaan;

11) Setelah dicatat oleh anak-anak, kemudian guru menugaskan anak-

anak untuk mendiskusikan hasil percobaan. (Kegiatan metode

guided inquiry method menarik kesimpulan);

Page 74: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

12) Setelah berdiskusi, atas perintah guru, kemudian salah satu siswa

perwakilan dari masing-masing kelompok melaporkan hasil

diskusinya dimuka, siswa yang lain memperhatikan;

13) Setelah selesai dilaporkan, kemudian guru dan siswa secara

bersama-sama bertanya jawab untuk menarik kesimpulan;

14) Langkah terakhir guru adalah mengadakan evaluasi untuk

mengukur keberhasilan yang dicapai siswa. Tes yang diberikan

adalah tes tertulis bentuk tagihan uraian (lihat lampiran 3).

c. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan saat proses pembelajaran IPA

berlangsung. Kegiatan observasi difokuskan pada pelaksanaan

pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru mengamati jalannya

pembelajaran.

Hasil observasi kegitan siswa yang dilakukan guru selama proses

pembelajaran (lihat lampiran 10) sebagai berikut:

1) Kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan

percobaan yang disiapkan oleh siswa hasilnya, cukup.

2) Keruntutan langkah-langkah siswa dalam melakukan percobaan

hasilnya, kurang.

3) Keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan, hasilnya

kurang.

4) Keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapat ketika berdiskusi,

hasilnya cukup.

5) Kesimpulan akhir hasil percobaan, hasilnya kurang.

6) Dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru, rata-rata aktivitas

siswa pada siklus I masih kurang (66%).

Observasi kegiatan guru dalam pembelajaran difokuskan pada

kegiatan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan

Page 75: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

observsi dilakukan oleh rekan sejawat (Guru yang lain). Dalam hal ini,

rekan sejawat mengamati kegiatan pembelajaran.

Hasil observasi kegiatan guru yang dilakukan rekan sejawat selama

proses pembelajaran (lihat lampiran 11) sebagai berikut :

1) Memberikan informasi pembelajaran secara tepat, hasilnya baik.

2) Menggunakan berbagai sumber, hasilnya sangat baik.

3) Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan, hasilnya

baik.

4) Penuh perhatian kepada siswa, hasilnya baik.

5) Memberikan motivasi kepada siswa (individu), hasilnya cukup.

6) Memberikan motivasi dalam pembelajaran gaya magnet, hasilnya

baik.

7) Menggunaan multi metode, hasilnya sangat baik.

8) Melakukan penilaian proses, hasilnya sangat baik.

9) Melakukan penilaian hasil belajar/tes formatif, hasilnya sangat

baik.

10) Memberikan tindak lanjut setelah pembelajaran selesai, hasilnya

baik.

11) Dari hasil observasi yang dilakukan rekan sejawat, dihasilkan rata-

rata kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran baik, namun

perlu adanya peningkatan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil observasi dari siklus I

antara lain:

1) Masih ada kelompok yang belum lengkap alat dan bahan untuk

pelaksanaan percobaan. Hal itu mengakibatkan pelaksanaan

percobaan sedikit terhambat, karena kelompok tersebut harus

menunggu kelompok lain melaksanakan percobaan terlebih dahulu,

baru kelompok tersebut melaksanakan percobaan sendiri. Hal ini

juga mengakibatkan memperpanjang waktu.

Page 76: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2) Masih ada beberapa kelompok yang bingung dalam melaksanakan

langkah-langkah yang tertera dalam lembar kegiatan. Hal ini

disebabkan kurangnya bimbingan dan perhatian guru terhadap

siswa. Hasil dari kegiatan observasi akan dianalisis, untuk

menentukan langkah berikutnya yang akan ditempuh.

3) Kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran sudah baik,

namun perlu adanya peningkatan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Secara keseluruhan pencapaian ketuntasan belajar yang dicapai

siswa pada siklus I masih kurang. (lihat lampiran 10). Kegiatan yang

dilaksanakan guru rata-rata baik tetapi masih diperlukan peningkatan

(lihat lampiran 11).

d. Refleksi Siklus I

1) Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I (lihat lampiran 10)

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih menghadapi berbagai

kendala, antara lain :

a) Masih ada kelompok yang belum lengkap alat dan bahannya

untuk melaksanakan percobaan.

b) Masih ada kelompok yang bingung dalam mengikuti langkah-

langkah yang tertera dalam lembar kegiatan.

c) Masih ada beberapa anak yang belum aktif dalam pelaksanaan

percobaan.

d) Ketika pelaksanaan diskusi, ada beberapa anak yang tidak aktif

menyampaikan pendapatnya.

e) Dalam menyimpulkan hasil percobaan, ada salah satu

kelompok yang kesulitan dalam menyimpulkan.

Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan

percobaan pada siklus I dapat dilihat dari tabel 4 bawah ini :

Page 77: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4. Prosentase hasil observasi siswa siklus I

No Kegiatan siswa Prosentase

1. Kelengkapan menyiapkan alat dan bahan

percobaan

70 %

2. Keruntutan langkah-langkah dalam

pelaksanaan kegiatan percobaan

60 %

3. Keaktifan siswa selama melaksanakan

kegiatan percobaan

70 %

4. Keaktifan siswa dalam mengutarakan

pendapat saat berdiskusi

60 %

5. Kesimpulan akhir sesuai percobaan 70 %

Rata-rata prosentase kegiatan siswa 66 %

Kesimpulan Kurang

Dari tabel 4 dapat kita amati pada grafik histogram pada

gambar 8 di bawah ini :

55%

60%

65%

70%

Aktif menyiapkan

alat

Keruntutan

langkah

Keaktifan

melakukan

kegiatan

Keruntutan

mengungkapkan

pendapat

Kesimpulan akhir

70%

60%

70%

60%

70%

P

r

o

s

e

n

t

a

s

e

Kegiatan siswa

Gambar 8. Grafik Histogram Prosentase Hasil Observasi

Siklus I

Page 78: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Berdasarkan pelaksanaan siklus I kegiatan evaluasi hasil

belajar (lihat lampiran 8) diperoleh data dalam tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Frekuensi Nilai IPA Siklus I Siswa Kelas V

Nilai Frekuensi Prosentase

0 - 20 0 0 %

21 - 40 4 11,77 %

41 - 60 8 23,53 %

61 - 80 14 41.2 %

81 - 100 8 23.5 %

Jumlah 34 100 %

Dari tabel 5 dapat kita amati pada grafik histogram nilai IPA

siklus I pada gambar 9 di bawah ini :

0

2

4

6

8

10

12

14

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

0

4

8

14

8

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Nilai

Gambar 9. Grafik Histogram Frekuensi Nilai IPA Siklus I

pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Page 79: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Dari tabel 5 dan grafik gambar 10 di atas dapat kita lihat ada

0 anak atau 0,00 % yang mendapat nilai antara 0 – 20, ada 4 anak

atau 11,77% yang mendapat nilai antara 21 – 40, ada 8 anak atau

23,53% yang mendapat nilai antara 41 – 60 dan ada 14 anak atau

41,17% yang mendapat nilai antara 61 – 80 dan ada 8 anak atau

23,53% yang mendapat nilai 81 – 100.

Dari daftar nilai siklus I (lihat lampiran 8) juga dapat kita

lihat baru 24 anak atau 70,59% yang mengalami keberhasilan

belajar. Nilai anak tersebut telah sesuai atau diatas nilai 60.

Sedangkan 10 anak dari 34 anak atau 29,41 % belum berhasil.

Karena nilai anak berada di bawah nilai 60.

2) Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I (lihat lampiran 11)

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih menghadapi

berbagai kendala, antara lain :

a) Guru dalam memberikan informasi/menjelaskan pembelajaran

sudah baik namun perlu adanya peningkatan.

b) Guru sudah menggunakan berbagai sumber dengan cangat

baik.

c) Guru sudah menggunakan waktu dengan baik, namun perlu

adanya peningkatan dalam penggunaan waktu agar sesuai

dengan perencanaan.

d) Guru sudah memberikan perhatian pada siswa dengan baik,

namun perlu adanya peningkatan.

e) Guru dalam memberikan motivasi pada individu sudah cukup,

namun perlu adanya peningkatan.

f) Guru dalam memberikan motivasi terhadap kelompok sudah

cukup, namun peru adanya peningkatan.

g) Guru sudah menggunakan multi metode dalam proses

pembelajaran dengan sangat baik.

Page 80: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

h) Guru sudah melakukan penilaian proses dengan sangat baik.

i) Guru sudah melakukan peilaian hasil pelajar penguasaan

konsep gaya magnet dengan sangat baik.

j) Guru dalam memberikan tindak lanjut sudah baik, namun perlu

adanya peningkatan.

k) Dari daftar hasil observasi kegiatan guru secara keseluruhan

sudah baik, namun perlu adanya peningkatan agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Hasil dari refleksi siklus I maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan peneliti belum tercapai. Tujuan penelitian yaitu 80% siswa

kelas V mendapat nilai minimal 60, karena pada siklus I ini baru

70,59% yang mendapat nilai 60 atau di atas nilai 60 (berhasil),

sehingga peneliti mengambil langkah untuk melaksanakan siklus II.

3. Siklus II

a. Persiapan / Perencanaan Tindakan II

Berdasarkan hasil refleksi siklus II, maka peneliti akan

melaksanakan siklus II. Siklus II dilaksanakan hari Senin tanggal 9 Mei

2011 untuk pertemuan pertama dan Senin 16 Mei 2011 untuk pertemuan

ke dua, mengingat SD Negeri sedang melaksanakan Ujian Akhir

Nasional kelas VI, dimana guru kelas V mendapat tugas untuk menjadi

pengawas Ujian Akhir Nasional, selain hal itu mengingat awal bulan Juni

2011 akan diadakan ulangan umum kenaikan kelas, maka peneliti segera

melaksanakan siklus II.

Langkah peneliti paling awal adalah menyiapkan Rencana

Pembelajaran IPA Kelas V Kompetensi Dasar 5. Mendiskripsikan

hubungan antara gaya, gerak, dan energi dengan percobaan (lihat

lampiran 13). Guru menyiapkan lembar kegiatan untuk melaksanakan

percobaan siklus II (tidak lupa guru menyiapkan soal evaluasi beserta

Page 81: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

kunci jawaban (lihat lampiran 14) dan lembar observasi siswa (lihat

lampiran 26) untuk pengamatan jalannya proses pembelajaran.

Untuk perbaikan siklus II, guru harus belajar untuk menerima

simpulan dan jawaban yang disampaikan siswa. Dalam proses

pembelajaran, guru harus senantiasa memberi penguatan sehingga anak

merasa senang dan bangga terhadap dirinya sendiri atas jawaban dan

simpulan yang telah disampaikan.

b. Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan rencana peneliti dengan berbagai pertimbangan,

siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Mei

2011 pukul 07.15 – 08.25 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Senin tanggal 16 Mei 2011 pukul 07.15 – 08.25 di ruang kelas V SD

Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan

pada jadwal terstruktur dalam waktu 2 x 35 menit setiap satu kali

pertemuan (lihat lampiran 13).

Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pelaksanaan siklus

II ini antara lain :

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;

2) Guru mengulang materi yang telah lampau yang berkaitan dengan

materi yang akan diajarkan sekarang, antara lain benda magnetis

dan benda non magnetis dan hal-hal yang berhubungan dengan

gaya magnet;

3) Guru melakukan apersepsi untuk siswa “Siapa yang pernah melihat

jarum menempel pada gunting jahit? Mengapa bisa menempel?"”

siswa menjawab sebagai respon dari pertanyaan yang diajukan

guru;

4) Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dari proses

pembelajaran;

Page 82: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

5) Guru mengkoordinasikan siswa untuk berkelompok sesuai

kelompoknya, siswa pun berkelompok sesuai kelompoknya;

6) Guru mengkoordinasikan siswa untuk menyiapkan alat dan bahan

untuk melaksanakan percobaan. Siswa menyiapkan;

7) Guru memunculkan masalah, sebagai awal dilaksanakannya metode

guided inquiry method merumuskan masalah, “Mengapa ada benda

yang menempel pada magnet? Benda apa sajakah yang tidak

menempel pada magnet? Mengapa? Mengapa benda yang

menempel berada diujung magnet bukan ditengah bagian

magnet?”;

8) Siswa menjawab pertanyaan guru sebagai hipotesis (jawaban

sementara);

9) Siswa berkelompok membuat rancangan percobaan untuk menguji

hasil hipotesis

10) Untuk menguji hipotesis tersebut, guru membagikan lembar

kegiatan siswa yang sudah dirancang oleh siswa untuk

melaksanakan percobaannya (lihat lampiran 16-22);

11) Siswa melaksanakan percobaan sesuai langkah-langkah dalam

lembar kegiatan siswa. Kegiatan percobaan dilaksanakan untuk

menguji jawaban sementara (kegiatan penerapan metode guided

inquiry method menguji jawaban sementara);

12) Guru menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam

lembar kegiatan siswa untuk memudahkan siswa dalam menarik

kesimpulan;

13) Siswa menjawab pertanyaan dalam lembar kegiatan dan

mendiskusikannya untuk menarik kesimpulan (kegiatan penerapan

metode guided inquiry method menarik kesimpulan);

14) Setelah siswa berhasil menarik kesimpulan, lalu siswa perwakilan

dari masing-masing kelompok melaporkan hasilnya ke muka kelas.

Sedangkan siswa yang lain memperhatikan;

Page 83: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

15) Setelah siswa selesai melaporkan, guru dan siswa bertaya jawab

untuk menarik kesimpulan secara bersama-sama, siswa mencatat

kesimpulan;

16) Sebagai langkah akhir dari pelaksanaan proses pembelajaran adalah

guru mengadakan evaluasi (lihat lampiran 14). Teknik tes yang

diberikan adalah tertulis, bentuk tagihan tes adalah pilihan ganda.

Dalam pelaksanaan Siklus II ini guru sering memberi penguatan

bagi siswanya sebagai perbaikan dari siklus II, sehingga siswa merasa

senang dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan percobaan,

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu penguasaan konsep

gaya magnet.

c. Observasi

Hal-hal yang di observasi pada siklus II ini, sama dengan hal-hal

yang diobservasi pada siklus I, yaitu bagaimana jalannya proses

pembelajaran. Guru mengamati bagaimana persiapan siswa, bagaimana

keruntutan langkah-langkah siswa dalam pelaksanaan percobaan,

bagaimana keaktifan siswa dalam berdiskusi untuk menarik kesimpulan

dan bagaimana hasil kesimpulan yang diperoleh dari diskusi.

Kegiatan observasi pada siklus II ini dilaksanakan pada saat

proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas keaktifan siswa telah banyak

mengalami berbagai kemajuan.

Hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan guru (lihat

lampiran 26) sebagai berikut :

1) Kelengkapan alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan

percobaan telah siap semua.

2) Langkah-langkah percobaan yang ditempuh siswa telah sesuai

dengan lembar kegiatan. Bahkan ada kelompok yang menempuh

langkah-langkah tersebut tanpa menunggu bimbingan dari guru.

Page 84: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

3) Siswa telah terlibat aktif semua, masing-masing siswa mendapat

tugas sendiri-sendiri dari ketua kelompok.

4) Siswa juga telah aktif dalam berdiskusi dan berani menguatarakn

pendapatnya tentang hasil kegiatan.

5) Siswa juga aktif menarik kesimpulan sesuai dengan hasil

percobaan. Siswa terlihat antusias karena mereka yang merancang

sendiri percobaan, ikut mengamati, memperhatikan dan ikut

melaksanakan percobaan, sehingga lebih mudah untuk menarik

kesimpulan.

6) Siswa terlihat bersemangat karena sering mendapat penguatan dari

guru. Siswa tidak lagi merasa minder dan takut meminta bantuan

dari guru, banyak siswa yang mengajukan pertanyaan. Dari

pengamatan yang dilakukan guru, rata-rata kegiatan pembelajaran

pada siklus II sudah mengalami peningkatan dan sangat baik.

Pada siklus II aktivitas guru dalam pembelajaran juga mengalami

peningkatan. Observasi kegiatan guru dalam pembelajaran difokuskan

pada kegiatan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan observsi dilakukan oleh rekan sejawat (Guru yang lain).

Hasil observasi rekan sejawat kegiatan pembelajaran (lihat

lampiran 28) sebagai berikut:.

1) Kegiatan guru dalam memberikan informasi pembelajaran secara

tepat dan jelas.

2) Guru sudah menggunakan sumber-sumber pembelajaran dari

berbagai sumber.

3) Guru sudah tepat menggunakan waktu pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu.

4) Guru sudah memberikan perhatian kepada siswa, yaitu

membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran

(percobaan).

Page 85: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

5) Guru sudah memberikan motivasi pada siswa secara individu.

6) Guru sudah memberikan motivasi pembelajaran gaya magnet

sehingga siswa tertarik mengikuti proses pembelajaran.

7) Guru sudah menggunakan beberapa jenis media dalam

pembelajaran gaya magnet.

8) Guru sudah melakukan penilaian proses pembelajaran pada waktu

siswa melakukan percobaan.

9) Guru sudah melakukan kegiatan penilaian hasil belajar.

10) Guru sudah memberikan tindak lanjut dengan memberikan

penugasan siswa, yaitu siswa membuat kliping tentang benda-

benda yang menggunakan magnet.

11) Dari pengamatan yang dilakukan rekan sejawat, dihasilkan rata-rata

kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran sudah

mengalami peningkatan dan sangat baik.

Dalam pelaksanaan siklus II ini mulai tampak keberhasilan dari

kegiatan penelitian. Siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran.

Siswa terlihat antusias, senang, dan bersemangat dalam proses

pembelajaran. Kegiatan guru sudah lebih baik dalam memberikan

bimbingan kepada siswa sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang

digunakan yaitu guided inquiry method. Hasil observasi akan dianalisis

oleh peneliti untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan diambil

oleh peneliti.

d. Refleksi

1) Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II (lihat lampiran 26)

Dari kegiatan observasi yang dilakukan guru, telah tampak

keberhasilan dari penelitian, yaitu :.

a) Dalam pelaksanaan persiapan alat dan bahan percobaan, siswa

telah menyiapkannya dengan baik.

Page 86: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

b) Dalam kegiatan pelaksanaan percobaan siswa telah

melaksanakan percobaan sesuai langkah-langkah dalam lembar

kegiatan dan siswa bisa menyimpulkan hasil percobaan dengan

baik dan tepat.

c) Siswa telah aktif dalam melaksanakan kegiatan percobaan,

masing-masing siswa melaksanakan tugas dan kewajibannya

dalam melaksanakan percobaan.

d) Siswa aktif mengutarakan pendapat dalam diskusi, siswa

tampak senang dan bersemangat dalam melaksanakan proses

pembelajaran.

e) Siswa sudah mampu merumuskan kesimpulan sesuai dengan

hasil pengujian hipotesis dan mampu menunjukkan data yang

relevan.

Adapun prosentase hasil observasi dari siklus II dapat dilihat

dari tabel 6 bawah ini :

Tabel 6. Prosentase hasil observasi siklus II

No Kegiatan siswa Prosentase

1. Kelengkapan menyiapkan alat dan

bahan percobaan

90 %

2. Keruntutan langkah-langkah dalam

pelaksanaan kegiatan percobaan

80 %

3. Keaktifan siswa selama melaksanakan

kegiatan percobaan

90 %

4. Keaktifan siswa dalam mengutarakan

pendapat saat berdiskusi

80 %

5. Kesimpulan akhir sesuai percobaan 80 %

Rata-rata prosentase kegiatan siswa 84 %

Kesimpulan baik

Page 87: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dari tabel 6 dapat pula kita amati pada grafik histogram

pada gambar 10 di bawah ini :

75%

80%

85%

90%

Aktif menyiapkan

alat

Keruntutan

langkah

Keaktifan

melakukan

kegiatan

Keruntutan

mengungkapkan

pendapat

Kesimpulan

akhir

90%

80%

90%

80% 80%

P

r

o

s

e

n

t

a

s

e

Kegiatan siswa

Gambar 10. Grafik Histogram Prosentase Hasil Observasi

Siklus II

Berdasarkan pelaksanaan siklus II kegiatan evaluasi hasil

belajar (lihat lampiran 24) diperoleh data dalam tabel 7 di bawah

ini:

Tabel 7. Frekuensi Nilai IPA Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Nilai Frekuensi Prosentase

0 - 20 0 0,00 %

21 - 40 0 0,00 %

41 - 60 3 8,82 %

61 - 80 15 44,12 %

81 - 100 16 47,06 %

Jumlah 34 100 %

Page 88: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Dari tabel 7 dapat pula kita amati pada grafik histogram

nilai IPA siklus II pada gambar 11 di bawah ini :

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

0 03

15 16

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Nilai

Gambar 11. Grafik Histogram Frekuensi Nilai IPA Siklus II

pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel

Dari tabel 7 dan grafik 12 dapat kita amati ada 3 anak atau

8,82 % yang mendapat nilai antara 41 – 60, ada 15 anak atau

44,12% yang mendapat nilai antara 61 – 80 dan ada 16 anak atau

47,06% yang mendapat nilai antara 81 – 100. Tidak ada anak yang

mendapat nilai antara 0 – 20 dan 21 – 40.

Dari daftar nilai siklus II (lihat lampiran 25) dapat kita lihat

bahwa ada 31 anak atau 91,18 % yang mendapat nilai sama dengan

atau di atas 60, hanya 3 anak yang mendapai nilai di bawah 60 atau

8,82 %. Dari pelaksanaan siklus I dan siklus II telah mengalami

kenaikan perbaikan 20,59 %

2) Hasil observasi kegiatan guru pada siklus II (lihat lampiran 27)

Dari hasil observasi kegiatan guru yang dilaksanakan oleh teman

sejawat, telah menunjukkan adanya peningkatan perbaikan aktivitas

guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah melaksanakan

Page 89: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

tugas dan perannya sebagai fasilisator dengan baik, yaitu :

a) Guru dalam memberikan informasi/menjelaskan pembelajaran

sudah sangat baik.

b) Guru sudah sangat baik menggunakan berbagai sumber

pembelajaran

c) Guru sudah menggunakan waktu sesuai dengan alokasi dalam

perencanaan dengan sangat baik.

d) Guru sudah memberikan perhatian pada siswa dengan sangat

baik.

e) Guru dalam memberikan motivasi pada individu sudah sangat

baik.

f) Guru dalam memberikan motivasi terhadap kelompok sudah

cukup, namun peru adanya peningkatan.

g) Guru sudah sangat baik menggunakan multi metode dalam

pembelajaran, walaupun penekanannya masih pada metode

guided inquiry method (metode inkuiri terbimbing)

h) Guru sudah melakukan penilaian proses pembelajaran sesuai

indikator dengan sangat baik.

i) Guru sudah melakukan penilaian hasil evaluasi dengan sangat

baik sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.

j) Guru dalam memberikan tindak lanjut/penugasan sudah sangat

baik.

k) Dari daftar hasil observasi kegiatan guru secara keseluruhan

sudah sangat baik dan tujuan pembelajaran telah tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini telah

tercapai yaitu 91,18% siswa mendapat nilai minimal 60

(penguasaan konsep gaya magnet meningkat). Aktivitas guru juga

sudah mengalami peningkatan, maka peneliti menghentikan siklus

sampai siklus II ini, karena menganggap tujuanya telah tercapai.

Page 90: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa

terjadi peningkatan penguasaan konsep belajar yang tampak dari perolehan hasil

evaluasi dan keaktifan siswa. Penelitian yang dilakukan peneliti meliputi siklus I

dan siklus II.

Data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet sebelum penelitian,

siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tebel 8 di bawah ini :

Tabel 8. Data Perbandingan Nilai Tes Penguasaan Konsep Gaya Magnet sebelum

Penelitian, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel.

No Interval

Nilai

Nilai awal Siklus I Siklus II

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase

1. 0 - 20 1 2,94 % 0 0 % 0 0,00 %

2. 21 - 40 3 8,82 % 4 11,77 % 0 0,00 %

3. 41 - 60 17 50,00 % 8 23,53 % 3 8,82 %

4. 61 - 80 9 26,47 % 14 41.2 % 15 44,12 %

5. 81 - 100 4 11,77 % 8 23.5 % 16 47,06 %

Total 34 100 % 34 100 % 34 100 %

Data perbandingan nilai tes penguasaan konsep gaya magnet sebelum

penelitian, siklus I dan siklus II siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel dapat diamati

pada grafik histogram gambar 12 di bawah ini :

Page 91: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

1

3

17

9

4

0

4

8

14

8

0 0

3

1516

F

R

E

K

U

E

N

S

I

INTERVAL NILAI

Nilai Awal Siklus I Siklus II

Gambar 12. Grafik Data Perbandingan Nilai Tes Penguasaan Konsep

Gaya Magnet sebelum Penelitian, Siklus I dan Siklus II

Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel.

Berdasarkan tabel 8 dan gambar 12 di atas dapat dilihat adanya hubungan

antar siklus yaitu mengenai penguasaan konsep gaya magnet yang semakin

meningkat dari sebelum diadakan tindakan sampai setelah diadakan tindakan.

Peningkatan penguasaan konsep gaya magnet tersebut dapat terjadi karena di

dalam pembelajaran guru menggunakan guided inquiry method (metode inkuiri

terbimbing).

Peningkatan penguasaan konsep gaya magnet dari sebelum diadakan

penelitian, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini :

Page 92: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 9. Data Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya Magnet sebelum Penelitian, Siklus I

dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 2 Ampel.

Keterangan Sebelum

Penelitian

Siklus I Siklus II

Nilai Terendah 20 30 50

Nilai Tertinggi 95 95 100

Nilai Rata-rata 59 66 80,6

Siswa Belajar Tuntas 47,05 %

(16 siswa)

70,59 %

(24 siswa)

91,18 %

(31 siswa)

Data peningkatan penguasaan konsep gaya magnet sebelum penelitian,

siklus I dan siklus II siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel dapat diamati pada grafik

histogram gambar 13 di bawah ini :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Nilai terendah Nilai Tertinggi Nilai rata-rata Siswa belajar tuntas

20

95

59

47,05

30

95

66

52,9550

100

80,6

91,18

Sebelum ada tindakan Siklus I Siklus 2

Gambar 13. Grafik Data Peningkatan Penguasaan Konsep Gaya

Magnet sebelum Penelitian, Siklus I dan Siklus II Siswa

Kelas V SD Negeri 2 Ampel.

Page 93: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dari tabel 9 dan grafik gambar 13 di atas dapat kita lihat bahwa nilai

terendah yang diperoleh siswa pada tes sebelum penelitian adalah 20, pada siklus I

naik menjadi 30 dan pada siklus II naik lagi menjadi 50. Nilai tertinggi yang

diperoleh siswa pada tes sebelum penelitian adalah 95, pada siklus I nilai sama

yaitu 95 dan pada siklus II naik lagi menjadi 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi

peningkatan yaitu pada tes sebelum penelitian adalah 59, pada siklus I naik

menjadi 66 dan pada siklus II naik lagi menjadi 80,6. Untuk siswa tuntas belajar

(nilai ketuntasan 60) pada tes sebelum penelitian adalah sebanyak 16 siswa atau

47,05 %, pada siklus I sebanyak 24 siswa atau 70,59 % dan pada siklus II

sebanyak 31 siswa atau 91,18 % dari 34 siswa.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep

gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel meningkat yang ditandai

dengan peningkatan tes hasil belajar. Dengan demikian penggunaan guided

inquiry method dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya

magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel pelajaran 2010/2011.

Page 94: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam

2 siklus dengan menerapkan metode guided inquiry method dalam pembelajaran

IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel Kecamatan Ampel, dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut : Penerapan metode guided inquiry method dapat

meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Ampel.

Hal ini dilihat dari prosentase per siklus kenaikan penguasaan konsep IPA siswa

kelas V dari siklus I sampai siklus II. Pada pembelajaran sebelum ada tindakan

siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 16 anak atau 47,37%, pada siklus I

siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 24 anak atau 70,59% dari 34 siswa,

dan siklus II siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 31 anak atau 91,18% dari

34 anak. Nilai siswa sebelum tindakan kemudian dilaksanakan siklus I mengalami

prosentase kenaikan 23,54 %; dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus II

mengalami prosentase kenaikan 20,69 %.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada

pembelajaran dengan menerapkan metode guided inquiry method dalam

pelaksanaan proses pembelajaran IPA. Model yang dipakai dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah model siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari

2 siklus. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Mei

2011, indikator 5.1. Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan

non magnetis, 5.2. Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus

beberapa benda melalui percobaan. Siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 3 Mei 2011, indikator 5.3. Mengidentifikasi sifat kutub

79

Page 95: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

magnet melalui percobaan, 5.4. Memberi contoh kegunaan magnet dalam

kehidupan sehari-hari, 5.5. Cara membuat magnet. Siklus II pertemuan pertama

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Mei 2011 dan pertemuan kedua

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Mei 2011, indikator 5.1.

Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan non magnetis, 5.2.

Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui

percobaan, 5.3. Mengidentifikasi sifat kutub magnet melalui percobaan, 5.4.

Memberi contoh kegunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, 5.5. Cara

membuat magnet. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan,

yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan.

Perencanaan ini memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus

sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan penguasaan

konsep belajar siswa. Hal ini didasarkan pada analisis perkembangan dari siklus I

sampai siklus II.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang

diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk

membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Disamping itu,

perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga

dan meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa. Pembelajaran dengan

menggunakan metode guided inquiry method pada hakikatnya dapat digunakan

dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis,

terutama untuk mengatasi masalah peningkatan penguasaan konsep belajar siswa,

yang pada umumnya demiliki oleh sebagian besar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan siklus I dan II juga dapat kita

amati adanya perubahan kenaikan prosentase dalam menyiapkan alat dan bahan,

keruntutan langkah-langkah siswa dalam melaksanakan percobaan, keaktifan

siswa dalam melaksanakan kegiatan percobaan, keaktifan siswa ketika berdiskusi

dan hasil akhir atau simpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan diskusi.

Page 96: Oleh: HENY SUSILOWATI NIM X7109043eprints.uns.ac.id/5611/1/194001411201101271.pdfTabel 2. Benda-benda yang dapat dan tidak dapat ditarik oleh magnet .. 52 Tabel 3. Frekuensi nilai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup

skripsi ini, antara lain :

1. Bagi guru

Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung

pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat

mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya

berpengaruh pada proses dan hasil belajar IPA siswa. Guru juga harus

memahami dan memvariasikan metode yang sesuai dengan materi yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan.

2. Bagi siswa

Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar

sehingga dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai media pembelajaran

IPA, baik bantuan maupun swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam

penguasaan konsep-konsep belajar IPA secara lebih nyata sekaligus

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

4. Bagi orang tua

Peran serta orang tua dalam meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa

sangat diperlukan, apapun usaha guru tidak akan berhasil secara optimal

apabila tidak ada bimbingan orang tua di rumah, masukan, informasi tentang

kemajuan dan kekurangan siswa yang bersangkutan. Oleh karena peran serta

orang tua sangatlah diperlukan guna menunjang keberhasilan pendidikan

anak, untuk itu kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan

sekolah harus selalu dibina.