BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial...

59
26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan ekonomi yang dikenal dengan New Institutional Economics (NIE), muncul sebagai akibat adanya aksi kolektif (collective action), biaya transaksi (transaction cost), dan rasionalitas terbatas (bounded rationality) dalam perilaku manusia, masalah koordinasi, dan perkembangan teknologi. Dalam NIE, informasi pasar yang sempurna dan simetris, ketiadaan biaya transaksi, dan rasioanlitas yang tidak terbatas sebagai asumsi neo-klasik sudah dianggap tidak relastik lagi dan justru menjadi lebih longgar. Teori modal sosial pertama kali diperkenalkan secara sistematis oleh Bourdieu pada tahun 1972 dan Coleman tahun 1988 (Hauberer, 2011). Definisi mendasar yang diperkenalkan adalah modal sosial merupakan sumber daya yang melekat dalam hubungan sosial. Individu yang terlibat dalam hubungan sosial dapat mempergunakan sumber daya sosial ini untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Sejumlah intelektual menggunakan teori modal sosial sebagai salah satu bahan diskusi penting yang mempertemukan berbagai disiplin ilmu. Berbeda dengan dua modal lainnya yang lebih dulu popoler dalam bidang ilmu sosial, yakni modal ekonomi (economic/financial capital) dan modal manusia (human capital), modal sosial akan berfungsi jika sudah berinteraksi dengan struktur sosial. Modal ekonomi yang dimiliki

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Modal Sosial

2.1.1 Konsep Modal Sosial

Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan ekonomi

yang dikenal dengan New Institutional Economics (NIE), muncul sebagai akibat

adanya aksi kolektif (collective action), biaya transaksi (transaction cost), dan

rasionalitas terbatas (bounded rationality) dalam perilaku manusia, masalah

koordinasi, dan perkembangan teknologi. Dalam NIE, informasi pasar yang sempurna

dan simetris, ketiadaan biaya transaksi, dan rasioanlitas yang tidak terbatas sebagai

asumsi neo-klasik sudah dianggap tidak relastik lagi dan justru menjadi lebih longgar.

Teori modal sosial pertama kali diperkenalkan secara sistematis oleh Bourdieu

pada tahun 1972 dan Coleman tahun 1988 (Hauberer, 2011). Definisi mendasar yang

diperkenalkan adalah modal sosial merupakan sumber daya yang melekat dalam

hubungan sosial. Individu yang terlibat dalam hubungan sosial dapat mempergunakan

sumber daya sosial ini untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Sejumlah

intelektual menggunakan teori modal sosial sebagai salah satu bahan diskusi penting

yang mempertemukan berbagai disiplin ilmu. Berbeda dengan dua modal lainnya yang

lebih dulu popoler dalam bidang ilmu sosial, yakni modal ekonomi

(economic/financial capital) dan modal manusia (human capital), modal sosial akan

berfungsi jika sudah berinteraksi dengan struktur sosial. Modal ekonomi yang dimiliki

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

27

seseorang/perusahaan mampu melakukan kegiatan (ekonomi) tanpa harus terpengaruh

dengan struktur sosial, demikian pula halnya dengan modal manusia.

Sama halnya dengan modal lainnya, modal sosial juga bersifat produktif, yakni

bila keberadaannya tidak muncul akan membuat pencapaian tujuan tertentu yang tidak

mungkin diraih. Sejumlah definisi tentang modal sosial dipaparkan oleh para ahli,

misalnya :

1. Uphoff dalam Hobbs (2000) yang menyatakan bahwa modal sosial dapat

ditentukan sebagai akumulasi dari beragam tipe dari aspek sosial, psikologi,

budaya, kelembagaan, dan aset yang tidak terlihat (intangible) yang

mempengaruhi perilaku kerjasama.

2. Putnam (2000) mendefinisikan modal sosial sebagai gambaran kelembagaan

sosial, seperti jaringan, norma, dan kepercayaan sosial, yang memfasilitasi

koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan.

3. Hobbs (2000), menyatakan modal sosial sebagai fitur organisasi sosial, seperti

kepercayaan, norma (etika timbal balik), dan jaringan (keterlibatan sipil), yang

dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan

terkoordinasi. Secara luas disepakati bahwa fasilitas modal sosial yang saling

menguntungkan adalah aksi kolektif.

4. Bank Dunia (2000) dalam www.worldbank.org, menyatakan modal sosial

sebagai aturan, norma, kewajiban, dan kepercayaan yang tertanam dalam

hubungan sosial, struktur sosial, serta pengaturan kelembagaan masyarakat

yang memungkinkan anggota untuk mencapai tujuan individu dan komunitas.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

28

Pandangan terbaru The Worl Bank Group (2011), menyatakan bahwa cakupan

lingkungan sosial dan politik yang membentuk struktur sosial dan norma-norma lebih

memungkinkan untuk berkembang. Analisis ini memperluas pentingnya modal sosial

untuk hubungan kelembagaan yang paling formal dan terstruktur, seperti: pemerintah,

rezim politik, aturan hukum, sistem pengadilan, serta kebebasan sipil dan politik.

Pandangan ini tidak hanya memaparkan kebajikan dan keburukan modal sosial, serta

pentingnya menempa hubungan antar personal dan di masyarakat, tetapi mengakui

bahwa kapasitas berbagai kelompok sosial untuk bertindak sesuai dengan kepentingan

mereka sangat bergantung pada dukungan atau ketiadaan yang yang mereka terima

dari negara serta sektor swasta. Pembangunan ekonomi dan sosial tumbuh subur ketika

perwakilan dari negara, sektor korporasi, dan masyarakat sipil membuat forum, dan

melalui forum diupayakan menjadi sarana untuk mengidentifikasi dan mengejar tujuan

bersama.

Berdasarkan konsep dan pandangan tentang modal sosial seperti diungkapkan

sejumlah pakar, maka dalam penelitian ini digunakan konsep modal sosial sebagai

jaringan bersama dengan norma, rasa percaya dan pemahaman yang memfasilitasi

kerja sama diantara atau antar kelompok. Modal sosial mengacu pada lembaga,

hubungan, dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial

suatu masyarakat.

Modal sosial baru dapat diimplementasikan bila telah terjadi interaksi dengan

orang lain yang dipandu oleh struktur sosial. Modal sosial berhubungan dengan norma

atau jaringan yang memungkinkan orang untuk melakukan tindakan kolektif. Hal ini

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

29

berimplikasi, bahwa modal sosial lebih memfokuskan kepada sumber (sources)

daripada konsekuensi atas modal sosial itu sendiri. Deskripsi tentang modal sosial,

seperti kepercayaan, norma dan hubungan timbal-balik, dikembangkan sebagai sebuah

proses yang terus-menerus.

Tiga bentuk dari modal sosial menurut Coleman (1998), yaitu : (1) Struktur

kewajiban (obligations), ekspektasi, dan kepercayaan. Dalam konteks ini, bentuk

modal sosial tergantung dari dua elemen kunci: kepercayaan dari lingkungan sosial

dan perluasan aktual dari kewajiban yang sudah dipenuhi (obligation held). Perspektif

ini memperlihatkan bahwa, individu yang bermukim dalam struktur sosial dengan rasa

saling percaya yang tinggi memiliki modal sosial yang lebih baik daripada situasi

sebaliknya, (2) Jaringan informasi (information channels). Informasi sangatlah penting

sebagai basis tindakan, tetapi harus disadari bahwa informasi itu mahal dan tidak

gratis. Tentu saja, individu yang memiliki jaringan lebih luas akan lebih mudah (dan

murah) untuk memperoleh informasi, sehingga bisa dikatakan modal sosialnya tinggi,

demikian pula sebaliknya, dan (3) Norma serta sanksi yang efektif (norms and

effective sanctions). Norma dalam sebuah komunitas yang mendukung individu untuk

memperoleh prestasi (achievement) tentu saja bisa digolongkan sebagai bentuk modal

sosial yang sangat penting. Contoh lainnya, norma yang berlaku secara kuat dan

efektif dalam sebuah komunitas yang bisa memengaruhi orang-orang muda dan

berpotensi untuk mendidik generasi muda tersebut memanfaatkan waktu seoptimal

mungkin.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

30

Analisis modal sosial dapat dilihat dari dua sisi yaitu: 1) tingkatan analisis yang

digunakan dan 2) manifestasi modal sosial yang diteliti. Point pertama, memandang

modal sosial dari level mikro samapai dengan makro. Point kedua, memperluas

jangkauan modal sosial dari menifestasi struktural ke kognitif (BPS Pusat, 2013a).

Pada point pertama, modal sosial level mikro meliputi individu, rumah tangga,

atau masyarakat dalam kominutas tertentu. Pada level ini modal sosial tercermin dari

hubungan horizontal. Interaksi yang terjadi dalam jaringan sosial pada komunitas

tertentu akan menjamin kepatuhan terhadap norma, nilai, dan resiprositas antar

manusia. Jejaring sosial yang terbentuk akan menciptakan eksternalitas yang bisa

positif atau negatif bagi komunitas secara keseluruhan.

Modal sosial pada level meso memandang modal sosial secara lebih luas baik

pada hubungan horizontal maupun vertikal di dalam kelompok ataupun antar

kelompok. Hubungan vertikal dilakukan terhadap pemilik otoritas/kekuasaan yang

lebih tinggi sebagai akibat dari struktur sosial dalam kelompok. Pandangan ini sesuai

dengan konsep modal sosial dari Coleman (1998).

Pada level makro, modal sosial merujuk pada hubungan sosial yang sangat luas

meliputi lingkungan sosial dan politik yang membentuk struktur sosial dan

memungkinkan norma untuk berkembang. Modal sosial dipandang sebagai pembentuk

utama hubungan antar institusi formal (pemerintah maupun non pemerintah) dan tata

kelola yang dianut (politik, hukum, peradilan, kebebasan politik dan sipil).

Pada point kedua, manifestasi modal sosial dapat dilihat dari variabel yang

digunakan untuk membangun indikator modal sosial. Modal sosial struktural mengacu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

31

pada wujud yang lebih mudah dan nyata terlihat, seperti: institusi lokal, organisasi, dan

jaringan antar orang, berdasarkan kondisi budaya, sosial, ekonomi, politik, atau tujuan

lain. Sedangkan modal sosial kognitif mengacu pada wujud yang lebih abstrak seperti

rasa percaya, norma, dan nilai-nilai yang mengatur interaksi antar orang-orang dalam

mencapai tujuan bersama. Pengukuran kelompok/organisasi dapat diamati secara

langsung berdasarkan ukuran keanggotaannya, intensitas pertemuan dan kegiatan.

Dalam hal ini, norma dan rasa percaya harus diperhatikan secara tidak langsung

melalui persepsi masyarakat yang bertindak menurut kepatuhannya terhadap norma

yang berlaku.

Modal sosial struktural dan kognitif saling melengkapi, dimana struktur

organisasi membantu menerjemahkan norma dan keyakinan ke dalam daerah perilaku

tujuan sehingga berorientasi adanya koordinasi. Partisipasi masyarakat jarang terjadi

secara spontan, melainkan melibatkan persiapan sosial yang memerlukan proses : (1)

mengumpulkan informasi tentang keadaan dan sumber daya yang ada; (2) analisis

situasi; (3) pemilihan prioritas tindakan; (4) bergabung bersama-sama ke dalam

kelompok atau organisasi yang mereka pilih sendiri; dan (5) bekerja dengan sarana

untuk menerapkan persiapan. Persiapan sosial membutuhkan pola yang sistematis

dalam konteks aksi-refleksi-reaksi, yang merupakan praktek inti dalam dasar

pembangunan partisipatif.

Akhirnya, pengelompokan sumber dan dimensi modal sosial sangat

dipengaruhi oleh metoda pendekatan yang digunakan dalam pengukuran modal sosial.

Mengacu dari pembahasan konsep modal sosial, dalam penelitian ini digunakan tiga

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

32

kelompok utama sebagai refleksi modal sosial, yaitu : (1) Rasa percaya, (2)

Norma/etika, dan (3) Jaringan Kerja.

Rasa Percaya

Dasar perilaku manusia dalam membangun modal sosial adalah rasa percaya,

melalui moralitas yang tinggi. Manusia dapat hidup damai bersama dan berinteraksi

satu sama lain, memerlukan aktivitas kerjasama dan koordinasi sosial yang diarahkan

oleh tingkatan moralitas. Kasih sayang dalam keluarga dilandasi oleh rasa saling

percaya antar individu, sedangkan rasa percaya menjadi alat untuk membangun

hubungan. Adanya hubungan lebih luas yang harmonis akan mampu menekan biaya

transaksi dalam hal komunikasi, kontrak dan kontrol. Rasa percaya merupakan sikap

yang siap menerima resiko dan ketidakpastian dalam berinteraksi.

Kerjasama yang baik dimulai dari rasa percaya yang tinggi terhadap seseorang,

semakin tebal rasa percaya terhadap orang lain akan semakin kuat jalinan kerjasama

yang terbentuk. Kepercayaan sosial akan muncul dari interaksi yang didasari oleh

adanya norma dan jaringan kerja pada pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi

tersebut. Aktivitas memonitor perilaku orang lain agar sesuai norma yang dianut dan

disepakati tidak akan diperlukan lagi bila sudah terbentuk rasa saling percaya.

Tingkat homogenitas (homogenity), komposisi populasi, dan tingkat

ketidaksamaan (inequality) akan menentukan tingkatan rasa percaya. Pada daerah

dengan ras dan komposisi populasi yang homogen serta tingkat ketidaksamaan yang

rendah akan memberikan tingkat rasa percaya yang tinggi. Ketuhanan, etika, dan

hukum merupakan sumber utama dari rasa percaya, sedangkan penyusunan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

33

kelembagaan dan kekeluargaan menjadi bentuk struktural dari rasa percaya. Rasa

saling percaya dapat tumbuh berdasarkan interaksi intensif antar teman dan keluarga.

Rao (2001) menyatakan bahwa rasa saling percaya (mutual trust) berperan

penting dalam membangun ekonomi pasar yang sehat. Rasa percaya akan mengurangi

gejolak dalam penegakan kontrak dan biaya monitoring sehingga mampu

mengefisiensikan biaya transaksi. Kebenaran dan norma akan membangun rasa

percaya yang berkelanjutan, tetapi keterbatasan manusia akan sifat rasionalitas cukup

berpengaruh pada usaha membangun rasa saling percaya tersebut. Oleh karena itu,

perlu memperluas dan mengintensifkan komunikasi agar selalu tersedia informasi yang

benar. Sejumlah penelitian memperlihatkan hasil bahwa rasa percaya berpengaruh

positif dan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi, demikian pula sebaliknya,

keberhasilan peme-rintah dalam pembanguan ekonomi dapat memperkuat rasa percaya

sosial masyarakat terhadap pemerintah.

Norma/Etika

Norma sangat berperan mengatur individu dalam suatu kelompok sehingga

keuntungan yang dihasilkan setiap individu proporsional dengan usaha yang dilakukan

dalam kelompok tersebut. Dalam hal ini, individu dalam kelompok harus berjuang

dalam mencapai tujuan bersama dengan sukarela. Individu dalam kelompok

diharapkan lebih mementingkan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan

individu.

Norma merupakan nilai universal yang mengatur perilaku individu dalam suatu

masyarakat atau kelompok. Fukuyama (1999) menyatakan modal sosial sebagai norma

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

34

informal yang bersifat instan dan dapat membangun kerjasama antar dua atau lebih

individu. Norma sebagai bagian dari modal sosial dapat dibangun dari norma/etika

yang disepakati antar teman. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa, rasa percaya, norma

dan komunitas sosial yang terbentuk sangat berkaitan dengan modal sosial yang

muncul sebagai hasil dari modal sosial tetapi bukan modal sosial secara fisik.

Menurut Plateau (2000), pembangunan ekonomi yang berkembang telah terjadi

manakala tujuan dan nilai-nilai sosial memperoleh ruang yang lebih luas. Prinsip

keadilan yang mengarahkan seseorang dalam berperilaku tidak mementingkan diri

sendiri, dipandang sebagai norma sosial yang merupakan aturan bagi setiap individu

berperilaku bersama dalam suatu kelompok.

Jaringan Kerja

Setiap orang memiliki pola tertentu dalam berinteraksi, melakukan pilihan

dengan siapa berinteraksi, dan dengan alasan tertentu pula. Jaringan kerja merupakan

system pada saluran komunikasi untuk mengembangkan dan menjaga hubungan

interpersonal. Biaya transaksi akan muncul sebagai akibat adanya bangunan saluran

komunikasi. Nilai-nilai bersama (norma) juga berperan pada keinginan untuk

bergabung membentuk jaringan kerja dengan orang lain. Munculnya koalisi dan

koordinasi juga disebabkan adanya jaringan kerja. Keputusan melakukan investasi

dalam suatu jaringan kerja disebabkan oleh adanya kontribusi saluran komunikasi

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Interaksi sosial tergantung dari struktur jaringan kerja dan struktur masyarakat-

nya, sehingga posisi individu pada struktur tersebut menjadi dasar pada evaluasi modal

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

35

sosial. Coleman (1988), mengatakan densitas dan jaringan kerja sosial akan

meningkatkan efisiensi penguatan perilaku kerjasama pada suatu organisasi. Modal

sosial memberi manfaat pada individu dan jaringan kerja individu itu sendiri. Modal

sosial merupakan jumlah dari modal interaksi yang dimiliki sejumlah individu yang

terbentuk atas dasar norma yang dianut bersama. Modal sosial mempunyai ekternalitas

ekonomi yang positif pada tingkat lokal melalui proses aktivitas aksi bersama

(collective action), yang terbentuk berdasarkan hubungan sosial dan struktur sosial

dalam jaringan kerja tertutup. Hubungan sosial tergantung dari tingkat ketertutupan

struktur sosial yang sangat penting dalam membangun kepercayaan dan penegakan

norma yang efektif.

Woolcock (2000), memaparkan bahwa dalam modal sosial terdapat tiga hubu-

ngan, yaitu: (1) modal sosial mengikat (bonding sosial capital), (2) modal sosial

menyambung (bridging sosial capital), dan (3) modal sosial mengait (linking sosial

capital). Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding), pada umumnya berasal dari

ikatan kekeluargaan, kehidupan bertetangga dan persahabatan. Hubungan antar

individu dalam kelompok seperti ini mempunyai interaksi yang intensif, antar muka

dan saling mendukung. Modal sosial yang bersifat menyambung (bridging), terbentuk

dari interaksi antar kelompok dalam suatu wilayah dengan frekuensi yang relatif lebih

rendah, seperti kelompok etnis tertentu, kelompok agama, paguyuban, sekaa, atau

kelompok sosial lainnya. Sedangkan modal sosial yang bersifat mengait (linking),

umumnya terbentuk dari interaksi individu atau kelompok dalam organisasi formal,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

36

seperti lembaga politik, bank, klinik kesehatan, sekolah, kelompok tani (subak),

kelompok profesi, dsb.

Cullen and Kratzmann (2000) juga menyebutkan bahwa ikatan kuat yang

mengikat (bonding) banyak terjadi pada hubungan anggota keluarga, tetangga, dan

teman-teman dekat. Hubungan ini biasanya berfokus pada hati dan berfungsi sebagai

mekanisme perlindungan sosial selama dibutuhkan. Hubungan ini juga bertindak

sebagai kendaraan utama untuk transmisi norma-norma perilaku pada anak-anak

(sosialisasi) dan mempengaruhi pengembangan sumber daya manusia. Kemampuan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak-anak sangat

mempengaruhi persepsi mereka terhadap kepercayaan orang lain di luar keluarga.

Dinamika keluarga juga mendorong upaya timbal balik dan pertukaran, yang

merupakan dua faktor penting lainnya dalam lingkup modal sosial. Dukungan material

dan emosional dibagi secara bebas antara anggota keluarga untuk menghasilkan

kesediaan secara implisit pada dukungan tersebut (The World Bank, 2011). Modal

sosial bonding menjadi penting dalam difusi informasi, menetapkan norma-norma,

mengendalikan penyimpangan, mencipta-kan kondisi saling membantu, dan

melindungi kelompok yang rentan. Jenis modal sosial ini juga dapat berfungsi sebagai

sumber utama kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi para anggotanya. Namun ikatan

yang kuat seperti ini dapat membatasi pertumbuhan ekonomi melalui pemberlakukan

hambatan dalam menjalin hubungan eksternal.

Hubungan dalam interaksi antar orang-orang dari latar belakang etnis dan

pekerjaan yang berbeda membentuk modal sosial menyambung (bridging). Jenis

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

37

modal sosial ini sangat penting bagi keberhasilan masyarakat sipil karena memberikan

kesempatan untuk berpartisipasi, meningkatkan jaringan untuk pertukaran, dan saluran

untuk menyuarakan keprihatinan kelompok yang mempengaruhi perubahan. Modal

sosial menyambung ini adalah yang paling bermanfaat dalam hal pembangunan sosial

dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Pembangunan ekonomi masyarakat dan

pemerintah yang efektif, secara positif akan meningkatkan peran warga dikaitkan

dengan solidaritas, integritas, dan partisipasi (jaringan keterlibatan masyarakat).

Jaringan kerja masyarakat yang terjadi melalui ikatan dan norma asih-asuh timbal

balik akan memperkuat sentimen kepercayaan dalam masyarakat dan juga berfungsi

untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan organisasi sosial.

Modal sosial mengait (linking) mengacu pada sifat dan tingkat hubungan

vertikal antara kelompok-kelompok orang yang memiliki saluran dan akses terbuka,

sumber daya, dan kekuasaan atau pemerintah. Hubungan antara pemerintah dan

masyarakat juga tercakup dalam hubungan modal sosial. Sektor publik (yaitu : negara

dan lembaga-lembaga) sangat berperan dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.

Undang-undang dan peraturan pemerintah menentukan dimensi ruang yang tersedia

untuk masyarakat sipil, yang memungkinkan untuk berkembang atau mati/layu.

Kehadiran modal sosial tidak selalu berarti adanya hubungan inklusif dalam

masyarakat. Pendapatan dan kesenjangan kekayaan (linking yang lemah), ketegangan

rasial dan etnis (bridging yang rendah), dan perbedaan dalam partisipasi politik serta

keterlibatan masyarakat yang lemah (bonding yang lemah), semuanya berhubungan

dengan kurangnya kohesi sosial. Kohesi sosial yang tinggi/kuat dapat ditunjukkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

38

dengan tingkat kepercayaan yang kuat dan norma timbal balik bagi kelompok-

kelompok dengan ikatan (bonding) yang kuat, banyaknya bridging yang harmonis, dan

adanya mekanisme pengelolaan konflik (demokrasi responsif, peradilan yang

independen, dll ) melalui hubungan antar kelompok termasuk pemerintah dan

masyarakat. Dengan demikian, kohesi sosial mencerminkan adanya hubungan

terintegrasi, baik hubungan horizontal (bonding dan bridging ) maupun hubungan

secara vertikal dengan modal sosial linking (Gambar 2.1) .

Gambar 2.1

Kohesi (Kerapatan) Sosial dalam Modal Sosial

Sumber : Cullen and Kratzmann (2000)

Diagram menggunakan segitiga untuk menggambarkan hubungan antara kohesi

(kerapatan) sosial terhadap modal sosial, yang meliputi :

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

39

a. Tiga titik pada segitiga, yaitu : (1) Linking (hubungan vertikal); (2)

Bonding (keluarga, agama, dan etnis); dan (3) Bridging (hubungan lintas

sektoral)

b. Tiga posisi pada sisi segitiga, meliputi : (1) Kohesi sosial rendah (sisi

segitiga antara linking dan bonding), yang terdiri dari kondisi:

pengecualian, penindasan dan otoriter, ketimpangan/ketidakadilan,

korupsi dan birokrasi yang tidak efisien, dan masyarakat tertutup; (2)

Kohesi sosial yang tinggi (sisi segitiga antara linking dan bridging), yang

terdiri dari kondisi : Inklusif, supremasi hukum dan demokrasi, akses dan

kesetaraan kesempatan; serta efisiensi dengan birokrasi yang tidak korup;

dan (3) Hubungan modal sosial horisontal (sisi segitiga antara bonding dan

bridging).

2.1.2 Modal Sosial dalam Pembangunan dan Kesejahteraan

Pembangunan yang dialakukan seluruh negara di dunia bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tidak hanya dipandang dari sisi

ekonomi tetapi juga mencakup kesejahteraan lainnya seperti kebebasan sipil,

kebebasan dari tindak kejahatan, lingkungan hidup yang bersih serta kondisi penduduk

yang sehat secara fidik dan mental (OECD, 2011). Lebih jauh dijelaskan bahwa

kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: (1) modal alam, (2) modal

fisik, dan (3) modal manusia dan modal sosial. Modal alam, fisik dan manusia dikenal

dengan modal tradisional pembangunan, sedangkan modal sosial erat kaitannya modal

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

40

manusia. Jika modal manusia mewakili pengetahuan, keterampilan dan kesehatan,

maka modal sosial merujuk pada rasa percaya, norma dan jejaring yang memfasilitasi

kerjasama antar manusia di dalam maupun antar kelompok.

Modal sosial terbentuk dari hubungan sosial antar manusia, sehingga besaran

modal sosial tergantung dari kapabilitas sosial tiap individu. Kapabilitas sosial

mempunyai peran yang sama penting dengan modal pembangunan lainnya (OECD,

2011). Ini yang menyebabkan modal sosial sering dianggap sebagai perekat yang

memungkinkan modal pembangunan lainnya berkerja secara efektif dan efisien. Modal

sosial bersama modal manusia secara langsung berpengaruh terhadap kesejahteraan

manusia, tetapi keduannya juga berperan melalui modal pembangunan lainnya dalam

bentuk kapabilitas manusia dan sosial.

Narayan and Pritchett ( 1999) menjelaskan lima mekanisme bagaimana modal

sosial mempengaruhi hasil pembangunan, yaitu.

1) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memantau kinerja pemerintah,

baik karena pejabat pemerintah lebih tertanam dalam jaringan sosial atau

karena memantau penyediaan layanan publik seperti barang publik;

2) Meningkatkan kemungkinan tindakan kooperatif dalam memecahkan masalah

dengan elemen lokal yang dimiliki oleh umum;

3) Memfasilitasi difusi inovatif dengan meningkatkan keterkaitan individu;

4) Mengurangi ketidaksempurnaan informasi dan memperluas jangkauan penega-

kan mekanisme, sehingga meningkatkan transaksi dalam output, kredit, tanah

dan pasar tenaga kerja;

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

41

5) Meningkatkan asuransi formal ( atau jaring pengaman informal) antara rumah

tangga, sehingga memungkinkan rumah tangga untuk mengejar keuntungan

yang lebih tinggi, walaupun lebih berisiko, aktif dalam kegiatan dan teknik

produksi.

Sementara itu Cullen and Kratzmann (2000) menyatakan bahwa kehadiran

modal sosial dapat membantu meningkatkan penggunaan manusia, alam, modal fisik,

dan modal keuangan. Dalam hal ini, modal sosial dapat menyebabkan manajemen

pembangunan yang lebih efisien dalam pengelolaan sumber daya tersebut. Dengan

demikian, modal sosial dapat menjadi agen mediasi antara bentuk-bentuk modal,

memperkuat dan meningkatkan efek yang terjadi. Di sisi lain, rendahnya tingkat modal

sosial cenderung mengarah pada mengecilnya manfaat bentuk-bentuk modal yang lain

bagi masyarakat secara keseluruhan.

The World Bangk Group (2011), memaparkan bukti-bukti yang menunjukkan

modal sosial merupakan kontributor potensial untuk pengurangan kemiskinan dan

pembangunan berkelanjutan, meningkatkan upaya yang dilakukan untuk mengiden-

tifikasi metode dan alat pengukuran modal sosial yang relevan. Hal ini sangat menarik

karena modal sosial terdiri dari konsep-konsep seperti kepercayaan, norma-norma

dalam komunitas, dan jaringan yang sulit untuk diukur. Tantangannya meningkat

ketika muncul permasalahan pencarian alat ukur yang mampu untuk mengukur bukan

hanya kuantitas tetapi juga kualitas dari modal sosial pada berbagai skala. Sejumlah

peneliti modal sosial mengidentifikasi metode dan alat yang dapat mengukur dan

memenuhi syarat agar modal sosial dapat digunakan oleh pembuat kebijakan dan para

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

42

pemangku kepentingan, sehingga memungkinkan untuk menganalisis dampak yang

ada dan menciptakan modal sosial baru yang bisa menguntungkan bagi masyarakat

miskin dan bangsa.

2.1.3 Pengukuran Modal Sosial

Pengukuran modal sosial mungkin sulit, tetapi bukan tidak mungkin, dan

beberapa studi yang sangat baik telah mengidentifikasi pendekatan yang berguna

untuk modal sosial, dengan menggunakan jenis dan kombinasi dari metodologi

penelitian kualitatif, komparatif dan kuantitatif yang berbeda (Woolcock, 2000).

Pengukuran modal sosial sangat tergantung pada bagaimana modal sosial itu dimaknai.

Menurut The World Bank Group (2011), modal sosial diukur dengan sejumlah

cara yang inovatif, meskipun untuk mendapatkan satu ukuran yang valid mungkin

mustahil. Hal ini disebabkan oleh : (1) definisi yang paling komprehensif dari modal

sosial yang multidimensi, ternyata menggabungkan tingkat dan unit analisis yang

berbeda, (2) adanya upaya untuk mengukur konsep dari sifat-sifat ambigu seperti rasa

percaya, norma, masyarakat, jaringan dan organisasi selalu menimbulkan masalah, (3)

beberapa survei terdahulu sering dipakai acuan untuk mengukur modal sosial melalui

kompilasi indeks dari berbagai item perkiraan, seperti tingkat kepercayaan pada

pemerintah, tren perolehan suara dalam pemilu, keanggotaan dalam organisasi

kemasyarakatan, jam kerja yang dihabiskan secara sukarela. Survei terbaru saat ini

sedang diuji yang diharapkan akan menghasilkan lebih banyak indikator langsung dan

akurat untuk pengukuran modal sosial. Mengukur modal sosial mungkin sulit, tetapi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

43

bukan tidak mungkin, dan beberapa studi yang sangat baik telah mengidentifikasi

pendekatan untuk mewakili pengukuran modal sosial, dengan menggunakan jenis dan

kombinasi dari metodologi penelitian kualitatif, komparatif dan kuantitatif yang

berbeda.

Pretty and Ward (2001) menyatakan terdapat empat aspek utama yang

membangun modal sosial, yaitu : (1) hubungan dari rasa percaya, (2) resiproksitas dan

pertukaran, (3) aturan umum, norma, dan sanksi, serta (4) koneksi, kerjasama, dan

kelompok. Rasa percaya mempermudah jalinan kerjasama dan mengurangi biaya

trasaksi. Rasa percaya dibedakan atas dua tipe, yaitu rasa percaya terhadap orang yang

dikenal (thick trust) dan rasa percaya terhadap orang yang belum dikenal (thin trust).

Resiproksitas dan pertukaran juga berperan meningkatkan rasa percaya. Resiproksitas

ada dua tipe, yaitu resiproksitas spesifik yang berkaitan dengan pertukaran simultan

dan resiproksitas difusif yang merujuk pada pertukaran yang berkelanjutan.

Determinan modal sosial seperti rasa percaya, norma, dan jaringan kerja dapat

berdampak positif atau negatif terhadap kinerja pembanguan ekonomi. Rasa saling

percaya yang tinggi akan mendorong peningkatan kinerja ekonomi yang lebih tinggi,

asalkan mampu membangun kondisi persaingan yang sehat. Norma akan mempunyai

dampak positif bila kemungkinan berkembangnya kreativitas lebih besar dibandingkan

kemungkinan melemahnya etika kerja. Jaringan kerja akan berdampak positif terjadi

bila dampak proteksi pada perilaku senang meminjam (rent-seeking) lebih besar

daripada pengurangan (crowding out) waktu kerja.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

44

Fokus dari pengukuran modal sosial itu sebenarnya ingin melihat pada

kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama

membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut

diwarnai oleh suatu pola inter-relasi yang imbal balik dan saling menguntungkan, serta

dibangun di atas kepercayaan yang ditopang oleh norma dan nilai nilai sosial yang

positif dan kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat

proaktif membuat jalinan hubungan diatas prinsip-prinsip tentang persamaan,

kebebasan, dan nilai-nilai kemajemukan serta humanitarian. Akhirnya dapat

dinyatakan bahwa unsur-unsur pokok pengukuran modal sosial adalah.

1). Rasa Percaya; kepercayaan adalah sesuatu yang mempunyai nilai yang sangat

tinggi di dalam melakukan apapun dengan orang lain. Rasa percaya

(mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam

hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang

lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa

bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang

lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993,

1995 dan 2002). Pandangan Fukuyama (2000), menyatakan bahwa rasa

percaya adalah sikap saling mempercayai di masyarakat tersebut, saling bersatu

dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.

Beberapa indikator yang sesuai dengan unsur rasa percaya pada pelaku usaha

industri tenun, misalnya: rasa peduli dan toleransi terhadap orang lain,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

45

kepercayaan terhadap tokoh agama, rasa saling percaya terhadap orang lain,

kepercayaan terhadap pemerintah, dsb.

2). Norma Sosial; norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-

harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh

sekelompok orang. Unsur modal sosial ini dapat berasal dari agama, panduan

moral, maupun standar-standar sekuler seperti hanya kode etik professional.

Menurut Fukuyama (2000) norma-norma dibangun dan berkembang

berdasarkan sejarah kerjasama dimasa lalu dan diterapkan untuk mendukung

iklim kerjasama. Hasbullah (2005) menyatakan norma-norma sosial akan

sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam

masyarakat apalagi dalam kehidupan sekarang dan tidak lagi dipandang

sebagai modal yang penting di dalam tantanan kehidupan masyarakat setempat.

Beberapa indikator norma sehubungan dengan pelaku usaha industri tenun

dikaitkan dengan budaya setempat, seperti: norma keharmonisan sesuai Tri

Hita Karana (THK), kepatuhan terhadap aturan (awig-awig) yang ada,

kemudahan mencari bantuan modal, kemudahan memperoleh bantuan

pembinaan kewirausahaan (manajemen), dsb. Dalam hal ini, Konsep THK

merupakan konsep harmonisasi hubungan yang selalu dijaga masyarakat Hindu

Bali meliputi: parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), pawongan

(hubungan antar-manusia), dan palemahan (hubungan manusia dengan

lingkungan) yang bersumber dari kitab suci agama Hindu Baghawad Gita.

Oleh karena itu, konsep THK yang berkembang di Bali, merupakan konsep

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

46

nilai kultur (budaya) lokal yang telah tumbuh, berkembang dalam tradisi

masyarakat Bali, dan bahkan saat ini telah menjadi landasan falsafah bisnis,

filosofi pengembangan pariwisata, pengaturan tata ruang, dan rencana stratejik

pembangunan daerah. (Windia dan Ratna, 2011).

3). Jaringan Kerja; modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu,

melainkan akan terletak pada kecendrungan yang tumbuh dalam suatu

kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang

melekat. Modal sosial akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam

kelompok masyarakat untuk membangun sejumlah asosiasi serta membangun

jaringannya agar mampu membuat modal sosial berperan. Beberapa indikator

jaringan kerja yang berhubungan dengan pelaku usaha industri tenun, seperti:

kepadatan atau partisipasi dalam kegiatan bersama, kerjasama dengan teman/

karyawan dalam satu usaha (bonding), kerjasama pada sesama pelaku usaha

lain (bridging), kerjasama dan bantuan dari pemerintah (linking), dsb.

2.2 Orientasi Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur

manajemen memberikan tiga landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan

organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovatif,

kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif (Kemendikbud, 2013).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

47

Kewirausahaan dikenal sebagai pendekatan baru dalam pembaruan kinerja

perusahaan. Hal ini, tentu harus direspon secara positif oleh perusahaan yang mulai

mencoba bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat krisis berkepanjangan. Kewira-

usahaan disebut-sebut sebagai pelopor untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi

perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Sedangkan wirausaha sendiri

berarti suatu kegiatan manusia dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk

mencapai serta menciptakan suatu pekerjaan yang dapat mewujudkan insan mulia.

Dengan kata lain, wirausaha berarti manusia yang unggul dalam menghasilkan suatu

pekerjaan bagi dirinya sendiri atau orang lain. Orang yang melakukan wirausaha

dinamakan wirausahawan. Bentuk aplikasi atas sikap-sikap kewirausahaan dapat

diindikasikan dengan orientasi kewirausahaan yang direfleksikan dengan kemampuan

inovatif, proaktifi, dan kemampuan dalam pemecahan masalah (Prawirokusumo,

2010).

Orientasi kewirausahaan mengacu kepada proses, praktik, dan aktivitas pembu-

atan keputusan yang mengarah kepada usahaa baru (new entry), melalui penciptaan

produk atau jasa baru (Lumpkin and Dess, 1996). Orietansi kewirausahaan mencakup

tiga dimensi, meliputi: (1) kemauan untuk berinovatif (inovatif), (2) kecenderungan

untuk menjadi proakatif terhadap pasar (proaktif), dan (3) keberanian mengambil

keputusan atau risiko (pemecahan masalah).

Dimensi pertama dari orientasi kewirausahaan adalah inovatif (innovativeness).

Keinovatifan mengacu kepada kecenderungan perusahaan ikut serta dan mendukung

gagasan baru, kebaruan (novelty), eksperimentasi, dan proses kreatif yang berakibat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

48

pada proses teknologi, jasa, dan produk baru. Oleh karenanya, keinovatifan mirip

dengan suatu iklim, budaya atau orientasi bukan hasil. Keinovatifan terjadi sepanjang

suatu kontinum, contoh dari mencoba lini produk baru atau mengadakan percobaan

produk baru, mencoba menguasuai suatu teknologi terbaru. Lebih lanjut dinyatakan

bahwa keinovatifan akan mengarah kepada perangkap, karena pengeluaran pada

pengembangan produk baru dapat menjadi pemborosan sumberdaya jika upaya ini

tidak memberi hasil.

Dimensi kedua orientasi kewirausahaan adalah proaktif (proactiveness)

terhadap pasar. Proaktif berkaitan dengan melihat kedepan (foward looking),

penggerak pertama upaya pencarian keunggulan untuk membentuk lingkungan dengan

memperkenalkan produk baru atau memproses persaingan ke depan. Keproaktifan

adalah penting karena menyiratkan pendirian untuk melihat kedepan (foward looking)

yang disertai dengan aktivitas yang inovatif atau spekulasi baru. Dengan demikian,

perusahaan yang proaktif adalah leader bukan follower, karena perusahaan memiliki

kemauan dan tinjauan ke masa depan untuk meraih kesempatan baru. Lebih lanjut,

perusahaan yang proaktif sering merupakan perusahaan yang mengajukan produk baru

dan seringkali memperkenalkan produk baru mendahului pesaingnya.

Dimensi ketiga dari orientasi kewirausahaan adalah pemecahan masalah

melalui keberanian mengambil keputusan/risiko (risk taking), yang didefinisikan

sebagai sejauhmana para pimpinan/manajer berkeinginan membuat komitmen terhadap

sumberdaya yang berisiko. Sama seperti keinovatifan, pengambilan risiko terjadi

secara kontinu yang berkisar dari risiko yang relatif aman sampai risiko yang sangat

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

49

tinggi (misalnya meluncurkan produk baru di pasar baru. Meskipun banyak risiko

dapat menurunkan kinerja pengembangan produk baru, risiko itu sendiri tak dapat

dihindari karena kinerja akhir dari pengembangan produk baru tidak dapat diketahui

sebelumnya. Perusahaan pasti seringkali memanfaatkan sumberdaya pada proyek

pengembangan ketika kesempatan ditangkap oleh pasardan sebagian tanpa

pengetahuan tentang bagaimana proyek pengembangan ini akan menghasilkan.

Pengambilan risiko meliputi perangkap dan bahaya, tetapi perusahaan sering bertindak

tanpa mengetahui apakah tindakan mereka akan menghasilkan.

Menurut Nadim and Seymour (2007), konsep orientasi kewiraushaan akan

melibatkan tiga unsur yaitu : (1) pengusaha (orang-orang atau pemilik usaha yang

berusaha untuk menghasilkan nilai, melalui penciptaan atau perluasan kegiatan

ekonomi, dengan mengidentifikasi dan mengeksploitasi produk baru, proses atau

pasar, (2) aktivitas kewirausahaan (tindakan giat manusia dalam mengejar nilai

tambah, melalui penciptaan atau perluasan kegiatan ekonomi, dengan mengidentifikasi

dan mengeksploitasi produk baru, proses atau pasar, dan (3) kewirausahaan (fenomena

yang terkait dengan aktivitas kewirausahaan). Aktivitas (kegiatan) kewirausahaan

melibatkan pemahaman empat pertimbangan utama, yaitu: (a) aktivitas kegiatan

manusia; (b) memanfaatkan kreativitas, inovatif dan/atau peluang, (c) menciptakan

bisnis dan lingkungan baru yang lebih luas, dan (d) penciptaan nilai.

Pemahaman orientasi kewirausahaan diukur dengan capaian kompetensi

kewirausahaaan yang oleh Entrepreneurial Development Institut (EDI) of India

(Jyotsna dan Saxena, 2012) diidentifikasi melalui: (1) inisiatif; bertidak sesuai pilihan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

50

bukan karena paksaan, mengawali tindakan, (2) gigih mencari peluang; pola pikir yang

dilatih untk mencari peluang usaha dari pengalaman sehari-hari, (3) kegigihan dalam

berusaha (Persistensi); sikap pantang menyerah dan mencari informasi terus menerus

sampai berhasil, (4) rasa ingin tahu tinggi; sikap rajin mencari ide-ide dan informasi

baru, konsultasi dengan ahlinya., (5) proaktif mencari pasar dan pesanan kerja; sikap

kerja yang aktif untuk mencari konsumen dan menyelesaikan tugas sesuai jadwal, (6)

proaktif merancang produk baru; selalu mencari sumber rincian standar atas produk

baru yang dapat dikerjakan, (7) berorientasi pada perluasan pasar; sikap proaktif pada

perluasan pasar dan pemasaran, (8) proakif menggalang dukungan dan mempengaruhi

orang lain dalam suatu usaha, (9) ketegasan dalam bertindak (Assertiveness); mampu

menyampaikan visi secara tegas dan meyakinkan orang lain tentang visi tersebut, (10)

percaya diri; sikap tidak terlalu takut terhadap resiko yang terkait dengan usaha, (11)

perencanaan sistematik; mempunyai perencanaan yang matang dan mem-punyai

tujuan akhir, dan (12) berani mengambil keputusan dan risiko; mampu mengamati

gejala, mendiagnosa dan memutuskan, serta siap menanggung risikonya.

Kompetensi (1) s/d (4) diproksi sebagai indikator untuk inovatif, kompetensi

(5) s/d (8) diproksi sebagai indikator untuk proaktif, dan kompetensi (9) s/d (12)

diproksi sebagai indikator untuk kemampuan mengambil keputusan dan pemecahan

masalah.

Penelitian Callaghan (2009), memaparkan dimensi orientasi kewirausahaan

serta efek dari faktor-faktor kontekstual tertentu pada asosiasi pedagang kaki lima

(PKL) dengan mengukur kinerja kewirausahaan. Kinerja wirausaha didefinisikan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

51

dalam kontek ini sebagai konstruksi yang terdiri dari pendapatan dan kepuasan

berkelanjutan. Orientasi kewirausahaan diuji melalui penyelidikian faktor-faktor

kontekstual yang membentuk orientasi kewirausahaan dan memberikan kontribusi

terhadap kinerja kewirausahaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa orientasi

kewirausahaan sangat terkait dengan peningkatan pendapatan seiring dengan

kemampuan pimpinan dalam pengambilan keputusan atau risiko. Penelitian ini juga

memberikan bukti bahwa faktor-faktor pembelajaran yang terkait, berkontribusi untuk

membentuk orientasi kewirausahaan yang secara langsung berkontribusi terhadap

peningkatan pendapatan (kesejahteraan).

2.3 Kinerja Usaha

Pengukuran kinerja akan memberikan informasi situasi dan posisi relatif

terhadap target atau mengetahui apakah perencanaan dan aktifitasnya telah secara

optimal dijalankan (Robbins dan Judge, 2008). Para wirausaha memegang informasi

prestasi untuk mengetahui posisi kinerjanya relatif terhadap orang lain, kelompok lain,

maupun terhadap sasaran usaha. Bila prestasi pada suatu di bawah target, maka akan

dijadikan dasar untuk mengejar ketertinggalan dan mecarikan tindakan manajerial atas

upaya, menambah input dan atau memerbaiki proses kerja sehingga kinerjanya dapat

kembali sesuai perencanaan. Monitoring kinerja di lapangan relatif mudah dilakukan

seperti halnya monitoring kinerja proses operasional di fasilitas produksi yang sudah

terotomatisasi. Variabel ukur tak sepenuhnya dengan mudah diakses (muncul sendiri

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

52

dari proses) atau diukur (karena sifatnya yang kualitatif) atau hal-hal lain yang menye-

babkan rendahnya objektivitas dalam pengukuran.

Definisi kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan

dalam periode waktu tertentu. Tujuan perusahaan yang terdiri dari: tetap berdiri atau

eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang (growth),

dapat tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik (Jauch dan

Glueck, dalam Suci, 2006). Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat

penjualan, tingkat keuntungan, tingkat turn over dan pangsa pasar yang diraihnya.

Strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja usaha dan

pemasaran (seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik

dan juga kinerja keuangan yang baik. Hal ini menyebabkan beragam pengukuran

kinerja dalam penelitian bidang bisnis terus berkembang dengan dasar indikasi yang

bervariasi. Rasio-rasio akuntansi dan ukuran-ukuran pemasaran merupakan dua

kelompok besar indikator kinerja perusahaan, tetapi indikator-indikator ini telah

banyak dikritik karena indikator-indikator itu tidak cukup jeli dalam menjelaskan hal-

hal yang bersifat intangibel dan seringkali tidak tepat digunakan untuk menilai sumber

dari keunggulan bersaing. Sudut pandang stategi berbasis sumber daya menyarankan

pengukuran dengan mengkombinasikan ukuran kinerja secara finansial dan non

finansial untuk keuntungan secara ekonomis yang sesungguhnya.

Kinerja perusahaan meliputi dua hal yaitu pengukuran kinerja berdasarkan

faktor keuangan dan pengukuran kinerja berdasarkan penjualan unit produk. Kedua hal

ini dapat dipakai secara bersama-sama dalam mengukur kinerja perusahaan secara

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

53

umum. Bentuk implementasinya yaitu dengan menggunakan empat indikator, yakni:

(1) peningkatan produksi, (2) peningkatan jenis hasil usaha, (3) peningkatan volume

penjualan, dan (4) peningkatan laba usaha (kemampulabaan).

2.4 Kesejahteraan Masyarakat Secara Makro dan Subjektif

Menurut Todaro and Smith, 2006, bagaimanapun masalah kesejahteraan itu

dikemas, terlihat bahwa pendapatan atau konsumsi, atau pemenuhan hasrat dan

kesenangan subjektif semata, belum secara tepat mendefinisikan kesejahteraan.

Hampir semua pendekatan tentang kesjahteraan berujung kepada pertimbangan

terhadap kesehatan dan pendidikan, selain pendapatan. Pandangan tentang indikator

kesejahteraan yang meliputi pendapatan, kesehatan, dan pendidkan di tingkat makro,

oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dinyatakan sebagai Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

IPM oleh PBB dipandang sebagai peringkat pembangunan manusia sebagai

indikator kesehjahteraan makro bagi semua Negara dari skala 0 (tingkat yang paling

rendah) hingga 1 (tingkat yang paling tinggi), yang didasarkan pada tiga tujuan atau

produk akhir pembangunan, yaitu: (1) masa hidup (longevity) yang diukur dengan usia

harapan hidup (kesehatan), (2) pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan

kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang (2/3) dan rata-rata tahun

bersekolah (1/3) (pendidikan), dan (3) standar kehidupan (standard of living) yang

diukur dengan pendapatan riil per kapita dan disesuaikan dengan paritas daya beli

(pendapatan). Pengelompokan IPM adalah : tingkat pembangunan manusia rendah

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

54

(0,000 hingga 0,499), tingkat pembangunan manusia menengah (0,500 hingga 0,799),

dan tingkat pembangunan manusia tinggi (0,800 hingga 1,000).

Kesejahteraan sedikitnya mengandung empat makna (Bade and Parkin, 2001).

1) Sebagai kondisi sejahtera (well-being). Pengertian ini biasanya menunjuk

pada istilah kesejahteraan sosial (sosial welfare) sebagai kondisi

terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Kondisi sejahtera

terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan

dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan

dapat dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari

resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.

2) Sebagai pelayanan sosial. Pelayanan sosial umumnya mencakup lima

bentuk, yakni jaminan sosial (sosial security), pelayanan kesehatan,

pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal (personal sosial

services).

3) Sebagai tunjangan sosial. Karena sebagian besar penerima welfare adalah

orang-orang miskin, cacat, penganggur, keadaan ini kemudian

menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti

kemiskinan, kemalasan, dan ketergantungan.

4) Sebagai proses atau usaha terencana, yang dilakukan oleh perorangan,

lembaga-lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan

pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian

pelayanan sosial dan tunjangan sosial.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

55

Tujuan tercapainya kesejahteraan diharapkan dapat mendukung standar hidup

dan mengurangi kesenjangan, dengan demikian harus menghindari ledakan biaya dan

mencegah perilaku yang kondusif bagi moral hazard. Semua tujuan ini harus dicapai

dan dapat meminimalkan biaya administrasi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh

mereka yang bertugas menjalankan itu. Tujuan kesejahteraan disusun melalui konsep

ekonomi kelembagaan dalam lingkup negara, melalui terobosan dan pengaturan berda-

sarkan pada tiga pilar: a) tunjangan keluarga, b) pelayanan kesehatan yang

komprehensif, dan c) kebijakan pendidikan murah.

Penelitian Hagfors and Kajanoja (2007) di Finlandia menghasilkan gagasan

bahwa risiko dan kemiskinan masyarakat harus ditanggung oleh kesejahteraan negara,

dimana kesejahteraan negara meningkatkan kesetaraan pada masyarakat dengan

menutup risiko dan menyamakan peluang serta distribusi pendapatan. Inti

permasalahan yang dimunculkan adalah kesetaraan yang diciptakan oleh kesejahteraan

negara sejalan (positif) terkait dengan kepercayaan umum antara rakyat dan peran

modal sosial dalam menjembatani keterkaitan ini. Pengurangan risiko itu sangat

berkaitan dengan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, secara umum kepercayaan dan

modal sosial yang menjembataninya semakin penting dalam perekonomian saat ini.

Perubahan historis teori ekonomi neo-klasik tidak dijadikan acuan, yang dilihat hanya

peran kebijakan sosial masa kini dan kesetaraan, serta keterkaitan hubungan antara

modal sosial dan kesejahteraan.

Analisis kesejahteraan sosial diukur melalui kegiatan ekonomi dari individu-

individu yang membentuk masyarakat. Oleh karena itu, individu dengan kegiatan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

56

ekonomi yang terkait, adalah unit dasar yang akan menggabungkan kesejahteraan

sosial, baik dari kelompok, komunitas, atau masyarakat. Kesejahteraan sosial mengacu

pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan bisa dianggap sebagai

penjumlahan dari kesejahteraan semua individu dalam masyarakat (Bade and Parkin ,

2001).

Salah satu usaha meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat adalah melalui

usaha pengembangan masyarakat, perkembangan fisik lingkungan, dan perkembangan

manajemen terhadap profesinya, dalam rangka mencapai kemandirian masyarakat.

Adanya pengaruh tiga usaha tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masya-

rakat ditandai dengan meningkatnya pendapatan riil, tingkat pendidikan, kesehatan

serta rasa aman dan nyaman. Kemandirian masyarakat digambarkan dengan

meningkatnya kemandirian di dalam pengadaan modal usaha, kemandirian dalam

berpartisipasi dalam pembangunan desa, dan kemandirian didalam peningkatan

peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Kejahteraan sosial masyarakat sendiri pada

akhirnya mempengaruhi kemandirian masyarakat melalui ukuran kesejahteraan

ekonomi subjektif (KES).

Kesejahteraan Ekonomi Subjektif (KES) menurut Hayo and Seifert dalam

Suandi (2007) banyak diteliti karena ada tiga alasan penting, yaitu : (1) KES

merupakan kunci penting dalam kebijakan ekonomi, dimana makro ekonomi suatu

negara berko-relasi positif dengan KES, (2) KES menjadi dasar pertimbangan dalam

politik ekonomi, karena kepuasan ekonomi individu dan masyarakat akan

mempengaruhi dukungan politik terhadap ekonomi pasar dan demokrasi, dan (3) KES

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

57

menjadi dasar dalam melihat kondisi ekonomi objektif dan subjektif dalam membuat

perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pendekatan pengukuran KES menggunakan istilah subjektivitas dan relativitas,

dan kedua istilah ini menggunakan terminologi persepsi. Menurut Ravallion and

Lokshin dalam Suandi (2007), pendekatan subjektivitas dapat menggambarkan

kesejahteraan yang lebih komplek dan nilainya lebih berharga dari barang-barang dan

jasa di pasar. Kesejahteraan dalam konteks subyektivitas dapat menggambarkan

berbagai aspek dalam kehidupannya, seperti : aktivitas ekonomi, semangat hidup,

tingkat independensi, dan kebahagiaan di waktu luang. Sedangkan pendekatan

relativitas memiliki beberapa konsekuensi, yaitu : (1) kesejahteraan yang dirasakan

bukan hanya sesaat, tetapi mampu membandingkan kesejahteraan sekarang dengan

waktu yang lampau dan di masa yang akan datang, (2) ada unsur penyerapan

informasi baru dari luar, dan (3) tidak mampu menggambarkan persepsi kesejahteraan

secara keseluruhan.

Pendekatan yang sering digunakan dalam persepsi kesejahteraan subjektif

adalah kepuasan dan kebahagiaan. Secara operasional, variabel kepuasan merupakan

indikator yang lebih baik dibandingkan variabel kebahagiaan karena tingkat kepuasan

lebih mampu melihat gap antara inspirasi dan tujuan yang ingin dicapai. Sen dalam

Suandi (2007) menyatakan bahwa tingkat kepuasan dapat menggambarkan

kemampuan seseorang mengevaluasi suatu aksi yang mampu menjangkau berbagi

kelompok kesejahteraan, sedangkan kebahagiaan hanya dapat merasakan berbagai

peristiwa pada kelompok tertentu dalam aksesnya dengan institusi dan masyarakat.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

58

Disamping itu, kepuasan individu, keluarga, dan atau masyarakat dapat

menggambarkan tingkat kemampuan mengkonsumsi barang dan jasa serta harapan

masa depan

Kesejahteraan masyarakat merupakan jumlahan KES semua individu yang

tinggal di suatu daerah atau masyarakat. Sedangkan kesejahteraan subjektif (individu)

akan mencerminkan kualitas hidup seseorang. Banyak faktor yang mempengaruhi

kulaitas hidup seseorang, yang terpenting adalah tujuan dan dimensi subjektif dari

kualitas hidup itu sendiri. Pengukuran tujuan dan dimensi subjektif kualitas hidup

seseorang dikembangkan oleh The International Wellbeing Group (2013) melalui

Indeks Kesejahteraan Pribadi (IKP), sebagai ukuran kesejahteraan subjektif.

Kesejahteraan subjektif diukur melalui pertanyaan tentang kepuasan yang diarahkan

kepada perasaan seseorang terhadap diri mereka sendiri, seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Indeks Kesejahteraan Pribadi (IKP)

Pertanyaan

Seberapa puaskah anda dengan …….?

Domain

1. Pemenuhan standar biaya hidup? [Standar biaya hidup]

2. Pemenuhan biaya berobat/kesehatan Anda? [Kesehatan Pribadi]

3. Apa yang Anda cita-citakan dalam hidup ini? [Cita-cia Hidup]

4. Rasa aman di kehidupan Anda? [Rasa Aman Pribadi]

5. Hubungan pribadi dengan orang lain di kehidupan

Anda?

[Hubungan Pribadi]

6. Menjadi bagian dalam komunitas kehidupan

Anda?

[Komunitas-

Keterhubungan]

7. Tabungan untuk masa depan Anda? [Tabungan Masa Depan]

8. Kehidupan keagamaan/spiritual Anda? [Kehidupan Spiritual]

Sumber : The International Wellbeing Group, 2013

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

59

Organitation for Economic Co-Operation and Development (OECD), tahun

2013 mengeluarkan pedoman tentang pengukuran kesejahteraan subjektif dan telah

diuji validitasnya di Belanda (Beuningen and Jonge, 2011). Pedoman ini dirancang

untuk memberi nilai tambah bagi pengguna informasi tentang kesejahteraan subjektif,

yang mampu : (a) memberikan informasi tentang langkah-langkah validitas

kesejahteraan subjektif, (b) membahas metodologi dalam mengembangkan pertanyaan

untuk mengumpulkan informasi tentang kesejahteraan subjektif, (c) menyajikan

praktek terbaik dalam pengukuran kesejahteraan subjektif, dan (d) memberikan

bimbingan pada analisis dan pelaporan tentang kesejahteraan subjektif. Sejumlah

modul pertanyaan prototipe yang berkaitan dengan aspek yang berbeda dari

kesejahteraan subjektif juga disertakan (seperti Tabel 2.1). Peran pedoman terutama

untuk membantu menghasilkan data dalam memenuhi kebutuhan pengguna

berhubungan dengan ukuran kesejahteraan subjektif yang baik (Beuningen and Jonge,

2011).

Asian Development Bank (ADB) dalam Cahyadi (2005) mencanangkan

pentingnya kemajuan ekonomi yang dirasakan oleh semua komponen dalam

masyarakat, dan juga melibatkan masyarakat dalam proses penapaiannya. Oleh sebab

itu ADB menganggap pentingnya pertumbuhan inkkusif, dengan berpegang pada

dimensi: (i) mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan yang akan menciptakan dan

memperluas peluang ekonomi, dan (ii) menjamin akses yang lebih luas terhadap

kesempatan ini sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan memperoleh

manfaat dari pertumbuhan ekonomi.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

60

Pembangunan ekonomi tidak hanya memperhatikan hasilnya saja tetapi yang

terpenting adalah proses pembangunan itu dijalankan. Perlu dikaji pula bagaimana

proses pencapaian tingkatan pembangunan yang akan dicapai, faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi proses pembangunan, misalnya ketersediaan sumber daya.

Sumber daya alam yang melimpah belum tentu menjamin keberhasilan pembangunan

ekonomi dan kelembagaannya tanpa dukungan sumber daya sosial yang memadai.

Pembangunan itu sendiri adalah proses interaksi dan pembelajran dari berbagai sumber

daya, sehingga peran modal sosial dalam pembangunan sangat vital. Modal sosial

berdampak yang luas dan berdeda bagi kebijakan pembangunan dalam

implementasinya. Kebijakan yang sama mungkin saja berdampak berbeda bagi

kelompok masyarakat tertentu walaupun dalam wilayah yang sama. Fakta

memperlihatkan bahwa program pembangunan yang diterapkan dalam suatu

kabupaten menghasilkan dampak dan hasil yang berbeda bagi wilayah pedesaan dan

perkotaan.

2.5 Konsep Ekonomi Kelembagaan

Kelembagaan dapat didefinisikan sebagai batasan yang dibuat untuk

membentuk pola interaksi yang harmonis antara individu dalam melakukan berbagai

interaksi baik politik, sosial dan ekonomi (North, 1990). Kelembagaan dipandang

sebagai aturan yang berlaku dalam masyarakat (arena) untuk menentukan siapa yang

berhak membuat keputusan, tindakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, aturan

apa yang berlaku umum di masyarakat, prosedur apa yang harus diikuti, informasi apa

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

61

yang mesti atau tidak boleh disediakan dan keuntungan apa yang individu akan terima

sebagai buah dari tindakan yang dilakukannya.

North (1990) mengatakan bahwa reformasi yang dilakukan tidak akan

memberikan hasil yang nyata hanya dengan hanya memperbaiki kebijakan ekonomi

makro. Agar reformasi berhasil, dibutuhkan dukungan seperangkat institusi yang

mampu memberikan insentif yang tepat kepada setiap pelaku ekonomi. Beberapa

contoh institusi yang mampu memberikan insentif tersebut adalah hukum paten dan

hak cipta, hukum kontrak dan pemilikan tanah. Menurut North institusi adalah

peraturan perundang-undangan berikut sanksi dari peraturan-peraturan tersebut serta

norma-norma perilaku yang membentuk interaksi antara manusia secara berulang-

ulang.

Selanjutnya konsep ekonomi kelembagaan mewadahi kondisi bahwa kegiatan

ekonomi sangat dipengaruhi oleh tata letak antar pelaku ekonomi (teori ekonomi

politik), desain aturan main (teori ekonomi biaya transaksi), norma dan keyakinan

suatu individu/komunitas (teori modal sosial), insentif untuk melakukan kolaborasi

(teori tindakan kolektif), model kesepakatan yang dibikin (teori kontrak), pilihan atas

kepemilikan asset fisik maupun non fisik (teori hak kepemilikan) dan lain-lain. Intinya,

selalu ada intensif bagi individu untuk berperilaku menyimpang sehingga sistem

ekonomi tidak bisa hanya dipandu oleh pasar. Dalam hal ini diperlukan kelembagaan

non pasar (non- market institution) untuk melindungi agar pasar tidak terjebak dalam

kegagalan yang tidak berujung, yakni dengan mendesain aturan main/kelembagaan

(institusion) (Yustika, 2013).

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

62

Para penganut ekonomi kelembagaan percaya bahwa pendekatan

multidisiplinier sangat penting untuk memotret masalah-masalah ekonomi, seperti

aspek sosial, hukum, politik, budaya dan yang lain sebagai satu kesatuan analitis. Oleh

karena itu, untuk mendekati gejala ekonomi maka, pendekatan ekonomi kelembagaan

menggunakan metode yang dibangun dari tiga premis penting (Yustika, 2013) yaitu:

(1) partikular, dimaknai sebagai heterogenitas karakteristik dalam masyarakat, yang

berarti setiap fenomena sosial selalu spesifik merujuk pada kondisi sosial tertentu (dan

tidak berlaku untuk kondisi sosial yang lain); (2) subyektif, dimaknai sebagai

penelitian yang melihat realitas atau fenomena sosial dan lebih mendekatkan diri pada

situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha menempatkan diri

serta berpikir dari sudut pandang “ orang dalam”; dan (3) non prediktif, dimaknai

sebagai paradigma penelitian yang tidak hanya masuk ke wilayah prediksi ke depan,

tetapi yang ditekankan di sini ialah bagaimana pemaknaan, konsep, definisi,

karakteristik, metafora, simbol dan deskripsi atas sesuatu. Jadi titik tekannya adalah

menjelaskan secara utuh proses dibalik sebuah fenomena.

2.6 Konsep Industri

Secara umum industri didefinisikan sebagai usaha atau pengolahan bahan

mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah

untuk mendapatkan keuntungan. Industri pada dasarnya tidak hanya berfokus kepada

produksi dari barang atau jasa, tetapi juga terhadap distribusi, pertukaran (sales,

komersialisasi) serta konsumsi dari barang dan jasa. Hanya saja industri selalu

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

63

dikaitkan dengan pabrikasi atau manufaktur (secondary industry), karena pada era

industrialisasi ditandai dengan perkembangan secara dramatis dari industri manufaktur

ini. Industri merupakan bagian dari ekonomi, atau bisa dikatakan industri merupakan

segmentasi dari ekonomi dalam upaya manusia untuk memilah-milah aktivitas

ekonomi secara lebih mendetil (Depatemen Perdagangan RI, 2008).

Sedangkan industri kecil didefinisikan secara berbeda-beda oleh sejumlah

badan pemerintah ataupun berbagai macam instansi. Beberapa macam definisi industri

kecil tersebut antara lain: (1) menurut Depperindag (Departemen Perindustrian dan

Perdagangan) Tahun 1999, industri kecil merupakan kegiatan usaha industri yang

memiliki investasi sampai Rp. 200.000.000,- tidak termasuk bangunan dan tanah

tempat usaha; (2) menurut Biro Pusat Statistik (2012), mendefinisikan industri kecil

adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah barang dasar menjadi

barang jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau yang

kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk

dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang

termasuk pengusaha; (3) menurut Bank Indonesia, industri kecil yakni industri yang

asset (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai kurang dari Rp. 600.000.000,-; dan

(4) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995: a. (Pasal 1):

ayat 1, usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi

kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini, b. (Pasal 5): 1) Memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, 2)

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

64

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,-, 3) milik warga

negara Indonesia, 4) berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, 5) berbentuk usaha orang

perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang

berbadan hukum, termasuk koperasi.

Kategori industri kecil menurut Departemen Perindustrian (Disperindag

Provinsi Bali. 2015) adalah sebagai berikut: (1) Industri Kecil Modern, yang meliputi

industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya (intermediate process

technologies), mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan

industri besar dan menengah dan dengan system pemasaran domestik dan ekspor,

menggunakan mesin khusus dan alat-alat perlengkapan modal lainnya. Dengan kata

lain, industri kecil yang modern telah mempunyai akses untuk menjangkau system

pemasaran yang relatif telah berkembang baik di pasar domestik ataupun pasar ekspor;

(2) Industri Kecil Tradisional, pada umumnya mempunyai ciri-ciri antara lain, proses

teknologi yang digunakan secara sederhana, mesin yang digunakan dan alat

perlengkapan modal lainnya relatif sederhana, lokasi di daerah pedesaan, akses untuk

menjangkau pasar yang berada di luar lingkungan yang berdekatan terbatas; dan (3)

Industri Kecil Kerajinan, yang sangat beragam, mulai dari industri kecil yang

menggunakan proses teknologi yang sederhana sampai industri kecil yang

menggunakan teknologi proses madya atau malahan sudah menggunakan proses

teknologi yang tinggi.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

65

Selanjutnya BPS Provinsi Bali (2015b) dalam penjelasan konsep dan metode

pengukuran sektor industri pengolahan, menerangkan beberapa hal berikut,

1) Industri pengolahan (manufaktur) adalah suatu kegiatan ekonomi yang

melakukan kegiatan merubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia,

atau dengan tangan sehinggga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan

atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi

nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam

kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan.

2) Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain.

Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain, sedangkan pihak

pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan

sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya

perusahaan penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling

padi/gabah petani dengan balas jasa tertentu.

3) Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa,

terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan

administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya, serta ada

seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas risiko usaha tersebut.

4) Klasifikasi atau pengelompokan industri pengolahan terdiri dari empat

jenis, yaitu:

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

66

Industri besar adalah perusahaan industri yang mempunyai

tenaga kerja 100 orang atau lebih.

Industri Sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai

tenaga kerja 20 - 99 orang.

Industri Kecil adalah perusahaan industri yang mempunyai

tenaga kerja 5 - 19 orang.

Industri Rumah Tangga (RT) adalah perusahaan industri yang

mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang.

Kelompok lapangan usaha dalam industri pengolahan terdiri atas 16 jenis,

meliputi industri: (1) batubara dan kilang migas (pertambangan), (2) makanan dan

minuman, (3) pengolahan tembakau, (4) tekstil dan pakaian jadi, (5) kulit, barang dari

kulit dan alas kaki, (6) kayu, barang dari kayu dan gabus, anyaman bambu dan rotan,

(7) kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media, (8) kimia, farmasi

dan obat tradisional, (9) karet, barang dari karet dan plastik, (10) barang galian bukan

logan, (11) logam dasar, (12) barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan

peralatan listrik, (13) mesin dan perlengkapan, (14) alat angkutan, (15) furnitur, dan

(16) pengolahan lainnya. Usaha industri tenun dalam kelompok industri pengolahan

termuat dalam industri tekstil dan pakaian jadi

2.7 Industri Kreatif

Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) pengertian

industri kreatif didefinisikan sebagai “Industri yang berasal dari pemanfaatan

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

67

kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta

lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta

individu tersebut.” Contohnya: industri batik, industri tenun, industri jasa arsitektur,

industri jasa periklanan, dsb.

Ekonomi kreatif dan industri kreatif akhir-akhir ini semakin hangat dibicarakan

baik oleh pemerintah, swasta dan pelakunya sendiri. Khususnya pemerintah sudah

semakin menaruh perhatiannya. Sedikitnya ada Departemen Perdagangan, Departemen

Perindustrian, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Komunikasi dan

Informasi, dan Departemen Tenaga Kerja. Karena istilah "industri" pada industri

kreatif, menimbulkan banyak interpretasi, bagaimanakah mencocokkan secara

kontekstual antara ekonomi kreatif, industri kreatif dengan Undang-undang No. 5/1984

tentang Perindustrian.

Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2025 yang

dirumuskan oleh Departemen Perdagangan RI (2008) dijelaskan adanya evoluasi

ekonomi kreatif. Berdasarkan dokumen rencana ini dapat diketahui bahwa adanya

pergeseran dari era pertanian ke era industrialisasi lalu ke era informasi yang disertai

dengan banyaknya penemuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi serta

globalisasi ekonomi. Perkembangan industrialisasi menciptakan pola kerja, pola

produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan efisien.

Pandangan tentang ekonomi kreatif dan industri kreatif dapat dijabarkan

sebagai berikut.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

68

1) Industri dapat dibedakan menjadi sektor-sektor utama (menutur BPS ada 16

sektor utama), yang mendasari pembagian lapangan usaha. Kelompok industri

kreatif ini (misalnya: musik, periklanan, tekstil, arsitektur, dll.) akan memiliki

lapangan usaha yang merupakan bagian dari beberapa sektor industri. Sebagian

besar dari lapangan usaha industri kreatif ini merupakan industri jasa.

2) Ekonomi kreatif merupakan keseluruhan dari industri kreatif, yaitu seluruh

industri yang tercakup dalam kelompok industri kreatif.

Selanjutnya menurut Depertemen Perdagangan RI (2008), jenis-jenis industri

kreatif di Indonesia meliputi: (1) periklanan; yang berkaitan dengan kreasi dan

produksi iklan, (2) arsitektur; yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan

informasi produksi, (3) pasar seni dan barang antik, (4) kerajinan; yang berkaitan

dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan, (5) desain; yang terkait dengan kreasi

desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi identitas

perusahaan, (6) desain tekstil; yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas

kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, (7)

Video, Film dan Fotografi; yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa

fotografi, serta distribusinya, (8) permainan interaktif; yang berkaitan dengan kreasi,

produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan,

ketangkasan, dan edukasi, (9) musik; yang berkaitan dengan kreasi, produksi,

distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis lirik,

pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi musik, (10)

seni pertunjukan; yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten dan proses

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

69

produksi pertunjukan, (11) Penerbitan & Percetakan; yang terkait dengan dengan

penulisan konten dan penerbitan karya tulis serta digital, (12) layanan komputer dan

piranti lunak; yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi (IT), (13)

televisi dan radio; yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan,

penyiaran, dan transmisi televisi dan radio, dan (14) Riset dan Pengembangan; yang

terkait dengan usaha inovatif dan produk baru.

2.8 Industri Tenun di Bali

Berdasarkan konsep industri kreatif dan industri pengolahan, maka usaha

industri tenun di Bali yang umumnya meproduksi kain endek dan songket dapat

digolongkan sebagai industri kreatif. Industri tenun di Bali termasuk dalam lapangan

usaha industri tekstil dan pakaian jadi, merupakan produk budaya sebagai hasil sektor

industri pengolahan yang masih banyak menggunakan alat tenun bukan mesin

(ATBM).

Endek yang dihasilkan dari industri tenun ikat di Bali rata-rata masih

menggunakan motif dan desain tradisonal, yang beberapa diantaranya hanya

digunakan pada saat upacara adat. Warisan budaya ini menyebabkan beberapa jenis

kain dianggap sakral dan berhubungan erat dengan upacara-upacara keagamaan

(Sukawati, 2009). Kain endek dan songket memiliki ragam hias yang dihubungkan

dengan upacara sakral atau hanya boleh digunakan oleh orang tertentu. Hal ini

menyebabkan, endek dan songket harus dilestarikan sebagai budaya adi luhung milik

orang Bali. Kain endek dan songket sebagian besar didesain dan diproduksi untuk

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

70

kepentingan pasar lokal Bali, sehingga warna, motif dan designnya sesuai selera

masyarakat Bali. Jika hanya berkutat pada pasar lokal di Bali maka output yang dapat

diserap akan semakin kecil, ditambah lagi dengan masuknya jenis kain dari luar bali,

tentunya akan membuat perajin endek dan songket Bali semakin terengah-engah dalam

menjalankan usahanya.

Kain tenun ikat bukan hanya buah keterampilan turun-temurun bagi

masyarakat Bali, melainkan juga bentuk identitas kultural dan artefak ritual. Kain

tenun ikat Bali pun tidak sebatas cendera mata atau sekedar oleh-oleh khas Bali

semata, tetapi terus berkembang sebagai komoditas ke dunia fashion yang berbasiskan

budaya. Seperti halnya masyarakat pengrajin kain tenun Bali yang terkenal yaitu di

Desa Sidemen di Kabupaten Karangasem sebagai salah satu pusat produksi kain tenun

di Bali. Menenun kain menjadi aktivitas sehari-hari di hampir semua rumah di desa

Sidemen ini melakukan kegiatan rutinnya sebagai penenun. Hampir semua orang di

desa ini bisa menenun, belajar dari orang tua mereka secara turun temurun.

Hasil produksi tenun di desa Sidemen terdapat dua jenis utama yang selama ini

di pasarkan di Bali dan luar Bali, yaitu endek yang biasa dipakai sehari-hari dan kain

tenun songket yang digunakan untuk beragam upacara penting dalam siklus kehidupan

masyarakat Bali, seperti: upacara potong gigi, perkawinan, hari raya, kremasi, dan

upacara keagamaan serta dalam acara adat.

Proses menghasilkan sehelai kain tenun endek akan dimulai dengan memintal

benang, kemudian benang dibentangkan di alat perentang, dan helaiannya diikat

dengan tali rafia sesuai pola ragam hias dan warna yang diinginkan. Setelah

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

71

pengikatan berpola tersebut, benang dicelup atau diwarnai. Benang yang sudah

diwarnai kemudian digintir atau dipilah, lalu baru ditenun menjadi kain. Sedangkan

proses pada tenun songket, dimulai dari kain ditenun dengan menyisipkan benang

perak, emas, tembaga, atau benang warna di atas lungsin yang mendasari. Penempatan

tambahan benang ini membentuk corak yang diinginkan dan adakalanya dipadu pula

dengan teknik ikat.

Tradisi dan kehidupan masyarakat di Bali pada umumnya penuh diliputi oleh

upacara keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai filosofi (Sukawati, 2009). Adanya

konsep Tri Hita Karana yaitu, tiga hal yang diyakini dapat memberikan kebahagian

dalam kehidupan, sehingga bila dijalani dengan keselarasan akan tercipta

keharmonisan yang dalam implementasinya dapat membentuk karakter masyarakat

Bali yang peduli akan hubungan antara manusia dengan Tuhan (parahyangan),

manusia dengan sesamanya (pawongan), dan manusia dengan lingkungan

(palemahan). Penggunaan endek dan songket pun didasari oleh nilai-nilai dari konsep

Tri Hita Karana. Contohnya, endek cepuk dengan motif sakral yang khusus

dipergunakan dalam upacara keagamaan sebagai rasa hormat kepada Sang Pencipta.

Selain itu, songket pegringsingan yang juga merupakan kain tenun ikat yang sakral,

wajib digunakan pada upacara-upacara keagamaan seperti upacara Ngaben dan

Mepandes di Bali. Berbeda dengan motif endek untuk upacara keagamaan yang lebih

banyak menggunakan motif-motif patra dan encak saji yang bersifat sakral, endek

yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat pada umumnya bermotif

nuansa alam. Kreativitas yang tercipta dari pembuatan endek dan songket secara tidak

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

72

langsung telah mengantarkan endek dan songket sebagai identitas keunggulan budaya

lokal. Harmonisasi kehidupan yang dijalani perajin endek dan songket memberi

inspirasi dalam penciptaan desain-desain endek dan songket yang lebih atraktif dan

unik.

Adanya perhatian terhadap semua unsur di dunia ini menjadikan busana yang

dibuat oleh orang-orang bali dulu memiliki nilai lebih. Nilai lebih ini menurut seorang

desainer Bali (Cok Abinanda) sangat disadari oleh leluhur orang Bali dulu dan mereka

mewariskan kepada generasi di bawahnya bahan-bahan pakaian yang berkualitas, yang

pembuatannya melibatkan segenap ketekunan, kesabaran dan nilai seni yang tinggi

(Putra, 2009).

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, kain tenun

tradisional Bali (endek dan songket) dikenal baik oleh konsumen mancanegara, namun

produksi beberapa tahun belakangan tidak lagi berkesinambungan. Hal itu akibat

perajin yang mengerjakannya semakin langka, tidak berkesinambungan dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Pengerjaan yang rumit dan membutuhkan waktu lama

dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang mulai rusak sebagai faktor

ketidaksinambungan itu. Misalnya, kain tenun cepok yang diproduksi masyarakat Nusa

Penida, Kabupaten Klungkung maupun kain tenun Tenganan Pegringsingan,

Kabupaten Karangasem telah dikenal luas di pasar ekspor. Produksinya akan

ditingkatkan dan dikembangkan kembali melalui peningkatan usaha industri rumah

tangga yang memproduksi kain cepok maupun meningkatkan kapasitas kain Tenganan

Pegringsingan.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

73

Pemasaran endek dan songket dalam usaha menembus pasar dunia,

memerlukan upaya-upaya untuk menjadikan industri endek dan songket sebagai

industri berbasis budaya lokal, tapi mampu masuk pasar internasional. Beberapa upaya

telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait, namun masih ada beberapa upaya yang belum

dijangkau oleh pelaku industri endek ataupun pemerintah, misalnya: (1) meningkatkan

daya saing endek dan songket melalui penciptaan kreasi yang unik, (2) memasarkan

endek dan songket dengan menjual keunikannya, (3) memasuki pasar dunia melalui

perancang busana ternama, dan (4) meningkatkan peran pemerintah dalam

pemberdayaan endek dan songket.

Hasil penelitian Lakhsmi Dewi (2013) memaparkan bahwa perkembangan

kerajinan tenun endek yang berkembang di Desa Sulang mendapatkan dana bantuan

yang berasal dari UNDP dan BUMN serta koperasi-koperasi yang didirikan oleh

pemerintah Desa untuk membantu mengembangkan kerajinan tenun endek di Desa

Sulang. Kerajinan tenun endek yang berkembang di Desa Sulang dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu SDM, kepemilikan modal, ekonomi, teknologi. Selain itu

kerajinan tenun ikat endek di Desa Sulang mampu berkembang dan bertahan

dimasyarakat harus dilakukan dengan cara mensosialisasikannya. Cara pewarisan

kerajinan tenun endek di Desa Sulang dari tahun 1985-2012 dilakukan melalui agen

sosialisasi yaitu: 1) keluarga, 2) teman atau pergaulan, dan 3) lembaga pendidikan.

Sistem pewarisan kerajinan tenun ikat endek mengacu pada pendidikan informal yang

dimana didapatkan dari kehidupan sehari-harinya sebagai pengrajin tenun, serta

pengaruh kehidupan keluarga yang bekerja sebagai pengarajin. Selain itu melalui dinas

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

74

perindustrian dan perdagangan yang bekerjasama dengan pemerintah daerah telah

melakukan sosialisasi kerajinan tenun ikat endek dengan memberikan pelatihan-

pelatihan tentang menenun kepada masyarakat sekitar Desa Sulang.

Kajian ilmiah melalui penelitian LPPM UNUD tahun 2011, memaparkan

bahwa Komoditas/Produk/ Jasa Usaha (KPJU) unggulan lintas sektor di Provinsi Bali,

yaitu hotel melati, kontraktor konstruksi bangunan, industri pengolahan hasil

perikanan, industri kerajinan perak, komoditas kopi, restoran/rumah makan, industri

tenun endek dan songket (ATBM), industri kerajinan kayu, padi sawah, dan cengkeh.

Bahkan KPJU unggulan pertama pada sektor industri pengolahan di Kabupaten

Karangasem dan Kabupaten Klungkung adalah industri tenun endek dan songket

(ATBM). Sementara itu di Kabupaten Jembrana, khususnya di Kecamatan Jembrana

dan Negara, industri tenun juga cukup berkembang dan digolongkan sebagai KPJU

potensial di sektor industri pengolahan. Oleh karena itu industri tenun endek dan

songket ini hendaknya dapat dikembangkan dengan konsep kewirausahaan yang lebih

baik sehingga mampu meningkatkan dampak pembanguan ekonomi yang lebih baik,

khususnya bagi pelaku industri itu sendiri.

2.9 Hubungan antar Variabel Penelitian

Usaha industri tenun di Provinsi Bali sebagai usaha yang berbasis kearifan

lokal masih banyak mengalami kendala dalam pertumbuhnanya, baik dari minimnya

jumlah sentra usaha maupun aspek pemasaran hasil usaha berupa kain endek dan

songket. Pemerintah dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali telah

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

75

berupaya memotivasi, memfasilitasi, dan mengatur regulasi usaha tenun ini agar

mampu bertumbuh dan menjadi usaha industri pengolahan (tekstil dan pakaian jadi)

unggulan di Provinsi Bali.

Fasilitas modal sosial yang saling menguntungkan adalah aksi kolektif, yang

membentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial suatu masyarakat (Hobbs, 2000).

Orang yang melakukan wirausaha dinamakan wirausahawan dan bentuk aplikasi atas

sikap-sikap kewirausahaan melalui aksi kolektif dapat diilhami oleh orientasi

kewirausahaan yang direfleksikan dengan kemampuan inovatif, keproaktifan, dan

kemampuan dalam pemecahan masalah (Prawirokusumo, 2010).

Kuatnya hubungan kegiatan kewirausahaan dengan kultur budaya sekitar yang

dipandang sebagai modal sosial berbasis budaya lokal, digambarkan oleh Casson and

Yeung (2006). Dalam teorinya, pengusaha sebagai agen perubahan sosial dan ekonomi

menunjukkan bahwa pengusaha sangat sensitif terhadap lingkungan sosial. Kerangka

kerja berdasarkan ekonomi kelembagaan yang dikombinasikan dengan konsep

psikologi lintas budaya, digunakan dalam mempertimbangkan dimensi sosial terhadap

orientasi kewirausahaan. Modal sosial sangat berperan dalam meningkatkan motivasi

dan inovatif sehingga aktivitas ekonomi (kewirausahaan) dapat tumbuh secara baik,

dan sumber daya alam dapat diefektifkan sebagai modal fisik pembangunan ekonomi.

Sebaliknya, tanpa pertumbuhan ekonomi, modal sosial akan terganggu (Pretty and

Ward, 2001). Hasil penelitian Humaira (2011), Thobias dkk (2013), Atazadeh et all

(2014), dan Wimba (2015), menemukan bahwa modal sosial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap orientasi kewirausahaan.

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

76

Hasbullah (2005) menyatakan norma-norma sosial akan sangat berperan dalam

mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat apalagi dalam

kehidupan sekarang. Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan

akan terletak pada kecendrungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk

bersosialisasi dan berkerjasama. Jaringan kerjasama ini akan membangun sejumlah

asosiasi dan jaringan kerja profesional agar mampu membuat modal sosial berperan

dan bermakna dalam kinerja usahanya. Penelitian terkait pengaruh positif dan

signifikan modal sosial terhadap kinerja usaha, terungkap dalam penelitian Lukiastuti

(2012), Durojaiye et all (2013), dan Subroto (2015).

Orientasi kewirausahaan dikenal sebagai pendekatan baru dan pelopor dalam

peningkatan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan dari seorang pelaku

wirausaha dapat menimbulkan peningkatan kinerja usaha juga disampaikan oleh Covin

dan Slevin (1989). Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang

dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan

dalam peningkatan kinerja usaha, melalui. kemampuan inovatif, kemampuan

mengambil risiko (pemecahan masalah), dan sifat proaktif (Kemendikbud, 2013).

Peningkatan kinerja usaha merupakan aplikasi atas sikap-sikap kewirausahaan

melalui orientasi kewirausahaan yang direfleksikan dengan kemampuan inovatif,

proaktifitas, dan kemampuan dalam pemecahan masalah (Prawirokusumo, 2010).

Penelitian terkait pengaruh positif dan signifikan orientasi kewirausahaan terhadap

kinerja usaha, terungkap dalam penelitian Rudy dan Soegiato (2013), Nugroho dan

Setyawan (2015), serta Suryanita (2016).

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

77

Menurut Sjafri Mangkuprawira dalam Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (2013), pengembangan masyarakat hendaknya diperhatikan sisi kearifan

lokal dimana masyarakat punya tradisi, dan adat-istiadat sebagai potensi yang dapat

dikembangkan sebagai modal sosial. Modal sosial yang positif akan memiliki

hubungan positif dengan kesejahteraan subjektif (masyarakat). Hal ini ditandai oleh

jejaring sosial yang luas, tingginya saling percaya sesama anggota masyarakat, dan

jiwa kebersamaan yang tinggi. Modal sosial ini akan memerkecil biaya transaksi dan

biaya kendali untuk suatu kegiatan pengembangan masyarakat. Dengan kata lain akan

mampu menciptakan pengelolaan sumber daya optimum dan kemudian menghasilkan

outcome yang semakin besar bagi kesejahteraan subjektif. The World Bangk Group

(2011), memaparkan bukti-bukti yang menunjukkan modal sosial merupakan

kontributor potensial untuk pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan

untuk mencapai kesejahteraan subjektif bersama. Penelitian yang berhubungan dengan

pengaruh modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif (indikator yang berbeda),

terungkap dalam penelitian Rose (2009) dan Suandi (2014).

Kesejahteraan subjektif tidak hanya dipandang dari sisi ekonomi (pendapatan)

tetapi juga mencakup kesejahteraan subjektif lainnya seperti kebebasan sipil,

kebebasan dari tindak kejahatan, lingkungan hidup yang bersih serta kondisi penduduk

yang sehat secara fisik dan mental (OECD, 2011). Hal ini membutuhkan kompetensi

kewirausahaan atau budaya wirausaha untuk meningkatkan kinerja usaha. Adanya

pengaruh tiga usaha tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan subjektif sosial

masyarakat ditandai dengan meningkatnya pendapatan riil, tingkat pendidikan,

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

78

kesehatan serta rasa aman dan nyaman (beberapa indikator dari kesejahteraan

subjektif). Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh orientasi kewirausahaan dan

kinerja usaha terhadap kesejahteraan subjektif, terungkap dalam penelitian Callaghan

(2009), Sacks et all (2010), dan Aryogi (2013).

Hubungan pengarauh modal sosial terhadap kesejahteraan subjektif

memerlukan mediasi yang mampu menggerakan modal sosial pada pelaku usaha

melalui aktivitas kewirausahaan (orientasi kewirausahaan) untuk mengahasilkan

pendapatan dari kinerja usahanya. Proses menyeimbangkan langkah-langkah kemajuan

sosial ekonomi sebagai ukuran kesejahteraan subjektif dapat dilakukan melalui

peningkatan kompetensi kewirausahaan dan kapasitas (kinerja) ekonomi. Mengingat

manfaat yang nyata bagi modal sosial individu terhadap tingkat kesejahteraan

subjektif, maka semakin mendesak untuk bertindak secara efektif yang memungkinkan

setiap orang untuk berkembang dan menempatkan aktivitas kewirausahaan sebagai

kegiatan utamanya (Neve et all, 2013). Pemahaman ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya (Mota and Pereira, 2008), dimana kesejahteraan subjektif yang dianalisis

sebagai fungsi dari kesejahteraan ekonomi subjektif (KES), kepuasan hidup dan ikatan

sosial, menunjukkan bahwa pendapatan (hasil kinerja ekonomi), pendidikan dan

kualitas dari aktivitas ekonomi (orientasi kewirausaahaan) memiliki dampak tertinggi

pada kesejahteraan subjektif, yang dimotori oleh modal sosial.

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

79

2.10 Penelitian-penelitian Sebelumnya

2.10.1 Hubungan Modal Sosial dan Orientasi Kewiruausahaan

Penelitian Thobias, dkk. (2013), yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial Terhadap

Perilaku Kewirausahaan: Suatu studi pada pelaku usaha mikro kecil menengah di

Kecamatan Kabaruan, Kabupaten Kepulauan Talaud”, dengan 74 responden, dimana

modal sosial berpengaruh positif bagi pengusaha mikro kecil menengah (MKM) yang

ada terhadap orientasi kewirausahaan pelaku MKM tersebut. Penelitian Primadona,

dkk (2014) terhadap wirausahawan etnis Minang, dimana kebijakan dan model

kewirausahaan dengan modal sosial secara langsung berpengaruh pada etnis Minang,

karena berhasilnya etnis Minang selama ini di dalam berwirausaha sangat ditopang

oleh nilai modal sosial. Penelitian Wimba (2015) yang menyatakan bahwa modal

sosial secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap orientasi

kewirausahaan pada UKM kerajinan kayu di Provinsi Bali.

Penelitian di luar negeri melalui penelitian Atazadeh, et al (2014) di Tabriz

(Iran) dengan sampel 400 responden, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif yang signifikan antara kewirausahaan dan modal sosial, dimana pada berbagai

kepercayaan, kerjasama dan norma dalam partisipasi memiliki dampak yang signifikan

pada kewirausahaan. Ada hubungan positif yang signifikan antara pengaruh emosi dan

karakteristik kepribadian yang berhubungan dengan kewirausahaan seperti pengam-

bilan risiko, dan pragmatisme. Ini berarti terjadi peningkatan efek yang memperkuat

rasa percaya dan karakteristik kepribadian yang berhubungan dengan kewirausahaan

seperti risiko, pengendalian internal dan pragmatisme.

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

80

2.10.2 Hubungan Modal Sosial dan Kinerja Usaha

Penelitian terkait dalam hubungan modal sosial dengan kinerja usaha adalah

penelitian Rudy dan Soegianto (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal Sosial

dan Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Kewirausahaan pada PT. Mentari Esa

Cipta”, dengan responden para karyawan dan manajer/pemilik PT. Mentari Esa Cipta

di Jakarta, yang menyatakan ternyata tidak ada pengaruh yang signifikan antara modal

sosial terhadap kinerja kewirausahaan pada PT. Mentari Esa Cipta. Penelitian Subroto

(2015) terhadap pelaku UMKM bidang garmen di Kabupaten Klaten, juga menyatakan

bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara modal sosial terhadap kinerja

pada UMKM bidang garmen di Kabupaten Klaten.

Penelitian di luar negeri yang dilakukan oleh Durojaiye et all (2013) terhadap

bisnis perdagangan bahan makanan di Southwestern Nigeria, yang menyatakan bahwa

modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan keuntungan

penjualan bahan makanan di Negeria.

2.10.3 Hubungan Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Usaha

Sejumlah penelitian yang terkait hubungan ini adalah: (1) Suryanita (2006)

pada pengusaha industri pakaian jadi di Kota Semarang, dimana orientasi

kewirausahaan mempunyai efek positif dan signifikan terhadap kinerja pemasaran, (2)

Suci (2006) pada kabupaten/kota yang memiiliki industri kecil menengah (IKM)

Bordir di Provinsi Jawa Timur dengan 365 responden, dimana temuannya orientasi

kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pada IKM

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

81

border di Provinsi Jawa Timur, (3) Risnawati dan Noermijati (2011) pada koperasi

primer di Kota Palu Sulawesi Tengah, yang menyatakan orientasi kewirausahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja koperasi, baik kinerja keuangan

maupun kinerja non keuangannya, dan (4) Rudy dan Soegianto (2013) pada

karyawan/pemilik PT. Mentari Esa Cipta di Jakarta sejalan dengan studi ini, dimana

hasilnya ternyata ada pengaruh positif dan signifikan antara orientasi kewirausahaan

terhadap kinerja kewirausahaan pada PT. Mentari Esa Cipta.

Demikian juga penelitian Yang (2006) pada UKM di Taiwan, yang

menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan orientasi kewirausahaan

yang tinggi dapat memberi kontribusi terhadap kinerja bisnis yang lebih tinggi.

Penelitian Callaghan (2009) di kota Johannesburg, tentang dimensi orientasi

kewirausahaan serta efek dari faktor-faktor kontekstual tertentu pada asosiasi

pedagang kaki lima (PKL) dengan mengukur kinerja kewirausahaan. Orientasi

kewirausahaan diuji melalui penyelidikian faktor-faktor kontekstual yang membentuk

orientasi kewirausahaan dan memberikan kontribusi terhadap kinerja kewirausahaan.

Hasil penelitian menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan sangat terkait dengan

peningkatan pendapatan PKL seiring dengan kemampuan pimpinan dalam

pengambilan keputusan atau risiko.

2.10.4 Hubungan Modal Sosial dan Kesejahteraan Subjektif

Penelitian yang sejalan dalam hubungan ini adalah penelitian Suandi (2014)

terhadap 132 keluarga pada bulan Nopember 2012 di dua kecamatan, yaitu:

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

82

Kecamatan Keliling Danau, dan Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci,

Jambi. Hasil penelitian menyatakan bahwa modal sosial (asosiasi lokal dan karakter

masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif sangat

nyata terhadap kesejahteraan subjektif ekonomi keluarga.

Penelitian Johannes (2009) yang mengkaji efek dari modal sosial terhadap

kemiskinan rumah tangga menggunakan hasil survey terhadap 2.001 rumah tangga di

Kamerun. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, keanggotaan dalam asosiasi

sebagai indikator modal sosial berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatan per

kapita rumah tangga (mengurangi kemiskinan). Hasil analisis lebih lanjut tenyata bagi

pembuat kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan subjektif hidup rumah tangga

disarankan untuk mempertimbangkan dan mempromosikan modal sosial sebagai salah

satu implementasi yang relevan. Sedangkan penelitian Rose (2009) di Rusia,

menyatakan bahwa beberapa bentuk dan keadaan jaringan modal sosial menghasilkan

sejumlah peningkatan kesejahteraan subjektif individu (pribadi). Juga ditekankan

bahwa modal sosial tidak harus dianalisis secara terpisah tetapi sebagai bagian dari

portofolio sumber daya yang digunakan individu dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan subjektif.

2.10.5 Hubungan Orientasi Kewirausahaan dan Kesejahteraan Subjektif

Penelitian yang terkait dengan hubungan ini adalah penelitian Aryogi (2013)

pada obyek individu dalam rumah tangga berdasarkan perwakilan SUSENAS yang

diperoleh dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007. Hasil penelitian

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

83

menyatakan bahwa, upaya peningkatan pendapatan melalui aktivitas berbagai sektor

perekonomian diperlukan agar terjadi peningkatan dalam kesejahteraan subjektif.

Penelitian Callaghan (2009) di kota Johannesburg, tentang dimensi orientasi

kewirausahaan serta efek dari faktor-faktor kontekstual tertentu pada asosiasi

pedagang kaki lima (PKL). Hasil penelitian menyatakan bahwa orientasi

kewirausahaan seiring dengan kemampuan pimpinan dalam pengambilan keputusan

atau risiko berpengaruh secara langsung dan berkontribusi terhadap peningkatan

pendapatan menuju peningkatan kesejahteraan subjektif.

2.10.6 Hubungan Kinerja Usaha dan Kesejahteraan Subjektif

Penelitian yang terkait dengan hubungan ini adalah penelitian Heady and

Wooden (2004), menggunakan data tahun 2001 dan 2002 yang diamabil pada survey

rumah tangga, pendapatan dan dinamika buruh di Australia. Penelitian ini

menaganalisis pengaruh kekayaan (pendapatan) pada kesejahteraan subjektif dan

kesehatan. Pandangan yang diterima di kalangan psikolog dan ekonom adalah sama,

dimana pendapatan rumah tangga memiliki efek statistik yang cukup signifikan pada

ukuran kesejahteraan subjektif subjektif, walaupun pendapatan merupakan ukuran

yang tidak sempurna dari keadaan ekonomi rumah tangga.

Penelitian Sacks et all (2010) pada 132 negara, dengan membuat jajak

pendapat terhadap kesejahteraan subjektif subjektif, dengan mengeksplorasi hubungan

antara kesejahteraan subjektif dan pendapatan. Hasil penelitian menyatakan kepuasan

hidup rata-rata lebih tinggi di negara-negara dengan pendapatan per kapita yang lebih

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep ......26 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial 2.1.1 Konsep Modal Sosial Berkembangnya ilmu ekonomi kelembagaan dalam pembangunan

84

besar, walaupun pendapatan absolut tetap memainkan peran penting dalam

mempengaruhi kesejahteraan subjektif. Kepuasan hidup warga Negara tumbuh sejalan

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Hasil akhir yang diperoleh

dalam penelitian ini menyatakan tingkat pertumbuhan kesejahteraan subjektif sangat

dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan pendapatan warga Negara.