BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Perencanaan ......Penentuan sumber belajar didasarkan pada...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Perencanaan ......Penentuan sumber belajar didasarkan pada...
-
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha manusia
yang bersifat kompleks yang merupakan seperangkat
peristiwa yang dapat mempengaruhi subyek didik
sedemikian rupa,sehingga proses belajar dapat
terjadi. Pengembangan perencanaan pembelajaran
yang akan dibahas di sini adalah pengembangan
silabus dan pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
a. Pengembangan silabus
1). Pengertian Silabus
Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis
besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi
atau materi pelajaran” (Salim, 1987;98).
Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu
produk pengembangan kurikulum berupa
penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-
pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
-
13
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi
dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran,
dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru. Selain itu silabus harus dikaji
dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan masukan hasil evaluasi, hasil
belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran)
dan evaluasi rencana pembelajaran.
2). Manfaat Silabus
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti
pembuatan rencana pembelajaran ,pengelolaan
kegiatan pembelajaran , dan pengembangan sistem
penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam
penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana
pembelajaran untuk satu standar kompetensi
maupun untuk satu kompetensi dasar. Silabuspun
bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan
pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya
-
14
kegiatan pembelajaran secara klasikal,kelompok kecil
atau pembelajaran secara individual. Bahkan silabus
sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem
penilaian. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi,
sebagai mana yang dianut KTSP, sistem penilaian
selalu mengacu pada standar kompetensi,
kompetensi dasar dan materi pokok yang terdapat
dalam silabus.
3). Landasan Pengembangan Silabus
Landasan pengembangan silabus adalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
yang berbunyi sebagai berikut (Depdiknas : 2007):
Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan
penilaian hasil belajar.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa yang mengembangkan silabus adalah:
- Guru kelas/guru mata pelajaran
- Kelompok guru kelas/mata pelajaran
- Kelompok kerja guru/(KKG) atau
- Dinas Pendidikan
-
15
Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-
sama oleh guru kelas/mata pelajaran, atau kelompok
kerja guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG)
pada tingkat satuan pendidikan atau satu sekolah
atau kelompok sekolah dengan tetap memperhatikan
karakteristik masing-masing sekolah.
4). Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus
Silabus merupakan salah satu produk
pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang
berisikan garis-garis besar materi pembelajaran.
Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan
silabus antara lain: ilmiah, relevan, sistematis,
konsisten, memadai, aktual dan kontekstual,
fleksibel dan menyeluruh.
Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip
pengembangan silabus itu akan dijelaskan satu per
satu di bawah ini, yaitu :
a) Ilmiah, artinya dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus
selayaknya dilibatkan para pakar di bidang
keilmuan masing-masing mata pelajaran. Hal
-
16
ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang
disajikan dalam silabus sahih (valid).
b). Relevan artinya ada kesesuaian
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
atau ada keterkaitan dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c). Sistematis, Komponen-komponen silabus
saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d). Konsisten artinya ajeg
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg,taat azas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian.
e). Memadai Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f.) Aktual dan kontekstual artinya nyata dalam
kehidupan Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
g). Fleksibel artinya luwes Keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat,
-
17
h). Menyeluruh mencakup semua komponen
Komponen silabus mencakup keseluruhan
ranah komponen (kognitif,afektif dan
psikomotor).
5). Langkah-langkah Pengembangan Silabus dan
Penentuan Alokasi Waktu
Langkah-langkah pengembangan silabus
secara teknis mengikuti tahap-tahap sebagai berikut
(Masnur Muslich :2007):
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran sebagaimana yang tercantum
pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
o Urutan berdasarkan hierarki konsep dasar
ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi;
o Keterkaitan antarstandar kompetensi dan
kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
o Keterkaitan standar kompetensi dan
kompetensi dasar antar mata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar dengan mempertimbangkan:
-
18
o Tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, sosial dan spiritual peserta didik;
o Kebermanfaatan bagi peserta didik;
o Struktur keilmuan;
o Kedalaman dan keluasan materi;
o Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan
tuntutan lingkungan;
o Alokasi waktu.
3. Mengembangkan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan
mental dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam
berinteraksi dengan sumber belajar melalui
pendekatan pembelajaran yang bervariasa dan
mengaktifkan peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
peserta didik. Rumusan pengalaman belajar juga
mencerminkan pengelolaan pengalaman peserta
didik.
1. Merumuskan indikator Keberhasilan Belajar
Indikator merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar yang menunjukkan
tanda/tanda,perbuatan dan/atau respons yang
dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik,
-
19
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyususn alat
penilaian.
2. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta
didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes
dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek
atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian
diri.
3. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap
kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,dan
tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk
menguasai kompetensi dasar.
4. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, subjek
dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
-
20
pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media
cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi
pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi.
Cara-cara pengalokasian waktu dalam silabus adalah
sebagai berikut :
a). Silabus mata pelajaran disusun
berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan
untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
b). Implementasi pembelajaran per semester
menggunakan penggalan silabus sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia
pada struktur kurikulum.
Komponen-komponen Silabus :
Berdasarkan langkah-langkah pengembangan
silabus, format silabus paling tidak memuat 9
komponen, yaitu:
(1). Komponen Identitas,
(2). Komponen Standar Kompetensi,
(3). Komponen Kompetensi Dasar
-
21
(4). Komponen Materi Pokok
(5). Komponen Pengalaman Mengajar,
(6). Komponen Indikator
(7). Komponen Jenis Penilaian
(8). Komponen Alokasi Waktu,
(9). Komponen Sumber Belajar
b. Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Istilah perencanaan menurut pendapat (Willian
G.Cuningham;1982) yang dikutip oleh
Hamzah.B.Uno mengemukakan:
Perencanaan adalah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan
asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang
akan digunakan dalam penyelesaian.
Definisi kedua mengemukakan bahwa
perencanaan adalah hubungan antara yang ada
sekarang, dengan bagaimana seharusnya, yang
bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan,
prioritas, program dan alokasi sumber. Bagaimana
seharusnya adalah mengacu pada masa yang akan
datang. Perencanaan di sini menekankan kepada
-
22
usaha mengisi kesenjangan antara keadaan
sekarang dengan keadaan yang akan datang
disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan yaitu
menghilangkan jarak antara keadaan sekarang
dengan keadaan mendatang yang diinginkan.
Sementara definisi yang lain tentang
perencanaan dirumuskan sangat pendek,
perencanaan adalah suatu cara untuk
mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.
Dalam definisi ini ada asumsi bahwa perubahan
selalu terjadi, dan perubahan ini selalu diantisipasi,
dan hasil antisipasi ini dipakai agar perubahan itu
seimbang. Artinya perubahan yang terjadi di luar
organisasi pengajaran tidak jauh berbeda dengan
perubahan yang terjadi pada organisasi itu dengan
harapan agar organisasi tidak mengalami
keguncangan. Jadi, makna perencanaan di sini
adalah usaha mengubah organisasi agar sejalan
dengan perubahan lingkungannya.
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat
dibuat rumusan baru tentang apa itu perencanaan.
Perencanaan yaitu suatu cara yang memuaskan
untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan
baik, disertai dengan berbagai langkah yang
antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang
-
23
terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Dalam pembelajaranpun perlu perencanaan
yang matang sebagai upaya
untuk perbaikan pembelajaran dengan asumsi
sebagai berikut:
a. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
perlu diawali dengan perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran.
b. untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan sistem.
c. perencanaan desain pembelajaran diacukan
pada bagaimana seseorang belajar.
d. untuk merencanakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada siswa secara
perorangan.
e. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara
pada ketercapaian tujuan pembelajaran,dalam
hal ini akan ada tujuan langsung
pembelajaran, dan tujuan pengiring dari
pembelajaran.
f. sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk
belajar.
-
24
g. perencanaan pembelajaran harus melibatkan
semua variabel pembelajaran.
h. inti dari desain pembelajaran yang dibuat
adalah penetapan metode pembelajaran yang
optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan disusunnya rencana pembelajaran,
guru yang mengajar menjadi lebih siap dan lebih
profesional. Menurut Oemar Hamalik 2001:135
rencana pembelajaran memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. memberi guru pemahaman yang lebih jelas
tentang tujuan pendidikan sekolah dan
hubungan dengan pembelajaran yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu.
b. membantu guru memperjelas pemikiran
tentang sumbangan pembelajarannya terhadap
tujuan pencapaian pendidikan.
c. menambah keyakinan guru atas nilai-nilai
pembelajaran yang diberikan dan prosedur
yang dipergunakan.
d. membantu guru dalam rangka mengenal
kebutuhan-kebutuhan murid, minat-minat
murid dan mendorong motivasi belajar.
-
25
e. mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan
error dalam mengajar dengan adanya
organisasi kurikuler yang lebih baik, metode
yang tepat dan menghemat waktu.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru.
1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit
yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di
kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru baik
yang menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran[
RPP] itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan
bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram.
Oleh karena itu RPP harus mempunyai daya terap
(aplicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP
pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam
menjalankan profesinya.
Dalam menyusun rencana pembelajaran ada
beberapa anggapan dasar yang harus diperhatikan
(Depdiknas;2007)
-
26
a.) Rencana pembelajaran harus diarahkan
atau ditujukan untuk membantu siswa
belajar individual.
b.) Rencana pembelajaran memiliki dua tahap
yaitu tahap jangka pendek yang merupakan
tahap dimana rencana pembelajaran segera
dibuat karena segera akan dilaksanakan,
dan tahap jangka panjang merupakan
rencana yang dibuat untuk satu semester
ataupun untuk satu program.
c.) Rencana pembelajaran yang sistematis akan
berpengaruh besar terhadap pengembangan
manusia secara individual. Alasan yang
paling mendasar adalah untuk meyakinkan
bahwa pendidikan tidak ada hal-hal yang
merugikan dan setiap siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk
mengembangkan bakatnya secara individual
sampai pada tingkat yang maksimum
d.) Rencana pembelajaran dibuat dengan
menggunakan pendekatan sistem yaitu
melalui beberapa tahap dimulai dari
analisis tujuan dan diakhiri dengan
evaluasi. Penetapan pada setiap tahap
didasarkan pada kenyataan yang bersifat
-
27
empiris dan setiap tahap akan masuk ke
tahap berikutnya.
e.) Rencana pembelajaran didasarkan pada
pengetahuan bagaimana manusia itu
belajar. Anggapan tersebut dengan
pengertian bagaimana kemampuan individu
itu dapat dikembangkan dan tidak cukup
dengan pernyataan “apa yang seharusnya
bagi mereka”.
2).Langkah-langkah Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Langkah
yang patut dilakukan guru dalam penyusunan
RPP adalah sebagai berikut :
o Ambillah satu unit pembelajaran yang
akan diterapkan dalam pembelajaran.
o Tulis standar kompetensi dan
kompetensi dasar dalam unit tersebut.
o Tentukan indikator untuk mencapai
kompetensi dasar tersebut.
o Tentukan alokasi waktu yang diperlukan
untuk mencapai indikator tersebut.
o Rumuskan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
-
28
o Tentukan materi pembelajaran yang
akan diberikan/dikenakan kepada siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.
o Pilihlah metode pembelajaran yang dapat
mendukung sifat materi dan tujuan
pembelajaran.
o Susunlah langkah-langkah kegiatan
pembelajaran pada setiap satuan
rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa
dikelompokkan menjadi kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
(Depdiknas; 2007)
o Jika alokasi waktu untuk mencapai satu
kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam
pelajaran, bagilah langkah-langkah
pembelajaran menjadi lebih dari satu
pertemuan. Pembagian setiap jam
pertemuan bisa didasarkan pada satuan
tujuan pembelajan atau sifat/tipe/jenis
materi pembelajaran.
o Sebutkan sumber/media belajar yang
akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap
bagian/unit pertemuan.
-
29
o Tentukan teknik penilaian, bentuk dan
contoh instrumen penilaian yang akan
digunakan untuk mengukur
ketercapaian kompetensi dasar atau
tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Jika instrumen penilaian
berbentuk tugas, rumus kan tugas
tersebut secara jelas dan bagaimana
rambu-rambu penilaiannya. Jika
instrumen penilaian berbentuk soal,
cantumkan soal-soal tersebut dan
tentukan rambu-rambu penilaiannya
dan/atau kunci jawabannya. Jika
penilaiannya berbentuk proses, susunlah
rubriknya dan indikator masing-masing.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran meliputi: kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
a). Kegiatan Pendahuluan, kegiatan yang
dilakukan guru adalah (Depdiknas ;2007)
-
30
(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
(2) mengajukan pertanyaan-pertanyan
yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari.
(3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai.
(4) menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
b). Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. (Standar Proses;2007).
Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
-
31
dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi:
(1). Eksplorasi
Dalam kegiatan eksporasi, guru:
(a.) Melibatkan peserta didik mencari informasi
yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi
guru dan belajar dari aneka sumber;
(b.) menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
(c.) memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru,lingkungan dan sumber
belajar lainnya;
(d.) melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran; dan
(e.) memfasilitasi peserta didik melakukan
percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.
(2). Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
-
32
(a.) Membiasakan peserta didik membaca dan
menulis yang beragam melalui tugas-
tugas tertentu yang bermakna.
(b.) memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, diskusi dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis.
(c.) memberi kesempatan untuk berfikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut.
(d.) memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
(e.) memfasilitasi peserta didik berkompetisi
secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar: memfasilitasi peserta didik
membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok.
(f.) memfasilitasi peserta didik untuk
menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok.
(g.) memfasilitasi peserta didik melakukan
pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;.
-
33
(h.) memfasilitasi peserta didik melakukan
kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
(3). Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
(a.) memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik.
(b.) memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbgai sumber.
(c.) memfasilitasi peserta didik melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan.
(d.) memfasilitasi peserta didik untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
o berfungsi sebagai narasumber dan
fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi
kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar.
-
34
o membantu menyelesaikan masalah.
o memberi acuan agar peserta didik dapat
melakukan pengecekan hasil eksplorasi.
o memberi informasi untuk bereksplorasi
lebih jauh.
o memberikan motivasi kepada peserta
didik yang kurang/belum berpartisipasi
aktif.
c). Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
(1) bersama-sama dengan peserta didik
dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran.
(2) melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram.
(3) memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
(4) merencanakan kegiatan tindak lanjut
dalam bentuk pembelajaran remidi,
program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas balik
tugas individual maupun kelompok
-
35
sesuai dengan hasil belajar peserta
didik.
(5) menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
2.2 Konsep Pembinaan Guru
Guru adalah suatu profesi. Oleh karena
merupakan profesi, maka sebelum seseorang menjadi
guru haruslah terlebih dahulu menempuh jenjang
pendidikan keguruan. Untuk Sekolah Lanjutan
jenjang pendidikan keguruan yang menghasilkan
guru adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP). Sungguhpun para guru telah dipersiapkan
sedemikian melalui lembaga pendidikan, realitas
menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada manusia
yang terdidik penuh termasuk guru. Perkembangan
IPTEK yang demikian pesat mengharuskan guru
untuk belajar terus. Kalau tidak, ia akan ketinggalan
dengan laju perkembangan.
Jika pendidikan telah pernah disinyalir akan
terbirit-birit mengejar IPTEK, maka guru sebagai
faktor kunci pendidikan di sekolahpun, tidak ada
yang menjamin kalau mampu mengejar IPTEK. Yang
mungkin dapat dilakukan adalah berusaha
menjadikan mereka tidak terlalu jauh tertinggal
-
36
dengan serangkaian upaya Pembinaan guru
(Depdikbud,1986). Istilah Pembinaan guru sendiri
sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP dan
SMA tentang Pembinaan Guru (Depdikbud,1984;
1986). Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia
maupun asing, sering diistilahkan supervisi.
Meskipun haruslah disadari, bahwa ada juga yang
menempatkan Pembinaan guru atau supervisi ini
dalam kerangka staff development, staff
improvement, profesional growth dan career
development.
Secara terminologis, Pembinaan guru sering
diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan
kepada guru,terutama bantuan yang berwujud
layanan profesional yang dilakukan oleh Pengawas
Sekolah, Penilik Sekolah untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksud
Pembinaan guru adalah supervisi,maka banyak
pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan
inti yang sama. Kurikulum 1975 memberikan
batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik (Depdibbud;1975).
-
37
Berdasarkan pengertian tersebut, nyatalah
bahwa Pembinaan guru atau supervisi adalah
sebagai berikut:
1). Serangkaian bantuan yang berwujud layanan
profesional.
2). Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang
yang lebih ahli (Kepala Sekolah, Penilik Sekolah,
Pengawas dan ahli lainnya) kepada guru .
3). Maksud layanan profesional tersebut adalah agar
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar, sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan dapat tercapai.
Pembinaan guru atau supervisi dengan model
lama (inspeksi) bisa menjadikan penyebab guru
menjadi takut,tidak bebas dalam melaksanakan
tugas dan merasa terancam keamanannya bila
bertemu dengan supervisor, tidak memberikan
dorongan bagi kemajuan guru. Oleh karena itu,
semua kegiatan pembaharuan pendidikan, termasuk
pembaharuan kurikulumnya, yang dilakukan dengan
pengerahan waktu, biaya dan tenaga akan sia-sia.
Conny Semiawan (1985) mengemukakan
bahwa penghalang bagi pembaharuan, termasuk
dalam supervisi adalah sebagai berikut:
-
38
1. Sistem Pembinaan yang kurang memadai. Hal ini
disebabkan oleh:
a) Pembinaan yang masih menekankan aspek
administratif dan mengabaikan aspek
professional,
b) Tatap muka antara Pengawas dan guru sangat
sedikit,
c) Pengawas banyak yang sudah lama tidak
mengajar,sehingga banyak dibutuhkan bekal
tambahan agar dapat mengikuti
perkembangan baru,
d) Pada dasarnya masih menggunakan jalur
searah, dari atas ke bawah,
e) Potensi guru sebagai Pengawas kurang
dimanfaatkan.
2. Sikap mental yang kurang sehat dari Pengawas.
Hal ini disebabkan oleh:
a) Hubungan profesional yang kaku dan kurang
akrab akibat sikap otoriter Pengawas, sehingga
guru takut bersikap terbuka kepada Pengawas,
b) Banyak Pengawas dan guru sudah merasa
berpengalaman, sehingga tidak merasa perlu
lagi belajar,
c) Pengawas dan guru merasa cepat puas dengan
hasil belajar siswa.
-
39
a. Tujuan Pembinaan Guru
Tujuan Pembinaan guru adalah untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dalam
meningkatkan proses dan hasil belajar melalui
pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan
profesional kepada guru. Jika proses belajar
meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga
meningkat. Dengan demikian,rangkaian usaha
Pembinaan profesional guru akan memperlancar
pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar
(Depdikbud,1986).
Secara umum, Pembinaan guru atau supervisi
bertujuan untuk memberikan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik melalui usaha peningkatan profesional mengajar
(Depdikbud,1975), menilai kemampuan guru sebagai
pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing
guna membantu mereka melakukan perbaikan dan
bila mana diperlukan dengan menunjukkan
kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri
(Nawawi, 1983).
Joesoef Djajadisastra (1975) mengemukakan
tujuan Pembinaan guru atau supervisi, sebagai
berikut:
-
40
a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru
dan belajar siswa
b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan
belajar mengajar
c. Memperbaiki metode, yaitu cara
mengorganisasi kegiatan belajar mengajar
d. Memperbaiki penilaian atas media
e. Memperbaiki proses belajar mengajar dan
hasilnya
f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas
kesulitan belajarnya
g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah
jelas, bahwa supervisi atau Pembinaan guru
bertujuan sebagai berikut:
a. Memperbaiki proses belajar mengajar
b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui
Pembinaan profesional
c. Yang melakukan Pembinaan adalah Pengawas
d. Sasaran Pembinaan tersebut adalah guru, atau
orang lain yang ada kaitannya
e. Secara jangka panjang, Pembinaan tersebut
adalah memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan pendidikan.
-
41
b. Fungsi Pembinaan Guru
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut,
kemudian dapat diidentifikasi fungsi-fungsi
Pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi
:memelihara program pengajaran sebaik-baiknya,
menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi
belajar anak-anak.
Supervisi juga berfungsi untuk
mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua
usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan
sekolah, memperluas pengalaman guru-guru,
menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi
fasilitas dan penilaian yang terus menerus,
menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan
pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf,
mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu
meningkatkan kemampuan guru.
Nyatalah, bahwa fungsi Pembinaan guru
adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses
dan hasil belajar melalui serangkaian upaya
pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud
layanan profesional.
-
42
c. Prinsip-prinsip Pembinaan Guru
Agar Pembinaan guru tersebut dapat
dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-
prinsip Pembinaan guru. Yang dimaksud dengan
prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani
dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi
prinsip-prinsip Pembinaan guru sesuai dengan sudut
tinjau mereka. Depdikbud (1986) mengemukakan
prinsip-prinsip Pembinaan guru sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru
b. Hubungan antara guru dengan Pengawas
didasarkan atas kerabat kerja
c. Pengawas ditunjang sifat keteladanan dan
terbuka
d. Dilakukan secara terus menerus
e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada
f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi
dan sinkronisasi horizontal dan vertikal baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Dalam penggolongan yang lebih rinci lagi,
Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip
Pembinaan guru menjadi prinsip fundamental dan
prinsip praktis. Yang dimaksud dengan prinsip
fundamental adalah Pembinaan guru atau supervisi
dipandang sebagai bagian dari keseluruhan proses
-
43
pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar
pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila.
Supervisi pendidikan haruslah menggunakan
prinsip-prinsip sila pertama sampai kelima
Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai
kegiatan supervisi.
Yang dimaksud dengan prinsip praktis adalah
kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman
praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis
oleh Djajadisastra dibagi lagi menjadi prinsip positif
dan negatif. Tahalele (1979) juga mengemukakan
bahwa prinsip praktis Pembinaan guru dapat
digolongkan prinsip positif dan negatif. Prinsip positif
berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik
dalam pelaksanaan supervisi,sementara prinsip
negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu
yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya
pencapainya tujuan pendidikan.
Adapun prinsip-prinsip positif tersebut
meliputi hal-hal (Djajadisastra, 1976; Tahalele,1979)
sebagai berikut:
a. Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara
sistematis,obyektif dan menggunakan
instrumen. Sistematis maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah
berikutnya secara runtut. Obyektif
maksudnya apa adanya,tidak mencari-
-
44
cari atau mengarang-ngarang.
Menggunakan instrumen maksudnya,
dalam melaksanakan Pembinaan guru
harus ada instrumen pengamatan yang dijadikan sebagai panduan.
b. Kooperatif, artinya terdapat kerjasama
yang baik antara guru dengan Pengawas. c. Konstruktif, artinya dalam melaksanakan
Pembinaan, hendaknya mengarah kepada
perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun perbaikannya.
d. Realistik, sesuai dengan keadaan,tidak
terlalu idealistik. e. Progresif, artinya dilaksanakan maju
selangkah demi selangkah namun tetap
mantap.
f. Inovatif, yang berarti mengihtiarkan pembaharuan dan berusaha menemukan
hal-hal baru dalam Pembinaan.
g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.
h. Memberi kesempatan kepada guru dan
Pengawas untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan
pemecahan atas kekurangannya.
Adapun prinsip-prinsip negatif Pembinaan
guru adalah sebagai berikut:
a. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan
dengan otoriter.
b. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari
kesalahan guru.
c. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan
berdasarkan tingginya pangkat.
-
45
d. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat
mengharapkan hasil.
e. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari
tujuan pendidikan dan pengajaran.
f. Pengawas tidak boleh merasa dirinya lebih
tahu dibandingkan dengan guru.
g. Pembinaan guru tidak boleh terlalu
memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil
dalam mengajar sehingga membelokkan
maksud Pembinaan.
h. Pengawas tidak boleh lekas kecewa jika
mengalami kegagalan.
d. Standar Kompetensi Guru
Standar kompetensi guru dikembangan secara
utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru, yang dikembangkan menjadi
kompetensi guru mata pelajaran. Untuk lebih
jelasnya keempat standar kompetensi tersebut akan
diuraikan satu-persatu, yaitu:
1). Kompetensi Pedagogik, meliputi:
a) Menguasai karakteristik peserta didik dari
aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual.
-
46
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik.
c) Mengembangkan kurikulum yang terkait
dengan bidang pengembangan yang
diampu.
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f) Memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g) Berkomunikasi secara efektif,empatik dan
santun dengan peserta didik.
h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar.
i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan pembelajaran.
j) Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
2). Kompetensi Kepribadian, meliputi:
a) Bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia
-
47
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab
yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri.
e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3). Kompetensi Sosial, meliputi:
a. Bersikap inklusif, bertindak subjektif, serta
tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi
sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
4). Kompetensi profesional, meliputi:
-
48
a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri.
2.3 Pandangan Kolaborativ Pembinaan Guru
Menurut pendapat Ali Imron (2007, hal 74-75)
menyatakan bahwa pandangan Kolaborativ
Pembinaan guru mendasarkan asumsi-asumsi yang
digunakan dalam psikologi kognitif. Belajar siswa
dalam pandangan psikologi kognitif adalah
merupakan konvergensi antara pandangan
behavioristik dan pandangan humanistik. Jika
pandangan behavioristik lebih menekankan kontrol
instrumen lingkungan,maka pandangan humanistik
memandang belajar sebagai usaha penemuan sendiri
-
49
atas sesuatu. Dengan demikian, dalam pandangan
psikologi kognitif, belajar sesungguhnya merupakan
konvergensi antara kontrol instrumental lingkungan
dan usaha penemuan oleh diri sendiri.
Jika dalam pandangan psikologi kognitif,
tanggung jawab guru dan siswa sama-sama sedang
dan seimbang, maka pandangan Kolaborativ dalam
Pembinaan guru juga ada kedaulatan yang seimbang
antara Pengawas dan guru. Tanggung jawab mereka
masing-masing, yaitu sebagai guru dan sebagai
Pengawas, sama-sama sedang.
Dalam pandangan Kolaborativ, perilaku pokok
Pengawas mencakup:mendengar, mempresentasikan,
memecahkan masalah dan negosiasi. Target
Pembinaan guru dalam pandangan Kolaborativ
adalah terdapatnya kontrak antara Pengawas dan
guru.
Kondisi guru yang dihadapi berbeda, sesuai
dengan pendapat Glickman (1981) yang dikutip Ali
Imron (1990, hal.77) mengemukakan karakteristik
guru berdasarkan atas tingkatan komitmen dan
tingkat abstraksinya. Tingkatan komitmen
menunjukkan kepada usaha dan penyediaan waktu
dalam melaksanakan tugasnya. Ia lebih dari sekedar
concern. Sementara itu tingkatan abstraksi
-
50
menunjuk kepada kemampuan kognitif, pemikiran
abstrak dan simbolik yang dapat dilakukannya, dan
bahkan kemampuan imajinatifnya.
Untuk tingkatan karakteristik guru tersebut
dapat di lihat di bawah ini:
Tabel.2.2. Kontinum Komitmen Guru
(Sumber Glickman,C.D,1981. Developmental
Supervision. Alexandria. ASCD. Hal.13).
Sedangkan tingkatan abstraksi guru dapat
dituliskan dalam satu garis kontinum yang bergerak
dari rendah, sedang dan tinggi, secara jelas
digambarkan dalam Tabel di bawah ini:
Rendah Tinggi
Sedikit perhatian
terhadap siswanya
Sedikit waktu dan
tenaga yang dikeluarkan
Perhatian utama adalah
memperhatikan jabatan
Tinggi perhatian
terhadap siswanya
Banyak waktu dan
tenaga yang
dikeluarkan
Bekerja sebanyak
mungkin untuk orang
lain
-
51
(Sumber : Glickman, C.D.,1981. Developmental Supervision. Alexandria; ASCD, hal.46)
Tabel.2.3 . Kontinum Tingkatan Abstraksi Guru
Tabel 2.4 Paradigma Guru Abad 21
Paradigma Guru Tradisional Paradigma Guru Abad 21
1. Berperan sebagai teknisi dan
implementator kurikulum, buku
dan program pengajaran. Berarti
seperti mesin, rutin, tidak
mendorong siswa berpikir.
Pendekatan terhadap kurikulum
dogmatis
2. Guru memiliki otoritas tunggal,
tidak dapat ditentang,
hubungan siswa dengan guru
otoritas
1. Berperan profesional, proaktif,
memiliki kemampuan diagnostik,
modus mengajarnya bervariasi dan
student oriented, mendorong inisiatif
dan bersikap fleksibel.
2. Guru memandang siswa sebagai
patner dalam mencari pengetahuan
(search for knowledge). Guru
bersama-sama murid menentukan
kepuasan
RENDAH SEDANG TINGGI
Bingung bila
menghadapi
masalah
Dapat memecahkan
suatu masalah
Dalam menghadapi
masalah selalu dapat
mencari alternatif
pemecahan masalah
Tidak mengetahui
cara bertindak bila
menghadapi
masalah
Dapat menafsirkan
satu atau dua
kemunginan
pemecahan
masalah
Dapat
menggeneralisasikan
berbagai alternatif
pemecahan masalah
Suka minta
petunjuk.
Responsinya
terhadap masalah
biasa saja
Sulit
merencanakan
pemecahan
masalah secara
komprehensif
Bisa membuat
perencanaan dan
memikirkan langkah-
langkah pemecahan
-
52
3. Guru merupakan satu-satunya
sumber pengetahuan selain
buku, siswa hanya obyek
dengan nilai minus
4. Guru menjadi pengajar
individual yang terisolasi tanpa
kerja sama dengan guru lain
5. Guru sebagai “dependent
learner” yang berdampak pada
siswa tergantung pada guru dan
tidak punya inisiatif
6. Guru selalu dinilai atasan/
pihak luar (eksternal evaluation)
tidak dilatih mengkritik diri
sendiri
7. Guru puas menggunakan
teknologi pengajaran tradisional
dan monoton
8. Guru mempunyai wawasan
pengetahuan terbatas pada
dunia pendidikan dan teknologi
karena tidak mengembangkan
diri
9. Guru kurang menyadari
pentingnya prinsip “life long
education” belajar berhenti pada
terminal tertentu pengetahuan
menjadi tetap dan usang
10. Guru menganggap bahwa
mengajar adalah rutinitas yang
dianggapnya biasa dan tidak
perlu dipersoalkan lagi
3. Guru hanya merupakan salah satu
sumber pengetahuan. Ada multi
sumber lain di luar guru. Siswa
menjadi subyek dan obyek belajar
4. Guru berlaku sebagai anggota tim,
baik dengan guru lain maupun
dengan siswa. Mampu membentuk
team work
5. Guru sebagai “otonomous learner”
yang berdampak pada siswa dapat
belajar mandiri, punya inisiatif dan
kreatif
6. Guru mahir mengkritik diri sendiri
(self evaluation). Selalu auto critic
untuk memperbaiki diri.
7. Guru terbuka terhadap teknologi
pendidikan baru dan berusaha
menerapkannya secara holistik,
interdisipliner, multidisipliner dan
tradisipliner
8. Guru memiliki wawasan
pengetahuan yang luas tentang
pendidikan, teknologi dan
pengetahuan lainnya
9. Guru menjadikan prinsip “life long
education” sebagai pegangan profesi
dan pengembangan dirinya dengan
mengikuti latihan, seminar,
konferensi secara berkala.
10. Guru memandang bahwa mengajar
adalah pekerjaan profesional yang
harus selalu dikembangkan
-
53
2.4 Langkah-Langkah Pembinaan Kolaborativ
Supervisi akademik dengan pendekatan
kolaborativ yang dilakukan oleh pengawas adalah:
1. Terlebih dahulu menginventarisir beberapa
permasalahan yang dihadapi dan diambil
prioritas permasalahan yang paling penting dari
hasil supervisi akademik
2. Pengawas memberikan angket kepada semua
guru tentang administrasi pembelajaran yang
telah dibuatnya (angket terlampir).
3. Mengadakan Pembinaan penyusunan perangkat
pembelajaran dengan mengundang nara sumber
yang berkompeten.
4. Pengawas mempresentasikan persepsi mengenai
rencana pembelajaran yang akan dijadikan
sasaran Pembinaan.
5. Pengawas mendengarkan penuturan guru
tentang apa yang sudah dilakukannya selama
ini.
6. Setelah diperoleh permasalahan, Pengawas
mengajukan alternatif pemecahan yaitu dengan
diadakan Pembinaan Kolaborativ
Setelah diadakan Pembinaan terhadap guru-
guru selama beberapa kali diharapkan sebelum
mengajar administrasi pembelajaran sudah disusun
-
54
dengan baik, terutama dalam pembuatan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sehingga
dalam mengajar sesuai dengan rencana yang telah
dibuat dan kompetensi yang ingin dicapai terlaksana
dengan baik. Maka peneliti kemukakan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
1. Dengan adanya upaya Pembinaan yang
dilakukan oleh Pengawas Sekolah terhadap guru
dalam membuat penyusunan perencanaan
pembelajaran, sebelum mengajar guru-guru
membuat perencanaan pembelajaran dengan
lengkap.
2. Dengan adanya Pembinaan secara Kolaborativ
yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah terhadap
guru-guru dalam membuat perencanaan
pembelajaran, guru- guru antusias membuat
perencanaan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang akan diajarkan.
3. Dengan adanya Pembinaan secara Kolaborativ
oleh Pengawas Sekolah terhadap guru tentang
perencanaan pembelajaran, terdapat
peningkatan kemampuan guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran
-
55
2.5 Penelitian yang relevan
1. Tri Martiningsih, Pengaruh Supervisi Akademik
dan Partisipasi Guru dalam KKG terhadap
Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan
Pekalongan Utara Kota Pekalongan.
UNNES 2008, Jurnal Pendidikan.
2. Solihatun Asiah, Pelaksanaan Supervisi
Akademik berdasarkan persepsi Pengawas dan
Guru di SMP Negeri se Kota Yogyakarta. UNY,
2012, Jurnal Pendidikan.
3. Indrawati, Pengaruh Supervisi Akademik
Kepala Sekolah dan Motivasi Kinerja Guru di
SMA Negeri 1 Kota Salatiga. UKSW, 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Supervisi akademik dapat berpengaruh pada
partisipasi guru dalam KKG terhadap
kompetensi profesional guru SD.
2. Supervisi akademik kepala sekolah dapat
meningkatkan motivasi kinerja guru di SMA.
3. Supervisi akademik oleh pengawas sekolah
juga berdampak positif pada kinerja guru SMP.
-
56