BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN...

20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’, Trianto (2010:136). Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu. Menurut Trianto (2010:136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lebih lanjut menurut pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010:141) dalam bukunya model Pembelajaran Terpadu dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala- gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dairi dan alam sekitar.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pelajaran IPA

2.1.1 Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau

sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’, Trianto (2010:136). Kata

‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu.

Menurut Trianto (2010:136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan

sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun

pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.

Menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lebih lanjut menurut pada

hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Trianto (2010:141) dalam bukunya model Pembelajaran Terpadu

dijelaskan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-

gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang

dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang

tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang

berlaku secara universal.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah

suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi

dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur.

Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari dairi dan alam sekitar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

7

2.1.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006

adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya

2. Mengembangkan pegethuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup

mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3) Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup

dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:

cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

8

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta,

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan

nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu

tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal, serta dapat memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian juga dalam diri

siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan yang banyak

memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara berinteraksi langsung dan

dapat dirasakan siswa.

2.2 Metode Discovery Learning

Metode Discovery learning menurut Suryosubroto (2002) (Prayitno, 2008)

diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran

perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi

Sund (1975) (Prayitno, 2008) mengatakan bahwa Discovery adalah proses mental

dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental

tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Metode Discovery adalah cara

penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. ( Mulyani Sumantri, 2001).

hal ini sesuai untuk anak jenjang sekolah dasar yang harus diutamakan adalah

bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya kritis anak terhadap suatu

masalah (Mahar Marjono, 1996).

Pendapat lain mengatakan bahwa metode Discovery Learning adalah

penyajian bahan ajar dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk

menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran

logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran (Widi

Rahardja, 2002:75).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

9

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode Discovery Learning adalah cara

penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan informasi tanpa bantuan gurudengan menghadapkan siswa pada suatu

masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau

informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan

pengajaran, dengan membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan, dan sebagainya.

Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno,

2008) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai

dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan

penemuan; (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-

prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai;

(c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus

bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan; (d) Berkomunikasi dengan siswa

akan membantu menjelaskan peranan penemuan; (e) menyiapkan suatu situasi yang

mengandung masalah yang minta dipecahkan; (f) Mengecek pengertian siswa tentang

maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan; (g) Menambah

berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan; (h) memberi

kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data,

misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang

membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut; (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan

dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan

umum; (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya,

walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri; (k) memberi jawaban dengan cepat

dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam

kelangsungan kegiatannya; (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan

eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi

proses; (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang

diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan; (n) Merangsang

interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan,

mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul; (o) Mengajukan pertanyaan tingkat

tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana; (p) Bersikap membantu jawaban

siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis

tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar; (q) Membesarkan siswa untuk

memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta; (r) Memuji siswa yang sedang

bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada

temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang

mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri; (s) membantu siswa menulis atau

merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

10

masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan; (t) Mengecek

apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik,

dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

Sedangkan langkah-langkah menurut (Prayitno 2008) adalah ; (a) identifikasi

kebutuhan siswa; (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep

dan generalisasi yang akan dipelajari; (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas;

(d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing

siswa; (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan; (f) Mencek

pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa; (g)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; (h) Membantu siswa

dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri

dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses; (j) Merangsang

terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa; (k) memuji dan membesarkan siswa yang

bergiat dalam proses penemuan; (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi atas hasil penemuannya

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut

Walter Klinger, SEQIP (1997) (dalamWahyudi, 2008) adalah sebagai berikut:

1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk

membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa

2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali

masalah yang akan dibahas.

3. Penyusunan opini-opini, siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya

sehingga dapat memberikan.

4. Perencanaan, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu perangkat

percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan hipotesa

dan penentuan saling keterkaitan antara parameter –parameter yang relevan.

5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran

fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui

pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk

tujuan ini.

6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa

pengetahuan ilmiah yang baru.

7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan

peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai

syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi

sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan

konsep-konsep yang tepat.

8. Konsolidasi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan

yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan

itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

11

Berdasarkan Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun

mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode

Discovery adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada

3. Menyusun opini, problema serta tugas-tugasnya

4. Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan dipelajari

5. Merencanakan dan konstruksi alat

6. Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di pecahkan

7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa

8. Memberi kesempatan siswa untuk menemukan

9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja

dengan data, dan informasi yang ada

10. Siswa melakukan analisis sendiri

11. Memberi pujian pada siswa.

12. Merangsang interaksi antar siswa

13. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil

penemuannya

14. Menyimpulkan Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan

internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

2.3 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah suatu alat bantu yang digunakan oleh guru agar

kegiatan belajar berlangsung secara efektif. (Sadiman, 2006:7) Media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Briggs (Sadiman,

2006: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan

pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Trianto (2010:199) Media

sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh

sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

12

tersebut, dan materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa

tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat bantu yang digunakan

oleh guru untuk menunjang keberhasilan proses pembelajarn serta merangsang

siswa untuk bergairah dalam belajar.

2.3.1 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media meliputi semua sumber belajar yang dibutuhkan oleh siswa untuk

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran

mempunyai banyak jenisnya, yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan guru

dan diperlukan saat kegiatan belajar berlangsung. Rudi & Breatz (dalam Trianto

2010: 201) mengklasifikasikan media kedalam tujuh komponen media, yaitu: a)

media audio visual gerak, b) media audio visual diam, c) media audio semi gerak,

d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media audio, dan g) media cetak.

Menurut Asyhar (2012: 44) ada empat jenis media pembelajaran, yaitu: a)

Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera

penglihatan semata-mata dari peserta didik, misalnya: media visual non proyeksi

(benda realita, model protetif, dan grafis), dan media proyeksi (power point, paint

dan auto cad), b) Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya mengandalkan indera pendengaran siswa, misalnya:

radio, pita kaset suara, dan piringan hitam, c) Media audio-visual, yaitu jenis media

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan, misalnya: video kaset dan

film bingkai, d) Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan

peralatan secra terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran,

misalnya: TV dan power point.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa jenis-

jenis media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dikelas sangatlah beragam.

Guru dapat mempergunakan media realia tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam hal ini peneliti mempergunakan media realia yang dikhususkan pada media

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

13

realia dalam metode Discovery Learning. Karena media realia dinilai dapat

mengaktifkan kegiatan belajar siswa pada pembelajaran IPA.

Menurut Sudono (2008:44) agar tujuan pembelajaran tercapai dan tercapainya

proses belajar mengajar yang tidak mmembosankan, guru dapat menggunakan

media secara tepat. Digunakanya media realia dalam pembelajaran IPA yaitu agar

dapat menjembatani antara konsep konsep materi yang abstrak menjadi konkrit,

sehingga anak dapat memahami materi yang disajikan guru. Untuk itu, maka

penggunaan media dalam proses pembelajaran diperlukan demi terciptanya tujuan

pembelajaran secara optimal.

Media realia merupakan benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar dan

memberikan pemahaman langsung bagi siswa. Menurut Kemp (Winnuly, 2013: 2)

media realia merupakan bentuk nyata dari orang, benda dan alat nyata serta model

tiruan benda ali yang diperkecil maupun diperbesar sesuai kebutuhan dalam

pembelajaran. Media realia berfungsi sebagai pendukung terlaksananya

pembelajaran menggunakan pendekatan scientific sehingga pengalaman siswa

bersifat langsung dan nyata. Siswa memperoleh pengalaman pembelajaran yaitu

dapat meraba dan menyentuh secara langsung sehingga pemahaman lebih

meningkat.

Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolong-golongkan jenis

media. Sebagai contoh adalah klasifikasi media pembelajaran yang dikemukakan

oleh Henich dkk (1996 dalam Rahadi, 2004: 19) yang mengklasifikasikan media

sebagai berikut :

Media yang tidak diproyeksikan, yaitu media yang sering disebut media pameran

atau diplayed media. Jenis media ini yang tidak diproyeksikan antara sebagai berikut :

a) Media realia, yaitu benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber

belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang

kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung

(observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Media realia sangat bermanfaat

terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda

tertentu. Selain observasi dalam kondisi aslinya, penggunaan media realia juga

dapat dimodifikasi. Modifikasi media realia bias berupa: potongan benda

(cuteways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibit).

b) Media model diartikan sebagai benda tiruan dalam wujud tiga dimenasi yang

merupakan representasi dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model

sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala tertentu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

14

untuk pengadaan realia. Model suatu benda dapat dibuat dengan ukuran yang lebih

besar, lebih kecil atau sama dengan benda yang sesungguhnya.

Dalam penelitian media realia yang digunakan adalah bentuk tiruan bumi

yang akan digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah

peserta didik dalam mengingat materi tersebut.

2.3.2 Pedoman Umum Penggunaan Media dalam Proses Pembelajaran

Miarso (2007) mengutarakan bahwa dalam usaha menggunakan media dalam

proses belajar-mengajar, perlu diberikan sejumlah pedoman umum sebagai

berikut:

Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan.

1. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan

karakteristik materi pelajaran yang disajikan.

3. Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar-mengajar yang

akan dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar dalam kelompok kecil,

belajar secara individual atau belajar mandiri.

4. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mem-preview media

yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas

sebelum pelajar dimulai dan sebelum peserta masuk kelas.

5. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran digunakan agar mereka

dapat mengarahkan perhatian pada hal-hal penting selama penyajian dengan media

berlangsung.

6. Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif

peserta.

2.4 Pengertian Media Nyata (Realia)

Benda nyata (real thing) merupakan alat bantu yang paling mudah

penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung

menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat

penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli

dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Sebagai obyek nyata, realia

merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada

pengguna. Oleh karena itu, realia banyak digunakan dalam proses belajar mengajar

sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Realia mampu memberikan arti

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

15

nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu

dengan kata-kata atau hanya visual.

2.4.1 Bentuk Realia

Bentuk realia sama dengan benda sebenarnya yang tidak mengalami

perubahan sama sekali dan dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran. Akan

tetapi, kesulitan kadang timbul dalam menghadirkan realia secara utuh yang

disebabkan oleh ukuran yang terlalu besar atau sulit ditemukan di lingkuangan

sekitar, oleh karena itu, beberapa modifikasi seringkali harus dilakukan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memodifikasi benda nyata

untuk keperluan pembelajaran:

1) Dengan cara memotong bagian tertentu dari realia jika berukuran terlalu besar.

Dalam memotong realia perhatikan agar bagian yang dipotong tidak merusak

benda tersebut sebagai media yang dapat dipelajari oleh siswa.

2) Dengan cara mengawetkan realia hidup jika benda tersebut berbahaya atau

lekas rusak jika digunakan dalam kelas, misalnya penggunaan satwa atau

tumbuhan sebagai media pembelajaran. Satwa yang berbahaya perlu

ditempatkan di tempat tertentu atau diawetkan terlebih dahulu sebelum

digunakan sebagai sarana observasi oleh siswa.

3) Dengan menampilkan beberapa jenis realia secara bersama-sama, ditambah

dengan informasi tercetak yang kesemuanya yang dapat menggambarkan suatu

topik tertentu. Cara ini disebut juga dengan istilah eksibisi atau pameran realia.

2.4.2 Karakteristik Realia

Dalam dunia pendidikan, realia sering dianggap sebagai media informasi

yang paling mudah diaskes dan menarik. Sebagai media informasi, realia mampu

menjelaskan hal-hal yang abstrak dengan hanya sedikit atau tanpa keterangan

verbal. Dengan berinteraksi langsung dengan realia, diharapkan hal-hal yang

kurang jelas, apabila diterangkan secara verbal akan menjadi jelas. Realia memiliki

kemampuan untuk merangsang imajinasi pengguna dengan membawa kehidupan di

dunia nyata ke dalam perpustakaan ataupun ke dalam kelas.

Realia akan sangat membantu apabila digunakan dalam suatu proses

memperoleh informasi dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan melalui

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

16

pengalaman sendiri atau sering disebut sebagai tujuan kognitif. Dalam proses ini,

realia dilibatkan sebagai suatu obyek nyata yang belum dikenal dan para pengguna

akan belajar untuk mengenalnya. Realia dapat memberikan pengguna pengalaman

langsung dan nyata; pengalaman keindahan yang tidak bisa didapat melalui media

lain. Untuk memungkinkan suatu realia ditampilkan dalam suatu ruangan kadang

sangat sulit karena ukuran yang terlalu besar (contoh: lokomotif, pesawat, mobil),

atau terlalu kecil (contoh: kuman) atau memang tidak memungkinkan untuk

ditampilkan (contoh: bulan). Kadangkala menghadirkan realia dapat berbahaya

misalnya menampilkan ular. Cara mengatasinya dapat menggunakan ular mati yang

telah diawetkan agar pengguna bisa mengamati dengan aman. Dengan jalan ini,

pengguna masih merasakan pengalaman langsung.

Sebagai media pembelajaran, realia memiliki potensi untuk digunakan dalam

berbagai topik mata pelajaran. Realia mampu meemberikan pengalaman belajar

langsung (Hands on Experience) bagi siswa. Dengan menggunakan benda nyata

sebagai media, siswa dapat menggunakan berbagai indera untuk mempelajari suatu

objek. Siswa dapat melihat, meraba, mencium, bahkan merasakan objek yang

tengah dipelajari. Dalam menggunakan realia, pengguna dituntut kemampuannya

menginterpretasikan hubungan-hubungan tentang benda yang sesungguhnya.

Selain memiliki potensi sebagai media pembelajaran, realia juga memiliki

keterbatasan. Salah satu keterbatasan realia adalah adanya kemungkinan siswa

mempunyai interpretasi yang berbeda terhadap objek yang sedang dipelajari.

Kemungkinan lain adalah informasi yang ingin disampaikan akan berbeda sehingga

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.4.3 Pemilihan Realia Untuk Pembelajaran

Sebelum memilih realia yang akan digunakan, Anda harus

mempertimbangkan kemungkinan realia tersebut akan dipegang oleh siswa. Banyak

realia yang sangat rapuh. Oleh karena itu, simpanlah realia yang rapuh dalam kotak

pajangan. Idealnya, pengguna harus dapat menyentuh realia untuk mendapatkan

pengalaman yang tidak mungkin didapat dari media lain. Kalau memungkinkan,

realia tersebut disimpan dalam plastik yang tembus pandang sehingga realia dapat

diambil tanpa takut rusak. Apabila realia dianggap mahal, atau ruangan yang ada

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

17

tidak memadai, perpustakaan dapat memutuskan untuk tidak memiliki realia dalam

koleksinya. Pertanyaan atau permintaan tentang suatu realia dapat dilayani dengan

cara mengarahkan pengguna ke tempat lain yang memiliki realia tersebut, misalnya

ke kebun binatang untuk melihat binatang-binatang yang tidak mungkin

ditampilkan di depan kelas, ke planetarium untuk mengetahui benda-benda ruang

angkasa.

Media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan untuk

lebih mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam

proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 2001). Media pembelajaran

menurut Mappa (1994:162) “Media dapat diartikan sebagai alat bantu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi dan bahan pelajaran untuk

merangsag pikiran, perasaan, perhatian, dan keterampilan makna belajar”. Media

realia merupakan media yang ditampilkan merupakan benda nyatanya.

Pengguanaan media realia lebih mendekatkan peserta didik (penerima pesan)

dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah memahaminya. ”Akan tetapi

sebenarnya suatu benda asli merupakan benda yang paling tepat guna,

dibandingkan tiruannya”. (Latuheru, 1988:52).

Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber

belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang

kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung

(observasi) benda nyata tersebut kelokasinya (Indriana, D. 2011).

Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana

adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari

kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih

dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan

dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat terutama bagi

siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk

mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat badak yang ada di kebun

binatang.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

18

2.4.4 Pembelajaran IPA Dengan Media Realia

Langkah-langkah Pembelajaran Media Realia

1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

2) Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan

guru

3) Siswa diminta membentuk kelompok (kelompok 5-6 orang) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dalam percobaan dengan

media realia

4) Guru bersama siswa mengamati hasil percobaan tersebut

5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa

6) Guru memberi kesimpulan dan menutup pembelajaran.

2.5 Pengertian Belajar

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, kenyataannya yang dipahami oleh

sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya hanya properti

sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian

besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi

ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti

dikatakan Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar adalah

proses mendapatkan pengetahuan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang

dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu

pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau

menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas menghafal.

Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal yang telah

dipelajarinya (Suprijono, 2009:3). Lebih lanjut menurut (Agus Suprijono,2009)

menyatakan, bahwa belajar adalah disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung

dari proses pertumbuhan sesorang secara alamiah.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

19

Menurut Trianto (2010:16) menyatakan bahwa proses belajar terjadi melalui

banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang

waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Selanjutnya menurut

Slavin (2000:143) menyatakan, belajar merupakan akibat adanya interaksi antara

stimulus dan respon.

Menurut Gagne (Suprijono 2009:2) mengatakan bahwa belajar adalah

perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.

Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di simpulkan

bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar

untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang dapat mengetahui

sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari

tidak tahu menjadi tahu.

2.6 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap,apresiasi dan keterampilan. Menurut Agus Suprijono (2009: 5)

menyatakan, bahwa hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan-pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik

terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan

analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip keilmuan. Keterampilan

intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya

sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam

urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap merpakan kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut (Agus Suprijono,2009:6) menyatakan, bahwa hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

20

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan

hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan

baru), dan evaluation (menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-

rautine, dan rauntinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,

teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk

memperoleh pengetahuan yang belum mereka ketahui kemudian mereka ketahui

memalui pengalaman belajarnya. Setiap individu yang belajar akan memperoleh

hasil dari apa yang telah dipelajari. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi

pada setiap individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan,

tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan

penghargaan dalam diri seseorang yang belajar

2.6.1 Pentingnya Hasil Belajar

Untuk mengetahui perkembangan sudah sampai dimana hasil yang telah yang

telah diperoleh peserta didik dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi pada

akhir pembelajaran. Untuk menentukan kemajuan yang harus di capai maka harus

ada kriteria yang mengacu pada tujuan yang telah di tentukan sehingga dapat di

ketahui seberapa besar pengaruh strategi yang digunakan terhadap keberhasilan

peserta didik atau siswa.

Surakhmad dan Jemmars (1980 : 25) mengemukakan, bahwa keberhasilan

dalam belajar yang dilakukan oleh siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan,

ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam

menentukan keberhasilan siswa.

Winkel (1989:82) menyatakan, bahwa keberhasilan yang dicapai oleh siswa,

yakni adalah perstasi belajar siswa disekolah yang mewujudkan dalam bentuk

angka.

Berdasarkan pernyataan menurut para ahli diatas tentang hasil belajar, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan adalah hasil belajar yang diperoleh

oleh siswa yang dapat diukur dengan angka.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

21

2.6.2 Pengukuran Hasil Belajar

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam menurut Sudjana

(2011:5) yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian

selektif dan penilaian penempatan. Dalam penelitian ini penilaian yang dilakukan

adalah penilaian formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program

belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Dari

segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes

(nontes). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan)

ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut

jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk

objektif, ada juga yang dalam bentuk esai dan uraian. Sedangkan bukan tes sebagai

alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, dan lain-lain.

2.7 Kajian Relevan

Vileonarti, Kristina. 2013. “Penerapan Metode Discovery Learning untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 SD Negeri

Kutowinangun 12 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.” Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan,

keaktifan siswa kategori tinggi sebesar 42,1% pada siklus I mengalami peningkatan

menjadi 63% dan meningkat di siklus II yaitu 86%. Hasil tersebut telah mencapai

indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 70% siswa mencapai keaktifan tinggi.

Hasil belajar IPA ketuntasan siswa pada prasiklus adalah 42,1 % pada siklus I

meningkat menjadi 78,9% siswa tuntas dan pada siklus II meningkat dengan 94,8%

siswa tuntas. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan

yaitu 80% siswa tuntas. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat

dibuktikan kebenarannya, dengan penerapan Discovery Learning dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri

Kutowinangun 12.

Sasmira, Nova. 2009. “Efektivitas Metode Discovery Learning dengan

Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Sup Pokok

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

22

Bahasan Mengenal Alat-Alat Kantor Kelas XI SMK Negeri 7 Medan Tahun

Pembelajaran 2008/2009”. Dari hasil analisis data di ketahui bahwa ada perbedaan

metode Discovery learning dengan metode diskusi pada siswa kelas XI SMK

Negeri 7 Medan. Nilai pre test sebesar 59,2 artinya pemahaman terhadap materi

termasuk rendah. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Metode

Discovery learning Mean : 87,7 artinya nilai hasil belajar meningkat menjadi

kategori baik sekali standar devisi 7,28 dan stadar Error = 1,16 serta uji normalitas

L0< Ltabelatau 0,1400 < 0,1401. Nilai pre test sebesar 55,00 artinya pemahaman

terhadap materi termasuk kategori rendah. Setelah dilakukan pembelajaran

dengan menggukan Metode Diskusi memiliki Mean = 77, 7 standar devisi =

6,67 dan standar Error perbedaan kedua Mean Metode Discovery learning dan

Metode Diskusi adalah 1,16 serta uji normalitas L0< Ltabelatau 0,0385 < 0,1401.

Homogenitas semua sampel = 1,45, Standard Error perbedaan kedua mean Metode

Discovery Learning dan Metode Learning adalah = 1,16. Maka dapat di hitung nilai

t1to= 6,41 tt5% = 2,00 dan t 1% = 2,65 karena to yang di peroleh lebih besar dari tt

yaitu = 2,00 <6,41> 2,65. Mean hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis

alternative (Ha) di terima. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mengenal

alat-alat kantor dengan Metode Discovery learning lebih efektif di gunakan dari

pada Metode Diskusi.

Mawaddah, NE. 2015. “Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan

Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Metakognisi Dan Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan perangkat

pembelajaran matematika yang valid, praktis, dan efektif”. Penelitian ini

merupakan penelitian pengembangan perangkat dengan menggunakan

modifikasi model Plomp. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan: Silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa

(LKS), dan Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (TKBKM). Hasil

pengembangan perangkat pembelajaran sebagai berikut: (1) Perangkat yang

dikembangkan valid, rata-rata nilai validasi 4,03 (baik); (2) Perangkat dinyatakan

praktis, yaitu: kemampuan guru dalam mengimplementasikan instrumen

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

23

tergolong baik, nilai rata-rata 4,45, dan respon siswa juga dalam kategori baik, nilai

rata-rata 3,77.; (3) Pembelajaran matematika dinyatakan efektif, yaitu: (a)

kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mencapai ketuntasan baik secara

individu maupun klasikal, (b) kemampuan berpikir kreatif matematis kelas model

Discovery Learning dengan pendekatan metakognitif lebih baik dari kelas

ekspositori, (c) adanya pengaruh positif metakognisi dan keterampilan proses

terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis sebesar 83,1%, (d) adanya

peningkatan metakognisi, serta (e) adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif

matematis.

Moh, Kanzunnudin. 2013. “Peranan Metode Guided Discovery Learning

Berbantuan Lembar Kegiatan Siswa Dalam Peningkatkan Prestasi Belajar

Matematika”. Pada siklus pertama rata-rata tes prestasi belajar matematika

siswaadalah 67,33 meningkat menjadi 74,39 pada siklus kedua. Skor rata-rata

aktivitas belajar siswa meningkat dari 2,46 pada siklus pertama menjadi 3,13

pada siklus kedua. Sedangkan skor rata-rata pengelolaan pembelajaran guru

meningkat dari 2,64 pada siklus pertama menjadi 2,68 pada siklus kedua.

Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa metode Guided Discovery

Learning berbantuan Lembar Kegiatan Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa kelas V SD Negeri 5 Dersalam.

Mubarok, Chusni. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Tav Pada Standar Kompetensi

Melakukan Instalasi Sound System Di Smk Negeri 2 SURABAYA”. Dari hasil

penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa dengan

model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dari hasil belajar siswa

dengan model pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni thitung

3,291 > t tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen 80,176

dan nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. (2) Hasil angket respon siswa

menunjukkan Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan prosentase

rating penilaian kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik terhadap

penerapan model pembelajaran Discovery Learning.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

24

2.8 Kerangka Pikir

Pada pembahasan mengenai metode Discovery Learning, dikemukakan

bahwa menurut Mulyani S, metode Discovery Learning adalah cara penyajian

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan

informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Begitu juga dengan Mulyani,Widi R

mengatakan bahwa metode Discovery Learning adalah penyajian bahan ajar dengan

menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan

melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran. Berdasar pada teori tersebut, penulis memilih

metode Discovery Learning untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas 5

SDN Ngajaran 03 Tahun Pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran IPA. Hal ini

sesuai dengan karakteristk metode Discovery Learning dalam pembelajaran sains

yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreatif, dan komprehensif, karena (1) dapat

menambah pengetahuan peserta didik melalui lingkungan sekitar, (2) melatih

peserta didik memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya, (3) penanaman

kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup. Dengan asas pembelajaran aktif

yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan

partisipasi siswa secara optimal sehingga siswa mampu menguasai pengeteahuan

dan keterampilan dengan lebih efektif dan efisien.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelajaran IPA 2.1.1 Pengertian IPA · 2017. 5. 4. · 6 BAB II . KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Pelajaran IPA . 2.1.1 Pengertian IPA . Ilmu pengetahuan alam (IPA)

25

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

2.9 Pengajuan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

Discovery Learning berbantuan media realia, dalam pembelajaran IPA hasil belajar

siswa kelas 5 di SDN Ngajaran 03 akan meningkat.

Penggunaan

Metode

Discovery

learning

berbantuan media

realia

TINDAKA

N

KONDISI

AKHIR

Siklus I

KONDISI

AWAL Strategi

pembelajaran

Yang

konvensional

(cara lama)

Hasil belajar siswa

rendah

Melalui penggunaan metode

Discovery learning berbantuan media

realia, dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA

kelas 5 SDN Ngajaran 03 tahun ajaran

2015/2016

(Ketuntasan KKM meningkat)

Menerapkan Metode

Discovery Learning

berbantuan media realia

Siklus II

Menerapkan Metode

Discovery learning

berbantuan media realia